• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS BERBASIS TRI HITA KARANA BERPENGARUH TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS BERBASIS TRI HITA KARANA BERPENGARUH TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISIONS BERBASIS TRI HITA KARANA BERPENGARUH

TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA

Putu Sri Anjani

1

, Komang Ngurah Wiyasa

2

, I Ketut Ardana

3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: putusri_anjani@yahoo.com

1

, komang.wiyasa@yahoo.com

2

,

ketut_ardana552@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita Karana dan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasy experiment) dengan rancangan penelitian Non-equivalent Control Group Design. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah populasi 391 siswa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 76 orang siswa yaitu 34 orang siswa kelas IVA dari SD Negeri 18 Pemecutan yang menjadi kelompok eksperimen dan 42 orang siswa kelas IVA dari SD Negeri 29 Pemecutan yang menjadi kelompok kontrol. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling.Data kompetensi pengetahuan IPA siswa dikumpulkan menggunakan metode tes yang kemudian dianalisis menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelompok kontrol (80,05> 70,14). Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan derajat kebebasan (dk = 34 + 42 - 2 = 74) dan pada taraf signifikansi 5% diperoleh thitung > ttabel (5,16 > 2,000) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD berbasis Tri Hita Karana dan siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara.

Kata kunci: Model Pembelajaran STAD, Tri Hita Karana, Kompetensi pengetahuan

IPA

Abstract

This study aimed at investigating the significant differences in knowledge of science students through learning model STAD Based Tri Hita Karana and students who were taught through conventional learning in the fourth grade of SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Year 2016/2017.This study used Quasi-experimental study with Non-equivalent Control Group Design. The population of this study were all fourth grade students of SD Gugus Mayor Metra academic year 2016/2017 with total population 391 students. The sample of this study were 76 students consisted of 34 students of grade IVA from SD Negeri 18 Pemecutan as the experimental group and 42 students of grade IVA from SD Negeri 29 Pemecutan as the control group. The sampling technique used in this study was random sampling. The data of students science knowledge competence was collected by using test which then being analysis by

(2)

2

using t-test. The results showed that the average value of the experimental group was higher then the control group’s average score (80,5 > 70,14). Based on the result of t-test analysis with degrees of freedom (dk= 34+42–2=74) and at 5% significance level it was obtained that tcount>ttable (5,16>2,000) then Ho was rejected and Ha was

accepted. Thus, it can be concluded that there is a significant difference of science knowledge competence of students who was taught by using STAD based Tri Hita Karana learning model of students who was taught by using conventional learning model in fourth grade students of SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara.

Keywords : STAD learning model, Tri Hita Karana, Science knowledge competence

PENDAHULUAN

Pada proses pembelajaran di SD siswa diajarkan beberapa mata pelajaran yaitu Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PKn dan yang lain – lain. Salah satunya adalah IPA. “IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus, yaitu mempelajari fenomena alam yang factual (factual), baik berupa kenyataan (reality), atau kejadian (events), dan hubungan sebab-akibatnya” (Wisudawati & Sulistyowati, 2014 : 30). Menurut Susanto (2013: 167), “Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta ini melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, bahwa IPA adalah usaha manusia dalam mempelajari alam semesta baik fenomena alam, kenyataan, kejadian, hubungan sebab-akibatnya melalui prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga memberikan suatu kesimpulan Seperti terlihat di lapangan banyak sekali telah terjadi kerusakan di lingkungan sekitar, seperti terjadinya banjir, tanah longsor, tsunami dan sebagainya. Peristiwa tersebut disebabkan beberapa faktor, salah satunya karena ulah manusia. Oleh sebab itu, setiap manusia perlu dibelajarkan tentang IPA. Khususnya di Bali untuk menjaga keseimbangan alam, umat manusia memiliki tradisi atau upacara pada saat hari tumpek wariga dan

tumpek uye. Tumpek uye atau lebih

dikenal dengan tumpek kandang

merupakan hari kasih sayang atau hari untuk melestarikan segala jenis hewan yang hidup di alam ini dan tumpek wariga merupakan hari kasih sayang pada tumbuh – tumbuhan. Kedua tradisi ini

bertujuan agar manusia memiliki hubungan yang harmonis dengan segala ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam berasal dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dipelajari oleh manusia untuk melestarikan segala ciptaan Tuhan.

Pembelajaran IPA dalam kurikulum 2013 mengharapkan siswa aktif, kreatif dan dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Dalam proses pembelajaran IPA di SD khususnya kompetensi pengetahuan IPA juga perlu memperhatikan karakteristik siswa yaitu senang bermain, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung, sehingga tujuan pembelajaran yang tercapai sesuai harapan.

Kompetensi pengetahuan IPA adalah kemampuan yang menyangkut dalam aspek sikap, pengetahuan, keterampilan yang dimiliki peserta didik mengenai alam semesta ini baik fenomena alam, kenyataan, kejadian, dan hubungan sebab-akibatnya. Kompetensi belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah kompetensi pengetahuan IPA pada kemampuan berpikir yang terkait dengan tema 8 (Daerah Tempat Tinggalku) pada kelas IV SD semester 2 SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017.

Berdasarkan observasi di SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tanggal 19 Januari 2017 memperoleh hasil ulangan akhir semester siswa kelas IV Tahun Ajaran 2016/2017 muatan materi IPA yaitu dari 391 siswa, 40 siswa yang mendapatkan nilai A, 22 siswa yang mendapatkan nilai A-, 118 siswa yang

(3)

3

mendapatkan nilai B+, 125 siswa yang

mendapatkan nilai B, 58 siswa yang mendapatkan nilai B-, dan 28 siswa yang

mendapatkan nilai C. KKM untuk kompetensi pengetahuan IPA yaitu 71 (B), oleh karena itu masih terdapat banyak siswa yang belum mencapai KKM, sehingga terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Berdasarkan wawancara di lapangan hal ini disebabkan oleh kurangnya menerapkan model – model pembelajaran inovatif lainnya dan memanfaatkan keadaan sekitar untuk kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dikelas perlu didesain secara kreatif dan inovatif dengan memperhatikan karakteristik perkembangan siswa kelas IV SD. Dari permasalahan tersebut dipandang perlu adanya inovasi dalam pembelajaran yakni pembelajaran yang mengutamakan kompetensi, berpusat pada siswa, memberikan pengalaman belajar, dan relevan dengan kehidupan nyata. Salah satu inovasi yang dimaksud yakni dengan menerapkan model pembelajaran Student

Teams Achievement Division (STAD).

Model pembelajaran STAD merupakan model pembelajaran tipe kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan sistem berkelompok membangun kerjasama untuk menyelesaikan tugas – tugas yang terstruktur Menurut Lusita (2012) menyatakan bahwa, Model pembelajaran STAD merupakan model pembelajaran yang mengelompokkan siswa secara heterogen, kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.“STAD merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang di dalamnya beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda – beda saling bekerjasama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran” (Huda, 2014 : 201).

Selain itu, model pembelajaran STAD ini memiliki kelebihan seperti dalam kelompok siswa dituntut untuk aktif sehingga dengan model ini siswa dengan sendirinya akan percaya diri, interaksi sosial yang terbangun dalam kelompok, siswa belajar dalam bersosialisasi, siswa diajarkan untuk membangun komitmen

dalam mengembangkan kelompoknya msing – masing, mengajarkan menghargai orang lain dan saling mempercayai serta dalam kelompok siswa yang diajarkan untuk saling mengerti dengan materi yang ada, sehingga siswa saling membantu dan mengurangi sifat kompetitif (Kurniasih & Sani,2016). Agar proses pembelajaran yang dilaksanakan maksimal, maka perlu dipadukan dengan Tri Hita Karana. Menurut Wirawan (2011:2), “Tri Hita

Karana berasal dari bahasa sansekerta

yaitu dari kata Tri yang berarti tiga, Hita berarti sejahtera dan Karana berarti penyebab. Pengertian Tri Hita Karana adalah tiga hal pokok yang menyebabkan kesejahteraan dan kemakmuran hidup manusia”. Konsep ini muncul berkaitan erat dengan keberadaan hidup bermasyarakat di Bali. “Adapun unsur – unsur dari Tri Hita Karana meliputi hubungan harmonis manusia dengan Tuhan, hubungan harmonis manusia dengan sesamanya, dan hubungan harmonis manusia dengan alam lingkungannya”(Wirawan,2011).

Perpaduan tiga unsur itu secara harmonis sebagai landasan untuk terciptanya rasa hidup yang nyaman, tenteram, dan damai. Model pembelajaran STAD berbasis

Tri Hita Karana merupakan model

pembelajaran yang menggunakan sistem berkelompok heterogen dengan saling kerjasama melalui berhubungan keseimbangan yang harmonis dengan Tuhan, sesama manusia dan dengan lingkungan alamnya, serta siswa yang pandai menjelaskan ke anggota kelompoknya lainnya sampai mengerti sehingga semua anggota kelompok berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, secara teoretis Model Pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita Karana berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA, tetapi secara empiris perlu dibuktikan melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Student Teams

Achievement Division (STAD) Berbasis Tri

Hita Karana terhadap Kompetensi

Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017”. Dari permasalahan yang telah dirumuskan,

(4)

4

maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Untuk mengetahui kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD berbasis Tri Hita Karana pada kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017. (2) Untuk mengetahui kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017. (3) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD berbasis Tri Hita Karana dan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara. Tempat ini dipilih karena lokasi tersebut memiliki beberapa aspek pendukung agar penelitian dapat berjalan dengan baik. Masalah dalam penelitian ini juga ditemukan di SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017. Waktu penelitian dialokasikan dalam jadwal penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi eksperiment (Eksperimen Semu). “Desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel – variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen” (Sugiyono, 2012:77). Hal ini dikarenakan kemampuan peneliti dalam mengamati perilaku siswa sangat terbatas terutama ketika siswa berada di luar sekolah (rumah), peneliti juga tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap perlakuan secara pasti. Desain eksperimen yang digunakan adalah “Kelompok Non - Ekuivalen”. Hal pertama yang dilakukan yaitu pengundian untuk menentukan dua kelas yang akan diberikan pre test. Setelah mendapatkan dua kelas, dua kelas tersebut diberikan

pre test, pemberian pre test digunakan

untuk mengukur equivalensi atau penyetaraan kelompok. Teknik yang digunakan dalam penyetaraan kelompok adalah dengan menggunakan uji t.

Setelah kedua kelas tersebut sudah dinyatakan setara, dilakukan pengundian lagi untuk menentukan kelas yang menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya peneliti memberikan perlakuan, yaitu dengan memberikan model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita Karana kepada kelompok eksperimen dan memberikan pembelajaran konvensional kepada kelompok kontrol. Kemudian setelah diberikan perlakuan, dilakukan post test untuk mengetahui kompetensi pengetahuan IPA. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir eksperimen.

“Populasi merupakan keseluruhan dari objek, orang, peristiwa, atau sejenisnya yang menjadi perhatian dan kajian dalam penelitian” (Setyosari,2015 : 221). “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan” Menurut Sugiyono (2012:80).

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun ajaran 2016/2017, yang terdiri dari 10 kelas dalam 4 SD. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 391 orang. Setelah mengetahui populasi langkah selanjutnya adalah menentukan sampel penelitian.

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” Sugiyono (2012: 81). “Sampel merupakan bagian dari populasi yang secara langsung dikenai penelitian” (Agung, 2016: 8). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang mewakili anggota populasi. Pengertian tersebut memberi gambaran bahwa sampel mewakili populasi untuk dijadikan sebagai sumber data penelitian. Penggunaan sampel bertujuan untuk menghemat waktu,

(5)

5

tenaga, dan biaya dalam melakukan penelitian.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Random Sampling yang dirandom kelasnya, sehingga setiap kelas mendapatkan peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukannya pengacakan individu melainkan hanya pengacakan kelas, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya pengacakan individu, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan siswa mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan.

Untuk menentukan sampel, cara yang digunakan adalah dengan cara pengundian. Cara undian dilakukan dengan menulis semua kelas IV di seluruh SD populasi pada masing-masing kertas yang jumlahnya 10 kelas, kemudian kertas digulung. Masukkan gulungan kertas ke dalam toples dan dikocok. Ambil satu gulungan kertas, lalu ambil satu gulungan kertas lain tanpa memasukan kembali gulungan kertas pertama. Nama-nama kelas pada kedua gulungan kertas tersebut merupakan sampel penelitian. Nama kelas – kelas yang muncul pada kedua gulungan kertas yaitu kelas IVA SD N 18 Pemecutan dan kelas IVA SD N 29 Pemecutan. Untuk mengetahui kesetaraan pada kelas sampel dari segi akademik maka diberikan pre-test. Nilai atau skor dari hasil pre-test yang dilakukan tersebut, digunakan untuk mengetahui kesetaraan kelas tersebut melalui uji t. Sebelum uji kesetaraan menggunakan uji t, maka data hasil pre test diuji prasyarat yaitu normalitas dan homogenitasnya. Jika data

pre test yang diperoleh sudah memenuhi

prasyarat uji normalitas dan homogenitas maka dianalisis menggunakan uji-t. Kesetaraan sampel diuji dengan rumus uji-t yakni dengan polled varian. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas IVA SD N 18 Pemecutan sebagai kelompok

eksperimen dan kelas IVA SD N 29 Pemecutan sebagai kelompok kontrol. Pada penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data. Metode pengumpulan data menurut Setyosari (2015:247), “Prosedur pengumpulan data ini menuturkan bagaimana data penelitian itu diperoleh”. Menurut Nazir (2011:174), “Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan”. Metode pengumpulan data adalah prosedur yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian. Metode pengumpulan data

yang digunakan adalah metode tes. Sebelum memberikan tes tersebut kepada

siswa dilakukan pengujian untuk menguji kelayakan instrumen. “Instrumen penelitian adalah alat ukur dalam penelitian” (Sugiyono,2014: 148). Instrumen yang akan digunakan dalam peneltian ini adalah dalam bentuk tes kompetensi pengetahuan IPA siswa.

“Tes adalah suatu prosedur yang spesifik dan sistematis untuk mengukur tingkah laku seseorang; atau suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang, sehingga tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan bantuan angka, skala atau dengan sistem kategori” (Yusuf, 2015:93). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tes adalah teknik atau cara untuk kegiatan pengukuran yang didalamnya berisi pertanyaan ataupun pernyataan untuk mengukur tingkah laku seseorang atau suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang, sehingga tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan bantuan angka, skala atau dengan sistem kategori. Tes kompetensi pengetahuan IPA yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti sendiri.

Menurut Yusuf (2015:93), “Tes yang baik harus mampu mengukur apa yang akan diukur (aspek validitas) dan konsisten atau stabil dalam mengukur apa yang akan diukur (aspek reliabilitas)”. Tes yang akan digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa. Tes pilihan ganda biasa ini meliputi 4

(6)

6

pilihan jawaban (a, b, c atau d) dengan jumlah pertanyaan yaitu 25 butir soal. Sebelum tes digunakan terlebih dahulu diuji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya. Dari hasil perhitungan dengan rtabel pada taraf

signifikan 0,05 yaitu 0,312 terdapat 15 soal yang kurang dari rtabel (0,312) dan 25

butir soal yang lebih dari rtabel (0,312). Jadi

terdapat 25 butir soal yang digunakan dalam post-test. Sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan maka hasil pengujian daya pembeda diperoleh 2 butir soal dengan kriteria baik sekali yaitu soal nomor (14 dan 19), 14 butir soal dengan kriteria baik yaitu soal nomor (3, 4, 5, 6, 7, 11, 13, 15, 16, 18, 20, 21, 22, dan 24), dan 9 butir soal dengan kriteria cukup yaitu soal nomor (1, 2, 8, 9, 10, 12, 17, 23, dan 25). Untuk tingkat kesukaran perangkat tes yaitu 0,596 dengan kategori sedang. Dari 25 soal yang dinyatakan valid dan memiliki kritea maka diperoleh r11 = 0,84

artinya bahwa soal tes pilihan ganda pada penelitian ini memiliki kritea derajat reliabilitas sangat tinggi. Menurut Agung (2014) menyatakan metode analisis data dapat digolongkan menjadi dua yaitu metode analisis deskritif dan metode analisis statistik.

Metode analisis deskritif (kuantitatif) merupakan cara pengolahan data yang dilakukan dengan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka – angka atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum. Sedangkan metode analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengenai statistik deskritif dan statistik inferensial. Statistik deskritif merupakan statistik yang digunakan untuk menyusun, mengumpulkan serta menganalisis data yang dikumpulkan dalam suatu penelitian tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Adapun yang akan dibahas dalam statistik deskritif ini yaitu mean, standar deviasi dan varians.

Statistik Inferensial adalah teknik statistik untuk menganalisis data sampel dan penarikan kesimpulan – kesimpulan mengenai keadaan populasi. Statistik inferensial meliputi uji normalitas sebaran

data, uji homogenitas varians dan uji hipotesis. Uji Normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data skor kompetensi pengetahuan IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak sehingga dapat menentukan teknik analisis datanya. Uji Normalitas sebaran data dalam penelitian ini menggunakan Chi-kuadrat. Uji Homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan varians antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas dapat dilakukan apabila kelompok data tersebut berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dilakukan dengan uji F. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji beda mean (uji t). Uji Hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus polled varians. Rumus uji-t dengan rumus polled varians digunakan bila jumlah anggota sampel sama n1=n2 dan

varians homogen. Kriteria jika harga thitung

ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak,

dan jika harga thitung > ttabel maka Ho ditolak

dan Ha diterima. Pada taraf signifikan 5%

dengan dk = n1+n2-2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen, diketahui bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen X= 80,05 dan rerata persentase kompetensi pengetahuan IPA 80,05% dengan perolehan nilai minimum 64 dan nilai maksimum 92. Sesuai analisis nilai kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok eksperimen, kemudian dibandingkan dengan nilai M% = 80,05 yang kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil analisis data kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok kontrol, diketahui bahwa nilai rata-rata kelompok kontrol X = 70,14 dan rerata persentase kompetensi pengetahuan IPA 70,14% dengan

(7)

7

perolehan nilai minimum 56 dan nilai maksimum 88. Sesuai analisis nilai kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok kontrol, kemudian dibandingkan dengan nilai M% = 70,14 yang kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol berada pada kategori cukup. Berdasarkan hasil uji normalitas kelompok eksperimen pada lampiran 32. Harga yang diperoleh dari kelompok eksperimen . Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga

X2

tabel dengan db = 5 dan taraf signifikansi

5% sehingga diperoleh harga X2 tabel =

11,07. Tabel nilai-nilai chi-kuadrat dapat dilihat pada lampiran 36, karena X2hitung< X2tabel (6,73< 11,07) maka Ho diterima atau

Ha ditolak. Ini berarti sebaran data

kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Sedangkan pada kelompok kontrol, hasil uji normalitas kelompok kontrol pada lampiran 33. Harga yang diperoleh dari kelompok kontrol adalah

. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga X2tabel dengan db = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga X2tabel = 11,07, karena X2hitung <

X2tabel (6,475 < 11,07) maka Ho diterima

atau Ha ditolak. Ini berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol berdistribusi normal. Berikut ini merupakan hasil uji normalitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada Tabel 1.

Tabel 1. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol No Sampel X2hitung X2 tabel Keterangan

1 Kelompok Eksperimen 6,73 11,07 Normal 2 Kelompok Kontrol 6,475 11,07 Normal

Uji homogenitas varians dilakukan terhadap data kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perhitungan uji F dapat dilihat pada lampiran 34. Pengujian

homogenitas varian menggunakan uji F pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Berikut ini merupakan hasil uji homogenitas varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Varians Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sampel Varians Fhitung Ftabel Kesimpulan

Kelompok Eksperimen 63,54

1,16 1,68 Homogen Kelompok Kontrol 73,48

Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit

=1,16, sedangkan untuk taraf signifikan 5%

Ftabel dengan db (33,41) adalah 1,68.

Kemudian Fhit dibandingkan dengan Ftabel Ini

Berarti Fhit < Ftabel (1,16<1,68). Hal ini

menunjukkan data kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok eksperimen SD N 18 Pemecutan dan

kelompok kontrol yaitu SD N 29 Pemecutan yaitu mempunyai varians yang homogen.

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah Ho : Tidak terdapat perbedaan

yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita Karana dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas IV

(8)

8

SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun ajaran 2016/2017.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari kelompok eksperimen yaitu SD N 18 Pemecutan dan kelompok kontrol yaitu SD N 29 Pemecutan berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena data yang diperoleh telah memenuhi semua prasyarat yaitu normal dan homogen, uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t. Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima (gagal

ditolak) dan Ha ditolak. Sebaliknya apabila

thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Dengan db = n1 + n2 – 2 dan taraf

signifikansi 5% (α = 0,05).

Berdasarkan hasil analisis uji-t dari data kompetensi pengetahuan IPA siswa diperoleh hasil sebagai berikut sesuai dengan Tabel 3. Hasil analisis Uji-t Data Kompetensi Pengetahuan IPA. Hasil analisis uji t diperoleh thitung = 5,16. Harga

tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = 34 + 42 – 2 = 74

dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel =2,000, karena thitung>ttabel, thitung= 5,16 > ttabel (α = 0,05, 74) =

2,000 maka Ho ditolak atau Ha diterima.

Tabel 3. Hasil Analisis Uji-t Data Kompetensi Pengetahuan IPA No Sampel N Dk s2 t

hitung ttabel

1 Kelompok eksperimen 34

74 80,05 63,54 5,16 2,000 2 Kelompok Kontrol 42 70,14 73,48

Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita Karana dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017. Rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eskperimen X = 80,05 > X = 70,14 rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita

Karana berpengaruh terhadap kompetensi

pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017.

Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa sebaran data hasil post-test pada kedua kelompok berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena data pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol telah memenuhi semua prasyarat, selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan uji-t. Hasil analisis uji t diperoleh thitung = 5,16. Harga tersebut

kemudian dibandingkan dengan harga ttabel

dengan dk = 34 + 42 – 2 = 74 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga

ttabel =2,000, karena thitung>ttabel thitung= 5,16

> ttabel (α = 0,05, 74) = 2,000 maka Ho ditolak

atau Ha diterima. Hal ini berarti terdapat

perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita Karana dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran

2016/2017. Rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eskperimen X = 80,05 > X = 70,14 rata-rata kompetensi pengetauan IPA siswa kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita Karana

berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD

(9)

9

Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017.

Dari perolehan kompetensi pengetahuan pada kedua kelompok dapat diketahui bahwa kedua kelompok yang awalnya memiliki kemampuan setara, lalu setelah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita

Karana maka perolehan nilai kompetensi

pengetahuan IPA mengalami perbedaan. Kompetensi pengetahuan siswa pada kelompok eksperimen lebih baik apabila dibandingkan dengan kompetensi pengetahuan siswa pada kelompok kontrol. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang diterapkan pada kelompok eksperimen memiliki banyak kelebihan. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita

Karana memiliki nilai rata-rata yang lebih

tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional.

Hal ini disebabkan karena model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita

Karana dapat membuat siswa aktif,

termotivasi, dan mampu berinteraksi dalam pembelajaran karena siswa diberi kesempatan untuk berkerjasama dan menjawab pertanyaan dengan berdiskusi antar kelompok. Hal tersebut membuat pembelajaran IPA lebih dipahami oleh siswa sehingga berdampak positif terhadap kompetensi pengetahuan IPA.

Model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita Karana menonjolkan interakasi dengan lingkungan sekitar siswa, dengan Tuhan dan juga berinteraksi bersama teman maupun guru. Begitu juga dengan adanya presentasi dari guru, lalu siswa mengasosiasikan pengetahuannya melalui kerjasama dalam kelompok , setelah itu diadakan kuis yang membuat pembelajaran semakin seru dan diadakan evaluasi untuk melihat perkembangan siswa memahami materi serta mendapatkan penghargaan bagi kelompok yang meraih skor tertinggi sehingga membuat pembelajaran menyenangkan. Hal ini menyebabkan siswa dapat menerima pembelajaran IPA dengan baik. Berbeda dengan

pembelajaran konvensional yang terjadi selama pembelajaran IPA di kelompok kontrol. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara menyampaikan sejumlah materi kepada siswa yang diselingi dengan sedikit tanya jawab kemudian diikuti dengan pemberian tugas secara individu. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kesempatan untuk bekerjasama dengan teman sebaya, sehingga siswa akan merasa kurang tertarik saat proses pembelajaran berlangsung. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian Adnyasari (2013), menyimpulkan bahwa model kooperatif tipe STAD dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam membenahi proses pembelajaran agar kompetensi pengetahuan IPA siswa sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui model pembelajaran STAD berbasis Tri Hita Karana

berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru untuk membuat kegiatan pembelajaran, agar kompetensi pengetahuan IPA yang diharapkan tercapai. Model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita Karana dapat diterapkan oleh guru karena sudah terbukti dapat mempengaruhi kompetensi pengetahuan IPA siswa menjadi lebih baik.

Model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita Karana dapat membuat siswa tertarik untuk belajar, pembelajaran tidak membosankan, menyenangkan dan mudah dipahami karena dalam model pembelajaran STAD berbasis Tri Hita

Karana ini terdapat kuis yang membuat

siswa termotivasi untuk terlibat dalam pembelajaran, berkerjasama melalui berhubungan yang baik dengan Tuhan, sesama manusia maupun dengan lingkungan sekitarnya.

(10)

10

Agar pembelajaran lebih inovatif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, sebaiknya dalam berlangsungnya kegiatan pembelajaran presentasi dari guru berbasis Tri Hita

Karana lebih banyak menggunakan media

pembelajaran yang bervariasi dan tetap mengandung nilai – nilai Tri Hita Karana. Hal ini berguna untuk meyakinkan siswa terhadap materi yang diterimanya.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen, diketahui bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen = 80,05 dan rerata persentase kompetensi pengetahuan IPA 80,05% dengan perolehan nilai minimum 64 dan nilai maksimum 92. Sesuai analisis nilai kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok eksperimen, kemudian dibandingkan dengan nilai M% = 80,05 yang kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil analisis data kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok kontrol, diketahui bahwa nilai rata-rata kelompok kontrol = 70,14 dan rerata persentase kompetensi pengetahuan IPA 70,14% dengan perolehan nilai minimum 56 dan nilai maksimum 88. Sesuai analisis nilai kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok kontrol, kemudian dibandingkan dengan nilai M% = 70,14 yang kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol berada pada kategori cukup. Jadi dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita Karana dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017. Itu terbukti dari hasil analisis uji t diperoleh thitung = 5,16. Harga tersebut kemudian dibandingkan

dengan harga ttabel dengan dk = 34 + 42 – 2 = 74 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel =2,000, karena thitung>ttabel, thitung= 5,16 > ttabel (α = 0,05, 74) = 2,000 maka Ho ditolak atau Ha diterima. Rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eskperimen lebih dari rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol ( ekperimen = 80,05 > kontrol = 70,14). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita Karana berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017. Dan berdasarkan simpulan, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut (1) Kepada Guru, Guru hendaknya dapat menambah wawasannya mengenai inovasi pembelajaran sehingga mampu menerapkan ataupun mengembangkan pembelajaran di kelas secara lebih inovatif dan bervariasi agar dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat direkomendasikan untuk guru dalam menciptakan pembelajaran yang bervariasi adalah model pembelajaran STAD Berbasis Tri Hita Karana. (2) Kepada sekolah, Sekolah hendaknya dapat berkontribusi penuh dalam meningkatkan kualitas serta mengoptimalkan proses pembelajaran, sehingga berdampak positif pada kompetensi pengetahuan siswa khususnya di sekolah dasar. Dan (3) Kepada peneliti lain, peneliti lain agar dapat mengembangkan berbagai model pembelajaran lain pada subyek penelitian yang berbeda sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung optimal dan memberikan dampak positif bagi kompetensi pengetahuan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyasari, Dian. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa SD”. Jurnal Mimbar PGSD

(11)

11

Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 13

Agung, A.A Gede. 2014. Metodelogi

Penelitian Pendidikan. Yogyakarta:

Aditya Media Publishing

Agung, A.A Gede. 2016. Statistika Dasar

untuk Pendidikan. Yogyakarta:

Aditya Media Publishing

Huda. 2013. Model-Model Pengajaran dan

Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka

Belajar

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2016a.

Ragam Pengembangan Model

Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata

Pena

Lusita,A. 2012. Jurus Sukses Menjadi

Guru Kreatif, Inspiratif, dan Inovatif.

Yogjakarta : Araska

Nazir. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Setyosari. 2015. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Prenadamedia Group Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Sugiyono.2014.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Susanto,Ahmad. 2013. Teori Belajar dan

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta : Kencana

Wirawan, Made Adi. 2011. Tri Hita Karana

Kajian Teologi, Sosiologi dan

Ekologi Menurut Veda. Surabaya :

Paramita

Wisudawati, Asih Widi dan Eka Sulistyowati.2014. Metodelogi Pembelajaran IPA. Jakarta : Bumi

Aksara

Yusuf, Muri. 2015. Asesmen dan Evaluasi

Pendidikan. Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

(kabel power, selang angin, kabel grounding, dll) yang menjulur di lantai Cutomer yang melakukan proses FAT, berdiskusi, meninjau pekerjaan di area FQC LV Terjatuh akibat

[r]

• PM China Li Keqiang mengakui pertumbuhan ekonomi China sulit untuk naik hingga 6% atau lebih dan menurut para analis, akan kembali melambat pada kuartal III 2019 atau mencapai

Namun demikian, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian penulis berharap semoga ini dapat memberikan sumbangan berarti

Hal tersebut ditunjukkan dengan 89% dari responden yang mengikuti pawai kebangsaan menganggap bahwa telah paham mengenai pergerakan mahasiswa.. Dan, dari keseluruhan

kehamilannya baik-baik saja sehingga ia memeriksakan kehamilannya secara teratur agar selama kehamilannya tidak ada masalah yang terjadi sehingga berakhir dengan baik

Untuk melakukan perjalanan pariwisata atau berwisata ke obyek wisata di suatu daerah baik dalam kota, luar kota, luar negeri maka perlunya perencanaan yang baik agar acara wisata

Di sisi lain, Pendidikan Karakter diharapkan dapat menjadi penguat kajian-kajian mata kuliah pengembangan kepribadian yang telah ada, sehingga harapan agar lulusan FISE