…perbedaan konsep seX dan genDer…
GENDER
Adalah PEMBEDAAN laki-laki dan perempuan berdasarkan: peran, kedudukan, tanggung jawab, hak dan kewajibannya
dalam suatu masyarakat. Perbedaan ini terjadi akibat konstruksi sosial maupun budaya,
bersifat tidak permanen sejalan dengan perkembangan masyarakat tersebut.
SEKS ATAU JENIS KELAMIN
Adalah PERBEDAAN BIOLOGIS antara laki-laki dan perempuan. Perempuan: mempunyai vagina, sel telur, rahim, dan alat untuk menyusui. Laki-laki : memiliki penis, testis, dan memproduksi sperma. Perbedaan ini bersifat permanen atau sering sering dikatakan
sebagai KODRAT.
Haid, hamil, melahirkan, dan menyusui
(fungsi reproduksi) merupakan hak prerogatif
perempuan sebagai karunia Tuhan YME
…HAID ….
…. HAMIL…
..MELAHIRKAN..
Diluar fungsi reproduksi,
secara sosial
perempuan dan
laki-laki
mempunyai potensi
peran yang sama.
Perbedaan peran
antara laki-laki
dan perempuan
tidak menjadi
persoalan
sejauh
tidak
merugikan salah satu pihak
.
PROSES YANG MEMASUKKAN ANALISIS GENDER KE DALAM PROGRAM & KEGIATAN DARI
INSTANSI PEMERINTAH & ORGANISASI KEMASYARAKATAN
MULAI DARI TAHAPAN PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PEMANTAUAN & EVALUASI DARI SELURUH KEBIJAKAN, PROGRAM
& KEGIATAN INSTANSI PEMERINTAH DAN ORGANISASI
KEMASYARAKATAN
Kronologis PUG
1. Konvensi CEDAW (Convention on the Elimination of all Forms of
Discrimination Againts Women), diratifikasi Indonesia dan disahkan menjadi UU Nomor 7 Tahun 1984 tentang Konvensi Penghapusan Segala bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
2. Millenium Development Goals (MDGs), Deklarasi Millenium pada
KTT Millenium PBB yang menyepakati tujuan pembangunan global dimana kesetaraan gender sebagai salai satu tujuannya
3. Beijing Platform, Konferensi Perempuan sedunia ke-4, dimana
Indonesia sebagai negara peserta ikut menyetujui untuk
melaksanakan gender masinstream dalam semua usaha
pembangunan. Di Indonesia istilah gender masinstream disebut Pengarusutamaan Gender disingkat menjadi PUG
4. Tanggapan Pemerintah Indonesia terhadap Mainstreaming Gender adalah dengan mengeluarkan beberapa payung hukum antara lain:
a. INPRES Nomor 9 Tahun 2000 tentang keharusan semua
sektor pembangunan untuk melaksanakan PUG ke dalam keseluruhan proses siklus pembangunan di tingkat nasional maupun lokal
b. Perpres Nomor 7 Tahun 2005 berkaitan dengan RPJMN 2004
- 2009 yang menyebutkan PUG sebagai salah satu strategi nasional di samping tiga strategi lainnya (Pro-poor, sustainable development, dan good governance)
c. Permendagri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan PUG di Daerah
Kronologis PUG (lanjutan)
5. Bimbingan Teknis KPPA. Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak melakukan upaya harmonisasi konsep
dan definisi yang lebih lengkap tentang gender
dan aplikasinya
Landasan Hukum
1. UUD 1945 Pasal 27,28 tentang Persamaan hak dan kewajiban setiap warga negara.
2. UU No.7/1984 tentang Pengesahan Konsvensi mengenai Penghapusan segala bentuk diskriminasi thd perempuan. 3. UU No.39/1999 tentang HAM.
4. UU No.10/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
5. Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender. 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah
Landasan Hukum (lanjutan)
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93 tahun 2011 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran K/L Tahun 2012 yang memandatkan K/L melaksanakan perencanaan dan penganggaran responsif gender melalui Gender Budget Statement.
8. Permenhut Nomor 65 Tahun 2011 tentang Perencanaan
INPRES Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional Sosialisasi PUG Advokasi Pengambil Kebijakan Kelembagaan PUG Bimbingan Teknis Kesetaraan dan Keadilan Gender
PUG sebagai strategi untuk menjawab kesenjangan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan antara laki-laki dan perempuan
Mengapa harus
dengan PUG … ?
‘negara-negara miskin di dunia menjadi semakin miskin
dikarenakan kebijakan Pemerintahnya (jumlah
anggaran, sektor pembangunan, strategy) tidak
memiliki sensitivitas dan tidak pro gender’
‘negara-negara maju di dunia menjadi semakin maju
dikarenakan kebijakan Pemerintahnya (anggaran,
sektor pembangunan, strategy) memiliki sensitivitas
dan sangat pro gender’
Tujuan : terciptanya gender equality, equity, efficacy dan women’s empowerment di segala bidang.
Platform Beijing :
1. Mengakui adanya ketidaksamaan antara perempuan
dan laki-laki
2. Mengakui bahwa kemiskinan membuat lebih buruk
lagi ketidaksamaan (ketidaksetaraan)
3. Menunjukan dan menghilangkan pembatas ke arah
Kebijakan/program yang responsif gender disusun
berdasarkan analisis gender dan bertujuan untuk
menyelesaikan atau mengurangi masalah
kesenjangan gender.
Kebijakan/program yang responsif gender berfokus
kepada aspek yang memperlihatkan kondisi
kesenjangan dan kepada upaya mengangkat isu
ketertinggalan dari salah satu jenis kelamin
Peran ganda perempuan dan laki-laki belum bisa
diterima ada pembagian kerja yang tegas
Skutch output di bidang agroforestry
mengarah pada keuntungan laki-laki daripada
perempuan :
1.
Pertisipasi perempuan dalam menyusun
perencanaan proyek kurang
2.
Peluang perempuan terbatas di bidang sosial
kehutanan
3.
Posisi dan kekuatan perempuan di dalam
kehutanan sangat lemah.
Leuscher & Khaluque (1987) perempuan memainkan
peranan penting dalam agroforestry : mengumpulkan
kayu bakar, menanam bibit, pemeliharaan pohon, dan
pemanenan kayu.
Kedekatan perempuan dengan alam memberikan
petunjuk bagi perencana pembangunan kehutanan,
Perempuan memiliki potensi untuk berperan dalam
pembangunan kehutanan.
Widayanti, WT (2001) pembangunan hutan pilot
proyek PHJO di KPH Madiun curahan tenaga kerja
pesanggem perempuan dalam kegiatan pembagunan
tanaman hutan > 45% (Desa Randualas 47,68% dan
Desa Kresek 45,88%)
Meningkatkan peran hutan terhadap food
security terutama yang berkaitan dengan
aksesibilitas
masyarakat
(laki-laki
–
perempuan)
khususnya
terhadap
sumberdaya hutan.
Penekanan ini didasarkan atas kenyataan
bahwa umumnya tingkat kelaparan dan
kemiskinan yang paling dominan terdapat
pada
masyarakat
yang
tinggal
disekitar/didalam hutan terutama hutan
yang sedang mengalami degradasi.
Regulasi yang dikeluarkan pemerintah
untuk terus menjaga dan melestarikan agar
hutan beserta ekosistem yang ada di
dalamnya dapat terus-menerus menyangga
kehidupan manusia.
Rusaknya suatu ekosistem di sekitar
pemukiman akan menyebabkan
menurunnya daya dukung lahan sebagai
penyangga kehidupan.
Berdampak pada penurunan kualitas
kehidupan keluarga yang tinggal di sekitar
ekosistem yang rusak tersebut, seperti :
semakin berkurangnya pasokan bahan pangan,
sumber air bersih, lingkungan yang sehat,
udara bersih, dan sebagainya.
Ekosistem yang rusak tersebut juga dapat
berdampak pada penurunan kondisi
perekonomian masyarakat yang tinggal di
sekitarnya, akibat semakin jauh jarak yang
harus ditempuh untuk pemenuhan kebutuhan
pokoknya.
Semakin mahal biaya yang harus
dikeluarkan berdampak pada keluarga
(perempuan).
Maka Perempuan berkepentingan untuk
mempertahankan kelestarian alam di
sekitar tempat tinggal mereka termasuk
keanekaragaman jenis satwa dan tumbuhan
demi ketahanan pangan keluarga.
1.
Gender action plan pengelolaan hutan lestari
merupakan rencana aksi yang mengintegrasi
gender dalam perencanaan dan penganggaran
pengelolaan hutan lestari.
2. Integrasi gender dapat dilakukan melalui dua
strategi, yaitu:
Pengarusutamaan gender (integrasi gender
dalam seluruh tahapan perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan, monev)
Affirmative action: tindakan pemihakan
khusus kepada yang tertinggal)
3.
Integrasi dilakukan melalui analisis gender,
salah satunya melalui Gender Analysis
Permendagri 67 tahun 2011: Pasal 1 ayat 6:
Perencanaan responsif gender adalah
perencanaan untuk mencapai kesetaraan
dan keadilan gender, yang dilakukan
melalui pengintegrasian pengalaman,
aspirasi, kebutuhan, potensi, dan
penyelesaian permasalahan perempuan
dan laki-laki.
Ps 4 ayat 2: Penyusunan kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan
responsif gender sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui analisis
gender
KELEMBAGAAN
Keputusan Menteri Kehutanan No. 82/Kpts-II/2003 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender di tingkat Departemen Kehutanan
Keputusan Menteri Kehutanan No. 528/Menhut-II/Peg/2004 tentang Panduan Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG) Departemen Kehutanan
Keputusan Menteri Kehutanan No.SK.299/Menhut-II/2005 tentang Penetapan Pokja PUG tingkat Departemen Kehutanan
Keputusan Menteri Kehutanan
SK./5408/Menhut-II/Peg/2008 tentang Penetapan Kelompok Kerja
Pengarusutamaan Gender (PUG) tingkat
Kementerian Kehutanan
Keputusan Menteri Kehutanan
No.SK.3330/Menhut-II/Kum/2011 tentang Penetapan Kelompok Kerja
Pengarusutamaan Gender (PUG) tingkat
Penyamaan persepsi kepada jajaran
Departemen Kehutanan Pusat (pejabat
struktural dan pejabat fungsional yang
setara) dan penyamaan persepsi di
daerah
Koordinasi lintas sektoral terkait PUG
Penyusunan dan pengumpulan data
terpilah Gender
Penyusunan Panduan Pelaksanaan
PUG Dephut
Pelatihan Leadership untuk staf
senior perempuan lingkup pusat
Dephut
Analisis gender terhadap data dan
perencanaan kegiatan
Sosialisasi PUG ke daerah (7
propinsi)
Pelatihan Analisis Gender (30
orang)
Penerbitan Buku Saku PUG (100
eksemplar)
Penerbitan Icon PUG dalam Website
Dephut
Pelatihan penyusunan rencana kegiatan
responsif gender diikuti oleh Subbag
program pada Eselon I lingkup
Kementerian Kehutanan
Penyusunan dan Penerbitan Pedoman
perencanaan dan penganggaran yang
responsif gender bidang kehutanan
(Permenhut P.65/Menhut-II/2011 Tanggal
3 Agustus 2011
Advokasi kegiatan yang responsif gender
ke level pimpinan
Sosialisasi kegiatan responsif gender
ke tingkat perencana dan pelaksana
Pemetaan dokumen-dokumen yang
responsif gender (revisi renstra dan
renja jika memungkinkan), dalam
pembuatan juklak juknis, SOP harus
responsif gender
Penerimaan Penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) dari Kementerian KPP dan PA
Pendampingan teknis kegiatan responsif gender
oleh Kementerian PPdan PA
Pelatihan TOT personil Kementerian
Kehutanan
Penandatanganan MOU Kementerian PPdan PA
dan Kementerian Kehutanan
(No. NK.13/Menhut-II/2011 dan No. 30/MPP-PA/D.I/08/2011 tentang Peningkatan Efektivitas PUG di Bidang Kehutanan pada tgl 3 Agustus 2011)
No Eselon I Kegiatan Komponen
1 Ditjen Planologi
Penataan batas kawasan hutan Inventarisasi trayek batas kawasan hutan 2 Ditjen BUK Pemantauan Usaha Kehutanan
dan Pembinaan Ganis Wasganis PHPL
Diklat Ganis PHPL Bidang BUK 3 Ditjen PHKA Pengembangan Pemanfaatan
Jasa Lingkungan Workshop, pembinaan, bintek 4 Ditjen BPDAS dan PS Perencanaan, Penyelenggaraan RHL, Pengambangan
Kelembagaan danEvaluasi DAS
Pembuatan KBR 5 BP2SDMK Peningkatan Pelayanan Penyuluhan Kehutanan Pengembangan model Penyuluhan Kehutanan RG
No Eselon I Kegiatan Komponen
6 Badan Litbang Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sosialisasi Penerapan PUG Bidang Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 7 Inspektorat Jenderal
Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
Persiapan pelaksanaan pelatihan kantor sendiri
8 Sekretariat Jenderal Penyelenggaraan administrasi keuangan
Akutansi keuangan negara dan inventarisasi kekayaan negara
Pembahasan workplan Pokja PUG
Pembahasan GAP, GBS, TOR responsif
Gender 2013
Penyusunan Pedoman Evaluasi PUG
Bidang Kehutanan
Penyusunan Pedoman Data Terpilah
Gender Bidang Kehutanan
No Eselon I Kegiatan Komponen
1 Ditjen Planologi
Penyusunan Data dan Informasi SDH
Inventarisasi SDH 2 Ditjen BUK Pemantauan Usaha Kehutanan
dan Pembinaan Ganis Wasganis PHPL
Diklat Ganis PHPL Bidang BUK 3 Ditjen PHKA - Pengembangan Pemanfaatan
Jasa Lingkungan - Dukungan manajemen
-Sosialisasi KSDHAE - Raker Manggala Agni
4 Ditjen BPDAS dan PS
Perencanaan, Penyelenggaraan RHL, Pengambangan
Kelembagaan danEvaluasi DAS
Pembuatan KBR 5 BP2SDMK Peningkatan Penyuluhan Kehutanan Model Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan.
No Eselon I Kegiatan Komponen
6 Badan Litbang Penerapan PUG Bidang Litbang Kehutanan
-Workshop penulisan proposal Litbang berperspektif Gender - Kegiatan Sub Pokja PUG
7 Inspektorat Jenderal
Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
-Persiapan pelaksanaan pelatihan kantor sendiri
- Audit Kinerja sesuai PKPT Responsif Gender
8 Sekretariat Jenderal Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
-Pemetaan peserta Juknis
-Sosialisasi Juknis