• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Sugono, 2008). Menurut pendapat Anastasia (2007: 126) masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang sederhana, tertutup, dan pada saat mereka menghadapi bahaya, ancaman, kesedihan, maupun masalah lain yang mengecewakan, mereka tetap saja mampu mempertahankan harga diri mereka dan tersenyum. Masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang maju dan modern tetapi mereka tetap mempertahankan budaya-budaya tradisional yang mereka miliki. Jepang tidak hanya memiliki keunikan dalam kebudayaannya saja tetapi juga dalam pendidikan, agama, keluarga dan lain-lain Sehingga menarik keingintahuan orang-orang untuk mengenal Jepang. Kegiatan kehidupan masyarakat Jepang lebih banyak dilakukan secara kelompok. Segala tindakan yang dilakukannya cenderung menunjukan tindakan kelompok. Kehidupan berkelompok ini sangat kental terlihat pada masyarakat Jepang, mereka tidak dapat menerima secara langsung orang-orang yang memiliki perbedaan dari kelompok mereka. Mereka cenderung menjauhi orang yang berbeda dari orang-orang dalam kelompoknya. Hal ini lah yang sering mendorong para remaja untuk bersikap sama seperti teman-temannya, jika ada satu orang yang berbeda maka ia akan mengalami penganiyayaan ataupun tidak dipedulikan. Hal-hal seperti ini tergolong dalam kenakalan remaja yang cukup meresahkan masyarakat Jepang.

(2)

2 Jika kita melihat masyarakat Jepang, khususnya remaja secara lebih mendalam, akhir-akhir ini tingkat kejahatan remaja di Jepang semakin meningkat. Tidak hanya kejahatan kecil tetapi juga kejahatan serius semakin sering di lakukan para remaja di Jepang. Selain itu kasus kekerasan di sekolah dan juga kasus bunuh diri yang di lakukan anak-anak sekolah dari anak SD hingga remaja SMU pun semakin meningkat. Tidak hanya dalam bidang kriminal saja, tetapi penyimpangan-penyimpangan psikologi anak remaja juga sering kali terjadi di Jepang. Salah satu contohnya adalah banyak dari mereka menolak untuk sekolah atau pergi ke sekolah serta mengunci diri di kamar. Fenomena ini disebut dengan hikikomori (引き篭り). Hal ini telah menjadi

masalah serius yang meresahkan warga dan pemerintah Jepang. Kaum remaja di Jepang masa kini cenderung kurang memperhatikan tata karma dan norma moral dikalangan masyarakat. Hal tersebut terjadi seiring dengan semakin modernnya gaya hidup masyarakat (Rebick, 2006:96).

Kasus kenakalan dan penympangan psikologis remaja ini terjadi terutama karena kurangnya komunikasi yang tepat dalam keluarga. Ayah yang sibuk dan ibu yang hanya memikirkan pendidikan anak dapat digolongkan sebagai penyebab utama kenakalan remaja.

Keluarga modern Jepang sudah banyak berubah dari keluarga tradisional menjadi keluarga modern. Keluarga modern umumnya terdiri dari ibu , ayah dan anak sedangkan pada keluarga tradisional biasanya terdiri dari ayah, ibu, anak-anak, kakek, dan nenek .Bahkan terkadang dalam satu rumah terdapat beberapa keluarga. Tidak seperti dalam keluarga tradisional, dalam keluarga modern kakek dan nenek tidak lagi memiliki wewenang penuh untuk mengajarkan kedisiplinan ataupun hal lainnya pada

(3)

3 cucunya. Keluarga modern Jepang dapat di katakan mirip dengan keluarga di Amerika dan Eropa (Bestore, 2004).

Peran ayah di dalam keluarga sangat penting bagi perkembangan anak, karena masyarakat Jepang mempercayai bahwa ayah mengajarkan anak-anaknya tentang norma masyarakat yang diperlukan dalam hubungan social dengan orang lain selain dengan orang-orang dalam keluarga. Dalam keluarga modern seorang ayah adalah seseorang yang setia pada pekerjaan, dimana mereka menghabiskan 15 jam sehari , 6 hari seminggu untuk menyelesaikan tugas serta bersosialisasi dalam bidang pekerjaannya. Meskipun pada zaman sekarang ini sudah banyak wanita yang bekerja karena tuntutan ekonomi terutama untuk membayar sewa rumah dan pendidikan anak tetapi umumnya ayahlah yang bekerja menghidupi keluarganya. Peran ayah di dalam keluarga sudah mulai tidak terlihat, karena keberadaan ayah lebih banyak di tempat kerjanya daripada di rumah. Hal ini mengakibatkan orang-orang mulai mempertanyakan kehidupan mereka yang terorientasi pada pekerjaan dan mulai mencari keseimbangan dalam bekerja dan hal lainnya terutama pada kehidupan kekeluargaan dalam hidup mereka (Rebick, 2006:97).

Sedangkan seorang ibu memiliki tanggung jawab merawat anak. Ketidak hadiran ayah di rumah membuat peran ayah di rumah digantikan oleh ibu. mereka mengajarkan anaknya agar menjadi penurut dan dewasa secara mental. Mereka sangat menuntut anaknya untuk berusaha keras dalam pendidikannya , sehingga banyak dari anak-anak di Jepang belajar hanya untuk memuaskan orang tuanya atau memenuhi perintah orang tuanya, bukan untuk melatih dirinya sendiri. Dengan kata lain anak-anak di Jepang sudah di program untuk bekerja demi memuaskan orang tuanya terutama ibu. Bukan untuk memuaskan keinginan sendiri. Ibu akan menjadi sangat

(4)

4 marah apabila anak tidak menuruti keinginannya. Ibu menganggap bahwa keinginannya itu bukan keinginannya secara pribadi, tetapi keinginan masyarakatnya, yaitu keinginan untuk menjadikan masyarakat Jepang sebagai masyarakat yang berpendidikan. Anak-anak di Jepang sangat di tuntut untuk menjadi penurut dan sangat sulit bagi mereka untuk mendapatkan image yang positif bila memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain (Gordon, 1989:393). Di lihat dari keadaan keluarga modern Jepang tersebut permasalahan yang banyak terjadi di keluarga Jepang adalah ibu yang overprotective terutama dalam bidang pendidikan anaknya. Jenis ibu seperti ini sering kali di sebut sebagai kyouiku mama (教 育 マ マ ), Mereka lebih mementingkan

pendidikan anaknya tanpa mempedulikan kebahagiaan mereka (Holloway, 2000:42). Anak merasa bahwa pendidikan tambahan yang diharuskan oleh ibunya untuk diambil bukan keinginannya. Mereka merasa sang ibu menjejalinya secara paksa pelajaran-pelajaran sekolah yang menjenuhkan. Proses sosisalisai yang terjadi dalam keluarga mengakibatkan anak kehilangan kebebasan pribadi dan dapat mengakibatkan stress yang berat. Anak mulai menilai bahwa ibu sangat turut mencampuri urusan anaknya tentang pendidikan sekolah. Ketidak nyamanan anak terhadap peran ibunya dalam ikut campur urusan sekolah dirasakan sudah tidak wajar. Masalah ini mengakibatkan anak-anak dari keluarga tersebut terutama yang remaja menjadi takut untuk bersosialisasi dan menarik diri dari masyarakat.

Sejak 1970 sampai sekarang banyak kritikus jurnalis dan psikologis mengatakan kekhawatiran mereka akan peran seorang ayah dalam keluarga , seperti “absennya seorang ayah di rumah (Chichioya fuzai)” ataupun “kurangnya kemampuan dan kekuasaan ayah (fusei no ketsujyo)”, akan membawa dampak buruk bagi seorang anak.

(5)

5 Mereka beranggapan dengan semakin kuatnya hubungan ayah dan anak dapat mencegah terjadinya masalah-masalah psikologi dan kriminal anak (Nakatani, 2006 :96).

Chichioya fuzai atau yang dapat kita sebut sindrom absennya seorang ayah di rumah merupakan masalah yang sangat mengkhawatirkan. Pada masa Jepang modern ini banyak ibu-ibu yang menjadi single parent karena suaminya sudah meninggal ataupun perceraian, tetapi chichioya fuzai tidak hanya terjadi karena alasan tersebut saja. Alasan lainnya adalah di perusahaan Jepang banyak terjadi pemindahan tempat kerja ke negara lain untuk jangka waktu yang cukup lama. Mereka yang dipindah kerjakan tidak dapat membawa keluarga mereka karena sedikit sekali perusahaan yang akan memberi biaya untuk pemindahan satu keluarga dan juga karena alasan pendidikan anak. Jika anak mereka pindah sekolah, ditakutkan mereka akan mengalami masalah dengan bahasa di negara tersebut , lalu ketika mereka kembali ke Jepang dikhawatirkan mereka akan mengalami kesulitan untuk bergaul dengan teman sekelasnya. Meskipun ayah ditugaskan sementara ke daerah lain di Jepang pun, sangat jarang bagi mereka untuk membawa keluarga bersamanya. Fenomena ini disebut juga tanshin funin (単 身 赴 任 ) (Gordon, 1989:393), tidak hanya karena hal itu saja

walaupun seorang ayah tidak di pindah tugaskan mereka tetap sering kali harus pulang malam, bahkan harus menginap di hotel dekat perusahaannya ataupun menginap di kantor. Orang Jepang dikenal sebagai orang-orang yang gila kerja , sehingga mereka jarang sekali meluangkan waktu mereka untuk keluarga. Mereka tidak hanya tidak memiliki waktu untuk anak mereka, mereka juga tidak memiliki keinginan untuk bersama mereka. Seperti ketika memiliki waktu luang , mereka lebih memilih

(6)

6 melakukan hobi sendirian ataupun bersama teman-teman mereka di luar rumah, seperti golf, memancing, dll bahkan untuk hal kecil seperti makan malam bersama keluarga pun jarang di lakukan oleh mereka. Dapat di lihat dari kebiasaan seorang ayah di Jepang sangat berbeda dengan seorang ayah dalam keluarga di Indonesia dimana mereka lebih memilih menghabiskan waktu luangnya bersama keluarga daripada melakukan hobinya sendirian.

Menurut Rebick (2006:95), masyarakat modern Jepang dikhawatirkan akan menjadi masyarakat tanpa ayah, yaitu masyarakat yang tidak mengenal ayah sebagai salah satu anggota keluarga. selain itu juga Rebick (2006:96) menambahkan tidak hanya “tanpa ayah” tetapi keberadaan seorang ayah seperti sudah dihapuskan dan di rumah seorang ayah bener-benar dianggap tidak ada. Mereka sudah tampak seperti orang asing di rumah. Hal ini tentunya sangat berdampak buruk bagi anak-anak, terutama anak remaja dimana mereka sedang dalam tahap pencarian jati diri, dan sangat membutuhkan tuntunan komunikasi dari orang tua. Ketika mereka mengalami depresi karena suatu permasalahan, akan sulit bagi orang tua dan remaja tersebut untuk menyelesaikan permasalahan karena mereka tidak memiliki dasar-dasar komunikasi yang seharusnya sudah dibangun sejak anak masih kecil.

Sebenarnya hal ini tidak terjadi dari zaman dahulu. Pada zaman Edo seorang ayah tidak seperti sekarang ini, Pada zaman itu seorang ayah selalu membantu dalam hal merawat anak. Dalam keluarga seorang samurai seorang anak menjadi tanggung jawab seorang ibu hanya sampai saatnya di ambil alih oleh ayah untuk di ajarkan sastra dan bela diri. Kemudian pada zaman Meiji lahirlah doktrin yang mengajarkan bagaimana menjadi isrti yang baik dan ibu yang bijaksana. Di dalam doktrin ini di ajarkan bagaimana bersikap menjadi istri yang baik bagi suaminya dan bagaimana mendidik

(7)

7 anaknya agar dapat berguna bagi bangsa dan negaranya di masa mendatang. Doktrin ini di sebut juga ryoosaikenbo (良妻賢母). Doktrin ini menegaskan tentang peran

suami dan istri. Seorang istri harus berada di rumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah, melayani suaminya dan mengurus anaknya, sedangkan suami sebagai pencari nafkah. Hal ini mengakibatkan terjadinya pemisahan gender yang dapat terlihat dengan jelas dalam suatu keluarga di Jepang, selain itu para suami atau ayah di Jepang sejak saat itu sampai saat ini menjadi tidak secara langsung mengurus anaknya, tetapi mereka hanya mensupport anak mereka dengan memberi dukungan finansial, sedangkan ibu memiliki tanggung jawab untuk mendidik anaknya (Jovilet, 1997 : 45).

Melihat dari hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis kasus-kasus penyimpangan psikologi remaja yang diakibatkan oleh permasalahan chichioya fuzai . beberapa penyimpangan psikologi remaja yang dapat terjadi adalah hikikomori, perasaan benci yang mendalam pada ayahnya, remaja pria yang memiliki sifat feminism, depresi remaja dan lain-lain.

1.2 Rumusan Permasalahan

Penulis tertarik untuk menganalisis beberapa kasus mengenai renggangnya hubungan ayah dan anak dalam keluarga di Jepang yang disebabkan oleh masalah chichioya fuzai yang dialami oleh anak-anak remaja di Jepang beserta dengan berbagai macam akibat yang dialami remaja-remaja tersebut.

(8)

8 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan

Ruang lingkup permasalahan skripsi ini dibatasi meneliti masalah chichioya fuzai dalam hubungan ayah dan anak pada tahun 1990-2008 melalui studi kasus pada anak-anak remaja di Jepang.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari dibuatnya skripsi ini adalah menganalisis kasus-kasus renggangnya hubungan ayah dan anak remaja di Jepang yang dikaitkan dengan masalah chichioya fuzai dan mengetahui akibat-akibat yang dialami remaja di Jepang, Sedangkan manfaat dari skripsi ini adalah agar pembaca dapat mendalami dan menambah wawasan tentang permasalahan chichioya fuzai yang terjadi di Jepang .

1.5 Metode Penelitian

Metode yang akan dipakai adalah metode kajian kepustakaan dan metode deskriptif. Metode kepustakaan adalah metode dimana data penelitiannya diambil sebagian besar atau seluruhnya dari kepustakaan misalnya buku, artikel, dokumen, laporan. Penulis menggunakan metode ini karena sumber utama data yang akan saya pakai berupa buku-buku dan data dari internet. Sedangkan metode deskriptif analitis adalah metode dengan penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat suatu keadaan, gejala atau topik tertentu, atau untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lainnya (Koentjaraningrat, 1991: 29).

(9)

9 1.6 Sistematika Penulisan

Dalam bab 1 pendahuluan, berisi tentang latar belakang permasalahan yang akan diteliti beserta alasan penulis memilih judul skripsi, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Dalam bab 2 landasan Teori, berisi tentang penjelasan mengenai konsep chichioya fuzai, konsep fusei no ketsujyo, konsep ryousai kenbo, beberapa teori psikologi remaja dan teori psikologi keluarga yang akan di pakai untuk menganalisis kasus.

Dalam bab 3 analisis Data, berisi tentang hasil penelitian yang telah di lakukan penulis yaitu berupa contoh-contoh kasus mengenai permasalahan renggangnya hubungan ayah dan anak yang di sebabkan oleh chichioya fuzai di dalam keluarga di Jepang. Contoh kasus ini memiliki beberapa akibat berbeda yang dialami oleh para remaja di Jepang dan akan diteliti menggunakan teori-teori psikologi remaja dan psikologi keluarga.

Pada bab 4 simpulan dan saran, penulis akan membuat beberapa simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan jika ada penulis akan

memberikan saran - saran untuk bagaimana menyelesaikan permasalahan merenggangnya hubungan ayah dan anak ini.

Pada bab 5 Ringkasan, isi skripsi diulang kembali secara ringkas. Latar belakang penelitian, rumusan permasalahan serta tujuan penelitian dan hasil penelitian sebagai jawaban permasalahan diungkapkan kembali secara singkat dan padat.

Referensi

Dokumen terkait

Serpong Cipta Kreasi adalah karena tertarik untuk mengatahui kerja di bidang human resource management di industri Leisure serta ingin mengetahui bagaimana proses

Salah satu bentuk risiko akibat tindakan pelayanan kesehatan di RS adalah kesalahan pengobatan (medication error), yang dapat berupa kesalahan identifikasi pasien, salah nama

kelas tiga jurusan bahasa dan pengajar bahasa Jepang di SMAN 1 Margahayu. Pada penelitian ini, penulis melakukan uji efektivitas pada Shok-Kai sebagai media alternatif

Dengan mencermati gambar tentang peristiwa malam hari, siswa dapat menuliskan kosakata tersebut dengan benar.. Dengan berdiskusi siswa dapat menyebutkan rumusan sila kelima

[r]

Melalui tayangan Malang TV Nonggo yang menyelipkan iklan atau promosi produk Sari Jahe Keraton, diharapkan dapat mendorong atau memotivasi khalayak agar memenuhi kebutuhan akan

Reproduksi seksual pada zygomycotina dengan cara pembentukan spora seksual (zigospora) melalui peleburan hifa yang berbeda jenis.i.

Atas penjelasan tersebut diketahui bahwa dari waktu ke waktu terjadi kebutuhan hukum sebagai akibat dari meningkatnya transaksi dalam perdagangan dan pembayaran sehingga