• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRETEGI MANAJEMEN PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN HAMZANWADI NAHDLATUL WATHAN PANCOR NUSA TENGGARA BARAT (Pendekatan Kualitatif Fenomenologi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRETEGI MANAJEMEN PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN HAMZANWADI NAHDLATUL WATHAN PANCOR NUSA TENGGARA BARAT (Pendekatan Kualitatif Fenomenologi)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STRETEGI MANAJEMEN PENGEMBANGAN

PONDOK PESANTREN HAMZANWADI NAHDLATUL WATHAN

PANCOR NUSA TENGGARA BARAT

(Pendekatan Kualitatif Fenomenologi)

Nasruji1

1FKIP Program Studi Sejarah Universitas Riau Kepulauan Batam

E-mail: nasrujisaifulhaq@yahoo.co.id Abstract

Madrasah Nahdlatul Wathans (NW) was built by Kyai Muhammad Zainuddin Abdul Madjid's (Hamzanwadi) and then he succeed to develop this school more than 800’s schools in late of his life. These schools spread not only in Western South East Nusa, but also other areas in Indonesia. This study tried to analyze the settings that made him do so. This study is conducted by using qualitative approach on phenomenology point of view. There were 51 informants that were involved in this study and 2 of them was appointed as key informants. The result of the study showed that: (a) the strategy that he chose to reach his vision was various and across many sectors; and (b) the management patterns that he developed is planned carefully, but he failed to unity the schools in the its operation.This study concluded that Hamzanwadi’s success because of his great vision and it implied that a great leader had to have a great vision.

Keywords: Strategy and Management Pattern in Madrasah Nahdlatul Wathan's development Abstrak

Penyebaran madrasah Madrasah Nahdlatul Wathan (NW) pada masa hayatnya Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (Hamzanwadi), hingga mencapai 800-an di nusantara ini bukan sebuah terjadi secara kebetulan, melainkan berangkat dari sebuah kepemimpinan, maka dengan ini cukup jelas karena kepemimpinan pada dasarnya adalah sebuah proses mempengaruhi. Salah satu karakter kepemimpinan yang kuat adalah adanya visi. Visi ini kemudian dijabarkan ke dalam program untuk diuraikan dan dikerjakan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang fenomena yang terjadi pada Kepemimpinan Hamzanwadi adalah, dapat ditinjau dari perspektif; (a) strategi kepemimpinan dalam mewujudkan inpiannya dengan dukungan banyak hal, dan (b) pola manajemen pengembangan jumlah madrasah Hamzanwadi berdasarkan ketangguhan dalam kepemimpinannya dan visi yang kuat.

Kata Kunci: Strategi, Pola Manajemen, Pengembangan Madrasah Nahdlatul Wathan PENDAHULUAN

Inpian besar Hamzaanwadi diaktualisasikan melalui dakwah islamiyah yang tiada henti dan rasa lelah, siang dan malam menyampaikan nilai-nilai kebenaran seperti apa yang telah dicontohkan para Nabi dan Rasul, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan kebajikan. Sebagai mahluk sosial Hamzanwadi berintraksi pada lintas sektoral, hal ini terjadi karena terpicu dengan pengembangan pendidikan NW yang dibangun pada banyak tempat di

(2)

pulau Lombok. Sikap mental pergerakannya ini Hamzanwadi menjalankan konsep-konsep kepemimpinan yakni yang meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikutnya agar tetap mengarah pada pencapaian tujuan dalam rangka meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan tersebut secara bersama-sama.

Hamzanwadi adalah seorang pemimpin sekaligus dia sorang ulama di pulau Lombok yang seluruh kehidupannya diabdikan untuk umat menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam menjalankan misinya, dia melakoni dakwah islamiyah dan mendirikan lembaga pendidikan yang berbasis agama, populernya Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (NW).

Awal pergerakannya Hamzanwadi pada tahun 1933, mendirikan pesantren Al-Mujahidin. Pesantren dalam konteks ini merupakan pendidikan alternatif dalam sistem pendidikan nasional. Bagi Hamzanwadi, pesantren tradisional merupakan salah satu sistem pendidikan yang relevansi dengan lingkungan masyarakat di Indonesia. Menyadari hal ini, setelah pesantren Al-Mujahidin berjalan kurang lebih empat tahun, Hamzanwadi mendirikan pendidikan formal yaitu madrasah Nahdhatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) pada tahun 1937. Perubahan merupakan suatu proses yang menjadikan sesuatu berbeda dengan yang ada sebelumnya.

Pondok Pesantren Hamzanwadi adalah lembanga pendidikan tertua di pulau Lombok yang mengelaborasikan dengan system pendidikan nasional atau disebut populernya madrasah. Kepigurannya Hanzanwadi menopang pergerakan dan lajunya perjuanagnan dsalam pengembangan pendidikan di Nusa Tengara Barat (NTB). Proses pengembangan Pondok Pesantren Hamzanwadi NW di NTB memiliki keunikan, karena pada masa hayatnnya Hamzanwadi, beliau mampu mengembangkan dan membangun cabang yang cukup banyak, berdasarkan data riil dari Kementrian Agama Propinsi NTB berjumlah 800-an buah madrasah Pondok Pesantren NW yang dipimpin oleh Hamzanwadi. Hamzanwadi pemimpin yang komitmen memelihara visinya yang cerdik membangun jejaring dalam pengelolaan pengembangan madrasah NW tumbuh dan berkembang saat ini, yang menjadi kebanggaan bagi warga NW, karena dalam tempo relatif singkat pada tahun 1953, telah berdiri madrasah NW sebanyak 66 buah yang tersebar di pulau Lombok dan Sumbawa. Fenomena ini bukan karena ditopang dengan kemampuan finansial yang kuat atau ekonomi mapan, akan tetapi adanya strategi yang kuat, serta pola manajemen pengeembangan Pondok Pesantren yang dielaborasikan dengan nilai-nilai pendidikan modern

Strategi Hamzanwadi dengan memainkan potensinya bahwa dia memiliki kemampuan berkomunikasi sosial yang arif, maka dalam pengembangan pendididikan di pulau Lombok bukanlah hal biasa, ikhtiarnya ini menjadi kenyataan dan kebanggaan masyarakat NTB, sehingga pembangunan Pondok Pesantren Hamzanwadi NW yang berdiri dibanyak temapat ini atas dukungan secara moril dan matril bagi umat yang menginginkan sebuah kemajuan.

Wheelen, 2004:13 Strategi merupakan salah satu cara untuk membentuk perencanaan yang komprehensif yang menyatakan bagaimana mencapai visi dan sasaran, melalui strategi keunggulan kompetitif dapat dimaksimalkan dan kekurangan kompetitif dapat diminimalkan. Strategi dapat juga didefinisikan sebagai menggali pilihan produk dan karakteristiknya dan mempengaruhi profitabilitas organisasi. Colquit, 2009:591, melengkapi pendapat tersebu di atas bahwa, strategi dapat juga diartikan sebagai semua bentuk yang direncanakan terkait dengan aktivitas untuk membuat organisasi dapat mencapai tujuan-tujuannya.

Korelasi antara Rumusan Srtategi dan Implementasi Strategi tampak pada baik buruknya rumusan strategi dengan sempurna.

(3)

Tabel 1. Korelasi antara Rumusan Srtategi dan Implementasi Strategi IMPLEMENTASI STRATEGI FORMULASI STRATEGI EKSELEN BURUK

TEPAT TIDAK TEPAT

Sukses

Sasaran pertumbuhan dinikmati oleh semua pihak dan keuntungan yang diharapkan tercapai

Selamat atau Runtuh

Implementasi yang baik, membantu menyelamatkan strategi yang kurang baik rumusannya, atau mencegah kegagalan

Kesulitan

Imlpelentasi yang buruk, merintangi strategi yang baik. Manajemen bisa keliru menafsirkan bahwa strateginya kurang cepat

Kegagalan

Sebab kegagalan sulit dikenali. Strategi yang buruk ditandai oleh ketidakmampuan melaksanakan

Konsep manajemen Baten dan Snell, 2013:13 mengungkapkan bahwa Manajemen berarti “the process of working with people and resources to accomplish organizational goals”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan proses mencapai tujuan organisasi secara lebih efektif dengan menggunakan sumber daya, termasuk manusia. Melalui orang-orang dan sumber daya inilah pekerjaan dapat diselesaikan sehingga tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

Pengertian manajemen sebagai suatu proses juga dikemukakan oleh Steward dan Potter, 2009:83, yang menjelaskan bahwa manajemen adalah suatu aktivitas atau proses yang terarah pada tujuan untuk menyelesaikan tugas dan konteks organisasi (management is an activity or process of assembling and using sets of resources in a goal-directed manner to accomplish and tasks in an organizational setting).

(Griffin, 1997:05), Manajemen adalah seperangkat aktivitas yang meliputi perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang dilaksanakan langsung oleh suatu sumber daya organisasi (manusia, uang, benda-benda fisik, dan informasi) dengan tujuan untuk mencapai sedapat mungkin tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Sedangkan menurut Rohiat, 2012:13, bahwa manajemen adalah administrasi. Administrasi pada kehidupan masyarakat sehari-hari diartikan ketatausahaan. Administrasi sebagai proses, sebagai pengambil keputusan, sebagai hubungan manusia. Manajemen berasal dari kata to mage yang berarti mengelola, pengelolaan dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan fungsi-fungsi manajemen itu sendiri.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi, yaitu penelitian yang bermaksud memahami fenomena sosial tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, dan dengan cara deskriptif. Sebelum peneliti terjun ke lapangan, yaitu langkah persiapan lapangan, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu untuk mempersiapkan diri secara fisik maupun mental. Moleong, 2007:133, ada tujuh tahapan kegiatan yang harus dilakukan peneliti terhadap pralapangan yaitu: (a) penyusunan rancangan penelitian; (b) memilih lapangan penelitian; (c)

(4)

mengurus perijinan; (d) menjajaki dan menilai lapangan; (e) memilih dan memanfaatkan informan; (f) menyiapkan perlengkapan penelitian; (g) persoalan etika penelitian.

Sesuai dengan masalah dan fokus penelitian, maka subyek (informan) dalam penelitian ini adalah pihak-pihak terkait, seperti: keluarga obyek, tokoh masyarakat, yayasan, pengajar, dan alumni. Hal ini akan mempunyai implikasi luas dalam upaya mendalami tentang ketokohan Hamzanwadi dalam pengelolaan pendidikan NW, dengan melakukan da’wah islamiyah terhadap masyarakat pulau Lombok dengan membangun organisasi masyarakat islam NW sebagai payung pergerakan perjuangannya melakukan perubahan, dengan usaha inilah maka madrasah NW di pulau Lombok berkembang mengiringi kondisi waktu pada saat itu.

Setelah data terkumpul sampai semua informasi yang dibutuhkan mengenai kepemimpinan Hamzanwadi sudah terpenuhi menyangkut tentang visi, strategi, dan manajemen kepemimpinan pengembangan madrasah NW, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang telah dikumpulkan tersebut. Analisis data merupakan hal penting untuk mengetahui apakah proses implementasi sebuah program berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan di awal. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, dokumentasi, observasi, angket, dan inventory checklist.

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel, (Sugiyono, 2011:246).

Adapun sumber data utama (sumber data primer) dalam penelitian ini ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan data lainnya sebagai sumber data sekunder. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman, pengambilan foto dan film. Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas: tahap orentasi lapangan, pemeriksaan kerangka konseptual, serta teknik pengumpulan data dalam tulisan ini menggunakan: teknik observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi.

(Miles dan Huberman, 1993:46), mengatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data (reduction data), penyajian data (display data), dan verifikasi (verification) atau menggambarkan konklusi (conclusion drawing).

Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul sampai semua informasi yang dibutuhkan mengenai kepemimpinan Hamzanwadi sudah terpenuhi menyangkut tentang visi, strategi, dan pola manajemen pengembangan madrasah NW, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang telah dikumpulkan tersebut. Analisis data merupakan hal penting untuk mengetahui apakah proses implementasi sebuah program berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan di awal. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, dokumentasi, observasi, angket, dan inventory checklist.

Menurut Miles dan Huberman yang dikutip Sugiyono mengatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

(5)

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data (reduction data), penyajian data (display data), dan verifikasi/menggambarkan konklusi (conclusion drawing/verification).

“Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar di bawah ini”:

Gambar 1. Model Interaktif

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berorientasi Pada Kemaslahatan Umat

Kepemimpinan Hamzanwadi adalah pemimpin yang selalu memberikan motivasi terhadap pengikutnya, mendorongnya untuk gemar beramal sholeh, dan menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar di pulau Lombok. Pada tahun 1932 berdirilah pondok pesantren Al-Mujahidin di desa Pancor, pesantren ini mendidik kaum muda laki-laki dan perempuan.

Jika dikaji secara mendalam, percepatan proses penyebaran nilai-nilai keagamaan yang dikomandoi oleh Hamzanwadi pada dasarnya dilatari oleh visinya yang berorientasi pada kemaslahatan umat. Visi adalah strategi jangka panjang tentang bagaimana mencapai sebuah tujuan atau beberapa tujuan, ia “tahu siapa Anda, kemana Anda pergi dan apa yang akan membimbing Anda selama perjalanan”. Konsep tersebut bagi kepemimpinannya Hamzanwadi diintegrasikan, yang diartikan sebagai tujuan jangka panjang.

Pada kepemimpinan Hamzanwadi dalam pengembangan madrasah NW adalah dalam rangka memperbaiki pola hidup masyarakat.karena membangun dan mengembangkan pendidikan sebenarnya merupakan tanggungjawab semua orang. Di dalamnya terkandung unsur-unsur: (1) Penyebaran dan mewariskan budaya; (2) Pemberdayaan; (3) Partisipasi; (4) Kesejajaran (equality); (5) Aturan hukum (rule of law); (6) Kapasitas dan Kompetensi; dan (7) Responsif terhadap kebutuhan orang.

Keberhasilan Hamzanwadi dalam membangun madrasah NW hanya dalam tempo 12 tahun saja berdiri 66 madrasah dengan payung organisasi NW di pulau Lombok. Kepeduliannya terhadap kemaslahatan umat ini menjadi bagian integral dari visinya.

Hamzanwadi adalah pemimpin umat yang memiliki visi, yang lebih cendrung kepada peningkatan nilai-nilai beragama, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai itu berasal dari ilmu dan

Pengumpulan Data Reduksi Data Verifikasi/ kesimpulan Penyajian Data

(6)

pengetahuan keagamaan yang dianutnya. Visi kepemimpinannya yang berorientasi pada kemaslahatan umat ini mendapat respon positif dari berbagai kalangan masyarakat.

Inisiator dan Motivator Ulung

Dengan komunikasi yang arif Hamzanwadi mampu merekustrusikan kerangka berpikir orang lain, hal ini dibuktikan dengan pergerakannya membangun lembaga pendidikan agama Islam untuk kaum laki-laki dengan sebutan Nahdlathul Wathan Diniyah Islamiah (NWDI) tahun 1937 dan lembaga pendidikan agama Islam untuk kaum perempuan, Nahdlathul Banat Diniyah Islamiah (NBDI), lembaga pendidikan ini didirikan pada tahun 1943. Kedua lembaga ini merupakan lembaga pendidikan formal dengan model sistem pembelajaran klasikal yang digagas oleh Hamzanwadi. Pada tahun 1953 madrasah NW ini berkembang menjadi 66 unit, pada tahun 1973 berkembang lagi menjadi 360 unit, pada tahun 1976 madrasah NW ini tumbuh menjadi 385, dan pada tahun 1986, jumlahnya bertambah menjadi 407. Menjelang akhir hayatnya, pada tahun 1994, jumlah madrasah ini telah mencapai angka 678. Pada saat meninggalnya (1997), madrasah NW ini tercatat telah mencapai angka 800-an.

Hamzanwadi adalah sebagai motivator ulung yang aktif memprovokasi masyarakat Sasak dan yang mampu mempengaruhi kerangka berpikir orang lain sehingga orang tersebut bersedia mengikuti saran-saran atau himbauan Hamzanwadi untuk turut serta dalam penyelenggaraan pendidikan berbasis madrasah NW di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Hal ini mustahil akan terjadi tanpa kemapuan dan keterampilan komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik sesuai dengan konsep bahasa bijaksana adalah memiliki proses pesan yang terfokus pada begaimana orang-orang menyampaikan, menginterpretasi, mengevaluasi perilaku, dan mampu pada tataran proses produksi pesan yang terfokus pada bagaimana orang-orang memahami dan melaksanakan perilaku komunikasi dalam rangka intraksi sosial dengan tercapainya tujuan bersama.

Visi kepemimpinan Hamzanwadi terlihat jelas dengan kesehariannya yang tidak pernah bosan memprovokasi atau mempengaruhi orang lain, agar senantiasa jangan pernah patah semangat membangun potensi umat melalui pengembangan lembaga pendidkan NW yang merupakan salah satu usaha memperbaiki generasi bangsa gemilang.

Perjuangan Tanpa Henti

Visi kepemimpinan Hamzanwadi adalah panutan masyarakat Sasak, karena keuletan dan kegigihannya melakukan memelihara amanat bangsa melalui memasyarakatkan pentingnya ilmu pengetahuan.

Perjuangan Hamzanwadi selama 74 tahun dalam menyebarkan pendidikan madrasah di pulau Lombok khususnya, dan di nusantara pada umumnya, telah membawa hasil yang cukup membanggakan. Kepemimpinannya menjadi kenangan bersejarah bagi masyarakat Sasak, dikarenakan dia adalah sosok ulama yang sholeh, arif dan bijaksana yang tidak kenal lelah membina masyarakat kejalan kebajikan. Kegigihan Hamzanwadi ini menjadi catatan sejarah bahwa lima hari sebelum meninggalnya, Hamzanwadi masih sempat memberikan pengajian dan mengajar di madrasahnya.

Hamzanwadi meninggal pada usia 101 tahun, kepemimpinannya menjadi kenangan bersejarah bagi bangsa Negara RI dan khususnya masyarakat Sasak, dikarenakan dia adalah sosok ulama yang sholeh, arif dan bijaksana yang tidak kenal lelah membina masyarakat kejalan kebajikan. Kegigihan Hamzanwadi ini menjadi catatan sejarah bahwa lima hari sebelum

(7)

meninggalnya, Hamzanwadi masih sempat memberikan pengajian umum pada majlis taklim dan mengajar di madrasahnya.

Berpikir Realistis

Hamzanwadi adalah pemimpin umat di pulau Lombok, dia mampu menilai dirinya kelebihan dan kekurangannya, baik secara fisik, mental, pengetahuan, juga keterampilannya. Kepemimpinan Hamzanwadi untuk melakukan relasi perjuangannya dia berusaha untuk menyadari bahwa, menjadi pemimpin dibutuhkan akhlak yang mulia yang bermuara pada hati nurani, dia berperilaku adil, jujur, berani, tegas dan yang berintegritit.

Hamzanwadi pemimpin yang berkarakter, pemimpin situasional, karena pada awal kepulangannnya dari tanah sucui makkah, kondisi masyarakat Sasak masih jauh dari sebuah harapan, sebab budaya adat-istiadat yang beretentangan dengan norma-norma agama, kondisi tersebut sangat tidak sinkron dengan pemahaman ilmu pengetahuan yang telah didapatkan di madrasah Asshaulathiyah Makkah. Hamzanwadi adalah pemimpin umat yang memiliki kemampuan dalam menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistis, dia mau menerima secara wajar apapun yang terjadi dalam proses perjuangannya membangun umat melalui dakwah islamiyahnya pada realitanya lebih mengarah kepada menyerukan kebaikan dan pentingnya ilmu pengetahuan, berusaha bersosialisasi setiap ruang dan waktu berkunjung ke satu tempat ke tempat yang lain, sikap ini yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw menjadi pemimpin dunia merupakan pemimpin “Rahmatan lilalamin”.

Strategi kepemimpinan Hamzanwadi dalam membangun potensi generasi bangsa, terletak pada kemampuannya mengkomunikasikan program pendidikannya dengan masyarakat melalui kegiatan sosial dakwah, kerjasama dengan berbagai pihak seperti para tokoh agama, tokoh adat Sasak, dan termasuk dengan pemerintah. Kegiatan dakwah keliling ini adalah bagian dari kreativitas positif Hamzanwadi yang tidak pernah terhenti sehinggga dengan keaktifannya dalam berdakwah, dia dijuluki matahari timur nunsantara yang kaya dengan ide berlian hanya untuk kebangkitan bangsa, dengan ditata melalui menegakkan imantaqwa sebagai pondasi dasar pengembangan madrasah NW.

Bergerak di Lintas Sektoral

Hamzanwadi merupakan tokoh penting dalam suatu organisasi NW, tindakannya akan mempengaruhi dinamika perubahan umat di NTB. Pemimpin umat yang dapat memerankan fungsinya secara maksimal dan dapat mencapai tujuan tertentu yang dikatakan sebagai kepemimpinan yang efektif. Keberhasilan Hamzanwadi mempertahankan eksistensinya dalam pengelolaan oragnisasi NW tersebut, karena tidak kaku membangun komunikasi sosial secara intens dengan yang lain, artinya Hamzanwadi adalah pemimpin umat yang amat peduli terhadap nasib generasi bangsa, dia merelakan diri 24 jam dalam hidupnya hanya untuk umat, menciptakan generasi cemerlang berdaya saing dieraglobal, dan erainformasi yang kompleks. Keikutsertaan Hamzanwadi dalam beroganisasi dan terjun dalam perpolitikan, yang menjadi potensi inovatif Mainset strategi kepemimpinannya mengembangkan pendidikan yang digagasnya, aksi restorasi perubahan secara komperehensif. Bukan hanya melalui lintas organisasi akan tetapi juga pada lintas politik. Bagi Hamzanwadi berpolitik kelihatannya tidak bermaksud untuk menceburkan diri ke dalam dunia itu secara utuh, tetapi justru agar apa yang menjadi kepentingan umat pada saat itu akan terlayani dengan baik, seperti membangun

(8)

masyarakat melalui pendidikan, mengembangkan sumber daya manusia lebih mudah dan terpercaya (trust) keberadaan dimata masyarakat, dan dapat berjalan sesuai yang diharapakan. Pemanfaatan Jejaring Luar

Waktu yang cukup lama di tanah suci Makkah bukan hanya menimba ilmu pengetahuan melainkan juga membangun ikatan relasi sosial dengan para guru yang telah mengajarkan, dan para rekan sejawat seperjuangan semasa menggali berbagai disiplin ilmu pengetahuan, sekalipun sudah berada di tanah air Hamzanwadi selalu membina, menjaga hubungan pertemanannya, sehingga hubungan tersebut tidak disia-siakan yang merupakan upaya memperkuat hubungan strategis perhelatannya usaha mulianya mengembangkan dakwah islamiyahnya dengan mendirikan banyak lembaga pendidikan yang beroreintasi pada kebutuhan masa depan umat dilintas sektoral.

Kepemimpinan Hamzanwadi memiliki daya magnit yang kuat, yang mampu menghipnosis para tamu yang datangnya dari luar, biasanya berasal Negara-negara arab, Asia, bahkan kadang ada yang datang dari Eropa. Para tamu dari dalam negeri biasa dihadiri oleh para Ulama, dan para petinggi negara RI. Semuanya ini adalah menjadi andalan Hamzanwadi dalam pendanaan pembangunan lembaga pendidikannya yang ada di berbagai tempat.

Memelihara silaturrahmi

Pola kepemimpinan Hamzanwadi adalah sososk pemimpin yang pandai menjaga emosional hubungan persahabatan atau persaudaraan, sikapnya inilah yang menopang kesuksesannya mengemban tugasnya sebagai pemimpin umat di masyarakat Sasak, dan potensi inilah yang dimamfaatkan dalam menyebarkan madrasah NW. langkah mulya yang diterapakan oleh Hamzanwadi sehinga masyarakat simpati serta mendukung sepenuh hati perjuangannya yang menerangi sebuah harapan kesuksesan menjaga komitmen visi kedepan dalam pembinaan umat melalui sosial dakwah dan pendidikan yang dia galakkan.

Kepemimpinan Hamzanwadi dibangun atas dasar terampil menjaga persahabatan, kerja keras Hamzanwadi melakukan perubahan pada setiap tingkatan yang didasari dengan kerja kooperatif ini membuahkan hasil yang memuaskan. Manusia adalah mahluk sosial yang selalu membutuhkan perhatian, terikat dengan berbagai bentuk ikatan dan hubungan, diantaranya hubungan emosional, sosial, ekonomi dan hubungan kemanusiaan lainnya.

Perencana ulung

Setelah menetapkan dan menyusun rencana-rencana atau program, maka langkah berikutnya yang Hamzanwadi lakukan dalam kaitan pengembangan madrasah NW adalah pengorganisasian (organizing) dalam rangka tercapainya program-program secara optimal.

Hamzanwadi membentuk organisasi NW sebagai wadah perjuangan, dengan cara ini dapat memainkan komunikasi secara efesien dan intens terhadap para muridnya, para gurunya serta masyarakat setempat yang mengharapkan sebuah perubahan melalui pendidikan, peluang ini dikondisikan dengan cermat dan terkoordinasi dengan perencanaan yang matang, sehingga setiap dinamika program yang telah ditetapkan akan mencapai pada tujuan akhir yang memuaskan dari berbagai lapisan.

Hamzanwadi adalah tokoh masyarakat Sasak yang pemimpin kharismatik, yang mampu mengajak para murid dan jamaahnya untuk merancang pembangunan sosial dakwahnya melalui pengembangan lembaga pendidikan NW yang menjadi icon pendidikan di NTB. Penidikan yang

(9)

dikembangkan Hamzanwadi adalah lembaga yang berdedikasi tinggi terhadap restorasi perubahan umat, membangun generasi bangsa yang bermartabat sebagai sikap mulia terhadap para syuhada mengantar bangsa Indonesia merdeka dari cengkraman kolonialisme asing.

Hamzanwadi menjadikan organisasi Nahdlatul Wathan (NW) adalah sebagai alat perjuangan dalam mengembangkan madrasahnya yang dia bangun dibanyak tempat, para masyarakat dengan suka rela mendukung pergerakan organisasi tersebut dengan loyalitas tinggi. Keberadaan pendidikan NW dalam perjalanannya telah mampu menunjukkan dan meyakinkan masyarakat, khususnya di pulau Lombok, akan makna dan arti penting pendidikan bagi kehidupan. Arti penting pendidikan menurut NW adalah terletak pada upaya dan kesiapannya mengantisipasi masa depan dan perubahan sosial secara terencana dan terpogram. Pendidikan yang terencana dan terprogram ini tentu akan berjalan dengan baik bila didukung sumber daya madrasah yang baik, sistem pendidikan yang baik, dan tujuan yang bijak dan jelas. Pengorganisasian terpusat

Kepemimpinan Hamzanwadi dalam mengelola pendidikan NW adalah diikat dengan ideologi, kebijakan ini akan memudahkan dalam pengawasan pada manajemen pengelolaan madrasah NW yang ada dibanyak temapat. Artinya ciri lembaga pendidikan yang bernaung dibawah organisasi NW, ditandai dengan pengawasan terpusat. Pada pola kepemimpinan otokratik Hamzanwadi ini akan menjadi analisis lebih mendalam, karena semua madrasah yang bernaung pada oraganisasi NW, akan dijadikan asset organisasi, sementara organisasi NW yang dikuasai oleh para pengurus organisasi NW yang dominan berlatar keluarga besar Hamzanwadi. Pola kepemimpinan Hamzanwadi dalam mengelola pendidikan NW adalah diikat dengan ideologi, kebijakan ini akan memudahkan dalam pengawasan pada manajemen pengelolaan madrasah NW yang ada dibanyak temapat. Artinya ciri lembaga pendidikan yang bernaung dibawah organisasi NW, ditandai dengan pengawasan terpusat.

Penggerak yang konsisten

Hamzanwadi yang komitmen untuk melakukan perubahan melalui penegmabangan madrasah NW, dia membuatkan sebuah ikatan terhadap para murid dan jamaahnya agar selalu setia memperjuangkan pembinaan umat melalui pendidikan NW. Dan sering kali Hamzanwadi agar selalu setia meneruskan perjuangan NW di mana saja berada, tujuannya agar tetap terjalin hubungan antarguru dan murid harmonis selalu. Komunikasi motivasi terhadap para muridnya dengan mendoktrin melalui washiat renungan masa, merupakan konsekuensi logis dari pola kepemimpinan Hamzanwadi.

Kepemimpinan Hamzanwadi terhadap para pengikutnya, bahwa dia adalah pemimpin yang padai memanfaatkan peluang dengan mendoktrin dengan ungkapan ”sami’na wa’atho’na” artinya harus taat dan patuh terhadap pemimpin, kenyataan ini para pengikut merasa terayomi dan termotivasi untuk bersama-sama berjauang membangun madrasah NW. Washiat Renungan Masa buku tersebut adalah buku wajib bagi warga NW itu sendiri, yang berisikan pesan-pesan yang menyangkut tentang pentingnya membangun tali hubungan antarwarga NW dan berpegang teguh pada organisasi dengan dedikasi tinggi termotivasi, terinspirasi membangun dan berjuang demi jaya dan berkembangnya sayap NW di Nusantara.

Kepemimpinan Hamzanwadi, pemimpin umat yang taat menjalankan syari’at agamanya, dan selalu menyerukan para murid dan jamaahnya agar rajin berdo’a sebagai tanda terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa mencurahkan berbagai karuni, dan

(10)

kenikmatanNya kepada mahluk yang selalu dirahmati. Sikap pada pemimpin seperti Hamzanwadi ini adalah lebih mengarah kepada kepeduliannya terhadap nasibnya orang banyak, maka peningkatan spritualitas juga harus dijaga.

Pengendalian yang matang

Hamzanwadi adalah pemimpin yang loyal dengan kebutuhan pengikutnya, usahanya untuk membangun banyak madrasah NW ini didasari oleh percaya diri yang kuat. Keberhasilannya memang nampak jelas dengan banyaknya madrasah, namun keterfokusannya hanya pada pengembangan madrasah saja, sementara evaluasi kinerja, kebijakan kurang diperhatikan, sementara proses itu adalah sebuah perubahan.

Segala bentuk persoalan yang muncul pada NW, Hamzanwadi sebagai pemimpin, bertanggungjawab mampu mengendalikan dengan kekuatan energi dakwah islamiyah yang lebih berorientasi pada pemgembangan pendidikan NW sebagai salah satu upaya mencerdaskan potensi generasi bangasa. Problematika yang bertubi-tubi ini salah satu yang diandalkannya adalah kekuatan para pengikut, dan juga kekuatan spritualitasnya yang tidak pernah putus. Hal ini dilakukan dengan loyalitas dan terintergritas melalui yakin, ikhlas, dan istiqamah sehingga apapun bentuk ujian yang menghambat tidak begitu bermakna dalam menjalankan visi dan misi perjuangan NW di pulau Lombok.

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa dunia akan selalu berubah, masyarakat berubah, lingkungan berubah dan semuanya berubah. Pendek kata tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Organisasi NW sebagai sebuah organisasi terbesar di pulau Lombok akan menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Untuk itu ia harus terus menerus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungan strategisnya. Dalam rangka mewujudkan organisasi berkinerja tinggi terhadap keterfokusannya dalam pengembangan madrasah lebih profesional adalah mengedepankan pentingnya evaluasi kinerja para pengikut yang telah direkrut sebagai pengurus organisasi.

KESIMPULAN

Manajemen strategi pengelolaan Pondok Pesantren Hamzanwadi NW dilatari oleh dua tema sosial yang merupakan implikasi dari penelitian ini yakni, strategi pengembangan, dan pola manajemen pengelolaan Pondok Pesantren Hamzanwadi NW, hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Strategi kepemimpinan Hamzanwadi membangun sumberdaya serta mengembangkan madrasah NW di Nusa Tenggara Barat (NTB), yang dilatari oleh beberapa tema sosial, yaitu berpikir realistis, dalam arti Hamzanwadi sadar bahwa dia tidak bisa berjalan sendirian dalam membangun lembaga pendidikan yang digagasnya sehingga dia menggunakan potensi para murid, para shahabat, pemerintah eksekutif, ligislatif sebagai mitra kerja secara intens membangun komunikasi sosial perubahan generasi bangsa melalui pendidikan berbasis pesantren.Kegiatan Hamzanwadi yang bergerak di lintas sekotoral ini berarti bahwa dia mampu memanfaatkan jejaring luar yang merupakan cerminan dari memelihara silaturrahim yang merupakan potensi besar bagi Hamzanwadi untuk tidak sulit mengembangkan pembangunan Pondok Pesantren atau pendidikan madrasah NW yang cukup banyak di pulau Lombok.

2. Manajemen yang dikembangkan pada kepemimpinan Hamzanwadi dalam pengembangan Pondok Pesantren dan madrasah NW tidak terlepas dari perencanaan yang matang,

(11)

pengorganisasian terpusat, penggerak (motivator) yang konsisten, dan pengendalian yang terarah dalam mewujudkan cita-citanya yaitu memanusiakan manusia melalui Pondok Pesantren atau pendidikan madrasah NW.

DAFTAR PUSTAKA

Blanchard Ken, Leading at A Higher Level, terjemahan Ponijan Liaw & Hendra Lim (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007)

Colquit, Jason A. Jeffery A. Lepine, dan Michael J. Wesson, Organizational Behavior. McGraw-Hill- Irwin, 2009.

Creswell. W. John, Reserch Design, Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches, Thousand Oaks California, 2009.

Daft Richard L.. Management. London, Kogan Page, 2006.

Dewett, Todd. The Little Black Book of Leadership. Dayton: TVA, 2010.

Direktorat Pendidikan Madrasah – Direktorak Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama Republik Indonesia, Manjemen Berbasis Kinerja Madrasah, Jakarta, 2010

Debra L. Nelsen, James Campbell Qick, Organizational Behavior, (Sout Westeern: Thomson, 2006).

Greene, John O. and Brant R. Burleson, Handbook Of Communication And Social Interaction Skills, (Lawrence Erlbaum Associates, Publishers, 2003.

Griffin, Ricky W. Management. New Delhi: Houghton Miffin Company, 1997.

John O. Greene and Brant R. Burleson, Handbook Of Communication And Social Interaction Skills, (Lawrence Erlbaum Associates, Publishers, 2003).

Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki. Organizational Behavior. McGraw-Hill, 2007

Michael Armstrong, Armstrong’s Handbook of Management and Leadership (London: Kogan Page, 2009).

Miles, M. B.and A.M. Huberman, Qualitative Data Analysis (Second Edition). London: Sage Publications Inc, 1994.

Matthew Miles, Hubermen Michael Analisis Data Qualitatif terjemah Rohidi Tjetjep Rohendi, Jakarta: Universitas Indonesia, 1992.

Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge, Organizational Behavior. New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2007

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, Organizational Behavior (New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2007).

Thomas, Neil (ed). The John Adair Handbook of Management and Leadership. London: Thorogood, 2005

Gambar

Tabel 1. Korelasi antara Rumusan Srtategi dan Implementasi Strategi  IMPLEMENTASI  STRATEGI  FORMULASI STRATEGI  EKSELEN  BURUK
Gambar 1. Model Interaktif

Referensi

Dokumen terkait

warna dari kedua resistor, kemudian resistor yang sudah disusun seri tersebut dialiri listrik menggunakan power suplay dan ukur dengan menggunakan amperemeter dan

“Di sini banyak sekali sampah–sampah yang sudah menahun, ada di dalam tanah–tanah," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Isnawa Adji di kawasan Cilincing,

Stasiun-stasiun berdasarkan kemi- ripan spesies penghuninya, serta sebaran dan kelimpahan spesies ikan target sangat dipengaruhi oleh kondisi terumbu karang- nya,

Kemudian, Moleong menambahkan dalam penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan,

Responden di Kecamatan Tanjungsari lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yakni sebanyak 95,7 persen jumlah dari HKP (Hari Kerja Pria) yang digunakan

Simpan file dengan nama “Nikel” dan save as .txt (tab delimited) dengan cara klik file, klik save as, isikan pada “file name” Nikel, dan pada “save as type” pilih Text

Throughput pada lingkungan urban lebih besar dibanding lingkungan jalan tol karena node pada urban berada pada suatu subnet lebih lama dibandingkan di jalan tol

Perubahan Aset Pajak tangguhan, Utang Pajak dan Laba Pada Laporan keuangan PT... Sumber dari laporan