• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pun ada di kota ini yaitu Universitas Gadjah Mada. Sebab itulah yang membuat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pun ada di kota ini yaitu Universitas Gadjah Mada. Sebab itulah yang membuat"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota Yogyakarta memiliki predikat sebagai kota pelajar dan kota pariwisata.

Predikat ini mampu membawanya menjadi destinasi untuk melanjutkan pendidikan

maupun destinasi berwisata. Berbagai perguruan tinggi tersebar di Yogyakarta baik

perguruan tinggi negeri maupun swasta. Salah satu universitas terbaik di Indonesia

pun ada di kota ini yaitu Universitas Gadjah Mada. Sebab itulah yang membuat

banyak pendatang tinggal di kota Yogyakarta meneruskan pendidikannya.

Wisata Yogyakarta dengan basis budaya menjadi daya tarik yang kuat bagi

pelancong di seluruh penjuru dunia. Keberadaan Kasultanan Yogyakarta mengambil

peran sebagai pusat kebudayaan Jawa. Ragam kekayaan budaya ada di kota ini mulai

dari tata kotanya, kesenian, peri kehidupan sehari-hari, bangunan bersejarah, upacara

adat, tradisi, maupun kerajinan dan kulinernya menjadi sebuah ragam kekayaan yang

menjadi kekuatan Yogyakarta. Selain wisata budaya, Yogyakarta memiliki berbagai

objek wisata alam berupa pantai, gumuk pasir, goa, air terjun, gunung api, telaga,

hutan, dsb. Wisata alam ini tersebar di seluruh penjuru daerah di Yogyakarta. Wisata

ini mendukung wisatawan domestik maupun mancanegara untuk menjelajahi setiap

sudut Kota Yogyakarta.

Jumlah pendatang yang selalu bertambah dimanfaatkan oleh beberapa kalangan

(2)

menambah pula tenaga kerja dari berbagai daerah sehingga ragam penduduk pun

bertambah. Ragam penduduk yang memiliki jumlah cukup besar membuat industri

hiburan semakin gencar memadati kota Yogyakarta, salah satunya adalah hiburan

karaoke.

Ruangan berkedap suara, suara dihentakkan, dan bernyanyi sekencangnya.

Tidak perlu susah-susah untuk menghapal syair lagu karena telah tersedia pada layar

monitor. Tersedia pula perangkat audio visual untuk menuntun sang penyanyi kapan

mulai bernyanyi dan kapan harus jeda dengan urutan pewarnaan naskah di layar

monitor. Berkaraoke ini bisa dilakukan sendiri ataupun berkelompok.

Karaoke menjadi hiburan yang tidak asing lagi di telinga masyarakat

Yogyakarta. Hiburan yang mampu menjadi pelepas penat ini telah digandrungi semua

kalangan. Tempat karaoke yang terjaga privasinya memberi ruang bebas untuk

bernyanyi sepuasnya. Stigma negatif dalam masyarakat tentang hiburan karaoke yang

lekat dengan seksualitas dan obat-obatan terlarang lambat laun mulai berkurang

seiring berkembangnya tempat hiburan karaoke berbasis keluarga. Lantas, tidak

kemudian mengurangi adanya karaoke penyedia wanita pemandu lagu atau biasa

disebut dengan istilah Lady Companion (LC).

Istilah LC terdengar asing bagi telinga beberapa masyarakat umum, tetapi

dalam dunia karaoke di Yogyakarta, Lady Companion atau biasa disingkat dengan

istilah LC adalah sebuah istilah yang populer di Yogyakarta sebagai wanita pemandu

(3)

membooking LC melalui mami1 ataupun server2 karaoke. LC bertugas menemani

tamu bernyanyi, berjoget, ngobrol, hingga minum alkohol bersama. Dalam satu room

karaoke, kedekatan diantara tamu dan LC terjalin sangat intens.

LC memikat tamu dengan penampilan dan aksinya yang nakal. Tubuhnya seksi

menggoda dengan balutan sexydresses yang memperlihatkan bagian dada serta

pahanya yang mulus. Mereka mengenakan sepatu highheels atau sepatu berhak

tinggi. Mereka bernyanyi, bergoyang, dan merayu tamu dengan tutur katanya yang

manja. Trik ini bisa menjadi cara untuk menjaga hubungan baik supaya tamu datang

kembali.

Menjadi LC tidak membutuhkan latar belakang pendidikan yang tinggi.

Ketrampilan dalam bernyanyi pun bukan menjadi prioritas. Mereka hanya dituntut

memiliki penampilan yang menarik, sesuai dengan rata-rata tamu yang menginginkan

LC berparas cantik nan seksi. Pada profesi pekerjaan yang dilakoninya, LC tidak

hanya sekedar mengiringi tamu bernyanyi, tetapi juga memiliki tanggung jawab atas

kepuasan tamu. Nilai kepuasan tamu didasarkan pada pelayanan LC yang baik dan

hal ini merupakan penentu bayaran yang diterima oleh LC. Semakin tamu merasa

puas dengan pelayanan LC maka semakin besar pula uang tip yang akan diterima

oleh LC.

      

1 Mami adalah istilah wanita yang berprofesi sebagai penyalur LC pada club malam.

2 Server adalah istilah pelayan pada sebuah tempat karaoke. Pada beberapa tempat karaoke di

(4)

Demi menjaga eksistensi dirinya terhadap profesi yang dilakoninya mereka

berupaya mengeksplorasi tubuhnya agar terlihat cantik dan seksi di mata

pelanggannya. Mereka memiliki mindset yang tertanam bahwa semakin cantik

dirinya maka semakin banyak pelanggan yang akan memilih dirinya. Kecantikan

bukanlah sebuah konstruk fisik yang dapat diukur secara eksak, tetapi kecantikan

adalah suatu konstruk sosial yang subyektif dan sangat dipengaruhi oleh budaya dan

karakteristik masyarakat. Bahkan dapat dikatakan sangat dipengaruhi oleh tren, mode

dan kesukaan temporer banyak orang (Nasiruddin, 2008:1). Cantik bagi LC dapat

ditunjukkan dengan kulitnya yang putih mulus tanpa jerawat dengan paras wajahnya

yang dapat dilihat dari bentuk setiap bagian wajah yang sempurna.

Para LC berupaya untuk ‘memoles’ bagian tubuh yang mereka rasa masih

kurang ‘menjual’. Perawatan dari luar maupun dalam dilakukannya agar

mendapatkan hasil yang diinginkan. Tak jarang mereka yang menginginkan

kesempurnaan fisik menggunakan cara yang instan dan ekonomis dengan

mengesampingkan efek samping yang ditimbulkan. Perawatan ini menggunakan

zat-zat-zat kimia berdasarkan kebutuhan setiap bagian tubuh LC. Tak heran jika LC

senang mencoba-coba produk kimia ketika dirinya merasa tidak cocok pada suatu

produk karena tidak ada perubahan yang signifikan atau timbul rasa ‘sakit’. Mereka

rela menderita agar bisa menjadi sosok yang cantik.

Menjadi sosok yang cantik dan seksi pun saat ini tidak mahal lagi, banyak cara

yang dapat diakses. Saat ini telah banyak produk-produk kecantikan yang

(5)

rambut yang dapat diwarna sesuka hati, dsb. Toko kosmetik maupun klinik

kecantikan pun saat ini telah banyak ditemui di Yogyakarta. Akses produk yang

bermacam juga dipermudah dengan transaksi melalui internet atau biasa disebut

dengan shopping online.

Salah satu tuntutan sebagai LC adalah melayani tamu dengan minum alkohol,

oleh karena itu maka mereka sangat lekat dengan minum-minuman alkohol. LC

biasanya akan ditawari tamu untuk minum bersama hingga mabuk bersama. Demi

menjaga pelayanan atau servis yang terbaik, sebisa mungkin LC tidak menolak setiap

permintaan tamu. Kebiasaan LC minum alkohol ini berakibat pada tubuhnya seperti

sakit atau badan drop. Stamina tubuh LC yang menurun mempengaruhi performa saat

bekerja. Mengkonsumsi produk-produk kimia berupa vitamin ataupun dopping

menjadi jalan keluar supaya LC dapat selalu menjalankan pekerjaannya.

Setiap produk-produk kimia yang menempel pada tubuh LC memiliki peran dan

manfaat masing-masing dalam menunjang pekerjaannya. Penampilan dan stamina

adalah 2 hal yang menjadi perhatian LC. Make-up, skin care, dan zat adiktif3 adalah

komponen penunjang pekerjaan pada umumnya LC. Cara ini dilakukan agar menjadi

daya tarik bagi pelanggan untuk membookingnya. Mereka beraksi untuk

berkompetisi diantara para LC. Mereka berkompetisi dengan membawa tubuh mereka

      

3 Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organism hidup,

maka dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus. Jika dihentikan dapat member efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa. (http://id.wikipedia.org/wiki/Zat_adiktif)

(6)

yang dipasarkan. Setiap geliat dari tubuhnya memiliki fungsi dalam merangsang tamu

supaya memberinya uang.

Jumlah LC semakin bertambah seiring berkembangnya tempat hiburan karaoke.

Semakin cantik dan seksi tubuh LC maka semakin menunjukkan kelas LC yang

tinggi, terlebih ditunjang dengan kenakalan aksi juga akan mempengaruhi. Dibalik

penampilan LC ini terdapat peran produk-produk kimia yang digunakannya.

Penggunaan zat-zat kimia inilah yang mampu menunjang setiap penampilan, aksi,

dan motivasi diri dalam menjalankan pekerjaannya.

B. Tinjauan Pustaka

Tidak banyak tulisan yang meneliti tentang kehidupan LC terlebih dalam hal

konsumsi produk-produk kimia. Bukan berarti tidak ada tulisan yang membahas

fenomena LC sebagai pemandu lagu pada suatu daerahnya. Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Aprizal Wahyu Darmawan yang berjudul Konstruksi Sosial Pekerja

Purel Karaoke: (Studi Deskriptif tentang Arti Purel pada para Pekerja Purel yang Aktif Berstatus Pelajar), menjelaskan mengenai arti makna purel dimana dalam

masyarakat luas definisi purel atau Public Relation lebih dikenal sebagai serangkai

atau system kegiatan yang terjadi dalam suatu organisasi. Disisi lain masyarakat juga

mengenal arti purel itu sendiri seperti wanita panggilan yang pekerjaannya menemani

tamunya untuk bernyanyi di tempat karaoke. Fokus penelitian ini adalah bagaimana

pemaknaan seorang purel terhadap sebuah perilaku purel yang berstatus sebagai

(7)

purel pelajar melalui tiga tahapan, yaitu eksternalisasi sebagai tahap awal seorang

pelajar mengetahui dan memahami pekerjaan sebagai purel, mulai dari apa itu purel,

hingga bagaimana pekerjaan purel itu. Hingga pada akhirnya ia mengalami posisi

dilematis, ketika yang dipahami di awal (realitas objektif) mulai bertolak dengan apa

yang benar-benar nyata dilihat (realitas subjektif) (Aprizal 2012).

Penelitian yang lain mengenai perilaku pemandu lagu dilakukan oleh Satria

Indra Wiguna yang berjudul Perilaku Seorang Pemandu Lagu Karaoke di Kota

Bandung, bertujuan untuk mengetahui perilaku pemandu karaoke di Bandung dengan

konsep panggung depan (front stage), dan panggung belakang (back stage).

Permainan peran yang diteliti oleh Satria ini memperlihatkan bagaimana perilaku

pemandu karaoke ketika mereka dihadapkan dengan tamu sehingga mereka berperan

seperti layaknya aktris pada sebuah drama. Pada panggung belakang (back stage)

pemandu lagu karaoke benar-benar menunjukkan karakter diri mereka yang

seutuhnya, dan perilaku yang tumbuh pada dirinya adalah hasil dan cara ia

bersosialisasi di lingkungan, baik dalam profesi maupun diluar profesi (Satria 2013).

Buku yang ditulis oleh Emka berjudul “Jakarta Undercover #3; Forbidden

City” mengungkap situasi, dan kondisi kehidupan malam menjelang akhir tahun

2006. Dengan berani Emka menggambarkan kawasan-kawasan hiburan di Kota

Jakarta yang penuh dengan transaksi seks yang bervariasi. Para laki-laki ‘berduit’

menghabiskan waktunya di karaoke, nite club, kelab kebugaran, atau strip-bar yang di

dalamnya menyediakan aneka macam jasa sex-entertainment. Salah satu pelaku jasa

(8)

menyorot pengalamannya dalam membooking LC dan menceritakan pengalaman

pribadi dari LC tersebut.

Lingkup kerja seorang LC adalah tempat hiburan karaoke. Hiburan karaoke

adalah ladang pekerjaan LC. Penelitian mengenai karaoke telah dilakukan oleh Frieda

Rizqi Agustin dimana penulisan hasil penelitian ini berjudul Karaoke: Sebuah

Kebudayaan Populer di Jepang. Dalam penelitian ini Frieda mampu mengungkapkan

bahwa karaoke merupakan kebudayaan yang muncul pada era Jepang kontemporer

dan sejak itu terus berkembang dan semakin diminati oleh berbagai lapisan

masyarakat. Tulisan ini mampu menjelaskan awal mula berkembangnya industri

hiburan karaoke di Jepang. Dalam tulisan ini pula diungkapkan bahwa karaoke

dulunya memang identik dengan minum-minum dan bersenang-senang dengan

wanita peneman karaoke. Hal ini merupakan fenomena yang terjadi pada masyarakat

kalangan pebisnis yang ingin mengobati rasa stres kerjanya. Bergulirnya waktu

industri karaoke semakin berkembang dengan mengikuti penikmat karaoke yang juga

beragam. Muncullah tempat karaoke bebas alkohol yang dapat dinikmati oleh semua

kalangan tanpa memandang ekonomi, usia, pengetahuan, dsb.

Perempuan selalu merasa kekurangan terhadap tubuhnya. Perempuan

menempuh berbagai cara untuk menutupi kekurangan tubuhnya, begitu halnya

dengan LC yang bekerja dengan modal tubuhnya seksi dan wajahnya yang cantik

sebagai upaya menarik hati tamu. Mahetasari, dalam penelitiannya yang berjudul

Kecemasan Perempuan Terhadap Citra Tubuhnya mengungkap faktor-faktor yang

(9)

kecantikan sebelum dan sesudah ke klinik kecantikan. Penelitian yang dilakukannya

di Solo ini juga berlatar belakang ingin mengetahui perubahan sosial-budaya sejak

menjamurnya klinik kecantikan di Solo. Temuan yang didapatkan oleh Mahetasari

ialah perawatan tubuh di klinik kecantikan dipilih sebagai alternatif perawatan tubuh

yang cukup singkat dan hasil yang memuaskan daripada perawatan di rumah yang

memakan banyak waktu dan banyak resiko karena tidak ditangani oleh ahlinya

(Mahetasari 2008).

Belum banyak tulisan mengenai LC dan belum ada yang mengkaji mengenai

penggunaan zat-zat kimia sebagai upayanya dalam menunjang pekerjaan LC. Dalam

tulisan ini dibahas bagaimana setiap pekerjaan yang dilakukan oleh LC dapat

mempengaruhi macam produk kimia yang dikonsumsi. Klasifikasi zat-zat kimia ini

diantaranya adalah kosmetik, pelangsing, alkohol, narkotika, dan obat-obatan yang

masuk dalam tubuh.

Tubuh bagi seorang LC menjadi aset terpenting dalam menunjang

pekerjaannya. Seperti yang dilakukan oleh perempuan-perempuan yang bekerja di

club malam lainnya, kosmetik menjadi hal yang tidak boleh ditinggalkan. Demi

menunjang penampilannya saat melakukan aksi didepan tamu, kewajiban LC adalah

memoles wajahnya secara tebal dan mendapatkan kesan yang lebih glamour.

Pemakaian kosmetik pada kalangan LC memang belum pernah dikaji sebelumnya,

namun Suriptiasih pernah meneliti mengenai kosmetik dengan objeknya adalah

pramuniaga, yang kemudian ditulis dalam ujian akhirnya pada tahun 1997 dengan

(10)

Pramuniaga Wanita. Dalam tulisannya dijelaskan bahwa perilaku pemakaian

kosmetika pada awalnya timbul karena tuntutan atau kewajiban pekerjaan, tetapi

kemudian berubah menjadi kebiasaan. Bila kebiasaan ini tidak dilakukan maka akan

timbul akibat yang tidak diinginkan, misalnya kurang percaya diri atau hati menjadi

kacau.

Kehidupan dunia malam tidak bisa lepas dengan konsumsi rokok, alkohol,

hingga narkoba. Tidak hanya laki-laki saja, perempuan pun saat ini mengkonsumsi

produk-produk kimia tersebut begitu pula dengan LC. Telah banyak kajian yang

membahas tentang perempuan pengkonsumsi rokok, alkohol, juga narkoba tetapi

belum ada yang secara spesifik membahas di kalangan LC. Kajian ini diantaranya

adalah;

Representasi Wanita Merokok dalam Novel Rara Mendut Karya Y.B. Mangunwijaya ditulis pada 2011 oleh Atika Rusy Kuncoro dimana dalam penelitian

ini terdapat sebuah penemuan yang didapatkan dari novel Rara Mendut bahwa wanita

merokok sebagai sosok yang jauh dari moral buruk. Sebaliknya dalam masyarakat

berbagai penilaian moral miring sangat mudah terlontar bagi perempuan yang

melakukan kegiatan merokok di depan umum. Anggapan buruk seperti perempuan

“tidak benar”, perempuan “nakal”, perempuan “liar”, bahkan perempuan “brandal”

dapat mudah terbersit dalam benak masyarakat ketika melihat seseorang wanita

merokok. Terlebih lagi penggambaran wanita merokok dalam media yang cenderung

negatif. Di sisi lain pada novel Rara Mendut disebutkan wanita merokok telah ada

(11)

wanita merokok digambarkan sebagai wanita dengan kekuatan dan pendirian serta

kepribadian yang baik. Rokok menjadi simbol dari keberanian, penolakan

penindasan, serta kekuasaan atas diri sendiri. Selain itu diperoleh pula pesan bahwa

kaum istana zaman kerajaan menggunakan kekuasaannya untuk memperoleh apa saja

yang diinginkan tanpa memikirkan hak rakyat sebagai sesama manusia.

Tulisan lain mengenai perokok perempuan juga ditulis oleh Yuni Lestari pada

tahun 2010 dengan mengangkat judul Perilaku Kesehatan Reproduksi pada Perokok

Wanita di Kota Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti karakteristik social

ekonomi para perokok wanita, mengetahui dan memahami secara mendalam

mengenai faktor-faktor yang menyebabkan mereka merokok sampai pada perilaku

perokok wanita dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksinya. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan

dan keinginan untuk mencoba hal baru menjadi penyebab wanita menjadi perokok.

Wanita merokok dianggap wanita yang modern, seksi, glamour, matang, dan mandiri.

Tidak hanya itu saja, wanita memilih untuk merokok yang kemudian menjadi

kebiasaan disebabkan lingkungan. Biasanya wanita yang banyak dililit oleh masalah

yang pelik lebih memilih merokok sebagai tempat pelarian dan ada yang beralibi

sebagai penghilangan stress.

Salah satu syarat dalam kerja LC adalah bisa minum alkohol. Hal ini

dipastikan karena setiap tamu LC pasti membawa minuman alkohol dan LC sebagai

pendamping tamu atau pemandu karaoke diharuskan memberikan pelayanan yang

(12)

seperti rokok dan minuman alkohol menjadi kebiasaan sehari-hari. Kebiasaan ini

memungkinkan terjadinya keinginan untuk mencoba mengkonsumsi zat adiktif yang

lebih menenangkan yaitu berupa narkoba. Penemuan ini juga belum ada yang

mengkaji sebelumnya. Di sisi lain penelitian tentang konsumsi minuman alkohol dan

narkoba telah dikaji sebelumnya.

Yuriska Afrinanda (2009) dalam tulisannya yang berjudul Self-Esteem pada

Wanita Usia Dewasa Awal yang Bekerja sebagai Waiters di Bar, memperlihatkan

bagaimana gambaran self-esteem pada wanita penyalahguna alkohol usia dewasa

muda yang bekerja di bar sebagai waiters, dan faktor-faktor penyebab wanita dewasa

muda tersebut dapat menjadi penyalahguna alkohol. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa subjek menjadi penyalahguna alkohol karena faktor lingkungan kerja subjek

yang cenderung selalu banyak hal-hal negatif didalamnya. Selain faktor lingkungan

ada juga faktor diri sendiri, maksudnya semua yang terjadi pada subjek dapat

dihindari jika memang ada niat dari subjek sendiri. Namun memang dirasa sulit

selama subjek sendiri masih bekerja ditempat tersebut, dimana mengkonsumsi

alkohol dianggap sah saja, dengan alasan mencari uang tambahan.

Penelitian oleh Ilyas Roni Hartoto pada 2001 dengan judul Pengalaman

Empat Orang Mahasiswa dan Seorang Mantan Bandar Ekstasi sebagai Pemakai Shabu-Shabu serta Upaya Penyembuhan yang Dilakukan (Kasus di Yogyakarta)

mendapatkan sebuah temuan bahwa shabu-shabu diintepretasikan dan digunakan oleh

para pemakai sebagai wujud dari ketertarikan pemakai terhadap shabu-shabu tersebut.

(13)

yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek impotensi bagi para pemakainya. Oleh

karena itu sangatlah tidak tepat apabila shabu-shabu digunakan sebagai obat

perangsang seksual.

Penelitian mengenai pemakaian zat-zat kimia di kalangan LC di Yogyakarta

belum pernah dilakukan. Di sisi lain mengenai hal-hal terkait produk-produk kimia

berupa kosmetik, zat adiktif, konstruksi tubuh perempuan, dan perilaku perempuan

pemandu karaoke telah dikaji sebelumnya. Penelitian ini ingin memperlihatkan

bahwa kehidupan LC tak lepas dari pemakaian zat-zat kimia sebagai tuntutan dalam

kerjanya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini yaitu

1. Apa saja zat-zat kimia yang digunakan oleh LC dalam menunjang pekerjaan

yang mereka geluti dan mengapa mereka banyak menggunakan zat-zat kimia

tersebut?

2. Bagaimana manfaat zat-zat kimia tersebut dalam mendukung profesinya

sebagai LC?

3. Mengapa kota Yogyakarta yang berpredikat sebagai kota budaya dan

pendidikan justru melahirkan pekerja LC yang tidak membutuhkan

(14)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui produk kimia apa saja yang telah digunakan LC sebagai

penunjang aktivitas kerjanya serta menjelaskan alasan penggunaan zat-zat

kimia tersebut berdasarkan fungsi dari setiap bagian tubuhnya.

2. Untuk memahami manfaat produk-produk kimia dalam menunjang perofesi

LC.

3. Untuk memahami terjadinya kontradiksi dimana predikat kota Yogyakarta

sebagai kota budaya dan pendidikan terdapat pekerja LC yang justru tidak

membutuhkan pendidikan tinggi.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya adalah:

1. Manfaat Akademis

Harapan dari penelitian ini dari segi akademis yakni dapat memberikan

sumbangan penelitian akademis, khususnya bagi antropologi yang membahas tentang

masalah manusia dan budayanya, terutama dalam konteks ini adalah masalah

konsumerisme. Selain itu dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi penelitian

selanjutnya yang juga ingin membahas permasalahan tentang budaya konsumsi.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dari penelitian ini memberikan hasil yang sarat informasi mengenai

latar belakang pekerja LC dalam mengkonsumsi zat-zat kimia dan dapat memberikan

informasi bagaimana tubuh begitu memiliki nilai jual yang tinggi bagi LC dengan

(15)

E. Kerangka Pemikiran

Lahirnya profesi LC bermula dari berkembangnya tempat hiburan karaoke.

Hubungan keduanya tidak bisa lepas. Istilah karaoke terdiri dari dua kata bahasa

Jepang, yaitu kara yang merupakan singkatan dari karappo yang berarti kosong, dan

oke singkatan dari okesutora yang berarti orkestra. Jadi secara harafiah karaoke

berarti melodi yang tidak ada vokalnya. Kepopuleran karaoke sekarang ini tak bisa

lepas dari asal usul lahirnya entertainment yang berbasis pada lagu kosong ini.

Pertama muncul di Kobe, Jepang, pada awalnya karaoke merupakan sekadar

hiburan ringan yang biasa disajikan para pebisnis Jepang selepas jam kantor atau saat

menjamu klien. Berkat kepiawaian karaoke yang bisa menetralisir perasaan stres

dengan cara bernyanyi, hiburan ini pun berkembang ke arah yang lebih massal. Maka

dikenallah tempat-tempat khusus karaoke

(http://indonesiaindonesia.com/f/93185-asal-kata-karaoke/ diunduh pada 25 Mei 2014). Bermula dari menjamurnya tempat karaoke sebagai pelepas penat melalui bernyanyi, tempat karaoke di Jepang semakin

bervariasi dengan ditambahnya pelayanan berupa host dan hostess. Host dan hostess

ini adalah seorang pria dan wanita yang bekerja sebagai peneman tamu

bercerita/ngobrol dan minum-minum.

Kepopuleran karaoke hingga ke penjuru benua melahirkan definisi menurut

Kamus Bahasa Inggris Oxford (www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/

english/karaoke diunduh pada 25 Mei 2014) yang didefinisikan sebagai:

A type of entertainment in which a machine plays only the music of popular songs so that people can sing the words themselves.

(16)

(Sebuah jenis hiburan dimana sebuah mesin memainkan hanya musik dari lagu-lagu popular sehingga orang-orang dapat menyanyikan lirik lagu tersebut sendiri).

Karaoke telah menjadi hiburan yang tersebar di Indonesia. Banyak kalangan

yang menyukai jenis hiburan ini. Pelaku bisnis yang mengembangkan hiburan

karaoke di seluruh kota di Indonesia melahirkan definisi karaoke tersendiri. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 507) karaoke di artikan sebagai salah satu

jenis hiburan dengan menyanyikan lagu-lagu popular dengan iringan musik yang

telah direkam terlebih dahulu.

Karaoke telah mengubah gaya hidup masyarakat Yogyakarta. Tempat hiburan

karaoke yang telah tersebar memudahkan seluruh lapisan masyarakat menikmati

hiburan ini. Tak heran tempat hiburan karaoke selalu ramai hingga malam hari.

Karaoke menjadi satu kebutuhan masyarakat ketika mereka dilanda stress entah

karena pekerjaan ataupun stress masalah pribadinya. Kebutuhan ini berkembang

sejalan dengan tempat hiburan karaoke yang menjamur.

Menurut pasal 1 ayat 9 Permen Kebudayaan dan Pariwisata tentang tata cara

pendaftaran usaha penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, Karaoke didefinisikan

sebagai usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas menyanyi dengan atau tanpa

pemandu lagu. Pemandu lagu atau biasa disebut dengan istilah Lady Companion

menjadi satu fasilitas yang disediakan oleh beberapa tempat karaoke. Mereka menjadi

(17)

Pekerjaannya sebagai LC tidak lepas dari perhatian akan penampilan dan

stamina tubuhnya dalam menghandle tamu. Berhadapan dengan tamu yang akan

membeli jasanya membuat LC harus selalu menjaga kecantikan wajahnya dan seksi

tubuhnya. Selain itu, jam kerja yang tinggi ditambah dengan seringnya LC

mengkonsumsi alkohol membuatnya harus selalu menjaga ketahanan fisiknya agar

dapat melanjutkan aktivitas kerja. Mengkonsumsi produk-produk kimia memiliki

peran yang tinggi dalam menunjang aktivitas kerja LC.

Naomi Wolf (2004: 56) dalam bukunya Mitos Kecantikan mengungkapkan,

“Kecantikan” menjadi sesuatu yang terkategorisasikan. Dalam hal profesi dan

perdagangan, kategori ini menjadi semakin jauh lagi dari (definisi) profesi penghias

di masa awalnya, menjelma sebagai sebuah versi dari apa yang disebut dalam

peraturan diskriminasi seks Amerika Serikat sebagai BFOQ (a bona fide occupational

qualification/ kualifikasi pekerjaan yang bonafid), sedang dalam peraturan di Inggris

disebut GOQ (a genuine occupational qualifications/ kualifikasi pekerjaan yang sah).

Apa yang terjadi sekarang adalah semua profesi yang dirambah oleh perempuan

diklasifikasikan kembali secara cepat—sejauh perempuan tetap menjadi pihak yang

diperhatikan—sebagai profesi penghias. “Kecantikan” menjadi sesuatu yang

terkategorisasikan.

Menjaga penampilan tubuh dilakukan oleh LC. Salah satunya dengan

perawatan yang dilakukan dari dalam maupun dari luar. Menurut Irwan Abdullah

(1998), ada tiga alasan yang dapat menjadi dasar penjelasan mengapa kecenderungan

(18)

alasan ekonomis. Merawat dan memperindah tubuh sama artinya dengan memberikan

nilai tambah pada tubuh, yang dapat mempertinggi nilai jual tubuh. Semakin ideal

dan indah bentuk tubuh, semakin tinggi nilai tukar (nilai) ekonomi yang diperoleh.

Alasan yang kedua adalah penolakan terhadap ketuaan dan nasib. Ketakutan untuk

tampil tua dan tidak cantik hampir identik dengan trauma kematian. Kematiaan atau

ketuaan bertentangan dengan ideologi manusia sebagai makhluk pencari makna

dalam kehidupannya. Ketuaan dan kematian (kekurangan secara fisik) menyebabkan

manusia tidak bermakna atau kurang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya.

Alasan yang ketiga adalah bentuk pelarian dari rutinitas. Dari ketiga alasan tersebut,

bagi LC alasan yang pertama adalah alasan pokok mengapa mereka merawat

tubuhnya. Tubuhnya adalah sumber pendapatan yang tinggi sehingga upaya

perawatan tubuh ditempuh LC guna menjaga kualitas.

Tubuh LC yang mampu menghasilkan modal membuat LC memperbaiki setiap

bagian tubuhnya yang kurang. Hal ini sesuai dengan konsep Bourdieu tentang “body

capital” (modal tubuh), yang memerlihatkan bahwa aset-aset fisik tertentu dapat

berfungsi sebagai modal yang dapat ditukar untuk mendapatkan keuntungan. Karena

itu, banyak usaha yang dilakukan untuk memperbaiki penampilan agar dapat

mencapai citra tubuh yang ideal (1984, hal. 201-8). Dalam budaya konsumen,

penampilan adalah faktor utama dalam menentukan “nilai jual”, karena tubuh

diyakini sebagai sarana untuk menikmati kesenangan dan ekspresi diri sehingga ia

(19)

Kosmetik adalah hal yang tidak bisa lepas dalam kerja LC. Bisa dikatakan

bahwa menggunakan kosmetik adalah kewajiban. Menggunakan kosmetik yang tebal

pun menjadi aturan tak tertulis guna menonjolkan wajah cantiknya terlebih pada

ruangan yang kurang cahaya seperti room karaoke. Kosmetika adalah bahan atau

campuran bahan untuk digosok, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau

disemprotkan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk

membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak

termasuk golongan obat. Definisi tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan

satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit

(Wasitaatmadja, 1997).

Menurut Brauer EW dan Principles of Cosmetics for The Dermatologist

membuat klasifikasi sebagai berikut :

1. Toiletries : sabun, shampo, pengkilap rambut, kondisioner rambut, piñata,

pewarna, pengeriting, pelurus rambut, deodorant, antipespiran,dan tabir

surya.

2. Skin care : pencukur, pembersih, astringen, toner, pelembab, masker, krem

malam, dan bahan untuk mandi.

3. Make up : foundation, eye make up, lipstick, rouges, blushers, enamel kuku.

4. Fragrance : perfumes, colognes, toilet waters, body silk, bath powders.

Dunia LC tidak jauh dengan konsumsi zat adiktif berupa rokok, alkohol, hingga

(20)

atau penambah semangat. Tamu yang selalu minum alkohol dalam berkaraoke

membuat LC menjadikan minuman alkohol adalah minuman sehari-hari. Kebiasaan

ini pun terbangun seiring tinggiya jam handle tamu.

Merokok menurut Sitepoe dalam bukunya Kekhususan Rokok Indonesia (2000:

87) adalah membakar tembakau kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok

maupun menggunakan pipa. Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup

melalui dua komponen. Pertama, komponen yang lekas menguap berbentuk gas.

Kedua, komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat.

Dengan demikian, asap rokok yang dihisap dapat berupa gas sejumlah 85 persen dan

sisanya berupa partikel.

Menurut Shiffman (dalam Davison, Neale & Ann M. Kring, 2006 dikutip dalam

Skripsi Afrinanda berjudul Self-Esteem pada Wanita Usia Dewasa Awal yang

Bekerja sebagai Waiters di Bar) penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol sering

kali merupakan bagian dari penyalahgunaan banyak zat, menggunakan atau

menyalahgunakan lebih dari satu zat pada satu waktu. Diperkirakan, bahwa 80 hingga

85 persen penyalahguna alkohol adalah perokok. Selain itu, alkohol berfungsi sebagai

isyarat merokok, frekuensi merokok dua kali lebih sering dalam berbagai situasi

dimana orang tersebut juga minum alkohol. Tingkat komorbilitas yang sangat tinggi

tersebut dapat terjadi karena alkohol dan nikotin berkorelasi silang yaitu, nikotin

dapat menimbulkan toleransi terhadap efek alkohol yang menyenangkan demikian

(21)

untuk mempertahankan efeknya yang menyenangkan. Sama halnya dengan

penggunaan kopi dan rokok secara bersamaan.

Undang-undang RI Nomor 5 tahun 1997 mendefinisikan Psikotropika sebagai

zat atau obat bukan narkotik tetapi berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif

pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental

dan perilaku. Melalui pengaruhnya pada susunan saraf pusat, ia dapat menyebabkan

efek ketergantungan. Psikotropika dapat digolongkan atas4:

1. Amphetamine adalah sekelompok zat/obat yang mempunyai khasiat sebagai

stimulant susunan syaraf pusat. Amphetamine menimbulkan rangsangan

serupa dengan adrenalin, suatu hormon yang merangsang kegiatan susunan

syaraf pusat dan meningkatkan kinerja otak.

2. ATS yaitu (Amphetamine Type Stimulants) adalah nama sekelompok

zat/obat yang mempunyai khasiat sama dengan atau seperti amphetamine.

Nama lain yaitu Speed, Crystal dan Ecstasy.

a. Shabu adalah nama jalanan untuk amfetamin

b. Ice adalah bentuk amfetamin baru yang pada akhir-akhir ini memasuki

pasaran gelap. Ice dibuat dari bahan methamfetamin dalam bentuk

kristal biru yang dapat dihisap dengan hidung.

      

4

 Diambil dari BNN “Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba bagi Pemuda”, 2004, Jakarta, hal 19-22

(22)

Lady Companion dalam bekerja yang menuntut dirinya bertubuh seksi dan

berwajah cantik semata-mata menjadi hiburan atas kepuasan seorang pelanggan.

Pelanggan LC yang didominasi oleh kaum laki-laki membuat LC untuk selalu

memoles tubuhnya yang dirasa sangat perlu. Simone de Beauvoir (dikutip dalam

Wolf, 2004) dalam gagasannya yang menyentil bahwa tak seorang lelakipun yang

sungguh-sungguh bebas untuk mencintai seorang perempuan yang gemuk.

Baudrillard (2004) dalam bukunya Masyarakat Konsumsi mengatakan Individu

harus menganggap dirinya sendiri sebagai objek, sebagai objek terbaik, sebagai alat

tukar yang paling berharga, agar dapat berdiri pada tingkat tubuh yang melemah

(decontruit), seksualitas yang melemah, sebagai proses ekonomi yang mampu

mendatangkan laba. Tidaklah mengherankan jika perempuan menjadi target utama

para kapitalis karena mereka mudah dibuat untuk tidak percaya diri dan tidak nyaman

dengan kondisi fisiknya (Kompas, 15 Maret 2004), dan karena ‘cantik’ kerap

dikaitkan dengan keindahan. Keindahan hadir atas kepentingan kapitalisme,

konsumerisme, dan identitas (Prabasmoro 2003:17). Tuntutan LC untuk menjaga

penampilan rasanya menjadi hal yang prioritas diperhatikan. Beberapa pihak juga

diuntungkan dengan adanya hasrat LC untuk memperbaiki penampilannya. Selain

berguna untuk dirinya sendiri, LC menjadi satu aset yang menjual sebuah club

karaoke yang menaunginya.

Penampilan LC yang menarik dipertaruhkan untuk para tamu seberapa besar

mereka mampu mengeluarkan uang sebagai patokan nilai tukar. Inilah mengapa

(23)

penampilan tubuhnya. Konsumsi zat-zat kimia bukan lagi menjadi kebutuhan

sampingan melainkan kebutuhan pokok guna menyambung hidup.

F. Metode Penelitian

Awalnya istilah LC atau lady companion sangat asing di telinga saya. Tidak

semua pun tahu apa itu LC. Beberapa orang akan paham dengan istilah yang berbeda

misalnya PL (pemandu lagu) atau PK (pemandu karaoke). Pada beberapa masyarakat

khususnya dalam industry karaoke di Yogyakarta, LC dikenal dengan wanita yang

dibooking oleh tamu laki-laki untuk menemani karaoke. LC ini dikenal dengan

penampilan dan gayanya yang menggoda.

Kesempatan mengkaji LC pertama kali datang dari teman saya yang akan

menelitinya saat awal bergabung dalam sebuah proyek Chemical Youth 2013,

penelitian yang mengkaji tentang penggunaan zat-zat kimia di kalangan remaja. Awal

penelitian, teman saya merasa kesulitan dengan kurangnya informasi dan akses untuk

masuk ke dunia LC, sehingga ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari proyek

dan lepas dari penelitian LC. Keingintahuan saya terhadap dunia LC membuat saya

ingin menelitinya dan menjadikannya sebagai tugas akhir.

Penelitian pun tidak semulus yang dibayangkan. Saya sempat ingin menyerah

karena susahnya melakukan pendekatan dengan LC. Sangat disayangkan jika

penelitian ini tidak dilanjutkan karena sarat akan informasi mengenai LC di

(24)

penggunaan zat-zat kimia di kalangan LC. Penelitian ini dilakukan secara mandiri

dengan memanfaatkan ilmu yang didapatkan dari penelitian Chemical Youth 2013.

F.1 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini terdapat 5 orang LC yang terdiri atas LC

freelance (2 orang), LC tetap (3 orang). Mereka memiliki rentang usia antara 22

hingga 28 tahun. Observasi dilakukan di beberapa tempat karaoke kecil yang

menyediakan LC. Banyak masalah yang muncul saat proses pencarian LC terlebih

saya sebagai peneliti melakukan observasi seorang diri. Awalnya saya melakukan

pendekatan dengan tukang parkir pada tempat karaoke untuk menjembatani saya

dengan LC. Metode ini tidak berjalan karena LC curiga dengan identitas saya seorang

perempuan berjilbab, seorang diri yang ingin membookingnya walaupun tukang

parkir merayunya dengan bahasanya yang akrab. Tidak mampunya saya memberikan

uang tip yang besar juga menjadi alasan penguat LC menolak saya.

Tidak menemukan apa yang diharapkan, maka saya melakukan pendekatan

dengan berbagai sumber yang sekiranya dapat langsung menjembatani antara saya

dan LC di tempat dimana mereka tinggal. Sumber pihak ketiga ini adalah pemilik kos

LC, dan pelanggan LC. Kedua perantara pihak ketiga ini adalah orang yang memiliki

jasa besar bagi LC. Awal kedatangan saya di kos LC ditemani oleh ibu kos yang

sangat akrab dengan para penghuni kos. Inilah gerbang yang baik untuk bisa

mengambil hati 3 LC sekaligus. Kendala datang di akhir, ketika pada suatu waktu

(25)

pindah kos dan ada pula yang pindah kerja di Jakarta. Nomor kontak tidak bisa

dihubungi mengingat mereka yang hobi mengganti simcard.

Pendekatan dengan LC ternyata lebih efektif saat saya mengajak teman SMA

saya yang pernah menjadi pelanggan LC. Hubungan yang pernah terjalin intens

diantara LC dan pelanggan memberikan rasa percaya sehingga mengambil hati LC

dirasa lebih mudah. Bukan berarti kemudian saya lancar menghubungi LC untuk

follow up. Bahkan mereka menghapus kontak bbm (blackberry message) saya di

tengah proses mengakrabkan diri dengan dunianya. Mendatangi di kosnya setiap

waktu tanpa melakukan janji terlebih dulu adalah jalan keluar walaupun tak jarang

LC ini tidak ada di kosnya. Walaupun banyak rintangan didalamnya karena

kesusahan komunikasi, tidak menyurutkan langkah untuk selalu melakukan

pendekatan hingga akhirnya 5 LC tersebut dapat dijadikan sebagai informan.

F.2 Teknik Pengumpulan Data

Penulisan skripsi ini menggunakan metode kualitatif. Pendekatan ini

merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada

metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah yang terdapat pada

kehidupan manusia. Pada pendekatan kualitatif, peneliti menekankan sifat realistis

yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subyek yang

diteliti.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui

(26)

mendapatkan informasi dimana peneliti bisa menemukan LC saat bekerja di tempat

karaoke ataupun di tempat tinggalnya diluar jam kerja. Wawancara dilakukan guna

mendapatkan data tentang produk-produk kimia yang digunakan oleh LC demi

memperoleh penampilan yang menarik guna menunjang dirinya agar memiliki nilai

jual tinggi didepan tamu.

Penelitian ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan dengan berbagai

tahap, antara lain observasi, snowball sampling, wawancara mendalam (indepth

interview) dengan strategi head to toe (HTT)5. Observasi pertama dilakukan dengan mendatangi tempat karaoke dimana LC bekerja dan memberanikan diri untuk

membooking LC melalui tukang parkir. Hal ini dilakukan sebagai upaya pendekatan

awal dengan sumber yang mampu digali informasinya. Selain itu observasi ini

sekaligus bertujuan untuk mencari LC yang dapat dijadikan sebagai informan

penelitian. Langkah awal ini tak semulus yang dibayangkan, bahkan bisa dikatakan

gagal karena tak ada LC yang mau dibooking dengan gadis berjilbab seorang diri

yang tak mampu membayar tip tinggi.

Langkah pertama yang gagal tidak menyurutkan untuk terus melakukan

penelitian. Langkah kedua adalah dengan teknik sampling yakni dengan metode

snowball sampling dimana informan didapatkan dari bantuan seorang teman yang

pernah menjadi pelanggan seorang LC di salah satu tempat hiburan karaoke di

      

5

  Strategi head to toe (HTT) adalah strategi yang dilakukan dengan menggali informasi mengenai zat-zat kimia yang digunakan pada setiap bagian tubuh, dari rambut hingga kaki. Pada strategi HTT ini peneliti membuat sebuah gambar tubuh manusia dimana informan diminta untuk mengisi zat-zat kimia yang telah digunakan pada setiap bagian tubuh tersebut.

(27)

Yogyakarta. Beberapa informan yang lain dikenalkan oleh pemilik kos belakang

Boshe VVIP Club dimana area kos tersebut dihuni oleh pekerja-pekerja LC tetap di

Liquid ataupun Boshe. Observasi pun dilakukan kembali untuk melihat secara

langsung zat-zat kimia macam apa yang digunakan oleh LC. Selain itu observasi ini

dilakukan guna mengetahui setiap kegiatan LC dan lingkungan tempat tinggal LC.

Dalam menggali data mengenai zat-zat kimia dilakukan wawancara yang

diawali menggunakan pendekatan dengan pembicaraan ringan agar terbangun

hubungan emosional diantara informan dan peneliti, sehingga timbul kepercayaan

untuk saling terbuka. Penggunaan strategi head to toe (HTT) dimaksudkan agar

informan diberikan kewenangan untuk mengisi zat kimia apa saja yang mereka

gunakan pada setiap bagian tubuhnya. Hal ini dapat menjadi strategi efektif guna

membangun keterbukaan dari informan ketika mereka susah untuk mengungkapkan

atau susah mengingat apa saja zat kimia yang telah mereka pakai.

Metode head to toe (HTT) dalam wawancara digunakan untuk desentizing topik

penelitian mengingat bahwa penelitian dengan topik zat-zat kimia selalu dianggap

sebagai topik sensitif. Temuan spesifik dari penelitian ini adalah terkait dengan

penggunaan zat kimia untuk kecantikan, membentuk tubuh seksi, dan menjaga

stamina tubuh. Ketiga aspek tersebut bagi LC adalah kriteria untuk berpenampilan

(28)

F.3 Etika Penelitian

Melakukan penelitian diperlukan etika untuk menghormati hak informan. Etika

ini juga dilakukan untuk menjaga kenyamanan dari informan dan memberikan

pemahaman mengenai latar belakang penelitian. Sebagai tahap awal, pertemuan

antara peneliti dan informan dilakukan sesuai kesepakatan kedua belah pihak dengan

memperhatikan kenyamanan dari pihak informan. Seluruh informan dalam penelitian

ini lebih memilih peneliti datang di kosnya.

Sebelum melakukan wawancara peneliti menjelaskan maksud dari penelitian

skripsi, topik yang peneliti ambil, kemungkinan-kemungkinan manfaat yang

diperoleh dan resiko yang timbul. Selanjutnya peneliti mempersilahkan informan

untuk membaca sendiri information and consent form serta menandatangani jika

setuju dengan keterlibatan dalam penelitian ini. Tidak lupa untuk selalu memberikan

informasi tentang kerahasiaan identitas pribadi, setiap nama orang, nama klinik, dan

semua yang sekiranya dapat diakses akan disamarkan. Saling menjaga privasi dari

setiap informan adalah keharusan, hak dari mereka perlu di pahami. Karena

wawancara ini direkam maka data dan rekaman disimpan di file pribadi peneliti.

Kesulitan dalam melakukan wawancara disini adalah tidak semua informan mau

untuk direkam, sehingga harus melakukan follow up berulang dengan mendatanginya

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau

biopsikososial harusnya digunakan dalam melakukan penanganan LBP kronis dan pemberian latihan pada pasien merupakan rekomendasi terbaik, akan tetapi pada prakteknya

Peserta didik sendiri maupun lingkungan terdekat lain, misal teman sebaya juga dapat membantu untuk mencegah dan mengurangi dampak negatif dari permasalahan yang dihadapi Guru

Model penemuan terbimbing dan model cooperative learning dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model konvensional, sedangkan hasil

17 Pada block diagram ini, high period yang berasal dari block diagram otomatis/manual rudder menjadi parameter high period untuk membangkitkan sinyal PWM yang

Hal-hal yang telah dijelaskan di atas dan cara pengelompokkan yang berbeda ini melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian menggunakan metode K-Means

Sistem ini mengelola data yang berhubungan dengan perjalanan dinas luar perusahaan mulai dari data penggunaan kendaraan, alokasi biaya kendaraan yang dikeluarkan selama

Lepas dari hasil dari penelitian ini yang tidak menunjukan adanya hubungan antara faktor motivasi berupa penghargaan atau Achievement dengan tingkat pemahaman