KOMPETENSI DASAR
Mensyukuri nilai-nilai Pancasila dalam Praktik penyelenggaraan pemerintahan negara sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraan pemerintah negara
Menganalisis nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan negara
Mewujudkan keputusan bersama sesuai nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan negara
Materi Pembelajaran
Sistem
Pembagian
Kekuasaan
Negara
Kedudukan
dan
fungsi
Kementerian
Negara
Republik
Indonesia
dan
Lembaga
Pemerintah Non Kementerian
Nilai-nilai
Pancasila
dalam
Sistem Pembagian
Kekuasaan Negara
Sistem pemerintahan adalah cara pemerintah dalam_mengatur semua yang berkaitan dengan pemerintahan. Sistem ini berfungsi untuk menjaga kestabilan_pemerintahan, politik, pertahanan, ekonomi, dll.
Pengertian Sistem Pemerintahan
Pengertian dalam arti sempit dan luas a.
Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain agar melakukan tindakan-tindakan yang
diperintahkannya Kekuasaan negara
kewenangan Negara untuk mengatur seluruh
rakyatnya untuk mencapai keadilan dan kemakmuran, serta keteraturan.
Menurut John Locke
Kekuasaan negara dibagimenjadi tiga macam yaitu:
a.Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang
b.Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang, termasuk
kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran
terhadap undangundang
c.Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan hubungan luar negeri.
Menurut Montesquieu
a. Kekuasaan legislatif,yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang
b. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang
c. Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undang undang, termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-undang.
Konsep Pembagian Kekuasaan di
Indonesia
Mengapa harusa ada
pembagian kekuasaan?
Kata kunci: kontrol dan
keseimbangan di antara
Pembagian kekuasaan
Kekuasaan
negara
dibagi
dalam
beberapa
bagian
(legislatif,
eksekutif dan yudikatif), tetapi
tidak dipisahkan.
Hal ini membawa konsekuensi bahwa di
antara bagian-bagian itu dimungkinkan
ada koordinasi atau kerja sama.
Mekanisme pembagian ini banyak sekali
digunakan oleh banyak negara di
dunia, termasuk Indonesia.
Pemisahan kekuasaan
kekuasaan negara itu
terpisah-pisah dalam beberapa bagian,
baik mengenai organnya maupun
fungsinya.
Setiap
lembaga
menjalankan
fungsinya masing-masing. Contoh
negara yang menganut mekanisme
pemisahan
kekuasaan
adalah
Amerika Serikat.
Konsep pembagian kekuasaan
yang dianut Indonesia
Mekanisme pembagian kekuasaan di
Indonesia diatur sepenuhnya di
dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Penerapan pembagian kekuasaan di
Indonesia terdiri atas dua
bagian, yaitu pembagian kekuasaan
secara horizontal dan pembagian
Pembagian kekuasaan
secara horisontal
pembagian kekuasaan menurut fungsi
lembaga-lembaga tertentu (legislatif,
eksekutif dan yudikatif).
Berdasarkan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, secara
horizontal pembagian kekuasaan negara
dilakukan pada tingkatan pemerintahan
Pemerintahan pusat
berlangsung antara lembaga-lembaga
negara yang sederajat (kekuasaan
konstitutif, legislatif, eksekutif,
yudikatif, eksaminatif, dan moneter)
Pemerintahan daerah
berlangsung antara lembaga-lembaga
daerah yang sederajat, yaitu antara
Pemerintah Daerah (Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah) dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Pembagian kekuasaan
secara vertikal
Pembagian kekuasaan secara vertikal
pembagian kekuasaan menurut
tingkatnya, yaitu pembagian kekuasaan
antara beberapa tingkatan
pemerintahan.
Pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
Pembagian kekuasaan
secara vertikal
Hubungan antara pemerintahan provinsi dan
pemerintahan kabupaten/kota terjalin dengan koordinasi, pembinaan dan pengawasan oleh
Pemerintahan Pusat dalam bidang administrasi dan kewilayahan.
muncul sebagai konsekuensi dari diterapkannya asas
desentralisasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan asas tersebut, Pemerintah Pusat menyerahkan
wewenang pemerintahan kepada pemerintah daerah
otonom (provinsi dan kabupaten/kota) untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan di
daerahnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu kewenangan yang berkaitan dengan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter dan fiskal.
Kedudukan dan Fungsi
Kementerian Negara
Republik Indonesia
Pembentukan kementerian
Kementerian adalah lembaga Pemerintah Indonesia yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
Kementerian berkedudukan di ibukota negara yaitu Jakarta
dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden.
Pembentukan kementerian dilakukan paling lama 14 hari
kerja sejak presiden mengucapkan sumpah/janji.
Urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya
secara tegas disebutkan dalam UUD 1945 harus dibentuk dalam satu kementerian tersendiri.
Pemisahan, penggabungan, dan pembubaran kementerian
tersebut dilakukan dengan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), kecuali untuk pembubaran kementerian yang menangani urusan agama, hukum, keamanan, dan keuangan harus dengan persetujuan DPR
Kedudukan Lembaga
Kementerian
Menurut UU No.39 tahun 2008 mengenai
Kementerian Negara pada Bab II Kedudukan dan Urusan Pemerintahan
Kementerian berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesi.
Kementerian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Kedudukannya juga tidak tergantung pada dewan akan tetapi tergantung pada Presiden.
Untuk menetapkan politik Pemerintah dan koordinasi dalam pemerintahan Negara para Menteri bekerja bersama, satu sama lain seerat-eratnya di bawah pimpinan Presiden.
Setiap Menteri membidangi urusan
tertentu dalam pemerintahan, yang
terdiri atas:
1. Urusan pemerintahan yang nomenklatur
Kementeriannya secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan.
2. Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya
disebutkan dalam UUD 1945, meliputi urusan agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi manusia,
pendidikan, kebudayaan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, industri, perdagangan,
pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrasi, transportasi, informasi,
komunikasi, pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan, dan perikanan.
Setiap Menteri membidangi urusan
tertentu dalam pemerintahan, yang
terdiri atas:
3. Urusan pemerintahan dalam rangka
penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi
program pemerintah, meliputi urusan
perencanaan pembangunan nasional, aparatur
negara, kesekretariatan negara, badan
usaha milik negara, pertanahan,
kependudukan, lingkungan hidup, ilmu
pengetahuan, teknologi, investasi,
koperasi, usaha kecil dan menengah,
pariwisata, pemberdayaan perempuan,
pemuda, olahraga, perumahan, dan
pembangunan kawasan atau daerah
tertinggal.
Kedudukan dan Fungsi
Lembaga Pemerintahan non
Kementrian
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
merupakan lembaga negara yang
dibentuk untuk membantu presiden
dalam melaksanakan tugas
pemerintahan tertentu.
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
berada di bawah presiden dan
bertanggung jawab langsung kepada
presiden melalui menteri atau
pejabat setingkat menteri yang
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
didirikan
dengan
tujuan
untuk
melaksanakan
tugas
khusus
yang
didelegasikan kepadanya oleh presiden.
Pembentukan
dan
pembubarannya
tergantung pada keinginan presiden;
presiden dapat membentuk yang baru
atau membubarkan yang lain semata-mata
tergantung pada keinginannya saja.
Lembaga Pemerintah Non
Kementrian yang ada di
Indonesia
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), BadanInformasi Geospasial (BIG), Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Kepegawaian Negara (BKN), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Narkotika Nasional (BNN), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Nilai-nilai Pancasila
dalam Penyelenggaraan
pemerintahan
Nilai-nilai Pancasila
1. Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta.
bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis
adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.
2. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
3. Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia.
4. Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan.
5. Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur secara lahiriah ataupun batiniah.
Nilai dan ruh demokrasi yang sesuai
dengan visi Pancasila adalah yang
berhakikat:
a. Kebebasan,terbagikan/terdesentralisasikan, kesederajatan, keterbukaan, menjunjung
etika dan norma kehidupan.
b. Kebijakan politik atas dasar nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi yang
memperjuangkan kepentingan rakyat , kontrol publik.
c. Pemilihan umum yang lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat yang seluas-luasnya.