• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan Umum Mebel Definisi Mebel Kata furniture berasal dari bahasa latin mobile yang berarti movable, dalam bahasa P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan Umum Mebel Definisi Mebel Kata furniture berasal dari bahasa latin mobile yang berarti movable, dalam bahasa P"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Tinjauan Umum Mebel 2.1.1 Definisi Mebel

Kata ‘furniture’ berasal dari bahasa latin mobile yang berarti movable, dalam bahasa Perancis, mebel disebut ‘fournir’, yang berarti to furnish sehingga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan istilah furniture (Postell, 2009, p. 4).

Kata ‘mebel’ berasal dari bahasa Perancis yaitu ‘meubel’, atau dalam istilah bahasa Jerman yaitu ‘mobel’ (Barley, 1997, p.26).

Mebel digunakan sebagai alat untuk mendukung tubuh manusia, menyimpan atau menampilkan (display) barang, dan membagi ruangan (partisi). Mebel dikategorikan sesuai dengan kegunaan sosial, yaitu healthcare, hospitality, kantor, rekreasi, agama, hunian, toko, dan penyimpanan (Postell, 2009, p.4).

Secara keseluruhan, mebel berbentuk freestanding atau bersifat ‘yang dapat pindahkan’, namun ada pula jenis mebel yang built-in (tidak dapat dipindahkan), biasanya dipasang pada dinding, lantai, atau ceiling. Mebel berfungsi untuk mendukung aktivitas hidup manusia, mulai dari duduk, tidur, bekerja, makan, bermain, dan sebagainya. Selain itu, mebel berfungsi pula memberikan kenyaman dan keindahan bagi para pemakainya. (Postell, 2009, p.4).

(2)

2.1.2 Fungsi Mebel

2.1.2.1 Mebel yang Mendukung Tubuh Manusia

Mebel dapat digunakan untuk mendukung tubuh manusia yang berperan dalam aktivitas sehari-hari, seperti aktivitas tidur, duduk, dan istirahat. Mebel ini harus dapat memberikan kenyamanan terhadap gerakan pengguna, menahan berat tubuh pengguna secara maksimal, dan meminimalisir titik-titik beban yang membuat tubuh menjadi tidak nyaman. Beberapa jenis mebel untuk mendukung tubuh manusia antara lain tempat tidur, kursi, kursi mobil, kursi pesawat, couch,

hammock, matras, sofa, dan kursi roda (Postell, 2007, p.7).

2.1.2.2 Mebel yang Mendukung Aktivitas Manusia

Menurut Postell (2007, 15), manusia dan mebel mempunyai hubungan yang erat. Postell memaparkan bahwa hubungan yang erat ini timbul dari aktivitas manusia yang bergantung pada karakteristik mebel. Karakteristik mebel ditentukan oleh beberapa hal, seperti sikap manusia ketika melakukan aktivitas makan, membaca buku, bekerja dengan komputer, dan menulis di meja. Pada proses perancangan sebuah mebel, pemahaman tentang material dan ukuran standar menjadi penting karena hal tersebut berperan secara menyeluruh dari segi struktural dan kenyamanan bagi pengguna. Observasi dan analisis korelasi antara mebel, tubuh manusia, dan aktivitas, akan membantu desainer memahami secara mendalam mengenai fungsi optimal dari sebuah mebel, apakah performanya baik atau tidak.

Proses perancangan mebel mengutamakan dan mendukung kenyamanan tubuh pengguna dalam melakukan berbagai aktivitas. Ketinggian dan kedalaman

(3)

bidang permukaan horizontal mempengaruhi kegunaan mebel. Beberapa jenis mebel untuk mendukung aktivitas manusia antara lain, meja tulis, meja makan, meja kerja, lectern dan workstation. Ukuran standar di dalam lingkungan sosial barat (western societies) untuk meja kerja sebagai berikut :

- Ketinggian konter untuk pengguna kursi roda : 76.2 cm - Ketinggian top table kitchen set : 76.2 cm-95.7cm - Kedalaman konter range dapur : 61 cm

- Ketinggian standing bar : 106.6cm

- Ketinggian meja tulis : 63.5cm-83.8cm (tergantung pada pengguna, apakah anak kecil, orang dewasa, atau pengguna kursi roda)

2.1.2.3 Mebel yang Digunakan untuk Menyimpan Barang

Menurut Postell (2007, 16), jenis mebel yang digunakan sebagai tempat penyimpanan barang meliputi lemari baju, lemari buku, dan lemari piring. Jenis mebel freestanding bersifat mudah dipindahkan, sementara built-in storage,

wall-mounted cabinet, dan pantry bersifat tetap atau tidak dapat dipindahkan. Tipe ini

dikategorikan sebagai lemari penyimpanan (casework) yang biasanya dibuat secara custom-fabricated sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tertentu. Pada kehidupan sehari-hari, mebel yang dirancang dapat mempunyai beberapa fungsi, misalnya meja untuk display perhiasan pada retail dapat pula difungsikan sebagai tempat penyimpanan.

(4)

2.1.2.4 Mebel yang Mendefinisikan Ruang

Interior ruang dapat dibagi atau digabung dengan menggunakan built-in mebel, partisi, dan shelving system. Selain itu, fungsi freestanding mebel di ruang kantor, hotel lobby, perpustakaan, dan resotran dapat mendefinisikan zona aktivitas sesuai dengan kebutuhan secara independen. Misalnya yang terjadi pada

office, dengan meletakkan sistem penyimpanan (office storage system) dapat

membuat pengaturan penyimpanan menjadi lebih fleksibel, membagi menjadi ruangan-ruangan yang lebih teratur dan efisien, serta memungkinkan para staf dapat mempunyai ruang yang bersifat privasi. (Postell, 2007, p.17).

2.1.3 Klasifikasi Mebel Berdasarkan Kegunaan Sosial

2.1.3.1 Healthcare Furniture : difungsikan untuk orang yang membutuhkan pertolongan

Alat-alat untuk Healthcare seperti kursi roda, rollaways cart, lift chair dan

adjustable table digunakan untuk membantu orang cacat atau orang yang

membutuhkan pertolongan. Biasanya, alat-alat dan mebel untuk healthcare tersebut diproduksi secara masal (Postell, 2007, p.18).

2.1.3.2 Hospitality Furniture

Hospitality furniture digunakan pada restoran, lobby dan resepsionis

dengan desain untuk kepentingan public dan aktivitas sosial. Jenis mebel ini biasanya dirancang untuk pengguna dalam lingkup luas dan mempunyai fungsi

general. Kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam merancang hospitality furniture, meliputi :

(5)

a) Accessibility b) Duarability c) Flexibility

Beberapa jenis hospitality furniture antara lain, lounge seating, lobby

seating, meja makan dan kursi di restoran, dan meja resepsionis (Postell, 2007,

p.21).

1) Meja makan dan kursi di restoran

Karakteristik dan bentuk yang ingin diperlihatkan dalam desain interior sebuah restoran dapat ditampilkan pada meja makan dan kursi, atau dengan kata lain mebel dalam ruangan tersebut. Hal ini menekankan bahwa fungsi sebuah mebel dapat membentuk pencitraan sebuah interior ruang.

Dimensi yang sering digunakan dalam standar industri pembuatan mebel skala besar sebagai berikut :

- Ketinggian standar meja makan : 73.6 cm

- Ukuran standar lebar meja makan untuk dewasa per orang : 62 cm

- Ketinggian dudukan kursi yang diproduksi secaral masal untuk western

societies : 42.2 cm (Postell, 2007, p.21)

2) Mebel di lobby dan resepsionis

Ruang pada lobby dan respsionis adalah tempat yang digunakan oleh manusia melakukan aktivitas sosial dalam kisaran waktu yang singkat. Biasanya mebel yang digunakan bersifat freestanding dan multi-fungtional supaya fungsi ruang dan suasana dengan mudah dapat diubah (Postell, 2007, p.21).

(6)

2.1.3.3 Mebel di Institusi : pendidikan

Mebel di institusi pendidikan difungsikan pada ruang kelas, perpustakaan, dan ruang yang menyediakan berbagai fasilitas pelatihan. Walaupun fungsi mebel dirancang khusus untuk institusi pendidikan tertentu, namun kegunaannya tidak dikhususkan untuk beberapa tipe orang (dengan kata lain dirancang secara general supaya semua orang dapat menggunakan).

Rancangan mebel untuk institusi pendidikan harus mempertimbangkan kekuatan, kenyamanan, fleksibilitas, ringan dan harus mudah menyimpan. Misalnya penggunaan Stacking chair dalam ruangan dapat menghemat ruang karena kursi dapat disimpan dengan cara ditumpuk.

Menurut Postell (2007, 24), kriteria desain untuk mebel pada institusi pendidikan adalah sebagai berikut;

- Harus mendukung tulang punggung (memiliki sandaran belakang) - Kursi yang mudah ditumpuk (Stacking chair ) berjumlah 4-40 buah - Ringan

- Kenyamanan untuk gerakan pengguna

- Ukuran standar besi penahan (metal support): 7/8 inch (2cm) - Durability

- Anti-karat dan tahan gores khususnya pada finishing kursi - Harga

(7)

2.1.3.4 Mebel di Ruang Kantor : dudukan yang ergonomis, workstation, dan

system furniture

Sistem mebel di ruang kantor telah berkembang seiring kemajuan sosial, ekonomi, teknik, teori-teori ergonomis, dan inovasi teknologi.

Action office system adalah sistem mebel kantor yang dirancang agar para

pekerja dapat duduk berhadapan. Sistem ini dibuat oleh Herman Millier tahun 1968. Sistem ini mempengaruhi sistem kerja dan suasana kantor sehingga membentuk networking dan teaming (Postell, 2007, p.28).

2.1.4 Bentuk Mebel secara Tipologi

Mebel dapat dikategorikan ke dalam beberapa bentuk berdasarkan aspek tipologinya dari segi konstruksi, peletakan, dan pemasangan pada ruang. Hal-hal ini meliputi :

a) Flat-pack/Knock-down b) Built-in (casework)

c) Freestanidng (case goods)

d) Inflatable (dibentuk dan diisi dengan udara)

e) Transformable (dapat mengubahkan bentuk) f) Movable (dapat dipindahkan)

2.1.4.1 Knock-Down

Mebel yang siap dirakit (ready to assemble-RTA) dijual dalam kondisi belum dirakit, biasanya akan dirakit oleh konsumen setelah dibeli. Mebel ini disebut juga sebagai flat-pack atau knock-down mebel.

(8)

2.1.4.2 Built-in

Built-in mebel mempunyai sifat yang terintegrasi dengan ruang, sehingga

menghasilkan kontinuitas dengan bangunan. Built-in mebel dirakit secara on-site (langsung ditempat) dan ditempelkan pada lantai, dinding dan ceiling. Desainer harus mempertimbangkan kekuatan konstruksi mebel dengan kondisi eksisting bangunan yang tidak sempurna.

Gambar 2.1. Built-in home office

Sumber : http://www.trendir.com/interiors/, akses 02 October 2011

2.1.4.3 Freestanding

Mayoritas mebel berbentuk freestanding yang diletakkan sendiri tanpa pemasangan atau tempelan pada ruang. Kelebihan freestanding mebel adalah sifat fleksibilitas yang dapat digunakan untuk mengubah posisi mebel.

Gambar 2.2. Chieftain louge chair Sumber : Postell, 2003, 56

(9)

2.1.4.4 Inflatable

Bagian dalam waterbed, inflatable air mattress (mattress diisi dengan udara), bola terapi, dan beanbag chair diisi dengan sesuatu dan bagian luar mebel-mebel tersebut pula diliputi dengan sesuatu (sheated.) Inflatable mebel-mebel dirancang untuk penggunaan yang temporer dan dapat dibuat compact dengan tujuan penyimpanan atau transpor, jika diperlukan.

Gambar 2.3. Air sofa

Sumber : http://blog.naver.com/chohyungsa, akses 04 October 2011

2.1.4.5 Mechanical Furniture

Mechanical furniture dapat diubah dalam berbagai bentuk dengan

aksesoris tertentu. Mechanical furniture dirancang dengan bentuk sederhana yang dapat dilipat, mudah dipindahkan, dan disimpan setelah digunakan. Beberpa jenis

Mechanical furniture antara lain, kursi lipat, meja kupu-kupu, dan tempat tidur

bayi.

Gambar 2.4. American drop-leaf table, 1815-30 Sumber : Postell, 2003, 58

(10)

2.1.5 Pengertian Desain Mebel

Kategori desain mebel menurut Marizar (2003, 19), termasuk dalam desain fungsional, yaitu desain yang banyak memberikan pelayanan atau fasilitas pada kegiatan manusia. Untuk membuat mebel diperlukan persyaratan dan prinsip-prinsip yang berorientasi pada seluruh anatomi dan ukuran manusia, keadaan jasmani, cara bergerak, cara bersikap, dan tuntutan selera manusia. Menurut Marizar (2003, 19), titik tolak perencanaan mebel adalah manusia secara keseluruhan, yang memiliki beragam kegiatan dengan berbagai tuntutannya. Tuntutan tersebut meliputi keinginan tidur secara nyaman, keinginan duduk dengan santai, keinginan keselamatan di dalam pekerjaan, keinginan akan keindahan, keinginan praktis, dan sebagainya. Semua itu merupakan tuntutan yang harus dipenuhi secara sistematik.

Proses desain mebel memerlukan keterampilan mendesain, pengalaman, intuisi dan pengetahuan dalam lingkup yang sangat luas untuk mengembangkan pengertian tentang bagaimana cara mendesain mebel (Postell, 2009, p.1). Proses perancangan mebel membutuhkan inspirasi, konsep dan ide untuk memberikan kepuasan, kenyamanan, dan kesenangan kepada pengguna mebel. Hasil desain interior dapat ditegaskan dengan desain mebel yang terintegrasi atau kontras dengan rancangan ruangnya. Hal ini disebabkan selain fungsi mebel sebagai elemen pembentuk ruang, mebel digunakan pula sebagai penunjang aktivitas manusia sehari-hari. Karakter mebel yang ‘freestanding’ memudahkan proses mencipta atau mengubah suasana baru yang diinginkan.

(11)

Sebuah mebel diciptakan dengan berbagai syarat dan kondisi untuk memenuhi kebutuhan dan membantu aktivitas bagi pengguna. Seperti yang diuraikan oleh Marizar pada gambar 2, nilai kenyamanan, keamanan, keselamatan, keindahan, efisiensi dan simbolik pada mebel akan terpenuhi apabila melewati proses perancangan mebel yang sesuai dengan fungsi.

Diagram 2.1 Fundamental pemikiran desain mebel Sumber : Marizar, 2003, p.7

PENCITRAAN

RUANG

(12)

Menurut Postell (2003, 163), kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam merancang mebel dalam tahapan predesign dan programming, meliputi :

 Siapa

- Siapa yang menjadi target market untuk mebel berikut? - Siapa yang menjadi pengguna mebel berikut?

- Siapa yang akan menjual atau mendistribusi mebel berikut? - Siapa yang akan memperbaiki mebel berikut?

 Apa

- Apakah tujuan dari pembuatan mebel ini? - Apakah mebel ini memiliki fungsi lain?

- Apakah fungsi lain yang sebaiknya ditambah pada mebel ini? - Berapa lama mebel ini dapat digunakan?

- Berapa harga mebel ini?  Mengapa

- Mengapa membutuhkan mebel ini?

- Mengapa seseorang akan membeli mebel ini? - Mengapa memerlukan desain baru?

- Mengapa mebel ini akan digunakan?

- Mengapa mebel ini dibuat dengan berbagai teknik pembuatan?  Kapan

- Kapan mebel ini digunakan? - Kapan mebel ini diperbaiki?

- Kapan mebel ini tidak dapat digunakan dengan kondisi baik? - Kapan mebel ini disimpan atau dipindah?

(13)

 Di mana

- Di mana mebel ini akan diletakkan/ ditempatkan?

- Di mana tempat yang dilarang untuk meletakkan mebel ini? - Di mana mebel ini akan dipasarkan?

- Di mana tempat untuk mendapatkan material mebel ini? - Di mana tempat untuk membuat mebel ini?

 Bagaimana

- Bagaimana mebel ini bekerja? - Bagaimana mebel ini digunakan?

- Bagaimana hubungan mebel ini dengan manusia sebagai pengguna?

2.1.6 Prinsip Desain Mebel

Menurut Vitruvius dalam buku The Ten Books of Achitecture, teori arsitektur mengandalkan tiga prinsip terpenting, yaitu kekuatan, kegunaan, dan kesenangan. Tiga prinsip arsitektur tersebut dapat diterapkan pada perancangan mebel. Hal tersebut meliputi :

2.1.6.1 Kekuatan : konstruksi

- Bagaimana komponen mebel dibuatk dan dirakit?

Kekuatan mebel dihasilkan dari perakitan secara struktural, praktis dan konstruksi. Kekuatan diandalkan pada teknik pembuatan, keterampilan pekerja, dan relasi antara komponen-komponen mebel. Dalam proses rancangan mebel, ketahanan mebel terhadap beban

(14)

diperhatikan, dengan tujuan untuk menguji apakah mebel dapat bertahan dalam pengujian kategori beban tertentu.

2.1.6.2 Kegunaan : pemakaian dan pengalaman

Kegunaan nilai pakai mebel dapat dinilai berdasarkan bagaimana mebel berfungsi dan digunakan, dengan melewati observasi dan pengalaman. Untuk mendesain sebuah mebel, diperlukan data-data kegiatan, antropometri, ergonomi, dan universal design. Haptic sensation (pengalaman secara langsung) juga membantu menghasilkan desain mebel yang optimal sehingga fungsi mebel dan nilai ergonomi dapat terpenuhi.  Antropometri

Antropometri adalah ilmu pengetahuan tentang pemahaman fisiologi tubuh manusia dan pengukuran anatomi. Dengan menerapkan nilai antropometri, mebel yang dirancang dituntut mengutamakan kenyaman bagi tubuh dan gerakan pengguna secara ilmiah. Selain itu, nilai antropometri memberi suatu patokan dalam memilih bahan dan menentukan ukuran mebel.

(15)

Gambar 2.5. Data antropometri untuk wanita

Sumber : http://hamiltonhughes.com, akses 15 November 2011

 Ergonomi

Ergonomi memfokuskan pada bagaimana sesuatu diciptakan supaya menghasilkan suatu integrasi antara keterbatasan badan manusia dan aktivitas. Tesis ini berdasarkan pada, jika badan manusia tidak ditekankan melebihi batasanya masing-masing manusia pada bagian tubuh, otot, dan tulang, badan manusia akan menjadi sehat.

Kata ‘ergonomics’ berasal dari bahasa yunani ergos berarti ‘bekerja’ dan kata ‘nomic’ berarti ‘prinsip natural’. Ergonomis tidak memaksakan manusia yang disesuaikan pada pekerjaan atau ruang tetapi pekerjaan atau ruang yang disesuaikan dengan keterbatasan manusia. Tujuan ergonomis adalah menciptakan desain yang bermanfaat dan praktis bagi manusia dengan mempertimbangkan keterbatasan manusia aspek fisikal maupun psikologis.

(16)

Gambar 2.6. Ergonomi dalam perancang kursi

Sumber :http://www.office-furnitures.net/,akses 15 November 2011

1) Keindahan : bentuk, organisasi ruang, estetika

Kesenangan yang timbul adalah reaksi individual yang subjektif dari stimulasi secara fisikal atau visual. Dan kesenangan timbul dari persepsi yang memberi kenyamanan serta warna, bentuk secara visual dan karakteristik dan finishing bahan secara taktis. Menurut Buckminster Fuller,

When I’m working on a problem, I never think about beauty. I think only how to solve the problem. But when I have finishied, if the solution is no beautiful, I know that it is wrong.

Desainer mebel harus menghasilkan harmoni yang sempurna antara semua kondisi, yaitu konstruksi, kegunaan, situasi ruang, material dan keindahan. Keindahan dalam desain mebel berdasarkan pada

(17)

pemakaian dan pengalaman dan estetika, oleh karen itu, dapat disimpulkan sebagai fenomena sangat kompleks yang diandalkan pada suatu fisik dan mental. Keindahan dalam desain mebel, hal yang harus diperhatikan adalah :

- Bagaimana mebel akan terlihat?

- Di mana mebel itu dapat tepat digunakan? - Apa ekspresi dalam desain mebel itu?

2.2 Gaya Desain Mebel

Menurut Marizar (2003, 36), gaya merupakan salah satu titik awal dalam perancangan mebel. Banyak gaya telah timbul dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi para desainer untuk menciptakan gaya mebel yang baru di masa depan.

2.2.1 Gaya klasik

Mebel digunakan sebagai sarana untuk menghadirkan citra pemakainya untuk menampilkan kekuasaan dan kemewahan bagi penguasa pada zamannya. Hal ini terbukti dari kelahiran beberapa gaya desain mebel klasik yang cenderung mencerminkan eksistensi dari penguasa, termasuk para bangsawan dan raja pada saat mereka berkuasa.

Desain-desain mebel klasik banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur gereja yang bersifat religius dan sakral, sehingga karakteristik yang ditampilkan dalam desain mebel pada umumnya senada dengan gaya arsitekturnya pada zamannya.

(18)

Kelas-kelas penguasa sudah menggunakan kursi dalam ruang dengan desain yang proporsi, geometris, simetris untuk menampilkan kekuatan dan kelestarian. Mebel-mebel untuk menduduki orang dijadikan titik awal bagi perkembangan gaya mebel Eropa. Pada zaman itu, kursi hanya dapat digunakan bagi orang-orang tingkat tinggi sebagai simbol yang memperlihatkan kehormatan.

Ukiran-ukiran yang menyerupai kaki binatang seperti sapi atau singa diterapkan pada bagian kaki kursi. Hiasan-hiasan yang rumit, bergulung-gulung, dan bergelora, serta sarat dengan unsur dekoratif pada zaman Mesir, Yunani dan Roma menjadi ciri khasnya perkembangan desain mebel klasik Eropa (Guksun, 2007, p.22).

Gambar 2.7. Dudukan di Dionysus Theater, Athens

Sumber : www.mlahanas.de/Greeks/Furniture/Furniture.htm, akses 15 November 2011

Secara ringkas desain mebel klasik dan klasik Eropa memiliki karakteritik sebagai berikut,

- Desain dikerjakan oleh seniman

- Desain yang mayoritas penuh dengan hiasan dan produk dikerjakan oleh tukang kayu

(19)

- Bersifat kerajinan tangan dan dibuat secara manual

- Desain dibuat berdasarkan selera/kehendak raja atau bangsawan

- Desain yang dibuat bertujuan untuk memperoleh kebanggaan, kemewahan atau bensi sosial, serta untuk melegitimasi kekeuasaan raja

- Produk tidak dibuat secara masal - Desain cenderung eksklusif

- Konsep desain kecenderungan, emosional, spiritual, magis dan sakral - Gagasan hanya berdasarkan pengalaman di lingkungannya

- Kemampuan atau keterampilan yang digunakan berlandaskan pada tradisi alamiah secara turun-temurun.

- Esensi gaya desain mebel klasik berpijak pada konsep fungsi harus mengikuti makna bentuk dan ornamen (Marizar, 2003, p.39).

2.2.2 Gaya Modern

Mebel modern sebagai produk berakar dari fase-fase awal Revolusi Industri yang terjadi di sekitar pertengahan abad ke-18 SM, setelah terjadinya Perang Dunia I. Pada umunya, kata ‘modern’ sebagai istilah yang mewakili zamannya sesuai dengan standar. Oleh karena itu, desain mebel modern akan selalu dikaitkan dengan metode dalam memproduksi produk-produk industri.

Kemajuan teknologi pesat dalam revolusi industri membuat sistem produksi berubah total, di mana tenaga manusia digantikan dengan mesin-mesin pabrik, dan barang-barang diproduksi secara masal. Akibatnya, mebel didesain lebih bersifat komersial atau bergerak tuntutan pasar.

(20)

Desain mebel modern sangat memperhatikan bentuk dasar yang sederhana, efisien dan praktis. Pemakaian teknologi modern dan tuntutan ekonomi menjadi tolok ukur yang menentukan karena desain dibuat dengan tujuan menambah nilai secara maksimal, dengan biaya yang minimal.

Bahan-bahan yang dipakai masa modern kebanyakan hasil proses produksi mesin, dengan lebih memperhatikan kekuatan dan kelemahan desain secara sturuktural serta lebih mempertimbangkan biaya pembuatannya. Pengolahan bahan mebel dari pipa-pipa logam digunakan sehingga menghasilkan bentuk yang meniru bahan kayu merupakan suatu inovasi baru yang berkaitan dengan polar pikir desain modern. Gaya desain mebel modern memiliki konsep kesederhanaan bentuk yang harus selalu mengikuti fungsi.

Gambar 2.8. Basculent Chiar dibuat oleh Le Corbusier Sumber : Guksun, 2007, 38

Secara ringkas desain mebel modern memiliki karakteritik sebagai berikut,

- Desain dikerjakan oleh arsitek dan desainer profesional - Bentuk mengikuti fungsi

- Desain diciptakan sederhana dan praktis - Desain dibuat berdasarkan kebutuhan pasar

(21)

- Tampilan desain cenderung bersifat universal, mempunyai bentuk yang sama atau mirip di seluruh dunia

- Konsep desain berdasarkan pemikiran yang berlandaskan pada logika material, rasional dan komersial

- Gagasan desain didasarkan pada hail penelitian ilmiah

- Mebel terampilan diperoleh secara formal dari sekolah, bukan turun termurun seperti pada desain mebel tradisional.

Gaya modern ditandai oleh - Gaya internasional (universal) - Fungsional-pragmatik

- Bentuk yang sederhana

- Mekanikal, logis dan teknologis Anti hiasan - Anti metafora

- Anti simbolik

- Susunan fungional (Marizar, 2003, p.41)

2.2.3 Gaya Postmodern

Istilah postmodern mulai digunakan dari tahun 1972 dalam lingkup sastra. Charles A. Jencks telah menyusun suatu klasifikasi gaya postmodern dalam lingkup arsitektur yang menjadi ciri khasnya pada tahun 1970s. Menurut Jencks, gaya postmodern mempunyai tanda-tanda sebagai berikut,

- Berkode ganda (double coding) - Berbentuk semiotika

(22)

- Punya arti semiotika-semantik - Menggunakan hiasan - Metafora - Simbolik - Berfungsi campuran - Konstekstual (Marizar, 2003, p.42)

Dalam konteks budaya postmodern, konsep desain dihindari dari modernisme yang bersifat masal, rasional dan kaku kemudian mendekati juga pada modernisme dengan pandangan kritis yang dapat mengatasi kekurangan modermisme sehingga muncul sebuah konflik yang mendudukkan desain mebel postmodern sebagai karya irasional, emosional, eksprsif, puitik dan terkesan bermain-main. Prinsip yang dianut oleh gaya desain mebel postmodern ini adalah fungsi mengikuti permainan bentuk, atau fungsi bermain-main dengan bahasa bentuk.

2.3 Perilaku Pengguna terhadap Mebel

Mebel berperan sebagai penukaran antara ruang dan pengguna. Karakter atau fungsi ruang akan diketahui dengan pengalaman atau instuisi pengguna terhadap mebel dan digunakan sesuai dengan tujuan ruangan. Misalnya, meja dan kursi yang di dalam ruang akan menentukan aktivitas pengguna, apakah ruang itu untuk tempat makan atau berbicara dengan diam-diam atau berdansa. Fungsi, ukuran, material, warna dan jenis yang dimiliki mebel akan menunjukkan karakter ruang.

(23)

Pengguna sendiri menerjemahkan, memutuskan dan melakukan fungsi mebel serta cara pemakaian mebel. Pemikiran dalam menanggapi sebuah mebel tidak hanya dari satu jawaban yang mutlak, tetapi juga didapatkan dari berbagai kesimpulan terhadap mebel, karena hal ini didapatkan dari pengalaman, budaya dan situasi yang dimiliki oleh pengguna, kemudian pengguna memutuskan perilaku terhadap mebel melewati proses menerjemahkan informasi visual.

Dengan demikian, desain mebel yang menerapkan affordance dapat menciptakan pencitraan ruang yang aspek karakter ruangnya yang akan menentukan fungsi dan mengarahkan perilaku pengguna.

2.3.1 Affordance

Proses perilkau manusia dipengaruhi oleh affordance yang berada di alam, lingkungan buatan, dan lingkungan sosisal dan kultural. Manusia memahami suatu benda dengan persepsi kemudian melakukan sesuai dengan pemahaman yang terdapat. Dalam hal ini, dapat diketahui mengapa suatu desain perlu dibuat dengan maksud supaya dapat digunakan dengan cara benar. Jika maksud desain tidak disampaikan dengan baik kepada pengguna, akan mengarahkan perilaku pengguna yang tidak diharapkan. Proses desain tidak hanya membuat tampilan saja tetapi juga membantu pengguna supaya dapat memahami fungsinya kemudian menggunakan sesuai dengan fungsinya.

2.3.1.1 Definisi Affordance

Kata ‘affordance’ berasal dari bahasa inggris afford yang bermakna ‘memberi’ dan dikemukakan oleh James J. Gipson (Barley, 1997, p.26).

(24)

Menurut Gibson, affordance mengacu pada semacam hubungan antara suatu organisme, alam (lingkungan) dan karakterstik yang dinamis di dalam lingkungan. Pengguna diberikan petunjuk untuk menggunakan suatu benda dengan affordance yang menjadi satu bagian dari dunia dan alam. Affordance adalah sifat yang fungsional dan informasi yang visual, yang berada di antara manusia dan lingkungan. Affordance dapat dibilang sebagai karakter yang tersembunyi dalam suatu benda, yang menawarkan tentang pemakaian suatu benda tersebut dengan berbagai cara yang diputuskan oleh penggunanya sendiri (Gipson, Pick, & Anne, 2003, p.28 ).

Diagram 2.2 Proses affordance melewati persepsi visual Sumber: Tomson, 1995, p.33

Gibson menyusun teori persepsi yang memperdebatkan tentang affordance yang mengacu pada karakteristik lingkungan yang mengarahkan perilaku yang dapat didefinisikan dalam hubungan dengan pelaku, tanpa berusaha untuk mencari atau mengumpulkan informasi. Akan tetapi, perilaku yang diarahkan oleh

affordance tidak akan sama karena affordance tergantung pada situasi atau pelaku.

Sebuah benda memiliki berbagai affordance dan manusia menangkap affordance sesuai dengan karakteristik situasi.

(25)

Seorang psikoligis Sasaki Masato mendefinisikan affordance sebagai berikut, affordance adalah arti tersembunyi dalam suatu lingkungan yang sebagai sumber daya yang mempertahankan kehidupan manusia secara biologis dan psikologis. Manusia terus menerus mendapatkan affordance dari lingkungan dimana mereka berada dengan tidak sengaja, dan tidak mengenali terhadap

affordance berada di lingkung di mana-mana, akan tetapi lingkungan adalah

sebagai laut yang berpontensial yang memberi informasi dan nilai kepada manusia. Benda atau lingkungan alami maupun buatan semua memiliki affordance yang memberi sesuatu yang tertentu. (Youngho, 2004, p.22)

2.3.2 Penerapan Affordance pada Desain

Beberapa contohnya antara lain pada lampu meja dalam gambar di bawah menawarkan perilaku pengguna supaya barang-barang diletakkan di bagian bawah lampu yang berbentuk seperti nampan. Walaupun pengguna tidak diberi suatu petunjuk pemakaian, akan tetapi sepertinya diarahkan dan ditawarkan bentuknya sudah ke titik tersebut (Mengacu pada gambar 2.9).

Gambar 2.9 Lampu didesain oleh Fukasawa Naoto

(26)

Dari kotak minuman pada ‘gambar 3.2’ dapat diketahui isi dalam kotak minuman walaupun tanpa tulisan. Contoh ini bisa diaplikasikan dalam proses desain mebel untuk menginformasikan cara pemakaian.

Desain kursi pada ‘gambar 2.11’ mengarahkan perilaku pengguna untuk menggantung jas di atas batang berbentuk seperti gantungan baju yang menempel pada sandaran kursi. Jika pengguna sudah melihat keberadaan gantungan baju tersebut, maka pengguna tidak akan menyampirkan baju di sandaran kursi.

Gambar 2.11 Kursi didesain oleh Fukasawa Naoto

Sumber : www.plusminuszero.jp, Akses 04. Oct. 2011

Gambar 2.10 Kotak minuman didesain oleh Fukasawa Naoto

(27)

2.3.3 Peran Affordance dalam Desain Mebel dan Interior

Affordance yang mengandalkan persepsi visual menyatakan bahwa

mengapa memerlukan desain yang menerapkan affordance pada interior dan mebel yaitu supaya menciptakan ruang yang relasinya tepat antara manusia dan lingkungan sehingga memenuhi kebutuhan dan keinganan bagi pengguna (Young-gul, 2001, p.69).

Ruang interior adalah ruang yang pada kenyataannya kehidupan manusia, tetapi ruang interior saja tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia, karena ruang hanya berfungsi sebagai tempat perlindungan. Hal ini diselesaikan dengan menghadirkan mebel yang sejajar dengan elemen pembentuk seperti dinding, lantai, tangga dan ceiling supaya menciptakan ruang yang mendukung pengguna secara optimal.

Dengan melihat serangkaian ‘gambar 2.12’ di bawah, pembaca dapat memahami tentang bagaimana mebel menawarkan perilaku pengguna. Di dalam ruang kelas biasa seperti ‘gambar 2.12-A’ diisi dengan mebel standar untuk mendukung aktivitas belajar. Kemudian dicoba untuk menempatkan kursi dan meja yang biasanya digunakan untuk cafe atau bar tanpa merubah komposisi dan ukuran. Suasana ‘gambar 2.12-B’, ‘gambar 2.12-C’ , dan ‘gambar 2.12-D’ bernuansa seperti cafe atau bar dengan menghadirkan mebel yang umumnya digunakan di tempat tersebut. Perilaku pengguna dalam ruang yang gambar tersebut dapat diperkirakan lebih aktif, bebas dan bisa mengurangi konsentrasi dibandingkan ruang pada ‘gambar 2.12-A’. Dalam ruang ini, pengguna memutuskan perilaku terhadap mebel melewati proses menerjemahkan informasi visual.

(28)

Dengan demikian, desain mebel yang menerapkan affordance dapat menciptakan pencitraan ruang yang aspek karakter ruangnya yang akan menentukan fungsi dan mengarahakan perilaku pengguna.

Gambar 2.12 Perbandingan karakter ruang dengan berbagai mebel dalam ruang yang sama

Sumber : Penulis

2.3.4 Perceived Affordance

Seorang psikolog Norman menerapkan teori affordance yang dikemukakan oleh Gipson pada desain. Gipson mementingkan struktur lingkungan terhadap kemungkinan perilaku dengan bagaimana manusia persepsi terhadap lingkungan. Sebaliknya Norman mementingkan proses desain untuk menciptakan linkungan efisien yang dapat mudah dipersepsi hingga menggali cara menyampaikan kepada pengguna. Dalam perbedaan ini, dapat diketahui bahwa penelitian affordance oleh Norman memiliki hubungan dekat dengan linkungan manusia (Anderson, 2000, p.13).

A B

(29)

Norman mendefinisikan affordance adalah sifat secara fungsional sebagai petunjuk untuk bagaimana menggunakan suatu lingkungan atau benda. Oleh sebab itu, Norman mengatakan bahwa hasil desain yang memerlukan penjelasan atau gambar petunjuk adalah desain yang gagal (1996, p.9). Misalnya, sebuah pintu yang tidak dipasang pegangan dengan pengguna yang tidak mengetahui cara membuka, kemudian pengguna berhasil membuka pintu dengan perilaku diarahkan tanpa memerlukan informasi visual. Jika pengguna gagal membuka pintu dengan mendorong, akan mencoba atau menggeser pintu. Dalam teori Gipson, nilai affordance yang mengarahakan tindakan pengguna, akan tetapi dalam teori Norman, nilai affordance belum ada dalam kasus tersebut, karena pengguna tidak dapat informasi sebelum melakukan, maka memerlukan memasang pegangan supaya pengguna dapat diketahui cara membuka (Yoonhwa, 2005, p.43).

2.3.4.1 Penerapan Perceived Affordance 1) Visibility

Visibility adalah petunjuk untuk akan melakukan dan akibatnya dari

tindakan tersebut ditampilkan secara visual. 2) Mapping

Mapping dalam desain adalah hubungan antara pengontrolan dalam desain,

tindakan telah dilakukan, dan akbitnya dari tindakan tersebut. Jika efek dari desain yang telah digunakan mirip dengan harapan pengguna, dapat dibilang berpadan dengan baik.

(30)

Feedback adalah petunjuk untuk melihatkan salah atau benar terhadap

akibat dari tindakan pengguna. Jika pengguna tidak mendapatkan efek apapun setelah bertindak, pengguna akan bertindak secara rutin walaupun tindakan itu salah. Feedback perlu ditampilkan secara visual atau akustik. 4) Constraint

Constraint diterapkan pada desain untuk membatasi cara pemakaian

supaya tidak mengakibatkan cara pemakaian yang tidak diinginkan. 5) Forcing Function

Forcing Function berhubung dengan urutan tindakan, jika tindakan yang

sebelumnya tidak dilaksanakan, belum dapat melaksanakan tindakan berikutnya.

2.4 Pencitraan Ruang

2.4.1 Pengertian Pencitraan Ruang

Ruang merupakan volume dan massa dengan bentuk tiga dimensi untuk melindungi manusia dari hal-hal yang berbahaya dalam lingkungan dan mendukung beragam aktivitas dalam kehidupan manusia (Inuk, 2001, p.19).

Pencitraan adalah suatu proses kesadaran yang bergerak. Kesadaran tersebut merupakan dua fenomena, yaitu ingatan dan perkembangan terhadap gambar-gambar dari hasil ingatan. Pencitraan dalam ruang mulai dari informasi visual dari elemen-elemen bersifat fisikal di dalam ruang, kemudian dikembangkan sebagai kesan. Misalnya, pencitraan taman muncul dari lanskap serta pohon, lampu jalan, dan bench. Pencitraan taman tersebut memberi perasaan santai atau kenyaman bagi manusia. Manusia merasakan pencitraan ruang

(31)

melewati proses ingatan dengan berbagai pengalaman sebelumnya (Japan Architecture Istitute, 2002:recited Jungrim, 2008).

Pencitraan dalam perancangan interior dikategorikan dua jenis, yaitu pencitraan yang telah dimiliki oleh manusia terhadap ruang dan pencitraan yang ingin direalisasikan dalam ruang. Pencitraan yang telah dimiliki dijadikan sebagai pangkalan untuk menciptakan suasana baru dengan pencitraan yang ingin direalisaikan. Biasanya, pencitraan ruang dihasilkan dari desain pada elemen pembentuk ruang. (Youngjun, 1997:recited Jungrim, 2008).

Untuk pembentuk pencitraan ruang, memerlukan pemahaman tentang proses persepsi di ruang manusia berada karena pengalaman manusia berdasarkan persepsi yang didapatkan dari lingkungan. Persepsi tersebut didapatkan dengan melakukan kegiatan melihat, mendengar, mencium dan meraba.

2.4.2 Pencitraan Ruang dengan Mebel

Menurut Jungmin (2011, 6), ruang interior yang terpenuhi nilai praktis secara fungsional dan keindahan, memberi kenyamanan dan mendapatkan kehidupan efisien bagi manusia. Biasanya pencitraan ruang dapat diciptakan dengan unsur-unsur pembentuk ruang dan mebel. Masa sekarang peran mebel menjadi besar dalam membentukkan pencitraan ruang secara visual dan arif sehingga mebel digunakan sebagai tanda yang menunjukkan karakter ruang.

Dalam hal tersebut, mebel digunakan untuk menghasilkan ruang interior yang memenuhi kebutuhan manusia dan membentukkan pencitraan ruang. Oleh sebab itu, ruang interior perlu dirancang dengan desain mebel yang integrasi hingga menampilkan pencitraan ruang secara simbolis.

(32)

Mebel yang diciptakan oleh produsen dan desainer mebel, baik mebel antik, mebel klasik maupun mebel modern, didesain atas beberapa pertimbangan dan aspek, yaitu :

- Fungsi mebel itu sendiri, sesuai dengan ruang akan ditempatinya. - Tujuan penempatan mebel tersebut pada ruang, apakah sekedar

disesuaikan dengan fungsinya, ataukah ada maksud lain seperti penampilan, status dan sebagainya.

Atas dasar hal tersebut, ditentukan ukuran, bentuk/model, material yang akan digunakan, konstruksinya, serta finishingnya (termasuk masalah warna dan permukaanya).

Setiap perencanaan/penempatan mebel pada sebuah ruang, hendaknya memperhatikan desain mebelnya. Salah dalam pemilihan desain, akan berakibat menyimpangnya suasana ruang dengan fungsi dan tujuan yang diharapkan. Dalam memilih mebel dan penempatnnya, ada tujuan yang diharapkan yaitu:

- Sebagai penunjang/perlengkapan ruang. Mebel-mebel yang digunakan dengan maksud ini, hendaknya mempunyai desain yang dapat menunjang fungsi ruang (Ranti, 1990, p.9).

2.5 Pengertian Elemen Pembentuk

Ruang terbentuk dari beberapa elemen-elemen pembentuk yaitu, dinding, lantai, ceiling, tangga dan lain-lain.

2.5.1 Dinding

Dinding menentukan bentuk dan luasnya ruang, mengarahkan sirkulasi, dan mendapatkan privasi bagi pengguna di dalam ruang. Dinding

(33)

mempertahankan penerobosan dari luar, menutupi area dengan membatasi area yang horizontal elemen yang berbentuk vertikal sehingga mendapatkan batasan antara lain, 1) eksterior dan eksterior 2) eksterior dan interior 3) interior dan interior 4) interior dan individu 5) individu dan individu.

2.5.1.1 Fungsi secara Psikologis

Ruang didapatkan melewati membatasi arah horizontal dengan menggunakan elemen yang berbentuk vertikal yaitu dinding.

A. Batas secara simbolis

Dinding dengan ketinggian 60cm yang menembuskan pandangan berfungsi hanya sebagai batasan area.

B. Pembukaan secara visual

Dinding dengan ketinggian 120cm mendapatkan kelanjutan secara visual sambil membatasi area.

C. Penghambatan secara visual

Dinding dengan ketinggian lebih 180cm menentukan karakter ruang dan mendapatkan privasi bagi pengguna (Namsuk, 2010, p.50).

2.5.2 Lantai

Lantai sebagai elemen pembentuk ruang mendapatkan aktivitas manusia di dalam ruang secara horizontal. Lantai menjadi permukaan dasar untuk meletakkan alat-alat seperti mebel yang mendukung aktivitas manusia. Dengan mengatur ketinggian, bahan, warna dan pola lantai, dapat membagi area sesuai dengan

(34)

fungsi atau kebutuhan misalnya, antara ruang keluarga dan kamar mandi, pintu masuk dan foyer.

2.5.3 Tangga

Tangga digunakan untuk membantu aktivitas manusia yang meliputi dengan sirkulasi yang vertikal. Tangga berfungsi sebagai elemen yang menyambungkan antar ruang yang vertikal dan membagi ruang secara vertikal dan horizontal.

2.6 Pemahaman Golf 2.6.1 Definisi Golf

Golf adalah semacam olahraga yang menggunakan bermacam stik dan bola di lapangan rumput. Kata golf dinamakan dengan huruf awalnya kata bahasa inggris, yaitu grass (bermain di atas rumput), oxygen (bernafas dengan udara baik), light (bermain dengan pencahayaan matahari), foot (berjalan dengan kaki). Golf adalah permainan luar ruang yang dimainkan secara perorangan atau tim yang berlomba memasukkan bola ke dalam lubang-lubang yang ada di lapangan dengan jumlah pukulan tersedikit mungkin.

Lapangan golf memiliki 18 hole, biasanya memghabiskan waktu empat jam untuk sekali jalan bermain dengan empat orang pemain dalam satu tim. Kebanyakan lapangan golf berlokasi di luar kota karena membutuh lahan sangat luas, suasana yang jauh dari polusi udara, kebinsingan ,dan serta hal-hal yang menganggu aktivitas di lapangan golf.(Gwigon, 1992, p.16-18)

(35)

Biaya golf untuk sekali bermain di Indonesia pada umunya, 300.000 rupiah hingga 1.500.000 rupiah. Biasanya, pemain golf termasuk golongan masyarakat yang menengah ke atas.

Gambar 2.13 Gambar Pemahaman GOLF

Sumber : Penulis

2.6.2 Definisi Clubhouse

Club merupakan asosiasi antar orang yang memiliki hobi, minat, dan

tujuan yang lazim dan tempat sebagai basis operasi yang mendukung kegiatan mereka adalah clubhouse.

Golf clubhouse merupakan tempat yang terletak dalam lapangan golf

untuk mendukung aktivitas pengunjung dan manajemen lapangan golf. Golf

clubhouse terbagi beberapa area, yaitu area tamu, area lobby, area manajemen game, area F&B, area M/E, dan area kantor. (Minsik, 1988, p. 7)

2.6.3 Karakter Golf Clubhouse

Golf clubhouse merupakan tempat mendukung aktivitas pemain golf.

Karakter golf clubhouse yang akan mempengaruhi dalam proses mendesain mebel dalam perancangan desain interior, yang meliputi :

1) First impression

(36)

pemain golf karena digunakan pada awal aktivitas tamu, mulai dari ruang

lobby dan resepsionis.

2) Tempat untuk berinteraksi

Golf merupakan olahraga yang dimainkan oleh perorangan atau kelompok. Pada umumnya, pemain golf berinteraksi satu sama lain selama bermain golf di lapangan dan makan, minum, dan istirahat di clubhouse.

3) Selaras dengan alam

Golf clubhouse berada di dalam lapangan golf yang penuh dengan nuansa

alam, yaitu matahari, angin, pohon dan lain-lain. Hal ini mengarahkan suasana golf clubhouse sebagai tempat yang selaras dengan lapangan golf. 2.6.3.1 Area Lobby

Area lobby terdiri dari lobby, resepsionis, lounge dan start lobby. 1) Lobby

Lobby adalah tempat pertama dan akhir golf clubhouse bagi pengunjung

karena lobby berada di pintu masuk dan keluar. Dalam golf clubhouse,

lobby berfungsi sangat penting sebagai yang memberi pencitraan dan

tingkat kualitas lapangan golf. 2) Resepsionis

Resepsionis perlu diletakkan pada posisi yang mudah dilihat oleh pengunjung dan mempertimbangkan sirkulasi antar lobby, locker room, restoran, dan banquet room supaya dipergunakan untuk mengarahkan pengunjung.

3) Lounge

(37)

sesudah bermain golf. Pada umumnya, diletakkan pada tempat yang dekat dari start lobby dan tidak dihalangi dengan sirkulasi yang padat dari pengunjung.

2.6.3.2 Area F&B (Food and Beverage)

Area F&B merupakan restoran, banquet room dan dapur. 1) Restoran

Restoran diletakkan pada lantai tinggi supaya dapat pemandangan golf

course yang indah. Luas restoran ditentukan berdasarkan kapasitas

maksimum supaya menyediakan suasana nyaman dengan jarak antar meja makan yang sesuai dan sirkulasi tamu dan staff yang efisien.

2) Banquet Room

Banquet room perlu menerapkan dinding semacam partisi yang mudah

(38)

Gambar

Gambar 2.1. Built-in home office
Gambar 2.3. Air sofa
Diagram 2.1 Fundamental pemikiran desain mebel Sumber : Marizar, 2003, p.7
Gambar 2.5. Data antropometri untuk wanita
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa campur kode pada judul berita dalam surat kabar harian Kompas edisi 22 Februari-22 Maret 2013 berjumlah 38 data, terdiri atas campur

Dalam hal ini, automaintain tersebut dibatasi maksimal Rp.750.000 per bulan untuk setiap 1 (satu) unit bisnis yang dimiliki oleh masing-masing member. Member yang telah

Dari hasil pengamatani CV.Victoria Florist saat ini yaitu konsumen atau pelanggan harus terlebih dahulu mendatangi tempat penjualan papan bunga dan menjumpai salah

LPTK PENYELENGGARA : IAIN SUNAN AMPEL

International Best Practice Guidelines : Wound Management in Diabetic Foot Ulcers.. London:

Prasidha Aneka Niaga, Tbk pada tahun 2015 menunjukan kriteria sangat baik karena hasil 6,86% berada pada standar > 5,89% pada standar industri profitabilitas

38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan

Untuk mengetahui karakteristik dari material beton kedap suara dengan pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit, semen PC, dan pasir sebagai bahan baku utamanya... 1.3