• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Mahasiswa Memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Mahasiswa Memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI

MAHASISWA MEMILIH PROGRAM STUDI ILMU

PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

OLEH

HOTLAN SIAHAAN, S.SOS

19780331 200501 2 003

(2)

ABSTRAK

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan, yang telah memberikan berkat dan kasih

karunia Nya, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan judul “Faktor-Faktor yang

melatarbelakangi Mahasiswa Memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan Pada Universitas

Sumatera Utara”

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak

yang telah membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan, terutama kepada mahasiswa

Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra sebagai responden.

Penulis menyadari laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dalam penyajian

maupun penulisan. Untuk itu, diharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Medan, Mei 2010

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 21

3.2 Lokasi Penelitian ... 22

3.3 Responden Penelitian ... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Program Studi Ilmu Perpustakaan ... 23

4.2 Hasil dan Pembahasan ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 32

5.2 Saran ... 32

(5)

ABSTRAK

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang masalah

Perpustakaan sebagai pusat dan sumber informasi yang bertugas mengolah,

menyimpan, mengemas, dan mendistribusikan informasi saat ini dituntut untuk mampu

beradaptasi di era globalisasi untuk memenuhi kebutuhan pengguna secara relevan, akurat,

dan cepat. Untuk memenuhi kebutuhan penggunanya, perpustakaan harus menyediakan

berbagai informasi dan berusaha mempertemukan antara pengguna dengan informasi yang

disediakan. Dampak perkembangan dan ledakan informasi dibidang ilmu pengetahuan dan

teknologi mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Berbagai macam kebutuhan

manusia kian meningkat dalam bermacam bidang. Salah satu kondisi yang perlu

dicermati adalah kebutuhan individu dalam bidang pemenuhan kebutuhan informasi.

Seiring perkembangan teknologi yang semakin mutakhir termasuk di dalamnya teknologi

komunikasi dan informasi. Maka informasi menjadi salah satu kebutuhan yang penting

dalam kehidupan masyarakat. Sumber daya manusia yang intelektual dan memiliki

potensial unggul sangat diharapkan untuk memajukan dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat pada era globalisasi saat ini. Salah satu tempat untuk memperoleh informasi

adalah perpustakaan karena perpustakaan merupakan pusat dan sumber informasi.

Perpustakaan dapat dikatakan mampu mencapai tujuan dan menjalankan fungsinya

dengan baik apabila perpustakaan tersebut mempunyai banyak pengguna dan koleksi yang

dapat dimanfaatkan secara optimal oleh penggunanya. Dengan berbagai informasi dan

pengetahuan yang tersimpan dalam berbagai macam koleksi pada perpustakaan, baik

(7)

satunya dengan mengoptimalkan pemanfaatan perpustakaan untuk mencapai tujuan dan

fungsi dari perpustakaan tersebut.

Perpustakaan atau pusat informasi tidak terlepas dari tenaga perpustakaan yang

sering disebut pustakawan. Pustakawan dihasilkan dari lulusan Ilmu Perpustakaan. Seperti

dalam UU RI No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan disebut “pustakawan adalah

seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan

kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan

pengelolaan dan pelayanan perpustakaan”. Dari pengertian tersebut sangat jelas bahwa

orang yang disebut pustakawan adalah jika diperoleh melalui pendidikan, yaitu pendidikan

Ilmu Perpustakaan. Pustakawan juga dianggap sebagai suatu profesi. Pengakuan sebagai

profesi akan mempengaruhi penentuan gaji/upan serta tanggungjawab. Orang yang

bekerja di perpustakaan berpuluh-puluh tahun tetapi tidak memiliki latarbelakang

pendidikan perpustakaan maka tidak disebut pustakawan.

Pendidikan perpustakaan diarahkan untuk menghasilkan tenaga ahli di bidang

perpustakaan. Lulusan pendidikan perpustakaan tidak hanya menjadi tenaga terampil tetapi

diharapkan mampu mengembangkan konsep-konsep baru yang mampu meningkatkan

penyelenggaraan perpustakaan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan jurusan Ilmu

Perpustakaan. Image masyarakat terhadap jurusan Ilmu Perpustakaan masih sangat

rendah. Ilmu ini masih belum banyak dikenal orang, khususnya di Indonesia. Persepsi

(8)

sedikit yang mengatakan mengapa mau memilih jurusan Ilmu Perpustakaan. Mereka

beranggapan bahwa lulusan dari jurusan Ilmu Perpustakaan adalah hanya sebagai

penjaga buku atau melap-lap buku. Yang notabene mereka sendiri sedang berada di

perpustakaan dan sedang menikmati layanan perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan

informasi mereka. Mereka tidak menyadari siapa di balik layar semua layanan yang sedang

digunakan pada saat itu. Masyarakat tidak menyadari bahwa begitu pentingnya lulusan

Ilmu Perpustakaan sebagai pengelola informasi yang menghimpun, mengolah dan

menyebarluaskan informasi kepada masyarakat. Berjuta-juta informasi hadir setiap hari

yang harus dikelola oleh para pekerja informasi seperti tenaga perpustakaan. Soejono

Trimo dalam Sinaga (1997) mengatakan tentang perspektif Ilmu Perpustakaan bahwa

Ilmu Perpustakaan masih membawa dampak yang kurang menyenangkan bagi selera

“profesionalisme” dalam dunia kerja. Masyarakat masih kurang memahami tentang

kepustakawanan dan profesi pustakawan, sehingga masyarakat kurang menghargai dan

kurang mengerti akan kegiatan dari Ilmu Perpustakaan dan menimbulkan sikap dari

masyarakat menganggap rendah profesi pustakawan. (Maryati, 2003:2)

Pendidikan perpustakaan yang mencetak para pustakawan yang mampu mengikuti

perkembangan teknologi dan informasi, di Indonesia beberapa perguruan tinggi sudah

menyelenggarakan melalui pendidikan formal (jenjang pendidikan profesional dan

akademis) dan jalur pendidikan nonformal (diklat, penataran). Pendidikan formal

merupakan sistem pendidikan yang dilaksanakan di sekolah maupun di perguruan tinggi

yang bersifat gradual, hierarkis dan berkelanjutan. Jenjang pendidikan profesional, yaitu

pendidikan diploma (non-gelar) mulai dari D-1 sampai D-4. Kelanjutan dari diploma, yaitu

spesialis 1 dan spesialis 2. Pendidikan profesional bidang perpustakaan di Indonesia

sampai D-3. Jenjang pendidikan akademis, yaitu sarjana (gelar) atau S-1, dapat

(9)

S-3. Pendidikan nonformal adalah pendidikan di luar pendidikan formal (sekolah), seperti

penataran, kursus, pelatihan, magang, dan lainnya ( Qalyubi, 2007:29).

Pendidikan perpustakaan yang ada di Indonesia salah satunya terdapat di

Universitas Sumatera Utara, pada Fakultas Sastra, Departemen Ilmu Perpustakaan dan

Informasi. Jumlah mahasiswa yang diterima pada tahun 2009/2010 untuk program S-1

adalah sebanyak 36 orang dan jumalah yang diterima untuk program D-3 adalah sebanyak

38 orang. Rata-rata jumlah mahasiwa yang diterima dari tahun ke tahun berkisar 35-50

orang, hal ini desebabkan daya tampung yang sangat terbatas.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi mahasiswa memilih Program Studi Ilmu

Perpustakaan pada Universitas Sumatera Utara.

1.2 Tujuan Penelitian

Tulisan ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tentang dorongan atau

motivasi mahasiswa memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan, harapan dan persepsi

mahasiswa terhadap jurusan Ilmu Perpustakaan. Manfaat yang diharapkan adalah dapat

dijadikan masukan bagi sivitas akademika sehingga dapat meningkatkan kegiatan proses

(10)

BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1 Pengertian motivasi

Menurut Winardi (2004 : 1) motivasi (motivation) berasal dari kata Latin, yakni

movere yang berarti “menggerakkan” (to move). Greenberg dan Baron (dalam Djatmiko,

2004 : 67) motivasi adalah suatu proses yang mendorong, mengarahkan, memelihara

perilaku manusia kearah pencapaian suatu tujuan. Motivasi merupakan suatu kondisi yang

menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan

pada tingkah laku tersebut. Istilah motivasi diartikan sebagai sesuatu yang membuat kita

bergerak untuk melakukan sesuatu dan membantu kita untuk menyelesaikannya. Motivasi

adalah proses yang memungkinkan terjadinya aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.

Suryabrata (1995: 23) menyatakan bahwa motivasi sebagai suatu keadaan yang

terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna

mencapai tujuan. Motivasi inilah penting sebagai salah satu prasyarat yang sangat penting

dalam belajar. Kesediaan belajar itu dimulai dari kesediaan mahasiswa dalam

mengerjakan tugas sampai berusaha keras mencapai keberhasilan belajar itu dipengaruhi

oleh motivasi.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah syarat mutlak

untuk belajar sehingga dalam kegiatan belajar motivasi dikatakan sebagai keseluruhan

daya penggerak dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga

tujuan belajar yang dikehendaki subjek dapat tercapai. Motivasi belajar adalah

keseluruhan penggerak daya psikis di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan

kegiatanbelajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada

(11)

Dari beberapa pengertian motivasi dan didukung dengan beberapa pendapat

pengertian motif di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan suatu

kondisi dan dorongan yang disebabkan oleh adanya motif atau alasan atau sebab yang

muncul dalam diri seseorang yang mendorong ia untuk melakukan usaha-usaha berupa

pekerjaan, berprilaku, sikap tertentu dan membuat dirinya menjadi aktif untuk terus

berusaha mencapai tujuan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

motivasi dalam diri individu adalah untuk menggerakkan kemauan dan menemukan tujuan

utama untuk bisa mencapai sasaran awal yang didinginkan. Dapat dipahami bahwa

motivasi sangat penting dimiliki oleh pimpinan, pendidik dalam meningkatkan semangat

kerja dan produktivitas kerja para pegawai ataupun anak didiknya.

1. Proses Motivasi

Teori motivasi erat hubunganya dengan pemuasan kebutuhan manusia. Untuk itu

terlebih dahulu penulis menguraikan apa yang dimaksud dengan proses motivasi.

Handayani ( 2007: 27), menggambarkan kerangka hubungan antara kebutuhan dan

motivasi pada bagan berikut :

Dorongan

Motif perbuatan Tujuan

Kebutuhan

Motivasi

(12)

Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa kebutuhan merupakan hal utama

terjadinya motivasi yang akan menimbulkan dorongan apabila ada motif dalam diri

seseorang. Motif tersebut diaplikasikan dalam kegiatannya berupa perbuatan yang

dilandasi dengan keinginan untuk memperoleh kepuasan yaitu mencapai tujuannya.

2. Motivasi dalam Belajar

Tanpa motivasi seseorang tidak akan dapat melakukan sesuatu sehingga setiap

pekerjaan dalam bidang apapun membutuhkan kemampuan atau kecakapan pribadi,

termasuk belajar juga membutuhkan motivasi yang cukup pada diri seseorang, sehingga

pekerjaan yang dilakukan dapat berhasil dengan sebaik-baiknya. Uno (2007: 39 )

mengatakan bahwa ada 3 fungsi motivasi belajar yaitu :

1. Fungsi motivasi dalam menentukan penguatan belajar.

Motivasi dapat berfungsi dalam penguatan belajar apabila seseorang anak yang

belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan

hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

2. Fungsi motivasi dalam memperjelas tujuan belajar.

Fungsi motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitanya dengan

kemaknaan belajar.

3. Motivasi menentukan ketekunan belajar.

Seseorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha

mempelajari dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang

baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi dapat menyebabkan seseorang

tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki

motivasi untuk belajar, maka tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda

untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat

(13)

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam

diri seseorang maka akan tercapainya tujuan yang diinginkannya.

Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa/mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari belajar dan arah sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai.

Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika mempunyai keinginan/dorongan untuk belajar.

Motivasi dalam hal ini meliputi 2 hal :

1. mengetahui apa yang akan dipelajari

2. memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari,

sebab tanpa motivasi, tujuan yang ingin dicapai sulit untuk berhasil dengan baik

(Sardiman, 2001: 38).

Sehubungan dengan belajar, Thorndike dalam Soemanto, yang terkenal dengan

pandangannya tentang belajar sebagai proses “trial and error”, mengemukakan bahwa

belajar dengan “trial and error” dimulai dengan adanya beberapa motif yang mendorong

keaktifan. Dengan demikian, untuk mengaktifkan individu dalam belajar diperlukan

motivasi.

Belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan

reaksi. Mengenai hal itu Thordike (Sardiman, 2001: 33) mengemukakan “prinsip/hukum

belajar yaitu law of effect, law of multiple respone, law of exersice, law of assimilation’.

Diantara hukum belajar tersebut yang paling penting adalah law effect, karena dalam

(14)

Maka terdapat 3 hal yang bertalian dengan motif belajar sekaligus merupakan

aspek motivasi yaitu :

1. Keadaan yang mendorong tingkah laku

2. Tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut

3. Tujuan dari tingkah laku

Adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi seseorang yang

belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang akan

sangat menentukan tingkat pencapaian belajar (Sardiman, 2001: 84).

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah

perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil

dari perilaku atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan

berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan factor

ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan

belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh

rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar

yang lebih giat dan bersemangat.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

mahasiswa-mahasiswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada

umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai

peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Menurut Suryabrata (1995: 26) Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan

sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil (2) adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan (4) adanya

(15)

lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang mahasiswa dapat

belajar dengan baik.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam kaitannya dengan pendidikan,

motivasi berarti dorongan yang memberikan semangat kerja kepada para mahasiswa untuk

berperilaku tertentu dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Oleh

karena itu perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema

sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

2.2 Kajian Ilmu Perpustakaan

1. Ilmu Perpustakaan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Sebelum mengkaji lebih lanjut tentang kajian Ilmu Perpustakaan, terlebih dahulu

dipahami pengertian dari perpustakaan. Banyak defenisi yang diberikan para ahli tentang

pengertian perpustakaan, namun secara umum pengertian perpustakaan dapat diartikan

sebagai unit atau lembaga di dalamnya terdapat kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan

penyebaran bahan pustaka atau sumber informasi yang tercetak maupun noncetak

berdasarkan aturan tertentu guna melayani pengguna. Sulistyo-Basuki (1993) memberi

pengertian perpustakaan adalah kumpulan buku atau bangunan fisik tempat buku

dikumpulkan, disusun menurut sistem tertentu untuk kepentingan pemakai. Perpustakaan

sedikit demi sedikit telah mengalami perubahan seiring dengan perubahan paradigma

perpustakaan yang sering disebut hanya sebagai tempat berkumpulnya buku-buku, tetapi

perpustakaan merupakan sebuah sistem, yang merupakan suatu organisasi, dimana koleksi

(16)

membuka pendidikan pustakawan pada tahun 1876. Ketika itu istilah yang digunakan

bervariasi pada masing-masing universitas yang mengelolanya yaitu Librarianship

(Kepustakawanan), Library Studies (Studi Perpustakaan) dan Library Science (Ilmu

Perpustakaan). (Hasugian, 2009:3-4). Untuk mengkaji bahwa perpustakaan dapat

dikatakan sebagai ilmu, harus dikaji dari perspektif filsafat ilmu. Filsafat ilmu

merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu sehingga filsafat ilmu perlu

menjawab persoalan ontologis (objek telaah), epistemologis (proses, prosedur, mekanisme)

dan aksiologis (untuk apa).

Berkaitan dengan itu, Ilmu Perpustakaan mempunyai landasan ontologi yang kuat,

karena ada objek yang dikaji yaitu perpustakaan serta mempunyai wujud berupa kumpulan

daripada tulisan-tulisan atau karya yang berisikan informasi dalam berbagai media yang

dapat dimanfaatkan oleh pemakai. Dan yang paling mendasar dalam membuktikan

kebenaran suatu pengetahun dengan cara mengkaji asal mula dan validitas pengetahuan

yang dinamakan “epistemologi” wujud hakiki dari perpustakaan dapat dijelaskan melalui

sejarah perkembangan perpustakaan dari masa ke masa. Dalam perjalanan sejarahnya

akan terlihat dan dapat dipahami tentang asal muasal perpustakaan sebagai pengetahuan

dan keberadaannya memang ada atau berwujud yang dijadikan sebagai bukti bahwa

pengetahuan perpustakaan mempunyai landasan ontologi. (Kahar, 2009:26). Selanjutnya

Irawaty menjelaskan bahwa perpustakaan jelas mempunyai landasan aksiologis, karena

perpustakaan memberikan pelayanan kepada pengguna atau masyarakat tanpa

membedakan status sosial, golongan, tingkatan umur, ekonomi, ras, agama dan sebagainya.

Pelayanan yang diberikan dalam bentuk bahan bacaan dan informasi yang bersifat non

profit dengan tujuan umum untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan pelestarian

(17)

Menurut Hasugian (2009: 5), yang dikaji dalam Ilmu Perpustakaan adalah

informasi, merupakan kajian mendasar dari Ilmu Perpustakaan. Perpustakaan sebagai salah

satu institusi yang bertugas mengumpulkan, mengolah, mengelola, melayankan dan/atau

mendiseminasikan berbagai jenis sumberdaya informasi yang mencakup berbagai subjek

yang tidak dibatasi dengan bidang dan kajian tertentu. Kelihatannya, perpustakaan akan

selalu berhubungan dengan berbagai sumberdaya informasi yang tidak terbatas dan yang

tersebar pada berbagai tempat.

2. Pendidikan Ilmu Perpustakaan di Indonesia

Ilmu Perpustakaan di Indonesia dimulai pada tahun 1952 berupa kursus yang diberi

nama Kursus Pendidikan Pegawai Perpustakaan (KPPP). Lembaga ini memberikan kursus

selama dua tahun yang pesertanya adalah pegawai perpustakaan. Kursus ini berlangsung

sampai tahun 1955 dan dipimpin oleh orang Belanda yang bernama Vrede De Siter;

kemudian diganti oleh A.H Habraken. Nama kursus pun berubah menjadi kursus

Pendidikan Ahli Perpustakaan (PAP) yang lama kursusnya menjadi dua setengah tahun.

Pendidikan perpustakaan pada tingkat perguruan tinggi di Indonesia dimulai pada tahun

1961, yaitu dengan diintegrasikannya kursus di atas dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Indonesia. Sejak itu pendidikan perpustakaan di Indonesia mulai

mantap. Pada tahun 1981 Fakultas Sastra Universitas Indonesia menyelenggarakan

Pendidikan Sarjana Ilmu Perpustakaan tetapi sebagai gelar kedua. Dalam perjalanannya

pendidikan perpustakaan di Indonesia sudah mencapai hampir setengah abad, tetapi

(18)

Pendidikan tenaga perpustakaan di Indonesia diselenggarakan melalui jalur

pendidikan formal (jenjang pendidikan profesional dan akademis) dan jalur pendidikan

nonformal (diklat dan penataran). Pendidikan formal merupakan sistem pendidikan yang

dilaksanakan di sekolah maupun perguruan tinggi yang bersifat gradual, hierarkis dan

berkelanjutan. Pendidikan nonformal adalah pendidikan di luar pendidikan formal

(sekolah), seperti penataran kursus, pelatihan, magang, dan lainnya. Perpustakaan Nasional

RI dalam meningkatkan jumlah pustakawan yang terdidik dengan menyelenggarakan

diklat penyetaraan Tipe A, B, dan C.

Bidang Ilmu Perpustakaan semakin berkembang, hal ini dapat dilihat dari beberapa

perguruan tinggi baik negeri maupun wasta membuka jurusan/program studi Ilmu

Perpustakaan

Adapun perguruan tinggi yang membuka jalur profesional adalah sebagai berikut:

No. Perguruan Tinggi Program Tahun Berdiri

1. Universitas Indonesia (Jakarta) D3 1952

2. Universitas Hasanuddin (Makassar) D3 1978

3. Universitas Sumatera Utara (Medan) D3 1980

4. Institut Pertanian Bogor (Bogor) D3 (semula D2) 1982

5. Universitas Airlangga (Surabaya) D3 1982

6. Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) D3 (semula D2) 1992

7. Universitas Lancang Kuning (Pekanbaru) D3 1990

8. Universitas Sam Ratulangi (Manado) D3 1992

9. Universitas Yarsi (Jakarta) D3 1993

10. Universitas Terbuka (Jakarta) D2 1993

11. IAIN Imam Bonjol (Padang) D3 1998

(19)

No. Perguruan Tinggi Program Tahun Berdiri

13. Universitas Bengkulu D3 1997/98

14. IAIN Ar Raniry (Aceh) D3 1995

15. IAIN Sunan Kalijaga (Yoyakarta) D3 1998

(Zulfikar Zein, 1999)

Sedangkan perguruan tinggi yang membuka jalur akademik pendidikan Ilmu Perpustakaan

di Indonesia adalah:

No. Perguruan Tinggi Program Tahun

1. Universitas Indonesia (Jakarta) S1 1952

2. Universitas Indonesia (Jakarta) S2 1990

3. Universitas Padjadjaran (Bandung) S1 1985

4. Universitas Padjadjaran (Bandung) S2 2003

5. Universitas Sumatera Utara (Medan) S1 2001

6. Universitas Yasri (Jakarta) S1 1999

7. Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) S2 1996

8. IAIN Syarif Hidayatullah (Jakarta) S1 2002

9. Universitas Wijaya Kusuma (Surabaya) S1 2001

10. Universitas Pendidikan Indonesia S2 1999

2.3 Pustakawan sebagai Profesi

Pustakawan adalah orang yang memberikan dan melaksanakan kegiatan

perpustakaan dalam usaha memberikan layanan kepada masyarakat sesuai misi yang

(20)

Dalam Undang-Undang RI No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 1 ayat 8

dinyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang

diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas

dan tanggungjawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan

Defenisi pustakawan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

No. 132/KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan bersama Perpustakaan Nasional RI dan

Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 23/2003 dan No. 21/2003 adalah pejabat

fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana penyelenggara tugas utama

kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi pada instansi

pemerintah.

Dalam buku Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Profesi dan Kode

Etik Pustakawan Indonesia dijelaskan bahwa pustakawan dianggap sebagai profesi karena

sebagian besar kriteria telah dimiliki antara lain:

1. Memiliki lembaga pendidikan, baik formal maupun informal

2. Memiliki organisasi profesi, yaitu pustakawan di Indonesia sejak tahun 1973

memiliki organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), (Congress of

Southeast Asia Librarians (CONSAL) untuk tingkat regional, dan International

of Library Association and Institutions (IFLA) untuk tingkat internasional.

3. Memiliki kode etik, pustakawan Indonesia yang menjadi acuan moral bagi

anggota dalam melaksanakan profesi

4. Memiliki majalah ilmiah sebagai sarana pengembangan ilmu serta komunikasi

antar anggota profesi

(21)

Pemerintah Indonesia telah menetapkan bahwa pustakawan merupakan jabatan

fungsional yang diberi tunjangan khusus yaitu tunjangan fungsional pustakawan. Dan

menetapkan kepangkatan tersendiri bagi pustakawan.

Standar kompetensi pustakawan adalah minimal kompetensi pustakawan yang

dikeluarkan oleh organisasi profesi. Standar ini berisi norma-norma, teknis kemampuan,

dan pembakuan dalam upaya peningkatan kualitas layanan. Standar kompetensi

pustakawan adalah suatu dokumen yang berisi komitmen dan jaminan kualitas

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang dipilih adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan

Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci satu latar atau satu orang

subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad

(1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan

perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Sementara Yin (1987) memberikan

batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs dan

Razavieh (1985) menjelaskan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha

menguji unit atau individu secara mendalam. Para peneliti berusaha menemukan semua

variabel yang penting.

Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa studi kasus meliputi: 1.

Sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2)

sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar

belakang atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai

kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.

Jenis studi kasus yang dipilih adalah observasi, yaitu mengutamakan teknik

pengumpulan datanya melalui observasi peran serta atau pelibatan (participant

observation), sedangkan fokus studinya pada mahasiswa Program Studi Ilmu

(23)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Jalan

Universitas No. 19 Universitas Sumatera Utara Medan.

3.3. Responden Penelitian

Responden yang terjaring dalam penelitian ini ada 20 (duapuluh) orang yaitu

mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan, dengan perincian 10 orang mahasiswa D-3

dan 10 orang mahasiswa S-1.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, cara atau metode yang dilakukan peneliti

disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif yaitu wawancara. Menurut Riduwan

(2008:102), “wawancara adalah Suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya”. Pada metode ini peneliti secara lisan

dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Sesuai

dengan jenisnya, terjadi komunikasi langsung, luwes dan fleksibel serta terbuka, dan

(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara

Program Studi Ilmu Perpustakaan (PSIP) berawa di bawah Departemen Studi

Perpustakaan dan Informasi (DSPI) Fakultas Sastra USU. PSIP merupakan pengembangan

Program Studi Perpustakaan (D3) yang telah diselenggarakan Fakultas Sastra USU sejak

tahun 1985 hingga sekarang. Pembukaan PSIP ini telah dipersiapkan sejak lama.

Pembukaan program studi ini didorong oleh kebutuhan akan tenaga pustakawan dengan

kualifikasi sarjana (S1) di wilayah Sumatera. Program Studi Ilmu Perpustakaan yang

mengasuh jenjang sarjana (S-1) berlum tersedia selain hanya di universitas yang ada di

Pulau Jawa. Selain itu, pembukaan program ini juga didasarkan pada kecenderungan

yang terjadi dewasa ini negara-negara maju dimana lulusan sarjana Ilmu Perpustakaan

tidak lagi bekerja hanya pada organisasi berbentuk perpustakaan seperti sebelumnya.

Tetapi banyak lulusan yang bekerja di bidang teknologi informasi dan komunikasi (ICT)

yang berkaitan dengan penanganan muatan informasi (information contents) di

perusahaan-perusahaan swasta dan instansi pemerintah. Ini berarti terbuka peluang

lapangan kerja baru bagi lulusan sarjana Ilmu Perpustakaan.

Universitas Sumatera Utara awalnya menyelenggarakan Program S-1 Ilmu

Perpustakaan pada tahun akademik 1980/1981 hingga 1983/1984, yang kemudian diganti

dengan program D-3 yang mulai menerima mahasiswa baru pada tahun akademik

1985/1986. Alasan program ini tidak menerima mahasiswa S-1 lagi adalah karena belum

(25)

waktu itu. Selanjutnya pada bulan Januari 2001, Drs. A. Ridwan Siregar, S.H., M.Lib.,

pada saat itu menjabat sebagai Ketua Program Studi D-3 Perpustakaan, menugaskan Sdr.

Drs. Jonner Hasugian, M.Si., untuk menyusun proposal pembukaan Program S-1 Ilmu

Perpustakaan dan mempersiapkan dokumen akademik dan dokumen pendukung lainnya.

Usulan pembukaan PSIP mendapat persetujuan dari pemerintah tanggal 4 Juli

2001. Pertama kali menerima mahasiswa baru pada bulan Agustus 2001 dengan

menggunakan seleksi lokal bersamaan dengan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Program

Diploma (SPMPD). Akan tetapi mulai tahun akademik 2002/2003 penerimaan mahasiswa

dilakukan melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). PSIP pertama sekali

menghasilkan lulusan pada bulan Juli 2005. PSIP telah diakreditasi oleh Badan Akreditasi

Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) dnegan hasil yang sangat memuaskan yaitu

peringkat A, sedangkan untuk Program Studi D-3 mendapat peringkat B.

1. KURIKULUM PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN  

SPI141 Pengantar Ilmu Perpustakaan dan Informasi 2

(26)

Mata Kuliah

SPI142 Perbandingan Perpustakaan, Dokumentasi dan Unit Informasi 2

SPI152 Dasar-dasar Katalogisasi dan Klasifikasi 2

SPI162 Penerbitan Tercetak dan Bahan Elektronik 2

SPI172 Manajemen Perpustakaan I 2

SPI182 Pengembangan Koleksi I 2

SPI192 Sarana Bibliografi 2

SPI102 Aspek Hukum dalam Informasi 2

III UNI106 Pendidikan Kewarganegaraan 2

SAF213 Sejarah Kebudayaan Indonesia 2

SAF223 Sejarah Pemikiran Modern 2

SAF233 Filsafat Ilmu 2

SPI243 Bahasa Inggris Pustakawan II 2

SPI253 Organisasi Informasi: Pengatalogan Deskriptif 2

SPI263 Praktik Pengatalogan Deskriptif 2

SPI273 Manajemen Perpustakaan II 2

SPI283 Pengembangan Koleksi II 2

SPI293 Manajemen Rekod 2

IV SPI214 Perpustakaan Digital 2

SPI224 Praktik Perpustakaan Digital 2

SPI234 Teknologi Media 2

SPI244 Automasi Perpustakaan 2

(27)

Mata Kuliah Sem

Kode Judul

SKS

SPI264 Praktik Pengklasifikasian 2

SPI274 Organisasi Informasi: Pengindeksan Subjek 2

SPI284 Pelayanan Referensi 2

SPI345 Analisis, Desain dan Perangcangan Sistem Perpustakaan 2

SPI355 Preservasi dan Konservasi Bahan Pustakawan 2

SPI365 Organisasi Informasi: Pengatalogan Serial dan Multi Media 2

SPI375 Praktik Pengatalogan Serial dan Multi Media 2

SPI385 Sumberdaya dan Pelayanan Informasi Anak dan Remaja 2

SPI395 Sumber Informasi IPTEK 2

SPI305 Pemasaran Layanan Informasi 2

VI SAF316 Statistik 2

SPI326 Metode Penelitian Perpustakaan dan Informasi 2

SPI336 Pengatalogan Terautomasi 2

SPI346 Organisasi Informasi: Pengindeksan dan Pengabstrakan 2

SPI356 Pendidikan Pemakai 2

SPI366 Sumber Informasi Sosial dan Humaniora 2

SPI376 Pembentukan Thesaurus 2

SPI386 Perencanaan dan Perancangan Fasilitas Informasi 2

(28)

Mata Kuliah

SPI457 Pengukuran dan Penilaian Pelayanan Informasi 2

SPI467 Etika Profesi 2

SPI477 Praktik Kerja Lapangan 2

VIII SPI418 Seminar Proposal Skripsi 2

SPI428 Skripsi 6

 

Program Studi Ilmu Perpustakaan diasuh oleh 18 dosen, baik dosen tetap maupun

dosen luar biasa. Jumlah dosen tetap adalah 11 orang, dan dosen luar biasa 7 orang.

2. Jumlah peminat dan mahasiswa program studi Ilmu Perpustakaan lima tahun

terakhir

Sumber: Biro Akademik USU

Jumlah Peminat Jumlah daya

tampung

Jumlah yang

diterima No Tahun ajaran

S-1 D-3 S-1 D-3 S-1 D-3

(29)

4.2 Hasil dan Pembahasan

Dari hasil wawancara dengan responden yang merupakan mahasiswa jurusan Ilmu

Perpustakaan USU, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Pilihan masuk SPMB pada jurusan Ilmu Pepustakaan

Secara umum responden menyatakan bahwa mereka memilih jurusan Ilmu

perpustakaan pada saat ujian masuk perguruan tinggi adalah pilihan kedua, dan

ketiga, sangat sedikit responden yang menjawab pilihan pertama, hal ini juga

disebabkan karena responden pada umumnya lulusan SMU jurusan IPS.

Mayoritas mahasiswa yang sedang mengikuti perkuliahan adalah wanita, hal ini

dapat disebabkan karena ilmu perpustakaan berhubungan dengan menata

dokumen/pengarsipan yang lebih diminati oleh wanita.

2. Informasi tentang Program Studi Ilmu Perpustakaan

Ada berbagai media yang digunakan oleh universitas maupun program sudi Ilmu

Perpustakaan untuk mengenalkan atau mempromosikan perpustakaan. Media yang

dapat digunakan seperti media televisi, internet, radio, surat kabar, majalah, brosur.

Dari hasil wawancara dengan responden pada umumnya mereka lebih banyak tahu

tentang jurusan Ilmu Perpustakaan bukan melalui media, tetapi melalui

informasi dari orangtua, teman atau saudara, kebanyakan responden memiliki

keluarga atau yang bekerja pada bidang perpustakaan, sehingga responden

(30)

banyak masyarakat mengganggap jurusan ini belum menjadi bidang ilmu yang

menarik dan menjanjikan, bahkan banyak masyarakat tidak tahu keberadaan

jurusan Ilmu Perpustakaan di USU.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi memilih Program Studi Ilmu

Perpustakaan

Dari hasil wawancara dengan responden, dikatakan bahwa informasi tentang prodi

Ilmu Perpustakaaan diketahui dari orangtua/keluarga, sedangkan pergaulan/teman

sekeliling responden tidak mendukung memilih prodi ini. Hal ini dapat dipengaruhi

karena bidang ilmu ini masih kurang peminatnya sehingga peluang untuk masuk

perguruan tinggi juga lebih besar. Dalam laporan optimalisasi sistem penjaringan

mahasiswa baru menyatakan bahwa “USU memiliki brand awareness yang baik

secara keseluruhan, hanya saja untuk beberapa fakultas/program studi masih belum

dikenal secara luas dan dipahami oleh masyarakat. Pemilihan USU karena brand

image USU yang memiliki biaya murah dan dan pendidikan berkualitas”.

Selanjutnya dijelaskan bahwa Fakultas Sastra dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,

memiliki angka keketatan persaingan yang cukup rendah. Sedangkan program

studi lainnya terutama pada cabang Ilmu Kedokteran, Ilmu komputer, kedokteran

gigi dan ekonomi memiliki angka keketatan persaingan yang cukup tinggi.

Dijelaskan bahwa keketatan persingan penerimaan mahasiswa baru program Studi

Ilmu Perpustakaan pada Base line adalah 1:4, target tahun 1 adalah 1:5, capaian

tahun 1 adalah 1:16. Pendapat ini diperkuat oleh responden yang mengatakan

bahwa memilih program studi Ilmu Perpustakaan karena image kuliah di USU

lebih membanggakan responden, disamping biaya yang murah. Prodi ini juga

peluang mendapat pekerjaan juga masih terbuka luas, hal ini juga dipengaruhi

(31)

orang-orang yang mampu mengelola informasi. Akhir-akhir ini alumni ilmu

perpustakaan sudah mulai menyebar di pasar (dunia kerja), permintaan

pustakawan pada instansi pemerintahan maupun swasta semakin tinggi, khususnya

pada instansi pendidikan. Pada instansi pendidikan peran perpustakaan sangat

penting sebagai faktor pendukung dalam proses belajar mengajar, dan akan

menambah ‘point’ lebih, jika mempunyai perpustakaan dan seorang pustakawan

sebagai pengelola. Walaupun dari hasil wawancara bahwa jurusan yang dipilih

belum sesuai dengan minat dan bakat responden tetapi karena faktor peluang kerja

yang paling mempengaruhi orangtua/saudara sehingga menyarankan untuk

memilih bidang ilmu perpustakaan.

4. Pendapat responden tentang Program Studi Ilmu Perpustakaan

Responden pada umumnya menyatakan bahwa prodi ini kurang banyak yang

berminat, tetapi peluang kerja yang luas sehingga responden berniat untuk memilih

prodi ini. Responden juga sudah memahami lapangan pekerjaan yang akan

dimasuki setelah lulus nantinya, seperti bekerja di perpustakaan. Harapan

responden dunia kerja tidak hanya menerima mereka pada perpustakaan tetapi

dapat bekerja di bidang informasi selain perpustakaan. Para alumni bisa juga

mengembangkan kewirausahaan informasi sebagai pialang informasi/broker

informasi. Bagi responden D-3 menyatakan bahwa sebagian besar berminat untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, hal ini menunjukkan

ketertarikan responden menekuni Ilmu Perpustakaan karena setelah mengikuti

(32)

Pendapat responden terhadap kurikulum prodi Ilmu Perpustakaan sudah baik dan

harus tetap disesuaikan dengan kebutuhan pasar sehingga responden menjadi

pekerja yang siap pakai. Responden memberi masukan untuk kurikulum agar

lebih banyak mengadopsi bidang teknologi Informasi. Dalam kurikulum sudah ada

beberapa matakuliah yang mempelajari bidang teknologi informasi hal ini dituntut

oleh perpustakaan diharapkan mampu mengikuti tuntutan dan perkembangan

informasi. Pengembangan sistem komputer untuk menyediakan suatu sistem

standar yang bisa dipakai perpustakaan. Dengan sistem berbasis komputer,

tugas-tugas yang diemban oleh perpustakaan dapat diselesaikan secara lebih akurat,

(33)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil pada umumnya responden kurang berminat

terhadap prodi Ilmu Perpustakaan. Faktor-faktor yang melatarbelakangi responden

memilih prodi Ilmu Perpustakaan atas dorongan dari orangtua/saudara. Motivasi memilih

prodi ini karena peluang kerja yang luas dan kesempatan untuk masuk ke perguruan Tinggi

USU juga sangat berpeluang karena keketatan persaingan juga rendah. Kurangnya

promosi prodi Ilmu Perpustakaan sehingga msyarakat masih banyak yang tidak

mengetahui keberadaan jurusan ini. Harapan responden dapat diterima bekerja selain di

perpustakaan.

5.2 SARAN

Mencermati prospek kerja yang luas, diharapkan program studi maupun perguruan

tinggi yang terkait harus lebih gencar mengadakan promosi-promosi ke seluruh lapisan

masyarakat. Prodi juga diharapkan untuk terus mengembangkan kurikulum agar sesuai

dengan kebutuhan pasar yang mengacu pada penggunaan teknologi informasi. Prodi

juga turut meningkatkan kualitas dan kuantitas staf pengajar yang sesuai dengan bidang

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko, Yayat Hayati. 2003. Perilaku Organisasi. Bandung : Alfabeta.

Handayani, dkk. 2007. Studi Korelasi M otivasi Pengguna dan Pemanfaatan Koleksi CD-ROM di UPT Pusat Perpustakaan UII Yogyakarta. Jurnal Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Vol III no. 7. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hasugian. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan: USU Press.

Hermawan dan Zen. 2006. Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.

Laporan Akhir Tahun Program Hibah Kompetisi Berbasis Institusi (PHKI): Program A Optimalisasi Sistem Penjaringan Mahasiswa Baru. Medan: USU

Maryati. 2003. Studi Tentang Motivasi Mahasiswa Memilih Bidang Ilmu Perpustakaan. Bandung : UNPAD.

Qalyubi, dkk. 2007. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Sardiman, AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suryabrata, S. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Obor Indonesia.

Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Gambar 1. Proses terjadinya tingkah laku bermotivasi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan dibuatnya aplikasi ini diharapkan dapat membantu pemakai (user) dalam pencatatan pendaftaran peserta dan dapat membantu proses penyimpanan data siswa sehingga tidak

Untuk memperoleh laba yang lebih besar, maka perusahaan haruslah membuat rencana yang baik dalam menentukan pemilihan metode apa yang tepat dalam melakukan penilaian persediaan.

Analisis pemberian kredit oleh pihak bank, dilakukan dengan seoptimal mungkin untuk menghindari kemungkinan kredit yang diberikan tersebut mengalami kemacetan Tujuan dari penulisan

Client Server adalah suatu bentuk arsitektur, dimana client adalah perangkat yang menerima yang akan menampilkan dan.. menjalankan aplikasi (software komputer) dan server

Kesimpulan : Pelaksanaan program P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) kemungkinan memiliki kontribusi dalam membantu ibu hamil mempersiapkan

Pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara elektronik dengan mengakses aplikasi Sistem  Pengadaan   Secara    Elektronik    (aplikasi    SPSE)    pada    alamat   

Penelitian ini dilaksankan pada bulan Mei-Juni 2017 di Sungai Babarsari Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, dengan menganalisis pengaruh kegiatan masyarakat