• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Model Difusi Oksigen di Jaringan

dengan Laju Konsumsi Konstan

Pada bab ini, akan dibahas penyebaran oksigen di pembuluh kapiler dan jaringan, dimana sel-sel di jaringan diasumsikan mengkonsumsi oksigen secara konstan. Berdasarkan fungsi Michaelis-Menten, konsumsi oksigen konstan ini terjadi ketika nilai konsentrasi di jaringan cukup besar, atau sel-sel di jaringan telah mencapai keadaan jenuh (saturated ).

III.1 Solusi Keadaan Tunak

Darah yang kaya akan oksigen mengalir dari jantung melalui arteri kemudian masuk ke kapiler. Karena telah diasumsikan bahwa darah merupakan cairan yang homogen, maka konsentrasi oksigen di kapiler dalam arah radial adalah konstan. Sehingga untuk daerah kapiler, perbedaan konsentrasi hanya terjadi dalam arah aksial. Perbedaan konsentrasi ini disebabkan oleh adanya aliran darah dari ujung awal kapiler. Dimisalkan konsentrasi oksigen di kapiler pada posisi ˜z adalah ˜ck(˜z), dan konsentrasi di ujung awal kapiler (˜z = 0) adalah cin.

Jaringan per satuan volume mengkonsumsi oksigen dengan laju konstan, mi-salkan sebesar g0. Perhatikan Gambar 3.1. Kita tinjau posisi ˜z = z∗ dan

segmen jaringan dengan panjang ∆˜z. Dalam keadaan tunak, konsumsi oksi-gen di segmen tersebut adalah sebesar π(b2 − a2)∆˜zg

0. Besarnya konsumsi

oksigen di jaringan diimbangi oleh penyediaan oksigen dari kapiler sebanyak huiπa2c

k(z∗) − ˜ck(z∗+ ∆˜z)], dimana hui adalah rata-rata kecepatan darah.

Oleh karena itu, di kapiler berlaku hubungan:

π(b2− a2)∆˜zg0 = huiπa2[˜ck(z∗) − ˜ck(z∗+ ∆˜z)] . (3.1)

π(b2− a2)g0 = −huiπa2

[˜ck(z∗ + △˜z) − ˜ck(z∗)]

(2)

z*

Δz

z=0 z=l

Gambar 3.1: Silinder Kapiler-Jaringan.

Untuk △˜z → 0, persamaan konsentrasi untuk daerah kapiler adalah: π(b2− a2)g0 = −huiπa2

∂˜ck

∂ ˜z . (3.3)

Untuk daerah jaringan, karena b ≪ l, kita dapat mengabaikan difusi dalam arah aksial. Dalam kasus konsumsi oksigen konstan dan ˜t → ∞, persamaan difusi di jaringan (2.6) adalah:

0 = Dj  ∂2˜c ∂˜r2 + 1 ˜ r ∂˜c ∂˜r  − g0. (3.4)

Dinding kapiler, yang menjadi batas antara kapiler dan jaringan diasumsikan tidak memiliki ketahanan perpindahan massa. Akibatnya, nilai konsentrasi oksigen pada ˜r = a sama dengan nilai konsentrasi oksigen di kapiler ˜ck. Oleh

karena itu, syarat batas untuk persamaan (3.3) dan (3.4) adalah: ˜ c(a, ˜z) = ˜ck(˜z), ∂˜c ∂˜r(b, ˜z) = 0, ˜ ck(0) = cin.

Masalah di atas dapat dituliskan dalam bentuk persamaan tidak berdimensi, dengan penskalaan: ˜ c = cinc, r = ar,˜ z = az.˜ Sehingga diperoleh: ∂2c ∂r2 + 1 r ∂c ∂r = M, (3.5) dan π(b2− a2)g0 = −huiπacin dck dz , (3.6)

(3)

dimana M = g0a2 caDj, dengan batas: c(1, z) = ck(z), ∂c ∂r  b a, z  = 0, ck(0) = 1.

Solusi masalah syarat batas tersebut, untuk daerah kapiler adalah:

ck(z) = 1 − N  b2 a2 − 1  z, (3.7) dimana N = g0a

huicin. Untuk daerah jaringan diperoleh solusi (lihat Lampiran

A): c(r, z) = 1 − M  b2 2a2 ln r − r2− 1 4  − N  b2 a2 − 1  z. (3.8)

Gambar 3.2 menunjukkan penyebaran konsentrasi dalam arah radial, sedang-kan Gambar 3.3 dalam arah aksial. Pada kedua gambar tersebut, digunasedang-kan nilai M = 2.39 × 10−4, N = 3.19 × 10−4, dan b a = 11. 0 2 4 6 8 10 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 r c z=0 z=10 z=20

Gambar 3.2: Grafik Konsentrasi Oksigen dalam Arah Radial untuk Laju Konsumsi Konstan.

(4)

0 5 10 15 20 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 z c kapiler r=4 r=11

Gambar 3.3: Grafik Konsentrasi Oksigen dalam Arah Aksial untuk Laju Konsumsi Konstan.

Berdasarkan Gambar 3.3, dapat dinyatakan bahwa nilai konsentrasi oksigen di kapiler turun sebanding dengan jarak terhadap inlet. Karena ketersediaan oksigen semakin menurun, maka untuk daerah jaringan pun semakin jauh dari inlet, nilai konsentrasi oksigen semakin kecil.

Dalam arah radial, semakin jauh jarak dari dinding kapiler, konsentrasi oksigen di jaringan bernilai semakin kecil. Karena setiap daerah jaringan mengkon-sumsi oksigen dengan laju konstan, maka selisih antara konsentrasi di dinding kapiler dan di dinding luar jaringan menunjukkan nilai yang sama untuk semua z.

III.2 Solusi Keadaan Tidak Tunak

Untuk keadaan tidak tunak ini, hanya akan ditinjau untuk daerah jaringan. Dengan mengabaikan arah aksial, persamaan difusi untuk daerah jaringan adalah: ∂˜c ∂˜t = Dj  ∂2˜c ∂˜r2 + 1 ˜ r ∂˜c ∂˜r  − g0, a ≤ ˜r ≤ b. (3.9)

Ketika ˜t = 0, konsentrasi oksigen di dinding kapiler adalah ca, dan jaringan

(5)

adalah: ˜ c(˜r, 0) = ca− g0 Dj  b2 2 ln ˜ r a − ˜ r2 − a2 4  . (3.10)

Kemudian di dalam kapiler mengalir darah yang kaya akan oksigen. Misalkan konsentrasi oksigen di dinding kapiler adalah ci, dimana ci > ca. Oleh karena

itu, dalam selang waktu tertentu (0 ≤ ˜t ≤ ε) konsentrasi oksigen di dinding kapiler mengalami kenaikan dari ca menuju ci, diasumsikan kenaikannya linier.

Selanjutnya (˜t > ε) konsentrasi oksigen di dinding kapiler adalah konstan, yaitu sebesar ci. Dalam model matematika, keadaaan di dinding kapiler dapat

dituliskan: c(a, ˜t) =    ci−ca ε ˜t + ca, jika 0 ≤ ˜t < ε; ci, jika ˜t ≥ ε.

Pada ˜r = b, tidak terdapat aliran konsentrasi yang menembus dinding jaringan, sehingga: ∂˜c ∂˜r(b) = 0. (3.11) Dengan penskalaan: ˜ c = cac, r = ar,˜ ˜t = t a2 Dj , (3.12)

masalah nilai awal dan syarat batas (3.9)-(3.11) menjadi tidak berdimensi, yaitu: −∂c∂t +∂ 2c ∂r2 + 1 r ∂c ∂r = M. (3.13) c(1, t) = f (t) =    b c1−1 δ t + 1, jika 0 ≤ t < δ; bc1, jika t ≥ δ. ∂c ∂r( b a, t) = 0. (3.14) c(r, 0) = 1 − M  b2ln r 2a2 − r2− 1 4  , (3.15) dimana M = g0a2 caDj, bc1 = ci ca, dan δ = εDj a2 .

Grafik dari c(1, t), untuk parameter δ = 1.6, bc1 = 1.25 ditunjukkan oleh

(6)

0 2 4 6 8 10 1 1.05 1.1 1.15 1.2 1.25 1.3 1.35 t f(t)

Gambar 3.4: Syarat Batas pada r=1.

III.2.1 Solusi Analitik

Untuk menyelesaikan masalah (3.13)-(3.15), kita tulis c(r, t) dalam bentuk:

c(r, t) = u(r) + w(r, t). (3.16) Persamaan (3.16) memenuhi: ∂c ∂r = ∂u ∂r + ∂w ∂r, ∂c ∂t = ∂w ∂t, sehingga persamaan (3.13) menjadi

∂2u ∂r2 + 1 r ∂u ∂r − ∂w ∂t + ∂2w ∂r2 + 1 r ∂w ∂r = M. (3.17)

Oleh karena itu untuk menyelesaikan masalah nilai awal dan syarat batas (3.13)-(3.15), adalah dengan mencari solusi u(r) dan w(r, t) dari masalah:

1. ∂2u ∂r2 + 1 r ∂u ∂r = M, (3.18) dengan batas: u(1) = 1, (3.19) ∂u ∂r  b a, t  = 0. (3.20)

(7)

2. −∂w∂t + ∂ 2w ∂r2 + 1 r ∂w ∂r = 0, (3.21)

dengan syarat batas dan nilai awal:

w(1, t) = c(1, t) − u(1) = f(t) − 1, (3.22) ∂w ∂r  b a, t  = 0, (3.23) w(r, 0) = c(r, 0) − u(r). (3.24)

Berdasarkan solusi keadaan tunak, solusi untuk u(r) adalah: u(r) = 1 − M  b2 2a2 ln r − r2− 1 4  . (3.25)

Karena u(r) = c(r, 0) maka persamaan (3.24) menjadi

w(r, 0) = 0. (3.26)

Untuk mencari solusi w(r, t), interval t kita bagi menjadi dua bagian, yaitu 0 ≤ t ≤ δ dan t > δ.

Untuk 0 ≤ t ≤ δ, persamaan (3.21) beserta nilai awal dan syarat batasnya, akan diselesaikan dengan teorema Duhamel. Untuk itu, perlu dicari ter-lebih dahulu ˜s(r, t), dimana ˜s(r, t) adalah solusi dari persamaan (3.21)-(3.24) dengan syarat batas

˜

s(1, t) = 1.

Menggunakan metode transformasi Laplace, yang secara rinci terdapat pada lampiran E, diperoleh:

˜ s(r, t) = 1 − π ∞ X n=1 exp−α2nt  αnJ1(αn b a) 2 G(r, αn) F (αn) ,

dimana J1 merupakan fungsi Bessel orde 1, αn merupakan akar dari

persamaan: −Y1(αn b a)J0(αn) + J1(αn b a)Y0(αn) = 0, (3.27)

(8)

dan G(r, αn) = Y0(rαn)J0(αn) − J0(rαn)Y0(αn), F (αn) = (αnJ0(αn))2− (αnJ1(αn b a)) 2.

Grafik untuk ˜s(r, 0) adalah:

2 3 4 5 6r -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 sHr, 0L

Gambar 3.5: Grafik ˜s(r, 0) untuk 40 suku pertama.

Maka berdasarkan teorema Duhamel, untuk 0 ≤ t ≤ δ, berlaku: w(r, t) = Z τ =t τ =0 ˜ s(r, t − τ)  b c1− 1 δ  dτ. w(r, t) = bc1 − 1 δ " t − π ∞ X n=1 (1 − exp−α2nt)  J1(αn b a) 2 G(r, αn) F (αn) # . (3.28) Untuk t > δ, kita punya masalah nilai awal dan syarat batas:

−∂w∂t + ∂ 2w ∂r2 + 1 r ∂w ∂r = 0. (3.29) w(1, t) = c(1, t) − u(1) = bc1. (3.30) ∂w ∂r  b a, t  = 0. (3.31) w(r, 0) = Z τ =δ τ =0 s(r, δ − τ)  b c1− 1 δ  dτ. (3.32)

Menggunakan metode pemisahan variabel, diperoleh: w(r, t) = ∞ X n=1 Anexp−α 2 ntG(r, α n) + bc1, (3.33)

(9)

dimana An = R b a 1 (w(r, 0) − bc1)rG(r, αn)dr R b a 1 rG(r, αn)dr = R b a 1 (w(r, 0) − bc1)rG(r, αn)dr  (παnJ1(αnab))2 2 J0(αn)2− J1(αnba)2  . Sehingga c(r, t) = 1 − M  b2ln r 2a2 − r2− 1 4  + w(r, t), (3.34)

dengan w(r, t) merupakan persamaan (3.28) dan (3.33).

Untuk memverifikasi solusi analitik yang telah diperoleh, masalah (3.13)-(3.15) akan diselesaikan dengan metode numerik.

III.2.2 Metode Numerik

Untuk menyelesaikan masalah (3.13)-(3.15) digunakan metode beda maju. Do-main R = {(r, t) : 1 ≤ r ≤ b

a, 0 ≤ t ≤ te} dipartisi menjadi n × m buah persegi

panjang, dengan sisi ∆r = h dan ∆t = k. Nilai c(r, t) diaproksimasi pada titik-titik ri = 1 + ih dan tj = jk, dimana i = 0, 1, ..., n dan j = 0, 1, ..., m.

Untuk penyederhanaan c(ri, tj) dinotasikan dengan ci,j.

Aproksimasi untuk cr(r, t), crr(r, t) dan ct(r, t) adalah:

∂c ∂r = 1 2h[c(r + h, t) − c(r − h, t)] + O(h 2). (3.35) ∂2c ∂r2 = 1 h2 [c(r + h, t) − 2c(r, t) + c(r − h, t)] + O(h 2). (3.36) ∂c ∂t = 1 k [c(r, t + k) − c(r, t)] + O(k). (3.37)

Dengan mengabaikan O(k) dan O(h2), persamaan (3.35)-(3.37) disubstitusi ke

persamaan (3.13), diperoleh:

−ci,j+1k− ci,j + ci+1,j − 2ci,j + ci,j+1

h2 +

ci+1,,j− 2ci,j+ ci,j+1

2hri,j

(10)

Berdasarkan persamaan (3.38), nilai ci,j+1 dapat ditentukan dari nilai-nilai

ci,j, ci−1,j dan ci+1,j yang telah diketahui. Sehingga untuk i = 1, ..., n − 1 dan

j = 0, ..., m:

ci,j+1 = ci,j+ ˚A [ci+1,j− 2ci,j+ ci−1,j] +

ß ri,j [ci+1,j− ci−1,j] − kM. (3.39) dimana ˚A = hk2, ß = k 2h.

Nilai ci,0, dengan i = 0, 1, ..., n, dapat diperoleh dari nilai awal yaitu:

ci,0 = c(ri, 0). (3.40)

Sedangkan c0,j, dengan j = 0, 1, ..., m diperoleh dari nilai batas pada r = 1,

yaitu:

c0,j = f (tj). (3.41)

Karena c′(b

a) = 0, maka untuk i = n, dan j = 0, ..., m berlaku persamaan:

ci,j+1 = ci,j+ 2˚A [ci−1,j − ci,j] − kM. (3.42)

Persamaan (3.39) dan (3.42) akan stabil jika dan hanya jika 0 ≤ hk2 ≤ 1 2.

Gambar 3.6 menunjukkan perbandingan solusi analitik (garis penuh) dan nu-merik (garis ∗) untuk parameter ab = 11, M = 1.2 × 10−3, δ = 1.6, bc1 = 1.25.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 t=0 r c numerik analitik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 t=10 r c numerik analitik

Gambar 3.6: Perbandingan Solusi Analitik dan Numerik untuk t = 0 dan t = 10.

Selanjutnya, Gambar 3.7 menunjukkan proses penyebaran konsentrasi oksigen di jaringan.

(11)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0.8 0.85 0.9 0.95 1 1.05 1.1 1.15 1.2 1.25 1.3 r c t=0 t=0.5 t=1.6 t=20 t=200

Gambar 3.7: Penyebaran Konsentrasi Oksigen di Jaringan untuk Laju Konsumsi Konstan.

Pada selang waktu dimana konsentrasi oksigen di dinding kapiler meningkat, daerah yang dekat dengan dinding kapiler mengikuti peningkatan tersebut. Se-lanjutnya untuk waktu yang cukup lama, sebaran konsentrasi oksigen mendekati keadaan tunak.

Gambar

Gambar 3.2 menunjukkan penyebaran konsentrasi dalam arah radial, sedang- sedang-kan Gambar 3.3 dalam arah aksial
Gambar 3.3: Grafik Konsentrasi Oksigen dalam Arah Aksial untuk Laju Konsumsi Konstan.
Grafik dari c(1, t), untuk parameter δ = 1.6, bc 1 = 1.25 ditunjukkan oleh Gam- Gam-bar 3.4.
Gambar 3.4: Syarat Batas pada r=1.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian aplikasi pada data text dengan panjang kunci yang berbeda, dapat diujikan juga waktu yang dibutuhkan dalam proses kompresi dan dekompresi

CAR, FDR, BOPO secara simultan berpengaruh terhadap ROA sebesar 98,4 %, artinya alokasi dana yang disiapkan untuk mengatasi kerugian kredit berisiko, jumlah

Pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa

Dari hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan pada aplikasi Visualisasi 3D Interaktif Masjid Agung Jawa Tengah dapat diberikan beberapa saran

Langkah-langkah identifikasi masalah yang diurakan di atas adalah agar identifikasi dilakukan tidak hanya menyangkut identifikasi masalah baik hasil, sebab

Metode:Penelitian ini merupakan studideskriptif yang dilakukan bulan April 2019 denganpopulasi 304orang dan sampel 172 orang diambil secara purposive sampling .Data

 Konsep rumah tangga pertanian mengalami perluasan dibanding Sensus Pertanian 1983, yaitu untuk konsep rumah tangga pertanian pengguna lahan ditambah dengan usaha

Hasil pengolahan data pada 36 orang sampel penelitian siswa/i SD Negeri 050578 Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat menyatakan bahwa Hipotesis Nol diterima