• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI LITERASI DIGITAL MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KOMPETENSI LITERASI DIGITAL MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPETENSI LITERASI DIGITAL MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang

Studi Ilmu Perpustakaan

Oleh :

Devi Lester Limbong 140709110

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN MEDAN

2018

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinal dan belum pernah disajikan sebagai salah satu tulisan untuk memperoleh suatu klasifikasi tertentu atau dimuat pada media lain.

Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, Oktober 2018 Penulis,

Devi Lester Limbong NIM : 140709110

(5)

ABSTRAK

Limbong, Devi Lester. 2018.Kompetensi Literasi Digital Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Medan : Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi literasi digital mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, semester 5 dengan menggunakan teori Mutula dan Wamukoya. Model ini mendefenisikan 6 kategori kompetensi literasi digital yaitu : foundational competencies, basic competencies, intermediate competencies, advanced competencies, technical competencies, proficiency digital literacy.

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di lingkungan Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan pada 11-17 September 2018. Pengumpulan informan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa padafoundational competenciesyakni komunikasi sangat sering dilakukan oleh mahasiswa dan sedikit banyaknya memahami topik yang dibahas serta beberapa topik masalah terselesaikan dengan baik. Pada basic competencies, mahasiswa memiliki pengenalan yang cukup baik mengenai dasar-dasar perangkat komputer mulai dari komponen-komponen komputer, perangkat input, menyalakan, mematikan, mesrestart, aplikasi tertentu di laptop seperti aplikasi Microsoft Office (Ms. Word, Ms. Excel, Ms. Powerpoint, Ms.Acces). Pada intermediate competencies mahasiswa memahami berbagai fitur dalam laptop, penggunaan printer, penggunaan aplikasi Ms. Word dan penggunaan aplikasi email. Pada kemampuan lanjutan (advanced competencies), kemampuan mengakses informasi menggunakan mesin pencari dan database online sudah baik. Beberapa alat telusur yang digunakan yakni Mozilla Firefox, Google Chrome, Google Scholar.

Database online (Proquest, Science Direct, Ebsco, Science Direct, Westlaw, Emerald) dalam proses pencarian jurnal. Pada kemampuan technical competencies, mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan sebagai informan penelitian belum memiliki keahlian teknis seputar perangkat keras dan perangkat lunak. Pada kompetensi digital literacy, mahasiswa memliki kemampuan literasi yang baik mulai dari merumuskan rencana penelusuran, menetapkan strategi penelusuran, mengorganisasikan, mengolah, menerapkan dan mengkomunikasikan informasi, memahami format kutipan standar, cukup paham strategi penelusuran dengan operator Boolean (Or, And, Not), serta memiliki usaha dalam mengkomunikasikan informasi dengan media teknologi.

Kata Kunci : Kompetensi, Literasi Digital, Model Mutula dan Wamukoya

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih dan penyertaan-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kompetensi Literasi Digital Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal, baik dalam penyajian maupun penguraiannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dapat selesai berkat adanya bimbingan, motivasi dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu baik secara moral maupun material.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ishak,S.S.,M.Hum selaku Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(7)

3. Bapak Drs. Dirmansyah, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan akademis kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Jonner Hasugian, M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

5. Ibu Laila Hadri Nasution, S.Sos. M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Dosen Penguji IIyang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah tulus memberikan pengajaran kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan.

7. Buat sahabat-sahabatku Eunike Tambunan, Eunike Trivena Napitupulu, Luvita Indrasary Siagian, Renta Togatorop, Pasu Silaban, Doni Sinaga, Agustinus Situmorang, Chandra Sigalingging, Freddy Sinaga, Ayu Lase, Isti Anjani terimakasih buat kebersamaan, kenangan, dukungan dan doa serta persahabatan yang kita jalani selama masa perkuliahan dan sampai sekarang.

8. Buat Haposan Manungkalit, Pinta Rajagukguk, Ependi Sitompul yang selalu mengingatkan dan mendukung serta semangat yang diberikan.

9. Buat kelompok DC, keluarga rohani yang menjadikan aku bagian dari mereka. Terimakasih untuk doa, dukungan, semangat dan segala kebaikan yang ada.

(8)

10. Terimakasih kepada adik junior semester 5 angkatan 2016 Sena, Yemima, Yeni, Tari dan Natalia yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

11. Seluruh teman-teman angkatan 2014 Program Studi Ilmu Perpustakaan yang membantu serta memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

Teristimewa kepada Orangtua saya (P. Limbong dan D. Pandiangan) yang telah memberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan hingga ke bangku perkuliahan, yang telah banyak memberi doa, semangat dan dukungan baik berupa materil maupun moril sehingga penulis senantiasa bersemangat dan berusaha sedapat mungkin dalam penyelesaian skripsi ini.

Saudara/i penulis yakni Ruthvera, Silvana, Idem, Torang dan Tompiner atas semua dukungan serta doa yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

Thankyou for all and for every best moment that all of you ever give to me.

Penulis selalu berdoa kiranya semua pihak yang memberi bantuan dalam penyusunan skripsi ini mendapat berkat dari Tuhan Yesus Kristus.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2018 Penulis,

Devi Lester Limbong NIM : 140709110

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ORISINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 3

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 4

2.1. Pengertian Literasi Digital ... 4

2.2 Dorongan dan Pentingnya Literasi Digital.. ... 6

2.3 Prinsip Dasar Pengembangan Literasi Digital.. ... 13

2.4 Literasi Digital dalam Pencapaian Hasil Pembelajaran Mahasiswa ... 17

2.5 Kompetensi Literasi Digital ... 18

2.6 Penelitian Terdahulu ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Metode dan Jenis Penelitian ... 28

3.2 Lokasi Penelitian ... 29

3.3 Instrumen Penelitian ... 29

3.4 Informan Penelitian ... 30

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 31

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.7 Teknik Analisis Data ... 32

3.8 Teknik Keabsahan Data ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Karakteristik Informan ... 35

4.2 Kategoti ... 36

4.2.1 Kemampuan Dasar (Foundational Competencies) ... 36

4.2.2 Kemampuan Utama (Basic Competencies) ... 39

4.2.3 Kemampuan Menengah (Intermediate Competencies) ... 41

4.2.4 Kemampuan lanjutan (Advanced Competencies) ... 46

4.2.5 Kemampuan Teknis (Technical Competencies) ... 49

4.2.6 Kecakapan Literasi Digital (Proficiency Digital Literacy) .. 50

(10)

4.3 Rangkuman Hasil Penelitian ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 74

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kompetensi literasi digital dasar ... 29

Tabel 2 Kompetensi literasi digital menengah ... 31

Tabel 3 Kompetensi literasi digital tingkat lanjutan ... 32

Tabel 4 Kompetensi literasi digital pencarian lanjutan ... 34

Tabel 4.1 Daftar karakteristik Informan ... 35

Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Penelitian ... 60

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara ... 74 Lampiran 2 : Transkip Wawancara ... 77

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada abad 21 ini manusia benar-benar merasakan apa yang disebut dengan keajaiban teknologi informasi atau TI. Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan dan profesi. Pada abad ke-21 ini, teknologi informasi atau Tl memungkinkan informasi dihasilkan lebih cepat dan masuk dalam jumlah yang lebih besar dari sebelumnya. Pada abad ini juga, manusia hidup dalam masyarakat digital,masyarakat yang terserap oleh digital, di mana tindakan yang sering dilakukan dipengaruhi oleh teknologi digital dalam pemenuhan informasi. Masyarakatmampu mencari, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi dan mengemasinformasisesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Hal ini disebut dengan literasi.

Awalnya literasi hanya merujuk pada kemampuan untuk membaca dan menulis teks serta kemampuan untuk memaknai. Seiring dengan berkembangnya teknologi yang semakin pesat, mendorong terjadinya perubahan dalam konsep literasi itu sendiri salah satunya adalah literasi digital. Literasi digital merupakan kemampuan untuk mencari, mengatur, memahami, mengevaluasi dan mengemas informasi dengan menggunakan teknologi digitalyang melibatkan pengetahuan tentang teknologi yakni keahlian yang berkaitan dengan penguasaan perangkat digital serta proses berpikir kritis terhadap informasi yang ditemukan melalui media digital.

Sesuai perkembangan teknologi informasi (TI) terdapat begitu banyaknya informasi yang disajikan di dalam internet baik informasi yang bersifat lokal dan internasional, perkembangan informasinya pun sangat cepat bertambah dalam hitungan menit bahkan setiap detiknya dan tanpa mengetahui apakah informasi yang diberikan tersebut berkualitas atau tidak. Masyarakat tidak tahu atau tidak mempedulikan darimana asalnya informasi, yang penting ialah dapat mengaksesnya. Dalam hal ini sangat diperlukan kompetensi literasi digital oleh setiap individu agar dapat memproses informasidalam berbagai format.

(14)

Termasukjuga kesadaran dan berpikir kritis denganmembentuk penilaian yang seimbang antara apa yang ditampilkan di media digital dengan konten informasi tersebut.

Literasi digital ini merambah kepada semua kalangan termasuk dalam dunia pendidikan salah satunya perguruan tinggi. Perguruan tinggi memperoleh input berupa mahasiswa baru yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam lingkungan digital. Khusus pada perguruan tinggi, mahasiswa dituntut untuk mengerjakan berbagai tugas kuliah. Di era digital sekarang ini, pengerjaan tugas- tugas yang berhubungan dengan perkuliahan sangat dipermudah dengan adanya perkembangan internet dan teknologi digital. Perkembangan ini memungkinkan mahasiswa bisa mengakses semua informasi dari dalam negeri maupun luar negeri, yang bertaraf nasional maupun internasional. Semakin banyak sumber belajar yang dimiliki mahasiswa, maka semakin membantu proses kelancaran belajarnya sehingga mempercepat masa studinya.

Mahasiswa Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu program studi yang diwakili oleh mahasiswa yang lahir pada 1996 (angkatan 2014) sampai dengan 1999 (angkatan 2017). Mahasiswa ini sering disebut sebagai digital immigrant (orang-orang yang hidup dalam lingkungan digital ketika usia mereka sudah dewasa). Berdasarkan observasi awal, mahasiswa program studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara telah memanfaatkan penerapan literasi digital sejak duduk di bangku kuliah semester awal. Penerapan literasi digital yakni menyelesaikan tugas-tugas kuliah dengan melakukan penelusuran informasi di internet dan media digital lainnya, bergabung dalam grup diskusi online, dan update berita terbaru. Selain itu, mencari, mengolah, mengorganisasikan dan mengemas informasi dalam berbagai format baik itu teks, gambar, suara dan bentuk lainnya yang tentunya berkaitan dengan penguasaan sumber dan perangkat digital. Sebagai mahasiswa, pencarian informasi di internet dan penggunaan teknologi digital sudah sangat sering dilakukan. Meskipun demikian, kompetensi literasi digital belum sepenuhnya dimiliki. Mahasiswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan tugas meskipun dengan bantuan

(15)

teknologi digital. Selain itu, tidak semua konten informasi yang tersedia di internet dan media digital lainnya memiliki kualitas yang sama.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang kompetensi literasi digital Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Kompetensi Literasi Digital Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara“.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kompetensi literasi digital Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi literasi digital Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk :

1. Institusi Pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan barometer terhadap kompetensi literasi digital yang dimiliki oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

2. Penelitian Selanjutnya, sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian yang akan datang.

3. Pembaca, memberi pemahaman mengenai pentingnya literasi digital dan tingkat kompetensinya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas kompetensi literasi digital menggunakan teori Mutula dan Wamukoya dimana tiap level literasi digital dijelaskan secara rinci

(16)

yakni foundational competencies, basic competencies, intermediate competencies, advanced competencies, technical competencies, proficiency digital literacy.

(17)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Literasi Digital

Istilah literasi digital telah digunakan oleh sejumlah penulis sejak tahun 1990an, yang menunjuk kepada sebuah kemampuan membaca dan memahami teks yang berlebihaan (hypertext) dan teks gambar, suara, video (multimedia text).

Secara teoretis, konsep literasi digital merupakan turunan konsep literasi. Secara leksikal, literasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, dan berhitung. Ia dapat diartikan sebagai seperangkat kompetensi dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Makna literasi berkembang dari waktu ke waktu. Ia memiliki makna yang luas karena tergantung konteks ia digunakan (rumah, tempat kerja, atau komunitas). Maka, tidak mengherankan jika hari ini muncul istilah literasi media, literasi visual, literasi komputer, literasi digital, literasi jaringan, dan literasi kultural. Tetapi, literasi digital berbeda dengan literasi lainnya karena ia terkoneksi dengan ekologi lokal dan global yang saling berhubungan. Ia juga tidak bersifat monokultur dan statis. Meskipun berbeda, tetapi kemampuan literasi dasar sangat memengaruhi konektivitas seseorang ke dalam lingkungan digital.

Defenisi Literasi digital yang dikemukakan oleh Paul Gilster (1997:1- 2), literasi digital dijelaskan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari berbagai format. Gilster menjelaskan bahwa konsep literasi bukan hanya mengenai kemampuan untuk membaca saja melainkan

(18)

membaca dengan makna dan mengerti. Jadi Gilster lebih menekankan pada proses berpikir kritis ketika berhadapan dengan media digital daripada kompetensi teknis sebagai keterampilan inti dalam literasi digital, serta menekankan evaluasi kritis dari apa yang ditemukan melalui media digital daripada keterampilan teknis yang diperlukan untuk mengakses media digital tersebut. Gilster menjelaskan bahwa selain seni berpikir kritis, kompetensi yang dibutuhkan yakni mempelajari bagaimana menyusun pengetahuan, serta membangun sekumpulan informasi yang dapat diandalkan dari beberapa sumber yang berbeda. Seseorang yang berliterasi digital perlu mengembangkan kemampuan untuk mencari serta membangun suatu strategi dalam menggunakan search engine guna mencari informasi yang ada serta bagaimana menemukan informasi yang sesuaidengan kebutuhan informasinya.

Martin (2009: 8) mendefenisikan digital literacy is the awareness, attitude and ability of individuals to appropriately use digital tools and facilities to identify, access, manage, integrate, evaluate, analyse and synthesize digital resources, construct new knowledge, create media expressions, and communicate with others, in the context of specific life situations, in order to enable constructive social action; and to reflect upon this process.(Literasi digital adalah kesadaran, sikap dan kemampuan individu untuk menggunakan secara tepat alat- alat dan fasilitas digital guna mengidentifikasi, mengelola, memadukan, mengevaluasi, menganalisis dan membentuk sumber daya digital, membentuk pengetahuan baru, menciptakan ekspresi media dan berkomunikasi dengan orang lain dan untuk merefleksikan proses ini).

UNESCO (2011:3) menyebutkan digital literacies represent in whole the essential skills for managing informa-tion and communication in the rapidly changing and increasingly digital world that is the 21st century. (Literasi digital mewakili seluruh keterampilan penting untuk mengelola informasi dan komunikasi di dunia yang berubah dengan cepat dan semakin digital yang merupakan abad ke-21). Digital literacy is often used to refer to the broad ability to work with digital tools and select the appropriate tools to use for a given task.

It represents one’s preparedness to engage actively within a digital environment.

Digital literacy encompasses data management, media objects, and all types of digital manipulation for the purpose of dealing with information and communication. (Literasi digital sering digunakan untuk merujuk pada kemampuan luas untuk bekerja dengan alat digital dan memilih alat yang tepat

(19)

untuk digunakan untuk tugas yang diberikan. Ini mewakili kesiapan seseorang untuk terlibat aktif dalam lingkungan digital. Literasi digital mencakup manajemen data, objek media, dan semua jenis manipulasi digital untuk tujuan menangani informasi dan komunikasi).

Lebih jauh, American Library Association (ALA) (2013 : 2) mendefenisikan digital literacy is the ability to use information and communication technologies to find, understand, evaluate, create, and communicate digital information, an ability that requires both cognitive and technical skills. (Literasi digital adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menemukan, memahami, mengevaluasi, membuat, dan mengkomunikasikan informasi digital, suatu kemampuan yang memerlukan keterampilan kognitif dan teknis).

Berbeda dengan Bawden (2001: 21) yang menyebutkan digital literacy itself related network, internet, multimedia and hyper-literacies (literasi digital itu sendiri terkait jaringan, internet, multimedia dan hyper-literacy).

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa literasi digital bukan hanya sekedar kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari berbagai format, tetapi juga kemampuan untuk memahami jaringan dan internet terlebih kepada kesadaran, sikap dan kemampuan individu untuk menggunakan secara tepat alat-alat dan fasilitas digital sehingga kebutuhan informasi dan tujuan tercapai dengan baik.

2.2 Dorongan dan Pentingnya Literasi Digital

Sejak zaman dahulu, literasi sudah menjadi bagian dari kehidupan dan perkembangan manusia, dari zaman prasejarah hingga zaman modern. Pada

(20)

zaman prasejarah manusia hanya membaca tanda-tanda alam untuk berburu dan mempertahankan diri. Mereka menulis simbol-simbol dan gambar buruannya pada dinding gua. Seiring dengan perubahan waktu, berkembanglah taraf kehidupan manusia, dari tidak mengenal tulisan hingga melahirkan pemikiran untuk membuat kode-kode dengan angka dan huruf sehingga manusia dikatakan makhluk yang mampu berpikir. Pemikiran tersebut akhirnya melahirkan suatu kebudayaan. Proses perkembangan literasi berasal dari mulai dikenalnya tulisan yang pada saat itu menggunakan perkamen sebagai media untuk menulis.

Perkamen adalah alat tulis pengganti kertas yang dibuat dari kulit binatang (seperti biri-biri, kambing, atau keledai). Perkamen biasanya digunakan untuk halaman buku, codex, atau manuskrip yang digunakan oleh masyarakat dunia pada sekitar 550 sebelum Masehi.

Pada awal 5 Masehi interaksi manusia dalam proses literasi sudah mengenal salin tukar informasi melalui pos merpati. Seiring waktu dan perkembangan teknologi, misalnya, ditemukan mesin cetak, kertas, kamera, dan peningkatan ilmu jurnalistik. Koran sudah dikenal dan menjadi salah satu media untuk penyebarluasan informasi. Kebutuhan akan informasi yang cepat membuat transisi teknologi semakin pesat. Pada tahun 1837 ditemukan telegram, fasilitas yang digunakan untuk menyampaikan informasi jarak jauh dengan cepat, akurat, dan terdokumentasi. Telegram berisi kombinasi kode (sandi morse) yang ditransmisikan dengan alat yang disebut telegraf. Tahun 1867, Alexander Graham Bell menemukan telepon; telepon berasal dari dua kata, yakni tele ‘jauh‘ dan phone ‘suara‘ sehingga telepon berarti sebuah alat komunikasi berupa suara jarak

(21)

jauh. Kebutuhan akan informasi yang sangat cepat membuat persaingan dan inovasi yang luar biasa di dunia digital. Pada awal tahun 1900-an, radio dan televisi menjadi idola masyarakat dunia, seiring dengan peningkatan dan perkembangan berbagai teknologi audio visual. Proses menampilkan informasi ternyata tidak cukup memenuhi kebutuhan masyarakat saat itu. Kebutuhan alat untuk membuat, mendesain, mengolah, dan menyimpan data dan informasi sangat ditunggu, sehingga pada tahun 1941 ditemukanlah komputer.

Perkembangan teknologi tidak hanya berbentuk komputer (perangkat keras), tetapi juga berupa kemajuan yang pesat juga terjadi pada sisi perangkat lunak. Pada awal pemakaian komputer, aplikasi yang digunakan berbasis teks.

Sejak ditemukannya sistem operasi windows, yang mempunyai aksesibilitas yang ramah pengguna, mulailah bermunculan aplikasi pendukung yang dapat dimanfaatkan untuk media digital. Laptop yang saat ini banyak beredar menjawab kebutuhan masyarakat di dunia berupa kemudahan mobillitas. Saat ini pun pemakaian laptop mulai tergantikan oleh penggunaan gawai dalam pemanfaatan media digital yang juga seiring dengan peningkatan jaringan internet yang luar biasa.

Setiap individu perlu memahami bahwa literasi digital merupakan hal penting yang dibutuhkan untuk dapat berpartisipasi di dunia modern sekarang ini.

Literasi digital sama pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung, dan disiplin ilmu lainnya. Generasi yang tumbuh dengan akses yang tidak terbatas dalam teknologi digital mempunyai pola berpikir yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Menjadi literat digital berarti dapat memproses berbagai informasi,

(22)

dapat memahami pesan dan berkomunikasi efektif dengan orang lain dalam berbagai bentuk. Dalam hal ini, bentuk yang dimaksud termasuk menciptakan, mengolaborasi, mengomunikasikan, dan bekerja sesuai dengan aturan etika, dan memahami kapan dan bagaimana teknologi harus digunakan agar efektif untuk mencapai tujuan. Termasuk juga kesadaran dan berpikir kritis terhadap berbagai dampak positif dan negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan teknologi yang semakin canggih. Literasi digital memacu individu untuk beralih dari konsumen informasi yang pasif menjadi produsen aktif, baik secara individu maupun sebagai bagian dari komunitas.

Dorongan untuk melek digital dikarenakan akses informasi telah menjadi sangat penting, karena database yang sebelumnya dapat diakses melalui perantara sekarang langsung tersedia bagi pengguna akhir. Keterampilan yang dibutuhkan untuk menelusur secara online telah menjadi hal yang kritis dalam kehidupan sehari-hari masing-masing individu. Untuk menggunakan berbagai sumber digital, termasuk internet dan database online, untuk mencari informasi secara efektif memerlukan pengetahun yang akrab dengan penyelidikan alam, strategi pencarian Boolean dan organisasi informasi dan sistem pengambilan. Apalagi, jumlah informasi yang kini dapat diakses oleh tiap individu secara elektronik sangat banyak dan terus berkembang. Sementara itu, pertumbuhan sumber daya cetak juga meningkatyang mengharuskan digitalisasi mereka untuk menigkatkan akses dan daya tahan. Perkembangan tersebut membutuhkan keterampilan baru untuk pencapaian teknologi yang kritis di era pra internet. Selanjutnya, dengan menggunakan alat pencarian seperti mesin pencari, tiap individu dapat

(23)

menemukan sejumlah informasi yang hampir tidak dapat dievaluasi, yang menuntut peningkatan tingkat keterampilan digital. Selain itu dengan adanya titik temu antara sumber daya cetak dan elektronik, tiap individu membutuhkan kemampuan untuk memahamihubungan antara format yang berbeda dimana informasi disajikan.

Mutula dan Wamukoya (2007:88) menyebutkan bahwa with digital literacy, one can, among other things, gain access and make use of ICT, enhance lifelong learning and adapt to changing skills requirements. Moreover, a digitally literate workforce is capable of enhancing an economy’s competitiveness.

Similarly, the level of digital awareness and skills are crucial to the deployment and use of a variety of ICT. Digital skills are needed so that the technologies put in place can be maintained or adapted to local use, from which greater economic advantages can be derived. Digital literacy is also vital for reaping the greatest advantages from the emerging digital era. Other benefits of digital literacy include :

(dengan literasi digital, seseorang dapat antara lain menguasai TIK dan meningkatkan skill. Selain itu, tenaga kerja terpelajar secara digital mampu meningkatkan daya saing ekonomi. Begitu pula tindak kesadaran digital dan skill sangat penting untuk penyebaran dan penggunaan berbagai alat teknologi.

Diperlukan kemampuan digital agar teknologinya dapat dipertahankan atau disesuaikan dengan penggunaan lokal, yang darinya keuntungan ekonomi lebih besar diperoleh. Literasi digital juga penting untuk memperoleh beberapa manfaat terbesar dari era digital. Beberapa manfaat literasi digital antara lain) :

1. Enhanced economic growth for ict-dependent enterprises;

(Peningkatan pertumbuhan ekonomi bagi perusahaan yang bergantung pada tik);

2. Enhanced ict transfer from developed to developing countries to bridge the digital divide;

(Transfer tik disempurnakan dan dikembangkan ke negara-negara untuk menjembatani akses digital);

3. Improved employability and quality of life in a digital environment;

(Meningkatkan kemampuan kerja dan kualitas di lingkunga digital);

4. Ensuring quality and efficiency of the learning process;

(Memastikan kualitas dan efisiensi dari proses pembelajaran);

5. Enhancing productivity through use of technology;

(Meningkatkan produktivitas melalui teknologi);

6. Enhancing access to information on the internet for timely decision making;

(24)

(Memastikan akses informasi dari internet untuk pengambilan keputusan);

7. Benefiting from e-commerce and enhancing business opportunities and productivity;

(Pengambilan manfaat dari e-commerce dan memastikan produktifitas dan peluang bisnis);

8. Attracting foreign direct investment because of the presence of requisite skills;

(Menarik perhatian investasi langsung dari persentase keterampilan yang dibutuhkan);

9. Enabling youngster to think, write, learn and solve the problems;

(Memungkinkan kaum muda untuk berpikir, menulis, belajar mengatasi masalah);

10. Boosting student’s motivation to learn;

(Mendorong motivasi pelajar untuk belajar);

11. Enhancing effective communication among learners;

(Memastikan komunikasi yang efektif diantara pelajar);

12. Facilitating independent learning, critical thinking and evaluation skilss;

(Memfasilitasi pembelajaran mandiri, berpikir kritis dan mengevaluasi kemampuan);

13. Engaging young people in the learning process;

(Membantu kaum muda untuk mempelajari proses);

14. Helping young people to develop high-order skills like teamwork and problem solving;

(Membantu kaum muda untuk mengembangkan keterampilan tingkat tinggi seperti kerjasama tim dalam pemecahan masalah);

15. Enabling new or improved ways of teaching;

(Kemampuan baru atau meningkatkan cara belajar);

16. Enabling self-managed and cooperative learning necessary in an information economy;

(Memungkinkan pembelajaran mandiri yang lebih kooperatif yang diperlukan dalam suatu ekonomi informasi);

17. Extending access to up-to-date online resources for students using the web.

(Memperluas akses informasi ke sumber online terkini kepada pelajar yang menggunakan web).

American Library Association (ALA) (2013) menyebutkan untuk menjadi seseorang yang terpelajar secara digital (a digitally literate person) yakni:

1. possesses the variety of skills—cognitive and technical—required to find, understand, evaluate, create, and communicate digital information in a wide variety of formats;

(25)

(memiliki berbagai keterampilan — kognitif dan teknis — yang diperlukan untuk menemukan, memahami, mengevaluasi, membuat, dan mengkomunikasikan informasi digital dalam berbagai format;) 2. is able to use diverse technologies appropriately and effectively to

search for and retrieve information, interpret search results, and judge the quality of the information retrieved;

(mampu menggunakan beragam teknologi secara tepat dan efektif untuk mencari dan mengambil informasi, menafsirkan hasil pencarian, dan menilai kualitas informasi yang diambil;)

3. understands the relationships among technology, lifelong learning, personal privacy, and appropriate stewardship of information;

(memahami hubungan di antara teknologi, pembelajaran sepanjang hayat, privasi pribadi, dan pengelolaan informasi yang tepat;)

4. uses these skills and the appropriate technologies to communicate and collaborate with peers, colleagues, family, and on occasion the general public;

(menggunakan keterampilan ini dan teknologi yang tepat untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dengan teman sebaya, kolega, keluarga, dan pada kesempatan umum;)

5. uses these skills to participate actively in civic society and contribute to a vibrant, informed, and engaged community.

(menggunakan keterampilan ini untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat sipil dan berkontribusi pada komunitas yang bersemangat, terinformasi, dan terlibat).

Dari beberapa hal diatas dapat dilihat bahwa literasi digital merupakan hal penting yang dibutuhkan untuk dapat berpartisipasi di dunia modern sekarang ini, dengan akses yang tidak terbatas dalam teknologi digital yang memberikan banyak manfaat dalam berbagai aspek kehidupan terutama dalam pemerolehan dan akses informasi. Dengan literasi digital, seseorang dapat menguasai TIK dan meningkatkan skill mengenai penggunaan beragam teknologi secara tepat dan efektif untuk mencari dan mengambil informasi, dan menilai kualitas informasi yang diambil serta mengkomunikasikan informasi digital dalam berbagai format

(26)

2.3 Prinsip Dasar Pengembangan Literasi Digital

Konsep literasi digital, sejalan dengan terminologi yang dikembangkan oleh UNESCO pada tahun 2011, yaitu merujuk pada hal yang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan literasi, seperti membaca dan menulis, serta matematika yang berkaitan dengan pendidikan. Oleh karena itu, literasi digital merupakan kecakapan (life skills) yang tidak hanya melibatkan kemampuan menggunakan perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi, tetapi juga kemampuan bersosialisasi, kemampuan dalam pembelajaran, dan memiliki sikap, berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetensi digital.

Prinsip dasar pengembangan literasi digital, antara lain, sebagai berikut : 1. Pemahaman

Prinsip pertama dari literasi digital adalah pemahaman sederhana yang meliputi kemampuan untuk mengekstrak ide secara implisit dan ekspilisit dari media.

2. Saling Ketergantungan

Prinsip kedua dari literasi digital adalah saling ketergantungan yang dimaknai bagaimana suatu bentuk media berhubungan dengan yang lain secara potensi, metaforis, ideal, dan harfiah. Dahulu jumlah media yang sedikit dibuat dengan tujuan untuk mengisolasi dan penerbitan menjadi lebih mudah daripada sebelumnya. Sekarang ini dengan begitu banyaknya jumlah media, bentuk-bentuk media diharapkan tidak hanya sekadar berdampingan, tetapi juga saling melengkapi satu sama lain.

(27)

3. Faktor Sosial

Berbagi tidak hanya sekadar sarana untuk menunjukkan identitas pribadi atau distribusi informasi, tetapi juga dapat membuat pesan tersendiri. Siapa yang membagikan informasi, kepada siapa informasi itu diberikan, dan melalui media apa informasi itu berikan tidak hanya dapat menentukan keberhasilan jangka panjang media itu sendiri, tetapi juga dapat membentuk ekosistem organik untuk mencari informasi, berbagi informasi, menyimpan informasi, dan akhirnya membentuk ulang media itu sendiri.

4. Kurasi

Berbicara tentang penyimpanan informasi, seperti penyimpanan konten pada media sosial melalui metode “save to read later” merupakan salah satu jenis literasi yang dihubungkan dengan kemampuan untuk memahami nilai dari sebuah informasi dan menyimpannya agar lebih mudah diakses dan dapat bermanfaat jangka panjang. Kurasi tingkat lanjut harus berpotensi sebagai kurasi sosial, seperti bekerja sama untuk menemukan, mengumpulkan, serta mengorganisasi informasi yang bernilai.

Berbeda dengan Karpati (2011), yang menyebutkan ada banyak relevansi langsung dengan literasi digital - ketrampilan ITC, keterampilan sipil, belajar untuk belajar keterampilan, partisipasi orang dewasa dalam pembelajaran sepanjang hayat. (There are many of them with direct relevance to digital literacy – ICT skills, civic skills, learning to learn skills, participation of adults in lifelong learning).Sedangkan Eshet-Alkalai (2004:94), mengusulkan konsep literasi digital kedalam lima bagian yaitu:

(28)

1. Photo-visual literacy (komunikasi yang berawal dari simbol-simbol yang kemudian berkembang menjadi alphabet, lalu gambar yang mempresentasikan kata-kata dan makna visual),

2. Reproductionliteracy(menggunakan digital untuk menciptakan yang baru dari yang sudah ada sebelumnya),

3. Information literacy (kemampuan mengevaluasi kualitas dan keabsahan informasi,

4. Branching literacy (kemampuan membangun pengetahuan dari yang non- linear),

5. Socio-emotionalliteracy (memahami aturan yang berlaku dan menerapkan pemahaman ini pada komunikasi).

Lain lagi dengan Martin (2008:166), yang mengemukakan prinsip pengembangan literasi digital dapat dilihat dalam beberapa elemen penting, yakni:

1. Digital literacy involves being able to carry out successful digital actions embedded within work, learning, leisure, and other aspects of everyday life.

(Literasi digital melibatkan kemampuan untuk melakukan aksi digital yang telah tertanam dalam pekerjaan, pembelajaran, rekreasi, dan aspek kehidupan sehari-hari lainnya);

2. Digital literacy, for the individual, will therefore vary according to his/her particular life situation and also be an ongoing lifelong process developing as the individual’s life situation evolves; (Literasi digital, untuk individu, bentuknya bervariasi sesuai dengan situasi kehidupan khususnya dan juga menjadi proses seumur hidup yang berkelanjutan dan berkembang sesuai dengansituasi kehidupan individu);

3. Digital literacy is broader than ICT literacy and will include elements drawn from several related “digital literacies; (Literasi digital lebih luas daripada literasi TIK dan akan mencakup beberapa elemen yang terkait dengan “literasi digital”);

4. Digital literacy involves acquiring and using knowledge, techniques, attitudes and personal qualities and will include the ability to plan, execute and evaluate digital actions in the solution of life tasks; (Literasi digital melibatkan akuisisi dan menggunakan pengetahuan, teknik,sikap dan kualitas pribadi dan akan mencakup kemampuan untuk merencanakan,mengeksekusi dan mengevaluasi aksi digital untuk meberi solusi atas tugas-tugas);

5. It also includes the ability to be aware of oneself as a digitally literate person, and to refl ect on one’s own digital literacy development. (Ini juga

(29)

melek digitaldan untuk mencerminkan perkembangan literasi digital itu sendiri).

Sedangkan menurut Mutula dan Wamukoya (2007:90) literasi digital mengacu pada kemampuan untuk menggunakan aplikasi yang bergantung pada internet dan aplikasi yang tidak bergantung pada internet. Aplikasi yang bergantung pada internet mencakup berbagai teknologi komunikasi multimedia, lingkungan interaktif seperti email, chatting, penelusuran dan blogging. Aplikasi yang sifatnya tidak bergantung pada internet seperti komputer dan perangkatentry data sederhana seperti microsoft, desktop publishing, video game, dan telepon genggam. Literasi digital berkaitan dengan kemampuan memahami dan memanfaatkan teknologi yang digunakan untuk mengakses, manipulasi dan mengkomunikasikan informasi. Ini termasuk perangkat keras termasuk computer.

Aplikasi perangkat lunak dan perangkat penghubung seperti internet, infrastruktur jaringan lokal dan teknologi multimedia.

Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa konsep atau prinsip dasar pengembangan literasi digital tidak hanya merujuk kepada kemampuan untuk menggunakan alat dan media teknologi, tetapi juga manfaat yang diperoleh dalam mempermudah pekerjaan, serta menyadari diri sebagai seorang yang melek digital yang harus mampu bersikap, berpikir kritis dan kreatif, serta memiliki pengetahuan yang baik.

(30)

2.4 Literasi Digital dalam Pencapaian Hasil Pembelajaran Mahasiswa Literasi digital (digital literacy) telah menjadi fokus perhatianutama dunia pendidikan. Bagi kita yang terlibatdalam proses belajar mengajar, sering mendapati mahasiswa kesulitan dalam:

1. Memahami tugas yang diberikan sehingga apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan tugas yang diberikan.

2. Menemukan ide untuk makalah ilmiah dalam topik tertentu.

3. Mendapatkan sumber informasi yang kurang bervariasi dan cenderung menggunakan sumber atau format yang sama.

4. Menggunakan search engine internet dan pemahaman tentang kredibilitas website.

5. Mengutip sebuah sumber yang memiliki hak cipta secara langsung maupun dengan tidak langsung untuk menghindari plagiarisme.

6. Mempelajari hal baru dengan cara yang aktif dan kreatif.

Akses terhadap sumber daya informasi elektronik saat ini sudah menjadi keharusan mengingat volume informasi dalam format elektronik yang tersedia saat ini diperkirakan jauh melebihi informasi yang tersedia dalam format tercetak.

Akibatnya, proses pembelajaran harus memanfaatkan informasi dalam format elektronik. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membuat informasi menjadi begitu mudah diakses dan digunakan, tetapi kecepatan dan kemudahan memperoleh informasi hanya akan diperoleh jika pencari informasi memiliki kompetensi dalam literasi digital.

(31)

2.5 Kompetensi Literasi Digital

Kompetensi literasi digital menurut Mutula dan Wamukoya (2007:91) yakni berupa kemampuan yang dihubungkan dengan tiap level pada rangkaian kesatuan literasi digital yakni sebagai berikut :

1. Kemampuan dasar (Foundational competencies)

This form of literacy is related to a variety of foundation skills,such as the ability to learn to communicate and to analyze and solve problems.

(Ini berhubungan pada jenis keahlian dasar literasi, seperti kemampuan mempelajari berkomunikasi, menganalisa, dan menyelesaikan masalah).

2. Kemampuan Utama (Basic Competencies)

The competencies at this level largely relate to knowledge about computers and other related technologies. Digital literacy competencies at this level would include, among other things, an understanding of computer components and what they do, knowledge of input devices, processing and storage, knowledge of how to start and switch off a computer, restarting the computer, understanding the desktop, such as reducing, resizing and closing windows, knowledge of various types of text-based or graphical user interface operating system, knowledge of specific application, such as Ms Word, Ms Excel, Ms Powerpoint, Ms Access and Ms Outlook and their uses, knowledge of uses of computers at home, such as household account, e-mail, internet surfing, and use of computers in supermarkets.

(Defenisi diatas berkaitan dengan pengetahuan tentang komputer dan teknologi terkait lainnya. Pemahaman tentang komponen komputer, pengetahuan tentang perangkat input, pengolahan dan penyimpanan, pengetahuan tentang menyalakan, mematikan, merestart computer, memahami desktop, seperti mengurangi dan mengubah ukuran dan menutup jendela, pengetahuan tentang berbagai jenis pengguna system antarmuka berbasis teks atau grafis, dan pengetahuan aplikasi tertentu seperti Ms.Word, Ms.

Excel, Ms.Powerpoint, Ms.Access, dan Ms.Outlook dan penggunaannya, pengetahuan tentang penggunaan komputer di rumah, seperti akun rumah tangga, e-mail, internet, dan penggunaan komputer di supermarket).

3. Kemampuan menengah (Intermediate Competencies)

The Digital literacy competencies expected at this level relate to comprehending how the various features within applications can be

(32)

used. The individual can, for example, understand basic directory and folder structure, create directories and sub directories, copy and paste files, make backup copies, delete files from directories, and use printer. Within the Ms Word environtment, the individual will be able to create a document, understand the difference between ‘save’ and ‘save as’, close the document, open, modify and save existing document, open several document simultaneously, change display modes, copy and move files between active document, apply existing style to document, modify document margins, create tables, picture and images, change fonts and use italics, change line spacing, add borders, indents and page numbering, use spell check, preview and print document. With regard to e-mail applications, the individual may be able to open received mail, create message and send it, open the inbox, determine whether messages have not been read, attach files to a message, use reply to sender option, forward message, delete message, and sort messages by name and by date.

(Pada level kompetensi literasi digital iniberhubungan dengan pemahaman bagaimana berbagai fitur dalam aplikasi dapat digunakan. Sebagai contoh, memahami direktori dasar dan struktur folder, membuat direktori dan sub direktori, menggandakan file, membuat cadangan salinan, menghapus file dari direktori, dan menggunakan printer. Dalam ruang lingkup Ms. Word, seseorang harus mampu menciptakan dokumen, memahami perbedaan antara save dan save as, menutup dokumen, membuka, memodifikasi dan menyimpan dokumen yang ada,membuka berbagai dokumen secara bersamaan, mengubah mode tampilan, menggandakan dan memindahkan file antara dokumen aktif, menerapkan style yang ada dalam dokumen, mengubah margin dokumen, membuat table, foto dan gambar, mengubah font dan menggunkan garis miring, mengubah spasi, menambahkan borders, tab dan penomoran halaman, menggunakan pemeriksa ejaan, preview dan print dokumen. Dengan memperhatikan aplikasi email, seseorang mampu membuka email yang diterima, menulis dan mengirim pesan, membuka kotak masuk, melanjutkan pesan, menghapus pesan , dan menyortir pesan berdasarkan nama dan tanggal).

4. Kemampuan lanjutan (Advanced Competencies)

Digital literacy competencies associated with this level will include the ability to organize information using various software applications, having knowledge of the various tools needed to gain access to information such as digital libraries, web-based OPACs, online journals, online reference sources, search engines and what they provide, and the ability to search for information on the internet and navigate through the web.

(33)

(Level ini mengandung kemampuan untuk mengatur informasi dengan menggunakan berbagai aplikasi perangkat lunak, dan pengetahuan tentang berbagai alat yang diperlukan untuk mendapatkan akses informasi seperti perpustakaan digital, web- based OPACs, jurnal online, sumber referensi online, mesin pencari dan kemampuan untuk mencari informasi di internet melalui web).

5. Kemampuan teknis (Technical Competencies)

These are technical skills related to ICT itself, which extend beyond the ICT sector to the economy as a whole. These skills may relate to hardware, software, management, policy and regulatory issues.

(Ada keahlian teknis yang dihubungkan dengan TIK itu sendiri, yang memperluas sektor TIK pada ekonomi secara keseluruhan.

Keahlian ini dihubungkan dengan perangkat keras, perangkat lunak, pengelolaan, kebijakan dan masalah regulasi).

6. Kecakapan Literasi (Proficiency Digital Literacy)

Individuals with proficient digital literacy are those who, in addition to have having a wider understanding of specific digital technology application, are also able to understand the various issues involved in the design, implementation and use of such technologies, have knowledge of various online resources or internet search engines, e-mail and online databases, are able to formulate search plans to gather information from online resources, organize, apply and ccommunicate information using various digital technologies, understand many of the ethical, legal and socioeconomic issues surrounding information andinformation technology, acknowledge the use of information sources in communicating the product or performance using standart citation formats, revise information-gathering strategies that prove to be ineffective using Boolean algebra, use digital technology to facilitate evaluation of the different information retrived, present information clearly and persuasively using a range of technology tools and media.

(Seseorang dengan kecakapan literasi digital adalah yang memiliki pemahaman lebih luas pada aplikasi teknologi digital khusus, juga mampu untuk memahami berbagai persoalan, merencanakan, melaksanakan dan menggunakan teknologi, mempunyai berbagai sumber online atau mesin pencari internet, email dan database online, dapat merumuskan rencana pencarian untuk mengumpulkan informasi dari database online, mengorganisasikan dan menerapkan serta mengkomunikasikan informasi menggunakan beberapa teknologi digital, memahami etika, peraturan dan masalah seputar inforamasi dan TI, mengetahui penggunaan sumber informasi menggunakan format kutipan standar, merevisi strategi

(34)

pengumpulan informasi dengan operator Boolean, menggunakan teknologi digital untuk memudahkan evaluasi terhadap berbagai informasi yang didapat, mempresentasikan informasi secara jelas dan persuasif dengan menggunakan berbagai alat dan media teknologi).

Dengan kemampuan literasi digital, diperlukan kemampuan memahami dan menguasai penggunaan alat-alat teknologi, dan juga informasi yang ditemukan tidak lansung diterima begitu saja, tetapi melalui evaluasi dengan berbagai proses berpikir secara kritis. Dalam literasi digital, kompetensi yang dibutuhkan yakni mempelajari bagaimana menyusun pengetahuan, serta membuat sebuah informasi yang tepat hasil dengan mengkaji beberapa sumber yang berbeda. Literasi digital lebih dari sekadar kemampuan atau kompetensi, namun sebuah evaluasi kritis terhadap informasi yang ada.

Kompetensi literasi digital yang dikemukakan oleh Mutula dan Wamukoya dapat diringkaskan sebagai berikut :

1. Kemampuan dasar (Foundational competencies) Seseorang harus :

a) Berkomunikasi, dialog antar pengirim informasi dan penerima informasi seperti diskusi dan sharing informasi.

b) Menganalisa, menyaring informasi yang diperoleh dari hasil kegiatan diskusi atau sharing.

c) Menyelesaikan masalah, diskusi dan sharing secara langsung untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai bentuk penyelesaian suatu topik masalah.

(35)

2. Kemampuan Utama (Basic Competencies) Kemampuan dasar pengenalan komputer seperti :

a) Pemahaman tentang komponen computer : motherbroad, CPU/Processor (Central Processing Unit), Hard Disk, Random Access Memory atau RAM, monitor, keyboard, mouse, optical disc drive, VGA ( Video Graphic Adapter ) dll.

b) Pengetahuan tentang perangkat input:

c) Pengetahuan tentang menyalakan, mematikan, merestart computer.

flashdisk, modem, CD (Compact Disk), CD ROM / DVD ROM.

d) Pengetahuan aplikasi tertentu seperti Microsoft Office (Ms.Word, Ms.

Excel, Ms.Powerpoint, Ms.Access, dan Ms.Outlook).

3. Kemampuan Menengah (Intermediate Competencies)

Menekankan kepada penggunaan berbagai fitur dalam aplikasi seperti:

a) Memahami struktur folder, membuat folder dan sub folder, menggandakan file, menghapus file.

b) Menggunakan printer: menginstall printer pada komputer, menghidupkan printer, mencetak dokumen, bagaimana file akan diprint, apakah dari awal ke akhir atau dari akhir ke awal, pemilihan halaman tertentu yang akan di-print, maintenance (perawatan) printer.

c) Penggunaan aplikasi Ms. Word antara lain : membuat dokumen, memahami perbedaan antara save dan save as, menutup dokumen, membuka, membuka berbagai dokumen secara bersamaan, menerapkan style yang ada dalam dokumen, mengubah margin dokumen, membuat

(36)

table, foto dan gambar, mengubah font, menggunakan garis miring, penomoran halaman.

d) Penggunaan aplikasi e-mail (membuka email yang diterima, menulis dan mengirim pesan, membuka kotak masuk, melanjutkan pesan, menghapus pesan).

4. Kemampuan lanjutan (Advanced Competencies)

a) Menelusur dan mengolah informasi dengan menggunakan berbagai mesin pencari seperti Mozilla Firefox, Google Chrome, Opera, Internet Explorer, Safari. Akses informasi pada pangkalan data online (online database) seperti Database Ebsco, Proquest, Jstor, ScienceDirect, IEEE, Westlaw, Scopus.

5. Kemampuan Teknis (Technical Competencies)

Keahlian ini dihubungkan dengan kemampuan seseorang dalam melaksanakan bidang tugas yang dihadapi. Kemampuan ini antara lain berhubungan dengan :

a) Perangkat keras (penggunaan komputer, modem, perangkat penghubung dan jenis pelayanan koneksi internet, pemeliharaan hardware komputer).

b) Perangkat lunak seperti manajemen database, pengetahuan tentang bahasa pemrograman dasar: C++, C# atau Java, Javascript/HTML /CSS.

(37)

6. Kecakapan Literasi (Proficiency Digital Literacy)

a) Merencanakan dan menentukan topi/subjek informasi yang akan ditelusur.

b) Merumuskan strategi penelusuran untuk mengumpulkan informasi seperti penelusuran dengan keyword pada abstrak, bibliografi, pemurnian penelusuran (search refinement), pemendekan/pemotongan kata/teks (truncation), kedekatan penelusuran (proximity searching), pembatasan penelusuran dengan ruas (limiting searching by fiels) seperti ppt, pdf, pdf, langsung ke alamat situs yang diinginkan,

c) Mengorganisasikan, mengolah, menerapkan serta mengkomunikasikan informasi

d) Memahami peraturan format kutipan standar dalam mengutip sumber- sumber informasi.

e) Merevisi strategi pengumpulan informasi dengan operator Boolean (or, and, not).

f) Mempresentasikan informasi secara jelas dan persuasif dengan menggunakan berbagai alat dan media teknologi.

(38)

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Md. Abul Kalam Siddike. Dalam penelitiaannya yang berjudul “Exploring digital literacy competencies among the library and information professionals of bangladesh: problems and recommendations”dengan konsep teori Stephen Mutula dan Justus Wamukoya yakni kompetensi literasi digital dasar (basic digital literacy competencies), kompetensi literasi digital menengah (intermediate digital literacy competencies), kompetensi literasi digital tingkat lanjut (advanced digital literacy competencies), kompetensi teknis literasi digital (technical digital literacy competences), kemahiran literasi digital (digital literacy proficiency).

Dalam penelitiannya, mayoritas besar (62,5%) responden adalah laki-laki dan 37,5% responden adalah perempuan, yang tidak mengherankan karena profesi didominasi oleh para profesional informasi laki-laki. Hampir setengah dari responden berusia antara 36 dan 45 tahun dan selebihnya hampir terbagi rata antara usia antara 26-35 tahun dan 46-55 tahun.

Dalam hal kualifikasi pendidikan, sebagian besar responden (87,5%) memiliki gelar master dalam ilmu perpustakaan dan informasi. Selain gelar, beberapa dari mereka juga menghadiri lokakarya atau melanjutkan kursus pendidikan untuk memperbarui pengetahuan mereka.

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN DARI STUDI

Kompetensi Literasi DigitalDasar

Tabel 1: Kompetensi literasi digital dasar (n = 40)

Digital literacy abilities Exhibited Sangat Rendah

Rendah Rata- rata

Tinggi Sangat Tinggi Kemampuan menggunakan

Microsoft Office (MS- Word, Excel, PowerPoint, dll)

12.5% 25% 42.5% 12.5% 12.5%

Kemampuan menggunakan LAN

22.5% 50% 15% 12.5% 0%

Kemampuan menggunakan WAN

25% 47.5% 12.5% 10% 0%

Kemampuan menggunakan MAN

27.5% 45% 10% 7.5% 0%

Kemampuan untuk mengetahui dengan benar tentang pengetahuan dasar computer serta literasi digital

10% 7.5% 45% 17.5% 5%

Kompetensi Literasi Digital Menengah:

Tabel 2: Kompetensi literasi digital menengah (n = 40)

Digital literacy abilities Exhibited Sangat Rendah

Rendah Rata- rata

Tinggi Sangat Tinggi Kemampuan menggunakan katalog

akses onlie (OPAC) 0% 7.5% 50% 30% 12.5%

Kemampuan menggunakan jurnal

online 7.5% 12.5% 47.5% 32.5% 0%

Kemampuan menggunakan referensi

online 12.5% 12.5% 37.5% 37.5% 0%

Kemampuan menggunakan

pencarian online 0% 5% 37.5% 50% 7.5%

Kemampuan menggunakan

penelusuran online 0% 0% 17.5% 75% 7.5%

(40)

Kompetensi Literasi Digital Lanjutan

Tabel 3: Kompetensi literasi digital tingkat lanjutan (n = 40)

Digital literacy abilities Exhibited Sangat Rendah

Rendah Rata- rata

Tinggi Sangat Tinggi

Kemampuan menggunakan internet 0% 12.5% 25% 50% 12.5%

Kemampuan menggunakan email 0% 5% 25% 62.5% 7.5%

Kemampuan menggunakan www 0% 12.5% 30% 47.5% 10%

Kemampuan menggunakan

newsgroup 5% 20% 50% 20% 5%

Kemampuan menggunakan FTP 5% 25% 62.5% 7.5% 0%

Kemampuan menggunakan telnet 50% 25% 12.5% 7.5% 5%

Kemampuan menggunakan blog 50% 37.5% 12.5% 0% 0%

Kemampuan menggunakan HTML 47.5% 14% 12.5% 5% 0%

Kemampuan untuk mendesain

halaman web 50% 37.5% 12.5% 0% 0%

Kemampuan untuk mendesain

halaman web perpustakaan 55% 37.5% 7.5% 0% 0%

Kemampuan menggunakan portal

perpustakaan 50% 25% 12.5% 12.5% 0%

Kemampuan berselancar (surfing) 0% 12.5% 37.5% 50% 0%

Kemampuan menggunakan mesin

pencari 12.5% 12.5% 25% 37.5% 12.5%

Kompetensi Literasi Digital Pencarian Lanjutan

Tabel 4: Kompetensi literasi digital pencarian lanjutan (n = 40).

Digital literacy abilities Exhibited

Sangat Rendah

Rendah Rata- rata

Tinggi Sangat Tinggi

Kemampuan temu kembali 7.5% 12.5% 50% 25% 5%

Kemampuan menggunakan

teknik pencarian 10% 5% 75% 10% 0%

Kemampuan menggunakan

teknik pencarian lanjutan 7.5% 12.5% 57.5% 17.5% 5%

Kemampuan menggunakan operator boolean (AND, OR, and

NOT) 5% 15% 62.5% 15% 2.5%

Kemampuan menggunakan

truncation 12.5% 75% 7.5% 5% 0%

Kemampuan menggunakan

proximity searching 17.5% 72.5% 7.5% 7.5% 0%

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan semua data atau keadaan subjek atau objek penelitian kemudian dianalisis dan dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang berlangsung pada saat ini dan selanjutnya mencoba untuk memberikan pemecahan masalahnya dan dapat memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah.

Nazir (2011) menyebutkan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu set pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, yang memiliki tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran dan lukisan secara sisteamtis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diseliki.

Jenis penelitian yang digunakan pada studi ini adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2006) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis, atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut mementingkan proses dibandingkan dengan hasil akhir. Oleh karena itu, urutan-

(42)

urutan kegiatan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).

Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu metode kualitatif lebih bisa dan mudah menyesuaikan apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, metode ini menyajikan hakekat hubungan antara peneliti dan responden secara langsung dan metode ini lebih peka sehingga dapat menyesuaikan diri dan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi peneliti.

Penelitian diarahkan untuk mendapatkan fakta-fakta yang berhubungan dengan aktivitas literasi digital mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi Semester 5 Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menganalisis dan mendeskripsikan level atau kompetensi literasi digital mahasiswa yang didapatkan dari hasil wawancara dengan informan penelitian.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Departemen Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas No. 1 Kampus USU, Padang Bulan, Medan.

3.3 Instrumen Penelitian

Intrumen dalam penelitian ini adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati dan secara spesifik semua fenomena ini disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono, 2006).

(43)

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah alat perekam, media tulis, daftar pertanyaan, dan kamera (smartphone juga digunakan sebagai kamera). Alat perekam merupakan alat pendamping dari daftar pertanyaan yang dibuat peneliti yang berfungsi untuk lebih memperjelas kata-kata yang diucapkan oleh responden, tetapi untuk menggunakan alat perekam wajib terlebih dahulu mendapat ijin dari informan. Peneliti dapat memutar kembali alat perekam tersebut dan dapat disimpan dalam jangka waktu lama, sehingga pada saat peneliti lupa atau pada saat verifikasi data, alat perekam tersebut dapat diputar kembali untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas.

3.4 Informan Penelitian

Pada penelitian kualitatif ini, teknik penentuan informan penelitian dan pengambilan sampelnya cenderung sedikit dan dipilih menurut tujuan (purpose) penelitian. Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi sebagian dari sumber data. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili)”.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel untuk pemilihan informan penelitian yang digunakan adalah teknik purposive sampling.

Purposive sampling merupakan pelabelan (pemberian nama) terhadap suatu aktivitas ketika peneliti mengumpulkan data dari kelompok yang

(44)

dipertimbangkan secara cermat dan kelompok yang dinilai memberikan informasi yang cukup. Informan penelitian adalah mahasiswa program studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatra Utara. Dengan demikian, jumlah informan ditetapkan sejumlah 5 orang yang dianggap memiliki karakteristik yang sama dan mampu memberikan informasi yang cukup.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Sumber data menurut Arikunto (2009) adalah subjek dari mana data itu diperoleh. Jenis dan Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

1. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung maupun hasil wawancara kepada informan berdasarkan pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti.

2. Data sekunder dalam penelitian ini didapat melalui peninggalan tertulis yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku literatur, jurnal, dokumen, dan tulisan yang dianggap peneliti berkenan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

(45)

1. Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari informan penelitian, berupa hasil wawancara, data primer akan menjadi sumber data utama dalam penelitian. Dalam mendapatkan data primer, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara; Teknik pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan informan untuk mendapatkan informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Observasi; Mengamati secara langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut. Kegiatan observasi meliputi melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek- obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.

c. Dokumentasi; Mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis yakni catatan hasil wawancara dan hasil rekaman.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang mendukung data primer. Data yang ditambahkan atau pelengkap yang bisa didapat dari studi pustaka dan literatur- literatur yang berkaitan dengan penelitian

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisir data, mencari dan menemukan pola,

Gambar

Tabel 1: Kompetensi literasi digital dasar (n = 40)
Tabel 3: Kompetensi literasi digital tingkat lanjutan (n = 40)
Tabel 4.1 Daftar karakteristik Informan
Tabel 4.2  Rangkuman Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Gilster (2007) kemudian memperluas konsep literasi digital sebagai kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital.; dengan kata lain

dengan media digital pada Perpustakaan Universitas

Gilster (2007) kemudian memperluas konsep literasi digital sebagai kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital.; dengan kata lain

Di samping itu, untuk menghadapi era digital yang menuntut perpustakaan untuk menggunakan media digital dalam berbagai kegiatannya juga sudah seharusnyapustakawanmemiliki

Definisi lain dari istilah literasi digital digunakan untuk menunjukkan konsep yang luas yang menautkan bersama-sama berbagai literasi yang relevan serta literasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat literasi informasi Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan model literasi

Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi

Jawaban yang tepat yaitu bertanya pada pustakawan, walaupun kemandirian memperoleh informasi menjadi fokus dari literasi informasi namun salah satu ciri mahasiswa yang literat