• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KOMPETENSI PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DALAM MENGHADAPI ERA LIBRARY 4.0 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KOMPETENSI PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DALAM MENGHADAPI ERA LIBRARY 4.0 SKRIPSI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPETENSI PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DALAM MENGHADAPI ERA LIBRARY 4.0

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Informasi (S.S.I) dalam Bidang studi

Perpustakaan dan Sains Informasi

Oleh :

HARKAT SURANA BRAHAMANA NIM : 160709028

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinal dan belum pernah diajukan sebagai salah satu tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Peneliti membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, September 2020

Penulis

(5)

ABSTRAK

Harkat Surana Brahmana. 2020. Analisis Kompetensi Pustakawan Pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Dalam Menghadapi Era Library 4.0.

Medan : Jurusan Perpustakaan dan Sains Informasi.

Penelitian dilakukan pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kompetensi Pustakawan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dalam menghadapi era Library 4.0.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan Kuantitatif. Data dianalisis dengan metode kuantitatif dimana data dikumpulkan terlebih dahulu secara langsung melalui responden kemudian dianalisa dan diinterpretasikan sehingga mendapatkan keterangan yang dapat menjawab masalah penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pustakawan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dalam menghadapi Era Library 4.0 dapat dilihat seagai berikut : (1) Kompetensi pustakawan Perpustakaan Universits Sumatera Utara dalam menghadapi era Libray 4.0 ditinjau dari dimensi Kompetensi Professional diperoleh nilai rata-rata 3,5. Berdasarkan skala interval dapat disimpulkan bahwa kompetensi pustakawan ditinjau dari aspek kompetensi professional dapat dikategorikan baik. (2) Kompetensi pustakawan Perpustakaan Universits Sumatera Utara dalam menghadapi era Libray 4.0 ditinjau dari dimensi Kompetensi Individual diperoleh nilai rata-rata 3,6. Berdasarkan skala interval dapat disimpulkan bahwa kompetensi pustakawan ditinjau dari aspek kompetensi individual dapat dikategorikan sangat baik. (3) Kompetensi pustakawan Perpustakaan Universits Sumatera Utara dalam menghadapi era Libray 4.0 ditinjau dari dimensi Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi di perpustakaan diperoleh nilai rata-rata 2,5. Berdasarkan skala interval dapat disimpulkan bahwa kompetensi pustakawan ditinjau dari aspek kompetensi teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan dapat dikategorikan kurang baik.

Kata Kunci :Pustakawan, Kompetensi Pustakawan, Era Libray 4.0

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas berkat rahmat-Nyalah peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Kompetensi Pustakawan Pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dalam menghadapi Era Library 4.0”, guna memenuhi satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Informasi.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari beberapa pihak.

Izinkanlah saya dengan segala kerendahan hati mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada orang tua yang sangat peneliti sayangi yaitu bapak Alm. Eddi Brahmana dan Ibunda Suriati Br Kaban yang telah memberikan kasih saying dan cintanya kepada saya selama ini.

Selama penulisan skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah ikut membantu baik secara moral maupun material. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Eva Rabita, M.Hum Selaku Ketua Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(7)

3. Bapak Ishak, S.S., M.Hum selaku dosen pembimbing 1, dimana beliau telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Himma Dewiyana, S.T, M.Hum selaku dosen penguji, dimana beliau telah meluangkan waktu dan pemikirannya untuk memberikan masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

5. Staff Administrasi Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi yaitu abangda Ibnu Handoyo dan abangda Milham yang selalu membantu saya dalam urusan administrasi.

6. Untuk seluruh staff dan pustakawan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya dalam menyelesaikan pengumpulan informasi yang saya butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Untuk saudara kandung tersayang Kak Dini, Kak Reza dan adikku Hanasta yang selalu menjadi pemberi motivasi dan mendukungku dalam menjalani segala tantangan khususnya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Untuk Bapak Khairil Sinaga satpam perpustakaan USU yang selalu menemani dan memberikan saya akses khusus di perpustakaan pada saat mengerjakan skripsi.

9. Untruk abangda Mas Irwansyah Putra, S.Sos yang selalu membantu saya di lokasi penelitian dan menjadi teman berdiskusi terkait penulisan skripsi ini.

10. Untuk semua sahabat yang terbaikku Shola Amma, Immanuel Tittanico Larossa, Kadartua Marbun, Indra Ananda Rangkuti, Edryan Gontar

(8)

Harahap, Calvin Olivier Sampayo Aruan yang menjadi sahabat dalam menapaki dunia perkuliahan yang telah mewarnai tawa dan tangis dalam perjalanan menjadi mahasiswa. Sahabatku jangan pernah lupa akan perjalanan kita, tetaplah menjadi sahabat terbaik.

11. Untuk teman-teman stambuk 2016 Perpustakaan dan Sains Informasi yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang telah menjadi keluarga baru saya di kampus, saya bangga dipertemukan dengan teman-teman dengan berbagai asal dan suku yang berbeda dengan menciptakan banyak kenangan yang akan sangat saya rindukan kedepannya.

12. Untuk BPH IMPUS USU Periode 2019/2020 yang telah menjadi partner dan keluarga dalam mengemban amanah dengan menghasilkan banyak karya.

13. Untuk adik stambuk saya Ikhlas Bonar Hidayatullah Rumahorbo yang telah saya anggap menjadi adik sendiri dan partner saya dalam berkarya, mampu menerima seluruh cerita dan keluh kesah saya dan bercanda sehingga saya selalu semangat dalam menjalani perkuliahan. Semangat terus kuliahnya, jangan pernah kejar suatu nilai dari kuliah dan teman- temanmu tapi kejarlah kebermanfaatan.

14. Untuk Corona Virus Diseases 19 (COVID-19) yang telah memberikan warna baru dalam proses perkuliahan. Membuat saya harus lebih tegar dalam penyelesaian skirpsi, saya harus terbiasa dengan hal baru yang tanpa pernah terpikirkan dibenak saya. Di masa pandemi kekuatan jaringan internet jadi penentu segalanya. Sampai-sampai saya harus

(9)

sidang skripsi di mushala kampus karena trauma saat seminar proposal laptop saya mati akibat mati listrik ditambah jaringan yang lambat.

Semoga dengan kehadiranmu membuat diri ini menjadi manusia yang lebih bersyukur dan semangat dalam kebermanfaatan kedepannya.

Akhirnya do’a saya atas izin Allah SWT semoga dirimu cepat pergi dari bumi ini.

Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberi semangat, dukungan, bantuan dan do’a selama ini. Akhir kata saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, September 2020

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... vi

BAB I…….. ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup ... 5

BAB II…... ... 6

TINJAUAN TEORITIS ... 6

2.1 Pustakawan ... 6

2.1.1 Pengertian Pustakawan ... 6

2.1.2 Tugas Pokok Pustakawan ... 7

2.1.3 Peranan Pustakawan ... 9

2.2 Revolusi Industri 4.0 ... 12

2.3 Konsep Library 4.0 ... 13

2.4 Kompetensi Pustakawan Dalam Menghadapi Era Library 4.0 ... 16

2.4.1 Pengertian Kompetensi ... 16

2.4.2 Kompetensi Pustakawan Menurut Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) ... 17

2.4.3 Kompetensi pustakawan di Era Library 4.0 ... 25

BAB III ... 30

METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Lokasi Penelitian ... 30

(11)

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.3.1 Populasi ... 30

3.3.2 Sampel ... 31

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.4.1 Kuisioner ... 32

3.4.2 Observasi ... 34

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.6 Analisis Data ... 34

BAB IV ... 37

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Pengumpulan Data ... 37

4.2 Analisis Deskriptif ... 37

4.2.1 Kompetensi Pustakawan di Era Library 4.0 ditinjau dari Kompetensi Professional ... 37

4.2.2 Kompetensi Pustakawan di Era Library 4.0 ditinjau dari Kompetensi Individual ... 45

4.2.3 Kompetensi Pustakawan di Era Library 4.0 ditinjau dari Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi di Perpustakaan ... 52

BAB V ... 66

KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

Lampiran 1 ... 71

Lampiran 2 ... 73

Lampiran 3 ... 80

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Unit Kompetensi Berdasarkan SKKNI Bidang Perpustakaan

Tahun 2019 ... 19

Tabel 3.1 Tabel Indikator ... 32

Tabel 4.1 Kemampuan Mengelola dan Menganalisa Data Digital ... 37

Tabel 4.2 Kemampuan Mengimplementasikan Layanan Referensi ... 39

Tabel 4.3 Kemampuan Menggunakan Pengetahuan Sumber-sumber Informasi ... 40

Tabel 4.4 Kemampuan Untuk Meningkatkan Jumlah Pengembangan Koleksi yang dibutuhkan Masyarakat ... 41

Tabel 4.5 Kemampuan Mengembangkan Program Dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Perpustakaan yang Optimal dan Berkesinambungan ... 42

Tabel 4.6 Kompetensi Pustakawan dalam menghadapi Era Library 4.0 ditinjau dari Kompetensi Professional ... 43

Tabel 4.7 Kemampuan Beradaptasi, Mencari dan Melakukan Pembaharuan Secara Professional ... 45

Tabel 4.8 Kemampuan Berkomunikasi dengan Baik ... 46

Tabel 4.9 Kemampuan Menganalisa Kebijakan Organisasi/Tempat Bekerja ... 47

Tabel 4.10 Kemampuan Bekerja Kreatif ... 48

Tabel 4.11 Kemampuan Bertahan Terhadap Perubahan dan Perkembangan dalam Dunia kerjanya... 49

Tabel 4.12 Kemampuan dalam Memberikan Ide Melalui Terobosan Baru ... 50

Tabel 4.13 Kompetensi Pustakawan dalam Menghadapi Era Library 4.0 ditinjau dari Indikator Kompetensi Individual ... 51

(13)

Tabel 4.14 Kemampuan/Pengetahuan dalam Memanfaatkan dan Memahami Internet of Thing ... 53 Tabel 4.15 Kemampuan/Pengetahuan dalam Memanfaatkan dan Memahami

Teknologi dan Informasi Digital ... 54 Tabel 4.16 Kemampuan/Pengetahuan dalam Memanfaatkan dan Memahami

Analsis Big Data ... 56 Tabel 4.17 Kemampuan/Pengetahuan dalam Memanfaatkan dan Memahami

Cyber Security ( Keamanan Dunia Maya) ... 57 Tabel 4.18 Kemampuan/Pengetahuan dalam Memanfaatkan dan Memahami

Cloud Computing (Komputasi Awan) ... 59 Tabel 4.19 Kemampuan/Pengetahuan dalam Memanfaatkan dan Memahami

Augmented Reality... 60 Tabel 4.20 Kompetensi Pustakawan dalam Menghadapi Era Library 4.0

ditinjau dari Indikator Kompetensi Teknologi Informasi dan

Komunikasi di Perpustakaan ... 62 Tabel 4.21 Penafsiran Nilai Rata-rata Kompetensi Pustakawan Perpustakaan

Universitas Sumatera Utara Dalam Menghadapi Era Library 4.0 63

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi sangat mempengaruhi segala segi kehidupan. khususnya dalam aspek informasi, kemudahan akses informasi yang disediakan melalui internet banyak mempengaruhi masyarakat. Masyarakat saat ini telah bergeser menjadi masyarakat yang menggunakan informasinya menjadi kebutuhan pokok. Salah satu kalangan masyarakat yang banyak menggunakan informasi sebagai kebutuhan utamanya adalah masyarakat akademisi di lingkungan perguruan tinggi.

Perguruan tinggi sebagai badan institusi harus menyediakan tempat dan sarana untuk menyediakan sumber informasi yang dibutuhkan oleh akademisi.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perpustakaan adalah salah satu basis penyangga untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut. Perpustakaan menjadi basis utama dalam penyediaan informasi dengan menyediakan berbagai jenis dan bentuk informasi sesuai kebutuhan akademisi sebagai pemustaka.

Ledakan informasi di internet memberikan dampak besar bagi perpustakaan. Ledakan informasi ini disebabkan dengan banyaknya sumber informasi yang dikonversi dari bentuk kertas kedalam bentuk elektronik yang dapat diakses melalui perangkat komputer. Lahirnya revolusi industri 4.0 menciptakan perubahan yang sangat mempengaruhi khususnya dalam bidang perpustakaan.

Informasi dan data berbasis awan (Cloud SistemI) membuat pengguna perpustakaan memilih menggakses perpustakaan tanpa harus datang ke gedung perpustakaan

(15)

secara fisik. Maka lahirlah Library 4.0 yaitu era segala kebutuhan dan proses memenuhi kebutuhan informasi diakses melalui perangkat elektronik yang dikombinasikan dengan internet. pergeseran tersebut menyebabkan perubahan paradigma perpustakaan yang awalnya menjadi basis penyediaan koleksi tetapi bergeser pada bagaimana akses terhadap informasi tersebut. Perpustakaan saat ini dituntut agar dapat berinteraksi dengan internet sebagai upaya pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka.

Kebutuhan informasi dan pergeseran paradigma terhadap perpustakaan tentunya mempengaruihi peran dan fungsi pustakawan sebagai sumberdaya manusia yang akan menjalankan fungsi dari perpustakaan. Pustakawan sendiri menurut Undang-Undang No 43 tahun 2007 tentang Perpustaakaan, merupakan seseorang yang memiliki pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Dalam definisi pustakawan yang diberikan oleh Undang- Undang No 43 tahun 2007, menyiratkan bahwa peran pustakawan masih berkutat pada pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Sedangkan saat ini semua informasi dapat diakses dari luar tanpa harus datang langsung ke perpustakaan.

Maka dari itu perpustakaan harus memiliki sumber daya manusia yang dapat memberikan pelayanan secara maksimal tanpa harus berhadapan langsung dengan pemustaka. Pelayanan yang diberikan tidak lagi hanya berfokus pada layanan bertatap muka, tetapi juga bantuan ketika sedang berada di dunia maya atau secara online. Pustakawan dapat menjelasakan penempatan koleksi kepada pemustaka tetapi koleksi yang dimaksud tidak hanya terbatas pada koleksi yang

(16)

dimiliki oleh perpustakaan saja tetapi juga pada informasi yang tersedia secara bebas di internet.

Pustakawan pada masyarakat informasi tidak hanya mengerjakan pekerjaan konvensional seperti mengolah koleksi tercetak tetapi pustakawan harus dapat mengolah koleksi digital atau elektronik. Pustakawan perlu memiliki keterampilan khusus untuk mengolah sumber daya elektronik di perpustakaan. Pustakawan dituntut untuk dapat mengintegrasikan sumber daya yang ada dengan internet untuk dapat memenuhi kebutuhan pemustaka dan mengimplementasikannya kedalam lingkungan pendidikan. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya pergeseran peran pustakawan dan kompetensi baru yang harus dimiliki pustakawan itu sendiri.

Pustakawan memegang peranan penting karena harus menginteraksikan antara perpustakaan dengan internet yang selama ini dipandang berlawanan. Adanya pustakawan yang memiliki kemampuan dalam memberikan layanan yang baik melalui dunia maya di perpustakaan membuat perpustakaan dapat memberikan layanan kepada pemustakanya secara maksimal.

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu perpustakaan perguruan tinggi. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara telah menerapkan teknologi informasi (TI) dalam pengelolaan perpustakaannya atau dikenal dengan sebutan Sistem Automasi Perpustakaan. Konsep perpustakaan berbasis digital juga ditampilkan dalam pelayanan di perpustakaan tersebut.

Dengan hal ini tentunya Perpustakaan Universitas Sumatera Utara harus memiliki pustakawan yang mampu memberikan pelayanan Pemustaka sebagai masyarakat informasi.

(17)

Berdasarkan hasil observasi awal dengan melakukan wawancara dengan 2 pustakawan Universitas Sumatera Utara dengan indikator yang meliputi Kompetensi Professioonal, Kompetensi Individual dan Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi di Perpustakaan. Berdasarkan hasil observasi tersebut ditemukan kesulitan yang dihadapi oleh pustakawan dalam menghadapi kebutuhan informasi yang dihadapakan oleh arus informasi yang mengalir deras di internet dengan pergeseran aktifitas pengguna yang lebih aktif di dunia maya daripada datang langsung keperpustakaan. Hal ini menyebabkan pustakawan kesulitan memenuhi kebutuhan informasi yang harus dipenuhi melalui sistem daring tanpa tatap muka.

Kebutuhan informasi yang dibutuhkan yang begitu kompleks yang menuntut pustakawan harus menyediakan informasi secara efektif dan efisien.

Sementara pustakawan belum mendapatkan sutau proses pembentukan yang masif menuju pustakawan yang aktif di era Library 4.0 yang maksimal dari perpustakaan Universitas Sumatera Utara seperti pelatihan dan peningkatan kemampuan melalui seminar ataupun pendidikan lanjutan. Berdasarkan Latar belakang tersebut, untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kompetensi Pustakawan Pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Dalam Menghadapi Era Library 4.0.”

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kompetensi Pustakawan Pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dalam menghadapi pemustaka di era Library 4.0 ? 1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi Pustakawan Pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dalam menghadapi pemustaka di era Library 4.0.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara sebagai bahan masukan dalam pengembangan kompetensi pustakawan.

2. Peneliti, sebagai salah satu bahan rujukan untuk melakukan penelitian lanjutan terutama yang berhubungan dengan kompetensi pustakawan.

3. Penulis, untuk menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis tentang kompetensi yang harus dimiliki pustakawan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang kompetensi pustakawan menggunakan teori Dewi Wasitarini (2018) yang meliputi Kompetensi Professional, Kompetensi Individual dan Kompetensi teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan. Pustakawan yang bersangkutan adalah yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

(19)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pustakawan

Perkembangan Ilmu Pengetahuan khususnya dalam bidang Teknologi Informasi memberikan dampak perubahan yang sangat signifikan dalam segala segi aspek kehidupan. Perpustakaan menjadi salah satu institusi yang sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi informasi tersebut. Dengan teknologi informasi yang berkembang kebutuhan dan cara pemustaka mengakses informasi yang dibutuhkan juga mengalami perubahan yang signifikan. Perpustakaan yang awalnya menjadi basis penyedia terhadap koleksi bergeser menjadi penyedia akses terhadap akses terhadap koleksi yang lebih dominan kepada koleksi elektronik maupun terekam.

Pustakawan sebagai Sumber daya manusia di perpustakaan tentunya harus menyesuaikan diri dengan kualifikasi kemampuan sesuai dengan perkembangan yang ada dengan pergeseran peran dan fungsi dari perpustakaan itu sendiri.

2.1.1 Pengertian Pustakawan

Pustakawan adalah Sumber daya manusia dalam perpustakaan yang menjalankan fungsi dan tugas perpustakaan mulai dari perencanaan hingga pelayanan pada pemustaka. Pustakawan merupakan elemen penting yang pekerjaannya terkait erat dengan dunia pustaka atau bahan pustaka.

Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 mendefinisikan Bahwa :

“Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.”

(20)

Sedangkan Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) sebagai organisasi induk profesi pustakawan dalam Hermawan (2006:45) Mendefenisikan Bahwa :

“Pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan. Pustakawan adalah seorang yang berkarya secara professional di bidang perpustakaan dan informasi.”

Berdasarkan dua pendapat yang diuraikan oleh ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pustakawan adalah orang yang bekerja diperpustakaan dengan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh melalui pendidikan formal diperguruan tinggi yang dituntut gemar membaca, terampil dan berwawasan luas serta memiliki kemampuan dalam manajerial dibidang kepustakawanan.

2.1.2 Tugas Pokok Pustakawan

Sebagai profesi pustakawan memiliki tugas pokok bagi tiap-tiap jenjang pustakawan. Untuk memenuhi persyaratan untuk promosi dalam jabatan fungsional yang lebih tinggi. masing-masing jenjang jabatan memiliku tugas dan fungsi yang berbeda yang wajib dilakasanakan sebagai tugas kepustakawanan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pemanfaatan Aparatur Negara Nomor 9 tahun 2014 menyatakan bahwa :

“Tugas pokok Pustakawan yaitu melaksanakan kegiatan di bidang Kepustakawanan yang meliputi Pengelolaan Perpustakaan, Pelayanan Perpustakaan, dan Pengembangan Sistem Kepustakawanan.”

Selanjutnya menurut Hermawan (2006:51), tugas pokok pustakawan adalah sebagai berikut :

1. Tugas Pokok Pustakawan Tingkat Terampil

a. Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi. Meliputi pengembangan koleksi, Pengolahan bahan pustaka, penyimpanan dan melestarikan bahan pustaka dan pelayanan informasi.

(21)

b. Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

Meliputi penyuluhan, publisitas dan pameran.

2. Tugas Pokok Pustakwan Tingkat Ahli

a. Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi. Meliputi Pengembangan koleksi, pengolahan bahan pustaka/koleksi, penyimpanan, pelestarian dan pelayanan informasi.

b. Pemasyarakatan Perspustakaan, dokumentasi dan informasi.

Meliputi penyuluhan, publisitas, dan pameran.

c. Pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Meliputi pengkajian perpustakaan, pengembangan perpustakaan, menganalisis/kritik karya kepustakawanan dan menelaah pengembangan dibidang perpustakaan.

Selanjutnya menurut Mulyadi (2011:121) menyatakan bahwa : Tugas pokok pustakawan adalah kegiatan kepustakawanan yang wajib dilaksanakan oleh pejabat fungsional pustakawan dalam pengusulan penilaian angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi. Masing-masing tugas pokok diantaranya : Pustakawan Tingkat Terampil :

1. Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi.

2. Pemasyarakatan perpusdokinfo Pustakawan Tingkat Ahli :

1.Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi.

2. Pemasyarakatan perpusdokinfo.

3. Pengkajian pengembangan perpusdokinfo.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tugas pustakawan dalam menjalannkan fungsi perpustakaan memiliki tugas pokok yang berbeda dalam setiap tingkatan dan jabatan. Pustakawan dibagi dalam dua tingkatan yaitu pustakawan terampil dan pustakawan tingkat ahli.

Pustakawan terampil lebih fokus kepada operasional perpustakaan sedangkan pustakawan tingkat ahli memiliki tugas dalam operasional perpustakaan namun memiliki tugas tambahan seperti pengkajian dan

(22)

pengembangan di bidang kepustakawanan dan perpustakaan dokumentasi dan informasi.

2.1.3 Peranan Pustakawan

Peranan pustakawan dalam melayani pemustaka sangat beragam. Tidak semua pustakawan memiliki peranan yang sama. Dalam pelaksanaan perannya di perpustakaan, peran pustakawan dipengaruhi oleh institusi yang menaungi perpustakaan tersebut. Misalnya perpustakaan sekolah, pustakawan tidak hanya pengelola perpustakaan namun dapat berperan ganda sebagai guru. Berbeda dengan perpustakaan yang berada dibawah lembaga penelitian, pustakawan dapat menjadi peneliti ataupun mitra peneliti. Dalam banyak hal pustakawan dapat berperan ganda dalam menjalankan tugasnya.

Menurut Hermawan (2006:57) peran pustakawan yang dapat bersifat ganda dapat disingkat dengan akronim EMAS dengan rincian sebagai berikut :

a. Edukator

Sebagai educator (Pendidik), Pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik, ia harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik ia harus melaksanakan fungsi pendidikan yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik adalah mengembangkan kepribadian, mengajar adalah mengembangkan kemampuan berfikir dan melatih adalah membina dan mengembangkan keterampilan.

b. Manajer

Pada hakikatnya pustakawan adalah “manajer informasi” yang mengelola informasi pada satu sisi, dengan pengguna informasi pada sisi lain. Informasi yang banyak dan terdapat dalam berbagai wadah yang jumlah selalu bertambah harus dikelola dengan baik. Sebagai manajer pustakawan harus mempunyai jiwa kepemimpinan, kemampuan memimpin dan menggerakkan, serta mampu bertindak sebagai kordinator dan integrator dalam melaksanakan tugasnya sehari- hari.

(23)

c. Administrator

Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat melakukan analisis atas hasil yang telah dicapai, kemudian melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Oleh karena itu pustakawan harus mempunyai pengetahuan yang luas dibidang organisasi, sistem dan prosedur kerja.

d. Supervisor

Sebagai supervisor pustakawan harus ; (a). Dapat melaksanakan pembinaan professional, untuk mengembangkan jiwa kesatuan dan persatuan antar sesame pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan semangat kerja, dan kebersamaan; (b). Dapat meningkatkan prestasi, pengetahuan dan keterampilan, baik rekan-rekan sejawat maupun masyarakat pengguna yang dilayaninya; (c).

mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh ke depan, memahami beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tegas, adil, obyektif dalam melaksanakan tugasnya; dan (d). Mampu berkoordinasi, baik dengan sesame pustakawan maupun dengan para pembinanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan kendala, sehingga mampu meningkatkan kinerja unit organisasinya.

Selanjutnya menurut Ganggi (2019) bergesernya pola perilaku masyarakat dan budaya dengan melahirkan budaya internet maka di era ini peran pustakawan berubah menjadi :

1) Membantu pemustaka

Bantuan yang diberikan tidak lagi hanya berfokus pada bantuan ketika bertatap muka, tetapi juga bantuan dalam ketika sedang ada di dunia maya atau secara online. Pustakawan masih dapat menjelasakan penempatan koleksi kepada pemustaka tetapi koleksi yang dimaksud tidak hanya terbatas pada koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan saja tetapi juga pada informasi yang tersedia secara bebas di internet.

Meskipun disediakan secara bebas pustakawan harus tetap memperhatikan legalitas dan otentikasi informasi. Adanya kebebasan akses informasi di internet tidak jarang memunculkan informasi palsu (hoax). Disinilah peran asistensi pustakawan muncul, pustakawan diharapkan mampu memandu pemustaka dalam melakukan browsing maupun searching sehingga dapat terhindar dari informasi palsu (hoax). Disini pustakawan berperan serta menjadi manajer informasi.

2) Menjaga perpustakaan nampak atraktif dan rapi

Peran ini tidak lagi hanya sebatas menjaga perpustakaan Nampak atraktif dan rapi secara fisik, tetapi juga secara online. Adanya teknologi informasi dan kebutuhan pemustaka untuk dapat mengakses informasi dimanapun dan kapanpun tanpa terbatas ruang dan waktu

(24)

menciptakan perpustakaan digital. Perpustakaan digital juga perlu ditata sedemikian rupa sehingga tampilan di dalam web akan menarik dan rapi. Disini pustakawan dituntut untuk dapat menjadi web desainer sehingga ia mampu mementukan tata letak web perpustakaannya sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Lebih luas lagi pustakawan dapat menjadi web programming sehingga ia memiliki control penuh terhadap web perpustakaan digital yang ia miliki.

3) Mempromosikan perpustakaan dalam komunitas

Pustakawan memainkan peran sebagai sales marketing dan public relation (PR) untuk perpustakaannya. Dalam cyberculture munculah masyarakat online dimana mereka juga melakukan aktifitasnya dengan menggunakan media online. Pustakawan harus mampu menangkap fenomena ini dimana media online saat ini seharusnya dimanfaatkan menjadi media promosi dan publikasi kegiatan ataupun layanan yang dimiliki suatu perpustakaan.

4) Terlibat dalam kegiatan komunitas untuk menyediakan informasi dan kegiatan

Pemanfaatan media online dalam era cyberculture memunculkan jenis profesi baru yaitu content creator. Pustakawan dapat juga menjadi contet creator terutama dalam menyediakan informasi bagi pemustakanya baik secara individu maupun komunitas.

Pustakawan pun dapat juga menjadi influencer yang mengembangkan suatu kegiatan yang bermanfaat sehingga dapat diikuti oleh masyarakat, misalnya dalam hal literasi informasi dan knowledge management.

Media online dapat menjadi sarana yang paling cepat dan tepat.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwan dalam menjalankan tugas pustakawan tidak hanya berperan menjadi mengelola koleksi yang ada di perpustakaan namun lebih dari itu.

Selain mengerjakan tugas inti sebagai perpustakaan, pustakawan harus ikut aktif terlibat dan atraktif dalam melayani dan mengatasi masalah dan kebutuhan informasi pemustaka. Pustakawan dituntut memiliki kemampuan yang kompleks dalam melayani berbagai macam pemustaka dengan kearaktertistik dan kebutuhan yang berbeda. Maka dari itu pustakawan harus meningkatkan kemampuan dalam menghadapi pergeseran peran yang merupakan dampak dari perubahan budaya masyarakat khususnya dalam perilaku mencari kebutuhan informasinya.

(25)

2.2 Revolusi industri 4.0

Perkembangan taraf hidup manusia ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk memudahkan hidup manusia itu sendiri.

Ditemukannya penemuan baru oleh peneliti dapat menjadi pemacu utama dalam perkembangan hidup manusia yang mempengaruhi segala sisi kehidupan mereka.

Revolusi industri menjadi salah satu bentuk perkembangan ilmu pengetahuan menjadi topik yang sangat hangat dibicarakan hingga hari ini berlangsung sejak lama hingga akhirmya kita berada pada era Revolusi Industri 4.0.

Menurut Prasetiantono (2018) Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan teknologi yang semakin canggih, yang berpengaruh pada proses produksi pada sektor manufaktur. Tiga revolusi sebelumnya, yakni yang pertama pada tahun 1750-1830 dengan ditemukannya mesin uap dan kereta api. Kedua pada tahun 1870-1900 ditandai dengan penemuan listrik, dan alat komunikasi, ketiga dengan ditemukannya komputer, internet dan telepon genggam (1960-sekarang).

Drath dan Horch (2014) menyatakan Angka empat pada istilah Industri 4.0 merujuk pada revolusi yang ke empat. Industri 4.0 merupakan fenomena yang unik jika dibandingkan dengan tiga revolusi industri yang mendahuluinya. Industri 4.0 diumumkan secara apriori karena peristiwa nyatanya belum terjadi dan masih dalam bentuk gagasan.

Era revolusi industri ditandai pula dengan berbagai hal yang serba cepat.

Kecepatan ini merupakan dampak dari penggunaan internet dan dunia digital.

Interaksi dan transaksi lebih didominasi dengan pemanfaatan akses internet.

Internet memungkinkan berbagai data terhubung sehingga proses produksi lebih

(26)

efisien. Revolusi industri mempengaruhi aspek kehidupan termasuk perpustakaan.

Revolusi industri yang melahirkan struktur teknologi yang baru juga dilatorbelakangai dari kebiasaan masyarakat dalam menggunakan perpustakaan sebagai sumber informasi. Hal ini menuntut perpustakaan mengadopsi dan mengaplikasikan teknologi revolusi industri 4.0 dalam sistem pelayanannya.

2.3 Konsep Library 4.0

Perkembangan adalah suatu perubahan secara alamiah dan terstruktur yang mempengaruhi suatu sistem baik biologis ataupun buatan yang mempengaruhi bentuk dan pola baik dalam sistem teknologi ataupun pola hidup masyarakat.

Perkembangan teknologi adalah suatu perkembangan yang terstruktur yang dibuat oleh manusia dalam usaha memenuhi dan membantu pekerjaan manusia. Tentunya perubahan dalam masyarakat dengan diaplikasikannya suatu sistem baru yang dapat diakibatkan oleh terciptanya suatu teknologi berupa alat yang membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari membuat satu perubahan kebiasaan dan membudaya.

Library 4.0 adalah salah satu bentuk sistem yang lahir dari suatu perkembangan

teknologi yang dikembangkan untuk membentuk sistem yang membantu manusia khususnya dalam perpustakaan.

Menurut Younghee Noh (2015) menyatakan bahwa :

“library 4.0 dikembangkan dengan fokus pemanfaatan teknologi digital dan internet di perpustakaan yang saling terhubung dalam komunitas sosial dengan memperhatikan aspek pengembangan teknologi digital perpustakaan yang ramah lingkungan seperti makerspace, google glass, digitalisasi, big data, cloud computing dan augment reality.”

Menurut Dewi Wasitarini (2018) menyatakan Bahwa :

“Fase Library 4.0 adalah fase dimana perpustakaan dalam mengelola koleksi perpustakaan dan memberikan layanan kepada masyarakat

(27)

setidaknya dapat memanfaatkan teknologi cyber physical system yaitu teknologi sensor robotic jaringan M2M, Internet Of thing (IOT), Cloud Computing dan Big Data Analityc.”

Selanjutnya menurut Noh (2015) ada beberapa Karakteristik fitur utama yang dimiliki perpustakaan di era Library 4.0, yaitu :

a. intelligence-based

Perpustakaan 4.0, sebagai perpustakaan masa depan, akan menjadi perpustakaan cerdas di mana tidak hanya inferensi dan penelitian yang tersedia, tetapi sistem akan menganalisis informasi dengan sendirinya dan mendiskusikan temuan dengan pengguna seperti kolega.

b. massive data

Jumlah data dan layanan yang akan dikelola oleh perpustakaan masa depan akan cukup besar untuk mengubahnya menjadi Massive Data Libraries. Konsep dan layanan big data, layanan cloud, dan konten open source muncul berkat skala akumulasi data, perluasan layanan, dan peningkatan ketersediaan karena format open-source.

c. augmented reality

Augmented reality adalah teknologi yang menunjukkan elemen virtual yang diletakkan di atas tampilan dunia nyata (Azuma et al., 2001). Ia juga dikenal sebagai Mixed Reality (MR) karena menunjukkan elemen dunia nyata dikombinasikan dengan yang virtual untuk informasi tambahan. Sistem ini tersedia untuk interaksi waktu nyata dalam ruang 3D sehingga informasi tanpa batas dapat diwujudkan dan dimanfaatkan pada waktu dan tempat yang diinginkan.

Dalam menerapkan teknologi augmented reality menyarankan sebuah sistem di mana informasi lokasi pengguna dan buku berada di perpustakaan ditunjukkan ketika mereka mencari katalog dan kemudian memandu pengguna ke lokasi itu. Metode ini untuk merealisasikan teknologi dan desain menggunakan augmented reality untuk kenyamanan pengguna yang lebih besar dapat diterapkan lebih luas di perpustakaan, mungkin digunakan untuk menyediakan: informasi buku dan informasi evaluasi augmented reality ke buku nyata, augmented reality informasi ke gedung atau fitur lain perpustakaan, dan menambah informasi realitas ke fasilitas interior perpustakaan.

d. context aware

Generasi berikutnya dari perpustakaan di era Library 4.0 Context aware. Teknologi komputasi yang sadar konteks adalah

(28)

sistem yang dirancang untuk mencari dan menyediakan layanan yang dibutuhkan pengguna dalam situasi mereka saat ini dengan menganalisis dan mengidentifikasi informasi kontekstual yang tersedia (situasi pengguna saat ini) seperti lokasi pengguna saat ini, waktu, orang dan perangkat di sekitarnya, perilaku pengguna dan data yang dimasukkan.

e. Cutting-edge recognition capability

Perpustakaan diera Library 4.0 akan memungkinkan untuk mewujudkan lingkungan tampilan terdepan yang dilengkapi dengan kemampuan pengenalan. Model representatif dari peralatan layar mutakhir ini adalah Google Glass, HUD, Flexible Display, dan Transparent Display. Google Glass dapat menggunakan banyak aplikasi Google lainnya termasuk Google Now, Google Map, Google Plus, dan Gmail. Google Glass saat ini dapat menampilkan fungsi termasuk menunjukkan informasi dalam bentuk hands-free, interaksi melalui suara perintah dalam bahasa alami, perekaman video, pengambilan gambar, panggilan video , pencarian gambar, terjemahan, panduan arah, pengiriman pesan, pencarian cuaca, dan memberikan informasi penerbangan. Fungsi-fungsi ini hanya permulaan dan dapat diperpanjang, diperkuat, dan ditingkatkan sebanyak yang diinginkan. Teknologi ini akan menggantikan layar yang ada pada laptop, monitor PC, dan televisi, dan diharapkan untuk dianut oleh perpustakaan dimasa depan.

f. Infinite Creative Space

Menggabungkan ruang kreatif tanpa batas dengan layanan perpustakaan adalah hal yang inovatifide yang akan berdampak positif pada kehidupan pengguna perpustakaan.Ruang kreatif tak terbatas di perpustakaan akan memungkinkan pengguna untuk melihat duniaberbeda dan memberi mereka kesempatan untuk mengeksplorasi atau membayangkan yang barukemungkinan untuk masa depan yang akan mereka ciptakan.

Konsep ruang kreatif tanpa batas dimaksudkan untuk memfasilitasi penciptaan sesuatu menggunakan teknologi. Ruang ini dimaksudkan untuk menarik orang-orang kreatif, dan gerakan ruang kreatif tanpa batas yang berpusat di perpustakaan membantu mengajari pengguna untuk berpikir kreatif dan mengeksplorasi solusi. Ini adalah ruang tempat orang berkumpul dan menciptakan hal-hal baru dengan teknologi tertentu.

Dari beberapa pendapat diatas dapat dilihat bahwa Library 4.0 adalah perkembangan layanan perpustakaan yang dipengaruhi oleh kebutuhan dan sosial budaya masyarakat yang berkembang sehingga membentuk Revolusi industri 4.0

(29)

yang memepengaruhi sistem perppustakaan. Proses interaksi antara manusia dan perangkat teknologi sebagai media komunikasi dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari membentuk suatu sistem masyarakat baru yaitu masyarakat online. Masyarakat online melahirkan suatu sistem dan karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya yang cenderung menggunakan teknologi dalam segala aspek kehidupan. Dengan pemanfaatan teknologi secara terus menerus mendorong segala perubahan yang berhubungan dengan masyarakat itu sendiri termasuk perpustakaan. Informasi sebagai produk utama dalam perpustakaan menjadi salah satu aspek yang sangat terpengaruhi. Maka perpustakaan harus menyesuaikan diri dari berbagai aspek sehingga dapat memenuhi kebutuhan informasi pemustaka.

2.4 Kompetensi Pustakawan Dalam Menghadapi Era Library 4.0 2.4.1 Pengertian Kompetensi

Dalam melaksanakan tugas suatu profesi ada kriteria kemampuan yang harus dimiliki atau biasanya disebut kompetensi. Seseorang dikatakan professional dalam menjalankan tugasnya jika mampu mengaplikasikan ilmunya sesuai standard kompetensi yang telah ditetapkan.

Menurut Nierkerk (2014:4) Mendefenisikan :

“A competency is defined as the minimum knowledge, skills and abilities required by a practitioner to confidently perform a task.”

(Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan minimal yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan pekerjaan yang menjadi tugasnya dengan penuh percaya diri).

Selanjutnya menurut Nora (2015:224) memberikan pendapat bahwa : Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, kemampuan atau karakteristik yang berhubungan dengan tingkat kinerja suatu pekerjaan seperti pemecahan masalah, pemikiran analitik, atau kepemimpinan. Jadi, kompetensi pustakawan adalah pengetahuan, keterampilan, dan prilaku

(30)

yang harus dimiliki seorang pustakawan agar kinerja mereka mencapai standard yang ditetapkan oleh perpustakaan dan universitas induk organisasi yang terkait budaya organisasi dan lainnya.

Harmawan (2016) menyebutkan bahwa kompetensi sendiri di bedakan menjadi dua tipe yaitu:

1. Tipe soft competency,

Tipe ini berkaitan dengan kemampuan pustakawan didalam mengatur proses pekerjaan dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam tipe ini dibutuhkan kemampuan dalam membangun komunikasi yang posistif agar mampu memimpin, mengemu-kakan pendapat, mengatasi permasalahan yang mungkin timbul (problem solving), dan kemampuan dalam membangun relasi atau social network serta kemampuan dalam membangun hubungan dalam berkolaborasi dengan pihak lain. Dalam tipe ini dapat disebut sebagai kemampuan interpersonal relation.

2. Tipe hard competency

Dalam tipe ini berkaitan dengan kemampuan teknis dan fungsional pada pekerjaan pokok pustakawan sesuai bidang tugas nya di perpustakaan seperti kemampuan dasar dalam membuat klasifikasi, membuat katalog, indeksing, entry data, layanan sirkulasi, penelusuran informasi dan kecepatan dalam mengakses sumber-sumber informasi yang dibutuhkan pemustaka dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan keterampilan minimal yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan tugas profesinya. Kompetensi memiliki beberapa bentuk dan jenis, dimana kompetensi tersebut harus dimiliki dan dikombinasikan dalam diri seseorang yang professional. Dalam melaksanakan tugas sesuai kompetensi, setiap profesi akan mengeluarkan standard kompetensi sehingga dapat menjadi pedoman dalam menilai seseorang sudah berkompeten atau tidak.

2.4.2 Kompetensi Pustakawan Menurut Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Tahun 2019

Untuk memenuhi tugas sebagai pustakawan memiliki tanggung jawab yang besar untuk memberikan pelayanan yang baik kepada pengguna. Selain dalam pelayanan sebagai pustakawan harus memiliki kompetensi yang mampu

(31)

mengerjakan seluruh tugas kerumah tanggaan perpustakaan. Dalam menjalankan tugas sebagai tenaga professional pustakawan harus memeliki standar kerja yang harus diikuti dan menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan perannya.

Bersadarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 236 tahun 2019 tentang penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional indonesia kategori kesenian, hiburan dan rekreasi golongan pokok perpustakaan, arsip, museum dan kegiatan kebudayaan lainnya bidang perpustakaan menyatakan bahwa Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Dengan dikuasainya standar kompetensi tersebut oleh seseorang, maka yang bersangkutan mampu:

a. Bagaimana mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan

b. Bagaimana mengorganisasikannya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan

c. Apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula

d. Bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.

SKKNI menjadi pedoman dalam pelaksanaakan tugas dan fungsi sebagai tenaga professional Perpustakaan yang diakui. Khusus untuk SKKNI bidang

(32)

perpustakaan terdapat beberapa unit kompetensi yang harus dipenuhi dalam kegiatan kerumahtanggan perpustakaan meliputi Pengembangan koleksi perpustakaan, Pengorganisasian Bahan Perpustakaan, Layanan Perpustakaan, Pelestarian Bahan Perpustakaan, Pengembangan Profesi dan Sistem Kepustakawanan, Manajemen Perpustakaan, Penerapan teknologi informasi dan komunikasi Perpustakaan.

Tabel 2.1 Unit Kompetensi Berdasarkan SKKNI Bidang Perpustakaan Tahun 2019

KEGIATAN UNIT KOMPETENSI

1. Pengembangan Koleksi Perpustakaan

- Merumuskan Kebijakan Pengembangan Koleksi Perpustakaan

- Mengevaluasi Kebijakan Pengembangan Koleksi Perpustakaan

- Melakukan Analisis Kebutuhan Informasi Pemustaka

- Melakukan Seleksi Bahan Perpustakaan - Melakukan Pengadaan Bahan Perpustakaan

- Merencanakan Evaluasi Pengembangan Koleksi Perpustakaan

- Melakukan Evaluasi Pengembangan Koleksi Perpustakaan

- Melakukan Stock Opname Koleksi Perpustakaan 2. Pengorganisasian

Bahan Perpustakaan

- Merumuskan Kebijakan Pengorganisasian Bahan Perpustakaan

- Mengevaluasi Kebijakan Pengorganisasian Bahan Perpustakaan

(33)

- Membuat Deskripsi Bibiliografis Bahan Perpustakaan

- Menentukan Titik Akses Kepengarangan - Melakukan Analisis Subjek

- Menentukan Notasi Subjek - Mengelola Struktur Metadata

- Melakukan Copy Cataloging Berbasis Komputer - Melakukan Validasi Data Bibliografi

- Membuat Identitas Bahan Perpustakaan - Melakukan Penjajaran Kartu Katalog - Membuat Anotasi Koleksi Perpustakaan - Membuat Abstrak Koleksi Perpustakaan - Membuat Indeks

- Menyusun Bibliografi

- Membuat Panduan Pustaka (Pathfinder) - Menyusun Direktori

- Membuat Tajuk Kendali Nama Orang - Membuat Tajuk Kendali Badan Korporasi - Membuat Tajuk Kendali Wilayah

- Membuat Tajuk Kendali Subjek

3. Layanan Perpustakaan - Merumuskan Kebijakan Layanan Perpustakaan - Mengevaluasi Kebijakan Layanan Perpustakaan - Melakukan Penjajaran Koleksi Perpustakaan - Melakukan Layanan Sirkulasi

- Melakukan Layanan Multimedia - Melakukan Layanan Anak - Melakukan Layanan Remaja - Melakukan Layanan Lansia

- Melakukan Layanan untuk Penyandang Disabilitas - Melakukan Layanan Perpustakaan Keliling

- Melakukan Penuturan Cerita (Story Telling)

(34)

- Melakukan Survei Kepuasan Pemustaka - Melakukan Silang Layan Perpustakaan - Melakukan Layanan Referensi

- Melakukan Penelusuran Informasi - Melakukan Bimbingan Pemustaka - Menyusun Paket Informasi Terseleksi

- Mendefinisikan Kebutuhan Informasi Individu - Melakukan Evaluasi Informasi

- Melakukan Analisis-Sintesis Informasi - Melakukan Diseminasi Informasi - Membuat Resensi

- Menyusun Kumpulan Abstrak

- Melakukan Layanan Informasi Terbaru

- Membuat Ringkasan Eksekutif (Executive Summary)

- Menyusun Kliping

- Merancang Program Promosi Perpustakaan - Membuat Materi Promosi Perpustakaan 4. Pelestarian Koleksi

Perpustakaan

- Merumuskan Kebijakan Pelestarian Bahan Perpustakaan

- Mengevaluasi Kebijakan Pelestarian Bahan Perpustakaan

- Melakukan Persiapan Penanggulangan Bencana di Perpustakaan

- Melakukan Tanggap Pemulihan Bencana di Perpustakaan

(35)

- Melakukan Pemetaan Kerusakan Bahan Perpustakaan

- Melakukan Pemeliharaan Ruang Penyimpanan Bahan Perpustakaan

- Melakukan Perawatan Bahan Perpustakaan - Melakukan Fumigasi Bahan Perpustakaan - Melakukan Deasidifikasi Bahan Perpustakaan - Melakukan Enkapsulasi Bahan Perpustakaan - Melakukan Laminasi Bahan Perpustakaan - Melakukan Bleaching Bahan Perpustakaan - Melakukan Mending Bahan Perpustakaan - Melakukan Lining Bahan Perpustakaan - Melakukan Penjilidan Bahan Perpustakaan

- Membuat Sarana Penyimpanan Bahan Perpustakaan

- Mengevaluasi Pelaksanaan Pelestarian Fisik Bahan Perpustakaan

- Melakukan Pelestarian Informasi dalam Format Digital

- Melakukan Pelestarian Bahan Perpustakaan Digital - Melakukan Pelestarian Informasi dalam Format

Mikro

(36)

- Melakukan Pelestarian Informasi dalam Bentuk Reproduksi Bahan Perpustakaan

5. Pengembangan Profesi Kepustakawanan

- Menyusun Proposal Kajian Bidang Kepustakawanan

- Melakukan Kajian Monodisiplin Bidang Kepustakawanan

- Melakukan Kajian Multidisiplin Bidang Kepustakawanan

- Melakukan Kajian Interdisiplin Bidang Kepustakawanan

- Melaksanakan Pemetaan Hasil Penelitian - Menyusun Buku Kepustakawanan - Menyusun Artikel Kepustakawanan

- Menyusun Makalah Kebijakan Kepustakawanan - Membuat Tinjauan Literatur

- Menyusun Prosiding

- Menyusun Bunga Rampai Kepustakawanan - Membuat Timbangan Buku

6. Manajemen Perpustakaan

- Membuat Rencana Induk Pengembangan (Grand Design) Perpustakaan

- Membuat Rencana Strategis Perpustakaan

- Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kegiatan Perpustakaan

- Membuat Pedoman

- Membuat Prosedur Operasional Baku

- Merancang Rekrutmen dan Pengembangan SDM Perpustakaan

- Merancang Pengelolaan Sarana dan Prasarana Perpustakaan

- Menyusun Rancangan Kerjasama Perpustakaan

(37)

- Merancang Kewirausahaan Perpustakaan

- Melakukan Monitoring Pelaksanaan Pengelolaan Perpustakaan

- Mengevaluasi Kinerja Perpustakaan 5. Penerapan Teknologi

Informasi dan Komunikasi Perpustakaan

- Merancang Otomasi Perpustakaan

- Menginstal Aplikasi Otomasi Perpustakaan - Merancang Sistem Perpustakaan Digital - Mengelola Repositori Institusi

- Mengelola Metadata Koleksi Digital - Membuat Website Perpustakaan - Merancang Portal Perpustakaan

- Menginstalasi Aplikasi Portal Perpustakaan

- Membuat Publikasi Karya Pemustaka (ePublishing)

- Mengoperasikan Perangkat Lunak Anti Plagiarisme

- Mengoperasikan Perangkat Lunak Pengelolaan Sitasi

- Membuat Produk Multimedia untuk Perpustakaan - Mengelola e-Resources

- Mengelola Jurnal Elektronik

Berdasarkan kompetensi pustakawan yang terdapat pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dapat dilihat bahwa kompetensi

(38)

pustakawan memiliki lingkup yang luas namun berbeda berdasarkan cakupan kerja.

SKKNI bidang perpustakaan menyesuaikan kompetensi pustakawan dengan perkembangan masyarakat dengan pengembangan SKKNI pada tahun 2019 dimana pustakawan dituntut multidisiplin dan kemampuan teknologi informasi yang mumpuni memiliki beberapa tingkatan sesuai tugas dan fungsinya. Kompetensi merupakan tolak ukur yang dapat dijadikan pedoman dalam menilai keterampilan pustakawan dalam menjalankan tugasnya.

2.4.3 Kompetensi pustakawan di Era Library 4.0

Perubahan kebudayaan atau pola hidup masyarakat yang masif secara universal adalah bentuk pergeseran dari masyarakat yang berkembang dan membudaya. Perkembangan baik dari segala aspek dapat dirubah oleh aspek lainnya yang saling berkaitan. Library 4.0 adalah bentuk pergesaran yang dipengaruhi oleh teknologi dan berdampak terhadap segala kegiatan dan aktivitas masyarakat baik secara langsung dan tidak langsung.

Perkembangan masyarakat yang secara massif mengikuti perkembangan yang ada menjadi factor pengubah seluruh aspek yang berhubungan dengan masyarakat terus berubah mengikuti agar tetap eksis. Perpustakaan menjadi salah satu layanan yang langsung berhubungan dengan masyarakat sebagai pemustaka tentunya harus peka dengan apa yang berkembang didalam pola kehidupan masyarakat. Library 4.0 melahirkan masyarakat dengan pola perilaku yang berbeda dengan generasi masyarakat sebelumnya menciptakan kebiasaan baru yang mempengaruhi kebutuhan mereka khususnya dalam bidang informasi sebagai objek utama perpustakaan.

(39)

Masyarakat online yang tercipta dari masyarakat yang cenderung menggunakan teknologi jaringan internet membuat perubahan dalam perilaku pencarian informasi. Sebelum berkembangnya generasi masyarakat baru ini, pemustaka sebagai pengguna perpustakaan cenderung memmilih koleksi cetak dan datang langsung keperpustakaan. Sedangkan dengan perkembangan masyrakat di era Library 4.0 cenderung memilih akses kekoleksi yang terbuka secara gratis tanpa harus datang keperpustakaan. Hal ini menjadi perhatian penting bagi perpustakaan yang harus menyediakan koleksi elektronik yang dapat diakses secara daring baik berupa buku, jurnal, Audio Visual dan bahan pustaka lainnya.

Perpustakaan yang berfungsi memberikan informasi melalui koleksi bahan pustaka yang dimilikinya saat ini sudah mulai menyediakan akses terhadap koleksi secara online dengan menyediakan beberapa sumber seperti basis data jurnal, koleksi buku elektronik dan sumber koleksi online lainnya. Dengan perubahan tersebut paradigma perpustakaan bergeser yang awal mulanya dianggap sebagai gedung dengan penyedia buku namun bergeser tidak hanya menyediakan koleksi tapi perpustakaan sebagai penyedia akses terhadap informasi.

Pustakawan sebagai sumberdaya manusia yang berhadapan langsung dengan pemustaka memiliki peran yang berubah signifikan. Pustakawan dianggap sebagai orang yang bekerja sebagai penjaga dan pengelola buku kini berubah menjadi jembatan penghubung akses informasi, saat ini pustakawan tidak hanya menjadi penghubung akses informasi tetapi juga dapat menjadi produsen informasi.

Pustakawan mengambil peran penting sebagai produsen maupun distributor

(40)

informasi kepada konsumen informasi (pemustaka). Tentunya dengan perubahan yang disebutkan tersebut pustakawan pada era Library 4.0 memiliki kemampuan dan keterampilan berbeda dengan era sebelumnya.

Dalam perkembangan perpustakaan di era Library 4.0 pustakawan harus menyesuaikan diri. Pustakawan tidak hanya mengerjakan pekerjaan konvensional seperti mengolah koleksi tercetak tetapi pustakawan harus dapat mengolah koleksi digital atau elektronik. Pustakawan perlu memiliki keterampilan khusus untuk mengolah sumber daya elektronik di perpustakaan. Pustakawan dituntut untuk dapat mengintegrasikan sumber daya yang ada di internet untuk dapat memenuhi kebutuhan pemustaka dan mengimplementasikannya kedalam lingkungan pendidikan.

Dewi Wasitarini dan Chaerul Umam (2018) membagi kompetensi yang dibutuhkan pustakawan dalam menghadapi era Library 4.0 adalah sebagai berikut :

1. Kompetensi Professional

Adalah kemampuan terkait dengan pengetahuan bidang sumber- sumber informasi diantaranya teknologi, manajemen pelatihan dan kemampuan menggunakan pengetahuan sebagai dasar layanan perpustakaan dan informasi. Kompetensi ini meliputi :

1. Kemampuan mengelola dan menganalisa data digital 2. Kemampuan mengimplementasikan layanan referensi

3. Kemampuan menggunakan pengetahuan sumber-sumber informasi

4. Kemampuan untuk meningkatkan jumlah dan pengembangan koleksi perpustakaan yang dibutuhkan masyarakat

(41)

5. Kemampuan mengembangkan program dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) perpustakaan yang optimal dan berkesinambungan.

2. Kompetensi individual

Adalah satu kesatuan keterampilan perilaku dan nilai yang dimiliki pustakawan agar dapat bekerja efektif, menjadi komunikator yang baik, meningkatkan pengetahuan serta mampu adaptif terhadap perkembangan dalam dunia kerjanya. Kompetensi ini meliputi :

1. Kemampuan Beradaptasi, mencari dan melakukan pembaharuan secara professional

2. Kemampuan berkomunikasi dengan baik 3. Kemampuan menganalisa kebijakan organisasi 4. Kemampuan bekerja kreatif

5. Kemampuan bertahan terhadap perubahan dan perkembangan dalam dunia kerjanya

6. Kemampuan memberikan ide melalui terobosan-terobosan baru

3. Kompetensi teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan Aadalah kemampuan/pengetahuan memanfaatkan, mengoperasikan dan memahami perkembangan teknologi informasi dibidang perpustakaan khususya di era Library 4.0. kemampuan ini meliputi :

1. kemampuan/pengetahuan dalam memanfaatkan dan memahami Internet of Thing

2. kemampuan/pengetahuan dalam memanfaatkan dan memahami Teknologi/ informasi digital

3. kemampuan/pengetahuan dalam memanfaatkan dan memahami Analisis Big Data

4. kemampuan/pengetahuan dalam memanfaatkan dan memahami Cyber security (Keamanan di dunia maya)

(42)

5. kemampuan/pengetahuan dalam memanfaatkan dan memahami Cloud Computing (Komputasi awan)

6. kemampuan/pengetahuan dalam memanfaatkan dan memahami Augmented Reality

Berdasarkan deskripsi kompetensi pustakawan diatas dapat dilihat bahwa pustakawan memiliki pergeseran peran dan tugas yang semakin kompleks sehingga pustakawan harus mempunyai kemampuan tersebut yang sebelumnya dipandang bukan keahlian yang harus dimiliki pustakawan. Pustakawan di era Library 4.0 dituntut memiliki kemampuan yang lebih dibidang teknologi informasi namun tidak bersentuhan secara langsung kebidang tersebut. Selain itu pustakawan diharuskan memiliki soft skill yang baik seperti kemampuan komunikasi, kemampuan beradaptasi dan pengetahuan tentang analisis kebijakan organisas. Kompetensi pustakawan di era Library 4.0 Mencerminkan bahwa internet dan teknologi informasi yang berkembang saat ini bukanlah musuh bagi perpustakaan melainkan salah saktu faktor besar pendukung layanan berkualitas.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan Kuantitatif. Menurut Siyoto (2015:19) Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.

Untuk mendapat kan hasil penelitian yang akurat dan bersifat ilmiah maka perlu dilakukan pemilihan metode yang tepat. Metode yang dipilih harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian dan sifat masalah yang ingin dipecahkan yang akan mempengaruhi hasil akhir penelitian.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Kampus USU, Jl. Perpustakaan No.1, Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah objek penelitian yang akan memberikan atau menghasilkan data yang akan dikonversi sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Siyoto (2015) mengatakan Populasi adalah merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(44)

Berkenaan dengan pendapat diatas populasi dari penelitian ini adalah Pustakawan. Pustakawan tersebut adalah yang mempunyai latar belakang pendidikan Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara berjumlah 14 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri dan karakteristik yang dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Menurut Siyoto (2015) Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Berdasarkan pendapat diatas bahwa sampel diambil dari bagian populasi jika memiliki jumlah yang besar. Tujuan ditetapkan sampel untuk memudahkan peneliti dalam menghemat tenaga, waktu dan biaya.

Dalam menentukan sampel terlebih dahulu dilakukan teknik penarikan sampel, Teknik penarikan sampel yang terdiri dari dua bagian yaitu probability sampling dan non propabilty sampling. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yang merupakan bagian dari non-probability sampling,sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel dengan cara menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel. Dalam penelitian ini penentuan samplingdengan sampling jenuh yaitu semua populasi dijadikan sampel (total sampling).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.

(45)

3.4.1 Kuesioner

Kuesioner merupakan kumpulan pertanyaan dan peryataan dalam bentuk tertulis yang akan diberikan kepada responden. Untuk mengetahui Kompetensi pustakawan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara maka diperlukan beberapa indikator yang perlu diperhatikan. Indikator tersebut diambil dari teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini.

Indikator yang menjadi acuan dari Kompetensi pustakawan di era Library 4.0 dalam penelitian ini dapat dilihat pada table 3.1 berikut :

Tabel-3.1: Tabel Indikator

Variabel Indikator No.Item Jumlah

Item Kompetensi

Pustakawan di Era Library 4.0

a. Kompetensi Professional

1. Kemampuan mengelola dan menganalisa data digital

2. Kemampuan mengimplementasikan layanan referensi

3. Kemampuan menggunakan

pengetahuan sumber-sumber informasi 4. Kemampuan untuk meningkatkan

jumlah dan pengembangan koleksi perpustakaan yang dibutuhkan masyarakat

5. Kemampuan mengembangkan program dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) perpustakaan yang optimal dan berkesinambungan.

1,2,3,4,5 5

b. Kompetensi Individual 6,7,8,9,10,11 6

(46)

1. Kemampuan Beradaptasi, mencari dan melakukan pembaharuan secara professional

2. Kemampuan berkomunikasi dengan baik

3. Kemampuan menganalisa kebijakan organisasi

4. Kemampuan bekerja kreatif

5. Kemampuan bertahan terhadap perubahan dan perkembangan dalam dunia kerjanya

6. Kemampuan memberikan ide melalui terobosan-terobosan baru

c. Kompetensi teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan

1. kemampuan/pengetahuan dalam memanfaatkan dan memahami Internet of Thing

2. kemampuan/pengetahuan dalam memanfaatkan dan memahami Teknologi/ informasi digital

3. kemampuan/pengetahuan dalam memanfaatkan dan memahami Analisis Big Data

4. kemampuan/pengetahuan dalam memanfaatkan dan memahami Cyber security (Keamanan di dunia maya) 5. kemampuan/pengetahuan dalam

memanfaatkan dan memahami Cloud Computing (Komputasi awan)

12,13,14,15,1 6,17

6

(47)

6. kemampuan/pengetahuan dalam memanfaatkan dan memahami Augmented Reality

TOTAL 17

3.4.2 Observasi

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data penelitian secara langsung kepada objek penelitian. Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung menggunakan panca indra ke Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Data Penelitian ini bersumber dari :

1. Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung melalui informan dengan menyebarkan kuesioner dan data yang diperoleh akan dioleh dengan metode tertentu untuk dapat menjawab masalah penelitian

2. Data Skunder merupakan data pendukung penelitian yang diperoleh melalui studi kepustakaan seperti buku, jurnal ilmiah dan sumber kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan topikn penelitian.

3.6 Analisis Data

Dalam Penelitian ini data dianalisis dengan metode kuantitatif dimana data dikumpulkan terlebih dahulu secara langsung melalui responden kemudian dianalisa dan diinterpretasikan sehingga mendapatkan keterangan yang dapat menjawab masalah penelitian.

(48)

Untuk validitas data maka digunakan metode Rating-Scale. Menurut Sugiono (2009, 141) menyatakan bahwa dengan rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model rating-scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu rating-scale lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi juga untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.

Rumus rating scale:

PSkor Pengumpulan Data

Skor Ideal 𝑥 100%

P = Angka persentase Skor pengumpulan

data = skor jawaban keseluruhan responden

Skor ideal = skor tertinggi tiap butir x jumlah responden x jumlah butir.

Pertanyaan dimuat dalam bentuk kuisioner dengan memberikan nilai dengan bobot tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya.

Keterangan angka alternatif jawaban:

1 = Tidak Baik 3 = Cukup Baik 5 = Sangat Baik 2 = Cukup Baik 4 = Baik

(49)

Menurut rumus skala interval yang dikemukakan oleh Simamora (2004 : 220) didapatkan nilai interpelasi skor persepsi bahwa apabila nilai tara-rata hitung sebagai berikut:

3,26 - 4,00 % = Sangat baik 2,51 - 3,25% = Baik

1,70 - 2,50% = Kurang baik 1,00 - 1,75% = Tidak baik

Untuk menafsirkan hasil Tabulasi data dapat dilakukan dengan metode penafsiran dari Supardi (1979) dengan rincian sebagai berikut:

1 – 24 % : Sebagian Kecil 25 – 49 % : Hampir setengah 50 % : Setengah

51 – 74 % : Sebagian besar 75 – 99 % : Pada umumnya 100 % : Seluruhnya

Gambar

Tabel 2.1 Unit Kompetensi Berdasarkan SKKNI Bidang Perpustakaan  Tahun 2019
Tabel 4.1 Kemampuan Mengelola dan Menganalisa   Data Digital  Pilihan  Jawaban  Frekuensi (N)  Presentase (%)  Sangat Baik  -  -  Baik  8  57,1
Tabel 4.2 Kemampuan Mengimplementasikan  Layanan Referensi  Pilihan  Jawaban  Frekuensi (N)  Presentase (%)  Sangat Baik  2  14,3  Baik  7  50  Cukup Baik  1  7,1  Cukup  4  28,6  Tidak Baik  -  -  Jumlah  11  100
Tabel 4.3 Kemampuan Menggunakan Pengetahuan   Sumber-Sumber Informasi  Pilihan  Jawaban  Frekuensi (N)  Presentase (%)  Sangat Baik  1  7,1  Baik  11  78  Cukup Baik  -  -  Cukup  1  7,1  Tidak Baik  1  7,1  Jumlah  14  100
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diketahui bahwa dari beberapa aspek kompetensi pustakawan di bidang TI yang meliputi Core E-mail, Core Hardware, Core Int*det, Core

Data tentang aspek atau unsur yang diperlukan untuk menghitung kebutuhan jumlah pustakawan pada kelompok perpustakaan Perguruan Tinggi adalah seperti pada Tabel – 1:.. Tabel – 1:

Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila ditinjau dari kompetensi interpersonal yang didalamnya terdiri dari kemampuan pustakawan dalam berkomunikasi, berprestasi dalam

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kode etik pustakawan pada Perpustakaan UIN Sumatera Utara berdasarkan kode etik pustakawan Indonesia tentang

Kompetensi teknologi informasi dan komunikasi meliputi: Kemampuan merumuskan query untuk penelusuran informasi di internet, kemampuan menggunakan fasilitas mesin pencari,

Sebelum adanya teknologi informasi yang ada di perpustakaan UIN-SU, pustakawan bagian sirkulasi hanya memberikan layanan peminjaman dan pengembalian secara manual

Untuk menjadikan perpustakaan kelas dunia, pustakawan harus bisa menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dalam perpustakaan. Guna untuk mengolah dan menyajikan informasi