• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENYEBAB DAN PENGENTASANNYA TERHADAP PELANGGARAN TATA TERTIB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR PENYEBAB DAN PENGENTASANNYA TERHADAP PELANGGARAN TATA TERTIB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKTOR PENYEBAB DAN PENGENTASANNYA TERHADAP

PELANGGARAN TATA TERTIB

Triwurhana Nilasari Putri (09220806)

Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang Abstrak

Latar belakang penelitian. Di sekolah yang berdisiplin tinggi dan tertib akan selalu menciptakan suasana proses belajar mengajar yang baik, begitu pula sebaliknya pada sekolah yang kurang mengedepankan kedisiplinan dan ketertiban kondisinya tentunya akan jauh berbeda. Penerapan tata tertib sekolah yang disertai hukuman atau sanksi dibutuhkan sebagai usaha dalam membantu meningkatkan kedisiplinan siswa. Permasalahan yang dirumuskan yaitu: (1) Apa faktor penyebab pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa SMK Garuda Nusantara Demak?; (2) Bagaimana penanganan yang dilakukan SMK Garuda Nusantara Demak dalam mengatasi pelanggaran tata tertib di SMK Garuda Nusantara Demak?; (3) Apa bentuk pengentasan terhadap pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa SMK Garuda Nusantara Demak?. Pendekatan penelitian. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dengan tiga komponen tersebut adalah : (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil dan pembahasan. (1) Faktor-faktor yang menyebabkan pelanggaran tata tertib siswa adalah faktor-faktor yang ada di dalam diri anak sendiri, faktor pelanggaran tata tertib siswa yang berasal dari lingkungan keluarga, faktor kenakalan remaja yang berasal dari lingkungan masyarakat, dan faktor-faktor kenakalan remaja yang bersumber dari sekolah. Faktor lingkungan merupakan faktor-faktor yang dominan dalam mempengaruhi munculnya pelanggaran tata tertib siswa. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah. Faktor lingkungan tersebut dapat diatasi dengan cara memberikan pemahaman terhadap siswa mengenai akibat dari kenakalannya. Implikasinya yaitu bahwa pihak sekolah akan lebih berhati-hati terhadap faktor lingkungan yang setiap saat mempengaruhi siswa-siswanya; (2) Penanganan pelanggaran tata tertib siswa adalah usaha preventif pelanggaran siswa yang menitikberatan pada pembinaan moral dan membina kekuatan mental anak remaja. Upaya kuratif dalam menanggulangi masalah pelanggaran tata tertib siswa ialah menganttisipasi terhadap gejala-gejala pelanggaran tersebut. Upaya Pembinaan adalah upaya untuk memasyarakatkan kembali anak-anak atau remaja yang telah melakukan pelanggaran agar supaya mereka kembali menjadi manusia yang wajar, seperti pembinaan aspek psikologis sebagai kebutuhan pokok pelanggaran tata tertib, pembinaan mental dan kepribadian beragama, membina kepribadian yang wajar, pembinaan ilmu pengetahuan, pengembangan kreativitas anak, pengembangan bakat-bakat khusus. Di SMK Garuda Nusantara Demak juga diterapkan teknik konseling dan kerjasama dengan keluarga siswa. Strategi tersebut termasuk kurang sempurna, dan untuk menyempurnakannya maka ditambah dengan teknik pemantauan dan pendampingan pada setiap siswa. Implikasinya yaitu intensitas kenakalan yang dilakukan siswa setiap waktu akan berkurang; (3) Bentuk pengentasan yang dilakukan terhadap pelanggaran tata tertib di sekolah yaitu dengan sanksi secara tegas namun bersifat mendidik. Selain itu sebagai upaya pencegahan lain guru BK melakukan upaya preventif yaitu dengan memberikan pendidikan moral dan etika yang mana tindakan preventif tersebut dapat membentuk jiwa siswa yang disiplin. Saran yang dapat diajukan yaitu: Bagi siswa, diharapkan mampu untuk memahami akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan. Bagi guru, diharapkan lebih memperhatikan aktivitas pergaulan siswa selama berada di sekolah. Bagi sekolah, diharapkan mampu membuat strategi penanganan kenakalan siswa yang lebih baik.

(2)

2 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING PENDAHULUAN

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan belajar anak didiknya. Keberhasilan belajar bukan hanya ditandai dengan penguasaan materi belajar belaka, melainkan lebih dari itu diharapkan terwujudnya manusia yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan keterampilan dan sikap. Untuk mewujudkan hal ini tentunya diperlukan suatu peraturan atau tata tertib. Secara teoritis keberadaan tata tertib sekolah memegang peranan penting yaitu sebagai alat untuk mengatur perilaku atau sikap siswa di sekolah. Selain itu tata tertib juga berfungsi sebagai ’pengendali’ bagi perilaku siswa, karena tata tertib sekolah berisi larangan terhadap siswa tentang suatu perbuatan dan juga mengandung sanksi bagi siswa yang melanggarnya. Tata tertib yang direalisasikan dengan tepat dan jelas serta konsekuen dan diawasi dengan sungguh-sungguh maka akan memberikan dampak terciptanya suasana masyarakat belajar yang tertib, damai, tenang dan tentram di sekolah.

Di sekolah yang berdisiplin tinggi dan tertib akan selalu menciptakan suasana proses belajar mengajar yang baik, begitu pula sebaliknya pada sekolah yang kurang mengedepankan kedisiplinan dan ketertiban kondisinya tentunya akan jauh berbeda. Pelanggaran yang terjadi sudah dianggap suatu hal yang biasa, dan tentunnya untuk mengembalikan dan meluruskan keadaan yang demikian tentu tidaklah mudah. Butuh kerja keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya, sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap kedisiplinan dan tata tertib sekolah tersebut bisa di cegah dan di minimalisir.

Keberagaman latar belakang dan potensi yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap tingkat ketaatan siswa dalam mematuhi tata tertib, oleh karena itu tidak mengherankan jika ada siswa yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan aturan yang ada menyebabkan siswa tersebut melakukan pelanggaran. Pelanggaran-pelanggaran yang biasa dilakukan siswa di sekolah cukup beragam, diantaranya kesiangan, membolos, keluar kelas pada waktu jam pelajaran, tidak suka memakai atribut sekolah, tidak mengikuti upacara bendera serta masih banyak lagi pelanggaran-pelanggaran lainnya. Timbulnya kesadaran siswa akan kewajibannya untuk mematuhi tata tertib sekolah diharapkan tertanam pada perilaku atau moral siswa. Sehingga siswa dapat berperilaku sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku, salah satunya adalah perilaku disiplin. Penerapan tata tertib sekolah yang disertai hukuman atau sanksi dibutuhkan sebagai usaha dalam membantu meningkatkan kedisiplinan siswa. Dengan adanya hukuman dan sanksi diharapkan akan membuat siswa jera dan tidak mengulangi perbuatan yang melanggar peraturan yang pada akhirnya dapat dirasakan pengaruhnya bagi siswa dalam membentuk kepribadian yang utuh atau kepribadian yang bermoral dan berdisiplin.

Perlu diketahui bahwa cara meraih kesuksesan selain dengan semangat dan belajar yang rajin, kedisiplinan juga sangat mempengaruhi. Namun pada kenyataanya sekarang ini banyak siswa yang tidak disiplin mentaati peraturan tata tertib sekolah. Dan ketika kita menyimak dan menyaksikan pemberitaan di media massa dan elektronik selalu ada salah satu beritanya adalah pelanggaran yang terkait dengan tata tertib sekolah tentunya hal ini sebagai gambaran dan bukti bahwa tingkat

(3)

3 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

kesadaran akan kedisiplinan siswa pada umumnya masih sangat memprihatinkan. Dari waktu ke waktu volume peningkatan pelanggaran siswa sekolah semakin meningkat dan yang sangat disayangkan hal ini banyak dijumpai di berbagai sekolah setiap harinya, mulai dari membolos, tidak ikut pelajaran, terlambat, berkelahi, malas belajar, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, membuat gaduh, merokok dan lain sebagainnya. Disadari atau tidak bahwa peningkatan volume pelanggaran yang dilakukan siswa tentunnya akan berdampak besar terhadap kualitas dan kemajuan sekolah dan sangat menghambat proses dan prestasi belajar pada siswa itu sendiri. Kondisi tersebut merupakan masalah yang sangat serius yang harus segera mendapatkan penanganan karena jika masalah ini tetap dibiarkan maka akan banyak yang dirugikan, mulai dari diri sendiri, teman, sekolah, orang tua dan masyarakat.

Tata tertib sekolah merupakan usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma dan aturan aturan yang telah ditetapkan disekolah sehingga nantinnya akan terwujud suasana sekolah yang nyaman dan tertib. Karena jika suasana tersebut dapat terwujud dengan baik maka secara otomatis akan terbentuk pula suasana belajar yang menyenangkan yang tidak hanya dirasakan oleh para siswa saja tapi dapat pula dirasakan oleh guru dan semua komponen di dalamnya.

Dalam kenyataanya di SMK Garuda Nusantara Demak masih terdapat banyaknya pelanggaran tata tertib dan kedisiplinan yang dilakukan oleh siswa, adapun jenis pelanggaran yang sangat menonjol dan yang paling sering dilakukan adalah terlambat datang ke sekolah dan pemakaian atribut sekolah yang kurang lengkap atau tidak sesuai dengan aturan yang telah ada, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, Membolos atau tidak masuk sekolah tanpa keterangan, membuat gaduh dan mengganggu proses belajar baik di dalam kelas mapun di kelas lain. Berdasarkan kondisi tersebut di atas dan dalam rangka mengatasi berbagai jenis pelanggaran siswa, maka penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas.

Dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan maka aktifitas siswa di sekolah perlu diatur dalam suatu aturan yang disebut tata tertib, maka bentuk tindakan yang diambil ketika melanggar tata tertib tersebut adalah dengan dikenakan sanksi. Untuk mengatasi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan siswa tersebut pihak sekolah melakukan penanganan standar saja, yaitu dengan cara memberikan hukuman, misalnya siswa disuruh membersihkan halaman sekolah, disuruh hormat bendera, tidak boleh mengikuti jam pelajaran. Kemudian untuk pelanggaran yang dirasa agak berat, pihak sekolah memanggil orang tua atau bahkan pihak sekolah akan mengeluarkan siswa tersebut dari sekolah. Upaya-upaya penanganan pelanggaran tersebut memang baik, namun lebih baik lagi apabila pihak sekolah melakukan antisipasi agar tidak terjadi pelanggaran tata tertib, misalnya dengan melakukan bimbingan pada siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang seperti yang dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor Penyebab dan Pengentasannya terhadap Pelanggaran Tata Tertib di SMK Garuda Nusantara Demak”.

(4)

4 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING KAJIAN TEORI

Pengertian Tata Tertib

Tata tertib merupakan peraturan atau aturan yang dibuat oleh suatu organisasi atau lembaga yang tujuannya untuk mengatur atau mengarahkan semua komponen dalam organisasi untuk melaksanakan dan mematuhi apa yang telah ditetapkan.

Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah dan siswa telah saling mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan di sekolah. Peraturan sekolah yang berupa tata tertib sekolah merupakan kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat di lingkungan sekolah. Dengan adanya peraturan tata tertib tersebut diharapkan dapat dijadikan rambu-rambu dalam berperilaku bagi semua individu dalam kegiatan proses pendidikan di sekolah, misalnya bagaimana siswa berperilaku terhadap sesama teman, guru, kepala sekolah dan semua komponen yang ada di dalamnya.

Sikap Kepatuhan Siswa Terhadap Tata Tertib Sekolah

Rumusan-rumusan mengenai sikap pada dasarnya memiliki persamaan unsur, yaitu adanya kesediaan untuk berespon terhadap suatu situasi (Slameto, 2010: 188). Menurut Slameto (2010:188) mengemukakan bahwa “sikap mengandung unsur tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku”. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandangannya dan ia akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai dan atau juga merugikan. Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan. Hal yang menjadi objek sikap dapat bermacam-macam. Sekalipun demikian, orang hanya dapat mempunyai sikap terhadap hal-hal yang diketahuinya. Jadi harus ada sekadar informasi pada seseorang untuk dapat bersikap terhadap suatu objek. Informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap.

METODE PENELITIAN Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Garuda Nusantara Demak. Alasan pemilihan lokasi tersebut dengan berbagai pertimbangan, yaitu peneliti sebagai salah satu pengajar di sekolah tersebut, lokasi sekolah dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga akan mepermudah dalam pengambilan data. Selain itu dapat menghemat waktu dan penghematan biaya.

(5)

5 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING Prosedur Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk mendapatkan peristiwa dan kejadian yang menarik perhatian peneliti di dalam lingkungan yang wajar. Dalam penelitian kualitatif, fokus kajian penelitian dan/atau pokok persoalan yang hendak diteliti, mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat perhatian serta yang kelak dibahas secara mendalam dan tuntas (Bungin, 2003: 411).

2. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu penelitian

Waktu penelitian direncanakan selama kurang lebih empat bulan mulai Februari 2014 sampai dengan bulan Juli 2014.

b. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Garuda Nusantara Demak, dengan subjek penelitian siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib di sekolah.

Tehnik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara sebagai suatu proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya, tampaknya merupakan alat pengukur langsung tentang beberapa jenis data sosial, baik yang terpendam (laten) maupun manifes (Hadi, 2008 : 192).

Dapat disimpulkan wawancara adalah cara untuk memperoleh data atau informasi dengan bertanya langsung kepada orang-orang yang diwawancarai sebagai sumber data yang diperlukan. Wawancara ini dilakukan dengan kepala sekolah, guru, dan siswa.

2. Dokumentasi

Dalam menggunakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2007 : 149). Dokumen berarti suatu bukti kejadian yang telah lalu atau baru, sehingga dapat memberikan keterangan bilan diperlukan. Melalui dokumentasi penuh mengumpulkan data dari dokumen, profil sekolah, daftar nama siswa, dll.

Keabsahan Data

Supaya hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan keabsahan atau kebenarannya, diperlukan tehnik triangulasi. Menurut Moleong (2010: 178). Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu. Adapun triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber.

(6)

6 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING HASIL PENELITIAN

1. Bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMK Garuda Nusantara Demak

Sekolah merupakan salah satu tempat para peserta didik memperdalam ilmu pengetahuan. Dalam setiap sekolah terdapat beberapa siswa yang mempunyai karakter berbeda-beda, ada siswa yang rajin dan begitu juga sebaliknya. Seperti yang terjadi di SMK Garuda Nusantara Demak ini terdapat beberapa siswa yang mempunyai masalah dengan aturan sekolah baik itu yang terkait dengan kelakuan, kerajinan ataupun kedisiplinan. Seperti yang dikatakan oleh H.M. Mun Ihohar, dalam wawancara yang dilakukan menyatakan bahwa:

“Pelanggaran secara umum yang dipandang di SMK Garuda Nusantara ini paling banyak adalah: 1) masalah kealfaan (tidak masuk sekolah), 2) melanggar tata tertib aturan yang mengenai seragam, jam masuk, sepatu, jadi masalah yang paling banyak itu mengenai kedisiplinan dan tidak masuk sekolah”.

Di sisi lain dalam wawancara, responden mengatakan bahwa pelanggaran tata tertib di sekolah yang terjadi pada siswa SMK Garuda Nusantara Demak yaitu berhubungan dengan perkelahian antar pelajar, narkoba dan sek bebas tidak terdapat di kalangan siswa SMK Garuda Nusantara Demak.

Hasil observasi peneliti menunjukkan bahwa beberapa siswa SMK Garuda Nusantara Demak telah melakukan pelanggaran tata tertib yang berbentuk perkelahian antar siswa, narkoba maupun sek bebas. Hasil observasi tersebut didapatkan saat peneliti sedang observasi non-partisipan. Artinya peneliti melakukan observasi saat tidak sedang berada di area sekolah.

2. Problem penaggulangan pelanggaran tata tertib siswa di SMK Garuda Nusantara Demak

Mungkin kesulitan yang kita hadapi adalah untuk pendekatan, karena masing-masing siswa tersebut mempunyai karakter tersendiri, mungkin kita pernah melaksanakan satu metode pendekatan terhadap anak dengan metode pendekatan A sedangkan untuk masalah yang sama yang terjadi pada anak yang lain mungkin juga bisa menggunakan metode yang berbeda pula, sehingga kita harus lebih banyak untuk mengetahui latar belakang masalah yang terjadi, jadi kita bisa menggunakan cara yang tepat/pendekatan yang tepat dan mungkin juga tidak setiap pendekatan kita bisa melakukannya, barangkali mungkin ada siswa yang lebih senang dengan konselor A maka itu sebaiknya ditangani atau dibantu oleh konselor A, jadi sangat spesifik sekali untuk menanggulangi masalah itu. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Ibu Sri Pujiha dalam wawancara yang dilakukan tanggal 10 Juni 2014 yang menyatakan bahwa:

“Kita untuk selalu tiap semester selalu di evaluasi, kita mengambil tindakan ini apa sih kelemahannya? apa sih kelebihannya? dan seterusnya. Jadi pengalaman-pengalaman yang lalu sangat berarti untuk yang akan datang, selanjutnya hambatannya karena kalau anak tidak mau terbuka selalu tertutup itukan

(7)

7 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

pendekatannya dengan cara apapun akan sulit, kita tidak cukup di sekolah saja harus pendekatan sampai luar jam sekolah, jadi bagaimana nanti orang tua itu juga mengetahui sejauh mana usaha kita dalam mendidik anaknya tersebut”.

Dari hasil wawancara di atas, didapatkan penemuan bahwa dalam menangani pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa SMK Garuda Nusantara Demak, pihak sekolah mengambil sikap dengan memahami latar belakang siswa dan mempertemukan siswa terhadap guru yang disenanginya. Artinya pihak sekolah harus mempelajari dan menganalisa latar belakang siswa terlebih dahulu sebelum mengambil langkah selanjutnya sehingga diharapkan pihak sekolah tidak keliru dalam mengatasinya. Latar belakang siswa tersebut antara lain: kenapa siswa melakukan kenakalan tersebut, apa yang diinginkan siswa dengan melakukan hal tersebut dan lain-lain. Kemudian pihak sekolah akan memberikan tugas terhadap guru yang dianggap mampu mengatasi masalah siswa. Artinya tidak semua guru yang berhak untuk mengatasi kenakalan siswa melainkan dipilih seorang guru yang dianggap benar-benar mampu mengatasi perilaku siswa tersebut dengan tujuan agar siswa tersebut lebih mudah untuk diarahkan jika yang menanganinya adalah guru yang memang berpengaruh terhadap diri siswa tersebut.

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, didapatkan bahwa problem penanggulangan pelanggaran tata tertib siswa adalah seringnya pihak sekolah terlambat menanganinya dan sering terdapat siswa yang tidak mau mendengar nasehat guru. Keterlambatan pihak sekolah disebabkan terlalu lambatnya proses untuk mengetahui dan memahami latar belakang kenakalan siswa dan seringkali pihak sekolah pura-pura tidak mengetahui akan hal tersebut.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran tata tertib siswa SMK Garuda Nusantara Demak Faktor lingkungan yang banyak kita jumpai, anak-anak yang tadinya menutup diri ketika berkumpul dengan teman-teman yang sering tidak masuk dia akan ikut-ikutan seperti temannya tersebut. Faktor pergaulannya menjadi hal yang sangat berpengaruh besar terhadap kebiasaan hidup siswa. Sebagaimana hasil petikan wawancara yang dilakukan dengan guru BK, yaitu Ibu Sri Pujiha yang dilakukan pada tanggal 10 Juni 2014 yang menyatakan bahwa:

“Pengaruh yang paling dominan terhadap pelanggaran tata tertib siswa SMK Garuda Nusantara Demak adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan menjadi pemicu paling besar dalam hal munculnya kenakalan siswa. Lingkungan yang dimaksud dalam wawancara tersebut diatas adalah lingkungan sekolah sendiri. Artinya jika terdapat salah satu siswa yang tidak disiplin, bolos atau yang lainnya maka seringkali terdapat siswa lain yang ikut-ikutan sehingga pelanggaran tata tertib siswa tersebut makin bertambah secara kuantitas”.

(8)

8 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Dari hasil observasi, didapat bahwa faktor lingkungan memang termasuk faktor paling dominan dalam mempengaruhi siswa. Tetapi lingkungan disini bukan hanya dari lingkungan sekolah saja, melainkan lingkungan di luar sekolah. Contohnya saat siswa pulang sekolah atau berada di tengah masyarakat, siswa tersebut bergaul dengan berbagai macam tipe orang sehingga hal-hal yang seharusnya melalui filterisasi pada saat itu bisa langsung diadopsi oleh siswa tersebut dan dipraktekkan saat ia berada di sekolah.

4. Strategi penanggulangan pelanggaran tata tertib siswa SMK Garuda Nusantara Demak

Dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi siswa selama ini katakanlah kenakalan itu kita dapatkan dari laporan tatib itu yang paling banyak terus yang kedua adalah observasi kita, yang ketiga adalah berdasarkan data yang kita kumpulkan dan yang lainnya adalah laporan dari guru maupun wali kelas itu masuknya laporan permasalahan yang ada, selanjutnya dari laporan itu tindak lanjut kita adalah mengundang siswa untuk kita bantu mengidentifikasi masalah, mencoba membukakan wawasan mereka dan juga secara mandiri siswa mampu bersikap dalam menghadapi masalah yang dihadapi yang dia rasa mungkin itu sebagai kesulitan, jadi bisa disimpulkan bahwa kita mengundang siswa untuk berbicara bersama-sama sebagai teman, sehingga siswa dengan mandiri bisa memutuskan sikap apa yang akan diambil setelah konseling tersebut dilaksanakan. Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK, yaitu Ibu Sri Pujiha yang dilakukan pada tanggal 10 Juni 2014 menyatakan bahwa.

“Jadi usahanya kita hubungan antara sekolah dan keluarga, jadi kalau pagi mulai jam 7-2 kita tangani di sekolah dan selebihnya dengan orang tua. Jadi kalau disekolahan kita bina dan di rumah mereka dibiarkan saja kan juga percuma, jadi kalau sekolahan kerjasama dengan Guru, wali kelas dan OSIS, ada masalah sekecil apapun harus secepatnya kita tindak lanjuti. Jadi saling berkaitan antara beberapa faktor itu tadi, misalkan ada salah satu anak yang melanggar dan pelanggaran ini kan tentu saja kita tidak menindak begitu saja tapi kita cari apa penyebabnya apa sih penyebabnya anak ini kok sering melanggar? dan pasti ada penyebabnya itu, setelah kita terjuni tempat anak-anak yang sering melanggar ternyata ada masalah di luar sekolahan seperti masalah keluarga, pacar dan sebagainya.

Dari hasil wawancara di atas, didapatkan bahwa pihak sekolah menanggulangi pelanggaran tata tertib siswanya dengan sistem konseling ditambah dengan menjalin hubungan kerjasama dengan pihak keluarga siswa. Artinya pihak sekolah berusaha semaksimal mungkin mengarahkan siswanya secara baik dan penuh kekeluargaan sehingga diharapkan sistem tersebut mampu untuk memicu kemandirian siswa dalam mengambil keputusan. Hasil observasi peneliti sesuai dengan hasil wawancara di atas.

(9)

9 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Pelanggaran tata tertib identik dengan kenakalan, namun kenakalan siswa SMK Garuda Nusantara Demak merupakan hal yang wajar terjadi pada anak usia remaja, tetapi jika kenakalan tersebut sudah melampaui batas kewajaran atau dapat dikatakan kriminalitas maka hal tersebut wajib diperhitungkan demi masa depan siswa maupun lembaga sekolah. Penelitian ini mendapatkan data bahwa pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa SMK Garuda Nusantara Demak masih dalam kategori pelanggaran yang wajar dilakukan anak usia remaja tetapi ada juga siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib yang sudah memasuki daerah kriminalitas maupun pelanggaran hukum secara hukum Indonesia.

Pada proses pengumpulan data, peneliti mendapatkan beberapa hal yang berkaitan antara hasil satu teknik pengumpulan data dengan teknik yang lainnya yang mana dalam hal ini adalah teknik wawancara dengan teknik observasi. Disi lain peneliti juga mendapatkan beberapa hal yang tidak sesuai antara hasil wawancara dengan hasil observasi.

Bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib siswa SMK Garuda Nusantara Demak terdiri dari pelanggaran-pelanggaran yang bersifat lokal (kebijakan sekolah) dan bersifat pelanggaran hukum negara. Pelanggaran tata tertib yang bersifat lokal antara lain tidak masuk sekolah tanpa keterangan, tidak menggunakan seragam sekolah, mengganggu teman-teman, merokok, sering terlambat masuk kelas. Pelanggaran tata tertib yang bersifat pelanggaran hukum negara antara lain memakai narkoba, sek bebas dan tawuran antar pelajar.

Hasil analisis peneliti mendapatkan bahwa bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib siswa SMK Garuda Nusantara Demak di atas termasuk wajar meskipun tetap harus diupayakan agar siswa tidak melakukan pelanggaran khususnya yang bersifat lokal, tetapi pelanggaran tata tertib yang bersifat melanggar hukum negara, hal tersebut harus dengan segera untuk ditangani agar hal-hal tersebut tidak terjadi lagi. Jika dilihat dari bentuk pelanggaran tata tertib siswa SMK Garuda Nusantara Demak dapat disebutkan bahwa bentuk pelanggaran yang diakukan siswa merupakan bentuk pelanggaran yang komplek. Terdapatnya bentuk-bentuk pelanggaran yang ada merupakan indikasi dari lambatnya pihak sekolah melakukan preventifikasi atas pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswanya.

Bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib remaja yang bersifat normatif atau lokal dimungkinkan tidak dapat dihilangkan sebab pelanggaran tersebut merupakan suatu perilaku yang normal atas status remaja yang dialami siswa SMK Garuda Nusantara Demak. Pelanggaran tersebut tetap akan muncul meskipun pihak sekolah berupaya mengantisipasi hal-hal sebelum terjadinya pelanggaran tata tertib. Sedangkan pelanggaran tata tertib siswa yang berbentuk pelanggaran terhadap hukum akan dapat dihilangkan karena hal tersebut merupakan salah satu akibat dari faktor lingkungan yang jarang terjadi. Pihak sekolah tetap akan mampu untuk menghilangkan kenakalan bentuk pelanggaran hukum dengan strategi yang benar.

Problem yang dihadapi pihak sekolah dalam menanggulangi pelanggaran tata tertib siswa antara lain kurang teridentifikasinya latar belakang siswa-siswanya. Artinya pihak sekolah kurang

(10)

10 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

jeli dalam mengamati perilaku siswa. Selain yang diatas, pihak sekolah juga mendapati kendala ketidaktaatan siswa terhadap nasehat-nasehat guru. Artinya jika siswa telah dinasehati untuk tidak melakukan kenakalan, dihadapan guru siswa tersebut menyanggupinya tetapi di belakang ia terus melakukan pelanggaran tata tertib.

Hasil analisis yang didapat peneliti menunjukkan bahwa problematika yang dihadapi pihak sekolah dalam menangani pelanggaran siswanya sesungguhnya tergantung dari kualitas guru (pihak sekolah) dalam mendidik siswanya. Artinya apapun yang terjadi jika anak telah berada di lingkungan sekolah maka tanggung jawab secara penuh berada di pihak sekolah. Apakah terlambat mengetahui latar belakang siswa ataupun terdapat siswa yang keras kepala seharusnya hal tersebut menjadi tanggung jawab pihak sekolah dalam menanganinya. Jika pihak sekolah memang telah menyiapkan tenaga-tenaga profesional dalam lembaganya maka secara otomatis pelanggaran siswa tidak akan terjadi apalagi yang bersifat melanggar hukum negara meskipun masih terdapat pelanggaran tata tertib siswa minimal masih bersifat pelanggaran kebijakan sekolah yang mana hal tersebut lbih mudah untuk diidentifikasi.

Problem yang terdapat pada pihak sekolah dalam hal penanganan kenakalan siswa di lingkungan sekolah menunjukkan bahwa profesionalitas pendidik di lingkungan SMK Garuda Nusantara Demak belum bisa dikatakan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari lambatnya para guru menangani masalah yang dihadapi siswa. Dengan kata lain bahwa problem penanganan pelanggaran tata tertib siswa di SMK Garuda Nusantara Demak adalah kurangnya profesionalitas pendidik dari pihak sekolah sehingga masalah demi masalah yang dialami siswa tetap terjadi.

Faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tata tertib adalah faktor lingkungan, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah. Faktor tersebut merupakan faktor yang dominan mempengaruhi adanya kenakalan siswa. Artinya proses kenakalan siswa terlebih dahulu terstimulasi oleh lingkungan sebelum siswa sendiri melakukannya. Pergaulan dengan teman-temannya di sekolah dan diluar sekolah merupakan hal yang patut dicermati.

Hasil analisis data oleh peneliti menunjukkan bahwa lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap kenakalan yang terjadi pada siswa. Meskipun kesalahan pertama terletak pada dilingkungan tetapi bagaimana pihak sekolah mampu untuk meredam akibat dari pengaruh lingkungan tersebut khususnya yang bersifat negatif. Jika telah diadakan preventifikasi maka secara otomatis hal-hal negatif yang dihasilkan oleh lingkungan akan mampu difilter dan tidak akan sempat di aplikasikan oleh siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja di SMK Garuda Nusantara Demak seharusnya mampu ditangani oleh pihak sekolah dengan baik.dengan kata lain jika pihak sekolah sangat memperhatikan keadaan siswanya maka pengaruh-pengaruh dari manpun akan dapat diatasi sehingga tidak akan menimbulkan suatu kenakalan pada siswa. Lingkungan sebagai faktor utama terjadinya kenakalan siswa merupakan hal yang wajar karena secara teoritis lingkungan mempengaruhi individu sebanyak 70% sedangkan 30% dipengaruhi oleh keturunan. Meskipun lingkungan mempengaruhi siswa sebanyak 70%, jika pihak

(11)

11 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

sekolah mengantisipasi hal-hal yang sekiranya akan terjadi dengan memberikan pemahaman (bukan pengetahuan) terhadap siswa maka faktor lingkungan tersebut akan dengan mudah diatasi.

Strategi penanggulangan pelanggaran tata tertib siswa yang diambil oleh pihak sekolah adalah sistem konseling dan model kerjasama dengan pihak keluarga siswa. Hal tersebut merupakan strategi yang cukup baik diterapkan tetapi masih mengandung unsur perbaikan daripada pencegahan. Hasil analisis peneliti menunjukkan bahwa strategi penanggulangan kenakalan siswa oleh pihak sekolah sudah cukup baik tetapi masih ada kekurangan yaitu dalam hal memantau aktifitas dan perilaku siswa. Pemantaua yang konsisten dilakukan akan menghasilkan suatu preventifikasi yang akan mencegah siswa melakuan pelanggaran-pelanggaran. Jika penanggulangan yang dilakukan pihak sekolah adalah hanya sistem konseling dan model kerjasama dengan keluarga siswa maka hal tersebut menjurus kepada perbaikan atau pengobatan terhadap kenakalan yang dilakukan siswa.

Perlu ditegaskan bahwa sistem penanggulangan pelanggaran tata tertib siswa yang diterapkan pihak sekolah masih kurang baik. Artinya pihak sekolah masih menitik beratkan pada proses penyembuhan pelanggaran tata tertib di sekolah bukan pada pencegahannya. Preventifikasi berarti pihak sekolah mencegah adanya pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa. Untuk melakukan pencegahan maka pihak sekolah harus selalu memantau perkembangan siswa-siswanya. Pemantauan tersebut dapat melibatkan wali kelas, pihak BK atau guru yang lain. Fungsi dari pihak pemantau tersebut adalah untuk selalu melihat dan menganalisa perkembangan siswanya baik dari sisi intelektual maupun dari sisi emosional (pergaulan). Sistem pendampingan untuk memantau perkembangan siswa di sekolah sangat penting dilakukan untuk mencegah kenakalan siswa. Pihak pemantau juga melaksanakan kerjasama dengan pihak keluarga siswa untuk mengetahui perkembangan siswa selama berada di rumah yang kemudian digabungkan dengan hasil pemantauan di lingkungan sekolah dan dianalisis apakah siswa tersebut dalam masalah atau tidak. Jika hasil pendampingan (pemantauan) mendapatkan indikasi siswa untuk melanggar peraturan maka bisa diselesaikan dengan sistem konseling. Pada saat sistem konseling inilah akan dianalisis secara lebih mendalam apa sesungguhnya yang terjadi pada siswa dan bagaimana mengatasinya dengan suatu penegasan bahwa pelanggaran tata tertib tidak sampai terjadi dilakukan oleh siswa.

Sistem yang digunakan pihak sekolah dalam penanganan pelanggaran tata tertib siswa merupakan suatu unsur yang sangat penting untuk diterapkan tetapi juga sangat penting untuk dipilih untuk diterapkan. Metode konseling dan kerjasama dengan keluarga siswa merupakan suatu metode yang sangat baik tetapi masih ada satu hal untuk diperhatikan yaitu preventifikasi pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa. Metode preventifikasi terhadap pelanggaran tata tertib siswa tersebut sangat baik dilakukan dengan harapan agar kenakaln siswa tidak sampai terjadi. Metode preventifikasi tersebut dapat dilakukan dengan cara pemantauan dan pendampingan terhadap siswa oleh pihak yang profesional sehingga pihak sekolah dapat

(12)

12 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi pada siswa-siswanya. Artinya jika terdapat indikasi siswa akan melakukan suatu perbuatan yang melanggar aturan maka pihak sekolah sebelumnya telah mengetahuinya dan akan langsung mengambil tindakan berupa metode konseling.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang menyebabkan pelanggaran tata tertib siswa adalah faktor-faktor yang ada di dalam diri anak sendiri, faktor pelanggaran tata tertib siswa yang berasal dari lingkungan keluarga, faktor kenakalan remaja yang berasal dari lingkungan masyarakat, dan faktor-faktor kenakalan remaja yang bersumber dari sekolah. Faktor lingkungan merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi munculnya pelanggaran tata tertib siswa. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah. Faktor lingkungan tersebut dapat diatasi dengan cara memberikan pemahaman terhadap siswa mengenai akibat dari kenakalannya. Implikasinya yaitu bahwa pihak sekolah akan lebih berhati-hati terhadap faktor lingkungan yang setiap saat mempengaruhi siswa-siswanya.

2. Penanganan pelanggaran tata tertib siswa adalah usaha preventif pelanggaran siswa yang menitikberatan pada pembinaan moral dan membina kekuatan mental anak remaja. Upaya kuratif dalam menanggulangi masalah pelanggaran tata tertib siswa ialah menganttisipasi terhadap gejala-gejala pelanggaran tersebut. Upaya Pembinaan adalah upaya untuk memasyarakatkan kembali anak-anak atau remaja yang telah melakukan pelanggaran agar supaya mereka kembali menjadi manusia yang wajar, seperti pembinaan aspek psikologis sebagai kebutuhan pokok pelanggaran tata tertib, pembinaan mental dan kepribadian beragama, membina kepribadian yang wajar, pembinaan ilmu pengetahuan, pengembangan kreativitas anak, pengembangan bakat-bakat khusus. Di SMK Garuda Nusantara Demak juga diterapkan teknik konseling dan kerjasama dengan keluarga siswa. Strategi tersebut termasuk kurang sempurna, dan untuk menyempurnakannya maka ditambah dengan teknik pemantauan dan pendampingan pada setiap siswa. Implikasinya yaitu intensitas kenakalan yang dilakukan siswa setiap waktu akan berkurang.

3. Bentuk pengentasan yang dilakukan terhadap pelanggaran tata tertib di sekolah yaitu dengan sanksi secara tegas namun bersifat mendidik. Selain itu sebagai upaya pencegahan lain guru BK melakukan upaya preventif yaitu dengan memberikan pendidikan moral dan etika yang mana tindakan preventif tersebut dapat membentuk jiwa siswa yang disiplin.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes Soejanto. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta

(13)

13 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Banun Sri Haksasi. 2007. Instrumen Bimbingan dan Konseling Non Tes. Salatiga : Widyasari. Burns. 1993. Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku (terjemahan Eddy).

Jakarta: Arcan.

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Elida Prayitno. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya. Elizabeth B. Hurlock. Edisi Kelima. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Imam Ahmad Ibnu Nizar. 2009. Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini. Yogyakarta: Diva Press

Jalaluddin Rahmat. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja RosdaKarya.

Jamal Ma’mur Asmani. 2010. Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: DIFA Press.

Moh shobib. 2010. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.

Saifuddin Azwar. 2004. Penyusun Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sylvia Rimm. 2013. Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Pra Sekolah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Della Prisgiari. Survey Faktor-Faktor Penyebab Ketidakdisiplinan Terhadap Tata Tertib sekolah di SMP Negeri Se Kabupaten Pekalongan. Skripsi, Jurusan Bimbingan dan

Berdasarkan hasil sebaran angket penelitian yang dibagikan kepada 33 responden dapat dinyatakan bahwa Persepsi Masyarakat Terhadap Faktor Penyebab Kenakalan

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di SMK Negeri 1 Marisa, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa perilaku kenakalan remaja di SMK Negeri 1 Marisa disebabkan

Faktor yang mendominasi kenakalan remaja di Kampung Kubur ini ialah karena pergaulan dengan teman sebaya dan juga lingkungan yang mendukung terjadinya kenakalan remaja.. Kata Kunci

Studi kasus Terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya seks pranikah, pada remaja putri di Desa Sumberarum, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro yaitu adanya

Dalam penelitian Fahira [9], terdapat 38 faktor penyebab terjadinya cost overrun dengan hasil penelitian faktor-faktor yang paling mempengaruhi terjadinya overrun

Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang dilakukan maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa “Faktor -faktor penyebab kecendrungan kenakalan remaja pada

Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang dilakukan maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa “Faktor-faktor penyebab kecendrungan kenakalan remaja pada