• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Ruang terbuka (open spaces), Ruang Terbuka Hijau, Ruang publik (public spaces) mempunyai pengertian yang hampir sama. Secara teoritis yang dimaksud dengan ruang terbuka (open spaces) adalah ruang yang berfungsi sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik secara individu maupun berkelompok, serta wadah mahkluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan (UUPR No.24 Tahun 1992).

Ruang Terbuka Hijau kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

2.1.1. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau

Klasifikasi RTH menurut Inmendagri No.14 tahun 1988, yaitu: taman kota, lapangan olahraga, kawasan hutan kota, jalur hijau kota, perkuburan, pekarangan, dan RTH produktif.

Bentuk RTH yang memiliki fungsi paling penting bagi perkotaan saat ini adalah kawasan hijau taman kota dan kawasan hijau lapangan olahraga. Taman kota dibutuhkan karena memiliki hampir semua fungsi RTH, sedangkan lapangan olahraga hijau memiliki fungsi sebagai sarana untuk menciptakan kesehatan masyarakat selain itu bisa difungsikan sebagian dari fungsi RTH lainnya.

Sementara klasifikasi RTH menurut Dinas Pertamanan berdasarkan pada kepentingan pengelolaannya adalah sebagai berikut :

(2)

a. Kawasan Hijau Pertamanan Kota, berupa sebidang tanah yang sekelilingnya ditata secara teratur dan artistik, ditanami pohon pelindung, semak/perdu, tanaman penutup tanah serta memiliki fungsi relaksasi.

b. Kawasan Hijau Hutan Kota, yaitu ruang terbuka hijau dengan fungsi utama sebagai hutan raya.

c. Kawasan Hijau Rekreasi Kota, sebagai sarana rekreasi dalam kota yang memanfaatkan ruang terbuka hijau.

d. Kawasan Hijau kegiatan Olahraga, tergolong ruang terbuka hijau area lapangan, yaitu lapangan, lahan datar atau pelataran yang cukup luas. Bentuk dari ruang terbuka ini yaitu lapangan olahraga, stadion, lintasan lari atau lapangan golf.

e. Kawasan Hijau Pemakaman.

f. Kawasan Hijau Pertanian, tergolong ruang terbuka hijau areal produktif, yaitu lahan sawah dan tegalan yang masih ada di kota yang menghasilkan padi, sayuran, palawija, tanaman hias dan buah-buahan.

g. Kawasan Jalur Hijau, yang terdiri dari jalur hijau sepanjang jalan, taman di persimpangan jalan, taman pulau jalan dan sejenisnya.

h. Kawasan Hijau Pekarangan, yaitu halaman rumah di kawasan perumahan, perkantoran, perdagangan dan kawasan industri.

2.1.2. Tujuan Penyelenggaraan Ruang Terbuka Hijau

Tujuan Penyelenggaraan RTH berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan adalah sebagai berikut:

a. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;

b. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat;

c. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.

(3)

2.1.3. Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Kegiatan kegiatan manusia yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan hijau mengakibatkan perubahan pada lingkungan yang akhirnya akan menurunkan kualitas lingkungan perkotaan. Kesadaran menjaga kelestarian lingkungan hijau pasti akan lebih baik jika setiap orang mengetahui fungsi RTH bagi lingkungan perkotaan. fungsi dari RTH bagi kota yaitu: untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan dalam kota dengan sasaran untuk memaksimumkan tingkat kesejahteraan warga kota dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik dan sehat.

Berdasarkan fungsinya menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan adalah sebagai berikut:

a. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:

memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru- paru kota);

pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar;

sebagai peneduh; produsen oksigen; penyerap air hujan; penyedia habitat satwa;

penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta; penahan angin.

b. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu: Fungsi sosial dan budaya:

menggambarkan ekspresi budaya lokal; merupakan media komunikasi warga kota; tempat rekreasi;

wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.

(4)

Fungsi ekonomi:

sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur;

bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain.

Fungsi estetika:

meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro: lansekap kota secara keseluruhan;

menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota; pembentuk faktor keindahan arsitektural;

menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

Sedangkan Fungsi RTH berdasarkan Inmendagri No.14/1998 yaitu sebagai:

a. Areal perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga

kehidupan:

b. Sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan keindahan

lingkungan:

c. Sarana rekreasi:

d. Pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam pencemaran

baik darat, perairan maupun udara:

e. Sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk

membentuk kesadaran lingkungan:

f. Tempat perlindungan plasma nutfah:

g. Sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro:

h. Pengatur tata air.

Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.

(5)

2.1.4. Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Manfaat RTH menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan adalah sebagai berikut:

a. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah);

b. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).

2.1.5. Pemanfaatan RTH pada Lingkungan/Pemukiman

Ruang Terbuka Hijau pada Lingkungan/Permukiman dapat dioptimalkan fungsinya menurut jenis RTH sebagai berikut:

2.1.5.1. RTH Taman Rukun Tetangga

Taman Rukun Tetangga (RT) dapat dimanfaatkan penduduk sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan sosial di lingkungan RT tersebut. Untuk mendukung aktivitas penduduk di lingkungan tersebut, fasilitas yang harus disediakan minimal bangku taman dan fasilitas mainan anak-anak. Selain sebagai tempat untuk melakukan aktivitas sosial, RTH Taman Rukun Tetangga dapat pula dimanfaatkan sebagai suatu community garden dengan menanam tanaman obat keluarga/apotik hidup, sayur, dan buah-buahan yang dapat dimanfaatkan oleh warga.

(6)

Gambar 2.2. Contoh 2 Taman Rukun Tetangga 2.1.5.2. RTH Taman Rukun Warga

RTH Rukun Warga (RW) dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan sosial lainnya di lingkungan RW tersebut. Fasilitas yang disediakan berupa lapangan untuk berbagai kegiatan, baik olahraga maupun aktivitas lainnya, beberapa unit bangku taman yang dipasang secara berkelompok sebagai sarana berkomunikasi dan bersosialisasi antar warga, dan beberapa jenis bangunan permainan anak yang tahan dan aman untuk dipakai pula oleh anak remaja.

(7)

2.1.5.3. RTH Taman Kelurahan

RTH kelurahan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan penduduk dalam satu kelurahan. Taman ini dapat berupa taman aktif, dengan fasilitas utama lapangan olahraga (serbaguna), dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa taman pasif, dimana aktivitas utamanya adalah kegiatan yang lebih bersifat pasif, misalnya duduk atau bersantai, sehingga lebih didominasi oleh ruang hijau dengan pohon-pohon tahunan.

Tabel 2.1. Tabel Contoh Kelengkapan Fasilitas pada RTH Kelurahan

Jenis Taman

Koefisien Daerah Hijau (KDH)

Fasilitas Vegetasi

Aktif 70-80%

1) Lapangan Terbuka; 2) Trek lari, lebar 5 m,

panjang 325 m; 3) WC umum; 4) 1 unit kios (jika

diperlukan); 5) Kursi-kursi taman.

1) Minimal 25 pohon (pohon sedang dan kecil); 2) Semak; 3) Perdu; 4) Penutup tanah. Pasif 80-90% 1) Sirkulasi jalur pejalan kaki; 2) WC umum; 3) 1 unit kios (jika

diperlukan); 4) Kursi-kursi taman.

1) Minimal 50 pohon (sedang dan kecil); 2) Semak;

3) Perdu; 4) Penutup tnah.

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

(8)

Gambar 2.4. Contoh Taman Kelurahan 2.1.5.4. RTH Taman Kecamatan

RTH kecamatan dapat dimanfaatkan oleh penduduk untuk melakukan berbagai aktivitas di dalam satu kecamatan. Taman ini dapat berupa taman aktif dengan fasilitas utama lapangan olahraga, dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa taman pasif untuk kegiatan yang lebih bersifat pasif, sehingga lebih didominasi oleh ruang hijau. Kelengkapan taman ini adalah sebagai berikut:

(9)

Tabel 2.2. Tabel Contoh Kelengkapan Fasilitas pada Taman Kecamatan

Jenis Taman

Koefisien Daerah Hijau (KDH) Fasilitas Vegetasi Aktif 70-80% 1) Lapangan terbuka; 2) Lapangan basket; 3) Lapangan volley; 4) Trek lari, lebar 5 m

panjang 325 m; 5) WC umum; 6) Parkir kendaraan 7) Termasuk sarana kios

1) Minimal 50 pohon (sedang dan kecil); 2) Semak; 3) Perdu; 4) Penutup tanah. Pasif 80-90%

1) Sirkulasi jalur pejalan kaki, lebar 1,5-2 m; 2) WC umum;

3) Parkir kendaraan termasuk sarana kios (jika diperlukan); 4) Kursi-kursi taman. 1) Lebih dari 100 pohon tahunan (pohon sedang dan kecil); 2) Semak; 3) Perdu; 4) Penutup tanah.

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

(10)

2.2. Perencanaan Penataan Ulang RTH

Untuk membuat taman yang menarik diperlukan beberapa persiapan yang matang untuk memperindah taman agar memiliki daya tarik bagi para pengunjung. Persiapan tersebut antara lain:

2.2.1. Menentukan Gaya Taman

Taman pada perkotaan dapat ditata dengan berbagai gaya yang menarik. Gaya taman yang dapat ditampilkan adalah sebagai berikut:

2.2.1.1. Gaya Minimalis

Gaya ini merupakan gaya kontenporer yang dapat dijadikan pilihan. Taman gaya ini tidak dipenuhi aneka ragam jenis tanaman. Pilihan tanaman hanyalah sebagai elemen dekorasi, karena gaya ini lebih menitikberatkan pada kekuatan perencanaan desain secara keseluruhan. Komposisi ruang pandang merupakan fokus dari gaya minimalis, yakni keselarasan segala unsur yang tercangkup didalamnya. Dengan jenis tanaman yang seminimal mungkin, gaya minimalis sangat menonjolkan elemen lain seperti pemasangan paving block sebagai alas tanaman, pot yang dekoratif, kursi taman, patung, relief (dinding), dan lampu sebagai penerangan.

(11)

2.2.1.2. Gaya Taman Campursari

Campursari artinya terdiri dari beragam jenis. Taman ini terdiri dari beragam jenis tanaman, mulai dari pohon pelindung, perdu tinggi, bahkan pohon buah, perdu rendah, pisang - pisangan, groundcover hingga tanaman merambat. Taman ini membutuhkan penataan yang tepat agar tidak terkesan seperti hutan yang dipenuhi oleh tanaman. Cara menata taman ini bisa menggunakan gradasi dari perdu yang rendah di bagian terdepan, perdu yang tinggi di bagian belakang, hingga pohon pelindung yang melatarbelakangi pemandangan taman.

Gambar 2.7. Gaya Taman Campusari

2.2.1.3. Gaya Taman Bunga

Semarak aneka bunga membuat taman jenis ini terasa hangat. Beragam tanaman yang kaya warna dapat ditata dalam bidang - bidang yang berbeda sekaligus juga dengan pola yang beragam seperti bulat, persegi, atau oval. Gaya taman bunga ini lebih tepat bila diterapkan di lingkungan yang berudara sejuk dan mendapatkan sinar matahari penuh. Taman ini membutuhkan pergantian tanaman secara berkala, karena tanaman berbunga cenderung berusia pendek, usianya berkisar antara 3 - 6 bulan.

(12)

Gambar 2.8. Gaya Taman Bunga 2.2.1.4. Gaya Taman Apik Resik

Gaya taman ini terkesan bersih, rapi, hijau dan teratur. Setiap area dibatasi oleh tanaman perdu rendah dengan pembagian yang jelas. Taman jenis ini hampir tidak menyertai tanaman bunga. Taman ini membutuhkan perawatan yang khusus agar tanaman tetap terjaga bentuknya. Tanaman yang cocok untuk gaya taman ini yaitu tanaman yang bersifat slow grown yakni yang pertumbuhannya lamban.

Gambar 2.9. Gaya Taman Apik Resik 2.2.1.5. Gaya Taman Mediterania

Taman yang diadaptasi dari daerah Laut Tengah ini memiliki karakteristik kasar dan kuat. Di daerah aslinya, banyak area yang dtutupi dengan pengerasan semen atau batu - batuan karena tanah disana tidak terlalu subur. Tanaman pun banyak ditanam dalam pot - pot besar yang terbuat dari batu-batu alam. Taman gaya ini merupakan pilihan yang tepat untuk daerah tropis yang sinar mataharinya

(13)

Gambar 2.10. Gaya Taman Mediterania 2.2.1.6. Gaya Tamansari

Gaya taman ini dipenuhi oleh kolam - kolam yang dihiasi tanaman air serta tanaman - tanaman air dalam pot. Bentuk taman sari cukup beragam, ada yang berbentuk kolam hias dengan aneka tanaman airnya, ada yang terdiri dari berbagai gentong atau tempayan yang tersusun sedemikian rupa membentuk rawa - rawa mini, ada pula kolam kecil dengan air terjun mini atau pancuran, atau kolam lengkap dengan mata airnya. (Don WS, Threes Emire, Cherry Hadibroto, 2004)

Gambar 2.11. Gaya Taman Tamansari 2.2.2. Rehabilitasi Taman

Dalam mendesain taman ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu sebagai berikut:

(14)

2.2.2.1. Membuat Denah

Dalam pembuatan denah, hal yang perlu diperhatikan adalah membentuk pola. Tahap pertama yang dilakukan untuk membuat denah adalah membuat pola. Ada beberapa jenis pola yang bisa digunakan untuk membuat taman. Pola tersebut antara lain:

1. Pola geometris yaitu garis-garis pembagian bidang yang ditanami terlihat tegas dan formal.

2. Pola geometris alami yaitu garis-garis bidang lebih luwes dengan lengkungan dimana-mana.

3. Pola natural yaitu pola ini mengadaptasi lahan kebun yaitu mengikuti kontur tanah yang ada dan besar kecilnya bidang yang tersedia.

2.2.2.2. Membuat Perspektif Taman

Setelah denah dua dimensi jadi, langkah selanjutnya adalah membuat sketsa perspektif rencana taman. Gambar perspektif berfungsi membuat tampilan tiga dimensi dari rencana dua dimensi denah, sehingga dapat dibayangkan wujud taman yang kita inginkan setelah jadi. Pada gambar perspektif, perencanaan warna juga dapat dilakukan sehingga pemilihan tanaman dapat lebih terarah. Proporsi gradasi tanaman dari semak, perdu, hingga pohon dapat terlihat semua. Dengan perspektif, unsur taman lain seperti gazebo, air mancur, dan yang lain dapat direncanakan wujudnya.

2.2.2.3. Penyempurnaan Warna dan Terang

Warna dari suatu tanaman dapat menimbulkan efek visual tergantung pada refleksi cahaya yang jatuh pada tanaman tersebut. Warna tanaman dapat menarik perhatian manusia, binatang dan mempengaruhi emosi yang melihatnya. Efek Psikologi yang ditimbulkan oleh warna antara lain :

1. Warna cerah : memberi rasa senang, gembira dan kesan dekat, hangat. 2. Warna lembut : memberi rasa tenang, sejuk dan kesan jauh. (Rustman

Hakim, 1993)

Sedangkan tekstur pada tanaman ditentukan oleh cabang batang, ranting, daun, tunas dan jarak pandang terhadap tanaman tersebut. Tekstur juga mempengaruhi pisikis dan fisik yang memandang.

(15)

Pemahaman warna menyangkut segi sifat, gradasi dan kombinasi. Pada dasarnya terdapat dua kelompok warna, yaitu warna - warna sejuk seperti hijau dan biru, dan warna hanga seperti merah dan jingga. (Don WS, Threes Emire, Cherry Hadibroto, 2004.)

2.2.3. Mengerjakan Rancangan Taman

Dalam mengerjakan rancangan taman ada beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut:

2.2.3.1. Utilitas Taman

Utilitas taman adalah hal-hal teknis yang berkenan dengan tapak agar sistem taman dapat berfungsi dengan baik sesuai rancangan yang diinginkan. Pada sistem utilitas taman dapat dibagi menjadi beberapa bagian dasar yaitu sebagai berikut:

2.2.3.1.1. Drainase Taman

Drainase berperan penting dalam taman agar taman mempunyai aliran air limpasan khususnya air hujan agar taman tidak tergenang. Kemudian juga agar penyerapan air berfungsi dengan baik. Aliran drainase yang tidak baik dapat mengakibatkan tanah basah dan lembek sehingga mudah rusak apabila diinjak. Tanah yang selalu basah dan lembek juga dapat menyebabkan akar tanaman cepat membusuk. Sebaliknya, tanah yang terlalu kering memiliki unsur hara sehingga tanaman tidak tumbuh dengan baik.

2.2.3.1.2. Listrik dan Tata Cahaya

Fungsi listrik pada taman umumnya adalah sebagai sumber energi untuk pompa sirkulasi, sumber listrik untuk kegiatan outdoor di taman, dan untuk lampu. Sebagai sumber listrik, outlet listrik atau stopkontak harus berada di tempat yang terlindung dari hujan dan mudah dijangkau. Stopkontak ekstra untuk kegiatan

outdoor umumnya berada di teras atau gazebo. Sedangkan untuk pompa,

sebaiknya kabel pompa dipanjangkan supaya bisa menjangkau stopkontak yang terlindung dan tersembunyi.

Listrik untuk lampu taman dapat didesain berhubungan dengan instalasi bangunan sehingga sakelarnya dapat berada di bangunan dan terlindung. Pencahayaan adalah elemen estetika agar keindahan taman juga bisa dinikmati pada malam

(16)

hari. Lampu taman bisa ditempatkan di sepanjang kolam, di sekitar gazebo, dan di sekitar tanaman. Dengan demikian, kita lebih mempunyai bayangan pencahayaan yang diinginkan, objek yang akan diterangi, serta sifat pencahayaan yang dapat diterapkan.

2.2.3.1.3. Pembuatan Pori Resapan

Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme didalamnya seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat beralurnya air di dalam tanah. Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara:

1. Meningkatkan daya resapan air;

2. Mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gar rumah kaca;

3. Memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman;

4. Mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria.

2.2.3.2. Aksesori Taman

Aksesori taman bersifat fungsional dan memperkuat desain dan karakter taman. Aksesori taman terdiri dari bermacam-macam bangunan yaitu sebagai berikut:

2.2.3.2.1. Gazebo atau Paviliun

Gazebo atau pavilion adalah elemen penting dalam taman karena disinilah tempat untuk menikmati keindahan. Desain gazebo bentuknya bermacam-macam dengan berbagai ukuran. Pada umumnya gazebo berbentuk segi empat, segi lima, segi enam, segi delapan dan adapula yang berbentuk lingkaran. Gazebo bisa dibuat dari kayu atau dari batu bata. Kemudian untuk tiang penyanggah bisa dipilih dari kayu, besi, atau bambu atau beton. Sedangkan atapnya bisa berupa genteng, asbes, ijuk, daun kelapa kering, atau ilalang (Doni Fireza,2007).

(17)

Gambar 2.12. Berbagai Macam Gaya Gazebo 2.2.3.2.2. Fountain atau Air Mancur

Fountain adalah struktur yang terdiri dari wadah air berbentuk mangkok atau

kolam kecil dengan nozzle di tengahnya untuk memuncratkan air yang menjadi elemen estetika taman. Air yang dimuncratkan ke udara oleh nozzle dibuat halus dengan semburan yang tidak terlalu keras. Fountain biasanya berbentuk bintang 8 sudut, baik segi delapan atau mangkok lebar yang rendah dengan permukaan berlekuk seperti kerang. Detail fountain dapat diperindah dengan melapiskan keramik mozaik pada wadah air, atau membuat fountain tersebut dari marmer (Doni Fireza,2007).

(18)

2.2.3.2.3. Planter Box atau Bak Tanaman

Planter box atau bak tanaman dibuat untuk wadah tanaman semak yang umumnya

ditanam berderet. Planter box biasanya berbentuk persegi atau persegi panjang. Terkadang planter box dapat dibuat sama bentuknya dengan kolam, agar dapat ditempatkan sejajar dengan kolam tersebut (Doni Fireza,2007).

Gambar 2.14. Bentuk-bentuk Penerapan Desain Planter Box 2.2.3.2.4. Pergola

Pergola berfungsi sebagai peneduh pada taman sehingga menimbulkan kesan kokoh dari sebuah pintu gerbang atau pagar tembok. Pergola tidak selalu ditanami dengan tanaman. Pergola yang dibuat dari besi dan diberi cat anti karat jauh lebih kokoh dan tahan lama dibandingkan yang terbuat dari kayu (Doni Fireza,2007).

(19)

2.2.3.2.5. Perkerasan Tanah

Perkerasan tanah atau bisa disebut juga dengan jalan setapak dapat berupa deretan batu lempeng yang ditata menjadi batu loncatan dan dapat juga berupa jalan sempit yang ditaburi kerikil hias. Material perkerasan sebaiknya menggunakan elemen batu alam atau ubin terakota potongan mesin berwarna terang dan mempunyai permukaaan yang rata. Di Indonesia, batu paras Jogja, Palimanan, batu hijau Sukabumi maupun batu-batu alam dari Bali yang berwarna terang dapat dipakai (Doni Fireza,2007).

Gambar 2.16. Macam-macam Material dan Pola Lantai Perkerasan 2.2.4. Pemilihan Tanaman

Pemilihan tanaman ditekankan pada pertimbangan. Untuk kawasan tropis seperti Indonesia, pemilihan tanaman sebaiknya disesuaikan dengan iklim lokal agar dapat tumbuh sempurna. Dalam pemilihan tanaman ada beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut:

2.2.4.1. Seni Memilih Tanaman

Yang perlu diperhatikan dalam seni memilih tanaman adalah bentuk dasar tajuk, pohon buah, warna dan aroma. Bentuk dasar tajuk digunakan sebagai dasar pemilihan pohon pelindung. Pohon pelindung yang perlu ditanam adalah cemara lilin yang mirip dengan pohon cypress. Pohon ini mempunyai tajuk kerucut, sehingga dapat ditanam rapat sebagai penyaring debu dan melembutkan angin kencang.

(20)

Pohon buah dipilih sebaiknya lebih rendah dari pohon pelindung., tetapi sudah mulai menghasilkan buah. Kendalanya adalah kehadiran ulat pada musim-musim tertentu. Oleh karena itu, perlu pemilihan tanaman yang cermat untuk menerapkannya pada taman yang kita bangun.

Warna bunga menjadi kriteria pemilihan tanaman tanaman atas dasar estetika. Untuk mendapatkan keragaman warna, perlu dikombinasikan beberapa tanaman bunga yang bermacam-macam.

Gambar 2.17. Contoh-contoh Bentuk Kombinasi Warna dari Tumbuh-tumbuhan 2.2.4.2. Komposisi Penanaman

Komposisi penanaman pada taman sebaiknya bergradasi dari ground cover yang rendah menuju ke pohon pelindung. Tanaman yang lebih rendah ditanam lebih dekat ke kolam atau ke perkerasan, semakin jauh dari kolam atau jalur perkerasan semakin tinggi. Tanaman yang lebih tinggi, yaitu perdu tinggi dapat ditanam langsung rapat dengan deretan tanaman sebelumnya atau diberi jarak terlebih dahulu. Pohon pelindung sebagai pagar luar taman sifatnya sebagai penyaring debu, suara, dan kecepatan angin menuntut pohon harus lebih tinggi dari semua tanaman sebelumnya. Pohon ditanam dalam bentuk deretan rapat, serta dibiarkan tumbuh secara alami (Doni Fireza,2007).

(21)

2.2.4.3. Tanaman yang Dapat Dipakai

Berikut adalah tanaman yang dapat diaplikasikan pada taman sesuai iklim tropis Indonesia antara lain :

a. Ground Cover:

Rumput-rumputan: Rumput gajah, rumput gajah mini, rumput manila, rumput golf, kucai mini, dan sebagainya.

tanaman penutup dengan bunga: kacang-kacangan, seruni jalar, blue eyes, dan sebagainya.

b. Semak:

semak berdaun cantik: Bayam-bayaman, simbang darah, pangkas kuning, dan sebagainya.

Semak berbunga: Tapak dara, lantana, lollipop. c. Perdu:

Melati, mawar, kembang sepatu, soka, azalea, dan sebagainya. d. Pohon buah:

Mangga, jeruk, sawo, srikaya, dan sebagainya. e. Pohon Pelindung:

Cemara, glodokan tiang, sikat botol, kenanga, palem raja, palem ekor tupai, dan sebagainya.

2.2.5. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk menjaga dan merawat areal taman dengan segala fasilitas yang ada didalamnya sehingga kondisinya tetap baik dan dapat dipertahankan sesuai dengan tujuan rencana atau desain semula. Manajemen dan pelaksana pemeliharaan taman dapat dilakukan sendiri oleh pemilik atau diserahkan pada jasa pengelola taman. Untuk taman yang terbuka untuk umum biasanya ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota.

Umumnya, pengelola taman akan melaksanakan program pemeliharaan taman dalam bentuk organisasi yang berpedoman pada aturan dan teknik pemeliharaan yang baik. Tujuannya untuk mewujudkan taman dengan persyaratan pemanfaatan area dan fasilitas secara optimal.

(22)

Pemeliharaan taman merupakan kunci kebersihan suatu pembuatan taman. Olehkarena itu, dalam mendesain taman hendaknya yang mudah dibangun dan dirawat. Adu dua tipe pemeliharaan taman yaitu pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik yang keduanya saling berhubungan erat satu sama lain.

2.2.5.1. Pemeliharaan Ideal

Pemeliharaan ideal merupakan pemeliharaan yang mengacu pada ide dan tujuan desain awal. Oleh karena itu, pada periode tertentu perlu untuk dilakukan evaluasi agar kondisi taman tetap sama dengan desain semula sehingga fungsi fisik dan estetika taman tetap terjaga. Bila salah satu fungsi terganggu atau tidak terawat baik, maka secara ideal tanaman tersebut tidak cocok lagi seperti fungsi semula. Sebagai contoh pada taman yang mempunyai pola simetris dan formal seperti pada taman perkantoran, secara ideal harus diperhatikan. Bila pola tersebut berubah dan tidak simetris lagi, maka tidak lagi terkesan simetris dan formal. Ada beberapa faktor yang mendukung berjalannya pemeliharaan ideal yaitu sebagai berikut:

a. Merencanakan dan merancang taman dengan pola yang sederhana sehingga memudahkan dilakukan pemeliharaan fisik;

b. Dalam penggunaan elemen taman, baik elemen keras maupun elemen lunak hendaknya menggunkan komponen yang tidak sulit dicari agar tidak sulit dalam penggantian dan perawatan;

c. Pemilihan struktur yang kuat dan awet serta pemilihan bahan perkerasan yang sesuai;

d. Pembuatan pola sirkulasi harus jelas dan rasional sehingga alur di dalam taman selalu lancar;

e. Perlengkapan taman yang memadahi meliputi penerangan lampu pada malam hari dan jaringan utilitas yang ada di bawah tanah (drainase, instalasi air, dan listrik) agar direncanakan dengan baik sehingga tidak terjadi bongkar pasang pada pemeliharaan taman.

(23)

2.2.5.2. Pemeliharaan Fisik

Pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan yang dilakukan untuk mengimbangi pemeliharaan ideal. Pemeliharaan fisik meliputi pemeliharaan elemen keras dan elemen lunak. Sedangkan pemeliharaan tanaman meliputi pembersihan area,

penyiraman, pemupukan, pemangkasan, penyiangan, penggemburan,

pengendalian hama penyakit, dan lai-lain. Pada intinya pemeliharaan fisik tanaman meliputi pekerjaan menjaga keindahan, keasrian, dan keamanan taman.

1. Pembersihan Area

Pembersihan area dilakukan dengan menyapu areal perkerasan dan areal rumput., juga daun-daun yang jatuh di atas tajuk tanaman penutup tanah, serta menyingkirkan daun-daun yang sudah kering. Sumber kotoran taman dapat berasal dari daun-daun yang rontok, bungkus plastik bekas yang dibuang pengunjung sembarangan di sekitar taman. Kotoran tersebut dapat menurunkan kualitas taman, bahkan dapat menjadi tempat berkembangnya hama dan penyakit tanaman. Adakalanya kotoran berupa serasah daun yang kecil-kecil dan mudah terurai sengaja disembunyikan di bawah tajuk dengan tujuan mempertahankan kesuburan dan keremahan tanah.

2. Penyiraman

Air merupakan faktor yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Air ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis taman. Kelebihan pemberian air juga akan menyebabkan busuknya akar sehingga tanaman tersebut akan mati. Sebaliknya untuk tanaman air, misalnya teratai, tentunya memerlukan air yang banyak.

Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan musim dan cuaca. Pada musim penghujan mungkin tidak perlu dilakukan penyiraman, sedangkan pada musim kemarau mungkin perlu dilakukan dua kali penyiraman per hari. Penyiraman hendaknya dilakukan secara rutin sesuai dengan jenis tanaman agar tidak timbul hal-hal yang tidak diinginkan (Soeseno Slamet,1993).

(24)

a. Pohon: dilakukan 1-2 hari sekali, tergantung keadaan kelembapantanah dan sifat perakaran. Perakaran pohon yang dalam lebih aman terhadap kekeringan.

b. Semak dan penutup tanah: dilakukan setiap hari. c. Rumput: dilakukan setiap hari.

3. Pemupukan

Tanaman memerlukan hara untuk pertumbuhannya yang berasal dari dalam tanah. Meskipun sebenarnya hara tersebut sudah tersedia dalam tanah, tetapi adakalanya kesuburan tanah tersebut sudah tidak dapat mengimbangi kebutuhan pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan pemupukan.

Tanaman yang ditanam di tempat yang terbatas misalnya dalam pot atau bak tanaman harus lebih diperhatikan. Pada umumnya, pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik, pupuk NPK, serta pupuk urea.

4. Pemangkasan

Pemangkasan (pruning) sangat berpengaruh terhadap kualitas pertumbuhan tanaman. Pemangkasan ini bertujuan untuk:

a. Memperbaiki lingkungan pertumbuhan tanaman, yaitu mengatur penerimaan sinar matahari, temperatur dan kelembapan;

b. Memelihara atau mengurangi ukuran tanaman sebagai upaya mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak teratur;

c. Membuang cabang dan ranting yang rusak atau mati; d. Merangsang pertumbuhan tunas,bunga, atau buah.

e. Membuang percabangan atau ranting yang mengganggu aktivitas manusia.

5. Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan tanaman pengganggu (gulma) di sekitar tanaman yang dipelihara. Jenis tanaman pengganggu tersebut misalnya rumput liar atau bayam-bayaman yang tidak dikehendaki. Tanaman pengganggu tersebut bersifat merugikan tanaman utama yang dipelihara. Penyiangan bisa dilakukan secara manual dengan jalan mencabutnya dengan tangan satu per satu.

(25)

Selain secara manual, tersedia juga obat-obatan untuk menanggulanginya yaitu yang disebut herbisida, tetapi efektif dipakai untuk keperluan yang besar.

6. Penggemburan

Penggemburan merupakan cara untuk memperbaiki keadaan tanah sehingga keadaan granulasi, udara tanah, dan air tanah tetap baik. Pekerjaan ini biasanya dikerjakan bersamaan waktunya dengan penyiangan. Tanah yang gembur sangat diperlukan agar pertumbuhan tanaman optimum.

Gambar

Tabel 2.1. Tabel Contoh Kelengkapan Fasilitas pada RTH Kelurahan
Tabel 2.2. Tabel Contoh Kelengkapan Fasilitas pada Taman Kecamatan
Gambar 2.6. Gaya Taman Minimalis
Gambar 2.7. Gaya Taman Campusari
+3

Referensi

Dokumen terkait

Narasumber lainnya terkait pemberitaan Kemenristek antara lain Kepala Pemberitaan Kemenristek Munawir Razak terkait isu Kerjasama Iptek RI dan Belarusia dan Staf Ahli Menteri

Dari sisi pengeluaran, pada Triwulan II-2017, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen konsumsi LNPRT yang tumbuh sebesar 7,41 persen, kemudian diikuti oleh

[r]

Akan tetapi, yang menjadi persoalan dalam ritual setiap tarekat yang ada adalah bahwa hampir mayoritas ritual tarekat mencitrakan Tuhan dalam bentuk atau citra laki-laki dan

Didapatkan perbedaan statistik yang bermakna rerata tekanan darah sistolik ataupun diastolik pada keempat kuartil kadar kolesterol total (nilai p = 0,001 untuk

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa tingkat higiene pada aspek pengadaan dan pengelolaan bahan baku dangke masih rendah; tingkat higiene aspek proses

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah (1) bagi guru maupun siswa supaya lebih teliti dalam menggunakan program kuis interaktif tipe fill in the

dekatan aljabar max-plus dalam sistem even diskrit dinamik adalah karena plus dapat menangani dengan mudah proses sinkronisasi (Braker, 1990). Pendekatan dengan aljabar