25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan bimbingan konseling (PTBK). PTBK adalah merupakan suatu penelitian bersiklus dengan berbagai alternatif tindakan yang berimplementasi untuk menangani persoalan yang dihadapi oleh guru BK. Penulis menggunakan rancangan PTBK model proses yang terdiri dari satu atau beberapa siklus, namun dengan tujuan yang sama (tetap). Bila dalam pelaksanaan satu siklus belum menampakkan keberhasilan maka dirancang alternatif tindakan lain pada siklus berikutnya, dan seterusnya sehingga tercapainya tujuan penelitian (Soesilo, 2010)
Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian berdasarkan refleksi terhadap suatu kondisi sosial dan tindakan pembelajaran untuk meningkatkan penalaan dan pemahaman mengenai kondisi serta praktik pendidikan dan sosial Suharjono (dalam Arikunto, 2006).
Arikunto (2006) menyatakan bahwa model penelitian dalam penelitian menunjukan sebagai proses pelaksanaan penelitian. Penelitian tindakan kali ini menggunakan model penelitian tindakan model Kemmis dan Mc Taggart (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, 1999).
26
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan menurut menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suharsimi Arikunto, 2002) mencakup tiga langkah yaitu:
1. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan ( rencana) 2. Melaksanakan tindakan Refleksi hasil pengamatan (refleksi) 3. Perubahan revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya
Penulis ingin meningkatkan kemampuan berpikir divergen kelas IX VII B SMP Negeri 8 Salatiga tahun ajaran 2012/2013 melalui metode mind map. PTBK yang digunakan adalah jenis PTBK kolaboratif karena melibatkan guru BK dan penulis (Soesilo, 2010)
perencanaan
Perlakuan dan pengamatan refleksi
perencanaan
Perlakuan dan pengamatan refleksi
27 3.2. Subjek Penelitian
Berdasarkan skor yang diperoleh oleh masing-masing siswa kelas VII B SMP Negeri 8 Salatiga tahun 2012/2013 terdapat 11 siswa yang berkemampuan berpikir divergennya sedang, dan 12 siswa yang kemampuan berpikir divergennya rendah. Jadi masih ada 23 siswa yang harus mendapatkan tindakan mengenai berpikir divergen.
Dari 11 yang kemampuan berpikir divergennya sedang dan 12 siswa yang kemampuan berpikir divergennya rendah memiliki ciri-ciri :
1. Dalam menjawab soal dalam test, siswa tersebut tidak banyak menuliskan jawaban, hal ini berbeda dengan ciri orang yang memiliki kemampuan berpikir divergen, yaitu sebanyak mungkin menemukan jawaban untuk menjawab soal.
2. Tidak mampu mengambil keputusan sendiri, cenderung mengandalkan jawaban dari teman yang lain.
3. Ragu dalam mengemukakan gagasan atau pendapatnya, karena takut melakukan kesalahan, takut ditertawakan, ataupun takut mendapatkan kritikan dari orang lain.
3.3. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah metode mind
map sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah berpikir divergen
28 3.4 Definisi Operasional
a. Penggunaan Metode Mind map
Metode mind map adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual berupa simbol-simbol, gambar, kode dan warna yang saling berhubungan untuk membentuk konsep pemecahan masalah atau ide tertentu yang kasat mata.
b. Berpikir Divergen
Dalam penelitian ini kemampuan berpikir divergen yang ditekankan adalah bagaimana agar siswadapat mengolah keterampilannya dalam berpikir, siswa dilatih untuk meningkatkan kretaivitas berpikirnya. Definisi operasional dalam berpikir divergen atau berpikir kreatif ini adalah perwujudan kemampuan siswa dalam mengeluarkan alternatif jawaban atau jalan keluar masalah yang sedang dibahas. Dalam berpikir divergen, aspek-aspek yang ditekankan adalah meliputi kelancaran berpikir, keluwesan berpikir, orisinalitas berpikir dan keterperincian berpikir.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah tes berpikir divergen. Tes ini terdiri dari 6 subtes, yang dikembangkan dari test berpikir divergen yang diadaptasi dari Budiningrum (2002) berdasar teori Guilford. Seluruh subtest berbentuk verbal dan masing-masing subtest mengukur aspek yang berbeda dari berpikir divergen. Subrest I, II,
29
III, IV, mengukur aspek kelancaran berpikir. Subtest V mengukur aspek kelenturan berpikir dan orisinalitas berpikir. Subtest VI mengukur aspek keterperincian berpikir.
Test berpikir divergen yang diadaptasi dari Budiningrum (2002) berdasar teori Guilford merupakan bagian dari serangkaian tes mengenai struktur intelek. Tes berpikir divergen tersebut memuat lebih dari 20 subtest dalam tes ini dikembangkan hanya 6 (enam) subtest sebagai alat penelitian dengan pertimbangan keenam subtest ini mewakili seluruh aspek berpikir divergen.
Tes berpikir divergen yang digunakan sebagai alat pengumpulan data mengenai kemampuan berpikir divergen siswa adalah sebagai berikut :
a. Permulaan kata
Permulaan kata merupakan subtest untuk mengukur aspek kelancaran berpikir (fluency of thinking). Ada 4 item dari subtest ini. Tiap item memuat permulaan kata tertentu. Siswa diminta untuk menuliskan sebanyak mungkin kata yang diawali dengan permulaan kata yang tertulis pada tiap item. Nama negara, nama kota, nama sungai, atau nama gunung boleh digunakan, tetapi tidak boleh menuliskan nama orang. Permulaan kata yang dimaksud yaitu ka, so, ti, pu. Waktu pengerjaan tiap item adalah 2 menit.
b. Menyusun kata
Subtest ini mengukur aspek kelancaran berpikir. Terdapat empat item dalam subtest ini. Siswa diminta untuk menyusun sebanyak mungkin
30
kata-kata yang memakai huruf-huruf dari kata yang ada terdapat pada setiap item, atau huruf yang diberikan. Setiap huruf dari kata yang tersedia hanya boleh dipakai satu kali untuk menyusun satu kata baru. Contoh kata yang harus disusun dalam subtest ini yaitu proklamasi, waktu pengerjaan setiap item adalah 2 menit
c. Menyusun kalimat tiga kata
Subtest ini mengukur aspek kelancaran berpikir. Tiap item memuat huruf awal dari satu kata. Siswa diminta menyusun kalimat sebanyak mungkin kalimat yang masing-masing terdiri dari tiga kata. Huruf awal setiap kata tertulis pada satu item. Urutan penggunaan keempat kata boleh diubah-ubah. Tiap kata hanya boleh digunakan dua kali, masing-masing dalam kalimat yang berbeda. Boleh menggunakan nama orang. Contoh item dalam subtest ini adalah a-m-p. Waktu pengerjaan setiap item adalah 3 menit.
d. Sifat yang sama
Subtest ini juga mengukur kelancaran berpikir. Disini siswa diminta untuk menuliskan sebanyak mungkin benda (hidup atau mati) yang memiliki kedua sifat yang sama yang dituliskan pada item. Contoh item dalam subtest ini adalah bulat dan keras. Waktu pengerjaan setiap item adalah 2 menit.
e. Penggunaan luar biasa
Aspek yang diukur dalam subtest ini adalah kelenturan berpikiur (flekxibility of thingking) dan orisinal berpikir (originality of thingking).
31
Ada empat item dalam subtest ini. Siswa diminta menuliskan macam-macam penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa) dari benda yang tertulis pada tiap item. Penggunaan yang tidak lazim ini sudah pernah dilihat atau dialami sendiri atau yang dapat siswa bayangkan.
Siswa tidak boleh menulis untuk apa benda itu pada umumnya atau biasanya. Contoh item yaitu surat kabar. Waktu pengerjaan setiap item adalah 2 menit.
f. Apa akibatnya
Aspek yang diukur dalam subtest ini adalah keterperincian berpikir (elaboration of thingking). Ada empat item dalam subtest ini. Tiap item meggambarkan keadaan yang belum pernah atau tidak biasa terjadi. Siswa diminta menuliskan sebanyak mungkin akibat yang dapat muncul jika hal itu terjadi. Contoh item yang dimaksud adalah apa akibatnya, jika setiap orang dapat mengetahui pikiran orang lain. Waktu pengerjaan tiap item adalah 5 menit.
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif adalah yang digunakan
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008:206). Sedangkan Analisis data Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil penghitungan test berpikir
32
divergen. Analisa yang dilakukan dengan membandingkan skor awal yang diperoleh sebelum diberikan bimbingan kelompok dan skor yang diperoleh setelah diberikan bimbingan kelompok. Indikator minimal yang diharapkan dicapai siswa adalah 130 yaitu kemampuan berpikir divergen kategori tinggi. Apabila nilai post test belum mencapai 130, maka siswa belum mencapai peningkatan berpikir divergen dan siswa tersebut akan diberikan tindakan tentang berpikir divergen, sedangkan jika sudah mencapai skor post test minimal 130, maka tindakan tersebut dianggap sudah berhasil. Dengan teknik analisa data tersebut penulis dapat mengetahui. Tingkat kreativitas dari masing-masing siswa dan penulis juga dapat mengetahui tingkat berpikir divergen siswa meningkat atau tidak setelah diberikan tindakan.
1. Pemberian skor
Pemberian skor dan perhitungan skor dapat diperoleh tiap siswa adalah berdasarkan aspek kelancaran berpikir (permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat, sifat-sifat yang sama), aspek kelenturan berpikir dan
orisinalitas berpikir (macam-macam penggunaan) dan aspek
keterperincian berpikir (apa akibatnya). Pemberian skor dan perhitungan skor yang dimaksud yaitu :
a. Aspek kelancaran berpikir dari subtes I, II, III dan IV
Skor untuk aspek ini diperoleh dari gabungan skor subtest “permualaan kata”, “menyusun kata”,”membentuk kalimat”dan “sifat-sifat yang sama”. Skor masing-masing dari subtest adalah jawaban
33
yang tepat mendapatkan skor 1 (satu). Total skor adalah jumlah seluruh skor subtest dan dicari SS (standar skor) nya sesuai dengan usia anak.
b. Aspek kelenturan berpikir dari subtest V
Skor untuk aspek ini diperoleh dari skor suntest “macam-macam” penggunaan cara pemberian skor subtest ini yaitu setiap jawaban yang memenuhi syarat mendapatkan skor 1 (satu). Skor total adalah jumlah seluruh skor yang diperoleh dan dicari SS (standar skor) sesuai dengan usia anak.
c. Aspek orisinalitas berpikir dari subtest V
Skor untuk aspek ini juga diperoleh dari skor subtest “macam-macam penggunaan”. Perhitungan pada aspek ini adalah dengan memberikan skor 1 (satu) jika jawaban yang ditulis siswa adalah jawaban yang orisinal. Skor total adalah jumlah seluruh skor yang diperoleh dan dicari SS (standar skor) sesuai dengan usia anak.
d. Aspek keterperincian berpikir dari subtest VI
Skor untuk aspek ini diperoleh dari skor subtest “apa akibatnya” cara pemberian skor subtest ini yaitu setiap rincian jawaban mendapatkan skor 1 (satu). Skor total adalah jumlah dari keseluruhan skor yang diperoleh dicari SS (standar skor) sesuai dengan usia anak.
Hasil akhir dari tes berpikir divergen akan didapatkan Standar Skor (SS) yang kemudian di equivalenkan menjadi Creativity Quotient (CQ). Dimana
34
Standar Skor (SS) merupakan penjumlahan dari aspek yang terukur dalam tes berpikir divergen.
3.7. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah jika lebih dari 70% dari keseluruhan subjek, yaitu 23 siswa, telah mencapai kategori tinggi dalam berpikir divergen, yaitu subjek telah mencapai skor post test minimal 130 berdasarkan hasil test berpikir divergen.
3.8 Rencana Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling penulis menentukan siswa yang akan diberikan layanan berupa tindakan penggunaan metode mind map dengan mengumpulkan data melalui test berpikir divergen yang telah diadaptasi dari Guilford (1959). Setelah penulis menemukan subyek yang akan diteliti selanjutnya penulis menentukan langkah-langkah (rancangan) yang akan dilaksanakan dalam proses penelitian untuk meningkatkan kemmapuan berpikir divergen melalui metode mind map.
1. Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kemampuan berpikir divergen melalui test berpikir yang diberikan kepada siswa.
2. Rancangan Tindakan
Penulis merancang kegiatan dengan metode mind map yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir divergen siswa
35
Apa yang dilakukan oleh guru atau penulis sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir divergen. Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan pada siswa.
4. Refleksi Dan Evaluasi
Setelah siswa mengikuti kegiatan dengan metode mind map, penulis mengkaji, melihat, dan mengukur hasil dari tindakan menggunakan test berpikir divergen dan mengukur hasil dari tindakan menggunakan test berpikir divergen. Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan atau tidak, maka hasil test berpikir divergen setelah siswa mengikuti kegiatan menggunakan metode mind map dibandingkan dengan hasil test siswa sebelum mengikuti kegiatan dengan metode mind map. Berdasarkan hasil refleksi ini penulis bersama-sama guru dapat melakukan perbaikan terhadap rencana awal jika rencana belum berhasil.
Sebelum penulis memberikan kegiatan dengan metode mind map untuk meningkatkan kemampuan berpikir divergen siswa dengan jenis penelitian PTBK. Penulis mempersiapkan rancangan-rancangan tindakan yang akan dilakukan.
1. Rancangan PTBK siklus 1
Pada rancangan PTBK siklus 1 ini, treatment yang diberikan kepada siswa lebih kepada pemberian tugas, yaitu siswa diberikan latihan-latihan tentang perumpamaan suatu masalah yang sebetulnya mungkin tindakan terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Rancangan dalam meningkatkan kemampuan
36
berpikir divergen siswa melalui penggunaan metode mind map siklus 1 disusun sebagai berikut :
a. Pertemuan Pertama
Pada pertemuan yang pertama, penulis memberikan materi pengantar tentang perlunya berpikir divergen utuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, agar siswa mengetahui apa itu berpikir divergen dan pentingnya berpikir divergen bagi seseorang atau bagi siswa itu sendiri. Metode yang digunakan pada saat penyampaian materi adalah ceramah dan tanya jawab.
b. Pertemuan Kedua
Tindakan yang dilakukan pada pertemuan ini adalah penulis memberikan materi tentang mind map. Materi yang disampaikan yaitu tentang pengertian mind map, kegunaan mind map dan prinsip-prinsip membuat mind map. Penulis membagikan fotokopi materi tentang mind
map kepada siswa agar siswa dapat lebih memahami materi mind map
yang diberikan. Kemudian penulis memberikan contoh mind map sederhana tentang kegiatan sehari-hari yang digambarkan pada papan tulis. Agar siswa dapat memahami bagaimana gambaran tentang mind map dan bagaimana mind map dapat berhubungan satu dengan yang lainnya.
c. Pertemuan Ketiga
Penulis kembali mengingatkan tentang berpikir divergen dan mind
map, yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian
37
Penulis membagi kelompok agar nanti mudah dalam meberikan pertanyaan dan agar siswa mudah dalam mengerjakan tugas mind map untuk meningkatkan berpikir divergen. Siswa diminta membuat mind map dengan topik bebas, misalnya saja topik jadwal pelajaran kemudian beberapa anak mempresentasikannya di depan kelas.
d. Pertemuan Keempat
Penulis kembali membagi kelompok seperti pertemuan
sebelumnya, Setelah itu, penulis membuat contoh mind map di papan tulis dengan topik “kegunaan benda”, siswa diminta membuat dengan metode min map, kegunaan lain dari benda, benda tersebut adalah
1.cat air selain untuk keperluan melukis 2.tali sepatu
3.roda sepeda 4.ikat pinggang
kemudian beberapa anak mempresentasikannya di depan kelas e. Pertemuan Kelima
Siswa diajak menggunakan metode mind map untuk menemukan dan menuliskan solusi dari suatu masalah dan masalah yang dibahas
adalah “meraih kesuksesan” kemudian beberapa anak
mempresentasikannya di depan kelas. f. Pertemuan Keenam
Pada pertemuan keenam ini siswa diminta menuliskan sebanyak mungkin dalam bentuk mind map apa akibatnya jika suatu keadaan yang
38
biasanya tidak mungkin terjadi. Siswa diminta untuk memikirkan apa akibatnya jika keadaan tersebut terjadi. Siswa diminta untuk memikirkan apa akibatnya jika keadaan tersebut benar-benar terjadi, keadaan tersebut adalah :
a. apa akibatnya, jika semua manusia berbadan cebol? b. apa akibatnya, jika semua manusia berambut panjang? kemudian beberapa anak mempresentasikannya di depan kelas
Pelaksanaan kegiatan ini akan disertai observasi selama kegiatan berlangsung, agar penulis dapat mengetahui antusiasme siswa selama siswa mengikuti kegiatan. Setelah siklus PTBK putaran 1 selesai, maka siswa akan diberikan tes berpikir divergen lagi untuk mengetahui seberapa besar peningkatan siswa setelah mengikuti layanan penggunaan metode
mind map. Jika hasil tes berpikirdivergen pada siklus I ini telah memenuhi
target skor minimal 130 dengan kategori tinggi, maka siklus PTBK putaran I ini dianggap berhasil, namun jika skor yang diperoleh siswa belum memenuhi target maka siswa akan diberikan treatment penggunaan
mind map pada putaran II.
2. Rancangan PTBK Putaran II
Dalam mengantisipasi permasalahan Penelitian Tindakan
Bimbingan Konseling itu, penulis merancang penelitian putaran II yang agak berbeda dengan rancangan proses penelitian putaran I. Segala
39
rancangan yang disusun dilakukan dalam tahap persiapan. Selama persiapan untuk tahap II, penulis mendasarkan segala sesuatunya dari hasil proses penelitian putaran I. Pada rancangan PTBK siklus 11, treatment yang diberikan kepada siswa lebih kepada pengajuan masalah, siswa diberikan soal tentang masalah-masalah yang suatu saat dapat dialami oleh siswa. Hal ini agar dapat berlatih untuk lebih siap menghadapi masalah yang sebenarnya, dan agar siswa dapat belajar memecahkan berbagai macam masalah secara kreatif.
Adapun rancangan untuk proses penelitian siklus II disusun sebagi berikut: a. Pertemuan Pertama
Penulis meminta siswa menjawab sebanyak mungkin dengan metode mind map soal cerita yang diberikan oleh penulis. Soal cerita tersebut adalah : ada seorang lak-laki membawa anjing, kucing, dan anak kecil ingin menyeberang sengai menggunakan perahu kecil, yang hanya muat untuk 2 macam barang. Untuk menyeberang orang itu hanya bisa membawa satu barang bawaan, laki-laki itu bingung karena jika dia menyeberangkan kucing dulu, anak kecil yang ditinggal dengan anjing takut dengan anjing. Kalau menyeberangkan anak kecil dulu, anjing dan kucing yang akan ditinggal akan berkelahi. Jika begitu, maka yang mana dulu yang akan menemani anjing di seberang sana, kalau kucing yang menemani anjing maka diseberang kucing dan anjing akan berkelahi, tetapi jika anak kecil yang menemani anjing diseberang sungai anak kecil itu akan menangis karena takut dengan anjing, bagaimana caranya agar
40
semuanya aman untuk diseberangkan? kemudian beberapa anak mempresentasikannya di depan kelas
b. Pertemuan Kedua
Siswa diminta untuk menuliskan sebanyak mungkin jawaban atau solusi dari suatu kejadian dengan menggunakan mind map, kejadian tersebut adalah jika tiba-tiba dijalan tali sepatu kamu putus, apa yang akan kamu lakukan untuk menyambung tali sepatu kamu? kemudian beberapa anak mempresentasikannya di depan kelas
c. Pertemuan Ketiga
Siswa diminta menggunakan metode mind map untuk merencanakan pesta ulang tahun yang meriah, siswa diminta merancang dari makanan, yang diundang, dekorasi dsb kemudian beberapa anak mempresentasikannya di depan kelas
d. Pertemuan Keempat
Siswa diajak untuk berdiskusi dan menemukan solusi dari masalah dan masalah atau topik yang akan dibahas adalah “meningkatkan kreativitas berpikir siswa yang akhir-akhir ini menurun”. kemudian beberapa anak mempresentasikannya di depan kelas.