BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Usahatani Durian
Sejarah tentang tanaman durian, seumur dengan sejarah tentang manusia. Tahun yang tepat sulit disebutkan, tetapi seabad yang lalu sudah banyak yang memperbincangkan waktu ditemukan tempo dulu, tanaman aneh tersebut memang masih tumbuh liar dan terpencar-pencar di hutan raya “Malesia”, yang sekarang ini meliputi daerah Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan. Para ahli menafsirkan, dari daerah asal tersebut durian menyebar ke seluruh Indonesia, lantas melalui Muangthai menyebar ke Birma, India, dan Pakistan. Adanya penyebaran sampai sejauh itu, karena akibat pola kehidupan masyarakat saat itu tidak menetap. Mereka merambah daerah hutan yang satu menuju daerah hutan yang lain (Setiadi, 2006 : 2).
Durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam. Marga durian ini merupakan tanaman asli Asia Tenggara, terutama Indonesia, Thailand dan Malaysia. Beberapa jenis durian liar masih terdapat di Sumatera dan Kalimantan. Namun sekarang pohon durian telah menyebar ke seluruh pelosok dunia, mulai dari Srilangka, India Selatan hingga Papua Nugini. Ada beberapa jenis yang menyebar ke beberapa daerah di luar kawasan tersebut, seperti Australia, Hawai, dan Zanzibar. Di Filipina durian hanya terdapat di pulau Mindanao, sedangkan di Burma dan di Vietnam cukup banyak durian yang dibudidayakan orang. Durian di daerah tersebut pada umunya di tanam di pekarangan, atau sebagai batas kebun/pekarangan. Di Thailand, durian sudah diperkebunkan secara khusus. Durian merupakan tanaman daerah tropik yang bertipe iklim basah, dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 800 m di atas permukaan laut. tanaman dapat tumbuh baik dengan produksi memuaskan apabila diusahakan di daerah dengan curah hujan 1.500 mm atau lebih per tahun. Jenis tanah yang cocok adalah tanah gembur, subur, mengandung
pasir, dan drainasenya baik. Di Indonesia pohon durian yang ada sekarang ini berasal dari biji. tetapi penanaman baru telah menggunakan bibit okulasi atau sambungan. Jarak tanam antara 10-12 meter. Apabila pohon durian terlalu tinggi, sukar untuk mengetahui ketuaan buahnya, oleh karenanya buah tersebut ditunggu hingga jatuh dari pohon. Namun demikian banyak petani di Indonesia, seperti di Kasembon, Malang, yang memanen buah durian tanpa menghiraukan tingkat ketuaan sehingga rasa dan mutunya kurang baik. Deskripsi buah yang matang sangat perlu dilakukan untuk menetapkan kualitas buah durian yang dijual di pasar dipetik sebelum mencapai tingkat kematangan optimum. Buah durian pada umumnya disantap segar setelah matang sebagai buah meja. Dipasar buah durian sangat menarik karena baunya yang kuat dan manis rasanya. Durian juga digunakan sebagai campuran es krim, atau dijadikan minuman penyegar. Biji durian juga dapat dimakan, setelah direbus. Namun kadang-kadang orang tidak tahan makan durian berlebihan karena kandungan alkoholnya yang sangat tinggi (Ashari, 1995 : 297).
Menanam durian dari biji yang dibenihkan, usia 8-10 tahun, tanaman ini baru bisa menghasilkan buah untuk pertama kalinya. Tapi ada juga sesudah 15 tahun baru bisa berbuah. Namun andaikata yang ditanam dari bibit yang dibeli, usia 6-7 tahun, buah yang pertama sudah bisa dinikmati. Namun dengan catatan, harus dirawat sungguh-sunguh. Dalam setiap musim, jumlah buah yang dihasilkan tidak selalu sama. Kalau dirawat dengan baik, sehingga segala kebutuhan tanaman terpenuhi, tidak mustahil kalau tanaman durian akan berbuah sepanjang musim, dengan jumlah buah yang selalu memuaskan. Namun jika sebaliknya, bisa saja terjadi, musim kali ini buahnya tak terkirakan lebatnya, musim mendatang barang sebiji pun tak Nampak (Setiadi, 2006 : 8).
Perkiraan hasil panenan durian tidak seragam, tergantung dari varieatas, keunggulan, perawatan, musim, dan lain sebagainya. Namun sebagai ancar-ancar, disebutkan sebagai berikut : (a) Pada tahun ke-4 (setelah di tanam) hasilnya kira 4-5 buah, (b) Tahun ke-5 kira ada kenaikan sedikit. (c) Tahun ke-6 kira-kira 6 buah. (d) Tahun ke-7 sekitar 10 buah. (e) Tahun ke-8 kira-kira-kira-kira 16 buah. (e) Tahun ke-9 kurang lebih 26 buah. (f) Tahun ke-10 bisa mencapai 40 buah. (g)
Tahun ke-11 mencapai 60 buah. (h) Tahun ke-12 sampai 20 dan seterusnya setidak-tidaknya bisa menghasilkan buah sekitar 90 buah atau lebih. Perlu dijelaskan, hasil panenan itu merupakan hasil perkiraan. Sehingga ada kemungkinan hasilnya bisa kurang atau lebih. Apalagi bila melihat ukuran rata-rata buah tidak sama. Ada kecenderungan, kian besar ukuran buahnya kian sedikit jumlah buah yang dihasilkan (Setiadi, 2006 : 101).
B. Usahatani dan Ilmu Usahatani
Definisikan usahatani adalah sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya (Mosher, 1968 : 57).
Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainnya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak (Mubyarto 1989 : 66).
Usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. organisasi ini ketatalaksanaanya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat kekerabatan, politis maupun teritorial sebagai pengelolaannya. Istilah usahatani dituliskan dalam satu kata bukan dalam dua kata usahatani (Pasaribu, : 2008 : 20).
Definisi usahatani adalah seluruh organisasi dari alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian. Ketatalaksanaan organisasi itu sendiri diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, baik yang terkait secara genealogis, politis maupun teritorial. Dalam hal ini usahatani mencakup pengertian mulai dari bentuk sederhana yaitu hanya untuk
memenuhi kebutuhan keluarga sampai pada bentuk yang paling modern yaitu mencari keuntungan (Hernanto, 1989 : 4). Menurut Soekartawi (1986, : 2) usahatani adalah sistem organisasi produksi dilapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang mampu bertumpu pada anggota keluarga tani. Terdapat unsur modal yang beranekaragam jenisnya salah satunya adalah unsur pengelolaan atau menajemen yang peranannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani. Tipe unsur mempunyai kedudukan yang sama penting dalam usaha tani dan tak dapat dipisahkan satu sama lain.
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input (Soekartawi, (1995 : 6).
C. Teori Produksi
Definisi produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumber daya, atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produk). Kata input dan output hanya memiliki pengertian dalam hubungannya dengan proses produksi tertentu. Catatlah bahwa suatu output dari satu proses produksi bisa merupakan suatu input bagi proses produksi lainnya, atau dapat merupakan barang konsumsi air ( Beattie dan Tailor, 1994 : 3).
Produksi adalah proses penggabungan masukan dan mengubahnya menjadi keluaran, teknologi produksi menghubungkan masukan dengan keluaran, kuantitas masukan tertentu diperlukan untuk memproduksi setiap jasa atau barang tertentu (Case dan Fair, 2002 : 190).
Istilah “produksi” secara umum diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan komoditi-komoditi itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen oleh komoditi itu (Miller dan Meiners, dalam Kurniasari, 2011 : 34).
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, harus ada barang dan jasa. Barang dan jasa sebagai alat pemuas kebutuhan harus dibuat. Membuat barang dan jasa pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih berguna dan berharga. Setiap upaya yang meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih bernilai dan berharga disebut kegiatan produksi (Chourmain, 1997 : 44).
Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi yang antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dapat dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang baik yang dihasilkan oleh proses produksi yang baik yang dilaksanakan dengan baik dan begitu pula sebaliknya, kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1994 : 13)
Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, harus ada barang dan jasa. Barang dan jasa sebagai alat pemuas kebutuhan harus dibuat. Setelah dibuat, barang dan jasa ini akan beredar dan tersedia dalam masyarakat. Membuat barang dan jasa pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih berguna dan berharga. Dalam ilmu ekonomi setiap upaya yang meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih bernilai dan berharga lazim disebut sebagai kegiatan produksi. Semua kegiatan untuk melakukan sesuatu dengan membuat atau
menghasikan suatu produksi ini disebut kegiatan produktif. Jadi suatu kegiatan disebut kegiatan produktif jika suatu kegiatan itu secara nyata menunjukkan sifat melakukan kegiatan produksi (Chourmain, 1997 : 46).
Teori produksi digunakan untuk melihat hubungan antar input (faktor produksi) dan output (hasil produksi) Teori produksi diharapkan dapat menerangkan terjdinya suatu proses produksi dan dapat meramalkan apa yang akan terjadi. Soekartawi (1990: 54), hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi yang antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dapat dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang baik yang dilaksanakan dengan baik dan begitu pula sebaliknya, kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik.
Dalam menunjang keberhasilan agribisnis, maka tersedianya bahan baku pertanian secara kontinu dalam jumlah yang tepat sangat diperlukan. Tersedianya produksi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain macam komoditi, luas lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, iklim, dan faktor social ekonomi produsen. Besar kecilnya produksi sangat tergantung dari peranan input yang digunakan ( Abas, 2012: 5).
D. Struktur Biaya Usahatani
Dwi dkk (2011 : 28) menjelaskan biaya usahatani dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya alat-alat pertanian, sewa lahan, mesin pertanian, dan biaya pemeliharaan. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran pengeluaran untuk bibit, pupuk dan pestisida. Dalam usahatani, petani harus membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen yang disebut dengan biaya pengeluaran atau biaya produksi.
Biaya dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu :
1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dipakai dalam satu masa produksi. Contoh : penyusutan alat, bangunan pertanian, dan lain-lain.
2. Biaya tidak tetap (variabel cost) adalah biaya yang besar kecilnya sangat tergantung pada skala produksi. Contoh : pupuk, pestisida, benih, biaya tenaga kerja dan lain-lain.
Menurut Case dan Fair (2002 : 210-220) dalam membahas biaya total dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Biaya Tetap Total (TFC)
Biaya tetap total kadang-kadang disebut overhead. Biaya-biaya tetap merupakan bagian besar dari biaya total bagi sejumlah perusahaan dibandingkan bagi perusahan lain. Perusahan listrik, misalnya, memelihara pabrik pembangkit, ribuan mil kabel distribusi, tiang listrik, transformator, dan seterusnya. Lazimnya, pabrik-pabrik semacam itu dibiayai dengan menerbitkan obligasi kepada masyarakat (artinya, dengan meminjam). Bunga yang harus dibayar atas obligasi tersebut merupakan bagian terbesar biaya operasi pabrik itu dan merupakan biaya tetap dalam jangka pendek, tanpa memperdulikan berapa banyak (kalau ada) listrik yang mereka produksi. Biaya tetap total (TFC) adalah biaya yang tidak berubah mengikuti perubahan keluaran (output), bahkan apabila keluarannya nol. Karena TFC tidak berubah mengikuti perubahan keluaran.
2. Biaya Variabel Total (TVC)
Biaya variabel total (TVC) adalah jumlah biaya yang berubah mengikuti perubahan keluaran dalam jangka pendek. Untuk menghasilkan lebih banyak keluaran, perusahan menggunakan lebih banyak masukan. Biaya keluaran tambahan tergantung langsung pada masukan tambahan yang diperlukan dan berapa biaya perolehnya. Perusahaan pada umunya menpunyai sejumlah teknik produksi yang tersedia bagi mereka, dan pilihan yang mereka buat diandaikan merupakan pilihan yang menghasilkan tingkat keluaran yang diinginkan yang biayanya palingf rendah. Untuk menemukan teknologi mana yang menhasilkan
biaya yang paling rendah, perusahaan harus memperbandingkan biaya variabel total untuk memproduksi tingkat keluaran tersebut dengan menggunakan teknik produksi yang berbeda-beda.
3. Biaya Total (TC)
Biaya total (TC) sama dengan biaya tetap total (TFC) ditambah dengan biaya variabel total (TVC), berarti menambahkan jumlah biaya tetap total yang sama ke masing-masing tingkat biaya variabel total.
Menurut Hanafie (2010 : 199) bahwa biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap antara lain sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi. Sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi, tenaga kerja, pupuk dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar-kecilnya produksi yang diinginkan.
Sifat-sifat biaya Ilmu Usahatani disebut dengan biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari harga pembelian pupuk, pembelian obat, pembelian bibit, pembelian makanan ternak, dan upah tenaga kerja, dan biaya tidak langsung terdiri dari pemakaian tenaga kerja keluarga, bunga modal dan penyusutan (Suratiyah 2006 : 61).
E. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani
Penerimaan petani dipengaruhi oleh hasil produksi. Petani akan menambah hasil produksi bila setiap tambahan produksi tersebut akan menaikkan jumlah penerimaan yang akan diperoleh. Penerimaan (revenue) adalah penerimaan dari hasil penjualan outputnya (Budiono, 2002 : 28). Sedangkan menurut Soekartawi (2003 :32) penerimaan adalah banyaknya produksi total dikalikan harga atau biaya produksi (banyaknya input dikalikan harga). Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan (Suratiyah, 2006 : 65).
Penerimaan total (TR) adalah jumlah jumlah total yang diterima perusahaan dari penjualan produknya. Perusahaan yang bersaing secara sempurna menjual masing-masing unit produknya dengan harga yang sama, tanpa menghiraukan tingkat keluaran yang telah dipilihnya. Oleh karena itu, total penerimaan sama dengan harga per unit dikali kuantitas keluaran yang diputuskan untuk diproduksi oleh perusahaan itu (Case dan Fair : 220).
Pendapatan adalah hasil dari usahatani, yaitu hasil kotor (bruto) dengan produksi yang dinilai dengan uang, kemudian dikurangidengan biaya produksi dan pemasaran sehingga diperoleh pendapatan bersih usahatani (Mubyarto, 1994 : 61). Berhasil atau tidaknya usahatani dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola usahatani. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diharapkan adalah pendapatan yang bernilai positif. Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, yang digunakan kembali untuk bibit atau yang disimpan digudang (Soekartawi, 1986 : 9).
Pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dibebankan pada produk yang bersangkutan. Selain biaya tunai yang harus dikeluarkan, ada juga biaya yang diperhitungkan yaitu nilai pemakaian barang dan jasa yang dihasilkan dan berasal dari usahatani itu sendiri. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani kalau modal dan nilai kinerja diperhitungkan. Pendapatan usahatani yang diterima seseorang petani dalam satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima petani lainnya. Perbedaan pendapatan petani ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya masih dapat diubah dalam batas-batas kemampuan petani, misalnya luas lahan usahatani, efisiensi kerja dan efisiensi produksi. Tetapi ada pula faktor-faktor yang tak dapat diubah seperti iklim dan jenis lahan (Soeharjo dan Patong,1973 : 13).
Berkaitan dengan ukuran pendapatan dan keuntungan, Soekartawi (1986 : 17), mengemukakan beberapa defenisi yaitu :
a. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) : nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani.
b. Pengeluaran tunai (farm payment) : jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, dan tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok.
c. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) : selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usaha tani.
d. Penerimaan total usahatani (total farm revenue): penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil dan nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga.
e. Pengeluaran total usahatani (total farm expensive ) : semua biaya-biaya operasional dengan tanpa menghitung bunga dari modal usahatani dan nilai kerja dari pengelolaan usahatani. Pengeluaran ini meliputi pengeluaran tunai, penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris dan nilai tenaga kerja yang tidak dibayar atau tenaga kerja keluarga.
f. Pendapatan total usahatani (total farm income) : merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total.
Menurut Mosher (1968 : 27), pendapatan di bidang pertanian adalah produksi yang akan dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan biaya selama kegiatan usahatani. Produksi dinyatakan dalam bentuk fisik (output) yang dihasilkan melalui proses biologis dari hewan ataupun tumbuhan. Ditambahkan oleh Hendriksen (1993 : 29), bahwa konsep dasar pendapatan adalah merupakan proses arus, yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jarak waktu tertentu.
Selain itu Prayitno dan Arsyad (1997 : 79), menambahkan bahwa pendapatan petani dari usahataninya dapat diperhitungkan total penerimaan yang berasal dari nilai penjualan hasil dikurangi dengan total nilai pengeluaran yang terdiri dari : (1) Pengeluaran untuk input, misalnya bibit, pupuk, pestisida, (2)
Pengeluaran untuk upah tenaga kerja luar dan keluarga, (3) Pengeluaran untuk pajak, iuran air, bunga kredit.
Menurut Soekartawi (2003 : 32), menyatakan bahwa pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diterima dari seluruh hasil penjualan barang dan produksi.
2. Pendapatan bersih yaitu selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran atau biaya produksi.
Menurut Soedarsono (1995 : 12) menyatakan pendapatan yang diterima petani dari suatu hasil produksi adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan yaitu Analisis parsial usahatani, dan Analisis keseluruhan usaha tani.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung penerimaan usahatani : 1. Dalam menghitung produksi pertanian tidak semua produk dapat dipanen
secara serentak.
2. Produksi dijual beberapa kali sehingga perlu datapenjualan yg meliputi frekuensi, jumlah dan harga.
3. Apabila sedang melakukan analisis diperlukan teknik wawancara yang baik, agar membantu petani mengingat hasil penjualan yang diperolehnya.
Oleh karena itu dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan: Analisis parsial usahatani, dan analisis keseluruhan usaha tani. Jadi kalau sebidang lahan ditanami 3 tanaman secara monokultur (misalnya tanaman padi, jagung, dan ketela pohon), dan bila tamanan yang akan diteliti adalah satu macam tanaman saja, maka analisis seperti ini disebut analisis parsial. Sebaliknya kalau ketiga-tiganya seperti ini disebut analisis keseluruhan usahatani (wholefarm analysis).
F. Analisis Pendapatan Usahatani
Analisis pendapatan usahatani mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada, secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan pada waktu tertentu. disebut efektif jika petani (produsen) dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik-bainya, serta dikatakan efisien apabila pemanfaatkan sumberdaya tersebut menghasilkan output yang melebihi input (Soekartawi, 2003 : 13).
Soeharjo dan Patong (1973 : 15) analisis pendapatan mempunyai tujuan dan kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik factor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usahatani dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak. Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak juga dianalisa nilai efisiensinya. Salah satu ukuran efisien adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan R/C rasio (Revenue cost ratio). Dalam analisis R/C rasio akan diuji seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Dengan kata lain analisis rasio penerimaan atas biaya produksi dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani, artinya dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak. Selanjutnya Soeharjo dan Patong menjelaskan bahwa usahatani dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari 1 dan sebaliknya suatu usahatani dikatakan belum menguntungkan apabila nilai R/C rasio kurang dari 1.
G. Penelitian Terdahulu
Wijayanti (2012) melakukan penelitian di kabupaten Kutai Timur dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit (elaeis guineensis jacq.) Di Desa Makmur Jaya Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur. Model analisis yang digunakan adalah analisis total biaya, penerimaan, pendapatan dan efisiensi
usahatani kelapa sawit. Berdasarkan hasil penelitian tersebut pendapatan petani responden kelapa sawit Desa Makmur Jaya yang diperoleh dalam satu tahun yaitu Rp 1.714.736.192,40 dengan rata-rata Rp 41.822.833,96 responden -1 dan Rp 926.304.496,17 ha-1 dengan rata-rata Rp 22.592.792,61 responden-1 ha-1. Rata-rata nilai efisiensi yang di peroleh petani dalam usahatani kelapa sawit tersebut yaitu sebesar 3,76 dimana menunjukkan bahwa usahatani kelapa sawit tersebut menguntungkan.
Pasaribu (2000) meneliti tentang Analisis Usahatani Durian Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani di Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi. Metode yang digunakan yaitu fungsi produks Cobb-Douglasi dan analisis pendapatan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut persentase kontribusi variabel bebas terbesar berturut-turut terhadap peningkatan produksi buah durian di Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dati II, Dairi adalah tenaga kerja, bibit/pohon durian dan pupuk dengan besarnya persentase terhadap peningkatan produksi buah durian adalah 0,5724 %, 0,3127 % dan 0,0026 %, sedangkan tingkat pendidikan menggambarkan rendahnya kualitas pendidikan petani sampel sehingga tidak mampu memberikan kontribusi positif terhadap peningkatakan produksi buah durian di Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dati II, Dairi. Variabel produksi usahatani yang signifikan mempengaruhi peningkatan produksi buah durian dengan tingkat keyakinan 98,8 % dan 95 % adalah tenaga kerja dan bibit sedangkan kualitas pendidikan petani sampel signifikan mempengaruhi penurunan produksi buah durian dengan tingkat keyakinan 90 %. sedangkan penggunakan pupuk tidak signifikan karena rendahnya kualitas pendidikan petani sampel dan teknologi pertanian tanaman buah durian yang kurang mampu dikembangkan oleh petani secara baik. Tingkat rasionalisasi penggunaan faktor-faktor produksi yang efisien mampu memberikan kontribusi bagi keuntungan usahatani durian adalag pupuk, bibit dan tenaga kerja dengan nilai rasio efisiensi masing-masing sebesar 6.6774 untuk efisiensi pembelian sarana produksi pupuk, 1.5778 untuk efisiensi pembiayaan bibit/pohon durian 1.446 untuk pembiayaan tenaga kerja., sedangkan luas lahan memberi manfaat ekonomis yang cukup bagi usahatani durian. Pendapatan usahatani durian
mampu meninkatkan pendapatan petani di Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dati II, Dairi pertahun sebesar Rp 316.711,28, sekaligus juga merupakan penopang bagi pemenuhan kebutuhan hidup petani.
Rivan (2000) meneliti tentang Analisis Pendapatan Dan Tingkat Pengembalian Investasi Pada Usahatani Kakao (Studi Kasus di Desa Kasimbar, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah). Metode Penelitian yang digunakan adalah metode analisis pendapatan usahatani, kriteia investasi dan analisis sensitivitas. Hasil yang diperoleh yaitu finansial usahatani kakao yang dilakukan di Desa Kasimbar, baik yang dilakukan dengan menggunakan teknologi modern maupun secara sederhana pada tingkat diskonto 18 persen dapat dikatakan layak dan menguntungkan. Hal ini ditunjukan oleh hasil perhitungan yang diperoleh yaitu NPV yang bernilai positif sebesar Rp 6.726.031,50 untuk usahatani kakao yang telah menggunakan teknologi modern dan Rp 3.204.732,42 untuk usahatani yang masih menggunakan teknologi sederhana. IIR yang diperoleh juga lebih besar dari tingkat diskonto (18 persen) yang masing-masing sebesar 26,67 persen untuk usahatani modern dan 23,85 persen untuk usahatani tradisional. Sedangkan untuk untuk kriteria Net B/C diperoleh hasil yang lebih besar dari satu yaitu 1,76 untuk usahatani modern dan 1,45 untuk usahatani tradisional.
Silvia (2007) meneliti tentang Tingkat Keuntungan Usahatani Komoditas Kelapa Sawit Rakyat di Provinsi Aceh. Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis penerimaan dan pendapatan/keuntungan kelapa sawit. Hasil yang diperoleh yaitu pada tahun 2004 - 2007 terjadi peningkatan luas tanam yang signifikan dikarenakan kondisi keamanan yang sudah stabil. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2005 dengan pertumbuhan sebesar 5,90 persen, dan kemudian pada tahun 2006 dengan pertumbuhan sebesar 4,70 persen. Total penerimaan yang dihasilkan petani untuk komoditas kelapa sawit pada sub sektor perkebunan rakyat adalah sebesar Rp. 2,264,000,000,- dan pengeluaran sebesar Rp. 1.120.468.333,-. Total tingkat keuntungan yang diperoleh petani pada komoditas kelapa sawit sub sektor perkebunan rakyat di Provinsi Aceh adalah sebesar Rp. 1.143.531.667. Rata-rata tingkat keuntungan yang diperoleh petani kelapa sawit
sub sektor perkebunan rakyat di Provinsi Aceh adalah Rp. 9.529.431,- per responden. Keuntungan petani kelapa sawit rakyat di Provinsi Aceh yang tertinggi adalah di Kabupaten Nagan Raya sebesar Rp. 438.566.667,- sedangkan yang terendah di Kabupaten Aceh Timur sebesar Rp. 91.116.667,-.
Guntur dkk (2005) meneliti tentang Analisis Pendapatan Usahatani Semangka Non Biji, Studi Kasus di Desa Sraten, Kecamatan Cluring, Kabupaten Bayunwangi. Analisis data menggunakan statistik kuantitatif, data yang telah dikompilasi dan ditabulasi kemudian dilakukan analisis kuantitatif masing-masing variavel. Metode analisis data dengan menggunakan teknik ekonometrik dengan analisis model regresi logaritma linier berganda (fungsi produksi Cobb-Douglas). Berdasarkan hasil penelitian tersebut total pendapatan yang diperoleh dalam usahatani semangka non biji di Desa Sraten Kecamatan Cluring adalah sebesar Rp. 23.480.100 dengan total biaya yang digunakan sebesar Rp. 13.569.900 dan penerimaan usahatani semangka non biji sebesar Rp. 37.410.000, dan tingkat efisiensi usahatani semangka non biji di Desa Straten sudah cukup baik dengan nilai R/C sebesar 2,75 untuk 1 hektar.
H. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka dapat dilihat pemikiran teoritis pada Gambar 1 :
Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis Pendapatan Usahatani Durian di Desa Sigaso Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara.
Berdasarkan Gambar 1 dapat di jelaskan bahwa usahatani tanaman durian merupakan kegiatan yang dilakukan petani dalam mengelola infut atau faktor produksi secara efektif dan efesien untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat.
USAHATANI DURIAN BIAYA USAHATANI ( TC = TFC + TVC BIAYA TETAP : - Pajak lahan - Penyusutan Alat - TK Dalam Keluarga BIAYA VARIABEL : - Pembuatan Pondok - Transportasi PENERIMAAN USAHATANI / PERTAHUN ( TR = P.Q) Tahun Panen ke-1 Tahun Panen ke-2 Tahun Panen ke-3 Tahun Panen ke-4 Tahun Panen ke-5
PENDAPATAN /
KEUNTUNGAN/PERTAHUN ( = TR – TC)
Pendapatan Tahun Panen ke-1 Pendapatan Tahun Panen ke-2 Pendapatan Tahun Panen ke-3 Pendapatan Tahun Panen ke-4 Pendapatan Tahun Panen ke-5
Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).
a. Biaya tetap atau fixed cost umumnya diartikan sebagai yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tetap meliputi biaya pajak lahan, penyusutan alat, dan tenaga kerja dalam keluarga.
b. Biaya tidak tetap atau variable cost merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi besarnya komoditas pertanian yang diperoleh. Biaya variabel meliputi pembuatan pondok dan transportasi.
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto yang diperolehnya. Semuanya kemudian dinilai dengan uang. Tetapi tidak semua hasil ini diterima petani, hasil itu harus dikurangi dengan biaya – biaya yang dikeluarkan untuk biaya usahatani seperti bibit, upah menanam, upah membersikan rumput, dan biaya panen yang biasanya berupa bagi hasil ( in natura). Perhitungan penerimaan dan pendapatan usahatani tanaman perkebunan ini akan dihitung pertahun.
I. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka pemilihan teoritis maka disusun hipotesis, yaitu :
1. Struktur biaya usahatani tanaman durian di Desa Sigaso Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara meliputi biaya pembuatan pondok, biaya pemeliharaan, dan biaya transportasi.
2. Usahatani tanaman durian di Desa Sigaso Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara menguntungkan.