• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KUALITAS KULIT SAPI WET BLUE DENGAN MASA PENYIMPANAN BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN KUALITAS KULIT SAPI WET BLUE DENGAN MASA PENYIMPANAN BERBEDA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KUALITAS KULIT SAPI WET BLUE DENGAN MASA PENYIMPANAN BERBEDA

Laili Rachmawati*, Tria Novianti dan Maria Sri Wiyanti Program Studi Teknologi Pengolahan Kulit, Politeknik ATK Yogyakarta Politeknik ATK, Jl. Ateka Bangunharjo Sewon Bantul Yogyakarta 55187

*koresponden: [email protected]

ABSTRACT

Raw materials storage is important in the leather tanning industry. The obstacle faced by PT Usaha Loka East Java was the problem of decreasing the quality of hide wet blue with different storage periods, so this study is to examine the difference quality of hide wet blue≤ 12 months and ≥ 24 months of storage. Physical testing was carried out at Balai Besar Kulit Karet dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta. The results of testing the quality of hide wet blue with a storage period of ≤12 months included moisture content, tensile strength, area of defect and softness respectively were 34.2 ± 0.47%; 23.73 ± 0.32 N / mm2; 1.7 ± 0.85%; and 3.8 ± 0.37 while the results of tests on the quality of the wet cow leather with a storage period of ≥24 months were 5.8 ± 0.40 , respectively; 19.62 ± 0.28 N / mm2; 3.0 ± 0.57; and 2.2 ± 0.66. The decrease of hide wet blue quality with ≥ 24 months storage period was more than ≤ 12 months (p < 0,05).

Keywords: Hidewet blue, storage, quality.

INTISARI

Penyimpanan raw meterials menjadi hal penting dalam industri penyamakan kulit. Kendala yang dihadapi PT Usaha Loka Jawa Timur adalah masalah penurunan kulitas kulit sapi wet blue dengan masa penyimpanan yang berbeda, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan kualitas kulit sapi wet blue dengan masa penyimpanan ≤ 12 bulan dan ≥ 24 bulan. Dilakukan pengujian fisis di Balai Besar Kulit Karet dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta. Hasil pegujian terhadap kualitas kulit sapi wet blue dengan masa penyimpanan ≤12 bulan meliputi kadar air, kuat tarik, luasan defek dan softness berturut – turut adalah 34,2 ± 0,47%; 23,73 ± 0,32 N/mm2;1,7 ±

0,85%; dan 3,8 ± 0,37sedangkan hasil uji terhadap kualitas kulit sapi wet blue dengan masa penyimpanan ≥24 bulan berturut – turut adalah 5,8 ± 0,40%; 19,62 ± 0,28 N/mm2; 3,0 ± 0,57; dan

2,2 ± 0,66. Penurunan kualitas kulit sapi wet blue dengan masa penyimpanan ≥24 bulan lebih banyak daripada ≤12 bulan (p < 0,05).

(2)

PENGANTAR

Langkah penting dalam melakukan kegiatan produksi adalah terpenuhinya kuantitas dan kualitas bahan baku yang dibutuhkan. Bahan baku pembuatan leather yang paling banyak diperjual belikan di Indonesia adalah jenis kulit wet blue yaitu kulit yang disamak menggunakan krom namun belum dikeringkan dan masih dalam keadaan setengah basah.

Kendala yang dihadapi oleh perusahaan penyamakan kulit PT. Usaha Loka saat ini adalah penumpukan kulit wet blue karena masa tunggu untuk proses pasca tanning. Sebagian besar kulit wet blue yang disimpan menunjukkan indikasi terjadinya penurunan kualitas, sehingga proses pasca tanning menjadi tidak optimal dan menambah beban biaya produksi.

Menurut Purnomo (2010), karakteristik kulit wet blue selain memiliki pH rendah juga bermuatan positif sehingga apabila disimpan dalam kurun waktu yang cukup lama akan mengalami perubahan muatan, perubahan tingkat keasaman, penurunan kekuatan serat dan warna kulit. Wet blue yang mengalami penyimpanan cukup lama juga akan mengalami kondisi kering dan akan kesulitan untuk di proses selanjutnya.

Sejauh mana penurunan kualitas kulit wet blue dengan masa penyimpanan lebih dari 24 bulan sampai saat ini belum dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji perbandingan kualitas kulit wet blue dengan masa penyimpanan kurang dari atau sama dengan 12 dan lebih dari atau sama dengan 24 bulan, sehingga dapat berguna bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan dalam mengelola penyimpanan kulit sapi wet blue.

Tinjauan teori

Kulit wet blue

Tahapan dalam proses penyamakan kulit dapat digolongkan menjadi empat tahapan besar, yaitu: 1) Beam House Operation sebagai pendahulu dalam

(3)

proses ini, mencakup proses perendaman, pengapuran, penghilangan kapur, pengikisan protein dan yang terakhir pengawetan secara pengasaman. 2) Proses penyamakan, proses penyamakan inilah yang menjadi proses utama dari semua proses karena proses ini merubah sifat kulit yang tidak stabil menjadi kulit yang stabil terhadap perlakuan-perlakuan tertentu, seperti bakteri, bahan kimia dan perlakuan fisik (gesekan, panas dan dingin). Menurut Purnomo (2016), zat penyamak yang paling banyak digunakan dalam dunia industri penyamakan adalah zat penyamak mineral terutama krom (chrome), sehingga hasil dari proses tersebut disebut kulit wet blue (kulit samak krom). 3) Proses Pasca Tanning, proses ini memegang peran penting dalam industri penyamakan kulit yaitu memberikan karakter, memberikan sifat-sifat kulit melalui proses basah. 4) Proses finishing bertujuan untuk memperindah tampilan kulit dan memperbaiki tampilan kulit (Hermawan et al., 2014).

Kulit wet blue adalah kulit yang disamak menggunakan krom namun belum dikeringkan dan masih dalam keadaan setengah basah, ditunjukan dengan warna biru yang berubah menjadi lebih pucat pada waktu pengeringan, namun ada yang perlu diperhatikan bahwa kulit wet blue akan meningkat keasamannya pada waktu pemerahan (aging) sehingga sangat peka terhadap variasi pH. Kulit wet blue dikelompokkan dalam empat kelas yaitu kualitas I, II, III dan IV. Klasifikasi ini berdasarkan pada banyak sedikitnya kerusakan dan tempat kerusakan (Thorstensen, 1993).Menurut Purnomo (2010), wet blue selain memiliki pH rendah juga bermuatan positif dan apabila disimpan dala kurun waktu yang cukup lama juga akan mengalami perubahan muatan, keasaman, ketahanan serat dan warna kulit. Wet blue yang mengalami penyimpanan cukup lama juga akan mengalami kondisi kering dan perlu dilakukan penanganan kembali.

Penyimpanan

Masa penyimpanan raw materials (wet blue) yang terlalu lama dapat beresiko menyebabkan penurunan kadar air. Apabila kulit wet blue memiliki kadar air < 30%, resiko yang ditimbulkan adalah kulit menjadi kaku dan sulit untuk terbasahkan kembali sehingga akan menghambat penetrasi chemicals pada

(4)

saat pasca tanning (Purnomo et al., 2018). Penurunan kadar air kulit wet blue juga beresiko terhadap lepasnya gugus OH- (Kusmaryanti et al., 2016). Pelepasan

gugus OH- menyebabkan gugus Cr3+ dari garam krom tidak berpasangan lagi,

sehingga Cr3+ yang sudah terpenetrasi ke dalam kulit akan mengalami dehidrasi.

Gugus OH- pada kulit wet blue diperoleh dari proses basifying menggunakan basa lemah maupun basa kuat pada saat tanning. Molekul H2O juga ikut berperan

dalam menaikkan basisitas karena penambahan OH- (Covington, 2009).

Menurut Rozalia (2014), kulit wet blue dapat tahan disimpan dalam jangka waktu 1 tahun dengan cara penyimpanan khusus, yaitu dengan menyimpan pada tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung, menumpuk grain dengan grain dan flesh dengan flesh, setelah itu menutup tumpukan kulit dengan plastik supaya tidak mengering dan harus selalu dikondisikan dalam keadaan basah.

Penumpukan kulit disesuaikan dengan kualitas kulitnya agar terhindar dari kerusakan. Selama proses penyimpanan, kulit wet blue sangat rentan ditumbuhi jamur dan bakteri yang dapat mempengaruhi perubahan struktur dari kualitas wet blue awal, sehingga perlindungan terhadap kulit sangatlah penting. Perhatian terhadap packaging juga sangat menentukan perlindungan terhadap kulit wet blue, terutama untuk penyimpanan dalam jangka panjang (Widowati dan Sugeng, 2008).

Standar mutu kulit wet blue

Menurut SNI no. 06-3535-1994 mengenai standar mutu kulit sapi wet blue dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Standart mutu kulit sapi wet blue Kualitas

Kulit Wet Blue

Keterangan

A Luas kerusakan maksimal 5%, kerusakan tidak karena bakteri, kerusakan ringan tidak di bagian yang penting, struktur kulit baik, dipakai untuk full grain.

(5)

B Luas kerusakan maksimal 10%, kerusakan boleh dibagian yang sedikit penting, struktur kulit baik, dipakai untuk kulit yang difinish pigment.

C Luas kerusakan maksimal 30%, kerusakan boleh agak berat. Struktur kulit sedang, dipakai untuk kulit corrected grain. D Luas kerusakan maksimal 40%, kerusakan boleh agak berat

tapi tidak tembus daging, strktur kulit sedang, dipakai untuk kulit corrected.

E Luas kerusakan maksimal 50%, kerusakan berat asal tidak merusak kulit (kulit masih bisa dipakai), kerusakan boleh di tempat yang penting, struktur kulit kosong dan tipis.

R Luas kerusakan maksimal >50%, kerusakan kulit sangat berat, kerusakan hampir di seluruh bagian kulit.

Permasalahan

1. Belum diketahui seberapa besar penurunan kualitas kulit sapi wet blue dengan masa simpan ≤ 12 bulan dan ≥ 24 bulan.

2. Belum diketahui perbedaan kualitas kulit sapi wet blue yang disimpan ≤ 12 bulan dengan kulit sapi wet blue yang telah disimpan dalam waktu ≥ 24 bulan.

Tujuan

1. Mengetahui penurunan kualitas kulit sapi wet blue dengan masa penyimpanan ≤ 12 bulandan ≥ 24 bulan.

2. Membandingkan kualitas kulit sapiwet blue baru dengan kulit sapi wet blue yang disimpan ≤ 12 bulan dan ≥ 24 bulan.

(6)

MATERI DAN METODE

Materi

Sampel yang digunakan adalah sebanyak 300 side kulit sapi wet blue yang disimpan ≤12 bulan dan 300 side kulit sapi wet blue yang disimpan lebih dari ≥ 24 bulan. Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain: softness meter, mesin measuring, hydrometer, tensile strength tester.

Metode

Kulit sapi wet blue dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok A adalah kulit sapi wet blue yang disimpan ≤12 bulan, dan kelompok B adalah kulit sapi wet blue yang telah disimpan ≥ 24 bulan. Dilakukan sortasi dan grading pada kedua kelompok tersebut. Alur pelaksanaan penelitian dapat dilihat paga gambar 1. Setelah itu, dilakukan uji fisis di balai besar kulit, karet dan plastik (BBKKP) Yogyakarta yang meliputi uji sorftness, warna, luasan defek, kadar air, dan kuat tarik.

Gambar 1. Tahapan pelaksanaan penelitian

Ageing Ageing

Penyimpanan (> 12 bulan) Penyimpanan

(≤ 12 bulan)

Pengujian fisis di BBKKP Yogyakarta Hides Wet blueproduksi PT. Usaha Loka

(7)

Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan SPSS versi 17.0 untuk windows (IBM, 2009). Analisis yang digunakan adalah analisis compare means (One sample T-Test) untuk membandingkan masing-masing perlakuan (Astuti, 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Gambar 2 dan 3 menujukkan perbandingan tampilan fisik antara kulit sapi wet blue yang disimpan ≤ 12 bulan dan kulit sapi wet blue yang disimpan ≥ 24 bulan. Hasil pengujian terhadap kualitas fisis kulit sapi wet bluedengan masa penyimpanan yang berbeda di PT. Usaha Loka disajikan pada tabel 2.

Gambar 2. Hides wet blue ≤ 12 bulan Gambar 3. Hides wet blue≥ 24 bulan

Tabel 2. Kadar formaldehyde terikat dan temperatur kerut ikan pari

Parameter Hides wet blue

(≤ 12 bulan) Hides wet blue (≥ 24 bulan)

Kadar air (%) 34,2 ± 0,47a 5,8 ± 0,40b

Kuat Tarik (N/mm2) 23,73 ± 0,32a 19,62 ± 0,28b

Luasan defek (%) 1,7 ± 0,85a 3,0 ± 0,57b

Softness 2,2 ± 0,66a 3,8 ± 0,37b

(8)

Pembahasan

Luasan defek, dan softness diukur menggunakan skala pengukuran. Skala penilaian untuk luasan defek adalah sebagai berikut: nilai 1: luasan defek < 10%; nilai 2: luasan defek 10 – 29%; nilai 3: luasan defek >29 – 50%; nilai 4: luasan defek >50%. Skala penilaian untuk tingkat softness yaitu: nilai 1: lemas +; nilai 2: lemas; nilai 3: kaku; dan nilai 4: kaku+.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar air kulit sapi wet blue dengan masa penyimpanan ≤ 12 bulan adalah sebesar 34,2 ± 0,47 %. Kulit wet blue dikatakan memiliki kadar air yang standar apabila berada pada kisaran 30 – 35% (Kasmudjiastuti et al., 2016). Kandungan air yang terkandung dalam kulit wet blue menentukan tingkat kelemasan/ softness. Penyimpanan ≥ 24 bulan menyebabkan terjadinya penurunan nyata tingkat softness menjadi 3,8 ± 0,37 (kaku) karena penurunan kadar air yang signifikan (p < 0,05). Apabila kulit wet blue memiliki kadar air < 30%, resiko yang ditimbulkan adalah kulit menjadi kaku dan sulit untuk terbasahkan kembali sehingga akan menghambat penetrasi chemicals pada saat pasca tanning (Purnomo et al., 2018). Penurunan kadar air kulit wet bluejuga beresiko terhadap lepasnya gugus OH- (Kusmaryanti et al., 2016). Pelepasan gugus OH- menyebabkan gugus Cr3+ dari garam krom tidak berpasangan lagi, sehingga Cr3+ yang sudah terpenetrasi ke dalam kulit akan mengalami dehidrasi. Gugus OH- pada kulit wet blue diperoleh dari proses basifying menggunakan basa lemah maupun basa kuat pada saat tanning. Molekul H2O juga ikut berperan dalam menaikkan basisitas karena penambahan OH

-(Covington, 2009).

Kuat tarik kulit sapi wet blue dengan dua periode penyimpanan yang berbeda menunujukkan perbedaan yang nyata. Kulit sapi wet blue dengan masa penyimpanan ≥ 24 bulan memiliki kuat tarik lebih rendah, hal ini dipengaruhi oleh kadar air dalam kulit wet blue. Semakin rendah kandungan air hingga mencapai kurang dari 30% menyebabkan serat-serat kolagen kulit cenderung mengalami dehidrasi, sehingga kekuatan tariknya akan menurun (Onem et al., 2017). Kekuatan tarik adalah besar gaya tarik maksimal alat untuk menarik kulit sampai

(9)

putus (N/cm2). Standar nilai kekuatan tarik kulit jadi (leather) ikan pari minimal

200 N/mm2, sedangkan standar kuat tarik untuk kulit tersamak dan belum

pengalami proses pasca tanning serta finishing adalah dibawah srandar kuat Tarik untuk leather (Sahubawa et al., 2011).

Luasan defek pada kulit sapi wet blue menunjukkan nilai yang meningkat signifikan apabila masa penyimpanan diperpanjang. Penyimpanan ≤ 12 bulan memberikan efek kulit wet blue dengan total defek 10 - 29 %, sedangkan penyimpanan ≥ 24 bulan menunujukkan luasan defek hamper 50 % dari total luas kulit. Penyimpanan menyebabkan resiko terjadi pertumbukan mikroorganisme tidak diingikan yang dapat merusak kulit (Jhon, 1997). Beberapa perusahaan penyamakan menambahkan zat anti pembetukan jamur serta penghambat pertumbuhan bakteri (BASF, 2007).

Penurunan kualitas kulit sapi wet blue selain dipengaruhi oleh faktor penyimpanan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lain antara lain: 1) over mechanical action ketika proses tanning menyebabkan kerusakan serat kolagen kulit; 2) konsentrasi tinggi memberikan efek penetrasi bahan penyamak chrome yang cepat tetapi kulit beresiko mudah terdehidrasi pada masa penyimpanan yang panjang; 3) over basifying menyebabkan defek endapan chrome; dan 4) penggunaan garam dengan kepekatan tinggi menyebabkan jumlah chrome terikat akan semakin berkurang (Wu et al., 2014).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kualitas kulit sapi wet blue dengan masa penyimpanan ≤ 12 bulan berbeda nyata dengan masa penyimpanan ≥ 24 bulan. Penyimpanan kulit sapi wet blue dengan masa penyimpanan ≥ 24 bulan menunjukkan penurunan kualitas yang meliputi kadar air, kuat tarik, tingkat softness, serta menujukkan penambahan luasan defek.

(10)

Saran

Berdasarkan hasil penelitian terhadap perbandingan kualitas kulit sapi wet blue dengan masa penyimpanan ≤ 12 bulan dan ≥ 24 bulan, maka disarankan sebagai berikut:

1. Penyimpanan kulit sapi wet blue dengan masa penyimpanan ≤ 12 bulan belum signifikan terjadi penurunan kualitas sehingga segera dapat dilanjutkan proses pasca tanning.

2. Penyimpanan kulit sapi wet blue dengan masa penyimpanan ≥ 24 bulan secara signifikan menunjukkan penurunan kualitas, sehingga tidak disarankan untuk melakukan penyimpanan kulit sapi wet blue≥ 24 bulan. 3. Perlu dilakukan perbaikan pengaturan proses kulit sapi wet blue, sehingga

tidak terjadi penyimpanan kulit sapi wet blue≥ 24 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, M. Pengantar ilmu statistik untuk peternakan dan kesehatan hewan. Binasti Publisher. Bogor. 2007.

BASF. 2007. Pocket book for the leather technology 4ed. BASF Aktiengesellschaft. Ludwigshafen. Germany. 69 – 72.

Covington, T. 2009. Tanning chemistry:the science of leather. The Royal Society of Chemistry Publisher. Cambridge, UK. 223 – 228.

Hermawan, P. 2014. Teknologi pengolahan kulit. Akademi Teknologi Kulit. Yogyakarta.

IBM®, SPSS Statistics Editions, IBM Corporation Software Group, United States of America, 2009.

Jhon,G. 1997. Possible defect in leather production. Europaring 24 D-68623. Lamperthein. 64 – 67.

Onem, E., Yorgancioglu, A., Karavana, H.A., Yilmaz, O., 2017. Comparison of different tanning agents on the stabilization of collagen via differential scanning calorimetry. J. Therm. Anal. Calorim. 129 (1), 615-622.

(11)

Purnomo, E. 2010. Teknologi pasca tanning. Akademi Teknologi Kulit.Yogyakarta.

Purnomo, E. 2016. Teknologi penyamakanmineral. Program Studi Teknologi Pengolahan Kulit,Politeknik ATK Yogyakarta. Yogyakarta.

Purnomo, E., S. S. Abdullah, E. Anggriyani, L. Rachmawati. 2018. Teknik pasca tanning kulit kecil. Program Studi Pengolahan Kulit, Politeknik ATK Yogyakarta. Yogyakarta.

Rozalia, C. 2014. Pengendalian bahan baku kulit wet blue Sapi untuk produksi kulit upper. Akademi Teknologi Kulit. Yogyakarta.

Sahubawa, L., A. Pertiwiningrum, A. T. Pamungkas. 2011. Pengaruh kombinasi bahan penyamak formalin dan syntan terhadap kualitas kulit ikan pari tersamak. Majalah Kulit, Karet dan Plastik. 27 (1), 38 – 45.

SNI No. 06-3535. 1994. Standar mutu kulit wet blue. Dinas Perindustrian. Jakarta. Kasmudjiastuti, E., B. Pidhatika, I. W. Pahlawan, dan G. Griyanitasari. 2016. Pengembangan Penyamakan Kulit Ramah Lingkungan (Bebas Khrom) dengan Bahan Penyamak Nabati untuk Kulit Bagian Atas Sepatu (Shoe Upper). Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik. Yogyakarta.

Kusmaryanti, T., R. Ibrahim dan P. H. Riyadi. 2016. Pengaruh perbedaan bahan penyamak terhadap kualitas kulit ikan pari mondol (Himaruta gerrardi) tersamak. Indonesian J. of Fisher Sci. and Tech. 11 (2). 140 – 147. Thorstensen, T. C. 1997. Practical leather technology. Krieger Publishing

Company. Malabar, Florida. 105 – 109.

Wazah, E. Purnomo, dan S. S. Abdullah. 2014. Teknik penyamakan kombinasi. Akademi Teknologi Kulit. Yogyakarta.

Widowati, T. P. dan Sugeng. 2008. Alih teknologi pengawasan mutu kulit dan sortasi kulit wet blue di Padang Panjang Sumatera Selatan. Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik. Yogyakarta.

Wu, C., W. Zhang, X. Liao, Y. Zeng and B. Shi. 2014. Transposition of chrome tanning in leather making. J. American Leather Ass. 196 (6). 176 – 183.

Gambar

Gambar 1. Tahapan pelaksanaan penelitian
Tabel 2. Kadar formaldehyde terikat dan temperatur kerut ikan pari

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan untuk mengkaji perubahan kualitas kulit polong kedelai yang difermentasi dengan berbagai aras cairan rumen sapi dan lama pemeraman yang berbeda ditinjau

Penambahan tepung kulit manggis (TKM) pada pakan Kambing Peranakan Etawa tidak memberikan pengaruh terhadap kadar antioksidan, pH susu, bahan kering susu, total

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara jenis kemasan dan lama penyimpanan yang berbeda terhadap tekstur, warna, aroma dan kerapatan wafer

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,