• Tidak ada hasil yang ditemukan

Literasi Digital Pustakawan Pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Literasi Digital Pustakawan Pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

KUESIONER

LITERASI DIGITAL PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kemampuan Literasi Digital : Petunjuk pengisian

1. Tidak perlu mencantumkan nama.

2. Berikan tanda cek (√) pada jawaban yang tersedia menurut Latar Belakang Kemampuan Pekerjaan Anda dalam berhubungan dengan komputer.

Catatan : SB = Sangat Baik B = Baik

KB = Kurang Baik TB = Tidak Baik

STB = Sangat Tidak Baik

No Pertanyaan Skor

SB B KB TB STB 1. Kemampuan menggunakan word processor

meliputi penyuntingan, pemformatan atau pencetakan

2. Kemampuan menggunakan web browser seperti pengunaan google chrome, mozila firefox, internet explorer meliputi pencarian dan pengunduhan. 3. Kemampuan menggunakan software tools seperti

(2)

4. Kemampuan mengunakan E-mail meliput i

(membuat E-mail, membaca E-mail dan mengirim E-mail)

5. Kemampuan menggunakan Internet termasuk didalamnya World Wide Web (www) yaitu mencari kumpulan informasi secara luas.

6. Kemampuan pustakawan menggunakan search engine secara luas (Yahoo, Google Scholar, Altavista, Google, Ask )

7. Kemampuan pustakawan menggunakan database online (Proquest, Ebsco, Scopus, PubMed dan database lainnya)

8. Kemampuan pustakawan menguasai atau mengerti bagaimana informasi yang diberikan kepada pengguna setelah ditemukan sampai pada proses seleksi informasi yang dibutuhkan

9. Kemampuan pustakawan menguasai atau mengerti teknik pencarian informasi seperti teknik Boolean “or”, teknik Boolean “and” dan juga “not”

10. Kemampuan pustakawan mengerti menggunakan alat sistem temu balik informasi dimana perpustakaan digital saat ini menggunakan akses online

(3)

12. Kemampuan pustakawan untuk menciptakan komunikasi dengan media sosial dalam bentuk forum diskusi

13. Kemampuan pustakawan untuk menciptakan isi dan efektifitas komunikasi menggunakan ragam alat media digital,seperti menciptakan sebuah portal online

14. Kemampuan untuk menciptakan komunikasi dengan menggunakan media seperti gambar, video dan juga suara, seperti file maker

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alkalai, Eshet,2004. Digital literacy : a conceptual framework for survival skills in the digital Era journal of Educational multimedia and hypermedia; 2004;13,; proquest Research Library

Aziz, Abdul Wahid “ Hak Akses Informasi dan Peran Pustakawan di Era Digitalisasi” diakses pada 8 juli 2014 tersedia pada pustakawan era digitalisasi.pdf.

Bawden, D. (2008). Origins and concept.dalam C.Lankshear & M.Knobel (eds). Digital Literacies : concepts, policies,and paradoxes. Pp :15-32. New York: Peter Lang

Bawden, David. 2001. Information and digital literacies; a review of concepts. Department of Information Science. City University London

Eyal, L. (2012). Digital Assessment Literacy-the core role of teacher in a Digital Environment 15 (2), 37-49

Gilster, P. 1997. Digital Literacy. New York ; Wiley

Hasugian, jonner. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.USU Press, Medan

Ilomaki,L, Anna Kontosalo and Minna Lakkala. (2011). What is Digital Competence?

Martin, A. (2006). Literacies for the digital age. Dalam A. Martin & D.Madigan (eds.) Digital literacies forlearning. London:Facet

Media Awareness Network Roseau Education Medias,2010. Digital Literacy in Canada: From Inclusion to Transformation

Hasanah, Nanan. Implementasi Perpustakaan Digital di Institut Teknologi Bandung. Jurnal Pustakawan Indonesia, vol 6 no 1. Nazir,M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.Bogor

Siddike , Abul Kalam . 2010. Exploring Digital Literacy Competencies among the Library and Information Professionals of Bangladesh: Problems and Recommendations, Bangladesh

Situs Akademik www. usu.ac.id

(5)

Stueart, Robert D. dan Barbara D. Moran. Library and Information Center Management.—6 th ed.—Westpoint, Conn: Libraries Unlimited, 2002 Sugiyono, 2009. “Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan pengembangan R

& D”, Bandung, Alfabeta

Sugiyono, 2010. “Metode Penelitian Pendidikan : pendekatan kuantitatif, kualitatif,dan R& D”, Bandung, Alfabeta

Supardi, A.1979. Statistik, Bandung: Fakultas Tarbiah IAIN Sunan Gunung Jati. Syahrir, Misrawaty. 2009. Paper Kompetensi Pustakawan di Era Perpustakaan

Digital,Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Wojowasito, Poerwadarminta. 1983. “Kamus lengkap Inggris-Indonesia Indonesia Inggris”. Hasta

(6)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu set pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Yang memiliki tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran dan lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh. Nazir, 2011).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas No.1 Kampus USU, Padang Bulan, Medan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(7)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi sebagian dari sumber data. Seperti yang dikemukakan oleh (Sugiono : 2009) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili)”.

Mengingat populasi yang tidak terlalu banyak, maka peneliti menetapkan seluruh populasi sebagai sampel penelitian, sehingga penentuan sampel penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Dengan demikian jumlah sampel pada penelitian ini adalah 8 orang.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian Jenis Layanan Jumlah Sampel

Saiberlib 2 orang

Word Bank 1 orang

Digital (S2) 4 orang

Referensi 1 orang

Jumlah 8 orang

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Kuesioner, yaitu memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab,

(8)

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian ini adalah :

1. Data Primer, data yang diperoleh langsung dari responden penelitian dengan menggunakan alat ukur atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data primernya adalah kuesioner yang langsung diberikan kepada responden,

2. Data sekunder, data yang diperoleh dan bersumber dari buku, jurnal, laporan penelitian dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.6 Kisi –Kisi Literasi Digital Pustakawan

Kuesioner adalah pernyataan penelitian yang diberikan kepada responden. Menurut Sugiyono (2010) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner dibuat berdasarkan teori Canada Center. Kuesioner yang digunakan didesain berdasarkan skala Likert yang berisi sejumlah pernyataan yang menyatakan objek yang hendak di ungkapkan.

(9)

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Literasi Digital Pustakawan sumber seperti search engine dan database-database online

4,5,6,7 4

UNDERSTAND - Kemampuan untuk mencari, menemukan, memahami, meyeleksi sampai

mengevaluai informasi secara kritis

8,9,10,11 4

CREATE - Kemampuan menciptakan

komunikasi yang efektif dan responsive seperti forum diskusi

12 1

- Kemampuan menciptakan isi media komunikasi dalam media lain seperti blog, sharing foto video, dan media jejaring sosial lainnya

14,15 2

Jumlah 15

3.7 Analisis Data

(10)

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Data akan ditabulasikan sesuai dengan aspek yang diteliti dan untuk memudahkan interpretasi data akan disajikan dalam bentuk tabel kemudian di persentasekan.

P = F/n × 100%

Dimana : P = Persentase

F = Jumlah jawaban responden

N = Jumlah sampel

Penafsiran data hasil distribusi terhadap jawaban kuesioner dilakukan dengan menggunakan pedoman penafsiran data yang dikemukankan oleh Supardi (1979) sebagai berikut :

1-25 % = Sebagian kecil

26-49 % = Hampir setengah

50 % = Setengah

51-75 % = Sebagian besar

76-99 % = Pada umumnya

(11)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah objek penelitian yang homogen yaitu pustakawan di Universitas Sumatera Utara yang berada pada layanan referensi, layanan saiberlib, layanan digital S2, dan layanan Word Bank. Karakteristik responden yang dikaji dalam penelitian ini yaitu mereka yang melayani pengguna secara langsung face to face, dan melayani pengguna dengan menggunakan media digital.

4.2 Literasi Digital Pustakawan Universitas Sumatera Utara

Literasi digital seorang pustakawan dapat diketahui dan diukur dengan beberapa model literasi digital. Kegiatan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana literasi digital yang dimiliki oleh seorang pustakawan dengan menggunakan model literasi yang digunakan oleh Canada Center. Model literasi digital ini terdiri dari kemampua n menggu nakan media digital, kemampuan untuk mencari, menggunakan dan menyeleksi informasi secara kritis dan kemampuan menciptakan media digital sebagai sarana informasi dan komunikasi kepada pengguna.

4.3 Literasi digital pustakawan diukur dari Use (Menggunakan)

(12)

dalam menggunakan word processor meliputi penyuntingan, pemformatan sampai kepada pencetakan“. Jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Kemampuan menggunakan Word Processor Nomor pertanyaan Kategori

Jawaban

Word Processor adalah suatu aplikasi perangkat lunak pengolah kata yang digunakan untuk produksi termasuk penyusunan, penyuntingan, pemformatan, dan pencetakan segala jenis bahan yang dapat dicetak. Aplikasi pengolah kata ini merupakan program yang paling dibutuhkan dan banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan dan termasuk perpustakaan misalnya dalam membuat artikel, laporan, proposal, karya tulis maupun surat-menyurat lainnya.

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 4 responden (50%) memiliki kemampuan baik dalam menggunakan word processor, sebanyak 2 responden (25%) yang memiliki kemampuan kurang baik, sebanyak 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan sangat baik, dan 1 responden (12,5 %) memiliki kemampuan sangat tidak baik.

(13)

baik. Namun ada juga yang masih memiliki kemampuan sangat rendah meskipun ini adalah hal yang sangat mendasar. Harapan kedepannya bisa lebih ditingkatkan karena ini merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki sebagai pustakawan di era digital.

Setelah kemampuan menggunakan word processor, selanjutnya adalah kemampuan dalam menggunakan Web Browser yang begitu beragam. Web

Browser merupakan program ataupun aplikasi yang digunakan untuk

(14)

Tabel 4.2 Kemampuan menggunakan Web Browser

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 4 responden (50%) memiliki kemampuan sangat baik dalam menggunakan web browser, sebanyak 2 responden (25%) memiliki kemampuan baik, sebanyak 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan kurang baik, dan 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan yang sangat tidak baik.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa setengah (50%) memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menggunakan web browser dan (25%) memiliki kemampuan baik. Hal ini menggambarkan adanya langkah awal yang baik karena hal ini juga merupakan kemampuan dasar bagi pustakawan dalam mengerjakan peranannya sebagai penyedia informasi.

Setelah pustakawan dikatakan memiliki kemampuan yang baik dalam menggunakan web browser, maka kemampuan selanjutnya yang diukur adalah kemampuan menggunakan software tools. Software tools adalah perangkat-perangkat lunak dalam komputer berupa program aplikasi seperti Ms.Word, Excel, PowerPoint, program pengolah grafis dan multimedia. Seperti terlihat pada pertanyaan no. 3. Jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dapat dilihat di tabel 4.3 dibawah ini.

Nomor pertanyaan Kategori Jawaban

Frekuensi Persentase (%) 2. Kemampuan menggunakan

web browser seperti

(15)

Tabel 4.3. Kemampuan menggunakan Software Tools Nomor pertanyaan Kategori Jawaban Frekuensi Persentas

e (%) 3. Kemampuan

menggunakan software tools seperti perangkat lunak aplikasi

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa sebanyak 5 responden (62,5%) memiliki kemampuan yang baik dalam menggunakan software tools, sebanyak 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan sangat baik, 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan kurang baik, dan 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan sangat tidak baik.

(16)

melalui media ini pustakawan dapat mendesain gambaran layout sebuah perpustakaan yang ideal .

Selain kemampuan penggunaan komputer seorang pustakawan juga pasti sering bekerja menggunakan e-mail, misalnya jika pengguna informasi ada diluar kota maka pustakawan bisa membantu mencari dan bahkan mengirim informasi yang diperlukan lewat e-mail. E-mail atau electronic mail adalah surat dalam bentuk elektronik. E-mail merupakan salah satu aplikasi internet yang paling banyak digunakan dalam hal surat-menyurat, hal ini dikarenakan e-mail merupakan alat komunikasi yang murah, cepat dan efisien. Menggunakan e-mail memungkinkan kita untuk mengirimkan pesan dalam bentuk surat keseluruh dunia dalam waktu yang sangat cepat dan dengan biaya yang murah. Seperti pada pertanyaan no. 4 “ kemampuan menggunakan e-mail meliputi bagaimana membuat e-mail, membaca dan mengirim e-mail”. Jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dapat dilihat di tabel 4.4.

Tabel 4.4 Kemampuan menggunakan E-mail Nomor pertanyaan Kategori

Jawaban

Frekuensi Persentase (%) 4. Kemampuan mengunakan

E-mail meliput i (membuat E-mail, membaca E-mail dan mengirim E-mail)

(17)

1 responden (12,55%) memiliki kemampuan baik, dan 1 responden lagi (12,5%) memiliki kemampuan yang sangat tidak baik.

Jika saat ini penggunaan e-mail memberikan kemudahan dalam mengkomunikasikan informasi, tapi masih ada juga pustakawan yang tidak tahu menggunakan media ini. Hal ini juga perlu diperhatikan, supaya kedepannya bisa ditingkatkan.

Tidak hanya kemampuan menggunakan e-mail bagaimana membuat dan sebagainya, hal yang dilihat juga adalah bagaimana kemampuan pustakawan dalam menggunakan internet, menguasai informasi secara luas dengan www yang merupakan singkatan dari World Wide Web. Jadi dalam hal ini pustakawan bisa berselancar di internet atau mencari informasi sebanyak banyaknya baik lokal maupun internasional. Seperti pertanyaan no. 5 “ Kemampuan menggunakan internet “. Jawaban responden atas pertanyaan tersebut terlihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Kemampuan menggunakan internet secara luas dengan www (World Wide Web)

Nomor pertanyaan Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 5. Kemampuan menggunakan

Internet termasuk didalamnya

(18)

kemampuan baik, 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan yang kurang baik, dan 1 responden lagi (12,5%) yang memiliki kemampuan yang sangat tidak baik.

Dari data tersebut diketahui bahwa lebih banyak pustakawan yang memiliki kemampuan yang baik dalam menggunakan internet dan hanya satu orang yang kemampuannya sangat rendah.

Hal yang berkaitan selanjutnya adalah bagaimana dengan pengunaan pustakawan terhadap search engine atau yang sering disebut mesin pencari atau mesin penelusur. Dengan kemampuan ini pustakawan dapat menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Search engine tersebut seperti Google , Ask, Yahoo, Altavista, Google Schoolar dan mesin pencari ini sudah dipakai secara mendunia. Sistem kerja search engine adalah menyimpan database yang ada di internet untuk kemudian ditampilkan sesuai dengan kecocokan kata kunci yang diketikkan pada search engine dengan database yang ada. Seperti dalam pertanyaan no. 6, “ kemampuan menggunakan search engine “. Jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut bisa kita lihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Kemampuan menggunakan berbagai macam Search Engine

Nomor pertanyaan Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 6. Kemampuan pustakawan

menggunakan search

(19)

responden (37,5%) memiliki kemampuan yang baik, selebihnya 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan kurang baik dan 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan yang sangat tidak baik.

Melihat data diatas dapat dijelaskan bahwa kemampuan pustakawan dalam menggunakan search engine termasuk dalam kategori baik lebih banyak. Search engine tersebut juga sudah cukup sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan informasi secara pribadi.

Selanjutnya, setelah mengetahui kemampuan pustakawan dalam menggunakan search engine, sekarang bagaimana dengan kemampuan menggunakan database-database online yang didalamnya banyak terdapat jurnal-jurnal baik didalam negeri dan luar negeri. Database online adalah kumpulan informasi yang disimpan didalam komputer secara sistematik yang dilayankan secara online sehingga memberi kemudahan dalam mencari atau mengakses data tersebut didalam web. Sifat dari database itu sendiri adalah data oriented atau berorientasi pada data bukan program oriented.

Seperti pertanyaan no. 7 “ kemampuan menggunakan database online”. Jawaban responden atas pertanyaan tersebut terlihat dalam tabel 4.7

Tabel 4.7 Kemampuan menggunakan database-database online seperti Ebsco, ProQuest, Pubmed, Scopus, dll.

Nomor pertanyaan Kategori Jawaban

Frekuensi Persentase (%) 7. Kemampuan pustakawan

(20)

Berdasarkan pada Tabel 4.7 dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 4 responden (50%) menyatakan kemampuan menggunakan database online kurang baik, dan ada 3 responden (37,5%) memiliki kemampuan sangat baik, dan 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan sangat tidak baik

Dari data tersebut diketahui bahwa kemampuan mencari dan menggunkaan database online lebih banyak yang menyatakan kurang baik, yang menyatakan sangat baik adalah mereka yang sering membuka atau menggunakan database tersebut seperti di layanan digital S2.

4.4 Literasi digital pustakawan diukur dari Understand (Mengerti/Memahami)

(21)

Tabel 4.8 Kemampuan pustakawan menguasai atau mengerti informasi yang disajikan kepada pengguna informasi.

Nomor pertanyaan Kategori Jawaban

Frekuensi Persentase (%) 8. Kemampuan pustakawan

menguasai atau mengerti bagaimana informasi yang diberikan kepada pengguna setelah ditemukan sampai pada proses seleksi informasi yang dibutuhkan.

Dari Tabel diatas dapat di interpretasikan bahwa 4 responden (50%) menyatakan memiliki kemampuan untuk menguasai dan mengerti informasi yang disajikan kepada pengguna dengan sangat baik, 2 responden (25%) memiliki kemampuan yang baik, 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan kurang baik, dan 1 responden (12,5%) menyatakan memiliki kemampuan yang sangat tidak baik.

Hal ini sangat baik melihat kepada tugas seorang pustakawan adalah memberikan atau menyajikan informasi yang memang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan, dan melihat interpretasi diatas lebih banyak pustaawan yang memiliki kemampuan dalam kategori baik.

(22)

Operator Booleanor”, jika diletakkan diantara kata kunci maka akan dapat memperluas pencarian informasi, dan operator “not” juga dipakai untuk mempersempit pencarian melihat banyaknya informasi yang disajikan di internet.

Dalam pertanyaan selanjutnya no. 9 adalah bagaimana kemampuan pustakawan dalam teknik pencarian informasi. Jawaban responden adalah seperti terlihat dalam tabel 4.9.

Tabel 4.9 Kemampuan menguasai atau mengerti teknik pencarian informasi dengan menggunakan Boolean.

Nomor pertanyaan Kategori Jawaban

Dari data Tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa sebanayk 3 responden (37,5%) memiliki kemampuan baik, sebanyak 3 responden (37,5%) memiliki kemampuan kurang baik, dan 1 responden (12,5 %) memiliki kemampuan sangat baik, dan 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan sangat tidak baik.

Dari data diatas diketahui bahwa lebih banyak yang memiliki kemampuan dalam kategori baik dalam menggunakan teknik pencarian informasi dengan menggunakan operator Boolean.

(23)

bagaimana menggunakan alat penelusuran atau alat sistem temu balik informasi dalam perpustakaan. Seperti dalam pertanyaan no. 10 “ kemampuan menggunakan alat sistem temu balik informasi dalam perpustakaan”. Jawaban responden dapat kita lihat dalam tabel 4.10 dibawah ini.

Tabel 4.10 Kemampuan menggunakan alat sistem temu kembali informasi dalam perpustakaan.

Nomor pertanyaan Kategori Jawaban

Frekuensi Persentase (%) 10. Kemampuan pustakawan

mengerti menggunakan alat sistem temu balik informasi dimana perpustakaan digital saat ini menggunakan akses online.

Sangat baik 4 50

Dari data tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa 4 responden (50%) memiliki kemampuan sangat baik dalam menguasai alat sistem temu balik informasi, sebanyak 3 responden (37,5%) memiliki kemampuan baik, dan 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan yang sangat tidak baik. Jadi dari data tabel diatas kemampuan pustakawan mengerti dan menguasai alat temu balik informasi dalam kategori baik lebih banyak yaitu 87,5 %.

(24)

berisikan cantuman bibligrafi dari koleksi perpustakaan yang disimpan pada magnetic disk atau media rekam lainnya, dan dibuat secara online kepada pengguna.

Dari sekian banyak informasi yang disajikan di internet atau media digital tidak bisa dipastikan bahwa semua informasi yang didapatkan itu sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna. Seperti yang sudah dijelaskan diatas ada teknik pencarian dengan menggunakan operator Boolean aljabar, namun belum tentu juga informassi yang didapatkan sudah sesuai, untuk itu pustakawan juga perlu melakukan evaluasi atau seleksi terhadap informasi yang didapatkan. Seperti pada pertanyaan no. 11, dan jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut terlihat dalam tabel 4.11 dibawah ini.

Tabel 4.11 Kemampuan mengevaluasi informasi secara kritis Nomor pertanyaan Kategori

Jawaban

Frekuensi Persenta se (%) 11.Kemampuan pustakawan dalam

mengevaluasi informasi yang disajikan di internet secara kritis,sampai menetapkan

(25)

sekitar 87,5%, dan hal ini sangat baik karena sebagai penyedia informasi pustakawan tidak bisa sembarangan dalam memilih informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

4.5Literasi digital pustakawan diukur dari Create (Menciptakan)

Indikator yang dilihat selanjutnya dalam mengukur literasi digital pustakawan adalah bagaimana seorang pustakawan mampu untuk menciptakan dan bukan hanya memakai media komunikasi dalam perpustakaan seperti jejaring sosial, desain blog perpustakaan, yang didalamnya ada forum diskusi, atau share informasi dan juga foto. Menciptakan sebuah portal online, mengelola isinya sehingga bisa digunakan dengan efektif. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan no. 12 “ kemampuan pustakawan dalam menciptakan sebuah media komunikasi dalam perpustakaan. Jawaban responden atas pertanyaan tersebut terlihat dalam tabel 4.12 dibawah ini.

Tabel 4.12 Kemampuan menciptakan media komunikasi dalam ruang lingkup perpustakaan

Nomor pertanyaan Kategori Jawaban

Frekuensi Persentas e (%) 12. Kemampuan pustakawan

untuk menciptakan komunikasi dengan media sosial dalam bentuk forum diskusi

(26)

baik, 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan yang kurang baik, 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan yang tidak baik, dan 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan yang sangat tidak baik.

Dari data Tabel diatas kemampuan pustakawan menciptakan media komunikasi seperti forum diskusi dalam perpustakaan masih dalam kategori belum terlalu baik dengan melihat variasi jawaban dari responden diatas.

Untuk mengintegrasikan informasi yang ada dari berbagai fakultas maka pustakawan juga harapannya mampu membuat sebuah portal online untuk dilayankan kepada pengguna yang kemungkinan tidak bisa datang mengunjungi perpustakaan tersebut. Portal online yang berisikan informasi-informasi dalam perpustakaan, berita, koleksi terbaru, resensi buku, dan informasi lainnya. Seperti butir pertanyaan no. 13 “kemampuan pustakawan menciptakan media komunikasi yang efektif seperti sebuah portal online. Jawaban responden dapat kita lihat pada tabel 4.13 dibawah ini.

Tabel 4.13 Kemampuan menciptakan media komunikasi yang efektif seperti sebuah portal online

Nomor pertanyaan Kategori Jawaban

Frekuensi Persentas e (%) 13. Kemampuan pustakawan untuk

menciptakan isi dan efektifitas komunikasi menggunakan ragam alat media digital,seperti menciptakan sebuah portal online.

Sangat baik 1 12,5

(27)

komunikasi dalam perpustakaan, 2 responden (25%) memiliki kemampuan yang baik, 4 responden (50%) memiliki kemampuan yang kurang baik, dan 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan yang sangat tidak baik.

Dari data Tabel diatas kemampuan pustakawan menciptakan media komunikasi di perpustakaan masih dalam kategori belum terlalu baik dengan melihat variasi jawaban dari responden diatas. Dalam perkembangannya juga seorang pustakawan harus mampu menciptakan komunikasi dengan menggunakan media digital dengan memadukan gambar, video, dan juga suara. Misalnya aplikasi Filemaker, yaitu jenis database sistem manajemen yang memungkinkan pengguna bisa memodifikasi database dengan menyeret informasi kedalam layout atau layar apakah itu berupa gambar, video, ataupun suara. Filemaker ini adalah sebuah aplikasi yang memberi kemudahan dalam mengorganisir atau memanage data yang ada didalamnya. Aplikasi ini juga dipakai untuk menyimpan informasi yang dapat ditemu kembali. Filemaker bisa menyimpan data gambar, suara maupun video.

Seperti butir pertanyaan no. 14 “kemampuan menciptakan media komunikasi dengann memadukan gambar, suara, dan video “. Jawaban responden atas pertanyaan diatas adalah terdapat dalam tabel 4.14.

Tabel 4.14 Kemampuan menciptakan media komunikasi dengan memadukan gambar, suara, dan video.

(28)

dan video seperti filemaker. Sangat tidak baik 1 12,5

Jumlah 8 100%

Dari data diatas dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan yang sangat baik, 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan baik, 4 responden (50%) memiliki kemampuan kurang baik,1 responden (12,5%) memiliki kemampuan tidak baik, dan 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan sangat tidak baik. Dari data diatas dapat diketahui bahwa kemampuan pustakawan dalam menciptakan media komunikasi dengan memadukan gambar, suara, dan video masih rendah.

(29)

Tabel 4.15 Kemampuan menciptakan komunikasi melalui media digital, seperti gmail, blog dan jejaring sosial.

Nomor pertanyaan Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 15. Kemampuan pustakawan

untuk menciptakan komunikasi melalui media

digital seperti gmail, blog, dan jejaring sosial.

Sangat baik 3 37,5

Baik 3 37,5

Kurang baik 1 12,5

Tidak baik 0 0

Sangat tidak baik 1 12,5

Jumlah 8 100%

Dari data diatas dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 3 responden (37,5%) memiliki kemampuan sangat baik, sebanyak 2 responden (25%) memiliki kemampuan yang baik, 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan kurang baik, dan 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan yang sangat tidak baik.

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang dilakukan terhadap literasi digital pustakawan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Literasi digital pustakawan dilihat dari segi use :

- Kemampuan teknis dalam menggunakan komputer dan internet sudah dalam kategori baik.

- Kemampuan mengakses informasi menggunakan search engine, dan database online sudah baik.

2. Literasi digital pustakawan dilihat dari segi understand :

- Kemampuan untuk mencari, menemukan, menyeleksi sampai mengevaluasi informasi yang didapat melalui media digital sudah dalam kategori baik. Namun masih ada juga pustakawan yang belum mampu dari segi understand.

3. Literasi digital pustakawan dilihat dari create :

(31)

- Kemampuan untuk menciptakan komunikasi dengan media digital yang memadukan gambar, suara, dan video masih sebagian kecil yang memiliki kemampuan yang baik dan sebagian besar belum terlalu baik.

- Kemampuan menciptakan media komunikasi yang efektif dan responsif seperti blog, sharing video, foto, forum diskusi, dan media lainnya masih sebagian kecil yang memiliki kemampuan yang baik dan sebagian besar belum terlalu baik.

5.2 Saran

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan, penulis mengajukan saran kepada pihak yang dianggap memiliki hubungan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan literasi digital pustakawan dalam segi use, maka penting bagi pustakawan untuk lebih mengembangkan kemampuannya supaya lebih maksimal lagi dalam mengerjakan pelayanannya dengan memberdayakan fasilitas yang ada.

2. Untuk meningkatkan literasi digital pustakawan dalam dalam segi

understand, maka pustakawan perlu untuk lebih mengeksplore

(32)
(33)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pustakawan di Era Digital

Keterampilan seorang pustakawan menentukan gerak maju mundurnya sebuah perpustakaan secara khusus kinerja pada layanan-layanan di dalamnya. Seorang pustakawan bertanggungjawab dalam memberikan layanan informasi kepada masyarakat pengguna. Seiring dengan kemajuan-kemajuan teknologi yang terjadi saat ini maka pustakawan berperan dalam memberikan informasi yang cepat, akurat, dan relevan. Ketika perpustakaan masih dalam sistem konvensional, maka pustakawan juga bekerja secara konvensional, tetapi saat ini sudah berbeda dimana perpustakaan sudah berkembang dengan sistem digitalisasi sehingga mau tidak mau pustakawan juga harus bergerak sesuai dengan perkembangan zaman dan bekerja secara digital.

“Pustakawan digital adalah spesialis informasi professional, dapat mengelola perpustakaan digital, mengkombinasikan secara professional untuk perencanaan data mining, penggalian pengetahuan, layanan rujukan digital, layanan informasi digital, representasi informasi, ekstraksi, distribusi informasi, koordinasi, www berbasiskan internet, akses dan penelusuran multimedia” (Nanan Khasanah, 2008).

(34)

terpenting bagi pustakawan digital. Suatu perpustakaan digital dikembangkan oleh orang , dalam hal ini pustakawan. Kreativitas, ide dan upaya pustakawan menjadi faktor penentu. Oleh karena itu, pustakawan harus mempersiapkan dirinya agar dapat meningkatkan kualitas kompetensi personal dengan menambah kemampuan penenerapan teknologi dalam menjalankan tugasnya. Seiring dengan berkembangnya teknologi ini berpengaruh pada melimpahnya jenis-jenis informasi, jadi seorang pustakawan harus jeli dalam memilah-milah informasi yang tepat, cepat dan akurat”.

Jadi jelas bahwa saat ini sumber daya pustakawan perlu untuk diperhatikan seperti ide, kreatifitas, serta kualitas personalnya supaya bisa mengikuti perkembangan zaman dan pada akhirnya perpustakaan tidak ditinggalkan oleh pengguna.

Shapiro dan Hughes (1996:23) yang dikutip oleh Pendit (2007) mensyaratkan 7 kemampuan yang harus dimiliki oleh pustakawan dalam era digitalisasi yaitu :

1) Tool Literacy, yaitu kemampuan memahami dan menggunakan informasi baik secara konseptual maupun praktikal, keterampilan dalam menggunakan perangkat lunak, perangkat keras, multimedia dan sebagainya,

2) Resource Literacy, yaitu kemampuan memahami bentuk, format, lokasi dan cara mendapatkan informasi terutama dari jaringan yang selalu berkembang,

3) Social-struktural Literacy, pemahaman yang benar bagaimana informasi dihasilkan oleh berbagai pihak dalam masyarakat,

4) Research Literacy, kemampuan menggunakan peralatan berbasis teknologi informasi sebagai alat riset,

5) Publishing Literacy, kemampuan menerbitkan informasi dan ide ilmiah pada kalangan luas dengan memanfaatkan komputer dan internet

(35)

menentukan arah pemanfaatan teknologi informasi untuk kepentingan pengembangan ilmu,

7) Critical literacy, kemampuan mengevaluasi secara kritis terhadap untung ruginya menggunakan teknologi telematika dalam kegiatan ilmiah.

Sedangkan Stueart dan Moran (2002) mengatakan bahwa manager informasi atau pustakawan dalam era informasi seharusnya memiliki 7 kemampuan juga yaitu :

1) Technical skill, yitu seornag manager harus memahami proses pekerjaan yang dilakukan bawahan. Adalah tidak mungkin mensupervisi, apabila tidak memahami seluk-beluk pekerjaan yang disupervisi tersebut,

2) Political skill, seorang manager harus memahami masalah social, lingkungan organisasi internal dan eksternal, memiliki wawasan luas, 3) Analitical skill, seorang manager harus memiliki kemampuan analisis

yang baik sehingga dapat menjadi bagian dari agen perubahan,

4) Problem- solving skill, seorang manger harus memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan cepat, tepat dan baik,

5) People skill, seorang manager harus memiliki kemampuan

berkomunikasi yang baik, termasuk komunikasi interpersonal, memahami dan peduli orang lain,

6) System skill, seorang manager harus memiliki kemampuan bekerja dalam sistem dan menggunakan berbagai sistem jaringan dan komunikasi yang tersedia,

7) Business skill, seorang manager harus memiliki naluri bisnis dan semangat entrepreneurship yang baik. Koleksi yang ada merupakan asset yang harus dimanfaatkan dengan maksimal.

(36)

2.2 Pengertian Literasi Digital

Istilah literasi digital telah digunakan oleh sejumlah penulis sejak tahun 1990an, yang menunjuk kepada sebuah kemampuan membaca dan memahami teks yang berlebihaan (hypertext) dan teks gambar, suara, video (multimedia text). Gilster bukanlah yang pertama menggunakan prasa “Literasi Digital” yaitu suatu kemampuan membaca dan memahami informasi yang hypertext atau dalam bentuk multimedia yang tersedia” (Bawden, 2001). Hal ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh (Lanham, 1995:198) yang menganggap istilah “literasi digital memiliki arti yang sama dengan kemampuan membaca dan memahami teks gambar, suara, video, dan multimedia literasi lainnya”.

Dalam hal ini secara singkat dijelaskan bahwa literasi digital mencakup bagaimana pustakawan memeliki kemampuan membaca dan memahami berbagai teks baik dalam bentuk teks maupun audio video.

(37)

Sedangkan Eshet-Alkali dan Amichai-Hamburger (2004), mereka membagi literasi digital dalam lima bagian kemampuan digital yaitu:

1. Kemampuan photovisual

2. Kemampuan reproduction (menggunakan digital untuk menciptakan yang baru dari yang sudah ada sebelumnya)

3. Kemampuan brancing (kemampuan membangun pengetahuan dari yang non-linear), penggunaan hypertextual,

4. Kemampuan information (kemampuan mengevaluasi kualitas dan keabsahan informasi), dan

5. Kemampuan socio-emotional (memahami aturan yang berlalu dan media dan menerapkan pemahaman ini pada komunikasi)

Begitu luasnya pengertian dari literasi digital itu sendiri sebagaimana yang disebutkan oleh beberapa ahli di atas, banyak hal yang harus dikuasai oleh pustakawan di era digital supaya setiap pustakawan menjadi literate dalam bidang digital.

Defenisi Literasi digital yang dikemukakan oleh Paul Gilster memberikan arti yang lebih luas sebagaimana dikutip oleh (Martin, 2006:19) disebutkan yaitu :

“Digital literacy is the awareness, attitude and ability of individuals to appropriately use digital tools and facilities to identify, access, manage, integrate, evaluate, analyze and synthesize digital resources, construct new knowledge, create media expressions, and communicate with others, in the context of specific life situations, in order to enable constructive social action, and to reflect upon this process”.

(Literasi digital adalah kesadaran, sikap dan kemampuan individu untuk menggunakan secara tepat alat-alat dan fasilitas digital guna mengidentifikasi, mengelola, memadukan, mengevaluasi, menganalisis dan membentuk sumber daya digital, membentuk pengetahuan baru, menciptakan ekspresi media dan berkomunikasi dengan orang lain dan untuk merefleksikan proses ini).

(38)

mendefenisikan apa itu literasi digital. Dia menjelaskannya secara umum sebagai sebuah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari jenis-jenis dan sumber-sumber digital yang disederhanakan dengan kemampuan untuk membaca, menulis, dan bersamaan dengan penggunaan teknologi informasi.

Jadi literasi digital mencakup sampai kepada kesadaran, sikap dan kemampuan seorang pustakawan untuk menggunakaan media digital baik itu dalam mengidentifikasi bahkan sampai kepada membangun kegiatan sosial melaui media tersebut.

2.3 Komponen Literasi Digital

Komponen literasi digital mencakup sistem pengetahuan, kemampuan dan faktor-faktor motivasi yang harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan tertentu. Menurut (Bawden, 2008:23), ada empat komponen umum literasi digital yakni :

1. Tonggak pendukung berupa (Underpinning) a. Literasi itu sendiri (Literacy per se)

b. Literasi Komput er /TIK (Computer/ ICT literacy)

The “underpinning” reflect the rather traditional skills, of which we may now need to regard computer literacy as one, which make up an older idea of literacy, and an ability to function in society. It seems an open question as to whether they should be regarded as a part of digital literacy (perhaps in its formulation as “smart working” or basic skills”) or whether they should be assumed, before digital literacy is grafted on.

(39)

2. Latar belakang pengetahuan (Background Knowledge) a. Dunia informasi (the world of information)

b. Kealamian sumber informasi (nature of information resources) This is the kind of knowledge that was assumed of any educated person, in the days when information came as books, newspapers and magazines, academic journals, professional reports, and not much else, and was largely accessed through physical print-on-paper-libraries. The well-understood “publication chain”- from author to archivist, passing through editors, publishers, booksellers, librarians and the rest-lasted as a sensible concept well into the computer age. Now, it is largely meaningless, and there is no clear model to replace it. Nonetheless, attaining as good an understanding of what the new forms of information are, and where thay fit into the world of digital information, has to be an essential start in being digitally lliterate.

Ini adalah jenis pengetahuan yang diasumsikan oleh orang berpendidikan. Pada waktu itu ketika informasi hadir seperti buku-buku, Koran dan majalah, jurnal akademik, laporan professional, dan banyak lagi, dan diakses melalui perpustakaan dalam bentuk fisik tercetak.

3. Kompetensi Utama (Central Competencies)

Dalam literasi digital, yang menjadi kompetensi utama mencakup: 1. Membaca dan memahami bentuk digital dan non-digital (reading

and understanding digital and non-digital formats)

2. Menciptakan dan mengkomunikasikan informasi digital (creating and communicating digital information)

3. Mengevaluasi informasi (evaluation of information) 4. Menghimpun pengetahuan (knowledge assembly) 5. Literasi informasi (information litaracy)

6. Media literasi (media literacy)

These are the basic skills and competences, without which any claim to digital literacy has to be regarded skeptically. They are a remarkably wide set, and it would be sobering to try to access to what degree they are possessed in the various countries of the world.

(40)

4. Sikap dan Perspektif (Attitudes and Perspectives) a.Belajar sendiri (independent learning)

b. Literasi moral dan social (moral/social literacy)

These attitudes and perpectives are perhaps what make the link between the new concept of digital literacy, and an older idea of literacy, in vogue over two hundreds years ago. It is not enough to have skills and competences, they must be grounded in some moral framework, strongly associated with being an educated, or as our ancestors would have said, a “lettered”, person. They are arguably the most difficult to teach or inculcate of all the components, but they come closets to living up to the meaning of information ffrom “informere”, the transforming, structuring force. Finally, the attitudes and perspectives reflect the idea that the ultimate purpose of digital literacy is to help each person learn what is necessary for their particular situation. “Moral/ social literacy” reflects the need for an understanding of sensible and correct behavior in the digital environment and may include issues of privacy and security.

Sikap dan perspektif ini merupakan hal yang menciptakan hubungan antara konsep yang baru dengan gagasan yang lama tentang literasi. Seseorang tidak cukup hanya memiliki kompetensi atau keterampilan melainkan harus didasarkan pada kerangka moral yang diasosiasikan dengan seseorang yang terdidik. Moral/literasi social menggambarkan kebutuhan pada sebuah pemahaman tingkah laku yang masuk akal dan benar pada ruang lingkup digital, yaitu pemahaman ide, arti dan konteks (Bawden , 2001 ; Pilerot, 2006).

(41)

2. 4 Model Literasi Digital

Model literasi digital yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur literasi digital seseorang yaitu :

1)Model Literasi Digital menurut Canada Center

Model literasi digital Canada (2010 :5) menjelaskan bahwa menjadi digital literate di dunia digital memerlukan lebih dari kemampuan teknologi. Kemampuan ini merangkum berbagai aspek informasi, ICT, media, dan kemahiran tentang digital.

Ada 3 kompetensi yang digambarkan secara skematis pada model literasi digital Canada center digambarkan sebagai berikut :

(42)

Kata Use (Menggunakan), Understand (Memahami) dan Create (Menciptakan) adalah tiga kata kerja yang menandai kompetensi aktif dari literasi digital.

a) Use, menunjukkan keterampilan teknis yang diperlukan untuk terlibat dalam computer atau internet. Keterampilan ini meliputi kemampuan menggunakan program computer seperti word processor, web browser, email, dan alat-alat komunikasi lainnya,

b) Understand, adalah kemampuan untuk memahami,

mengkontekstualisasikan dan mengevaluasi media digital secara kritis,

c) Create, adalah kemampuan untuk menciptakan substansi dan berkomunikasi secara efektif dengan menggunakan berbagai alat-alat media digital.

Tabel pengelompokan literasi digital menurut Model Canada Center sebagai berikut :

Tabel 2.1 Pengelompokan Literasi Digital menurut Canada Center

Tingkat Kompetensi Indikator

USE - Keterampilan teknis dalam menggunakan komputer atau internet,

- Kemampuan dalam menggunakan internet dan mengakses dari berbagai sumber seperti search engine dan database-database online.

UNDERSTAND - Kemampuan untuk mencari, menemukan, memahami,

(43)

2) Model literasi digital menurut Mutula dan Wamukoya

Kemampuan yang dihubungkan dengan tiap level pada rangkaian kesatuan literasi digital dijelaskan pada setiap level berikut (Mutula dan Wamukoya, 2007:87):

a. Kemampuan dasar (Foundational competencies)

This form of literacy is related to a variety of foundation skills,such

as the ability to learn to communicate and to analyze and solve

problems.

Ini berhubungan pada jenis keahlian dasar literasi, seperti kemampuan mempelajari berkomunikasi, menganalisa, dan menyelesaikan masalah.

b. Kemampuan Utama (Basic Competencies)

The competencies at this level largely relate to knowledge about computers and other related technologies. Digital literacy competencies at this level would include, among other things, an understanding of computer components and what they do, knowledge of input devices, processing and storage, knowledge of how to start and switch off a computer, restarting the computer, understanding the desktop, such as reducing, resizing and closing windows, knowledge of various types of text-based or graphical user interface operating system, knowledge of specific application,

CREATE - Kemampuan menciptakan komunikasi yang efektif dan

responsive seperti forum diskusi

- Kemampuan menciptakan isi media komunikasi dalam bentuk portal online

(44)

such as Ms Word, Ms Excel, Ms Powerpoint, Ms Access and Ms Outlook and their uses, knowledge of uses of computers at home, such as household account, e-mail, internet surfing, and use of computers in supermarkets.

Defenisi diatas berkaitan dengan pengetahuan tentang komputer dan teknologi terkait lainnya. Pemahaman tentang komponen komputer, pengetahuan tentang perangkat input, pengolahan dan penyimpanan, pengetahuan tentang menyalakan, mematikan, merestart computer, memahami desktop, seperti mengurangi dan mengubah ukuran dan menutup jendela, pengetahuan tentang berbagai jenis pengguna system antarmuka berbasis teks atau grafis, dan pengetahuan aplikasi tertentu seperti Ms.Word, Ms. Excel, Ms.Powerpoint, Ms.Access, dan Ms.Outlook dan penggunaannya, pengetahuan tentang penggunaan komputer di rumah, seperti akun rumah tangga, e-mail, internet, dan penggunaan komputer di supermarket.

c. Kemampuan menengah (Intermediate Competencies)

The Digital literacy competencies expected at this level relate to comprehending how the various features within applications can be used. The individual can, for example, understand basic directory and folder structure, create directories and sub directories, copy and paste files, make backup copies, delete files from directories, and use printer. Within the Ms Word environtment, the individual will be able to create a document, understand the difference between ‘save’ and ‘save as’, close the document, open, modify and save existing document, open several document simultaneously, change display modes, copy and move files between active document, apply existing style to document, modify document margins, create tables, picture and images, change fonts and use italics, change line spacing, add borders, indents and page numbering, use spell check, preview and print document. With regard to e-mail applications, the individual may be able to open received mail, create message and send it, open the inbox, determine whether messages have not been read, attach files to a message, use reply to sender option, forward message, delete message, and sort messages by name and by date.

(45)

email, seseorang mampu membuka email yang diterima, menulis dan mengirim pesan, membuka kotak masuk, melanjutkan pesan, menyortir pesan berdasarkan nama dan tanggal.

d. Kemampuan lanjutan (Advanced Competencies)

Digital literacy competencies associated with this level will include the ability to organize information using various software applications, having knowledge of the various tools needed to gain access to information such as digital libraries, web-based OPACs, online journals, online reference sources, search engines and what they provide, and the ability to search for information on the internet and navigate through the web.

Level ini mengandung kemampuan untuk mengatur informasi dengan menggunakan berbagai aplikasi perangkat lunak, dan pengetahuan tentang berbagai alat yang diperlukan untuk mendapatkan akses informasi seperti perpustakaan digital, web-based OPACs, jurnal online, sumber referensi online, mesin pencari dan kemampuan untuk mencari informasi di internet melalui web.

e.Kemampuan teknis (Technical Competencies)

These are technical skills related to ICT itself, which extend beyond the ICT sector to the economy as a whole. These skills may relate to hardware, software, management, policy and regulatory issues.

Ada keahlian teknis yang dihubungkan dengan TIK itu sendiri, yang memperluas sektor TIK pada ekonomi secara keseluruhan. Keahlian ini dihubungkan dengan perangkat keras, perngkat lunak, pengaturan, dan kebijakan dan keteraturan hasil.

f.Kecakapan Literasi (Proficiency Digital Literacy)

(46)

information technology, acknowledge the use of information sources in communicating the product or performance using standart citation formats, revise information-gathering strategies that prove to be ineffective using Boolean algebra, use digital technology to facilitate evaluation of the different information retrived, present information clearly and persuasively using a range of technology tools and media.

Seseorang dengan kecakapan literasi digital adalah yang memiliki pemahaman lebih luas pada aplikasi teknologi digital khusus, juga mampu untuk memahami berbagai persoalan, merencanakan, melaksanakan dan menggunakan teknologi, mempunyai berbagai sumber pengetahuan online atau mesin pencari internet, email dan database online.

(47)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pada abad 21 ini manusia betul-betul merasakan apa yang disebut dengan keajaiban Teknologi Informasi atau TI. Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan dan profesi. Pengaruh ini berdampak positif dan negatif bagi suatu negara, adanya perubahan system pada instansi maupun lembaga pendidikan dan tidak terkecuali perpustakaan. Komputer menjadi salah satu alat yang dapat membantu menyelesaikan pekerjaan yang ada di perpustakaan dengan menggunakan internet sebagai jaringan teknologi komunikasi. Perpustakaan saat ini sudah bersaing dengan Web/situs, karena begitu banyaknya informasi yang disajikan di dalam internet baik informasi yang bersifat lokal dan internasional, perkembangan informasinya pun sangat cepat bertambah dalam hitungan menit bahkan setiap detiknya dan tanpa kita mengetahui apakah informasi yang diberikan tersebut berkualitas atau tidak. Ledakan informasi yang terjadi mau tidak mau mempengaruhi keberadaan perpustakaan sebagai sarana pengelola dan penyedia informasi.

(48)

berbagai jenis bahan perpustakaan dan mengelolanya secara sistematis, menyediakan akses ke berbagai media penyimpanan informasi, dan juga menyediakan fasilitas umum untuk mengakses berbagai database baik yang dilanggan maupun yang gratis melalui internet. Artinya perpustakaan juga tidak lagi hanya menyediakan akses ke sumber daya yang tersedia didalam gedungnya sendiri akan tetapi ke sumberdaya informasi lain yang tidak terbatas secara fisik di suatu gedung.

Perkembangan perpustakaan yang mengarah ke perpustakaan digital, tentunya membawa dampak yang sangat besar dalam pelayanannya, dimana pustakawan harus dapat melayani pemustaka seperti permintaan informasi yang up to date, informasi yang tepat, dan akses agar lebih cepat ke sumber informasi. Tentunya untuk memenuhi harapan tersebut seorang pustakawan harus bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi dan menguasai perkembangan teknologi tersebut. Pustakawan harus memiliki kompetensi dalam menggunakan media-media digital dalam menjalankan tugasnya sebagai pencari bahkan pengelola informasi, kemampuan tersebut sering dikatakan dengan sebutan literasi digital. Dengan literasi digital pustakawan yang baik, maka perpustakaan tidak akan ditinggalkan oleh pengguna ditengah-tengah zaman yang canggih dengan teknologi komunikasi yang perkembangannya begitu pesat.

(49)

berkaitan dengan penguasaan sumber dan perangkat digital yang mencakup pemahaman tentang web dan mesin pencari (search engine).

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu perpustakaan perguruan tinggi yang sudah berbasis digital atau biasa kita sebut dengan perpustakaan digital (digital library). Perpustakaan Universitas Sumatera Utara sebagai perpustakaan perguruan tinggi yang melayani pengguna dari 14 fakultas dengan jurusan yang berbeda baik tingkat D3, S1, S2 maupun S3. Tentunya informasi yang dibutuhkan pun berbeda-beda, sehingga pustakawan pun harus memiliki kompetensi yang lebih lagi yaitu bagaimana pustakawan harus menguasai teknologi informasi, karena sesuai dengan peranannya sendiri sebagai pengelola informasi. Sebagai pustakawan juga harus memiliki kompetensi bagaimana mengemas suatu informasi yang sudah dicari atau diakses untuk akhirnya dievaluasi, dianalisis oleh pustakawan dengan teknologi digital sehingga tepat guna bagi pemustaka. Bagaimana pustakawan mampu memberi pelayanan yang sesuai dengan pengguna jika latarbelakang disiplin ilmu dari pustakawan tidak sesuai, hal yang didapati adalah yang bekerja di perpustakaan dari jurusan yang lain sehingga otomatis mempengaruhi bagaimana pustakawan tersebut mengerjakan bagiannya. Selain itu juga didapati kemampuan pustakawan dalam menguasai teknologi informasi masih belum merata, berhubung tidak adanya pelatihan dari perpustakaan USU sendiri kepada para pustakawan.

(50)

dalam penelitian ini adalah literasi digital Canada Center dimana tingkat kompetensinya ditinjau dari tiga hal yaitu use, bagaimana pustakawan dalam menggunakan media-media digital untuk mencari, menemukan, informasi yang dibutuhkan pengguna. understand, yaitu pustakawan mampu memahami, menanalisa atau mengevaluasi informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna secara kritis, dan yang ketiga adalah create yaitu bagaimana pustakawan mampu dalam hal menciptakan komunikasi yang efektif dengan menggunakan media digital.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang literasi digital pustakawan pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang“ Literasi Digital Pustakawan pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara “

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana literasi digital pustakawan diukur dengan use (Menggunakan) pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

2. Bagaimana literasi digital pustakawan diukur dengan understand (Memahami) pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

(51)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Literasi digital pustakawan diukur dengan use (Menggunakan) pada

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

2. Literasi digital pustakawan diukur dengan understand (Mengerti) pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

3. Literasi digital pustakawan diukur dengan create (Menciptakan) pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi :

1. Sebagai bahan masukan kepada pihak Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Medan untuk meningkatkan literasi digital pustakawan 2. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan rujukan untuk

penelitian selanjutnya yang membahas tentang literasi digital.

3. Untuk menambah wawasan penulis mengenai literasi digital pustakawan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(52)

ABSTRAK

Sihite, Desni, 2014. Literasi Digital Pustakawan Pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Medan: Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan pada Pustakawan Universitas Sumatera Utara yang melayani pengguna secara langsung dengan menggunakan media digital. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui literasi digital pustakawan pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif . Populasi penelitian ini adalah pustakawan Universitas Sumatera Utara yang berada pada layanan layanan Referensi, Layanan Digital S2, Layanan Saiberlib, dan Layanan Word Bank yaitu sebanyak 8 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik total sampling, yaitu semua populasi dijadikan sampel mengingat jumlah yang sedikit.

Hasil penelitian menunjukkan untuk use hampir setengah responden memiliki kemampuan menggunakan database-database online dengan kategori baik (37,5%), dan hanya sebagian kecil (12,5%) yang memiliki kemampuan yang rendah. Untuk understand dilihat bahwa sebagian besar (87,5%) sudah mampu mengevaluasi informasi secara kritis, namun masih didapati sebagian kecil (12,5%) yang tidak memahami, begitu juga dengan create sebagian (50%) sudah mampu menciptakan media komunikasi yang efektif namun sebagian (50%) lagi belum mampu menciptakan. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan digital pustakawan masih belum merata.

(53)

LITERASI DIGITAL PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang studi Perpustakaan dan

Informasi

Oleh :

DESNI S.H SIHITE (100709042)

Departemen Studi Ilmu Perpustakaan Dan Informasi (S1)

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

(54)

ABSTRAK

Sihite, Desni, 2014. Literasi Digital Pustakawan Pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Medan: Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan pada Pustakawan Universitas Sumatera Utara yang melayani pengguna secara langsung dengan menggunakan media digital. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui literasi digital pustakawan pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif . Populasi penelitian ini adalah pustakawan Universitas Sumatera Utara yang berada pada layanan layanan Referensi, Layanan Digital S2, Layanan Saiberlib, dan Layanan Word Bank yaitu sebanyak 8 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik total sampling, yaitu semua populasi dijadikan sampel mengingat jumlah yang sedikit.

Hasil penelitian menunjukkan untuk use hampir setengah responden memiliki kemampuan menggunakan database-database online dengan kategori baik (37,5%), dan hanya sebagian kecil (12,5%) yang memiliki kemampuan yang rendah. Untuk understand dilihat bahwa sebagian besar (87,5%) sudah mampu mengevaluasi informasi secara kritis, namun masih didapati sebagian kecil (12,5%) yang tidak memahami, begitu juga dengan create sebagian (50%) sudah mampu menciptakan media komunikasi yang efektif namun sebagian (50%) lagi belum mampu menciptakan. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan digital pustakawan masih belum merata.

(55)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena berkat dan karuniaNya yang senantiasa diberikan kepada penulis dalam mengawali, menjalani, dan mengakhiri perkuliahan dan juga diberikan kesabaran, kesehatan dan kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Literasi Digital Pustakawan pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara”.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada Ibunda tercinta Rosmawati Sianipar dan Ayahanda Humala Sihite, yang telah membesarkan dan mendidik serta selalu setia mendoakan dan memberikan dukungan moril dan materi kepada penulis.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Irawaty Kahar, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

2. Ibu Hotlan Siahaan S.Sos. M.I.Kom, selaku Dosen Pembimbing I penulis yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, dan saran-saran dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini dapat selesai.

3. Ibu Dr. Irawaty Kahar, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

4. Ibu Zurni

5. Seluruh Staff Pengajar Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya USU.

6. Seluruh Staff Pustakawan di Perpustakaan USU yang sudah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Untuk saudaraku, Kak Delima, Kak Kristina, Abang Labbas, Adik-adikku Elvi, Samuel, dan Swandy yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk penulis walaupun dengan jarak yang berjauhan.

8. Untuk nenek tercinta yang selalu memberi dukungan dan doa kepada penulis.

9. Seluruh teman-teman stambuk 2010, terkhusus kepada Desi Nova Padang, Sarni Perangin-angin, Rista Sagala, Arvaeni Pakpahan, Sari Simanjuntak, Frisilia Hadiyanti, Ita Tobing, dan Sepdita Silaban yang selalu memberikan semangat dan mengisi hari-hari penulis selama di kampus.

(56)

Simatupang, Frimeyanti, dan K’Susanti yang selalu mendukung penulis.

11.Untuk keluarga besar UKM KMK USU UP FIB, terkhusus koordinasi 2012,2013,2014 yang terus mendukung, mendoakan, dan memberikan perhatian kepada penulis.

12.Untuk teman-teman UKM KWK se-USU yang juga memberikan semangat, dan doa khususnya sahabat doaku Kak Rani Ketaren (Fak.Psikologi), dan Susi Napitupulu (Fak. Kesehatan Masyarakat )

Semoga semua bantuan, dukungan, doa, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya dan dapat menjadi bahan masukan bagi dunia Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

Medan, 15 Oktober 2014 Penulis,

(57)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 6

2.1. Pustakawan di era Digital ... 6

2.2 Pengertian Literasi Digital.. ... 9

2.3 Komponen Literasi Digital.. ... . 12

2.4 Model Literasi Digital ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Jenis Penelitian... 20

3.2 Lokasi Penelitian ... 20

3.3 Populasi dan Sampel... 20

3.3.1 Populasi ... 20

3.3.2 Sampel... 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 21

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 22

3.6 Kisi-Kisi Kuesioner ... 22

(58)

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ... 26

4.1 Karasteristik Responden ... 26

4.2 Literasi Digital Pustakawan Universitas Sumatera Utara... 26

4.3 Literasi Digital Pustakawan di ukur dari Use (Menggunakan).. ... ..26

4.4 Literasi Digital Pustakawan diukur dari Understand (Memahami) 35 4.5 Literasi Digital Pustakawan diukur dari Craete (Menciptakan).... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 41

5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran.. ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(59)

DAFTAR TABEL

Tabel-1 Pengelompokan Literasi Digital ... 15

Tabel-2 Data Sampel Penelitian ... 21

Tabel-3 Kisi-Kisi Kuesioner ... 23

Tabel-4 Kemampuan menggunakan Word Processor... 27

Tabel-5 Kemampuan menggunakan Web Browser... 28

Tabel-6 Kemampuan Software Tools... 29

Tabel-7 Kemampuan menggunakan E-mail ... 31

Tabel-8 Kemampuan menggunakan internet dengan www ... 32

Tabel-9 Kemampuan menggunakan berbagai search engine... 33

Tabel-10 Kemampuan menggunakan database-database online... 34

Tabel-11 Kemampuan menguasai informasi... 35

Tabel-12 Kemampuan menguasai teknik Boolean... 36

Tabel-13 Kemampuan menggunakan alat sistem temu balik informasi ... 37

Tabel-14 Kemampuan mengevaluasi informasi... 38

Tabel-15 Kemampuan menciptakan forum diskusi... 39

Tabel-16 Kemampuan menciptakan portal online... 40

Tabel-17 Kemampuan menciptakan komunikasi dengan memadukan gambar, suara, video ... 41

Tabel-18 Kemampuan menciptakan komunikasi seperti gmail, blog, dan, jejaring sosial ... 42

(60)

DAFTAR GAMBAR

(61)

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Literasi Digital Pustakawan
Tabel 4.1 Kemampuan menggunakan Word Processor
Tabel 4.2 Kemampuan menggunakan Web Browser
Tabel 4.3. Kemampuan menggunakan Software Tools
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di era digital, seorang pustakwan yang profesional bukan hanya dituntut mampu memahami karakteristik pengguna, bukan hanya dituntut mengembangkan sikap dan kualitas

Di era digital, seorang pustakwan yang profesional bukan hanya dituntut mampu memahami karakteristik pengguna, bukan hanya dituntut mengembangkan sikap dan kualitas

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena berkat dan karuniaNya yang senantiasa diberikan kepada penulis dalam mengawali, menjalani, dan

Tesis ini membahas tentang Peranan Pustakawan dalam Membangun Perpustakaan Digital di Perpustakaan Bosowa. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1). peranan

Berdasarkan data pada Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa Kompetensi teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan Pustakawan ditinjau dari aspek

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kode etik pustakawan pada Perpustakaan UIN Sumatera Utara berdasarkan kode etik pustakawan Indonesia tentang

Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi

Tugas dari seorang pustakawan digital tidak berbeda dengan tugas seorang pustakawan pada bagian pengolahan bahan pustaka, hanya saja pada pustakawan digital lebih