PENGARUH MOTIVASI PENGGUNAAN
cadaセ@
TERHADAP AKHLAKUL KARIMAH
Oleh:
AGUS FITRAHUZAMAN
NIM: 1981914500
FAKULTAS PSIKOLOGI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Pembimbing I
Oleh:
AGUS F1TRAHUZAMAN NIM: 1981914500
Dibawah bimbingan:
Pembimbing II
]
Choliluddin AS, M.A ᄋMセ@ NIP.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 September 2004. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I (S1) pada Fakultas Psikologi.
Oekan/
rangkap anggota
Msi. NIP: 150\_ 5938
Pembimb ng I
Jakarta, 09 September 2004
Sidang Munaqosyah
Anggota
Pembantu Oekan I/
Ora. Agustiyawati, M.Phil, Sne Pembimbing II
MMMセᄋMMᄋMᄋMM
サセ@ セセセ@
j \
Mセ@
1rimah. (2004). Skripsi, Jakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri ·arif Hidayatullah, Oktober 2004.
)del cara berpakaian dan menutup aurat dengan menggunakan cadar seperti ng diaktualisasikan santri Pondok Pesantren Fathiyyah ldrisiyyah Tasikmalaya irupakan bentuk dari motivasi atau perasaan yang mempengaruhi keinginan ireka untuk menjaga kehormatan diri dari segala fitnah dan gangguan dari luar n sebagai proses untuk menghindari dari perbuatan yang tidak dikehendaki. tinya semakin besar tingkat motivasinya dalam menggunakan cadar sebagai mifestasi dari pelaksanaan ajaran Islam, maka derajat kemuliaan akhlak akan ·capai. Sebaliknya apabila penggunaan cadar tersebut dilaksanakan hanya bagai bentuk penyesuaian dengan disiplin di lingkungan pesantren maka akan ilemahkan tingkat akhlak mereka, sehingga keseimbangan hidup yaitu untuk mcapai derajat kemuliaan akhlak akan mengalami hambatan.
nelitian ini ingin menjawab pertanyaan: Apakah terdapat pengaruh yang
1nifikan antara motivasi penggunaan cadar terhadap akhlakul karimah ?.
nelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif relasional . Variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah motivasi
nggunaan cadar sebagai independen variabel (variabel bebas) dan akhlakul rimah sebagai dependen variabel (variabel terikat).
mpel yang diambil adalah random sampling atau dengan memberi kesernpatan
ng sama dari populasi untuk dijadikan subjek penelitian. Karakteristik sampel alah santriwati Pondok Pesantren Fathiyyah ldrisiyyah Tasikmalaya Jawa Barat. ngumpulan data disusun dengan menggunakan skala motivasi penggunaan :!ar yang terdiri atas 40 item pernyataan dengan reliabilitas alpha sebesar = 0,99 da harga kritik rho spearman 0,05 skala akhlakul karimah dengan reliabititas 1ha sebesar 0,44 pada harga kritik rho spearman 0,01.
telah diolah dengan menggunakan program windows excel 2000, maka dapat impulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi penggunaan :!ar terhadap akhlakul karimah dengan koefisien korelasi sebesar 0,97 signifikan ::la taraf 0,05 dan 0,01. Artinya semakin tinggi motivasinya dalam menggunakan :!ar maka semakin tinggi pula nilai untuk mencapai akhlakul karimah.
lam penelitian selanjutnya, disarankan bagi peneliti lainnya supaya dapat nutupi segala kekurangan dan kelemahan dari proses penelitian yang telah
セォウ。ョ。ォ。ョL@ juga dalam penelitiannya agar dapat menggunakan proses
1dekatan kualitatif, untuk dapat memperoleh data yang lebih mendalam.
Dengan kasih dan sayang-Nya, serta karunia dan petunjuk-Nya telah mampu
menguatkan mental fisik dan psikis kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat dan salamnya senantiasa
dilimpahkan kepada junjungan umat Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, para sahabat serta para pengikutnya.
Skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan penuh rintangan dan cobaan
yang dihadapi, terutama cobaan mental yang terasa begitu berat. Dengan
penuh kesabaran dan ketabahan hati, penulis dapat mengatasi segala
persoalan dengan baik yang pada akhirnya perasaan haru dan bahagia yang
mendalam dapat penulis rasakan mengiringi rasa syukur atas karunia serta
petunjuk-Nya.
Tujuan dari penulisan pada skripsi ini adalah untuk mengetahui pengaruh
motivasi penggunaan cadar terhadap akhlakul karimah. Sedangkan manfaat
penelitian dari penulisan skripsi yang dapat dirumuskan adalah sebagai
bahan masukan bagi pimpinan Pondok Pesantren Fathiyyah ldrisiyyah pada
umumnya dan para santriwati pada khususnya bahwa motivasi dalam
menggunakan cadar akan berpengaruh terhadap akhlakul karimah.
Bersama ini pula perkenankan penulis untuk memberikan ucapan terima
kasih kepada:
langsung kepada penulis selama berkiprah untuk menuntut ilmu di
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Pembimbing akademik Ora. Hj. Netty Hartati M. Psi, yang telah
membantu dalam hal yang bersifat akademis dengan memberikan
arahan dan nasihat yang baik kepada penulis dalam menyelesaikan
kuliah.
3. Bapak Ors. Choliluddin AS, M.A selaku pebimbing I yang telah
memberikan nasihat-nasihat kepada penulis selama proses penulisan
skripsi ini, dan lbu Ora. Agustiyawati, M.Phil. Sne selaku pembimbing II
yang dengan penuh kesabaran memberikan motivasi dan dukungan
moril, serta selalu memberikan solusi yang tepat terhadap
permasalahan-permasalahan yang dihadapi penulis.
4. Seluruh dosen yang telah memberikan sebagian ilmu pengetahuannya
kepada penulis. Semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang
setimpal. Amin.
5. Ayahanda dan lbunda tercinta, Bapak Badar Badruddin (aim) dan lbu
Elis Cucu Halimah Sa'diyah yang dengan ketulusan hati telah
memberikan dukungan moril dan materil. Nasihat, petuah, iringan
7. Petugas perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, perpustakaan Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, perpustakaan Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, perpustakaan um um Islam Iman Jama',
perpustakaan nasional Republik Indonesia, toko-toko buku Gramedia,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan
sedikit ilmu pengetahuannya dari berbagai buku yang tersedia.
8. Pimpinan Pondok Pesantren Fathiyyah ldrisiyyah, para ustadz dan
ustadzahnya yang telah membantu kelancaran perizinan penelitian
dalam penyebaran angket dan berbagai informasi penting lainnya. Dan
kepada para santriwatinya yang dengan sukarela bersedia menjadi
bagian dari responden penelitian.
9. Rekan-rekanku di Fakultas Psikologi angkatan '98, Apit, Anang, Jay,
Ozzy, dan terutama Yoyo yang telah bersedia meluangkan waktu serta
memberikan bimbingan singkat statistik dengan penuh kesabaran.
10. Sahabat-sahabatku yang tergabung dalam komunitas "Muslim
Kampungan", Memet "D'Miswok", Wacky, Jajang dan Pupunk yang telah
memberikan arahan tentang makna hidup yang harus dijalani. Pesan
penulis "Omat hidep teh sing sabar, u/ah dugi ka pondok harepan". Juga
Sukandi AK dengan setumpuk bukunya, Suheri Azwar dan isteri
you can".
11. Sahabat penawar kegelisaha lka Widyaningrum yang telah memberikan
dukungan dan dedikasinya selama ini, juga alas segala arahan dan
motivasi untuk selalu bersikap sabar dan tabah dalam menghadapi
rintangan hidup yang begitu berat, cause you've lift up the spirit of my
live.
12. Seluruh rekan-rekan penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga dapat menjalani hidup dengan penuh kesabaran dan God bless
you.
Demikian uraian singkat pengantar penulisan skripsi, ucapan rasa syukur dan
terima kasih penulis kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran
penulisan skripsi. Tidak ada yang dapat penulis berikan selain do'a, semoga
segala kebaikan dan dukungannya mendapatkan ganjaran yang berlipat
ganda. Amin.
Jakarta, Oktober 2004
PENULIS
LEMBAR PENGESAHAN... ... ... ... ... ... .. . ... ... ... -... _ .. . ... ii
ABSTRAK... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. iii
KATAPENGANTAR ... iv
DAFTAR ISi. .. __ ... viii
DAFTAR TABEL. ... _ ... --- ... x
BAB 1 1.1 1.2. PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang Masalah ... _ ... _ ... _ 1 ldentifikasi Masalah ... 5
1.2.1. Pembatasan Masalah . _ ... _ ... _ ... 5
1.2.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian ... --· ... 6
1.4. Sistematika Penulisan ... 6
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... ___ ... _ ... _ ... ___ ... __ 7 2.1 . Deskripsi Teoritik ... _ ... _ ... _ ... ___ ... _ .. 7
2.1.1 MOTIVASI. ... 7
Pengertian Motivasi. ... _ .. __ ... 7
Fungsi Motivasi ... 11
Elemen-Elemen Motivasi. ... 13
Motivasi Dalam Pandangan Islam ... 15
2.1.2. CADAR. ... 19
Pengertian Cadar ... 19
Dasar Penggunaan Cadar ... 20
Alasan Penggunaan Cadar. ... 27
2.1.3. AKHLAKUL KARIMAH ... 29
Pengertian ... 29
Aspek-AspekYang Mempengaruhi Bentuk Akhlak ... 32
Bentuk Akhlakul Kari mah ... 34
2.2. Kerangka Berpikir ... 42
2.3. Hipotesis Penelitian ... .44
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 45
3.1. Desain Penelitian ... : ... 45
3.2. Pengumpulan Data ... 46
3.2.1. Metode Dan lnstrumen ... 46
3.3. Pilot Study ... 52
3.3.1. Validitas Tes ... 52
3.3.2. Reliabilitas Tes ... 52
3.4. Main Study ... 53
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 54
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 54
4.2. Presentasi Data ... 57
4.2.1. Uji instrumen penelitian ... 57
4.2.2. Uji persyaratan ... 58
4.2.3. Uji hipotesis ... 59
4.2.4. Uji kebermaknaan ... 60
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 61
5.1. Kesimpulan... .. . . .. . .. . .. . .. . . .. . .. . . .. . . .. . .. . .. . ... .. . . .. . .. 61
5.2. Diskusi.... .. . . .. . . .. . . .. 62
5.3. Saran ... 63
DAFT AR PUST AKA
Tabel 1
Tabel2
Tabel 3
Tabel4
Tabel 5
Tabel6
Tabel 7
Tabel8
Tabel9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Sebaran ska la motivasi penggunaan cadar. ... 47
Sebaran skala akhlakul karimah ... 48
Gambaran umum populasi berdasarkan tingkatan kelas ... 54
Penyebaran populasi berdasarkan tingkatan usia ... 55
Sampel Penelitian... .. . . 56
Gambaran responden berdasarkan skor skala motivasi penggunaan cadar ... 56
Gambaran responden berdasarkan skor akhlakul karimah ... 57
Arti koefisien korelasi... . . 60
Skor mentah pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian (angket motivasi penggunaan cadar) ... 75
Hasil uji validitas skala motivasi penggunaan cadar ... 77
Hasil uji reliabilitas skala motivasi penggunaan cadar ... 78
Skor mentah pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian (angket ahlakul karimah) ... 79
Has
ii
uji validitas skala akhlakul karimah ... 81Hasil uji reliabilitas skala akhlakul karimah ... , ... 82
Uji normalitas ... 83
Uji homogenitas ... 85
Uji hipotesa ... 87
Uji regresi sederhana ... ., ... 89
Uji linier ... 90
[image:11.595.56.477.119.593.2]1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi berarti sebab-sebab yang
menjadi dorongan bagi tindakan seseorang. Artinya bahwa motivasi
merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
perbuatan. Dengan kata lain motivasi merupakan dorongan yang
menyebabkan seseorang melakukan suatu tingkah laku. Dorongan ini dapat
muncul dari tujuan dan kebutuhan.
Munculnya dorongan untuk berperilaku disebabkan banyak hal. Ngalim
Purwanto (1990) dalam bukunya Psikologi Pendidikan menyatakan bahwa
berdasarkan sifatnya yang intrinsik, motivasi muncul sebagai akibat adanya
tiga hal pokok yaitu kebutuhan, pengetahuan, dan aspirasi cita-cita.
Sementara motivasi yang bersifat ekstrinsik muncul sebagai akibat adanya
tiga hal pokok pula yaitu ganjaran (rewards), hukuman (punishment), dan
persaingan (competition). lni semua memberikan dorongan dalam jiwa
seseorang untuk melakukan suatu peerbuatan. Sejalan dengan itu motivasi
berguna bagi manusia sebagai proses untuk menggerakkan tingkah laku,
mengarahkan tingkah laku, serta menjaga dan menopang tingkah laku
tersebut. Selain itu motivasi juga memiliki peranan dan fungsi sebagai
penolong manusia dalam menentukan arah perbuatan dan sebagai proses
seleksi dari perbuatannya tersebut. (Purwanto, 1990: 72).
Dorongan untuk berperilaku dalam diri manusia memiliki nilai (valensi) positif
dan negatif. Artinya rangsang (stimulus) yang akan mengarahkan kepada
tercapainya perilaku positif akan didekati dan rangsang (stimulus) yang akan
mengarahkan kepada hal yang negatif akan dihindari. Maka rangsangan
yang internal dan eksternal yang banyak menghasilkan perubahan pada
manusia akan diciptakan untuk mencapai dan memulihkan keseimbangan.
Setiap perbuatan yang dilakukan manusia baik yang disadarai (rasional)
maupun yang tidak disadari (mekanikal/naluri) pada dasarnya merupakan
sebuah wujud untuk menjaga sebuah keseimbangan hidup. Jika
keseimbangan terganggu maka akan timbul suatu dorongan untuk melakukan
ativitas sebagai jalan mengembalikan keseimbangan hidup.
Dalam hal ini manusia sebagai aktor utama yang akan menentukan tujuan
hidupnya masing-masing memerlukan landasan yang kuat. Artinya untuk
mencapai keseimbangan hidup manusia harus dapat menampilkan perilaku
yang sesuai dengan harapan. Segala bentuk media yang akan
memunculkan perilaku positif harus dapat diwujudkan dan segal bentuk
media yang dapat menciptakan perilaku negatif harus dapat dihindari.
Dalam konsep Islam, perilaku yang ditampilkan disebut dengan akhlak.
Adapun pemunculan perilaku yang baik disebut dengan akhlakul karimah,
dan perilaku negatif disebut dengan akhlakul madzmumah.
Dan sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan dalam hidup adalah
dengan menampilkan perilaku dan sifat yang baik. Salah satu media untuk
mewujudkan perubahan tingkah laku seseorang agar memperoleh akhlak
yang baik adalah dengan proses pendidikan di sebuah lembaga pendidikan
adalah pendidikan yang berlandaskan pada ajaran agama. Pendidikan
agama yang dimaksudkan adalah untuk mendidik jiwa dan akhlak,
menanamkan akhlak yang baik, membiasakan orang dengan kesopanan
yang tinggi, membiasakan untuk suatu kehidupan yang suci sehingga
terbentuk budi pekerti yang luhur.
Menurut Labib MZ (1997) diantara cara untuk mengetahui akhlak seseorang
dapat dilihat dari cara berpakaian, sebab gejala suatu pakaian dapat
menunjukkan baik dan buruknya akhlak seseorang. (Labib MZ, 1997: 111 ).
Islam memberikan aturan yang jelas mengenai tata cara berpakaian baik
untuk laki-laki maupun perempuan. Salah satu aturan bagi seorang
muslimah tertera dalam firman Allah Q.S. Al-Ahzab ayat 59, sbb;
•• セN@ " 1 ;.., · · • · :..:, · · • · .. , ' 1
w ·
セ@ u_:., ·a:.
r · · '' ·
1'< • • 1 1 1 i-. セN@ ·1 L
L.).,o u o5 - 0-:H - セ@ >-"-' セN@ . .J . . .J - .J .) •• u-= セ@ セ@
-L:...:J..:.. • -- .) .)
r . ' ·.
_,_,_,,_ .& I . . LS . · .•. u セ@ •. , ) l j ·. . . . , •. I ' ::i I セ@r
セ@"·
.
セ@.J (.)-;! >::! ()-! Y"-:1 u t.s' . セM .
(o'I:
ylY.,.'J I)Artinya:
"Hai Nabi katakan/ah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin; "Hendak/ah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".(Al-Ahzab;59).
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa tata cara berpakaian bagi seorang
wanita muslim adalah dengan mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuhnya.
Sebab batasan aurat bagi perempuan lebih luas daripada batasan utuk
laki-laki. Tetapi yang sangat dibutuhkan dalam hal ini adalah batas-batas aurat
yang harus ditutupnya, sedangkan corak dan cara menutupnya dapat
profesi masing-masing. Dan penentuan batas-batas tersebut harus dilakukan
oleh pakar keagamaan yang berwenang dengan hal ini.
Abu Zakki Achmad (1993) menyatakan bahwa batasan aural bagi seorang
muslimah adalah seluruh tubuhnya termasuk muka dan kedua telapak
tangannya. Artinya seluruh tubuh wanita adalah aurat, maka ia harus
menggunakan cadar.
Cadar sebagai sarana menutup aurat diaktualisasikan santriwati di Pondok
Pesantren Fathiyyah ldrisiyyah yang berlokasi di Kp. Pagendingan Desa.
Jatihurip Kee. Cisayong Kab. Tasikmalaya Jawa Barat. Pondok pesantren
ini merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki lembaga
pendidikan TKA-TPA, pendidikan menengah pertama (MTs), pendidikan
menengah atas (MA), lembaga kursus, dan koppontren.
Keyakinan santriwati Pondok Pesantren Fathiyyah ldrisiyyah untuk
mengenakan cadar dalam kesehariannya tersebut harus dapat
diaktualisasikan sebagai bentuk ajaran Islam secara menyeluruh dan
sempurna, sehingga manifestasi untuk membentuk akhlak yang baik
(akh/akul karimah) dapat direalisasikan.
Namun pada kenyataannya terdapat pertentangan antar motivasi yang
ditampilkan mereka dalam menggunakan cadar sebagai perwujudan untuk
mencapai akhlakul karimah tersebut. Terdapat keraguan untuk menentukan
arah yang akan dituju. Hal ini terjadi dikarenakan dorongan untuk berpeilaku
dengan memakai cadar tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh
aturan-aturan yang diterapkan di lingkungan pesantren bukan merupakan
Maka dari fenomena tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
pada skripsi ini dengan berpijak pada judul;
PENGARUH MOTIVASI PENGGUNAAN CADAR TERHADAP AKHLAKUL
KARI MAH.
1.2. ldentifikasi Masalah
1.2.1. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi meluasnya permasalahan, maka dalam penulisan skrispi ini
penulis akan membatasi masalah pada;
a). Pemakaian cadar pada skripsi ini terbatas pada pemakaian cadar yang
digunakan santri Pondok Pesantren Fathiyyah ldrisiyyah Pagendingan
Tasikmalaya.
b). Pembahasan motivasi dibatasi pada motivasi instrinsik, motivasi
ekstrinsik, dan motivasi insentif.
c). Akhlal<ul karimah yang akan dibahas adalah merupakan akhlak mulia
sebagai refleksi dari penggunaan cadar, yaitu menutup aurat
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut, yaitu; Apakah motivasi penggunaan cadar
berpengaruh terhadap akhlakul karimah pada diri santriwati Pondok
1.3.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
a). Tujuan penelitian yang dapat dirumuskan yaitu untuk mengetahui
pengaruh motivasi penggunaan cadar terhadap akhlakul karimah.
b). Manfaat penelitian yang diperoleh yaitu:
i) Menjadi bahan masukkan bagi Pimpinan Pondok Pesantren
Fathiyyah ldrisiyyah untuk dapat mencermati bahwa terdapat gejala
pengaruh motivasi penggunaan cadar terhadap akhlakul karimah
pada diri santriwati.
ii) Menjadi bahan masukkan bagi santriwati Pondok Pesantren
Fathiyyah ldrisiyyah untuk dapat mencermati dan memahami bahwa
terdapat gejala pengaruh motivasi penggunaan cadar terhadap
akhlakul karimah.
1.4. Sistematika Penulisan
BAB 1
BAB2
Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah
secara umum, idenlifikasi masalah meliputi pembatasan dan
perumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
Kajian Pustaka, menguraikan konsep dasar tentang motivasi
penggunaan cadar dan akhlakul karimah yang diperoleh dari
studi kepustakaan, yaitu; motivasi dengan fokus pembahasan
pada pengertian molivasi, fungsi motivasi, elemen-elemen
motivasi, dan motivasi dalam pandangan Islam. Cadar (hijab)
dengan fokus pembahasan pada pengertian aural, batas aural
perempuan, balas aurat laki-laki, pengertian cadar, dasar
penggunaan cadar, alasan penggunaan cadar. Akhlakul karimah
BAB 3
BAB 4
BAB 5
yang mempengaruhi akhlak manusia, bentuk akhlakul karimah,
kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
Metodologi penelitian, menguraikan desain penelitian,
pengumpulan data (metode dan instrumen, populasi dan sampel,
dan prosedur pengumpulan data), pilot study (validitas tes dan
reliabilitas tes), main study (langkah-langkah dalam penelitian).
Hasil penelitian, menguraikan tentang gambaran subjek
penelitian, dan presentasi data yang mencakup uji instrumen
penelitian, uji persyaratan, uji kebermaknaan dengan uji
hipotesis.
Penutup, penguraian mengenai kesimpulan, diskusi, dan saran.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada metode penulisan APA
Pada bab 2 ini diuraikan beberapa teori mengenai motivasi, aurat dan cadar,
dan akhlakul karimah.
Sub bab berikutnya menguraikan kerangka berpikir dalam pelaksanaan
penelitian dan hipotesa penelitian. Hipotesa penelitian ini dibentuk sebagai
kerangka dari pengaruh motivasi penggunaan cadar terhaoap akhlakul
karimah.
2.1. DESKRIPSI TEORITIK
2.1.1. MOTIVASI
Pengertian Motivasi
Sebelum memasuki pembahasan mengenai "teori motivasi" diperkenalkan
terlebih dahulu berbagai pengertian yang dikemukakan para ahli, mengingat
banyak psikolog yang menggunakan titik tolak daripada istilah motivasi yang
berbeda sehingga mempengaruhi pengertian motivasi itu sendiri. Untuk
sampai pada pengertian motivasi sebagian dari mereka memulai dengan apa
yang dimaksud dengan "needs atau wants". Sri Mulyani Martaniah seperti
dikutip Sahlan Asnawi memaparkan pengertian tersebut sebagaimana
termuat dalam desertasinya untuk memperoleh gelar doktor di Universitas
Gajah Mada Yogyakarta sebagai berikut;
Needs atau Wants adalah suatu disposisi potensial dalam diri individu yang
harus direspon atau ditanggapi dan dipenuhi sesuai dengan sifat, intensitas
dan jenisnya. Apabila needs belum direspon maka ia selalu potensial untuk
muncul sampai dengan terpenuhinya maksud dari needs tersebut. Seperti
contoh pada kebutuhan untuk makan karena lapar. Maka sepanjang lapar
yang membutuhkan makan tersebut belum direspon dengan memberi
makanan, maka needs tetap menjadi potensial. (Asnawi, 2002: 13).
Dalam pandangan Henry E. Garret seperti dikutip Abdul Rahman Saleh
(2004) dinyatakan bahwa:
"Motive is a need, aspiration, ambision, or purpose. Motive iniate behaviour. Motivation is a term which refered "set" or drive within the organism wich imple to action"
Maka motif adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang mendorong
orang tersebut bersikap dan bertindak untuk mencapai tujuan tertentu. Pada
tahap awal motif merupakan proses dari motivasi, sehingga motif baru
merupakan suatu kondisi intern atau disposisi (kesiap siagaan) saja. Sebab
motif tidak selamanya aktif. Motif aktif pada saat tertentu yaitu apabila
kebutuhan untuk mencapai tujuan dirasakan sangan mendesak. (Saleh dan
Wahab, 2004: 131).
Dari penjelasan tersebut maka dapat diambil suatu pengertian tentang
motivasi, bahkan Murry, Maslow dan Mc. Clelland menyebutkan bahwa
"needs" dianggap sebagai "motive". Maslow sering menggunakannya
potensi intrinsik dalam diri manusia tersebut tetap dianggap sebagai ha! yang
berbeda, maka para ahli memberikan pengertian yang berbeda. (Asnawi,
2002: 17).
Heckhansen juga memandang bahwa motive sama dengan motivasi yaitu
sesuatu yang potensial dalam diri manusia yang merupakan keadaan normal
tetapi sangat menentukan bagaimana situasi menjadi memuaskan. (Asnawi,
2002).
Sementara itu Sarlito Wirawan Sarwono (1984) menyatakan bahwa;
"Motif berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku. Sedangkan motivasi merupakan istilah umum yang menunjuk pada se/uruh proses gerakan termasuk di dalamnya situasi yang mendorong timbulnya tindakan atau tingkah laku individu. Pengertian tersebut menggambarkan bahwa motif tidak sebatas pada pelaksanaan perilaku tetapi juga berkenaan dengan keadaan organisme yang menerangkan mengapa tingkah laku terarah kepada tujuan
tertentu. Jadi motif merupakan /afar belakang atau alasan mengapa seseorang melakukan suatu kegiatan tertentu". (Sarwono, 1984: 57).
Motivasi dalam kamus James P. Chaplin (1999) adalah:
"Variabel penye/ang yang digunakan untuk menimbulkan taktor-faktor tertentu di dalam organisme yang membangkitkan, menge/ola,
mempertahankan dan menya/urkan tingkah laku menuju satu sasaran". (Chaplin, 1999: 10).
Sedangkan James
0.
Whittaker memberi pengertian secara umum mengenaipenggunaan istilah "motivation" dalam bidang psikologi. la mengatakan
bahwa motivasi adalah kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau
memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan.
Motivasi ini berlaku umum pada manusia maupun hewan. (Soemanto, 1998;
Fungsi Motivasi
Dalam pandangan Nana Syaodih Sukmadinata (2003), bahwa motivasi
memiliki 2 (dua) fungsi, yaitu;
1. Fungsi Mengarahkan !Directional Function)
Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan atau
menjauhkan individu dari sasaran atau tujuan yang akan dicapai. Apabila
sasaran atau tujuan tersebut merupakan sesuatu yang diinginkan individu,
maka motivasi berperan mendekatkan (approach motivation), dan apabila
tujuan tidak diinginkan individu, maka motivasi berperan menjauhkan sasaran
atau tujuan (avoidance motivation). Karena motivasi berkenaan dengan
kondisi yang cukup kompleks, maka akan terjadi pula bahwa motivasi
sekaligus berperan mendekatkan dan menjauhkan sasaran atau tujuan
(approach - avoidance motivation).
Desakan, motif, kebutuhan, dan keinginan yang terlibat dalam suatu motivasi
tidak hanya satu macam, sehingga akan terjadi pemilihan atau seleksi
(choice atau selectivity). Kebutuhan yang akan dilayani individu tergantung
pada hasil atau pemilihan, dan yang terkuat yang akan dilayani atau menjadi
pendorong kegiatan individu.
Kekuatan suatu motif atau kebutuhan bersifat subjektif, situasional, serta
tidak selalu sama bagi individu. Misalnya motif memiliki buku dari mahasiswa
apabila menghadapi ujian akhir atau dalam penyusunan skripsi dengan
apabila tidak ada tugas sama sekali. (Sukmadinata, 2003: 62).
2. Fungsi Mengaktifkan dan Meningkatkan Kegiatan (Activating and Energizing Function).
Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat
lemah akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh dan tidak terencana,
sehingga kemungkinan tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila
motivasinya besar atau kuat, maka kegiatan atau aktivitas tersebut akan
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan terencana, dan kemungkinan akan
membawa hasil yang besar. (Sukmadinata, 2003).
Dalam pandangan Atkinson (1999) bahwa motivasi sebagai sarana untuk
meningkatkan kegiatan dan menggerakkan tingkah laku memiliki berbagai
keistimewaan, yaitu:
a. Teori naluri, yaitu dengan mempostulasikan kecenderungan bawaan
terhadap tindakan tertentu.
b. Teori pengurangan dorongan. lni yang mendasari motivasi tentang
kebutuhan jasmaniah yang menimbulkan ketegangan atau dorongan.
Kemudian organisme berusaha mengurangi dorongan dengan
melakukan sesuatu untuk memuaskan kebutuhan.
c. Teori insentif, yaitu dengan menekankan pada pentingnya kondisi
eksternal sebagai sumber motivasi. Artinya insentif positif akan didekati
Elemen - Elemen Motivasi
Motivasi merupakan suatu tenaga penggerak yang menyatukan sasaran dari
berbagai motif dalam diri individu, sehingga tujuannya sesuai dengan apa
yang diharapkan individu dalam setiap aktivitasnya.
Muhibbin Syah (1995) mengelompokkan motivasi ke dalam dua kategori,
sebagai berikut;
1. Motivasi lntrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang
tanpa paksaan dari luar dirinya, karena dalam diri setiap individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik dapat
menjadikan seseorang tidak merasa terpaksa dalam mengikuti suatu
aktivitas.
2. Motivasi Ekstrinsik, yaitu motivasi yang muncul apabila ada rangsangan
dari luar. Pada motivasi ini seseorang melakukan aktivitas atas dasar
nilai yang terkandung dalam objek yang menjadi sasaran atau tendensi
tertentu. Karena itu, motivasi ekstrisik ini juga dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang di dalam aktivitasnya dimulai dan diteruskan berdasarkan
dorongan-dorongan dari luar yang secara tidak mutlak berkaitan dengan
aktivitas tersebut. (Muhibbin Syah, 1995: 137).
Nana Syaodih Sukmadinata (2003) lebih jauh menyatakan diantara elemen
motivasi yang ada dalam diri setiap organisme adalah motivasi insentif
(incentive motivation}, yakni individu melakukan suatu perbuatan untuk
mendapatkan suatu insentif. Bentuk insentif antara lainnya; mendapatkan
Peristiwa terbentuknya elemen dalam (intrinsik) dan luar (ekstrinsik) dari
motivasi adalah serempak, yaitu elemen yang satu mendahului, kemudian
segera diikuti elemen lain. Sebagai contoh; seseorang yang memiliki
kebutuhan untuk dihargai dan diakui teman-temannya (the inner component)
yang dapat dipenuhi dengan berbagai cara (sebagai goals atau the outer
component). la mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhannya (inner)
dengan jalan menulis artikel dengan tujuan agar teman-temannya memberi
pengakuan.
Dalam banyak hal orang dapat menggunakan berbagai cara untuk memenuhi
kebutuhannya dengan memilih tujuan-tujuan yang sulit dicapai. Apabila
seseorang tidak menemukan cara untuk mencapai tujuan tertentu, maka
kebutuhan untuk mencapai kepada tujuan tidak terpenuhi. Namun apabila
tujuan tersebut tercapai, maka individu menjadi puas. Dalam usaha
mencapai tujuan, seseorang meramalkan potensialitas suatu tujuan untuk
memenuhi kebutuhannya, dan ramalan tersebut bisa menjadi kebenaran juga
bisa dianggap vurang benar.
Untuk mengaktualisasikan berbagai kebutuhan, maka tingkah laku yang
memenuhi kebutuhan cenderung diulangi atau apabila tingkah laku yang
membawa ke arah tercapainya tujuan tersebut diperkuat (reinforced), yaitu
bilamana seseorang dimotivasi lagi dengan cara yang sama, maka tingkah
laku tersebut terjadi kembali. (Soemanto, 1998: 208-209).
Konsep motivasi timbul sebagai akibat dari kebutuhan. Kebutuhan akan
muncul karena dipengaruhi keinginan dan perasaan kuat lemahnya
pemunculan motive. Kuat lemahnya motive yang berproses sebagai motivasi
menentukan kuat lemahnya tingkah laku atau gerakkan untuk mencapai
kebutuhan pada hakekatnya bukanlah masalah kuantitas melainkan masalah
kualitas akan semangat dan keyakinan tercapainya sasaran tersebut.
(Asnawi, 2002: 21 ).
Motivasi Dalam Pandangan Islam
'Utsman Najati (2001) menyatakan bahwa dalam Islam dorongan-dorongan
dari perilaku bersifat instingtif dalam bentuk dorongan naluriah yang dalam
hal ini manusia memiliki tiga bentuk dorongan naluriah, yaitu:
a. Dorongan naluri untuk mempertahankan diri
Bentuk dari dorongan ini terwujud secara biologis dalam wujud dorongan
mencarai makanan apabila lapar, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga
diri agar tetap sehat, mencari perlindungan, dan lain sebagainya.
Dalam Al-Qur'an terdapat ayat yang menerangkan tentang naluri manusia
untuk mempertahankan diri dalam bentuk pertahanan diri terhadap !apar,
haus, kedinginan, dan kepanasan. lni tercermin dalam firman Allah QS.
Thaha ayat 118-119;
(\ \ '1- \\II :
4...1.)
cs" , ;., 1llJ
セ@l....J:...:i
ll
..tlJ
l J
(.GyW'1J
セ@t_Ho-'.i
l/
iセHZ[@ I.Artinya: "Sesungguhnya kamu (Adam) tidak akan lapar di dalamnya
(surga) dan tidak akan telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga tidak (pu/a) akan ditimpa sinar matahari di dalamnya".
(Thaha: 118-119).
b. Dorongan naluri untuk mengembangkan diri
Hal ini merupakan potensi dasar manusia sebagai bentukan senyawa unsur
ruhyi danjism. Dimensijism yang statis dihiasi dimensi ruhyi melahirkan
diri yang terwujud dalam bentuk pencapaian diri dalam aspek pengetahuan
bahkan pada aktualisasi diri.
Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang
diistimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi dirinya
sehingga menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan akan dijanjikan
kedudukan mulia disisi Allah SWT.
c. Dorongan naluri untuk memoertahankan jenis.
Manusia maupun hewan secara sadar maupun tidak sadar selalu menjaga
agar keturunannya tetap berkembang dan hidup. Dorongan nafsu ini terjelma
dari adanya perjodohan dan perkawinan serta dorongan untuk memelihara
dan mendidik anak.
Dorongan naluri untuk melestarikan keturunan ini dibagi kepada dua bagian,
yaitu;
1) Dorongan seksual. Hal ini sperti tercermin dalam QS. An-Nahl ayat 72;
·r:...u · · ·· · ·
J LJ-:lH ·_t - 1· ·· セ@ J _)I··
(...),4 (""'"" ·_t·1 セ@ • J . J G.. 1· ·· _)I
!'I .t; .,. • 9; \ •· • (...),4 (""'"" NエᄋQセᄋNオjQ@ • · JHvGャGZセiI@
Artinya: "Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu anak-anak
dan cucu-cucu". (An-Nahl: 72)
2) Dorongan keibuan. lni tersirat dalam QS. Al-Ahqaf ayat 15 yang artinya
sbb;
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua .orang tua (ibu bapaknya). lbunya yang mengandung dengan susah
payah dan melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandungnya
sampai menyapihnya se/ama tiga pu/uh bu/an .... " (Al-Ahqaf: 15).
Manusia dalam kebiasaan dan tindakan sehari-hari mendapat dorongan dari
ketiga naluri tersebut. Untuk bermotivasi seseorang harus memprioritaskan
naluri yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
Disisi lain Islam memandang bahwa pembahasan motivasi hidup tidak
terlepas dari tahapan kehidupan manusia. Secara garis besar kehidupan
manusia terbagi atas tiga tahap. Pertama , tahapan pra-kehidupan dunia
yang disebut dengan alam perjanjian ('a/am al-ahd, 'a/am al-mitsaq atau
'a/am al-astu). Pada alam ini terdapat rencana dan design Tuhan yang
memotivasi kehidupan manusia di dunia. lsi motivasi yang dimaksud adalah
amanah yang berkenaan dengan tugas dan peran kehidupan manusia di
dunia. Kedua , tahapan kehidupan dunia untuk aktualisasi atau realisasi diri
terhadap amanah yang telah diberikan kepada alam pra-kehidupan manusia.
Pada alam ini, aktualisasi dan realisasi diri manusia termotivasi oleh
pemenuhan amanah. Kualitas hidup seseorang sangat bergantung pada
kualitas pemenuhan amanah. Ketiqa, tahapan alam pasca-kehidupan dunia
yang disebut dengan hari penghabisan (yaum al-akhirah), hari pembalasan
(yaum al-din), atau hari penegakan keadilan (yaum al-qiyamah). Pada
kehidupan ini manusia diminta Allah untuk mempertanggung jawabkan
seluruh aktivitasnya. (Mujib dan Mudzakir, 2001: 247).
Di lain pihak dinyatakan bahwa motivasi hidup manusia adalah realisasi atau
aktualisasi amanah Allah SWT. Dalam pandangan Fazlur Rahman, seperti
dikutip Budhy Munawar Rahman (1995), bahwa amanah merupakan inti
kodrat manusia yang diberikan sejak awal penciptaan. Tanpa amanah
manusia tidak memiliki keunikan dengan makhluk-makhluk lainnya. Firman
Artinya:
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu, dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
oleh manusia. Sesungguhnya manusia amat zalim dan amat bodoh"
(Al-Ahzab: 72).
Amanah secara etimologi berarti kepercayaan atau titipan. Dalam konteks
ayat tersebut adalah penerimaan pancaran ilahi (al-faidh a/-ilah1) yang
dilakukan tanpa perantara. Dengan demikian, maka amanah merupakan
wilayah ke-Tuhanan (al-wi/ayah a/-ilahiyah) dan kesempurnaan sifat untuk
beribadah dan berbekal ilmu dan amal. (Munawar Rahman, 1995: 77).
Pemenuhan amanah yang baik akan menunjukkan citra diri (self image)
manusia yang sesungguhnya. Citra bc;;ik ini melebihi citra dari makhluk. lain.
Disatu sisi manusia dikatakan zalim dan bodoh dalam penerimaan amanah.
Tetapi persoalan menjadi terbalikjika manusia benar-benar mampu
melaksanakan atau mengemban amanah tersebut, sebab secara potensial
hanya manusia yang mampu memikul amanah. (Mujib dan Mudzakir, 2001:
250).
Dalam Al-Qur an disebutkan beberapa motivasi aktivitas hidup seseorang,
sedangkan motivasi yang dapat dibenarkan adalah;
1. Tidak ada motivasi atau tendensi apapun dalam ibadah, hidup dan mati
"Katakanlah", Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah SWT Tuhan semesta a/am"- (Al-An'am; 126).
2. Semata-mata ikhlas karena Allah, sebab ha! tersebut merupakan bentuk
beragama yang benar. Firman Allah, yang artinya:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan menurunkan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang /urus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, sebab
yang demikian itulah agama yang benar". (Al-Bayyinah; 5).
3. Untuk mencapai kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
serta terhindar dari siksaan api neraka. Firman Allah, yang artinya:
"Dan diantara mereka ada yang berdo'a; "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta peliharalah kami dari
siksa neraka". (Al-Baqarah; 201 ).
4. Untuk mencapai keberuntungan dan mendapat keberuntungan dunia.
Namun jika menginginkan keberuntungan dunia semata, maka tidak akan
didapatkan apapun dari keberuntungan akhirat. Firman Allah, yang
artinya:
"Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa menghendaki
keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan
dunia, dan tidak ada baginya suatu bagian apapun di akhirat". (Al-Syura;
20). (Mujib dan Mudzakir, 2001: 255).
2.1.2. CADAR
Pengertian Cadar
Kata "cadar" oleh para ulama sering disebut dengan istilah "hijab". Secara
harfiah "hijab" berarti pemisah dalam pergaulan antara laki-laki dan
lapang dan dapat menutupi kepala, wajah, dan dada. Rasulullah SAW telah
menerangkan bahwa wanita adalah aurat yang mesti dilindungi (ditutupi).
(Labib MZ, 1993: 99)
lbnu Abbas dan Qotadat seperti yang dikutip Nashruddin Baidan (1999)
bahwa hijab atau cadar adalah pakaian yang menutup pelipis dan hidung,
meskipun kedua mata pemakaianya terlihat namun tetap menutup muka dan
bagian dadanya. (Baidan, 1999: 118). Kemudian Abu Fathan (1992)
mengemukakan bahwa;
"Cadar (hijab) adalah kain penutup muka dan sebagian wajah wanita
hingga mata saja yang nampak". (Abu Fathan, 1992: 6).
Ahmad Husnan (1995) meyatakan lebih lanjut bahwa "hijab adalah sejenis
tirai, dinding dan penutup yaitu penutup muka". (Ahmad Husnan, 1995: 33).
Dasar Penggunaan Cadar
lbnu Taimiyah, (1994) menyatakan dalil Al-Qur an yang menerangkan dasar
perlunya menggunakan cadar diantaranya tercermin dalam surat An-Nur
ayat 31;
•• • ..i.:i.'., ') • •. ' • • ', セ@ •• ",;,
q ".., ·, .
7·, "L...W
1 •. ·• ", ;,'.;, '; ·,w
U.. •, '11 •It-0-:/ . • - J セ@ J ...;-
u
-
J ...,..,.. _). . i..H'u
- .
. _,._....,.
U-:0 J. • • , ') .. •. • , , . I:. •. , '· •• • . • ·- •. 1 • 1 •. セ@ .•. ·• ャセ@ L,,;') I •. , • ' ..
. 0-:/ セ@ J セセHNDGMGMHNhi^@ セMQNNh@ セ@ J....,...,,. JT"'"' • セ⦅I@
Lr 1·· ·L.:,1· 1··. ·"1· ' ' Lil" 1·· ·Lil" 1·· MBQᄋ⦅ZGNQセQᄋᄋ@ '.,. ·
r . J セ@ . J セyGMAイN@ J セN@ J セyBMh@ NセNj@
L. . 1 •. ' W . 1 •. - 1· ..
f • . •
1 •. · 1· .. I · . . 1 •. · r .. I . 1 •. · · "1 • ' 'J セ@ . J セ@
.r-
i.F-1 J LJ+,i.r-
'
i.F-1 J t)+,\.r-
'
J セ@ Y'-1"1'1J fJG..-'11··
;c,·
')I 1·t· ··· ·.·
t::Lll" 1··' 'c..:,i;-,•q·. u,.o-=..> .J • . .J-' Ll" • . _) . <.s' J >¥- セ@ J u+J-·. • · ·· '
t.:..
·_
1 :.'. 1 •• - 1 '. •L ·. · · · ·
'l
·
w
1 c::.ir · ·
1 ·_r _,._
セセ@·. ·_
1 •• •ill
1セ@ F-:!' セ@ _) .. Lh' セ@ J y • _) セ@
c..r--
jセ@ ('" u;.Artinya:
"Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman; Hendaklah mereka menahan pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka, atau ayah suami mereka (yakni mertua laki-laki), atau putera-putera suami mereka, atau saudara /aki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan laki-/aki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang be/um mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung". (QS. An-Nur;
31 ).
Penjelasan dari ayat tersebut adalah sebagai berikut;
a). Allah memerintahkan wanita-wanita mukminat untuk menjaga
kemaluannya dan menjaga jalur-jalur (wasi/ah) yang menghubungkan
padanya. Diantara jalur (wasi/ah) tersebut adalah menutup wajah
dengan alasan bahwa terbukanya wajah menjadi sebab terbukanya
pandangan kepadanya. Perempuan yang menutup wajahnya sebagai
salah satu cara untuk menjaga malu merupakan sarana yang sesuai
dengan hukum yang dikehendaki.
b). Firman Allah, yang artinya: "Dan hendak/ah mereka menutupkan kain
kerudung ke dadanya". Arti menutup adalah wanita yang menutup
kepalanya dan mengkerudunginya dengan kain penutup yang panjang.
Kewajiban menutupkan kain kerudung ke dadanya atau menutup bagian
leher dan dada dapat dianalogikan bahwa menutup wajah lebih
ditekankan, karena wajah merupakan bagian yang menjadi pusat
c). Allah melarang untuk menampakkan perhiasan kecuali kepada orang
yang telah disebutkan kebolehannya. Perhiasan disini berarti wajah,
maka wanita diperintahkan untuk mengenakan cadar.
d). Allah SWT memberi keringanan kepada wanita diperbolehkan
menampakkan perhiasan bagian dalam (yang seharusnya tersembunyi)
kepada pembantu-pembantu Jaki-Jaki yang tidak mempunyai syahwat
seksual Jagi, dan kepada anak-anak yang belum mempunyai nafsu
syahwat dan belum memahami aural wanita.
e). Firman Allah yang artinya: "Danjangan/ah mereka memukulkan kakinya
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan". Artinya, setiap
wanita dilarang menghentak-hentakkan kakinya, yang dengan cara
tersebut dapat diketahui laki-laki asing. (Jbnu Taimiyah, 1994: 78-81 ).
Adapun dalil yang berdasarkan Sunnah Rasulullah SAW, seperti dalil yang
diriwayatkan Aisyah RA;
<..::.J:..;..,.
.J セ@ G... I :'i • \.9 (" (..)"" . .& IJ., . --
• _,...,,.) t-" <'.::.,c,·. ' '·· · ..
.>-'"-" (.)-.::..l .J • li... · •• ',. '·L:S
•.11 •· !.sI.) .J .Y':I I.) • y L)
Artinya:
セ@
n· •
.t·<
セ@u
j
3 セ@r
:.iµ
セ@f
j
u,..
セ@j
セ@ セ@t;.:4
u
1 4
J(
セ@L. i.J.!
I .J .J .J.J I .J .,; I .J ..w..I • I 3.J)"Ada sekelompok penunggang kendaraan melewati kami. Waktu itu kami sedang berihram bersama Rasu/ullah SAW. Ketika mereka telah berhadapan dengan kami, maka salah seorang diantara kami
menurunkan jilbab dari kepalanya menutup wajahnya. Ketika mereka telah berlalu dari hadapan kami, kami membukanya lagi". (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan lbnu Majah).
Penjelasan dari kata; "ketika mereka berhadapan dengan kami, maka salah
seorang diantara kami menurunkan jilbabnya ke wajahnya''. menunjukkan
haji adalah membuka wajahnya. Hal tersebut dinyatakan sebagian besar
pendapat para ulama. Suatu kewajiban tidak dapat dihalangi kecuali dengan
kewajiban lain. Jika tidak ada kewajiban berhijab dan menutup wajah
dihadapan laki-laki asing, tentu mereka tidak akan meninggalkan kewajiban
dengan tetap membuka wajah sewaktu ihram. Artinya sewaktu tidak
mengerjakan ihram, mereka wajib menutup muka dan kedua tangannya.
(lbnu Taimiyah, 1994: 92).
Sedangkan dalil yang ditunjukkan berdasarkan i'tibar sahih dan qiyas
keumuman hukum yang dibawa syari'ah adalah pengakuan perkara-perkara
yang merusak, perantaraannya dan ketercelaannya. Segala perkara yang
bermanfaat secara murni atau setidaknya lebih kuat dibanding sifat
kerusakannya maka diperintahkan untuk mengerjakannya sebagai perintah
wajib atau dimasukkan sebagai perintah sunnah. (lbnu Taimiyah, 1994).
Persoalan keterbukaan aurat wanita dan banyak wanita membuka wajahnya
bebas dipandang laki-laki asing, dijumpai mengandung kerusakkan. Diantara
segi kerusakannya adalah;
a). Fitnah. Wanita bisa menjadi pemfitnah (cobaan) atas dirinya sendiri
dengan memoles wajah yang dapat mempercantik dirinya dan
membanggakannya.
b). Hilangnya perasaan malu dari wanita, yang tentunya dapat mengurangi
keimanan dan mengeluarkan dirinya dari lingkungan fitrah yang justru
diciptakan untuknya.
c). Menjadi fitnah bagi kaum laki-laki, apalagi jika wanita yang memiliki
kecantikan diatas rata-rata.
d). Pergaulan bebas antara perempuan dan laki-laki. Bilamana perempuan
wajah dan kebebasan penutup aurat, maka tidak ada lagi perasaan malu
yang dapat dipertahankan. (lbnu Taimiyah, 1994).
Moenawar Chalil (1969) menyatakan bahwa yang dimaksud "melainkan yang
biasa nampak" pada surat An-Nur ayat 31 ialah muka dan kedua telapak
tangan. Hal ini berdasar pada kutipan sahabat lbnu Abbas r.a. yaitu;
"Perhiasan yang nampak itu adalah muka, celak mata, bekas pacar di tangan
dan cincin". (Riwayat lbnu Jarir). (Chalil, 1969: 225).
Kemudian firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 59, yang artinya sebagai
berikut;
"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin; "Hendak/ah mereka mengulurkan
jilbabnya ke se/uruh tubuh mereka''. Yang demikian itu supaya mereka /ebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Al-Ahzab;59).
Yakni bahwa para wanita muslimah jika keluar dari rumah selain
berkerudung, diperintahkan supaya memakai penutup kepala (kudung) dari
atas kepalanya lalu diulurkan sedikit ke muka (dahinya). (Chalil, 1969: 226).
Kata-kata dari ayat; "Dan hendaklah mereka mengu/urkan (kain) kerudung ke
dadanya", ditafsirkan lbnu Abbas r.a. bahwa wanita harus menutupi, rambut,
leher dan dada. Kata "khumur" dalam ayat tersebut merupakan bentuk plural
dari akar kata "khimar", yang berarti penutup kepala atau kerudung.
Sedangkan kata "yadhribna" berasal dari kata "dharaba". Dalam susunan
bahasa Arab, bila dharaba disatukan dengan kata depan '"a/a" maka
maknanya adalah meletakkan sesuatu di atas sesuatu, sehingga dianggap
pemisah atau penutup. Adapun kata ''iuyub" pada ayat tersebut adalah
baju. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa kaum wanita wajib menutupi
rambut, daun telinga, leher, dan dada mereka. (Husein Al-Munawwar, 1988:
230).
Dasar lain dari dalil Al-Qur'an yang menjadi rujukan penggunaan cadar
adalah seperti tercantum dalam QS. Al-Ahzab ayat 53, sebagai berikut;
Artinya:
"Apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka, maka mintalah dari be/akang tabir. Cara demikian tersebut lebih suci bagi hatimu dan hati
mereka". (Al-Ahzab: 53).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa wanita harus tertutup pandangannya
terhadap kaum lelaki. Mengenakan cadar akan membersihkan hati lelaki dan
wanita serta menjauhkan kedua belah pihak dari perbuatan keji dan
sebab-sebab timbulnya fitnah.
Dalam pandangan Jumhur Ulama, maksud yang terkandung dalam surat
Al-Ahzab ayat 53 tersebut yakni apabila kaum muslimin hendak berbicara
dengan kaum muslimat yang bukan mahramnya supaya berada di belakang
tabir atau tirai, sebagai jalan menjaga kekotoran syahwat yang mengganggu
kaum lelaki. Sebab ayat tersebut diturunkan - menurut riwayat yang tercatat
dalam kitab-kitab tafsir dan hadits - adalah bermacam-macam, antara
lainnya;
Sahabat Umar bin Khattab r.a berkata kepada Rasulullah saw; "Ya
durhaka, maka itu a/angkah baiknya jika engkau memerintahkan para ibu
Mukminin dengan tirai atau dinding". Kemudian turunlah ayat tersebut.
Perkataan Umar r.a tersebut dikarenakan orang-orang yang datang ke rumah
Nabi saw tidak mesti orang baik-baik atau berbudi luhur, tetapi terkadang ada
golongan yang berbudi rendah. Maka alangkah baiknya jika Nabi saw
memerintahkan kepada para isteri beliau supaya bertirai agar diri mereka
tidak tampak bagi orang yang datang. (Chalil, 1969 : 220-221 ).
Tirai atau tabir dalam ayat tersebut adalah tabir yang berada di dalam rumah,
sebagai jalan membatasi perempuan Islam dengan laki-laki asing (bukan
mahramnya), agar pandangan kaum lelaki terpelihara, karena pada
umumnya wanita yang berada di dalam rumah biasa membuka auratnya.
(Chalil, 1969)
Kandungan perintah ayat "hijab" yakni pada surat Al-Ahzab ayat 53 pada
awalnya dikhitabkan kepada Nabi saw dan diturunkan untuk para isteri beliau,
tetapi perintah tersebut tidak khusus untuk mereka semata, ayat tersebut
diperintahkan umum buat kalangan wanita muslim. Penjelasan tersebut
terkandung dalam sambungan ayat; "yang demikian itu lebih suci bagi
hati-hatimu (lelaki) dan bagi hati-hati mereka (perempuan)". (Chalil, 1969).
Perintah ayat untuk para isteri Nabi saw adalah sebagai contoh dan suri
tauladan bagi wanita muslim. Hal tersebut semata-mata untuk menutup
timbulnya malapetaka antara kaum lelaki dan kaum perempuan lain jika
bertatap muka berdepan-depan - sendirian - yang mungkin mengakibatkan
sesuatu atau peristiwa yang tidak diinginkan kedua belah pihak.
"Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian,
maka janganlah ia bertemu muka - berdepan-depan - di suatu tempat
dengan seorang wanita yang tidak ada sertanya mahram daripadanya,
karena sesungguhnya yang ketiganya tentu syetan". (HR. Imam Ahmad
dari Jabir r.a.).
Para wanita muslim diperkenankan tidak berhijab atau bertirai di dalam
rumah ketika bertemu dengan laki-laki muhrimnya, sebagaimana tercantum
dalam firman Allah surat Al-Ahzab ayat 55, yang artinya;
"Tidak mengapa atas mereka (para muslimat) itu pada bapak-bapak meraka, anak-anak lelaki mereka, anak-anak lelaki bagi saudara /elaki mereka, anak-anak lelaki bagi saudara perempuan mereka, perempun-perempuan muslimah dan para hamba sahaya yang menjadi milik mereka. Dan takutlah kamu kepada Allah SWT; karena sesungguhnya
Allah Maha Mengatahui atas segala sesuatu". (Al-Ahzab: 55). (Chalil,
1969: 223).
Dari dalil-dalil yang telah dipaparkan Syaikh lbnu Taimiyah dan juga dalil dari
firman Allah OS. Al-Ahzab ayat 53 mengenai wajibnya menutup seluruh aural
bagi wanita muslimah tanpa kecuali termasuk muka dan kedua telapak
tangan merupakan landasan yang digunakan pihak pesantren Fathiyyah
ldrisiyyah dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan diterapkan kepada
para santriwatinya.
Alasan Penggunaan Cadar
Syaikh Muhammad Nashiruddin Albani (ulama dan ahli hadits) seperti dikutip
Wahfiuddin Khan (2001) memandang bahwa wajah perempuan tidak
termasuk bagian yang wajib ditutupi, namun ia menganjurkan sebaiknya
ditutup untuk mencegah kejahatan mengingat dekadensi moral yang umum
terjadi di masyarakat modern. Adapun peraturan memakai hijab menurutnya
a). Hijab harus menutupi seluruh tubuh
b). Hijab hendaknya bukan merupakan sumber daya tarik (pamer
kemewahan). Firman Allah :
(i i . w
I . YI) .
I •'::11
uu
L:...:.l
1
·:
··- ·. •
0· · -' ' [ " · . t" . ,, . · ... , .
. . ->""" ,_,,. .J . - • . <::: Y.-' (..H>- Y.-' .J (.)-'-,' セ@ セ@ オセ@ .J
Artinya:
"Hendaklah kalian tetap dirumah dan jangan/ah berhias dan bertingkah
laku seperti perempuan-perempuan jahiliyah masa /a/u". (QS. Al-Ahzab;
33).
c). Hijab merupakan kain yang tebal dengan keyakinan bahwa pakaian
tembus pandang hanya akan memperkuat daya tarik perempuan dan
menjadi sumber kejahatan.
d). Hijab merupakan pakaian yang lapang dan tidak sempit.
e). Pakaian tidak menyerupai kaum laki-laki.
f). Pakaian tidak menyerupai pakain orang kafir.
g). Pakaian tidak boleh merefleksikan kebesaran dunia. (Khan, 2001:
181-182).
Sedangkan
R.
Rusmini Suria Atmaja seperti dikutip Labib MZ (1990)menyatakan bahwa diantara alasan penggunaan cadar (hijab), adalah
sebagai berikut;
a). Memenuhi syarat peradaban sehingga tidak menyinggung rasa
kesusilaan.
b). Memenuhi syarat kesehatan, yakni melindungi tubuh dari gangguan luar
seperti panas terik matahari dan udara dingin.
c). Memenuhi rasa keindahan, sesuai dengan syari'at dan peradaban.
d). Menutupi segala kekurangan yang ada pada tubuh. (Labib MZ, 1990:
Ibrahim Amini, seperti dikutip Labib MZ (1990) menyatakan diantara diantara
alasan penggunaan hijab adalah;
a). Untuk melindungi secara lebih baik nilai-nilai sosial terhadap
upaya-upaya busuk yang menjadikan wanita sebagai objek tontonan.
b). Dengan memperhatikan hijab Islam, perbuatan-perbuatan kotor dan tidak
terpuji dapat dikendalikan.
c). Dengan memakai hijab Islam, akan memberikan ketenangan lahir dan
batin karena akan terbebas dari gangguan. (Labib MZ, 1990: 230)
2.1.3.
AKHLAKUL KARIMAH
Pengertian
Akhlak merupakan nilai kepribadian manusia sebagai manifestasi dari
akidahnya secara kongkrit. Pembinaan akhlak adalah hal yang sangat
penting, sehingga Rasulullah saw sendiri telah menyatakan bahwa beliau
diutus ke dunia adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Yunahar llyas menyatakan;
"Perkataan akhlak sendiri berasal dari bahasa Arab yang secara
juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan a/am semesta". (llyas, 1999: 1 ).
Sedangkan secara terrninologis (ishthi/ahan), pengertian akhlak dirurnuskan
para ahli ilmu akhlak, diantaranya;
Yunahar llyas ( 1999) rnengungkapkan pengerian akhlak sebagai berikut;
"Sifat yang melekat pada diri manusia akan mendorongnya untuk
melakukan perbuatan lahiriah tanpa memerlukan pertimbangan. Dalam pandangan Islam yang menjadi pendorong paling kuat untuk melakukan suatu perbuatan yang baik adalah akidah, iman yang terpatri dalam hati. Iman adalah faktor yang mendorong manusia untuk berbuat ikhlas, mau bekerja keras, dan re/a berkorban demi kebenaran dan keadilan. Jika "motor keimanan" bergerak, maka keluarlah produksinya berupa amal sha/eh yang terpuji. Dengan demikian hanya dari jiwa yang disinari iman yang dapat memancarkan kebaikan dan akan mendapat nilai dan penghargaan disisi Allah. Perbuatan semacam itu dalam bahasa agama disebut akhlak mahmudah (akhlak terpuji). Berkenaan dengan ha/ itu. Rasulullah saw bersabda;
Artinya:
"Sekali-kali tidaklah seorang mukmin merasa kenyang (puas) mengerjakan kebajikan menjelang puncaknya masuk surga". (HR
Tirrnidzi).
Sebaliknya ada perbuatan manusia yang dimotivasi hawa nafsunya tanpa didasari iman. Perbuatan tersebut dapat mencelakakan dirinya, bahkan dapat mencelakakan orang lain. Perbuatan semacam itu dalam bahasa agama disebut dengan akh/ak madzmumah (akhlak tercela).
(llyas, 1999: 2).
Sedangkan akhlak rnenurut Al-Ghazali, seperti dikutip Yunahar llyas (1999)
adalah garnbaran atau perwujudan dari sikap jiwa seseorang, daripadanya
rnuncul perilaku yang rnudah dan otomatis tanpa bergantung pada pikiran
perilaku terpuji menurut akal dan agama, maka sesuatu yang muncul tersebut
dikatakan akhlak yang baik. Sedangkan jika perilaku yang muncul dari sikap
jiwa adalah perilaku jahat, maka sesuatu yang muncul tersebut dikatakan
dengan akhlak yang buruk. Selanjutnya Al-Ghazali menyatakan bahwa
bukan masalah baik dan buruk tersebut, tetapi bagaimana untuk melatih jiwa
supaya mempunyai sikap atau agar terbiasa siap dan rela berkorban sesuai
dengan keyakinan, pandapat, atau keyakinan yang tersembunyi dalam
jiwanya serta sesuai dengan apa yang diharapkan. (llyas, 1999: 7).
Selanjutnya Imam Al-Ghazali seperti dikutip Hamzah Ya'kub (1995)
menggunakan perkataan "munjiyat" dalam pengertian akhlak yang baik.
Artinya segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan yaitu
berisi perbuatan-perbuatan yang baik terhadap Allah SWT, manusia, dan
lingkungan. Sedangkan dalam pengertian akhlak tercela, beliau
menjadikannya sebagai "muhlikat", artinya segala sesuatu yang
membinasakan atau mencelakakan yaitu perbuatan-perbuatan buruk, tercela,
dan merugikan bagi Allah SWT, diri sendiri, orang lain yang merasakannya
dalam kehidupan, dan lingkungan alam sekitar. (Ya'kub, 1995: 95)
Selain perkataan akhlak, dalam kehidupan manusia berkembang pula istilah
"etika". Kata ini berasal dari bahasa Yunani "ethos" yang berarti adat
kebiasaan.
A.
Mustafa (1997) menyatakan etika dalam pandangan filsafat:"Sesuatu ilmu yang antara perbuatan yang baik dan ha/ yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
Yunahar llyas (1999) beranggapan bahwa:
"Dalam realitasnya, ada sebagian orang berpendapat bahwa "etika" dapat disamakan dengan "akhlak" dengan melihat persamaan, pada inti pembahasan keduanya sama-sama membahas permasalahan baik dan buruknya tingkah laku manusia. Adapun tujuan "etika" dalam
pandangan filsafat adalah mendapatkan ide yang sama bagi manusia di setiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh dapat diketahui aka/ pi0ran manusia. Akan tetapi dalam upaya mencapai tujuan itu, etika menga/ami kesulitan karena
pandangan masing-masing golongan tentang ha! yang baik dan buruk memiliki kriteria dan kualifikasi yang ber/ainan. Sebagai cabang dari filsafat "etika" bertitik tolak dari aka/ pikiran bukan dari agama. Maka disinilah letak perbedaan sesungguhnya antara etika dengan akhlak da/am pandangan Islam. Apabila dipandang sebagai sudut pandang ilmu pengetahuan, Islam memandang bahwa akhlak merupakan suatu
ilmu pengetahuan yang mengajarkan perbuatan baik dan buruk". (llyas,
1999: 30).
Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Bentuk Akhlak Manusia
Mahjuddin (2000) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku dan akhlak manusia dalam kehidupannya, antara
lain;
a. Faktor Pembawaan (qarizahlinstinkJ
Garizah adalah suatu pembawaan yang menyebabkan seseorang dapat
berbuat apa yang akan diketahuinya, tanpa terlebih dahulu memikirkan apa
yang akan diperbuatnya, dan tidak pernah mengalami latihan sebelumnya
untuk mengerjakan perbuatan ini.
Kecenderungan naluriah dapat dikendalikan oleh akal atau tuntunan agama,
sehingga manusia dapat mempertimbangkan kecenderungannya tentang hal
dilahirkan, tetapi pengaruh negatifnya dapat dikendalikan oleh pendidikan
atau pelatihan.
b. Faktor Sifat-Sifat Keturunan !Al-Warasah)
Perpindahan sifat-sifat tertentu dari orang tua kepada keturunannya disebut
dengan alwarasah atau warisan sifat-sifat. Warisan dari orang tua tersebut
bisa bersifat langsung dan bersifat tidak langsung.
c. Faktor Lingkungan dan Adat Kebiasaan
Pembentukan akhlak manusia sangat ditentukan oleh lingkungan alam dan
lingkungan sosial (faktor adat kebiasaan). Dalam kehidupannya,
pertumbuhan dan perkembangan manusia ditentukan oleh faktor dari luar
dirinya yaitu melalui faktor pengalaman yang disengaja maupun tidak
disengaja. Aspek pengalaman ini ditentukan melalui faktor pendidikan dan
lingkungan alam.
d. Faktor Agama
Agama berfungsi sebagai suatu sistem kemasyarakatan yang terkait dengan
nilai akhlak. Diantara fungsi agama dalam kehidupan manusia sebagai
berikut;
i) Agama Sebagai Fungsi Sistem Kepercayaan
Agama harus selalu menjadi pegangan dalam kehidupan spiritual
yang berbentuk ajaran keimanan dan ketakwaan yang akan menjadi
motivasi dan pengendali sikap manusia.
ii) Agama Sebagai Fungsi Sistem lbadah
Agama memberikan petunjuk tentang tata cara berkomunikasi
dengan Sang Pencipta yang berupa ibadah, baik ibadah zikir, ibadah
iii) Agama Sebagai Fungsi Sistem Kemasyarakatan Yang Terikat
Oengan Nilai Akhlak
Setiap manusia dianjurkan oleh agama dalam berkomunikasi dengan
sesamanya agar memilih penampilan dan cara-cara yang baik
sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat. (Mahjuddin,
2000: 25-27).
Bentuk Akhlakul Karimah
Dalam pembahasan ini, bentuk akhlakul karimah yang akan dibahas adalah
akhlakul karimah sebagai refleksi dari penggunaan cadar yaitu menutup
au rat.
Pengertian Aurat
Aural berasal dari kata bahasa Arab yang secara literal berarti celah,
kekurangan, sesuatu yang memalukan atau sesuatu yang dipandang buruk
dari anggota tubuh manusia dan yang membuat malu bila dipandang. Dalam
Al-Qur'an lafal aural disebut empat kali, dua kali dalam bentuk tunggal
(mufrad) dan dua kali dalam bentuk plural Uama). Bentuk tunggal disebut
dalam QS. Al-Ahzab ayat 13, sedangkan bentuk plural disebut dalam QS.
An-Nur ayat 31 dan 58. Kata aural dalam surat Al-Ahzab ayat 13 diartikan
oleh mayoritas ulama tafsir dengan celah yang terbuka terhadap musuh, atau
celah yang memungkinkan orang lain (musuh) mengambil kesempatan untuk
menyerang. Sedangkan aural dalam QS. An-Nur ayat 31 dan 58 diartikan
sebagai sesuatu dari anggota tubuh manusia yang membuat malu apabila
dipandang atau dipandang buruk untuk diperlihatkan. (Hussein Muhammad,
Fua'd Mohd. Fachruddin (1991) menyatakan bahwa perkataan aurat memiliki
beberapa sumber, yaitu;
a). 'Awira ェセ@ yang berarti hilang perasaan. Kata ini pada umumnya
memberi arti lidak baik serta dipandang memalukan dan mengecewakan.
Bila kata ini menjadi sumber dari kala aural, maka aural berarti sesualu
yang mengecewakan dan dipandang buruk.
b). 'Aara j LS:- yang berarti menulup dan me11imbun, seperti menulup mata
air dan menimbunnya. Maka aural adalah sesuatu yang dilutup dan
ditimbun sehingga tidak dapat dilihat dan dipandang.
c). A 'waraj セ@ I yang berati sesuatu yang jika dilihat akan mencemarkan.
Maka aurat berarti sesuatu anggota badan yang harus ditutup dan dijaga
sehingga lidak menimbulkan rasa malu dan kecewa. (Fachruddin; 1991;
10-11).
Said Agil Husein Al-Munawwar menyatakan bahwa secara terminologis
"aurat" adalah:
"Suatu bagian atau organ tubuh yang tidak boleh kelihatan, yang menimbu/kan berahi (syahwat), membangkitkan nafsu angkara murka,
sedangkan ia mempunyai kehormatan, dibawa oleh
rasa
malu supayaditutup rapi dan dipelihara agar tidak mengganggu manusia lainnya, serta menimbulkan kemurkaan, padahal ketenteraman hidup dan
kedamaian hendaklah dijaga sebaik-baiknya." (Husein Al-Munawwar,
1988: 216).
Aural hanya terdapat pada diri makhluk manusia, sebab manusia merupakan
makhluk penilai hidup yang mempertimbangkan arti hidup, mempunyai rasa
dan perasaan, memiliki sifat cemburu, diberi hak milik pribadi dan bertugas
Batas-Batas Aurat
1. Batasan Aurat Laki-Laki
Bagi laki-laki yang dinamakan aural adalah anlara pusal dan lulul baik dala
shalal maupun waklu lainnya, hanya di dalam keadaan sendiri, maka
auralnya adalah kedua kemaluan (kelamin). Diperintahkan unluk lidak
membuka aural dihadapan orang lain dan dilarang melihal aural orang lain.
Diriwayalkan dari Abi Ayyub Al-Anshary bahwa Rasulullah bersabda saw;
Artinya:
"Aurat laki-laki adalah diantara atas lutut dan bawah pusaf'. (HR.
Baihaqiy dan Daruqulhniy).
Demikian juga diriwayalkan dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari neneknya,
bahwa Rasulullah saw bersabda;
.-1 ..
-·1 1,-· - - 11r1 ..
-·1i•:r 1•·.110-· - - 11·1· ᄋNQ Q NLセLセMᄋGャャ@- _)-"-' -..JJ-C l..s-' .- _)-"-' J (..H"->-' -.)_J-C l..s-' ,_ l..!-'?"->-' J=-'-:!
Artinya:
"Janganlah seorang pria melihat au rat pria lainnya dan jangan pulalah
wanita me/ihat aurat wanita". (HR. Abu D