• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Mahasiswa Memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Mahasiswa Memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG PEMILIHAN PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN OLEH MAHASISWA ILMU

PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam

Bidang Studi Ilmu Perpustakaan

KHAIRUNISSA NIM : 100709070

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Khairunissa. 2015. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Mahasiswa Memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi mahasiswa memilih program studi Ilmu perpustakaan, mengetahui persepsi mahasiswa terhadap program studi Ilmu Perpustakaan, dan untuk mengetahui harapan mahasiswa dalam memilih program studi Ilmu Perpustakaan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu melakukan pengamatan dan memberikan kuesioner pada responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap jurusan Ilmu Perpustakaan mulai tinggi, yang dapat dilihat bahwa 42,9 % mahasiswa memilih jurusan Ilmu Perpustakaan. Motivasi atau dorongan yang melatarbelakangi mahasiswa memilih jurusan Ilmu Perpustakaan adalah berasal dari diri sendiri, dan juga berasal dari beberapa faktor lain seperti orang tua, keluarga, lingkungan pergaulan (teman-teman) dan lingkungan sekolah. Persepsi mahasiswa terhadap jurusan Ilmu Perpustakaan cukup bagus karena hampir setengahnya (40,3) responden setuju bahwa jurusan Ilmu Perpustakaan semakin mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kemudian sebagian besar (70,1%) responden setuju bahwa lulusan ilmu perpustakaan mampu bersaing dengan lulusan dari jurusan lain. Kemudian harapan mahasiswa setelah lulus dari jurusan Ilmu Perpustakaan adalah sebagian besar (53,2%) responden memiliki keinginan bekerja di bidang informasi selain perpustakaan jika mereka lulus nanti.

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Mahasiswa Memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara”. Selawat dan salam juga peneliti ucapkan untuk junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara.

Peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah memberikan dukungan baik waktu, tenaga, dan pikiran serta semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ibunda Tengku Maimunah yang tiada henti-hentinya memberikan dukungan moral maupun materi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd sebagai Ketua Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

3. Ibu, Hotlan Siahaan S.Sos, M.I.Kom selaku Dosen Penasehat Akademik dan Doden Pembimbing I yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan arahan serta waktu dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Belling Siregar, M.Lib, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan arahan serta waktu dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah mendidik dan memberikan pengetahuan kepada peneliti selama dalam perkuliahan.

6. Bang Yudi Purnomo yang telah membantu segala aktifitas administrasi perkuliahan.

7. Untuk kakak, abang dan adikku Amalia Syafitri, Maya Syafliza, Husni Juanda dan Muhammad Iqbal.

8. Adik-adik junior mahasiswa Ilmu Perpustakaan S1 dan D3 USU angkatan 2012 dan 2013 atas waktu dan bantuan dalam pengisian kuesioner.

9. Untuk sahabat-sahabat tersayang yang selalu memberikan semangat dan masukan Ita, Uty, Cici, Susi, Hafni, Ririn, Sri, dan Winny. Terimakasih atas kebersamaan dan persahabatan kita.

(4)

11.Seluruh teman-teman stambuk 2010 yang tak tersebutkan namanya satu per satu.

12.Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini ada manfaatnya terutama untuk diri penulis sendiri dan juga almamaterku serta semua pihak yang berkepentingan dengan masalah yang telah penulis teliti, dan semua yang telah diberikan dalam rangka menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini mendapatkan imbalan yang berlipat dari Allah SWT. Amiin.

Medan, Januari 2015 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK. ... i

KATA PENGANTAR. ... ii

DAFTAR ISI. ... iv

DAFTAR TABEL. ... vi

DAFTAR GAMBAR. ... viii

DAFTAR LAMPIRAN. ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN. ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penetilian. ... 6

1.4Manfaat Penelitian. ... 6

1.5Ruang Lingkup Penelitian. ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS. ... 8

2.1 Motivasi. ... 8

2.1.1 Pengertian Motivasi. ... 8

2.1.2 Pendekatan Motivasi. ... 11

2.1.2.1Motivasi Intrinsik. ... 11

2.1.2.2Motivasi Ekstrinsik. ... 13

2.1.3 Teori-Teori Motivasi. ... 15

2.1.4 Motivasi Dalam Belajar. ... 17

2.1.5 Persepsi... 19

2.1.6 Teori Harapan. ... 19

2.2 Pustakawan. ... 20

2.2.1 Pendidikan. ... 20

2.2.2 Pustakawan Profesional. ... 21

2.2.3 Kompetensi Pustakawan. ... 23

BAB III METODE PENELITIAN. ... 26

3.1 Metode Penelitian. ... 26

3.2 Lokasi Penelitian. ... 26

3.3 Populasi dan Sampel. ... 26

(6)

3.5 Instrumen Penelitian. ... 29

3.6 Teknik Pengumpulan Data. ... 30

3.7 Metode Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 31

4.1 Gambaran Umum Responden. ... 31

4.2 Motivasi Mahasiswa. ... 33

4.2.1 Motivasi Intrinsik. ... 33

4.2.2 Motivasi Ekstrinsik. ... 35

4.3 Persepsi Mahasiswa. ... 39

4.3.1 Diri yang Bersangkutan. ... 40

4.3.2 Sasaran Persepsi. ... 42

4.3.3 Faktor Situasi. ... 45

4.4 Harapan Mahasiswa. ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ... 50

5.1 Kesimpulan. ... 50

5.2 Saran. ... 50

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian. ... 31

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Asal Lulusan. ... 35

Tabel 4.2 Pilihan Masuk Ke Bidang Ilmu Perpustakaan. ... 36

Tabel 4.3 Datangnya Keinginan Untuk Mempelajari Ilmu Perpustakaan. ... 37

Tabel 4.4 Dorongan Memilih Jurusan Ilmu Perpustakaan ... 37

Tabel 4.5 Lingkungan Keluarga Mendukung Dalam Memilih Bidang Ilmu Perpustakaan. ... 38

Tabel 4.6 Lingkungan Pergaulan (Teman-Teman) Mendukung Dalam Memilih Jurusan Ilmu Perpustakaan. ... 39

Tabel 4.7 Lingkungan Sekolah Mendukung Dalam Memilih Jurusan Ilmu Perpustakaan. ... 40

Tabel 4.8 Media Massa Yang Memberikan Dorongan Untuk Mempelajari Ilmu Perpustakaan. ... 40

Tabel 4.9 Hal Yang Diketahui Sebelum Kuliah Tentang Ilmu Perpustakaan. ... 41

Tabel 4.10 Sumber Informasi Tentang Ilmu Perpustakaan Sebelumnya. ... 42

Tabel 4.11 Pendapat Responden Setelah Belajar Ilmu Perpustakaan. ... 43

Tabel 4.12 Pendapat Responden Tentang Ilmu Perpustakaan. ... 43

Tabel 4.13 Pendapat Responden Tentang Lulusan Ilmu Perpustakaan. ... 44

Tabel 4.14 Pendapat Responden Tentang Peluang Kerja Lulusan Ilmu Perpustakaan ... 45

(8)
(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Reaksi Perbuatan Refleksif ...10

Gambar 2.2 Reaksi Perbuatan Yang DisadarI ...10

Gambar 2.3 Proses Motivasi Intrinsik ...15

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner

Lampiran 2 Gambaran Umum Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

(11)

ABSTRAK

Khairunissa. 2015. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Mahasiswa Memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi mahasiswa memilih program studi Ilmu perpustakaan, mengetahui persepsi mahasiswa terhadap program studi Ilmu Perpustakaan, dan untuk mengetahui harapan mahasiswa dalam memilih program studi Ilmu Perpustakaan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu melakukan pengamatan dan memberikan kuesioner pada responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap jurusan Ilmu Perpustakaan mulai tinggi, yang dapat dilihat bahwa 42,9 % mahasiswa memilih jurusan Ilmu Perpustakaan. Motivasi atau dorongan yang melatarbelakangi mahasiswa memilih jurusan Ilmu Perpustakaan adalah berasal dari diri sendiri, dan juga berasal dari beberapa faktor lain seperti orang tua, keluarga, lingkungan pergaulan (teman-teman) dan lingkungan sekolah. Persepsi mahasiswa terhadap jurusan Ilmu Perpustakaan cukup bagus karena hampir setengahnya (40,3) responden setuju bahwa jurusan Ilmu Perpustakaan semakin mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kemudian sebagian besar (70,1%) responden setuju bahwa lulusan ilmu perpustakaan mampu bersaing dengan lulusan dari jurusan lain. Kemudian harapan mahasiswa setelah lulus dari jurusan Ilmu Perpustakaan adalah sebagian besar (53,2%) responden memiliki keinginan bekerja di bidang informasi selain perpustakaan jika mereka lulus nanti.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini informasi banyak beredar luas di masyarakat. Apalagi di zaman yang canggih seperti sekarang perkembangan informasi tumbuh dengan sangat cepat. Informasi bisa didapatkan dengan cepat dan mudah, tidak membutuhkan banyak biaya dan waktu. Pertumbuhan informasi yang cepat tentu ada

penyebabnya. Kebutuhan masyarakat yang tinggi akan suatu informasi sebagai pemenuhan kebutuhan informasi adalah salah satu penyebab tumbuh kembang informasi.

Suatu informasi akan bernilai tergantung kepada tujuan dan penerimanya. Namun, informasi yang beredar di masyarakat belum tentu teruji kebenarannya, dan belum tentu dikelola dengan baik. Informasi akan sangat baik dan bernilai tinggi jika sudah dikelola dengan baik dan profesional.

Secara umum, perpustakaan mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai tempat penyimpanan (storage), pendidikan (education), penelitian, informasi, kultural dan fungsi rekreasi. Yang dimaksud dengan fungsi informasi yaitu perpustakaan sebagai tempat penyedia informasi bagi pemustaka. Informasi yang diberikan bergantung pada jenis perpustakaannya. Misalnya untuk perpustakaan perguruan tinggi, informasi yang disediakan berkaitan dengan kegiatan belajar dan kurikulum mahasiswanya dan penelitian. Sedangkan untuk perpustakaan umum, informasi yang diberikan lebih beragam lagi dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di lingkungan sekitar perpustakaan.

(13)

Perpustakaan dikatakan baik jika mampu mencapai tujuan dan menjalankan fungsinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, perpustakaan harus dikelola dengan baik. Kegiatan utama pada perpustakaan yaitu pengadaan bahan pustaka, pengolahan, pengatalogan, pelayanan dan pelestarian bahan pustaka dikerjakan oleh pustakawan profesional. Kegiatan tersebut dipelajari dalam pendidikan Ilmu Perpustakaan. Jika pengelola perpustakaan tidak mendapatkan pendidikan atau pengetahuan mengenai lima (5) kegiatan utama perpustakaan, maka perpustakaan tersebut tidak dapat dikatakan baik dan informasi yang dilayankan tidak tepat sasaran kepada pengguna sehingga perpustakaan tersebut kurang dimanfaatkan.

Pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 17 yaitu penyelenggaraan perpustakaan dilakukan sesuai dengan standar nasional perpustakaan. Dan pasal 18 yaitu setiap perpustakaan dikelola sesuai dengan standar nasional perpustakaan. Kedua pasal tersebut tentunya berkaitan dengan tenaga perpustakaan yang terdiri atas pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. Pustakawan adalah sebuah profesi dan untuk menjadi pustakawan, harus melalui pendidikan terlebih dahulu. Hal ini diperkuat dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 1 ayat 8 yaitu pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta

mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Jadi, untuk menjadi seorang pustakawan, syarat utamanya adalah harus mendapatkan pendidikan di bidang Ilmu Perpustakaan minimal D2.

(14)

menganggap bahwa pustakawan hanya sebagai penjaga buku dan tidak menyadari bahwa sebenarnya pustakawan sangat penting dan berjasa dalam bidang informasi dan komunikasi yaitu menghimpun, mengolah dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat.

Bukan hanya masyarakat yang kurang menghargai profesi pustakawan. Pengelola perpustakaan, bahkan mahasiswa Program Studi ilmu perpustakaan merasa malu memperkenalkan dirinya sebagai pustakawan atau calon pustakawan. Purwanti (2006: 7) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Profesionalisme Pustakawan di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Propinsi Sumatera Utara, mengatakan bahwa sudah bukan menjadi rahasia umum lagi jika dikatakan bahwa eksistensi profesi pustakawan masih sangat memprihatinkan di Indonesia,

pustakawan dianggap sebagai profesi buangan yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat.

Dalam penelitian terdahulu mengenai motivasi mahasiswa memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan yang diteliti oleh Siahaan (2010) dengan judul “Faktor-faktor yang melatarbelakangi mahasiswa memilih program studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara”, kesimpulan yang didapat yaitu pada umumnya responden kurang berminat terhadap Program Studi Ilmu Perpustakaan. Faktor-faktor yang melatarbelakangi responden memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan atas dorongan dari orangtua/saudara. Motivasi memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan karena peluang kerja yang luas dan kesempatan untuk masuk ke Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara berpeluang tinggi karena keketatan persaingan yang rendah. Dan kurangnya promosi mengakibatkan masyarakat kurang mengetahui keberadaan Program Studi Ilmu Perpustakaan.

Prospek kerja untuk lulusan Ilmu Perpustakaan sangat luas. Hampir tidak satu pun lembaga, instansi maupun perusahaan yang tidak memiliki data,

(15)

lembaga, instansi pemerintah maupun perusahaan swasta sebagai ahli informasi, ahli dokumentasi, pustakawan, arsiparis maupun sebutan profesi lainnya dalam bidang informasi. Berbagai jenis perpustakaan mulai dari perpustakaan nasional, perpustakaan umum tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan khusus pada berbagai instansi pemerintah maupun swasta merupakan lapangan kerja bagi lulusan program studi ini. Hal ini didukung dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 30 yaitu Perpustakaan Nasional, perpustakaan umum Pemerintah, perpustakaan umum kabupaten/kota, dan

perpustakaan perguruan tinggi dipimpin oleh pustakawan atau oleh tenaga ahli dalam bidang perpustakaan. Selain itu, lulusan dari program studi ini dapat juga membuka lapangan usaha sebagai wiraswasta dalam bidang informasi seperti konsultan informasi, konsultan perpustakaan, perusahaan jasa pengelolaan dan penyimpanan arsip dan dokumen, jasa pembuatan paket-paket informasi, dan berbagai jasa informasi lainnya.

(16)

membuka program studi S1 Ilmu Perpustakaan. Untuk Universitas Kristen Satya Wacana di Yogyakarta dan IAIN ar Raniri di Banda Aceh, kedua universitas tersebut sudah membuka program studi S1 Ilmu Perpustakaan. Sedangkan untuk tingkat S2 terdapat 5 universitas yang terdiri dari Universitas Indonesia,

Universitas Padjadjaran, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Di Sumatera Utara, perguruan tinggi negeri (PTN) yang membuka

program studi untuk Ilmu Perpustakaan adalah Universitas Sumatera Utara. Pada tahun 1980, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (sekarang berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya sejak tahun 2011) membuka program studi Ilmu Perpustakaan untuk jenjang Strata 1 (S-1). Tetapi pada tahun 1983, Program Studi Ilmu Perpustakaan ditutup, dan sebagai gantinya dibuka Diploma 3 (D3) pada tahun 1985 dan terus berlanjut hingga sekarang. Kemudian pada tahun 2001, dibuka kembali Program Studi perpustakaan dengan nama Ilmu Perpustakaan untuk kelas regular dan ekstensi yang bertujuan untuk menghasilkan pustakawan yang memiliki kemampuan (kompetensi) akademik dan professional dalam bidang Ilmu Perpustakaan.

Sejak dibuka sampai beberapa tahun belakangan, jumlah mahasiswa yang terdaftar hanya sekitar 30-40 orang saja. Pada lima tahun terakhir, jumlah

(17)

Melihat fenomena yang terjadi sejak tahun 2009 yaitu peningkatan minat masyarakat untuk memilih program Program Studi Ilmu Perpustakaan dan penambahan jumlah mahasiswa baru yang diterima di Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut faktor apa saja yang mendorong mahasiswa tingkat S1 dan D3 angkatan 2012 dan 2013 untuk memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan yang dilihat dari motivasi, persepsi dan harapan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah yang menjadi motivasi mahasiswa memilih program studi Ilmu Perpustakaan?

2. Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap program studi Ilmu Perpustakaan? 3. Apakah yang menjadi harapan mahasiswa dalam memilih program studi Ilmu

Perpustakaan?

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui motivasi mahasiswa memilih program studi Ilmu Perpustakaan.

2. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap program studi Ilmu Perpustakaan.

3. Untuk mengetahui harapan mahasiswa dalam memilih program studi Ilmu Perpustakaan.

1.4 Manfaat Penelitian

(18)

1. Bagi Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dapat digunakan sebagai bahan masukan dan acuan untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan.

2. Bagi peneliti, agar dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dalam membahas masalah motivasi mahasiswa studi di program studi Ilmu Perpustakaan.

3. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan pemahaman penulis mengenai motivasi mahasiswa studi di program studi Ilmu Perpustakaan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(19)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 Motivasi

2.1.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya bergerak. Dalam bahasa inggris motive berarti alasan, sebab, dorongan. Dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia motivasi adalah 1. Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. 2. Psikologi usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan

perbuatannya. Siagian (1995, 138) menyatakan bahwa:

“motivasi adalah daya pendorong mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan – dalam bentuk keahlian atau keterampilan – tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan

berbagai sarana organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.”

Sedangkan menurut Suryabrata (1995:70) “motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.”

Selanjutnya Purwanto (2006:60) menjelaskan bahwa yang dimaksud motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.

(20)

Berdasarkan pengertian motivasi menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2009:74) ada tiga elemen penting motivasi yaitu:

1. Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysical” yang ada pada organisme manusia. Penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi tumbuh dalam diri seseorang. Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya

penggerak dalam diri seseorang. Dikatakan “keseluruhan” karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan seseorang untuk

melakukan suatu hal tertentu sehingga tujuannya tercapai.

Motif atau dorongan dalam diri bisa menjadi suatu kekuatan yang akhirnya menyebabkan seseorang bertindak atau berbuat. Dorongan tersebut tertuju pada suatu tujuan tertentu. Tetapi ada juga perbuatan atau perilaku yang tidak didasari atau didorong oleh motif dan dilakukan secara refleks atau tidak sadar.

Suatu perbuatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu perbuatan yang refleksif dan perbuatan yang disadari yaitu:

(21)

reaksi sebagai akibat dari stimulus yang diterima. Reaksi refleksif digambarkan sebagai berikut:

stimulus reseptor efektor respons Gambar 2.1 Reaksi Perbuatan Refleksif

2. Perbuatan yang disadari, yaitu perbuatan yang dilakukan atas dasar motif individu. Jika perbuatan tersebut merupakan respon dari stimulus yang disadari maka stimulus yang diterima individu sampai ke pusat, dan disadari sepenuhnya oleh individu. Proses jalannya reaksi digambarkan sebagai berikut:

stimulus reseptor pusat efektor respon Gambar 2.2 Reaksi Perbuatan Yang Disadari

Motivasi merupakan proses yang penting dalam pemuasan berbagai kebutuhan. Motivasi yang ada pada seseorang akan meningkatkan kekuatan dan mendorong orang tersebut untuk bertindak mencapai tujuannya.

Asal mula timbulnya motif menurut Ahmadi (2009, 125) adalah:

1. Ada jenis motif yang dibawa sejak lahir, misalnya motif untuk makan, minum, berpakaian dan sebagainya.

2. Apa motif yang ditanamkan pada seseorang dengan sengaja yang merupakan latihan, kebiasaan, pengalaman hidup. Misalnya: kebersihan, kesehatan, kesopanan, dan sebagainya.

Fungsi-fungsi motif yaitu:

1. Motif berfungsi sebagai penyeleksi perbuatan manusia. 2. Motif menuju ke arah tujuan.

3. Motif sebagai pendorong manusia agar terpenuhi kebutuhannya. 4. Segala tingkah laku yang bertujuan berpangkal pada motif.

(22)

1. Motif bersifat tetap (tidak berubah, misalnya motif untuk bergaul). Motif ini selamanya tetap ada, hanya cara pelaksanaannya yang berbeda.

2. Motif selamanya bersifat subjektif. Kalau ditinjau dari fungsinya sebagai alasan berbuat maka alasan suatu perbuatan itu bersifat subjektif. Kemungkinan ada pengaruh dari luar, tetapi alasan dari suatu perbuatan selalu berhubungan erat dengan pribadi seseorang yang mempunyai alasan tersebut.

Macam-macam motif yaitu:

1. Motif yang bersifat vital, yaitu motif yang berhubungan dengan kebutuhan organis (organic needs), misalnya: bernafas, makan, minum, seks, dan istirahat

2. Motif yang bersifat rohaniah, yakni motif yang berhubungan dengan dunia luar (subjective motive and interest), misalnya berhubungan sesama manusia dengan lingkungannya.

Sehubungan dengan hal di atas, Woodworth dan Marquis yang dikutip oleh Ahmadi (2009, 139) mengemukakan bahwa motif dapat dibedakan:

1. Motif yang berhubungan dengan kebutuhan kejasmanian (organic needs), yaitu motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau organisme, misalnya motif minum, makan, bernafas, seks, kebutuhan beristirahat.

2. Motif darurat (emergency motives), yaitu merupakan motif untuk tindakan-tindakan dengan segera karena tuntutan keadaan sekitarnya, misalnya motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif melawan, motif untuk mengatasi rintangan-rintangan motif untuk bersaing.

3. Motif objektif (objective motives) yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan dengan keadaan sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda misalnya motif eksplorasi, motif manipulasi, minat. Minat merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu yang khusus. Dan jika individu telah mempunyai minat terhadap sesuatu maka perhatiannya dengan sendirinya tertarik pada objek tersebut.

(23)

Sesuai dengan pendapat beberapa ahli diatas dapat dikatakan bahwa Mahasiswa S1 dan D3 Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara memiliki motivasi sebagai pendorong untuk mencapai tujuan menjadi pustakawan, baik dorongan yang berasal dari diri sendiri, maupun dari orang tua, dosen, lingkungan atau dorongan lain.

2.1.2 Pendekatan Motivasi

Pembagian pendekatan motif ini yang berdasarkan pada datangnya suatu tindakan yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

2.1.2.1 Motivasi Intrinsik

Menurut Sardiman (2009:89) yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah “motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.”

Seorang mahasiswa yang termotivasi secara intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, yang ahli dalam bidang tertentu. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada kebutuhan. Motivasi muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan simbol dan seremonial.

Mahasiswa yang termotivasi secara intrinsik melakukan pemilihan terhadap bidang yang diminati dan sesuai dengan keinginannya seperti dalam memilih Program Studi ilmu perpustakaan, karena ingin mendapatkan

(24)

Kemudian Suryabrata (1995:72) menjelaskan bahwa “motivasi intrinsik yaitu motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar.” Dorongan tersebut sudah ada dari dalam diri individu. Seperti misalnya mahasiswa memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan karena tertarik dengan ilmu/mata kuliah yang di ajarkan, atau ada faktor pendukung lainnya tanpa adanya paksaan.

Lalu Purwanto (2006:65) berpendapat bahwa “disebut motivasi intrinsik jika yang mendorong untuk bertindak adalah nilai-nilai yang terkandung dalam objeknya itu sendiri.” Motivasi timbul murni dalam diri individu sendiri tanpa paksaan. Dengan motivasi intrinsik, individu aktif sendiri, melakukan sesuatu sendiri, tanpa suruhan atau paksaan dari orang lain.

Dalam Maryati (2003:27), pendapat mengenai motivasi intrinsik tersebut sesuai apa yang dikemukakan oleh M. Syah bahwa “motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri mahasiswa sendiri yang dapat

mendorongnya melakukan tindakan belajar.” Termasuk dalam motivasi intrinsik mahasiswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Hal ini berarti mahasiswa belajar memang bukan karena ingin hadiah/ pujian melainkann ingin mengetahui segala sesuatu/ pengetahuan untuk masa depannya.

Dorongan yang menggerakkan hal itu bersumber pada suatu kebutuhan. Kebutuhan ini yang berisikan keharusan untuk menjadikan orang yang

berpengetahuan lebih dan keahlian lebih. Jadi motivasi intrinsik muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial bukan sekedar simbol/ ceremonial. Contohnya motif ingin tahu, motif manipulasi, motif bergiat, motif bergerak, dan lain-lain.

(25)

2.1.2.2 Motivasi Ekstrinsik

Sardiman (2009:90-91) berpendapat bahwa

motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan, tidak secara langsung berpegang dengan esensi yang dilakukannya. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Selanjutnya Suryabrata (1995:72) menyatakan bahwa “motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.” Dalam hal ini, motivasi mahasiswa untuk memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan adalah bukan hanya karena keinginan dalam diri sendiri atau bahkan keinginan itu belum ada, tetapi karena adanya faktor-faktor pendukung lain yang menjadi penyebab pemilihan Program Studi Ilmu Perpustakaan, seperti anjuran dari keluarga atau kerabat, atau bahkan bisa berupa paksaan.

Pandangan serupa juga diungkapkan oleh M. Syah dalam Maryati

(2003:27) bahwa “motivasi entrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu mahasiswa yang mendorongnya melakukan kegiatan belajar.” Dalam hal ini mahasiswa mempelajari Ilmu Perpustakaan. Pujian, hadiah, peraturan, tata tertib, suri tauladan orang tua dan sebagainya merupakan contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong mahasiswa untuk pengembangan masa depannya.

Kekurangan/ ketiadaan motivasi itu baik yang bersifat intrinsik ataupun ekstrinsik akan menyebabkan mahasiswa kurang bersemangat dalam mempelajari ilmu (dalam hal ini ilmu perpustakaan) dan kemungkinan hasilnya kurang

(26)

Untuk menentukan apakah suatu tindakan digerakkan oleh motif intrinsik atau motif ekstrinsik dapat dilihat dari hubungan timbal balik antara faktor luar dan faktor dalam. Di dalam tindakan yang bermotif intrinsik proses terjadinya tindakan adalah

Gambar 2.3 Proses Motivasi Intrinsik

Sedangkan pada tindakan yang bermotif ekstrinsik prosesnya adalah:

Gambar 2.4 Proses Motivasi Ekstrinsik

Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi mahasiswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langsung serta tidak bergantung pada dorongan/pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi, memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk masa depannya memeberikan pengaruh lebih kuat dan relative lebih langsung dibandingkan dengan dorongan hadiah,

keharusan dari orang tua ataupun pihak lain. Namun bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik tidak baik atau tidak penting.

Dalam kegiatan belajar kemungkinan besar keadaan mahasiswa itu

dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen lainnya dalam proses belajar ada yang kurang dimengerti/sulit bagi mahasiswa sehingga motivasi ekstrinsik diperlukan.

Inisiatif dari dalam individu (faktor dalam)

Kemudian berdasarkan inisiatif tersebut mencari objek yang relevan (faktor luar)

Rangsangan dari luar (dari luar)

(27)

2.1.3 Teori-teori Motivasi

Dalam kajian tentang motivasi, terdapat beberapa teori mengenai motivasi dari beberapa ahli. Beberapa diantaranya adalah:

1. Teori Kebutuhan dari Maslow

Abraham H. Maslow membagi tingkatan kebutuhan manusia pada lima hirarkhi kebutuhan yaitu:

1. Kebutuhan Fisiologis.

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar. Sejak lahir hingga sampai akhir hayatnya, manusia membutuhkan makan, minum, dan tempat beristirahat atau berlindung. Kebutuhan ini bersifat universal dan tidak mengenal batas geografis, asal usul, tingkat

pendidikan, status social, pekerjaan atau profesi, umur, jenis kelamin, dan factor-faktor lainnya yang menunjukkan keberadaan seseorang. Tetapi adanya perbedaan seperti misalnya perbedaan perekonomian

mengakibatkan perbedaan dalam pencapaian kepuasan terhadap kebutuhan tersebut.

2. Kebutuhan Keamanan.

Kebutuhan keamanan bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga psikologis, termasuk perlakuan adil. Kebutuhan ini berkaitan dengan tugas pekerjaan seseorang.

3. Kebutuhan Sosial.

Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai berbagai kebutuhan untuk diakui keberadaannya dan dihargai harkat dan martabatnya. Kebutuhan sosial tersebut tercermin dalam empat bentuk “perasaan” yaitu:

(28)

b. Kenyataan bahwa setiap orang memiliki jati diri yang khas dengan segala kelebihan dan kekurangan membuat orang merasa dirinya penting dan tidak ingin diremehkan (sense of importance).

c. Kebutuhan akan perasaan maju (need for achievement). Setiap orang ingin sukses dan merasa bangga jika sudah meraih kemajuan. Dan merasa tidak senang ketika mengalami kegagalan.

d. Kebutuhan akan perasaan diikutsertakan (sense of participation). Seseorang merasa dibutuhkan ketika diikutsertakan saat pengambilan keputusan yang menyangkut tugas dan pekerjaan.

4. Kebutuhan SelfEsteem.

Salah satu ciri manusia adalah memiliki harga diri. Dalam lingkungan masyarakat, seseorang yang memiliki jabatan atau kedudukan tertentu, maka orang tersebut semakin diakui dan diterima lebih baik oleh berbagai pihak ketika ia berinteraksi dengan masyarakat, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kemampuan dan potensi yang dimiliki individu menjadikan individu merasa ingin mencapai prestasi dalam pekerjaannya. Rasa puas tercipta setelah tujuan tercapai. Kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi dari luar, harus dengan kemampuan dan kemauan individu. Aktualisasi juga berlangsung selama individu tersebut meniti karir.

2. Teori “Tiga Kebutuhan” David McCleland

Teori tiga kebutuhan dikemukakan oleh David McCleland dan rekan-rekannya dengan dasar bahwa setiap manusia memiliki tiga jenis kebutuhan yaitu:

1. Kebutuhan akan prestasi (need for achievement).

(29)

atau dikenal dengan rumus nAch mendorong individu untuk berusaha menjadi lebih baik dari yang lain.

2. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain (need for affiliation).

Kebutuhan afilisiasi (nAff) tercipta ketika individu merasa nyaman berinteraksi dengan rekan kerja pada tingkat yang sama di lingkungan kerja. Untuk memenuhi kebutuhan afilisiasi, individu bekerja sama dengan orang lain, bersosialisasi, dan akan menghindari persaingan.

3. Kebutuhan akan kekuasaan (need for power).

Kekuasaan menjadikan persaingan antar individu. Keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain dan ego menjadikan individu termotivasi.

Berdasarkan dua teori motivasi diatas, teori motivasi yang paling

mendekati aspek yang menjadi motivasi mahasiswa dalam memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara adalah teori “tiga kebutuhan” David McCleland berdasarkan tiga kebutuhan yang dimiliki manusia.

2.1.4 Motivasi dalam Belajar

Dalam melakukan sesuatu, individu membutuhkan motivasi sebagai daya penggerak sehingga hasil yang dicapai akan baik dan pekerjaan yang dilakukan akan dilakukan dengan optimal.

Dalam proses belajar, diperlukan motivasi sebagai pendorong atau daya penggerak agar dapat belajar dengan baik, memusatkan perhatian, merencanakan tugas dan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar.

Tiga fungsi motivasi dalam proses belajar yaitu:

1. Mendorong manusia dalam berbuat. Motivasi menjadi daya penggerak dari setiap kegiatan yang dilakukan.

(30)

3. Menyeleksi perbuatan. Motivasi menentukan perbuatan-perbuatan yang harus diakukankan dan sesuai dengan tujuan akhir agar hasil dapat dicapai dengan baik.

James Draver yang dikutip oleh Slameto (2003, 58) mengemukakan bahwa “motive is an effective-conative factor which operates in determining the direction of an individual’s behavior towards an end or goal, consciously appearhead or unconsciously.” Pendapat di atas dapat diartikan bahwa motif adalah faktor efektif-konatif yang beroperasi dalam menentukan arah dari perilaku individu terhadap tujuan akhir secara sadar ataupun tidak sadar. Jadi dalam suatu pencapaian tujuan, secara sadar atau tidak sadar yang menjadi daya pendorong untuk bertindak adalah motif dari individu.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa/mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari belajar dan arah sehingga tujuan yang

dikehendaki tercapai. Seseorang akan berhasil dalam belajar jika mempunyai keinginan/dorongan yang kuat untuk belajar. Motivasi dalam hal ini meliputi 2 hal:

1. Mengetahui apa yang akan dipelajari.

2. Memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.

sebab tanpa motivasi, tujuan yang ingin dicapai sulit untuk berhasil dengan baik (Sardiman, 2001:38).

Menurut Thorndike yang dikutip oleh Sardiman (2001, 33)

dasar dari belajar adalah hubungan antara kesan panca indra (sense impression) dengan impuls untuk bertindak (impuls to action). Dengan kata lain belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi.

(31)

Diantara hukum belajar tersebut yang paling penting adalah law of effect, karena dalam hubungannya dengan belajar.

Ada 3 hal yang berhubungan dengan motif belajar yang merupakan aspek motivasi yaitu:

1. Keadaan yang mendorong tingkah laku. 2. Tingkah laku yang didorong oleh keadaan. 3. Tujuan dari tingkah laku.

Adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian belajar

(Sardiman, 2001:84).

2.1.5 Persepsi

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya yang dilakukan lewat panca inderanya yaitu indera penglihatan, indera pendengaran, indera peraba, indera perasa dan indera penciuman. Desiderato yang dikutip Rakhmat (2005, 51) menyatakan “persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.”

Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield yang dikutip oleh Rakhmat (2005, 51) menyebutnya “faktor fungsional dan faktor struktural. Dan faktor yang paling mempengaruhi persepsi yaitu perhatian (attention).” Kenneth E. Andersen yang dikutip oleh Rakhmat (2005, 52) menyatakan bahwa “perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.”

(32)

1. Diri orang yang bersangkutan sendiri

Interprestasi seseorang terhadap sesuatu berbeda-beda. Dan interprestasi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individual seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.

2. Sasaran persepsi

Sasaran yang dimaksud dapat berupa orang, benda, peristiwa, tergantung pada individu masing-masing.

3. Faktor situasi

Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang. Misalnya jika seseorang melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukan, atau melakukan suatu hal yang baru, hal tersebut akan menarik perhatian.

2.1.6 Teori Harapan

Harapan adalah keinginan, sesuatu yang diharapkan atau dipercaya dapat menjadi kenyataan. Teori harapan mengakibatkan kuatnya kecendrungan

seseorang bertindak tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan sesuatu yang diinginkan dan hasil tersebut menjadi daya tarik individu sehingga termotivasi untuk bertindak.

Harapan berkaitan dengan keyakinan individu bahwa suatu perilaku tertentu akan diikuti dengan hasil tertentu. Semakin besar hasil yang akan dicapai, semakin besar pula motivasi individu.

Menurut Vrom dalam Mulyana yang dikutip Gustiani (2011, 32) teori harapan memiliki tiga (3) asumsi pokok yaitu:

1. Suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu. 2. Hasil tertentu punya nilai positif bagi individu.

3. Hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan individu.

(33)

teori harapan mengandung tiga variabel yaitu: daya tarik, hubungan antara prestasi dengan imbalan, dan hubungan (kaitan) antara usaha dan prestasi. Daya tarik maksudnya adalah seberapa besar pengaruh yang dirasakan seseorang dan seberapa besar pentingnya hasil yang didapatkan. Hubungan antara prestasi dan imbalan maksudnya adalah tingkat keyakinan seseorang tentang hubungan antara prestasi dengan hasil yang akan dicapai. Dan hubungan antara usaha dan prestasi adalah persepsi seseorang tentang kemungkinan bahwa usaha tertentu yang dilakukan akan menjurus kepada prestasi.

Inti dari teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa kuatnya kecendrungan seseorang bertindak dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik dari hasil itu bagi orang yang bersangkutan.

2.2 Pustakawan 2.2.1 Pendidikan

Untuk menjadi seorang pustakawan, harus mendapatkan pendidikan di bidang Ilmu Perpustakaan. Pendidikan yang didapat boleh formal dan non formal. Pendidikan formal perpustakaan memiliki tingkatan atau jenjang yang berbeda yaitu mulai dari D2, D3, S1, S2 dan S3. Dan untuk pendidikan non formal yaitu berupa seminar, diklat pustakawan, pelatihan, dan lain sebagainya. Hal ini juga tertulis dalam Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 33 ayat 2 yaitu: Pendidikan untuk pembinaan dan pengembangan tenaga

perpustakaan dilaksanakan melalui pendidikan formal dan/atau nonformal.

2.2.2 Pustakawan Profesional

(34)

Undang-undang No. 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 8 yang dimaksud dengan “pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.”

Menurut Soekarman yang dikutip oleh Hermawan (2006, 63) mendefinisikan bahwa

profesi adalah sejenis pekerjaan atau lapangan pekerjaan yang untuk melaksanakannya dengan baik memerlukan keterampilan dan/atau keahlian khusus yang diperoleh dari pendidikan dan/atau pelatihan secara berkesinambungan sesuai dengan perkembangan bidang pekerjaan atau lapangan pekerjaan yang bersangkutan.

Profesi adalah pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dikatakan sebagai profesi. Untuk menjadi sebuah profesi, suatu pekerjaan tersebut harus dilatarbelakangi dengan pendidikan yang sesuai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu.

Surakhmad yang dikutip oleh Hermawan (2006, 64) menyatakan bahwa sebuah profesi harus mempunyai kriteria yaitu:

a. Profesi harus mempunyai bidang pekerjaan tertentu (spesifik) tidak boleh sama dengan pekerjaan yang dilakukan oleh profesi yang lain. b. Bidang pekerjaan profesi itu harus bersifat pengabdian kepada

masyarakat (public service) pekerjaan yang bersifat pengabdian.

c. Profesi membutuhkan persyaratan tertentu. Persyaratan dasar tidak boleh sama dengan profesi yang lain.

d. Profesi harus memiliki ketrampilan khusus yang tidak dimiliki oleh profesi lain

e. Profesi harus memiliki sikap dan kepribadian yang khas, yang membedakan dengan profesi yang lain.

f. Profesi harus mempunyai organisasi profesi, yang berfungsi menghimpun, mengelola dan melayani anggota profesinya.

g. Profesi harus mempunyai pedoman sikap dan tingkah laku bagi anggotanya atau dikenal sebagai kode etik profesi

(35)

Abraham Flexner yang dikutip Bowden dikutip lagi oleh Hermawan (2006, 65) menyatakan bahwa suatu profesi paling tidak memenuhi 6 (enam) persyaratan yaitu:

1. Profesi merupakan pekerjaan intelektual. Artinya suatu profesi harus mempunyai kebebasan intelektual dalam pemecahan masalah, terutama untuk memahami dan menguasai profesinya.

2. Profesi merupakan pekerjaan ilmiah berdasarkan pengetahuan (sains) 3. Profesi merupakan pekerjaan praktikal, bukan hanya bersifat teori saja

tetapi dapat dipraktikkan dan diterapkan. 4. Profesi harus terorganisasi secara sistematis

5. Profesi harus memiliki standar cara melaksanakannya dan mempunyai tolak ukur keberhasilannya

6. Profesi merupakan pekerjaan altruism yang berorientasi pada masyarakat yang dilayani bukan pada diri professional itu sendiri.

Selanjutnya Mc Garry yang dikutip oleh Sukarman dikutip lagi oleh Hermawan (2006, 65) menyatakan bahwa ada 5 (lima) persyaratan dan kelengkapan suatu profesi yaitu:

1. Memiliki ketrampilan khusus

2. Memiliki organisasi profesi yang akan menentukan tingkat-tingkat keahlian dan menetapkan keanggotaan.

3. Memiliki kode etik yang mengatur perilaku yang berdasarkan atas dua loyalitas kepada tugas pokok dan klien.

4. Memiliki dedikasi antar anggota dalam peningkatan profesi dan pendidikan.

5. Dalam melaksanakan tugasnya mengutamakan kesejahteraan umum.

Berdasarkan SK MENPAN No. 18 Tahun 1988

profesi pustakawan khususnya Pegawai Ngeri Sipil (PNS) diakui sebagai jabatan fungsional. Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi professional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keahliannya.

Peranan pustakawan ada lima, dikenal dengan singkatan EMAS yaitu:

(36)

c) Administrator d) Supervisor

2.2.3 Kompetensi Pustakawan

Kompetensi menjadi persyaratan yang harus dimiliki tiap individu dalam suatu organisasi agar semua pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, tepat waktu, tepat sasaran, dan sebanding antara biaya dan hasil yang diperoleh (cost-benefit ratio).

Kompetensi menurut Richards dan Rodgers yang dikutip oleh Sulistyo-Basuki (2006, 52)

terdiri atas keterampilan, pengetahuan, sikap dan tingkah laku inti yang dibutuhkan bagi terwujudnya sebuah kinerja yang efektif dalam melaksanakan tugas atau kegiatan nyata. Kompetensi dalam kehidupan sehari-hari terefleksikan dari kebiasaan berpikir dan bertindak. Pendekatan kompetensi ini tidak lahir dari teori baru, tetapi dari tuntutan dunia kerja yang nyata dan juga persaingan global yang semakin tinggi. Setiap individu dalam profesi apapun perlu mengetahui dengan jelas kualifikasi yang dipersyaratkan untuk jenis pekerjaan tertentu, sehingga setiap individu mengetahui dengan jelas apa yang perlu dikuasai dan dipersiapkannya. Kualifikasi ini juga menjadi acuan bagi setiap program pelatihan. Karena itu, kualifikasi yang dipersyaratkan untuk setiap profesi sebagai standar kompetensi perlu dirumuskan dengan jelas dan pasti, setelah mendapat masukan aktif dari masyarakat pengguna tenaga kerja, tentang kualifikasi yang dipersyaratkan untuk setiap profesi sebagai standar kompetensi. Standar kompetensi atau kualifikasi ini dalam sistem kualifikasi ditandai dengan pemberian pengakuan atau sertifikasi yang jelas.

(37)

standar minimum bagi kemampuan dan keahlian yang perlu dipenuhinya dalam melakukan segala hal yang berkenaan dengan perpustakaan, dan berorientasi kepada hasil yang memuaskan. Kompetensi tersebut harus sering dilatih dan dikuasai secara utuh, tidak hanya sebatas pengetahuan secara teoritis saja.

Sulistyo-Basuki (2006, 53) menyatakan bahwa

sejak 2 dekade terakhir yaitu abad ke-20 dan terutama abad ke-21 telah terjadi era baru yang ditandai dengan: (a) derasnya perkembangan teknologi yang memberi peluang bagi penciptaan layanan baru, (b) tuntutan peningkatan layanan, serta (c) harapan para pustakawan itu sendiri dalam meningkatkan kesejahteraan hidup. Artinya pustakawan perlu meningkatan kinerja mereka. Pada era globalisasi sekarang ini, apabila tenaga perpustakaan tidak meningkatkan profesionalismenya, berbagai peluang yang seharusnya dimanfaatkan pustakawan di negeri sendiri akan diambil oleh pustakawan atau pakar informasi dari luar. Oleh sebab itu, kompetensi dan profesionalisme tenaga perpustakaan kita perlu selalu ditingkatkan sesuai standar yang dibutuhkan para pengguna perpustakaan.

Menurut Spencer & Spencer yang dikutip oleh Sulistyo-Basuki (2006, 54) mengemukakan bahwa:

ada 5 jenis ciri kompetensi yaitu motif, ciri, konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi pengetahuan dan keterampilan itu secara relatif tampak di permukaan. Konsep diri, ciri-ciri dan motif itu tersembunyi, melekat dalam kepribadian.

1. Motif: hal yang selalu dipikirkan atau diinginkan seseorang yang dapat melahirkan kegiatan.

2. Ciri: ciri fisik dan tanggapan yang dimiliki terhadap sebuah keadaan atau situasi.

3. Konsep diri: sikap, nilai-nilai atau citra diri seseorang.

4. Pengetahuan: informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang-bidang khusus.

(38)

Kompetensi yang dimiliki seorang pustakawan, akan menunjukkan kualitas dari diri pustakawan tersebut. Kompetensi tersebut dapat terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan maupun sikap profesional dalam menjalankan tugas dalam mewujudkan fungsi perpustakaan yang baik.

Menurut Sulistyo-Basuki (2006,55) ada 3 indikator kompetensi tenaga perpustakaan. Tiga kompetensi tersebut terdiri atas:

a. Kompetensi informasi dengan tiga subkompetensi: 1. Pengembangan koleksi

2. Organisasi informasi 3. Jasa informasi

b. Kompetensi manajemen dengan subkompetensi: 1. Melaksanakan kebijakan

2. Manajemen sumber daya 3. Keuangan dan anggaran

c. Kompetensi pendidikan dengan subkompetensi: 1. Memiliki wawasan pendidikan

2. Mengembangkan keterampilan informasi

3. Bimbingan dan promosi penggunaan perpustakaan memiliki kemampuan berinisiatif

Pustakawan yang berkompeten tentunya lebih mampu bersaing dalam dunia kerja dan mampu menjadikan perpustakaan atau menyelesaikan tugasnya dengan baik dan profesional.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Arikunto (2009, 234) merupakan

penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak hanya dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.

Kemudian menurut Soewadji (2012, 26) penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan secara sistimatis fakta-fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, baik berupa keadaan, permasalahan, sikap, pendapat, kondisi, prosedur atau sistim secara factual dan cermat. Penelitian deskriptif tidak untuk mencari atau menjelaskan hubungan dan juga tidak untuk menguji hipotesis juga tidak untuk membuat prediksi.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Jalan Universitas Nomor 19.

3.3 Populasi dan Sampel

(40)

karakteristik tertentu, objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. Menurut Sugiono (2009, 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini, populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa program studi Ilmu Perpustakaan angkatan 2012 dan 2013 tingkat S1 dan D3 yaitu sejumlah 342 orang, terdiri dari 66 orang mahasiswa tingkat S1 angkatan 2012, 110 orang mahasiswa tingkat S1 angkatan 2013, 78 orang mahasiswa tingkat D3 angkatan 2012 dan 88 orang mahasiswa tingkat D3 angkatan 2013.

Sedangkan sampel adalah perwakilan dari populasi. Menurut Kartono seperti yang dikutip oleh Soewadji (2012, 131) sampel adalah contoh, monster representan, yaitu bagian dari keseluruhan yang dipilih dan representative sifatnya dari keseluruhannya.

Penulis menentukan sampel dengan tingkat eror sebesar 10% dan menggunakan rumus Slovin dalam menentukan jumlah sampel yaitu:

� = �

1 + Ne2 N = populasi

�= sampel e = tingkat eror

� = 342

1 + 342(0.1)2

� = 342 4,42 �

= 77,34 = 77

(41)

besaran masing-masing sampel untuk mahasiswa S1 dan D3 dengan

menggunakan rumus dari teknik proportionate stratified random sampling yaitu:

� = �1 ��2 �

Dengan :

n = jumlah sampel

n1 = jumlah populasi/strata n2 = jumlah sampel penelitian N = jumlah populasi.

Dari rumus di atas maka dapat dihitung jumlah sampel yang diambil dari tingkatan mahasiswa S1 dan D3 Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Jumlah sampelnya adalah:

Tabel 3.1 Jumlah sampel penelitian

N

o

Angkatan Tingkat Jumlah Mahasiswa

Rumus Sampel

1

2012

S1 66 �= �1 ��2

� =

66 � 77

342 15

2 D3 78 �= �1 ��2

� =

78 � 77

342 17

3

2013

S1 110 �= �1 ��2

� =

110 � 77

342 25

4 D3 88 �= �1 ��2

� =

88 � 77

342 20

Total 77

Dari penghitungan dengan teknik proportionate stratified random sampling di atas, maka jumlah sampel untuk mahasiswa S1 angkatan 2012

sebanyak 15 orang, mahasiswa D3 sebanyak 18 dan untuk angkatan 2013, jumlah sampel untuk mahasiswa sebanyak 25 orang, untuk mahasiswa D3 sebanyak 20 orang.

(42)

Metode pengumpulan data adalah cara yang dilakukan dalam memperoleh data di lapangan. “Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2005:174). Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan sebagai berikut:

a. Kuesioner yaitu penulis akan memberikan kuesioner yang berupa pertanyaan secara tertulis kepada beberapa mahasiswa yang menjadi sampel penelitian. Selanjutnya hasil dari kuesioner tersebut disimpulkan.

b. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dari buku, jurnal, artikel, laporan data mahasiswa, penelitian terdahulu, dan dokumen lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian

Pada hakikatnya alat pengumpulan data dalam suatu penelitian terdiri dari beberapa macam, yaitu tergantung pada sifat penelitian tersebut. Menurut

Arikunto (2006, 160) “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan alat bantu kuesioner sebagai instrument penelitian, yang memuat indicator-indikator dari masing – masing variabel.

Kuesioner penelitian ini mencakup sebagai berikut:

1. Motivasi mahasiswa memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan Indikator:

1. Motivasi intrinsik (faktor dari dalam diri mahasiwa) 2. Motivasi ekstrinsik (faktor luar)

(43)

1. Diri yang bersangkutan sendiri 2. Sasaran persepsi

3. Faktor situasi

3. Harapan mahasiswa memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan 1. Daya tarik

2. Hubungan antara prestasi dan hasil 3. Hubungan antara usaha dan prestasi

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam memperoleh data lapangan. “Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2005:174).

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan sebagai berikut:

a. Kuesioner yaitu penulis akan memberikan kuesioner yang berupa pertanyaan secara tertulis kepada beberapa mahasiswa yang menjadi sampel penelitian. Selanjutnya hasil dari kuesioner tersebut disimpulkan.

b. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dari buku, jurnal, artikel, laporan data mahasiswa, penelitian terdahulu, dan dokumen lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.7Metode Analisis Data

(44)

menggunakan teknik proporsional untuk kuesioner, yaitu melihat presentasi jumlah jawaban responden dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menjumlahkan setiap jawaban angket b. Menyusun frekuensi jawaban

c. Membuat tabel frekuensi

d. Menghitung presentase frekuensi dari tiap jawaban dengan menggunakan rumus menurut Sudjiono (2001 : 40) yaitu:

� = �

� � 100%

Keterangan: P = angka persentase

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya n = banyaknya responden

Berdasarkan rumusan tersebut akan diperoleh presentase dan distandarkan dengan tolak ukur yang telah ditentukan. Adapun tolak ukur yang digunakan untuk mengintrepretasikan besarnya presentase yang didapat menurut Arikunto (2000 : 57) yaitu:

0,00% = Tidak ada 1,00 - 24,99% = Sebagian kecil 25,00 – 49,99 % = Hampir setengahnya 50 % = Setengahnya

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Responden

Dalam pembahasan pada bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan USU program S1 dan D3 angkatan 2013 dan 2012. Jumlah

responden untuk mahasiswa angkatan 2012 untuk tingkat S1 sebanyak 15 orang dan untuk tingkat D3 sebanyak 18 orang. Kemudian untuk angkatan 2013 tingkat S1 sebanyak 25 orang dan untuk tingkat D3 sebanyak 20 orang.

[image:45.595.150.522.450.601.2]

Pada deskripsi data responden, terdapat informasi mengenai responden seperti pendidikan, asal stambuk, dan asal lulusan. Untuk informasi pendidikan dan asal stambuk, sesuai dengan penjelasan diatas. Sedangkan untuk informasi asal lulusan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 : Responden berdasarkan asal lulusan

Pertanyaan

Pilihan Jawaban Frekuensi

(F)

Presentase

(%)

Asal lulusan responden?

MAN 5 6,5

SMA Program Studi IPA 38 49,3

SMA Program Studi IPS 29 37,7

SMK/STM 5 6,5

Jumlah 77 100

Data tabel 4.1 tersebut menunjukkan bahwa 5 (6,5%) responden adalah lulusan MAN, 38 (49,3%) responden adalah lulusan SMA Program Studi IPA, 29 (37,7%) responden adalah lulusan SMA Program Studi IPS, dan 5 (6,5%)

responden adalah lulusan SMK/STM.

(46)

(6,5%) adalah asal lulusan MAN dan SMK/STM dengan nilai presentase yang sama. Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa asal lulusan tidak menjamin bahwa responden sepenuhnya memilih bidang ilmu lanjutan sesuai dengan asal lulusan.

4.2 Motivasi Mahasiswa

Dalam penelitian ini penulis membagi motivasi mahasiswa menjadi dua faktor yaitu motivasi intrinsik dan motivasi intrinsik yang bisa dilihat pada penjelasan dibawah:

4.2.1 Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi atau pendorong yang sudah ada dalam diri individu itu sendiri. Dorongan-dorongan tersebut yang menimbulkan motivasi belajar dalam diri individu untuk mengambil bidang studi yang diinginkan.

Tabel 4.2 Pilihan masuk ke bidang Ilmu Perpustakaan Pertanyaan Pilihan Jawaban Frekuensi

(F)

Presentase

(%)

Nomor pilihan ke berapa bidang Ilmu

Perpustakaan saat ujian masuk?

1 36 46,7

2 20 26

3 18 23,4

4 3 3,9

Jumlah 77 100

(47)

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya (46,7%) responden memilih bidang ilmu perpustakaan pada nomor pilihan pertama. Sedangkan sebagian kecil (3,9%) responden memilih bidang ilmu perpustakaan pada pilihan ke empat. Hal ini menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat terhadap profesi pustakawan sudah mulai meningkat. Terbukti dengan data di atas bahwa hampir setengah responden memilih bidang Ilmu Perpustakaan pada nomor pilihan pertama.

Tabel 4.3 Datangnya keinginan untuk mempelajari Ilmu Perpustakaan

Pertanyaan Pilihan Jawaban Frekuensi

(F)

Presentase

(%)

Darimana datangnya keinginan untuk mempelajari bidang Ilmu Perpustakaan

Sejak lulus SMA/sederajat 15 19,5

Sejak diterima 29 37,7

Masuk kuliah 23 29,8

Masih belum ada 10 13

Jumlah 77 100

Berdasarkan data dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa 15 (19,5%) responden berkeinginan untuk mempelajari bidang Ilmu Perpustakaan sejak lulus SMA/sederajat, 29 (37,7%) responden berkeinginan untuk mempelajari bidang Ilmu Perpustakaan sejak diterima, 23 (29,8%) responden berkeinginan untuk mempelajari bidang Ilmu Perpustakaan sejak masuk kuliah dan 10 (13%) responden masih belum ada keinginan untuk mempelajari bidang Ilmu Perpustakaan.

[image:47.595.152.526.283.505.2]
(48)

hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa masih banyak responden yang awalnya masih belum termotivasi untuk mendalami bidang Ilmu Perpustakaan, tetapi setelah diterima dan bahkan masuk ke bangku kuliah, responden termotivasi untuk mendalami bidang Ilmu Perpustakaan.

Tabel 4.4 Dorongan memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan Pertanyaan Pilihan Jawaban Frekuensi

(F)

Presentase

(%)

Dorongan dari siapa anda memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan?

Diri sendiri 33 42,9

Orang tua 20 26

Keluarga 22 28,5

Teman 2 2,6

Jumlah 77 100

Data pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa 33 (42,9%) responden menyatakan bahwa dorongan memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan berasal dari diri sendiri, 20 (26%) responden menyatakan bahwa dorongan memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan berasal dari orang tua, 22 (28,5%) responden menyatakan bahwa dorongan memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan berasal dari keluarga dan 2 (2,6%) responden menyatakan bahwa dorongan memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan berasal dari teman.

(49)

4.2.2 Motivasi Ekstrinsik

[image:49.595.152.527.299.507.2]

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik yaitu pendorong yang berdasarkan atau mendukung bukan berasal dari diri responden sendiri tetapi ada faktor-faktor lain yang menjadi penyebab atau pendorong responden dalam memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan.

Tabel 4.5 Lingkungan keluarga mendukung dalam memilih bidang Ilmu Perpustakaan

Pertanyaan Pilihan Jawaban Frekuensi

(F)

Presentase

(%)

Apakah

lingkungan dari keluarga

mendukung Anda dalam memilih Program Studi Ilmu

Perpustakaan?

Sangat mendukung 20 26

Mendukung 41 53,2

Kurang mendukung 10 13

Tidak mendukung 6 7,8

Jumlah 77 100

Berdasarkan data tabel di atas dapat dilihat bahwa 20 (26%) responden menyatakan bahwa lingkungan keluarga sangat mendukung dalam memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan, 41 (53,2%) responden menyatakan bahwa lingkungan keluarga mendukung, 10 (13%) responden menyatakan bahwa lingkungan keluarga kurang mendukung 6 (7,8%) responden menyatakan bahwa lingkungan keluarga tidak mendukung dalam memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan.

(50)

perpustakaan. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan keluarga mendukung responden dalam memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan, tetapi tidak mendukung secara berlebihan, hanya biasa-biasa saja.

Tabel 4.6 Lingkungan pergaulan (teman-teman) mendukung dalam memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan

Pertanyaan Pilihan Jawaban Frekuensi

(F)

Presentase

(%)

Apakah

lingkungan dari sekolah

mendukung Anda dalam memilih Program Studi Ilmu

Perpustakaan?

Sangat mendukung 14 18,3

Mendukung 29 37,6

Kurang mendukung 29 37,6

Tidak mendukung 5 6,5

Jumlah 77 100

Berdasarkan data tabel di atas dapat dilihat bahwa 14 (18,3%) lingkungan sekolah responden sangat mendukung dalam memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan, 29 (37,6%) lingkungan sekolah responden mendukung, 29 (37,6%) lingkungan sekolah responden kurang mendukung dan 5 (6,5%) lingkungan sekolah responden tidak mendukung dalam memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan.

(51)

Tabel 4.7 Lingkungan sekolah mendukung dalam memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan

Pertanyaan Pilihan Jawaban Frekuensi

(F)

Presentase

(%)

Apakah

lingkungan dari pergaulan (teman-teman) sangat

mendukung Anda dalam memilih Program Studi Ilmu

Perpustakaan?

Sangat mendukung 21 27,3

Mendukung 34 44,1

Kurang mendukung 14 18,2

Tidak mendukung 8 10,4

Jumlah 77 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 21 (27,3%) lingkungan pergaulan (teman-teman) responden sangat mendukung dalam memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan, 34 (44,1%) lingkungan pergaulan (teman-teman) responden mendukung, 14 (18,2%) lingkungan pergaulan (teman-teman) responden kurang mendukung dan 8 (10,4%) lingkungan pergaulan (teman-teman) responden sangat mendukung dalam memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan.

(52)

Tabel 4.8 Media massa yang memberikan dorongan untuk mempelajari Ilmu Perpustakaan

Pertanyaan Pilihan Jawaban Frekuensi

(F)

Presentase

(%)

Media massa apakah yang memberikan dorongan untuk memilih belajar di bidang Ilmu Perpustakaan?

Televisi 19 24,7

Koran/majalah 22 28,5

Radio 2 2,6

Brosur/spanduk 34 44,2

Jumlah 77 100

Data di atas menunjukkan bahwa 19 (24,7%) responden menyatakan bahwa media massa yang memberikan dorongan untuk memilih bidang Ilmu Perpustakaan adalah televisi, 22 (28,5%) responden menyatakan bahwa media massa yang memberikan dorongan untuk memilih bidang Ilmu Perpustakaan adalah koran/majalah, 2 (2,6%) responden menyatakan bahwa media massa yang memberikan dorongan untuk memilih bidang Ilmu Perpustakaan adalah radio dan 34 (44,2%) responden menyatakan bahwa media massa yang memberikan dorongan untuk memilih bidang Ilmu Perpustakaan adalah brosur/spanduk.

(53)

4.3 Persepsi Mahasiswa

Dalam penelitian ini penulis membagi persepsi menjadi 3 indikator yaitu: 1. Diri yang bersangkutan, 2. Sasaran persepsi dan 3. Faktor situasi.

4.3.1 Diri yang Bersangkutan

[image:53.595.154.519.265.504.2]

Adapun tanggapan responden tentang diri yang bersangkutan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Hal yang diketahui sebelum kuliah tentang Ilmu Perpustakaan

Pertanyaan Pilihan Jawaban Frekuensi

(F) Presentase (%) Apakah yang Anda ketahui tentang Ilmu Perpustakaan sebelum masuk Program Studi Ilmu Perpustakaan?

Ilmu yang mempunyai peluang kerja

yang bagus

44 57,1

Ilmu yang hanya mempelajari

pengolahan perpustakaan saja

9 11,7

Ilmu yang kurang menjanjikan masa

depan

5 6,5

Tidak ada gambaran tentang Ilmu

Perpustakaan

19 24,7

Jumlah 77 100

Berdasarkan tabel di atas, yang diketahui responden tentang Ilmu Perpustakaan sebelum masuk Program Studi Ilmu Perpustakaan adalah 44 (57,1) responden setuju bahwa Ilmu Perpustakaan adalah ilmu yang mempunyai peluang kerja yang bagus, 9 (11,7%) responden setuju bahwa Ilmu Perpustakaan adalah ilmu yang hanya mempelajari pengolahan perpustakaan saja, 5 (6,5%) responden setuju bahwa Ilmu Perpustakaan adalah ilmu yang kurang menjanjikan masa depan dan 19 (24,7) responden tidak memiliki gambaran tentang Ilmu Perpustakaan.

(54)

Ilmu Perpustakaan mempunyai peluang kerja yang bagus sehingga bisa dijadikan pilihan dan profesi bisa menjadi pertimbangan untuk ke depannya.

Tabel 4.10 Sumber informasi tentang Ilmu Perpustakaan sebelumnya

Pertanyaan Pilihan Jawaban Frekuensi

(F)

Presentase

(%)

Darimana Anda mengetahui informasi tentang Ilmu

Perpustakaan?

Brosur/selebaran 13 16,9

Di sekolah 14 18,2

Media massa (Koran, majalah, tv,

radio)

11 14,3

Keluarga 39 50,6

Jumlah 77 100

Data tabel di atas menunjukkan bahwa 13 (16,9%) responden mengetahui informasi tentang Ilmu Perpustakaan berasal dari brosur/selebaran, 14 (18,2%) responden mengetahui informasi tentang Ilmu Perpustakaan berasal dari sekolah, 11 (14,3%) responden mengetahui informasi tentang Ilmu Perpustakaan berasal dari media massa (Koran, majalah, tv, radio) dan 39 (50,6%) responden mengetahui informasi tentang Ilmu Perpustakaan berasal dari keluarga.

Hampir setengahnya (50,6%) responden menyatakan bahwa sumber informasi tentang ilmu perpustakaan mereka dapatkan dari keluarga responden. Kemudian sebagian kecil responden (14,3%) menyatakan bahwa sumber informasi tentang ilmu perpustakaan sebelumnya mereka dapatkan dari media massa seperti Koran, majalah, tv dan radio.

[image:54.595.150.530.175.410.2]
(55)
[image:55.595.152.526.110.337.2]

Tabel 4.11 Pendapat responden setelah belajar Ilmu Perpustakaan Pertanyaan Pilihan Jawaban Frekuensi

(F) Presentase (%) Bagaimana pendapat Anda setelah belajar Ilmu Perpustakaan?

Sangat tertarik dan ingin belajar

lebih banyak

36 46,7

Biasa saja 33 43

Tidak tertarik untuk melanjutkan

studi

- -

Membosankan 8 10,3

Jumlah 77 100

Data dari tabel di atas menunjukkan pendapat responden setelah belajar Ilmu Perpustakaan adalah bahwa 36 (46,7%) responden merasa sangat tertarik dan ingin belajar lebih banyak, 33 (43%) responden merasa biasa saja, 0 (0%) responden merasa tidak tertarik untuk melanjutkan studi dan 8 (10,3%) responden merasa bosan.

Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa merasa tertarik dengan bidang Ilmu Perpustakaan dan termotivasi untuk belajar lebih banyak setelah mengenal dan belajar Ilmu Perpustakaan.

4.3.2 Sasaran Persepsi

Adapun tanggapan responden mengenai sasaran persepsi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12 Pendapat responden tentang Ilmu Perpustakaan Pertanyaan Pilihan Jawaban Frekuensi

(F) Presentase (%) Bagaimana pendapat Anda tentang Program

Semakin mengikuti perkembangan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK)

(56)

Studi Ilmu Perpustakaan?

Masih perlu

pengembangan/promosi lebih lanjut

32 41,5

Tidak terkenal 9 11,7

Tidak tahu 5 6,5

Jumlah 77 100

Berdasarkan tabel di atas, pendapat responden tentang Program Studi Ilmu Perpustakaan adalah 31 (40,3%) responden setuju bahwa Program Studi Ilmu Perpustakaan

Gambar

Tabel 4.1 : Responden berdasarkan asal lulusan
Tabel 4.3
Tabel 4.5 Lingkungan keluarga mendukung dalam memilih bidang
Tabel 4.9 Hal yang diketahui sebelum kuliah tentang Ilmu Perpustakaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis pemberian kredit oleh pihak bank, dilakukan dengan seoptimal mungkin untuk menghindari kemungkinan kredit yang diberikan tersebut mengalami kemacetan Tujuan dari penulisan

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Permendagri 11 / 2011 Tentang Pedoman perjalanan Dinas Ke Luar Negeri bagi pejabat / pegawai Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, Dan pimpinan Serta

Pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara elektronik dengan mengakses aplikasi Sistem  Pengadaan   Secara    Elektronik    (aplikasi    SPSE)    pada    alamat   

program desain grafis Corel Draw yang akan dipelajari  Menyimak penjelasan dari guru  Mengungkapkan jawaban apabila terdapat siswa yang mempunyai jawaban sendiri

Political factors relate to government policies, political conditions and state security conditions. Unstable political and security conditions of the State, can provide

Penelitian ini dilaksankan pada bulan Mei-Juni 2017 di Sungai Babarsari Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, dengan menganalisis pengaruh kegiatan masyarakat