• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN GENDER Sosialisasi Peran Perempuan pada Konservasi Sumber Daya Alam Hutan & Ekosistemnya 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGERTIAN GENDER Sosialisasi Peran Perempuan pada Konservasi Sumber Daya Alam Hutan & Ekosistemnya 2013"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

…perbedaan konsep seX dan genDer…

GENDER

Adalah PEMBEDAAN laki-laki dan perempuan berdasarkan: peran, kedudukan, tanggung jawab, hak dan kewajibannya

dalam suatu masyarakat. Perbedaan ini terjadi akibat konstruksi sosial maupun budaya,

bersifat tidak permanen sejalan dengan perkembangan masyarakat tersebut.

SEKS ATAU JENIS KELAMIN

Adalah PERBEDAAN BIOLOGIS antara laki-laki dan perempuan. Perempuan: mempunyai vagina, sel telur, rahim, dan alat untuk menyusui. Laki-laki : memiliki penis, testis, dan memproduksi sperma. Perbedaan ini bersifat permanen atau sering sering dikatakan

sebagai KODRAT.

Haid, hamil, melahirkan, dan menyusui

(fungsi reproduksi) merupakan hak prerogatif

perempuan sebagai karunia Tuhan YME

…HAID ….

…. HAMIL…

..MELAHIRKAN..

(3)

Diluar fungsi reproduksi,

secara sosial

perempuan dan

laki-laki

mempunyai potensi

peran yang sama.

Perbedaan peran

antara laki-laki

dan perempuan

tidak menjadi

persoalan

sejauh

tidak

merugikan salah satu pihak

.

PROSES YANG MEMASUKKAN ANALISIS GENDER KE DALAM PROGRAM & KEGIATAN DARI

INSTANSI PEMERINTAH & ORGANISASI KEMASYARAKATAN

MULAI DARI TAHAPAN PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PEMANTAUAN & EVALUASI DARI SELURUH KEBIJAKAN, PROGRAM

& KEGIATAN INSTANSI PEMERINTAH DAN ORGANISASI

KEMASYARAKATAN

(4)

Kronologis PUG

1. Konvensi CEDAW (Convention on the Elimination of all Forms of

Discrimination Againts Women), diratifikasi Indonesia dan disahkan menjadi UU Nomor 7 Tahun 1984 tentang Konvensi Penghapusan Segala bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan

2. Millenium Development Goals (MDGs), Deklarasi Millenium pada

KTT Millenium PBB yang menyepakati tujuan pembangunan global dimana kesetaraan gender sebagai salai satu tujuannya

3. Beijing Platform, Konferensi Perempuan sedunia ke-4, dimana

Indonesia sebagai negara peserta ikut menyetujui untuk

melaksanakan gender masinstream dalam semua usaha

pembangunan. Di Indonesia istilah gender masinstream disebut Pengarusutamaan Gender disingkat menjadi PUG

4. Tanggapan Pemerintah Indonesia terhadap Mainstreaming Gender adalah dengan mengeluarkan beberapa payung hukum antara lain:

a. INPRES Nomor 9 Tahun 2000 tentang keharusan semua

sektor pembangunan untuk melaksanakan PUG ke dalam keseluruhan proses siklus pembangunan di tingkat nasional maupun lokal

b. Perpres Nomor 7 Tahun 2005 berkaitan dengan RPJMN 2004

- 2009 yang menyebutkan PUG sebagai salah satu strategi nasional di samping tiga strategi lainnya (Pro-poor, sustainable development, dan good governance)

c. Permendagri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman

Umum Pelaksanaan PUG di Daerah

(5)

Kronologis PUG (lanjutan)

5. Bimbingan Teknis KPPA. Kementerian Negara

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak melakukan upaya harmonisasi konsep

dan definisi yang lebih lengkap tentang gender

dan aplikasinya

(6)

Landasan Hukum

1. UUD 1945 Pasal 27,28 tentang Persamaan hak dan kewajiban setiap warga negara.

2. UU No.7/1984 tentang Pengesahan Konsvensi mengenai Penghapusan segala bentuk diskriminasi thd perempuan. 3. UU No.39/1999 tentang HAM.

4. UU No.10/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

5. Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender. 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008

tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah

Landasan Hukum (lanjutan)

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93 tahun 2011 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran K/L Tahun 2012 yang memandatkan K/L melaksanakan perencanaan dan penganggaran responsif gender melalui Gender Budget Statement.

8. Permenhut Nomor 65 Tahun 2011 tentang Perencanaan

(7)

INPRES Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional Sosialisasi PUG Advokasi Pengambil Kebijakan Kelembagaan PUG Bimbingan Teknis Kesetaraan dan Keadilan Gender

PUG sebagai strategi untuk menjawab kesenjangan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan antara laki-laki dan perempuan

Mengapa harus

dengan PUG … ?

(8)

‘negara-negara miskin di dunia menjadi semakin miskin

dikarenakan kebijakan Pemerintahnya (jumlah

anggaran, sektor pembangunan, strategy) tidak

memiliki sensitivitas dan tidak pro gender’

‘negara-negara maju di dunia menjadi semakin maju

dikarenakan kebijakan Pemerintahnya (anggaran,

sektor pembangunan, strategy) memiliki sensitivitas

dan sangat pro gender’

Tujuan : terciptanya gender equality, equity, efficacy dan women’s empowerment di segala bidang.

 Platform Beijing :

1. Mengakui adanya ketidaksamaan antara perempuan

dan laki-laki

2. Mengakui bahwa kemiskinan membuat lebih buruk

lagi ketidaksamaan (ketidaksetaraan)

3. Menunjukan dan menghilangkan pembatas ke arah

(9)

Kebijakan/program yang responsif gender disusun

berdasarkan analisis gender dan bertujuan untuk

menyelesaikan atau mengurangi masalah

kesenjangan gender.

Kebijakan/program yang responsif gender berfokus

kepada aspek yang memperlihatkan kondisi

kesenjangan dan kepada upaya mengangkat isu

ketertinggalan dari salah satu jenis kelamin

Peran ganda perempuan dan laki-laki belum bisa

diterima  ada pembagian kerja yang tegas

Skutch  output di bidang agroforestry

mengarah pada keuntungan laki-laki daripada

perempuan :

1.

Pertisipasi perempuan dalam menyusun

perencanaan proyek kurang

2.

Peluang perempuan terbatas di bidang sosial

kehutanan

3.

Posisi dan kekuatan perempuan di dalam

kehutanan sangat lemah.

(10)

Leuscher & Khaluque (1987) perempuan memainkan

peranan penting dalam agroforestry : mengumpulkan

kayu bakar, menanam bibit, pemeliharaan pohon, dan

pemanenan kayu.

Kedekatan perempuan dengan alam memberikan

petunjuk bagi perencana pembangunan kehutanan,

Perempuan memiliki potensi untuk berperan dalam

pembangunan kehutanan.

Widayanti, WT (2001)  pembangunan hutan pilot

proyek PHJO di KPH Madiun curahan tenaga kerja

pesanggem perempuan dalam kegiatan pembagunan

tanaman hutan > 45% (Desa Randualas 47,68% dan

Desa Kresek 45,88%)

Meningkatkan peran hutan terhadap food

security terutama yang berkaitan dengan

aksesibilitas

masyarakat

(laki-laki

perempuan)

khususnya

terhadap

sumberdaya hutan.

Penekanan ini didasarkan atas kenyataan

bahwa umumnya tingkat kelaparan dan

kemiskinan yang paling dominan terdapat

pada

masyarakat

yang

tinggal

disekitar/didalam hutan terutama hutan

yang sedang mengalami degradasi.

(11)

Regulasi yang dikeluarkan pemerintah

untuk terus menjaga dan melestarikan agar

hutan beserta ekosistem yang ada di

dalamnya dapat terus-menerus menyangga

kehidupan manusia.

Rusaknya suatu ekosistem di sekitar

pemukiman akan menyebabkan

menurunnya daya dukung lahan sebagai

penyangga kehidupan.

Berdampak pada penurunan kualitas

kehidupan keluarga yang tinggal di sekitar

ekosistem yang rusak tersebut, seperti :

semakin berkurangnya pasokan bahan pangan,

sumber air bersih, lingkungan yang sehat,

udara bersih, dan sebagainya.

Ekosistem yang rusak tersebut juga dapat

berdampak pada penurunan kondisi

perekonomian masyarakat yang tinggal di

sekitarnya, akibat semakin jauh jarak yang

harus ditempuh untuk pemenuhan kebutuhan

pokoknya.

(12)

Semakin mahal biaya yang harus

dikeluarkan berdampak pada keluarga

(perempuan).

Maka Perempuan berkepentingan untuk

mempertahankan kelestarian alam di

sekitar tempat tinggal mereka termasuk

keanekaragaman jenis satwa dan tumbuhan

demi ketahanan pangan keluarga.

1.

Gender action plan pengelolaan hutan lestari

merupakan rencana aksi yang mengintegrasi

gender dalam perencanaan dan penganggaran

pengelolaan hutan lestari.

2. Integrasi gender dapat dilakukan melalui dua

strategi, yaitu:

Pengarusutamaan gender (integrasi gender

dalam seluruh tahapan perencanaan dan

penganggaran, pelaksanaan, monev)

Affirmative action: tindakan pemihakan

khusus kepada yang tertinggal)

3.

Integrasi dilakukan melalui analisis gender,

salah satunya melalui Gender Analysis

(13)

Permendagri 67 tahun 2011: Pasal 1 ayat 6:

Perencanaan responsif gender adalah

perencanaan untuk mencapai kesetaraan

dan keadilan gender, yang dilakukan

melalui pengintegrasian pengalaman,

aspirasi, kebutuhan, potensi, dan

penyelesaian permasalahan perempuan

dan laki-laki.

Ps 4 ayat 2: Penyusunan kebijakan,

program, dan kegiatan pembangunan

responsif gender sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan melalui analisis

gender

(14)

KELEMBAGAAN

 Keputusan Menteri Kehutanan No. 82/Kpts-II/2003 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender di tingkat Departemen Kehutanan

 Keputusan Menteri Kehutanan No. 528/Menhut-II/Peg/2004 tentang Panduan Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG) Departemen Kehutanan

 Keputusan Menteri Kehutanan No.SK.299/Menhut-II/2005 tentang Penetapan Pokja PUG tingkat Departemen Kehutanan

Keputusan Menteri Kehutanan

SK./5408/Menhut-II/Peg/2008 tentang Penetapan Kelompok Kerja

Pengarusutamaan Gender (PUG) tingkat

Kementerian Kehutanan

Keputusan Menteri Kehutanan

No.SK.3330/Menhut-II/Kum/2011 tentang Penetapan Kelompok Kerja

Pengarusutamaan Gender (PUG) tingkat

(15)

Penyamaan persepsi kepada jajaran

Departemen Kehutanan Pusat (pejabat

struktural dan pejabat fungsional yang

setara) dan penyamaan persepsi di

daerah

Koordinasi lintas sektoral terkait PUG

Penyusunan dan pengumpulan data

terpilah Gender

Penyusunan Panduan Pelaksanaan

PUG Dephut

Pelatihan Leadership untuk staf

senior perempuan lingkup pusat

Dephut

Analisis gender terhadap data dan

perencanaan kegiatan

(16)

Sosialisasi PUG ke daerah (7

propinsi)

Pelatihan Analisis Gender (30

orang)

Penerbitan Buku Saku PUG (100

eksemplar)

Penerbitan Icon PUG dalam Website

Dephut

Pelatihan penyusunan rencana kegiatan

responsif gender diikuti oleh Subbag

program pada Eselon I lingkup

Kementerian Kehutanan

Penyusunan dan Penerbitan Pedoman

perencanaan dan penganggaran yang

responsif gender bidang kehutanan

(Permenhut P.65/Menhut-II/2011 Tanggal

3 Agustus 2011

Advokasi kegiatan yang responsif gender

ke level pimpinan

(17)

Sosialisasi kegiatan responsif gender

ke tingkat perencana dan pelaksana

Pemetaan dokumen-dokumen yang

responsif gender (revisi renstra dan

renja jika memungkinkan), dalam

pembuatan juklak juknis, SOP harus

responsif gender

Penerimaan Penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) dari Kementerian KPP dan PA

Pendampingan teknis kegiatan responsif gender

oleh Kementerian PPdan PA

Pelatihan TOT personil Kementerian

Kehutanan

Penandatanganan MOU Kementerian PPdan PA

dan Kementerian Kehutanan

(No. NK.13/Menhut-II/2011 dan No. 30/MPP-PA/D.I/08/2011 tentang Peningkatan Efektivitas PUG di Bidang Kehutanan pada tgl 3 Agustus 2011)

(18)

No Eselon I Kegiatan Komponen

1 Ditjen Planologi

Penataan batas kawasan hutan Inventarisasi trayek batas kawasan hutan 2 Ditjen BUK Pemantauan Usaha Kehutanan

dan Pembinaan Ganis Wasganis PHPL

Diklat Ganis PHPL Bidang BUK 3 Ditjen PHKA Pengembangan Pemanfaatan

Jasa Lingkungan Workshop, pembinaan, bintek 4 Ditjen BPDAS dan PS Perencanaan, Penyelenggaraan RHL, Pengambangan

Kelembagaan danEvaluasi DAS

Pembuatan KBR 5 BP2SDMK Peningkatan Pelayanan Penyuluhan Kehutanan Pengembangan model Penyuluhan Kehutanan RG

No Eselon I Kegiatan Komponen

6 Badan Litbang Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sosialisasi Penerapan PUG Bidang Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 7 Inspektorat Jenderal

Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

Persiapan pelaksanaan pelatihan kantor sendiri

8 Sekretariat Jenderal Penyelenggaraan administrasi keuangan

Akutansi keuangan negara dan inventarisasi kekayaan negara

(19)

Pembahasan workplan Pokja PUG

Pembahasan GAP, GBS, TOR responsif

Gender 2013

Penyusunan Pedoman Evaluasi PUG

Bidang Kehutanan

Penyusunan Pedoman Data Terpilah

Gender Bidang Kehutanan

No Eselon I Kegiatan Komponen

1 Ditjen Planologi

Penyusunan Data dan Informasi SDH

Inventarisasi SDH 2 Ditjen BUK Pemantauan Usaha Kehutanan

dan Pembinaan Ganis Wasganis PHPL

Diklat Ganis PHPL Bidang BUK 3 Ditjen PHKA - Pengembangan Pemanfaatan

Jasa Lingkungan - Dukungan manajemen

-Sosialisasi KSDHAE - Raker Manggala Agni

4 Ditjen BPDAS dan PS

Perencanaan, Penyelenggaraan RHL, Pengambangan

Kelembagaan danEvaluasi DAS

Pembuatan KBR 5 BP2SDMK Peningkatan Penyuluhan Kehutanan Model Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan.

(20)

No Eselon I Kegiatan Komponen

6 Badan Litbang Penerapan PUG Bidang Litbang Kehutanan

-Workshop penulisan proposal Litbang berperspektif Gender - Kegiatan Sub Pokja PUG

7 Inspektorat Jenderal

Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

-Persiapan pelaksanaan pelatihan kantor sendiri

- Audit Kinerja sesuai PKPT Responsif Gender

8 Sekretariat Jenderal Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

-Pemetaan peserta Juknis

-Sosialisasi Juknis

Referensi

Dokumen terkait

Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Paul seorang pakar psikologi (Hassoubah, 2008: 84-85) tentang bagaimana menciptakan masyarakat yang menjunjung

Meskipun sudah berusaha melawan kecanggungannya, Charlie tetap gagal karena dalam dirinya sendiri Charlie tidak memiliki keyakinan yang kuat dan keteguhan hati

Skala ini disusun sendiri oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui kontrol diri yang dimiliki remaja pada siswa kelas VIII SMP Yuppentek 2

Hal ini sangat relevan dengan pemikiran Iwan Triyuwono tentang teori Shariah Enterprise Theory (SET) teori ini dapat memurnikan kembali tujuan sebuah institusi

Etika bisnis adalah suatu ilmu berdasarkan pada moral yang benar dan salah. yang berkaitan pada tindakan moral yang dilaksanakan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku

apabila jumlahnya sudah terbilan banyak ulat ini akan meninkat seranannya pada musim hujan karena daun muda tumbuh denan baik dan ulat suka denan tempat yan

Dalam kegiatan pembelajaran tematik tema lingkungan dengan menggunakan lingkungan alam (sawah dan hutan), terlihat bahwa skor hasil belajar siswa kelas III SD

Metode yang digunakan dalam metode ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan