• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR NASIONAL. Digital Generation For Digital Nation. Khaerudin, Erry Utomo, Siti Fathimah Azzahrah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEMINAR NASIONAL. Digital Generation For Digital Nation. Khaerudin, Erry Utomo, Siti Fathimah Azzahrah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

P R O C E E D I N G

SEMINAR NASIONAL

Digital Generation For Digital Nation

Khaerudin, Erry Utomo, Siti

Fathimah Azzahrah

Analisis Kebutuhan

Pengembangan Media Muroja’ah

Al-Quran bagi Siswa SD

Article Submited : 27-05-2021

Article Accepted : 02-07-2021

Article Published : 08-08-2021

(2)

Nasional 2021: Digital Generation For Digital Nation

Volume 1 Nomor 8 Agustus 2021 Hal. 76-81 e-ISSN: 2798-9895

Analisis Kebutuhan Pengembangan Media Muroja’ah Al-Quran bagi Siswa SD

Khaerudin1*, Erry Utomo2, Siti Fathimah Azzahrah3

1Universitas Negeri Jakarta

Email: -

2Universitas Negeri Jakarta

Email: -

3Universitas Negeri Jakarta

Email :[email protected]

©2021 –Proceeding Teknologi PendidikanSeminar Daring Nasional 2021Digital Generation For Digital Nation ini adalah artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi CC

BY-NC-4.0(https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/).

ABSTRACT

Elementary school’s students bored with conventional method of muroja’ah (repetition)Al-Quran with Audio and video recording. Students need an alternative muroja’ah media with self-correction based. This research used descriptive approach. This research aims to analyze the needs of media development for muroja’ah Al-Quran self-correction based for elementary school students. The subjects of this research is elementary school students grade III – VI. 22 students and 3 Tahfidz Al-Quran teachers, who were selected at SDIT HIRO Quranic School. Method of the data analysis consisted of qualitative and quantitative descriptive analysis. Collecting data using interview guidelines and needs identification questionnaires. The product of this research is the needs analysis for media development of self-correction-based muroja’ah Al-Quran for elementary school students. The research conclusion is that the level of need analysis of the Al-Quran muroja’ah media is in the required category so that it needs to be developed.

Keywords: Media; Muroja’ah; Tahfidz; Self-correction. ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terbatasnya media muroja’ah (pengulangan hafalan) pembelajaran Al-Quran yang berbasis self-correction (peserta didik dapat mengoreksi secara mandiri).Saat ini siswa melakukan muroja’ah dengan cara mendengarkan kembali rekaman bacaan Al-Quran berbasis suara (audio/ video) sehingga menimbulkan kejenuhan dalam melakukan muroja’ah Al-Quran sehari-hari. Penelitian pengembangan ini menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan pengembangan media muroja’ah Al-Quran berbasis self-correction untuk siswa sekolah dasar. Penelitian ini dilaksanakan di SDIT HIRO Quranic School Bekasi pada tahun 2021. Subjek penelitian ini adalah siswa SD Kelas III - VI SD sebanyak 22 siswa dan 3 guru pengampu pembelajaran Tahfidz Al-Quran yang dipilih secara acak (random sampling). Metode analisis data terdiri atas analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan angket identifikasi kebutuhan. Produk dari penelitian ini adalah hasil analisis kebutuhan pengembangan mediamuroja’ah Al-Quran berbasis Self-correction untuk siswa SD. Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu tingkat analisis kebutuhan media muroja’ah Al-Quran berada pada kategori dibutuhkan sehingga perlu untuk dikembangkan.

(3)

77

Proceeding Teknologi Pendidikan Seminar Daring Nasional 2021 Digital Generation For

Digital Nation e-ISSN: 2798-9895

Hal. 76-81

PENDAHULUAN

Pendidikan Tahfidz Al-Quran saat ini sedang menjadi perhatian bagi masyarakat Islam di Indonesia. Dibuktikan dengan tumbuhnya rumah tahfidz, pesantren serta lembaga formal yang mengajarkan pembelajaran Tafidz Al-Quran di lembaganya. Kegiatan pembelajaran menghafal Al-Quran biasanya dibarengi dengan kegiatan

muroja’ah (mengulang) hafalan yang harus

dilakukan sesering mungkin agar hafalan tetap terjaga dalam ingatan.Maka kebutuhan media untuk muroja’ah Al-Quran amat dibutuhkan untuk memberikan alternatif media selain audio dan video rekaman bacaan Al-Quran. Media

muroja’ah diperlukan agar siswa tidak mudah

bosan mengulang hafalan sehingga hafalan yang telah dmiliki tetap melekat dalam ingatan (tidak mudah hilang).

Penelitian analisis kebutuhan ini dilatarbelakangi oleh terbatasnya media untuk muroja’ah (pengulangan hafalan) pembelajaran Al-Quran yang berbasis self-correction (peserta didik dapat mengoreksi secara mandiri). Saat ini siswa melakukan muroja’ah dengan cara mendengarkan kembali rekaman bacaan Al-Quran berbasis suara (audio/ video) sehingga menimbulkan kejenuhan dalam melakukan

muroja’ah Al-Quran.

Definisi pengembangan menurut Seel & Richey 1994 dalam (Suryana, Suharsono, & Kirna 2014) menyatakan bahwa pengembangan merupakan sebuah proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Menurut Airasian 2009 dalam (Emzir, 2017) tujuan utama penelitian dan pengembangan bukan untuk merumuskan atau menguji teori, tetapi untuk mengembangkan produk-produk yang efektif untuk digunakan di sekolah-sekolah. Produk-produk yang yang dihasilkan oleh penelitian dan pengembangan mencakup, materi pelatihan guru, materi ajar, seperangkat tujuan perilaku, materi media, dan sistem menajemen.

“Medium” yang berarti perantara adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa latin yang merupakan asal kata media. (Benny Pribadi : 2017) menyatakan bahwa media dapat diartikan sebagai perantara antara pengirim informasi yang berfungsi sebagai sumber atau resources dan penerima informasi atau receiver. Dalam proses belajar, media berperan dalam menjembatani proses penyampaian dan pengiriman pesan dan informasi. Dengan menggunakan media dan

teknologi, proses penyampaian pesan antara

resources dan receiver akan dapat berlangsung

dengan efektif.

AECT dalam Kustandi (2020) mendefiniskan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk suatu penyaluran informasi. Sedangkan NEA (National Education Association) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang digunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, serta dapat mempengaruhi efektivitas program instruksional.

AECT dalam Arsyad (2016) yang dikutip oleh Ningrum memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Masih dalam Ningrum, Gerlach & Ely dalam Arsyad (2016) mengemukakan bahwa apabila dipahami secara garis besar media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memproleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal

Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem pembelajaran secara keseluruhan. Untuk itu Kustandi (2020) menjelaskan bahwa kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan media meliputi: 1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; 2) media harus tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, atau generalisasi. 3) praktis, luwes dan bertahan artinya media yang dipilih merupakan media yang mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri. 4) guru terampil menggunakannya. Muroja’ah berasal dari sebuah kata bahasa Arab yaitu Roja’a yang artinya kembali. Secara istilah kata muroja’ah berarti mengulang kembali atau mengingat kembali sesuatu yang telah dihafal..

Muroja’ah juga bisa disebut sebagai metode

pengulangan berkala. Ada beberapa materi pelajaran yang memang perlu untuk dihafalkan. Setalah dihafalkan pun masih perlu untuk diulang atau di-muroja’ah. Muroja’ah adalah mengulang kembali hafalan untuk memperlancar dan memperbaiki kesalahan. Hal yang perlu dilakukan dalam metode pengulangan berkala ialah mencatat dan membaca ulang catatan

(4)

(Alpiyanto, 2013).

Andrade dan Du (2007) dalam Y.P. Adi menyatakan istilah self-correction adalah sebuah proses dimana siswa merefleksikan dan mengevaluasi kualitas pekerjaan dan hasil belajar mereka. istilah Self-correction

mempertimbangkan tingkat refleksi dengan tujuan yang telah ditetapkan secara eksplisit atau berdasarkan kriteria tertentu. Self-correction membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari pekerjaan mereka dan merevisinya sesuai dengan hal yang ditetapkan.

Bitchener, Young, and Cameron- 2005 dalam Irais Ramírez Balderas (2018), self-correction adalah sebuah feedback secara tidak langsung dimana guru memfasilitasi siswa dengan pilihan bahwa mereka diperbolehkan untuk melakukan pengoreksian pekerjaaanya oleh diri mereka sendiri.

A.M. Khan Rana (2013) menyatakan

Self-correction dipercaya dapat menanamkan

perasaan kecukupan diri dan kesuksesan pada siswa. Self-correction juga memberikan mereka sebuah kesempatan untuk lebih aktif dalam pembelajaran mereka sendiri. Self-correction membantu kelemahan siswa keluar dari ‘penjajahan’ koreksi dari guru. walaupun keberadaan guru untuk membantu siswa kapanpun dibutuhkan, dengan self-correction siswa terdorong untuk berlatih bagaimana suatu kesalahan dapat diralat (diperbaiki) menggunakan petunjuk metalinguistik yang telah disediakan.

Syamsu Yusuf LN (2010: 24) menyetakan tentang karakteristik peserta didik sekolah dasar (SD) terbagi menjadi dua fase yaitu fase kelas rendah yaitu usia 6-8 tahun dan kelas tinggi kira-kira usia 9 -12 atau 13 tahun. Beberapa karakteristik anak-anak pada masa ini ialah : 1) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, 2) amat realistik, ingin mengetahui dan ingin belajar; 3) menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus; 4) sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan

memenuhi keinginannya; 5)pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah; 6) gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama; 7) dalam permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan yang tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.

METODE

Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif untuk mendapatkan hasil berupa analisis kebutuhan pengembangan media

muroja’ah tahfidz Al-quran bagi siswa SD.

Penelitian ini menjabarkan temuan-temuan yang dikumpulkan, dianalisis, dan disimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian. Objek penelitian ini adalah siswa kelas IV – VI yang telah memiliki hafalan Al-Quran Juz 30 serta kemampuan membaca Al-Quran. Sampling siswa sebanyak 22 siswa dipilih secara acak (random sampling) beserta 3 orang guru pengampu mata pelajaran tahfidz Al-Quran di SDIT HIRO Quranic School Kota Bekasi.

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan analisis kebutuhan pengembangan media muroja’ah berbasis

self-correction bagi siswa SD di SDIT HIRO

Quranic School. Dengan harapan peserta didik dapat menggunakan media ini secara mandiri dan mengoreksi kesalahannya secara mandiri dalam kegiatan muroja’ah Al-Quran. Teknik pengumpulan data menggunakan dua cara yaitu menyebarkan kuesioner (angket) untuk siswa dan guru untuk mempermudah dalam manganalisis pokok permasalahan yang dihadapi siswa dan guru. Data angket dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif Kedua adalah wawancara yang dilakukan terhadap guru.. Hasil wawancara dianalisis secara kualitatif melalui empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru diketahui metode muroja’ah hafalan Al-Quran yang dilakukan saat ini masih monoton. Hal ini terungkap karena dominan metode yang digunakan adalah dengan cara mendengarkan kembali atau menyimak audio & video rekaman.

67% guru menyatakan dalam Proses muroja’ah awalnya menarik, tetapi ketika proses muroja’ah berlanjut harus dilakukan setiap hari dengan metode yang sama pada minggu-minggu berikutnya siswa menjadi jenuh dan bosan. 67% guru menyatakan Kinerja dan keikutsertaan

(5)

79

Proceeding Teknologi Pendidikan Seminar Daring Nasional 2021 Digital Generation For

Digital Nation e-ISSN: 2798-9895

Hal. 76-81

siswa dalam kegiatan muroja’ah berkurang.pada minggu berikutnya tidak berminat dan kurang

bersemangat. Tabel 3.1Rekapitulasi kuesioner siswa

No Pertanyaan Jawaban Ya Tidak 1 Siswa merasa senang dalam kegiatan muroja’ah 8 16 2 Proses muroja’ah kurang menarik 17 5 3 Kegiatan muroja’ah monoton, tidak ada perubahan dan inovasi 15 7 4 Guru jarang menggunakan media muroja’ah selain audio / video 20 2 5 Sikap dan keikutsertaan dalam muroja’ah tidak ada 10 12 6 Guru menggunakan media muroja’ah namun masih bersifat satu arah 20 2 Berdasarkan pengisian angket kebutuhan siswa terhadap kebutuhan pengembangan media muroja’ah Al-Quran self-correction yang melibatkan 22 responden siswa, sebesar 64% siswa merasa senang dengan kegiatan muroja’ah Al-Quran. Sedangkan sebanyak 77% menyatakan proses kegiatan

muroja’ahsaat ini kurang menarik. Sebanyak 68% siswa menyatakan kegiatan muroja’ah monoton,

tidak ada perubahan dan inovasi, 91% siswa menyatakan guru jarang menggunakan media lain ketika

muroja’ah. 45% siswa menyatakan sikap dan keikutsertaan dalam muroja’ah tidak ada, dan 91%

siswa menyatakan bahwa guru menggunakan media muroja’ah namun masih bersifat satu arah. Tabel 4.1 Rekapitulasi kuesioner guru

No Pertanyaan Jawaban Ya Tidak 1 Guru pernah menggunakanmedia dalam proses muroja’ah 2 1 2 Ada media yang digunakan untuk muroja’ah selain media video /

audio 0 3

3 Penggunaan media berbasis self-correction dalam kegiatan muroja’ah 1 2 4 Perlunya menggunakan media dalam proses muroja’ah 3 0 5 Media muroja’ah berbasis self-correction merupakanmedia yang

menarik 3 0

6 Perlunya penggunaan mediaberbasis self- correction dalam kegiatan muroja’ah 3 0 Berdasarkan pengisian angket kebutuhan guru terhadap kebutuhan pengembangan media muroja’ah Al-Quran self-correction yang melibatkan 3 responden guru, sebesar 67% menyatakan Guru pernah menggunakan media dalam proses muroja’ah. 100% guru menyatakan bahwa tidak ada media yang digunakan dalam muroja’ah siswa sehari selain mediavideo / audio.67% guru menyatakan Pernah menggunaan media berbasis self-correctiondalam kegiatan muroja’ah. Sebanyak 100% guru menyatakan perlunya menggunakan media dalam proses muroja’ah, media muroja’ah berbasis

self-correction merupakan media yang menarik serta perlunya penggunaan media berbasis self-self-correction

dalam kegiatan muroja’ah.

Pembahasan

Memilih media pembelajaran harus menggunakan pertimbangan pemilihan dan kriteria. Menurut Azhar Arzyad (2014) dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip

psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media yaitu : 1) Motivasi; 2) Perbedaan individual 3) Tujuan pembelajaran; 4) Organisasi isi; 5) Persiapan sebelum belajar; 6)Emosi; 7) Partisipasi; 8) Umpan balik; 9 Penguatan; 10) Latihan dan

(6)

pengulangan; 11) Penerapan.

Berdasarkan kriteria tersebut faktor motivasi siswa melakukan kegiatan muroja’ah secara konvensional tergolong rendah (33%).Siswa mengharpakan adanya alternative media untuk kegiatan muroja’ah bukan hanya by audio/video.Sikap dan keikutsertaan siswa dalam kegiatan muroja’ah dengan metode konvensional sebesar 45% karena umpan balik, penguatan serta pengulangan menunggu feedback dari guru. Kriteria pemilihan media menurut Kustandi (2020) yang harus diperhatikan meliputi: 1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; 2)tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, atau generalisasi. 3) praktis, luwes dan bertahan artinya media yang dipilih merupakan media yang mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri; 4)Guru terampil mengunakannya, artinya guru harus mampu menggunakannyadalam proses pembelajaran. Dari data yang diperoleh bahwa 67% guru pernah menggunakan media dalam melakukan

muroja’ah. Kecenderungan guru menggunakan

media audio/video yang dapat diakses melalui gawai mereka karena dinilai praktis. Selain itu karena blm ada alternatf media lain untuk melakukan muroja’ah sehingga keterampilan guru menggunakan media terbatas. Penilaian

muroja’ah berbasis self-correction dipandang

merupakan media yang menarik. Guna memberikan alternatif media muroja’ah kepada siswa. Maka penggunaan media berbasis

self-correction dalam kegiatan muroja’ah perlu

dikembangkan secara luwes, praktis dan dapat bertahan serta mudah diperoleh agar siswa maupun guru dapat menggunakannya dalam kegiatan pembelajaran ataupun muroja’ah. Media yang dianggap alternatif oleh guru dan siswa adalah media cetak yang dapat dipegang, disentuh, mudah dibawa kemana-mana (praktis), mudah dijangkau dan mudah digunakan, aspek terpenting adalah dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan kegiatan muroja’ah dengan cara memberikan penilaian atau skor. Tentu dengan pendekatan bermain dan self-correction menjadi point penting dalam media yang dikembangkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian analisis kebutuhan pengembangan media muroja’ah Al-Quran bagi

siswa SD dapat disimpulkan bahwa para siswa dan guru membutuhkan media alternatif untuk melakukan kegiatan muroja’ah guna mengatasi kejenuhan dalam melakukan kegiatan muroja’ah yang berulang setiap hari. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengembangan media

muroja’ah diantaranya 1) kesesuaian dengan

tujuan yang ingin dicapai; 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, atau generalisasi; 3) praktis, luwes dan bertahan artinya media yang dipilih merupakan media yang mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri; 4)guru terampil mengunakannya, artinya guru harus mampu menggunakannya; 5) media yang dipilih adalah media cetak yang dapat dibawa, dipegang dan disentuh serta praktis, luwes penggunaannya.

Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan yaitu pengembangan media

muroja’ah Al-Quran berbasis self-correction

bagi siswa SD.

DAFTAR RUJUKAN

(n.d.). Retrieved from https://republika.co.id/berita/koran/khazanah- koran/15/11/23/ny9fo8-antsiasme-menghafal-Al-Quran-meningkat (n.d.). Retrieved from https://www.kompasiana.com/treesye87565/5bf3 d90bbde5754e934ba847/antusiasme-orangtua-atas-tren-program-penghafal-quran-usia-dini (n.d.). Retrieved from https://www.antaranews.com/berita/1482867/haf al-Quran-impian-setiap-muslim (n.d.). Retrieved from https://nakita.grid.id/read/02957658/berita- kesehatan-30-pesertadidik-sd-di-jakarta- berkacamata-minus-ternyata-ini-penyebabnya?page=all

P-ISSN: 2579-3276 E-ISSN : 2549-6174 Open Access:

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/in dex. (2019). Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar

Volume 3 Number 4 , pp. 538-544.

Almakhtum, R. (2017). Sirah Nabawiyah. Sukoharjo: Insan Kamil.

(7)

81

Proceeding Teknologi Pendidikan Seminar Daring Nasional 2021 Digital Generation For

Digital Nation e-ISSN: 2798-9895

Hal. 76-81

Arifin, Z. (2012). Penelitian Pendidikan Metode

dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran Rev.ed. Jakarta: Raja Grafindo.

Asfiyati. (2012). Optimalisasi Pembelajaran tahfidz dengan Media Short Card (Kartu Pendek) dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Al-Quran Hadis pada Peserta didik Kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Abdussalam Punduhsari Tempuran Magelang.

Dewi, T. R. (2017). Pengembangan Metode Pembelajaran Tahfidz Al-Quran di MI Ma’arif Bego Maguwoharjo Sleman . Yogyakarta. Dryden, G. (2000). Revolusi Cara Belajar (The

Learning Revolution). Bandung: Kaifa.

Falakhudin. (2018). Implementasi Metode

Muroja’ah Untuk Keberhasilan Belajar dalam

Program Unggulan Tahsin dan Tahfidz Al-Quran Peserta didik-Siswi SD Islam Al Madinah Kalongan Ungaran Timur, Semarang. Hariyanto, S. d. (2017). Belajar dan

Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hidayah, A. (2017). Metode tahfidz Al-Quran untuk anak usia dini (kajian atas Buku rahasia sukses 3 hafizh Al-Quran Cilik Mengguncang dunia- Vol. 18, No. 1.

Kholis, M. N. (2012). Pedoman Menghafal

Al-Quran . Wonosobo: PPTQ Baitul Abidin.

Khon, A. M. (2011). Perencanaan Pembelajaran

Mengembangkan Kompetensi Guru . Bandung:

PT Remaja Rosda Karya.

Majdi, U. ( 2014). 9 Langkah Mudah Menghafal

Al-Quran Ikhwanuddin. Solo: Aqwam.

Murdianingsih, P. (2015). Meningkatkan Keterampilan Menghafal Surat-surat Pendek Melalui Aneka Permainan Di RA Perwanida 1 Palembang, Palembang Skripsi UM tidak diterbitkan.

Porter, B. D. (2000). Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

Pribadi, B. A. (2017). Media dan Teknologi

dalam Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group.

Rusman. (2017). Belajar dan Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta

: Prenada Media Grup.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian &

Pengembangan (Research and Development) .

Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2015). Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suparman, M. A. (2014). Desain instruksional

modern : panduan para pengajar dan inovator pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Utami, W. (2019). Pengembangan Model Pembelajaran TAKE A FLASH untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Tahfidz Al Qur’an.

JETCLC Journal of Educational Technology, Curriculum, Learning, and Communication Pengembangan Video Dokumenter Sejarah Kebudayaan Indonesia dalam Implementasi Pembelajaran Multikultural pada Kurikulum Nasional di SMP Negeri 10 Makassar Volume 1

Referensi

Dokumen terkait

Dengan metode online-learning seharusnya guru dan siswa dapat lebih mudah untuk mengakses pendidikan adapun media yang digunakan selama online-learning sebanyak

Artikel ini ditulis untuk menyampaikan ide perlunya kompetensi literasi digital bagi mahasiswa lulusan kearsipan di era disrupsi guna memenuhi kebutuhan dari pengguna dan

Analisis data menggunakan uji X 2 atau uji chi square dengan hasil penelitian ada perbedaan sikap generasi muda terhadap pelaksanaan adat perkawinan Belitung ditinjau dari umur,

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan dari tradisi Bulangekh dalam masa kehamilan dan

mendapat bagian warisan yang tidak tertentu jumlahnya atau disebut juga memperoleh bagian terbuka atau memperoleh bagian sisa: HAZAIRIN: ZUL-QARABAT Anak lelaki;a.

Waktu baku kegiatan General Cleaning dan Set-up mesin dari masing-masing mesin yaitu mesin cetak tablet bagian hopper 273,63 menit, mesin cetak tablet bagian punch 240,13 menit,

kurikulum pendidikan IT terbaru di dunia dengan mempertimbangkan pendidikan manajemen, berdasarkan pada jaringan pendidikan global dengan berbagai universitas luar negeri dengan

Karo Hukum dan Kepegawaian menerima surat balasan dari Sekretaris Jenderal Kementrian Kesehatan berupa surat panggilan pemeriksaan kesehatan kepada pejabat yang