• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Risiko Supply Chain dengan Metode House of Risk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengelolaan Risiko Supply Chain dengan Metode House of Risk"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

222

Pengelolaan Risiko Supply Chain dengan Metode House of Risk

Flora Tampubolon

1

, Achmad Bahaudin

2

, Putro Ferro Ferdinant

3

1,2,3

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

floratpbln@yahoo.com1,baha@ft-untirta.ac.id2,oom_pheo@yahoo.com3

ABSTRAK

Dalam pengelolaan supply chain, secara umum risiko dapat timbul dalam berbagai bentuk dari setiap kejadian. Risiko merupakan peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak dalam pencapaian tujuan. Kompleksitas dari struktur supply chain yang melibatkan banyak pihak dan banyaknya ketidakpastian yang terjadi secara mendadak menjadi tantangan dalam pengelolaan supply chain perusahaan. Gangguan atau risiko dalam supply chain akan berdampak negatif dalam jangka panjang terhadap perusahaan dan banyak perusahaan tidak mampu pulih secara cepat dari dampak negatif tersebut. Bila suatu risiko dalam supply chain terjadi, sektor bisnis juga akan ikut terserang akibatnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan. PT. XYZ adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi pipa baja. Secara umum produk dari perusahaan ini ada dua jenis yaitu: Spiral dan ERW. Saat ini PT. XYZ belum memiliki manajemen risiko yang terstruktur untuk mengidentifikasi dan memitigasi risiko yang terjadi terutama dalam fungsi supply chain. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam aktivitas supply chain PT. XYZ, menentukan penyebab risiko yang harus diprioritaskan untuk dimitigasi pada supply chain PT. XYZ dan menentukan strategi mitigasi yang harus diprioritaskan untuk mengatasi penyebab risiko pada supply chain PT. XYZ. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode House Of Risk (HOR). HOR digunakan untuk mengidentifikasi risk event, risk agent pada supply chain dan juga merancang strategi mitigasi untuk risk agent berdasarkan nilai ARP(Aggregate Risk Potential). Risk event yang teridentifikasi sebanyak 16 dan risk agent sebanyak 24. Risk agent yang akan dimitigasi berdasarkan nilai ARP sebanyak empat risk agent yaitu A6(Pembuatan Purchasing requisition terlambat), A3(pengadaan material terlambat), A4 (data material/produk tidak segera di-update) dan A1 (permintaan produksi yang mendadak). Strategi mitigasi yang digunakan untuk mencegah penyebab risiko adalah coordination, strategy stock dan multiple route.

Kata kunci : supply chain, HOR, mitigasi risiko, ARP, strategi mitigasi

PENDAHULUAN

Persaingan dunia bisnis saat ini sangat ketat, sehingga perusahaan dituntut untuk memiliki strategi yang tepat agar dapat bertahan dalam persaingan bisnis. Strategi dapat dilakukan dengan mengelola supply chain perusahaan dengan tepat. Dalam pengelolaan supply

chain tidaklah mudah karena melibatkan secara

keseluruhan pihak perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Kompleksitas dari struktur supply

chain yang melibatkan banyak pihak dan banyaknya

ketidakpastian yang terjadi secara mendadak menjadi tantangan dalam pengelolaan supply chain perusahaan. Kondisi tersebut rentan terjadinya suatu risiko yang berdampak pada proses bisnis perusahaan. Dalam Geraldin (2007), Hendricks dan Singhal (2003) menyatakan bahwa gangguan atau risiko dalam supply

chain berdampak negatif dalam jangka panjang terhadap

perusahaan dan banyak perusahaan tidak mampu pulih secara cepat dari dampak negatif tersebut. Bila suatu risiko dalam supply chain terjadi, sektor bisnis juga akan

ikut terserang akibatnya akan mempengaruhi

perusahaan dalam pemenuhan permintaan pelanggan dan perusahaan dapat mengalami kerugian.

Dalam pengelolaan supply chain secara umum risiko dapat timbul dalam berbagai bentuk dari setiap kejadian. Ketidakpastian yang bersumber dari supplier juga dapat menimbulkan risiko yaitu ketidakpastian

leadtime pengiriman material bahan baku dan juga

kualitas material yang dikirim. Dari pihak internal perusahaan juga dapat terjadi ketidakpastian seperti kerusakan mesin yang mengakibatkan produktifitas

menurun. Risiko risiko tersebut dapat dikelola

berdasarkan kebutuhan organisasi. PT. XYZ adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi pipa baja. Secara umum produk dari perusahaan ini ada dua jenis yaitu: Spiral dan ERW. Bahan baku utama produk adalah HRC atau dikenal black steel. Bahan baku tersebut diperoleh dari perusahaan induk PT. XYZ yang memproduksi berbagai jenis baja. PT. XYZ saat ini tidak hanya memenuhi permintaan kebutuhan konsumen dalam negri saja, tetapi juga berasal dari luar negeri.

Beberapa kejadian risiko yang terjadi pada supply

chain PT. XYZ dalam pemenuhan permintaan adalah

(2)

223 dahulu kepada pihak PPC untuk memenuhi permintaan pelanggan. Pihak pemasaran tidak terlebih dulu mengecek kemampuan pihak produksi, ketersediaan material dalam gudang sehingga akan terjadi perubahan jadwal produksi yang mendadak, berakibat pada pengadaaan bahan baku harus segera dilakukan atau diubah.

Saat ini PT. XYZ belum memiliki manajemen risiko yang terstruktur untuk mengidentifikasi dan memitigasi risiko yang terjadi terutama dalam fungsi

supply chain. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian

untuk mengidentifikasi, menganalisa risiko-risiko yang mungkin timbul dalam supply chain PT. XYZ sekaligus untuk memitigasi risiko-risiko tersebut dengan penerapan metode House Of Risk.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam aktivitas supply chain PT. XYZ, menentukan penyebab risiko yang harus diprioritaskan untuk dimitigasi pada supply chain PT. XYZ dan menentukan strategi mitigasi yang harus diprioritaskan untuk mengatasi penyebab risiko pada

supply chain PT. XYZ. Supply Chain Risk Management

(SCRM) merupakan suatu tool untuk me-manage (dalam hal ini meminimalkan) kemungkinan (possibility) terjadinya hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kegagalan (failure) di dalam salah satu aspek supply

chain (supply, operating, demand) sehingga keseluruhan

kinerja supply chain (overall chain performance) tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Tang (2006a) mengatakan bahwa Supply Chain Risk Management yang efektif menjadi kebutuhan perusahaan perusahaan saat ini. Model House Of Risk (HOR) berdasarkan gagasan

supply chain risk management yang berfokus pada

tindakan pencegahan, mengurangi kemungkinan

terjadinya suatu risk agent terjadi. Mengurangi terjadinya

risk agents biasanya akan mencegah terjadinya suatu

risiko (risk event) juga. Biasanya suatu risk agent menyebabkan lebih dari satu risiko.

Penanganan risiko pada HOR dimulai dengan mengidentifikasi risiko yang akan ditangani. Dalam tahap ini akan dihasilkan suatu daftar risiko yang didapat dari identifikasi sumber risiko. Risiko tersebut yang berdampak terhadap pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di PT. XYZ. Perusahaan tersebut memproduksi pipa baja. Jenis produk yang

dihasilkan ada dua jenis pipa yaitu spiral dan ERW

.

Penelitian dimulai dengan studi lapangan dan studi literatur untuk mengetahui kondisi dan situasi yang ada pada perusahaan, dilanjutkan dengan perumusan masalah untuk mengetahui permasalahan apa saja yang ada di perusahaan, lalu menentukan tujuan penelitian dari rumusan masalah yang telah dibuat.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan pihak perusahaan. Tahap pertama yang dilakukan adalah pemetaan aktivitas supply chain perusahaan berdasarkan SCOR. Pemetaan ini dilakukan untuk

mengetahui kegiatan proses bisnis supply chain. Aktivitas proses supply chain berdasarkan SCOR dibagi menjadi lima proses yaitu plan, source, make, deliver,

return.

Dari kegiatan proses bisnis tersebut diidentifikasi risiko yang terjadi maupun yang berpotensi terjadi. Pada tahap ini juga akan diidentifikasi agen risiko yang menyebabkan timbulnya risiko dan juga akibat yang

akan ditimbulkan oleh resiko tersebut. Setelah

melakukan identifikasi, maka selanjutnya melakukan

assesment risiko. assesmen dilakukan untuk menentukan

tingkat keparahan (severity) dari masing masing risiko yaitu dengan pembobotan nilai severity, kemudian menentukan tingkat kemungkinan terjadi (occurance) agen penyebab risiko dengan pembobotan nilai

occurance dan juga nilai korelasi (correlation) antara

kejadian risiko dan agen penyebab risiko tersebut dengan nilai correlation.

Setelah assesment dilakukan maka tahap

selanjutnya perhitungan nilai Aggregate Risk Potential (ARP). Perhitungan nilai ARP untuk menentukan peringkat dan risk prioritization yaitu menentukan urutan prioritas risk agent yang akan dimitigasi terlebih dahulu dengan menentukan peringkat mana yang memiliki prioritas paling tinggi yang telah teridentifikasi berdasarkan besarnya nilai ARP risk agent.

Penentuan risk prioritization menggunakan metode

House of Risk (HOR)1. Tahap selanjutnya perancangan strategi mitigasi. Pada tahap ini perancangan strategi mitigasi dengan menggunakan House of Risk (HOR)2 untuk menangani risiko yang teridentifikasi berpotensi terjadi pada supply chain perusahaan dan juga menentukan strategi mitigasi yang prioritas untuk dilakukan. Pada perancangan strategi mitigasi pada Risk

agent yang akan dimitigasi ditentukan berdasarkan output HOR1 dilakukan sesuai dengan peringkat risiko.

Untuk menentukan jumlah agent risiko yang akan dimitigasi adalah dengan menggunakan diagram pareto.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pihak perusahaan yang berkaitan dengan proses bisnis

perusahaan. Identifikasi risiko dilakukan untuk

mengetahui risiko risiko yang terjadi pada kegiatan aktivitas perusahaan juga pengidentifikasian risiko risiko yang berpotensi terjadi yang mempengaruhi kegiatan

supply chain perusahaan juga mengidentifikasi penyebab

terjadinya risiko. Identifikasi ini dilakukan berdasarkan aktivitas supply chain metode SCOR. Kegiatan supply

chain pada SCOR yaitu plan, source, make, deliver dan return. Identifikasi risiko ini dilakukan dengan

wawancara pihak perusahaan yang berkaitan dengan proses bisnis perusahaan. Berikut tabel kegiatan supply

(3)

224

Tabel 1. Aktivitas SCOR PT XYZ

Process Area Sub Process/kegiatan

Plan Perencanaan Produksi

Pengendalian persediaan material Source Proses pengadaan barang

Make Pelaksanaan produksi Quality Control

Delivery Informasi data ketersediaan produk Pengiriman produk ke pelanggan

Return Pengembalian material ke supplier

Penanganan produk yang dikembalikan dari pelanggan

Dari aktivitas supply chain diatas maka dilakukan identifikasi risk event dan juga risk agent. Kemudian dilakukan assesment penentuan nilai severity, occurance dan nilai correlation. Risk event yang teridentifikasi sebanyak 16 dan risk agent teridentifikasi sebanyak 24. Berikut Tabel risk event dan juga risk agent yang teridentifikasi pada supply chain PT.XYZ.

Tabel 2. Daftar Risk Event dan Risk agent

Risk Event Code Risk Agent Code

Permintaan produk yang mendadak A1

Kekurangan kapasitas pasokan material pada gudang A2

Pengadaaan material terlambat A3

Ketidaksesuaian jumlah kapasitas pada sistem dengan kondisi aktual di gudangE2 Data tidak segera diupdate A4

Kemampuan supplier memenuhi permintaan sesuai jadwal rendah A5

Permintaan produk yang mendadak A1

Pengadaaan material terlambat A3

Pembuatan Purchasing requisition (PR) terlambat A6

Kesalahan informasi data estimasi kuantitas dari user pada purchase requisition (PR)A7

Terjadi bencana alam atau kecelakaan pada saat pengiriman material dari suplierA8

Supplier tidak mengirim material (non HRC) sesuai PR A9

Kemampuan supplier memenuhi permintaan rendah secara kualitas A10

Kesalahan informasi data estimasi kuantitas dari owner pada purchase requisition (PR)A7

Supplier utama memasok material HRC dengan spesifikasi ukuran yang lebih besarA11

Pembuatan PR terlambat A6

Permintaan produk mendadak A1

Pengadaan material mendadak A3

Kesalahan pengambilan material HRC dari gudang coil E6 Spesifikasi label tidak sesuai dengan spesifikasi aktual material A12

Kesalahan penjadwalan mesin E7 Kesalahan input data (Human error ) A13

Kinerja mesin tidak sempurna A14

Kesalahan dalam maintenance A15

Kekurangan kapasitas pasokan material pada gudang A2

Ketidaksesuaian spesifikasi produk E9 Kesalahan dalam pengambilan sample produk A16

Kesalahan input data coil reservasi produk pada SAP A17

Data tidak segera diupdate A4

Kesalahan pengiriman produk ke konsumen E11 Kesalahan informasi PR dari konsumen A18

Penyelesaian finish produk tidak sesuai jadwal A19

Kekurangan jumlah tansportasi A20

Terjadi bencana alam atau kecelakaan pada saat pengiriman material dari suplierA8

Bencana alam E13 Faktor alam A21

Terjadi kecelakaan E14 Human error A22

Keterlambatan menangani material yang dating A10

Kelemahan dalam nota kesepakatan, tidak bisa klaim asuransi A23

Terlambat dalam menangani pengembalian produk dari konsumen E16 Alat transportasi rusak A24

Terlambat dalam release purchase requisition E5

Terjadi delay E8

Ketidaksesuaian data jumlah produk pada sistem (SAP) dengan kondisi aktual (gudang)E10

Keterlambatan pengiriman E12

Keterlambatan dalam mengajukan komplain kepada supplier E15

Perubahan rencana produksi yang mendadak E1

Keterlambatan kedatangan material (non HRC) dari supplier E3

Ketidaksesuaian material yang dipesan supplier dari supplier E4

Setelah identifikasi dilakukan, maka selanjutnya adalah melakukan assesment yaitu memberikan penilaian tingkat severity yaitu keparahan suatu risk event, penilaian occurrence yaitu tingkat peluang terjadinya suatu risk agent. Dengan masing-masing skala 1-10. Penilaian correlation yaitu pada kasus ini penilaian adanya hubungan antara risk event dan risk agent. Bila suatu risk agent menyebabkan timbulnya suatu risk event maka dikatakan terdapat korelasi. Penilaian correlation berdasarkan nilai korelasi 1,3,9.

Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka

selanjutannya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan House Of Risk 1 untuk risk identification. Tahap ini untuk menentukan perangkingan risk agent. Dapat dilihat pada gambar.

Business Processes Risk event (Ei) A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 Severity Of Risk event i (Si)

E1 R11 R12 R13 … … … … S1 E2 R21 R22 … … … S2 E3 R31 … … … S3 E4 R41 … … … S4 E5 … … … S5 E6 … … … S6 E7 … … … S7 E8 … … … S8 Return E9 … … … S9 O1 O2 O3 O4 O5 O6 O7

ARP1 ARP2 ARP3 ARP4 ARP5 ARP6 ARP7

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7

Occurance of Agent j Aggregate Risk Potential j

Priority Rank of Agent j

Risk Agents (Aj)

Plan Source Make Deliver

Gambar 1. House Of Risk 1

Dengan keterangan :

E1, E2, E3,...En = risk event (kejadian risiko) yang teridentifikasi

A1,A2,A3,...An = risk agent (agen risiko) yang teridentifikasi

R11, R12, ...Rnn = korelasi antara risk agent dengan risk

event

S1,S2,S3, ...Sn = Nilai severity risk event

O1,O2,O3,...On = Nilai occurance risk agent

ARPj = Nilai Agen Potensial Risiko Agregat

P1,P2,P3 = Peringkat risk agent berdasarkan

nilai ARPj

ARPj = Oj (1)

Hasil pengolahan pada House Of Risk 1 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Risk Agent berdasarkan ARPj dan peringkat Pj

Kode Risk Agent ARPj Pj

A6 Pembuatan Purchasing requisition (PR) terlambat 819 1

A3 Pengadaaan material terlambat 756 2

A4 Data tidak segera diupdate 720 3

A1 Permintaan produk yang mendadak 714 4

A2 Kekurangan kapasitas pasokan material pada gudang 504 5 A11 Supplier utama memasok material HRC dengan spesifikasi ukuran yang lebih besar 441 6 A19 Penyelesaian finish produk tidak sesuai jadwal 441 7 A5 Kemampuan supplier memenuhi permintaan sesuai jadwal rendah 378 8 A7 Kesalahan informasi data estimasi kuantitas dari owner pada purchase requisition (PR) 252 9 A8 Terjadi bencana alam atau kecelakaan pada saat pengiriman material dari supplier 252 10 A13 Kesalahan input data (Human error ) 216 11 A10 Kemampuan supplier memenuhi permintaan rendah secara kualitas 189 12 A17 Kesalahan input data coil reservasi produk pada SAP 162 13 A18 Kesalahan informasi PR dari konsumen 162 14

A22 Human error 162 15

A21 Faktor alam 144 16

A9 Supplier tidak mengirim material (non HRC) sesuai PR 126 17

A14 Kinerja mesin tidak sempurna 126 18

A15 Kesalahan dalam maintenance 126 19

A20 Kekurangan jumlah tansportasi 126 20

A24 Alat transportasi rusak 126 21

A12 Spesifikasi label tidak sesuai dengan spesifikasi aktual material 108 22 A16 Kesalahan dalam pengambilan sample produk 108 23 A23 Kelemahan dalam nota kesepakatan, tidak bisa klaim asuransi 18 24

(4)

225 Setelah melakukan pengolahan pada HOR1 dan mendapatkan nilai ARPj, maka tahap selanjutnya tahap mitigasi risiko dengan menggunakan HOR fase 2 yaitu melakukan penanganan (risk treatment). Risk agent yang teridentifikasi memiliki nilai ARPj terbesar yang ditentukan dengan digram pareto akan menjadi input pada HOR2 yaitu risk agent prioritas yang akan dilakukan mitigasi. Berikut daftar risk agent yang akan dimitigasi berdasarkan nilai ARPj dengan menggunakan diagram pareto.

Gambar 2. Diagram Pareto Risk Agent

Dari hasil diagram pareto diketahui risk agent yang menjadi prioritas akan dilakukan mitigasi adalah sebagai berikut.

Tabel 4 Risk Agent yang akan dimitigasi

Kode Risk Agent ARPj Pj

A6 Pembuatan Purchasing requisition (PR) terlambat 819 1

A3 Pengadaaan material terlambat 756 2

A4 Data tidak segera diupdate 720 3

A1 Permintaan produk yang mendadak 714 4

Setelah diketahui risk agent yang akan dimitigasi maka berikut merupakan tahap perancangan strategi mitigasi dengan HOR2. Menetukan rencana strategi mitigasi yang akan dilakukan. HOR2 sebagai gambar berikut. Pada matriks HOR2 ini juga akan ditentukan nilai Effectiveness To Difficulty ratio (ETD).

To be treated Risk Agent (Aj)

PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 Aggregate Risk Potentials (ARPj)

A1

E11 E12 E13 ... ...

ARP1

A2

E31 E12 ... ... ...

ARP2

A3

E31 ... ... ... ...

ARP3

A4

... ... ... ... ...

ARP4

A5

... ... ... ... Ejk

ARP5

Total Efectiveness Of Action k

TE1 TE2 TE3 TE4 TE5

Degree of difficulty performing action k D1 D2 D3 D4 D5

Effectiveness to difficulty ratio

ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5

Rank Priority

R1 R2 R3 R4 R5

Preventive Action (Pak)

Gambar 3. House Of Risk Fase 2

Dengan keterangan :

A1,A2,A3...An = risk agent yang terpilih untuk dimitigasi

PA1, PA2...Pan = aksi/strategi mitigasi yang akan dilakukan

E11,E12,...Enm = korelasi antara strategi mitigasi dengan risk agent

ARP1,ARP2..ARPn = aggregate risk potential dari

risk agent

TE1, TE2... TEn = merupakan efektivitas total

masing masing aksi mitigasi

D1, D2, D3,...Dn = tingkat kesulitan dalam

melakukan masing aksi mitigasi

ETD1, ETD2,... ETDn = Total Efektivitas (Tek)

dengan tingkat kesulitan (Difficulty Dk)

R1,R2,R3..Rn = peringkat dari masing

masing aksi, penentuan peringkat berdasarkan nilai ETD, peringkat pertama menunjukkan aksi dengan ETD tertinggi.

Tek = ∙Ejk (2)

ETDk = (3)

Rencana strategi mitigasi yang akan dilakukan untuk memitigasi risk agent adalah strategy stock,

coordination dan multiple route. Strategi mitigasi untuk

masing masing risk agent dapat dilihat pada gambar berikut. Strategy Proactive Supply S tr a te g y S to ck Mu lt ip le Ro u te C o o rd in a ti o n

Kode Risk Agent

A6 Pembuatan Purchasing requisition

(PR) terlambat

A3 Pengadaaan material terlambat

A4 Data tidak segera diupdate

A1 Permintaan produk yang mendadak

Gambar 4. Strategi mitigasi untuk masing masing risk agent

Untuk keterangan penjelasan masing-masing strategi mitigasi dapat dilihat pada tabel 5

Setelah dilakukan pengolahan data untuk

penanganan risk yaitu mitigasi risiko dapat diketahui besar nilai ETD setiap strategi mitigasi risk agent dan juga peringkat prioritas strategi mitigasi berdasarkan nilai ETD masing-masing. EDT yaitu untuk mengetahui tingkat keefektifan strategi mitigasi untuk mereduksi atau memitigasi risk agent. Semakin kecil nilai ETDnya maka aksi mitigasi tersebut kurang efektif mereduksi atau memitigasi risk agent yang bersangkutan.

(5)

226

Tabel 5 Keterangan Strategi Mitigasi

Strategy Mitigating Keterangan

Coordination

Setiap melakukan kegiatan pengadaan material, pihak User dengan Pihak Logistik harus melakukan kooordinasi untuk menentukan deadline pembuatan PR, menyiapkan persyaratan yang diperlukan, menyediakan anggaran

Multiple Route Mencari dicari rute alternatif pengiriman material sehingga material dapat terkirim sesuai jadwal

penerimaan yang telah ditentukan.

Strategy Stock Keterlambatan pengadaan material akan mengalami kekurangan material, untuk memitigasi maka

dilakukan penambahan stok

Coordination

Agar data selalu up to date dan informasi akurat, pihak Gudang, Produksi, PPC, PHP dan

Marketing melakukan koordiasi Setiap hari kerja melakukan penyesuaian data antara pada system (SAP) dengan aktual dilapangan. Mendata jumlah produk yang diproduksi masuk ke

gudang produk dan juga yang keluar gudang, mendata kondisi material yang ada pada system dan pada gudang sesuai

Strategy Stock

Agar bisa memitigasi permintaan yang mendadak, perusahaan melakukan penambahan stok juga menentukan kebijakan manajemen persedian yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Sehingga ketika ada permintaan yang mendadak tidak mengalami kekurangan stok, sehingga tetap melakukan produksi

Juga sebaliknya, semakin besar nilai ETD aksi mitigasi, maka semakin efektif dalam mereduksi atau memitigasi risk agent yang bersangkutan. Dengan nilai ETD juga dapat menentukan prioritas strategi mitigasi yang harus dilakukan oleh pihak perusahaan untuk memitigasi agent risk yang mengakibatkan munculnya

risk event. Dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6. Peringkat Strategi Mitigasi Berdasarkan nilai ETD

Peringkat Strategi Mitigasi Nilai ETD

1 Coordination 10138,5

2 Strategy Stock 2898

3 Multiple Route 189

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di PT. XYZ berkaitan dengan pengelolaan risiko supply chain dengan metode house Of Risk, maka didapat kesimpulan bahwa Risiko (risk event) yang teridentifikasi berpeluang timbul pada aktivitas supply chain PT. XYZ yaitu pada aktivitas plan terdapat 2 risk event (Perubahan rencana produksi yang mendadak dan Ketidaksesuaian jumlah kapasitas pada sistem dengan kondisi aktual di gudang).

Pada aktivitas source terdapat 2 risk event

(Keterlambatan kedatangan material (non HRC) dari supplier dan Ketidaksesuaian material yang dipesan supplier dari supplier). Pada aktivitas make terdapat 4

risk event (Terlambat dalam release purchase

requisition, Kesalahan pengambilan material HRC dari

gudang coil, Kesalahan penjadwalan mesin, terjadi

delay). Pada aktivitas delivery 6 risk event

(Ketidaksesuaian spesifikasi produk, Ketidaksesuaian data jumlah produk pada sistem (SAP) dengan kondisi aktual (gudang), Kesalahan pengiriman produk ke konsumen, Keterlambatan pengiriman, Bencana alam, Terjadi kecelakaan). Pada aktivitas return teridentifikasi 2 risk event (Keterlambatan dalam mengajukan komplain kepada supplier dan Terlambat dalam menangani pengembalian produk dari konsumen). Risk agent pada

supply chain PT. XYZ teridentifikasi sebanyak 24 dan

yang diprioritaskan untuk dimitigasi berdasarkan nilai ARP sebanyak 4 yaitu risk agent A6 (pembuatan

purchasing requisition terlambat), risk agent A3

(pengadaan material terlambat), risk agent A4 (data tidak segera diupdate) dan risk agent A1 (permintaan produk yang mendadak). Strategi mitigasi atau pencegahan yang diprioritaskan untuk mencegah penyebab risiko adalah strategi coordination dari tiga strategi mitigasi yang pilih yaitu coordination, strategy stock dan multiple route.

DAFTAR PUSTAKA

Aflakha, N.2012.Analisis dan Mitigasi Risiko Rantai Supply Pada Perusahaan Jasa Penyedia Layanan Data dan Internet.Skripsi. ITS.Surabaya

Airmic.2002. A Risk Standard Management.Published by ALARM, IRM

AS/NZS 4360:2004.Risk Management..Australia

Badariah,N.2012.Analisa Supply Chain Risk Management Berdasarkan Metode Failure Mode And Effect Analysis. Skripsi.Trisakti.Jakarta

Besterfield,1999.Total Quality Management.Prentice Hall International,Inc.USA

Fendi,A.2012.Analisis Strategi Mitigasi Risiko Supply Chain PT.PAL Indonesia (Persero). Skripsi. Institut Adhi Tama.Surabaya

Geraldin,H.2007.Manajemen Risiko dan Aksi Mitigasi Untuk Menciptakan Rantai Pasok yang Robust. Tesis.Fakultas Teknik.ITS.Surabaya

Pujawan, I, N. 2010. Supply Chain Management. Guna Widya.Surabaya

Pujawan, I, N.2009.House Of Risk : A Model Proactive Supply Chain Management Business Process Management Journal. Vol 15 No. 6.

Purwandono,D,K.2010.Aplikasi House Of Risk Untuk Mitigasi Risiko pembangunan Jalan Tol Gempol- Pasuruan.Tesis. ITS.

Satria,Y.2012.Pengelolaan Risiko Pada Supply Chain PT. Graha Makmur Cipta Pratama.Skripsi.ITS.Surabaya

Tang,S.C.2006. Robust strategies for mitigating supply chain disruptions. UCLA Anderson School.USA (Online diakses 14 March 2013, At: 19:45)

Yuskartika,D.2012.Pengelolaan Risiko Mengggunakan Metode FMECA (Failure Modes and Criticality Analysis) dan Simulasi Berbasis Proses Bisnis Pada Rantai Pasok Makanan. Skripsi.ITS.Surabaya

Zigaris,S.2000.Supply Chain Management. BPR Engineer. BPR Hellas.SA

Gambar

Gambar 1. House Of Risk 1  Dengan keterangan :
Gambar 2.  Diagram Pareto Risk Agent

Referensi

Dokumen terkait

Munir Fuady, Hukum tentang Pembiayaan, Bandung, PT.. Merupakan bantuan pembiayaan pada perusahaan pasangan usaha. Bersifat sementara, karena maksimal dalam jangka waktu 10

Sebagai tambahan, obat ini juga memberikan efek langsung terhadap reseptor H 2 dimana sebanyak 10-15% reseptor histamin pada vaskulatur efek ini kemungkinan

Perhitungan Menggunakan Metode Penghalusan Eksponensial Dengan Tren untuk PT.Indah Kiat Pulp & Paper Mills.. Perhitungan Menggunakan Metode Penghalusan Eksponensial

Hal ini bisa terjadi karena penambahan volume frother ke dalam limbah yang mengandung Ag tidak memberikan efek negatif terhadap ikatan non-polar antara kenaikan jumlah partikel

Dalam rangka pertanggungjawaban pencapaian kinerja dan pelaksanaan anggaran tersebut serta untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance),

Kualitatif yang menggunakan observasi lapangan, menurut Frederick Erickson ( dalam Redja Mudyahardjo 1998: 80). Bertujuan : 1) lebih terarah kepada mengetahui

Klasifikasi tiga jenis ukuran butir digunakan sebagai titik awal untuk mengklasifikasikan dan nama terrigenous sedimen klastik dan batuan sedimen: kerikil dan

Dengan merujuk pada kriteria pengujian maka hal tersebut menyebabkan ditolaknya H 0 dan diterimanya H a yang berarti dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang