AKADEMI KEBIDANAN KONAWE
Jl. Letj.DII Panjaitan No.217, Unaaha, Konawe – Sulawesi Tenggara
Telp/Fax (0408) 2421956
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN PUTTING SUSU DATAR PADA IBU NIFAS DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) RUMAH SAKIT
KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017
St Nurrahmah. S.ST
Akademi Kebidanan, Yayasan Pendidikan Konawe, (email: nurrahmahrathy@yahoo.co.id)
Alamat Korespondensi: ST Nurrahmah.S.ST Akademi Kebidanan
Yayasan Pendidikan Konawe Unaaha, 93415
HP: 085242199192
Abstrak
Air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang terbaik. Meskipun ASI makanan yang terbaik namun cakupan ASI di Indonesia belum memenuhi target, hal ini karena adanya beberapa masalah yang timbul pada ibu nifas seperti keadaan fisiologis payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI dengan putting susu datar . Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional studi. Penelitian ini melibatkan ibu nifas di ruang kebidanan blud rumah sakit kabupaten konawe yang berjumlah 55 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode axcidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data dianalisa secara univariat, bivariat dengan metode uji chisquar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari hasil analisis hubungan antara pemberian ASI dan puting susu datar diperoleh bahwa ada 8 orang ibu yang mengalami putting susu datar namun tetap memberikan ASI, sedangkan diantara ibu yang tidak memiliki putting susu datar ada 24 orang yang memberikan ASI. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,016 (p value < α), maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pemberian ASI pada ibu yang memiliki putting susu datar dan putting susu menonjol atau ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI dengan putting susu datar.
Kata Kunci : Pemberian ASI, Putting susu datar
PENDAHULUAN
Pembangunan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu (ASI) segera setelah bayi lahir yaitu dengan inisiasi menyusu dini (IMD), pemberian kolostrum dan dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan (Roesli, 2010).
ASI merupakan makanan bayi yang terbaik. ASI pertama atau biasa dikenal dengan kolostrum mengandung campuran kaya akan protein, mineral dan antibody (Sulistyawati, 2009).
Begitu pentingnya ASI bagi pembangunan SDM sehingga pemerintah memberi dukungan terhadap pemberian ASI eksklusif hal ini terbukti adanya Peraturan Pemerintah no. 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Selain itu adapula berbagai upaya telah dilakukan
untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif diantaranya pelaksanaan rawat gabung (Saifudin, 2002).
Meskipun terdapat dukungan dari pemerintah, namun berdasarkan data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif masih rendah. Pada tahun 2012 cakupan ASI eksklusif 42%, sementara angka ini masih jauh dari target Renstra yaitu 75%. (SDKI, 2012). Di Sulawesi Tenggara cakupan pemberian ASI ekslusif pada tahun 2016 yaitu 15.825 bayi diberi ASI Eksklusif dari 33.938 bayi (46,63%).(Profil Dinkes Sultra, 2016). Sementara data yang diperoleh dari dinas kesehatan kabupaten konawe bahwa cakupan pemberian ASI ekslusif pada tahun 2016 yaitu 1.654 bayi diberi ASI Eksklusif dari 2.531 bayi (60,65%) (Profil Dinkes Konawe, 2016).
Kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah baik dari ibu maupun dari bayi, adapun masalah dari ibu diantaranya puting susu datar atau terbenam, puting lecet, payudara bengkak, mastitis, abses payudara, , ibu bekerja, ibu melahirkan dengan bedah cesar, adapun masalah pada bayi yaitu bayi kembar, bayi sakit, bayi sumbing dan bayi dengan lidah pendek (Hubertin, 2010).
Dari penelitian Yeni safitri dan Minsarnawati (2009) menyatakan bahwa perilaku yang menghambat pemberian ASI Eksklusif pada ibu di wilayah puskesmas Cibeber yaitu kondisi fisiologis payudara saat menyusui seperti payudara bengkak, sehingga untuk mengatasi hal tersebut ibu menghentikan pemberian ASI dan putting susu datar sehingga memberikan susu botol. Untuk itu, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara putting susu datar dengan pemberian ASI di BLUD RS Kabupaten Konawe tahun 2017.
BAHAN DAN METODE
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Kabupaten Konawe.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yang merupakan salah satu jenis rancangan penelitian yang sifatnya analitik dan termasuk dalam jenis rancangan penelitian observasional.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu nifas di BLUD RS Kab.Konawe yang berjumlah 121 orang. Unit observasi adalah ibu nifas yang ada di Puskesmas yang berjumlah 55 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode Axcidental Sampling yaitu metode dimana sampel ditemukan secara kebetulan bertemu pada saat penelitian berlangsung.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner pada 55 ibu nifas yang telah menandatangani lembar informed consent.
Analisis Data
Data dianalisa secara univariat, bivariat dalam bentuk tabulasi silang (crosstab) dengan menggunakan sistem komputerisasi program SPSS (Statistical Package for Social Science) dan untuk melihat hubungan antar variabel independen dan dependen maka uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square Test.
HASIL
Analisis Univariat
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 55 responden (ibu post partum) yang diteliti, reponden yang memberikan ASI sebesar 32 orang (58,2%), yang mana terdapat 8 responden (14,6%) yang memiliki putting datar namun tetap memberikan ASI dan 24 responden (43,7%) memiliki putting tidak datar dan memberikan ASI. Dan dari 55 responden yang diteliti jumlah responden yang tidak memberikan ASI sebesar 23 responden (41,8%), yang mana terdapat 14 responden (25,4%) yang memiliki putting datar tidak memberikan ASI dan 9 responden (16,3%) memiliki putting tidak datar namun tidak memberikan ASI.
Analisis Bivariat
Dari hasil analisis hubungan antara pemberian ASI dan puting susu datar diperoleh bahwa ada 8 orang ibu yang mengalami putting susu datar namun tetap memberikan ASI, sedangkan diantara ibu yang tidak memiliki putting susu datar ada 24 orang yang memberikan ASI. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,016, maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pemberian ASI pada ibu yang memiliki putting susu datar dan putting susu menonjol atau ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI dengan putting susu datar.
Puting susu datar adalah suatu keadaan puting tertarik kedalam payudara. Keadaan Puting yang seperti ini dapat menjadi masalah pada saat menyusui (Nurul Jannah, 2011). puting payudara yang datar membuat perempuan tidak percaya diri, terutama dalam memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif di enam bulan awal kehidupan anak. Apalagi mitos di masyarakat mengatakan puting yang kecil maupun datar tidak bisa digunakan menyusui (Bahiyatun, 2009).
Salah satu tak kala pentingnya seorang ibu dapat atau tidak dapat ia memecahkan masalah menyusui seperti masalah putting susu datar adalah faktor pengetahuan ibu sendiri. Ada beberapa solusi dalam mengatasi masalah putting susu datar bisa dilakukan dengan cara menekan area areola yaitu Sebelum ibu memasukan puting ke dalam mulut bayi ketika menyusui, sebaiknya tekan terlebih dahulu puting areola. Cara memegang payudara yaitu dengan memposisikan ibu jari berada di atas, kemudian jari-jari yang lainnya berada di bawah. Setelah itu tekan dan tarik payudara ke arah dada. Cara seperti ini akan membantu membuat putting datar menjadi menonjol (Evelin, 2010). Kemudian selanjutnya adalah dengan cara merangsang putting susu, mengatasi puting payudara datar atau terbalik dengan teknik ini yaitu, pertama dengan cara pegang puting payudara dan gulung menggunakan ibu jari telunjuk. Lakukan teknik itu selama 30 detik. Sebelum menyusui segera sentuh dengan menggunakan kain dingin. Selain itu, juga dapat memanfaatkan breastpad sekali pakai yang sudah disimpan di dalam freezer agar puting terangsang keluar (Retno, 2011). Apabila seorang ibu tidak memiliki puting datar sebelumnya, namun puting tidak dapat menonjol karena efek malahirkan, maka seorang ibu dapat mengatasinya dengan memompa ASI lebih sering hingga puting menonjol dan dapat digunakan untuk menyusui bayi (Riksani, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta. EGC
Eveline, 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Jakarta. PT wahyu media
Hubertin, 2008. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta. EGC
Jannah, Nurul. 2011. Asuhan Masa Nifas. Jakarta. EGC
Profil Dinas kesehatan Sulawesi tenggara, 2016
Retno. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta. Gosyen Publishing
Riksani.2011. Keajaiban ASI. Jakarta. Dunia sehat
Roesli.Utami.2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Ekslusif. Jakarta .Pustaka Bunda
Roesli, utami. 2010. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta .Pustaka Bunda
Saifudin. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta .Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia. 2012. Jakarta
Sulistyawati. 2009. Buku ajar Asuhanmasanifas.Yogyakarta. Andi offset.
Yeni Safitri, 2009. Perilaku Yang Menghambat Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Di Wilayah
Tabel 1. Distribusi Frekuensi pemberian ASI berdasarkan putting susu ibu nifas di BLUD RS Kabupaten Konawe Tahun 2017
No Pemberian ASI Putting Datar Total (%) Ya Tidak n % n % 1 Ya 8 14,6 24 43,7 32 58,2 2 Tidak 14 25,4 9 16,3 23 41,8 Total 22 40 33 60 55 100
Tabel 2. Hubungan antara pemberian ASI berdasarkan putting susu ibu nifas di BLUD RS Kabupaten Konawe Tahun 2017
No Pemberian ASI Putting Datar Total (%) P value Ya Tidak n % n % 1 Ya 8 14,6 24 43,7 32 58,2 0,016 2 Tidak 14 25,4 9 16,3 23 41,8 Total 22 40 33 60 55 100