• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAYANAN REFERENSI VIRTUAL: SEBUAH STRATEGI JASA LAYANAN REFERENSI DI PERPUSTAKAAN Anisa Sri Restanti Pustakawan Universitas Jenderal Soedirman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAYANAN REFERENSI VIRTUAL: SEBUAH STRATEGI JASA LAYANAN REFERENSI DI PERPUSTAKAAN Anisa Sri Restanti Pustakawan Universitas Jenderal Soedirman"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang yang merupakan kontribusi bagi masyarakat, Perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi memegang peranan penting dalam penyebaran informasi. Priyanto (2011) menyatakan bahwa perguruan tinggi yang besar memiliki tiga peran utama, yaitu (1) pendidikan yang luar biasa bagi para mahasiswa; (2) penelitian, pengembangan, dan desiminasi ilmu pengetahuan; dan (3) kegiatan

budaya dan keilmuan. Perpustakaan sebagai jantung universitas mempunyai tantangan besar untuk mendukung ketiga peran tersebut.

Pada masa ini, dunia kepustakawanan sedang mengalami masa transisi yang sangat besar dilihat dari sisi koleksi, sumber daya manusia (SDM), dan fasilitas fisik perpustakaan. Perubahan ini merupakan LAYANAN REFERENSI VIRTUAL:

SEBUAH STRATEGI JASA LAYANAN REFERENSI DI PERPUSTAKAAN Anisa Sri Restanti

Pustakawan Universitas Jenderal Soedirman Abstrak

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memegang peranan penting dalam penyebaran informasi. Pada masa ini dunia kepustakawanan sedang mengalami masa transisi yang sangat besar dilihat dari sisi koleksi, SDM, dan fasilitas fi sik perpustakaan. Perubahan ini merupakan penyesuaian kebutuhan pemustaka karena permasalahan-permasalahan yang terjadi pada saat ini. Terdapat beberapa layanan jasa informasi dalam sebuah perpustakaan perguruan tinggi. Salah satu di antaranya adalah layanan referensi. Menurut Tao (2009), penggunaan perpustakaan secara fi sik telah bergeser ke format

online sehingga berimbas pada menurunnya transaksi pada layanan jasa referensi. Artikel ini membahas

layanan referensi virtual beserta perencanaan dan strateginya. Selanjutnya, artikel ini disusun berdasarkan studi literatur yang mendukung pokok bahasan. Berdasarkan studi literatur, dapat diketahui bahwa layanan referensi virtual adalah salah satu strategi perpustakaan dalam memberikan layanan referensi. Selanjutnya, perpustakaan dapat menghadirkan layanan referensi dalam “genggaman tangan” sehingga layanan referensi tidak ditinggalkan oleh pemustaka.

Kata Kunci : layanan, referensi, informasi, literatur, virtual, perencanaan, strategi Abtract

The development of information and communication technologies play an important role in the dissemination of information. At this time, the world of librarianship is undergoing a huge transition in terms of collections, human resources and physical facilities of the library. This change is an adjustment of the needs of the patrons as well as problems that occur at this time. There are several information services in a college library, one of which is a reference service. According to Tao (2009) use a physical library has shifted to an online format so that the impact on the decrease of the transaction reference services. This article discusses the virtual reference services as well as planning and strategy. Furthermore, this article is based on the study of literature that supports the subject. Based on the study of literature can be seen virtual reference services is one strategy in the library reference service. Furthermore, the library can deliver a service reference in the “one touch” so that services are not abandoned by the patrons. Keywords : services, reference, information, literature, virtual, planning, strategy

(2)

penyesuaian kebutuhan pemustaka dan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada saat ini. Perilaku pencari informasi yang sebagian besar mahasiswa telah mengalami pergeseran.Salah satu faktor penyebabnya adalah karakteristik pemustaka, khususnya mahasiswa sebagai generasi digital atau disebutdigital native.Generasi muda tidak melihat internet sebagai teknologi, melainkan sebagai bagian kehidupan. Dalam berbagai survei yang dilakukan oleh OCLC, terbukti mereka lebih memilih, yaitu memulai proses pencarian informasi dengan mesin pencari dibandingkan dengan sumber informasi lainnya, termasuk perpustakaan dan pustakawan (OCLC 2005 dalam Zuntriana, 2010).

Terdapat beberapa layanan jasa informasi dalam sebuah perpustakaan perguruan tinggi. Salah satu di antaranya adalah layanan referensi. Menurut Tao (2009), penggunaan perpustakaan secara fisik telah bergeser ke format online ‘dalam jaringan’ sehingga berimbas pada menurunnya transaksi pada layanan jasa referensi. Sebuah survei yang dilakukan oleh Asociation Research

Library (ARL) pada tahun 2004 tercatat

bahwa empat puluh satu perpustakaan di seluruh negara menyediakan layanan jasa di luar perpustakaan. Beberapa perpustakaan perguruan tinggi menyediakan layanan referensi sebagai layanan keliling yang diberikan di asrama mahasiswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Leonard dalam Tao (2009)bahwa pemustaka cenderung untuk mengunjungi perpustakaan dan kemudian pustakawan harus mengunjungi pemustakanya.

Hal ini menjadi kesenjangan sehingga memunculkan pertanyaan, yaitu bagaimana strategi perpustakaan agar layanan referensi tidak ditinggalkan pemustaka. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu membahas layanan referensi virtual,

perencanaan, dan strateginya sebagai upaya untuk memberikan layanan perpustakaan dengan menghadirkan layanan referensi dalam “genggaman tangan” pemustaka sehingga layanan referensi tidak ditinggalkan oleh pemustaka.

B. Pembahasan 1. Layanan Referensi

Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan setiap individu dapat meakses informasi dengan mudah. Walaupun demikian, banyak informasi yang tersedia menyebakan sebagia masyarakat--dalam hal ini—pemustaka mendapatkan informasi yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini dapat dipahami karena informasi yang ada tidak semuanya berkualitas. Oleh karena itu, dibutuhkan keterampilan khusus untuk dapat mengakses informasi dengan tepat. Perpustakaan merupakan salah satu tempat yang tepat untuk mendapatkan informasi yang berkualitas. Di dalam perpustakaan tersedia layanan yang memberikan fasilitas asistensi untuk mengidentifikasi sumber informasi berupa cetakandan elektronik yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan informasi, asistensi, dan instruksi, baik formal maupun informal untuk mengoptimalkan pemanfaatan layanan yang tersedia pada perpustakaan.Perpustakaan pun memberi informasi yang up to date dan faktual setiap saat dibutuhkan seperti layanan referensi (Thomas Galvin dalam Prasetyawan, 2012).

Layanan referensi sering juga disebut sebagai layanan informasi. Layanan informasi dalam pengertian umum adalah proses membantu pemustaka mengidentifikasi sumber informasi untuk menjawab pertanyaan, ketertarikan, dan tugas/masalah tertentu. Dengan mengacu pada keputusan konvensi

Reference and User Service Association dari American Library Association tentang definisi

dan ruang lingkup kerja layanan referensi, Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan setiap individu dapat meakses informasi dengan mudah. Walaupun demikian, banyak informasi yang tersedia menyebakan sebagia masyarakat--dalam hal ini—pemustaka mendapatkan informasi yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini dapat dipahami karena informasi yang ada tidak semuanya berkualitas. Oleh karena itu, dibutuhkan keterampilan khusus untuk dapat mengakses informasi dengan tepat. Perpustakaan merupakan salah satu tempat yang tepat untuk mendapatkan informasi yang berkualitas. Di dalam perpustakaan tersedia layanan yang memberikan fasilitas asistensi untuk mengidentifikasi sumber informasi berupa cetakandan elektronik yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan informasi, asistensi, dan instruksi, baik formal maupun informal untuk mengoptimalkan pemanfaatan layanan yang tersedia pada perpustakaan.Perpustakaan pun memberi informasi yang up to date dan faktual setiap saat dibutuhkan seperti layanan referensi (Thomas Galvin dalam Prasetyawan, 2012).

Layanan referensi sering juga disebut sebagai layanan informasi. Layanan informasi dalam pengertian umum adalah proses membantu pemustaka mengidentifikasi sumber informasi untuk menjawab pertanyaan, ketertarikan, dan tugas/masalah tertentu. Dengan mengacu pada keputusan konvensi

Reference and User Service Association dari American Library Association tentang definisi

dan ruang lingkup kerja layanan referensi, Salah

digital native

Perpustakaan Terdapat beberapa layanan jasa

informasi dalam sebuah perpustakaan perguruan tinggi. Salah satu di antaranya adalah layanan referensi. Menurut Tao (2009), penggunaan perpustakaan secara fisik telah bergeser ke format online ‘dalam jaringan’ sehingga berimbas pada menurunnya transaksi pada layanan jasa referensi. Sebuah survei yang dilakukan oleh Asociation Research

Library (ARL) pada tahun 2004 tercatat

bahwa empat puluh satu perpustakaan di seluruh negara menyediakan layanan jasa di luar perpustakaan. Beberapa perpustakaan perguruan tinggi menyediakan layanan referensi sebagai layanan keliling yang diberikan di asrama mahasiswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Leonard dalam Tao (2009)bahwa pemustaka cenderung untuk mengunjungi perpustakaan dan kemudian pustakawan harus mengunjungi pemustakanya.

Hal ini menjadi kesenjangan sehingga memunculkan pertanyaan, yaitu bagaimana strategi perpustakaan agar layanan referensi tidak ditinggalkan pemustaka. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu membahas layanan referensi virtual,

(3)

Prasetyawan (2012) menyatakan bahwa layanan referensi adalah kegiatan konsultasi informasi di mana staf pustakawan merekomendasikan, menginterpretasikan, mengevaluasi, serta menggunakan sumber daya informasi untuk membantu pemustaka memenuhi kebutuhan informasinya. Cakupan ruang lingkup pekerjaan layanan referensi adalah transaksi referensi dan kegiatan lain yang melibatkan penciptaan dan pengolahan sumber daya informasi yang meliputi pengembangan dan pemeliharaan koleksi referensi, sistem temu kembali informasi,

database, website ‘laman’, mesin pencari, dan

lain-lain agar dapat dimanfaatkan secara mandiri oleh pemustaka untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Sementara itu, ruang lingkup pekerjaan selanjutnya adalah kegiatan penilaian yang mencakup penilaian dan evaluasi kegiatan referensi, sumber daya, jasa, dan layanan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa semakin berkembang kuantitas informasi, pemustaka semakin membutuhkan bantuan dalam mengidentifikasi, temu kembali, dan mengevaluasi informasi yang spesifik sesuai kebutuhan mereka. Dengan kata lain, mereka butuh bantuan pustakawan. Inilah tugas pustakawan referensi atau disebut layanan referensi, layanan informasi, layanan pengguna, layanan penelitian, help desk. Inti layanan yang dimaksudkan adalah untuk menolong pemustaka mendapatkan yang diinginkan (Bopp dalam Wicaksono, 2013). Namun demikian, menurut Tao (2007), penggunaan perpustakaan secara fisik telah berubah melalui pergeseran dominan ke format online karena transaksi referensi telah menurun. Menurut beliau, kunjungan ke perpustakaan dan kebutuhan untuk terus mendapatkan bantuan informasi secara tatap muka menuntut pustakawan untuk menciptakan cara-cara baru untuk membawa layanan kepada pemustaka.

2. Perencanaan Layanan Referensi Virtual Dalam mengembangkan layanan

referensi, perpustakaan hendaknya

memperhatikan perilaku pemustaka yang pada saat ini termasuk generasi digital atau sering disebut sebagai digital native. Generasi ini tidak melihat internet sebagai teknologi, melainkan sebagai bagian kehidupan. Oleh karena itu, perpustakaan harus mengikuti kebiasaan mereka. Salah satu cara untuk tetap dekat dengan mereka adalah memberikan layanan referensi virtual.

Virtual merupakan sesuatu yang nyata namun tidak konkrit (Shields, 2011). Layanan referensi virtual adalah layanan referensi yang dilakukan secara elektronik yang mana pemustaka menggunakan perangkat komputer dan teknologi lainnya untuk berkomunikasi dengan staf pustakawan referensi tanpa bertemu secara fisik (RUSA dalam Prasetyawan, 2012). Dengan layanan ini perpustakaan mampu memberikan layanan tujuh hari dalam seminggu dan 24 jam dalam sehari.

Dalam merencanakan layanan referensi virtual, dibutuhkan sebuah analisis strategis. Hal yang perlu dilakukan dalam merencanakan layanan referensi virtual adalah menentukan tujuan dan sasaran. Tujuan yang ditetapkan akan memperjelas arah perubahan yang akan dituju, memotivasi untuk mengambil tindakan ke arah yang benar meskipun mungkin pada langkah awal secara pribadi menimbulkan hal yang tidak menyenangkan. Analisis strategis akan membantu pengkoordinasian tindakan yang berbeda. Ini akan berguna ketika mengalami hambatan dalam pelaksanaan layanan referensi virtual.

Selanjutnya, analisis terhadap kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman perlu dilakukan. Kegiatan ini sering kita dengar dengan istilah SWOT (strenght,

weakness, opportunity, threat).

dimana

Virtual merupakan sesuatu yang nyata namun tidak konkrit (Shields, 2011). Layanan referensi virtual adalah layanan referensi yang dilakukan secara elektronik yang mana pemustaka menggunakan perangkat komputer dan teknologi lainnya untuk berkomunikasi dengan staf pustakawan referensi tanpa bertemu secara fisik (RUSA dalam Prasetyawan, 2012). Dengan layanan ini perpustakaan mampu memberikan layanan tujuh hari dalam seminggu dan 24 jam dalam sehari.

Dalam merencanakan layanan referensi virtual, dibutuhkan sebuah analisis strategis. Hal yang perlu dilakukan dalam merencanakan layanan referensi virtual adalah menentukan tujuan dan sasaran. Tujuan yang ditetapkan akan memperjelas arah perubahan yang akan dituju, memotivasi untuk mengambil tindakan ke arah yang benar meskipun mungkin pada langkah awal secara pribadi menimbulkan hal yang tidak menyenangkan. Analisis strategis akan membantu pengkoordinasian tindakan yang berbeda. Ini akan berguna ketika mengalami hambatan dalam pelaksanaan layanan referensi virtual.

Selanjutnya, analisis terhadap kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman perlu dilakukan. Kegiatan ini sering kita dengar dengan istilah SWOT (strenght,

weakness, opportunity, threat). 2. Perencanaan Layanan Referensi Virtual

(4)

Strenght‘kekuatan’ adalah sumber daya atau

kemampuan yang dimiliki oleh perpustakaan dan dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan suatu program kegiatan. Weakness ‘kelemahan’ adalah keterbatasan yang berasal dari dalam perpustakaan yang dimungkinkan akan menghambat suatu program jika tidak segera diatasi. Opportunity ‘peluang’ adalah beberapa situasi yang menguntungkan, berasal dari luar perpustakaan, dan mampu memberikan dukungan dalam pelaksanaan suatu program kegiatan. Threat ‘ancaman’ adalah situasi/keadaan yang kurang menguntungkan, berasal dari luar perpustakaan, dan dapat menghambat proses pengembangan suatu program kegiatan. Hasil analisisnya dapat digunakan untuk mengetahui kesiapan pelaksanaan layanan referensi virtual, termasuk kesiapan finansial untuk mengukur kualitas dan kuantitas layanan dengan sumber daya yang dimiliki. Selanjutnya, dibuat sebuah kegiatan publikasi untuk mengenalkan adanya layanan referensi virtual bagi pemustaka. Setelah dipublikasikan, waktunya untuk melaksanakan layanan referensi virtual. Namun, pelaksanaannya memerlukan evaluasi dengan memperhatikan saran atau kritik, baik dari dalam maupun di luar perpustakaan untuk memberikan layanan terbaik bagi pemustaka. 3. Strategi Pelaksanaan Layanan Referensi Virtual

Pemanfaatan internet mutlak dibutuhkan dalam melaksanakan layanan referensi virtual. Membuat website perpustakaan dan melengkapi dengan fitur-fitur pendukung merupakan langkah awal dalam melakukan layanan referensi virtual. Layanan referensi virtual yang terpasang dalam website harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. aprroachability, halaman interface pada

website agar mudah dan nyaman

digunakan untuk menelusuri informasi, serta menyediakan link gratis dan terbuka guna mengoptimalkan proses pencarian informasi,

b. interest, menjawab pertanyaan e-mail dengan segera disertai dengan kalimat yang menunjukkan antusiasme pustakawan dalam membantu pemustaka,

c. listening and inquiring, memperhatikan kebutuhan dan keluhan pengguna website dengan melakukan wawancara mendalam mengenai kebutuhan informasi pengguna, d. searching, mengoptimalkan fungsi mesin

pencari dan sistem temu kembali informasi pada website, dan

e. follow-up, tampilan website yang memberikan kesan kepada pengguna untuk datang atau menghubungi perpustakaan ketika membutuhkan informasi.

Selanjutnya, beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam membangun aplikasi web adalah menggunakan teknologi yang paling dikuasai oleh pengelola perpustakaan, menggunakan teknologi dengan standar terbuka (open standard), menghindari teknologi yang dikemudian hari membuat pengguna terkunci (vendor lockin) dan kesulitan jika ingin beralih ke teknologi lain, menghindari teknologi yang sudah atau akan dianggap usang, menggunakan model dokumen HTML yang sesuai standar dengan struktur yang baik, dan memperhatikan aspek aksesibilitas dan konsisten.

Beberapa strategi yang dibutuhkan dalam melaksanakan layanan referensi virtual, yaitu sebagai berikut.

1) Berintegrasi dengan teknologi Web 2.0

Perkembangan teknologi Web 2.0 dapat dimanfaatkan oleh layanan referensi untuk menyajikan layanan virtualnya menjadi lebih personal dan interaktif. Teknologi Web 2.0 merupakan teknologi website yang memungkinkan terjadinya interaksi dua arah antarpengguna website (Casey dalam

Strenght ‘kekuatan’

Pemanfaatan internet mutlak dibutuhkan dalam melaksanakan layanan referensi virtual. Membuat website perpustakaan dan melengkapi dengan fitur-fitur pendukung merupakan langkah awal dalam melakukan layanan referensi virtual. Layanan referensi virtual yang terpasang dalam website harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. aprroachability, halaman interface pada

website agar mudah dan nyaman

Selanjutnya, beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam membangun aplikasi web adalah menggunakan teknologi yang paling dikuasai oleh pengelola perpustakaan, menggunakan teknologi dengan standar terbuka (open standard), menghindari teknologi yang dikemudian hari membuat pengguna terkunci (vendor lockin) dan kesulitan jika ingin beralih ke teknologi lain, menghindari teknologi yang sudah atau akan dianggap usang, menggunakan model dokumen HTML yang sesuai standar dengan struktur yang baik, dan memperhatikan aspek aksesibilitas dan konsisten.

Beberapa strategi yang dibutuhkan dalam melaksanakan layanan referensi virtual, yaitu sebagai berikut.

1) Berintegrasi dengan teknologi Web 2.0

Perkembangan teknologi Web 2.0 dapat dimanfaatkan oleh layanan referensi untuk menyajikan layanan virtualnya menjadi lebih personal dan interaktif. Teknologi Web 2.0 merupakan teknologi website yang memungkinkan terjadinya interaksi dua arah antarpengguna website (Casey dalam

(5)

Prasetyawan, 2012). Beberapa implementasi teknologi informasi yang bisa digunakan untuk layanan referensi virtual adalah (i) aplikasi wiki, blog, microblog, dan podcast; (ii) aplikasi wiki, blog, microblog, dan

podcast; (iii) aplikasi wiki, blog, microblog,

dan podcast; dan (iv) jejaring sosial (social

networking).

Aplikasi wiki dan blog sangat cocok untuk mengaplikasikan manajemen pengetahuan. Aplikasi ini dapat digunakan untuk membuat konten bersama, baik oleh staf perpustakaan maupun oleh pemustaka. Wiki dan blog mendukung penciptaan, manajemen, distribusi, publikasi, dan temu kembali informasi (Turnbull dalam Prasetyawan, 2012). Wiki bisa juga digunakan untuk kebutuhan seperti membangun layanan ready

reference, membangun subject guides

(pathfinder), diskusi, dan proseding. Blog bisa digunakan untuk blog referensi untuk

newsletter kampus, bimbingan pembaca,

buletin berita, dan personal statemen.

Microblog merupakan blog yang menginformasikan, update, komentar dan memberitahukan pemustaka dalam format yang sangat ringkas. Podcas menyediakan akses melalui internet, tetapi menggunakan file audio. Pustakawan referensi dapat menggunakan podcas untuk memberikan tur tentang koleksi, mendistribusikan rekaman seminar, dan lain-lain.

Jejaring sosial (social networking) merupakan situs yang secara terstruktur memfasilitasi interaksi online antarpemustaka dan terbuka untuk berbagi data. Jejaring sosial memungkinkan seseorang untuk dapat selalu berinteraksi dengan rekan atau temannya dan saling berbagi informasi. Untuk pustakawan referensi, situs jejaring sosial dapat menjadi tempat baru menawarkan layanan referensi. 2) Kesiapan sumber daya manusia

Dalam pelaksanaan program ini, dibutuhkan kompetensi pustakawan yang

berkaitan dengan teknologi. Menurut Webjunction dalam Wiyarsih (2012), selain pustakawan mampu mengelola spam yang tidak berguna, syarat kompetensi pustakawan dalam bidang teknologi mencakup (a) core

mail, yaitu kemampuan dalam penggunaan mail, melakukan fungsi dasar dari aplikasi e-mail seperti menerima, membuka, mengirim,

atau menghapus pesan e-mail; (b) core

hardware, yaitu kemampuan penggunaan

komponen hardware dan harus disertai pengetahuan bagaimana alat tersebut dapat berfungsi sehingga apabila ada trouble dapat diatasi; (c) core internet, yaitu pustakawan memiliki kemampuan untuk memahami dan menggunakan internet dan world wide web untuk melakukan penelusuran informasi yang relevan dan akurat dengan kebutuhan pemustaka. Pustakawan dapat melakukan

download subjek-subjek dari book atau e-journal yang sering dicari pemustaka; (d) core operating system, yaitu pustakawan mampu

memahami fungsi sistem operasi dasar yang berhubungan dengan cara mengelola file atau

folder yang ada, mengecek virus, delete, dan

fungsi reycycle bin dapat membantu pustakawan dalam mengelola informasi; (e)

core software, yaitu kemampuan untuk

memahami dan dapat melakukan fungsi dasar aplikasi software, terutama yang berkaitan dengan otomasi perpustakaan; dan (f) core

web tools, yaitu kemampuan pustakawan

untuk menggunakan fasilitas atau peralatan yang berfungsi sebagai social networking seperti facebook, YouTube, MySpace, dll.

Selain yang baru disebutkan tadi, Cohn (2005) berpendapat bahwa kompetensi pustakawan referensi virtual meliputi kemampuan berkomunikasi secara online seperti chatting dan e-mail, memahami etiket dalam bentuk-bentuk komunikasi online; mampu melakukan transaksi referensi dalam lingkungan online secara efektif; memiliki keterampilan lanjutan dalam pencarian di Prasetyawan, 2012). Beberapa implementasi

teknologi informasi yang bisa digunakan untuk layanan referensi virtual adalah (i) aplikasi wiki, blog, microblog, dan podcast; (ii) aplikasi wiki, blog, microblog, dan

podcast; (iii) aplikasi wiki, blog, microblog,

dan podcast; dan (iv) jejaring sosial (social

networking).

Aplikasi wiki dan blog sangat cocok untuk mengaplikasikan manajemen pengetahuan. Aplikasi ini dapat digunakan untuk membuat konten bersama, baik oleh staf perpustakaan maupun oleh pemustaka. Wiki dan blog mendukung penciptaan, manajemen, distribusi, publikasi, dan temu kembali informasi (Turnbull dalam Prasetyawan, 2012). Wiki bisa juga digunakan untuk kebutuhan seperti membangun layanan ready

reference, membangun subject guides

(pathfinder), diskusi, dan proseding. Blog bisa digunakan untuk blog referensi untuk

newsletter kampus, bimbingan pembaca,

buletin berita, dan personal statemen.

Microblog merupakan blog yang menginformasikan, update, komentar dan memberitahukan pemustaka dalam format yang sangat ringkas. Podcas menyediakan akses melalui internet, tetapi menggunakan file audio. Pustakawan referensi dapat menggunakan podcas untuk memberikan tur tentang koleksi, mendistribusikan rekaman seminar, dan lain-lain.

Jejaring sosial (social networking) merupakan situs yang secara terstruktur memfasilitasi interaksi online antarpemustaka dan terbuka untuk berbagi data. Jejaring sosial memungkinkan seseorang untuk dapat selalu berinteraksi dengan rekan atau temannya dan saling berbagi informasi. Untuk pustakawan referensi, situs jejaring sosial dapat menjadi tempat baru menawarkan layanan referensi. 2) Kesiapan sumber daya manusia

Dalam pelaksanaan program ini, dibutuhkan kompetensi pustakawan yang 2) Kesiapan sumber daya manusia

Dalam pelaksanaan program ini, dibutuhkan kompetensi pustakawan yang

Selain yang baru disebutkan tadi, Cohn (2005) berpendapat bahwa kompetensi pustakawan referensi virtual meliputi kemampuan berkomunikasi secara online seperti chatting dan e-mail, memahami etiket dalam bentuk-bentuk komunikasi online; mampu melakukan transaksi referensi dalam lingkungan online secara efektif; memiliki keterampilan lanjutan dalam pencarian di Jejaring sosial (social networking)

merupakan situs yang secara terstruktur memfasilitasi interaksi online antarpemustaka dan terbuka untuk berbagi data. Jejaring sosial memungkinkan seseorang untuk dapat selalu berinteraksi dengan rekan atau temannya dan saling berbagi informasi. Untuk pustakawan referensi, situs jejaring sosial dapat menjadi tempat baru menawarkan layanan referensi.

Aplikasi wiki dan blog sangat cocok untuk mengaplikasikan manajemen pengetahuan. Aplikasi ini dapat digunakan untuk membuat konten bersama, baik oleh staf perpustakaan maupun oleh pemustaka. Wiki dan blog mendukung penciptaan, manajemen, distribusi, publikasi, dan temu kembali informasi (Turnbull dalam Prasetyawan, 2012). Wiki bisa juga digunakan untuk kebutuhan seperti membangun layanan ready

reference, membangun subject guides

(pathfinder), diskusi, dan proseding. Blog bisa digunakan untuk blog referensi untuk

newsletter kampus, bimbingan pembaca,

buletin berita, dan personal statemen.

Microblog merupakan blog yang menginformasikan, update, komentar dan memberitahukan pemustaka dalam format yang sangat ringkas. Podcas menyediakan akses melalui internet, tetapi menggunakan file audio. Pustakawan referensi dapat menggunakan podcas untuk memberikan tur tentang koleksi, mendistribusikan rekaman seminar, dan lain-lain.

(6)

internet; khususnya kemampuan untuk memilih “starting point” terbaik untuk pencarian online; memiliki kemampuan untuk mencari secara efektif seperti halnya pencarian dalam database perpustakaan; memiliki pengetahuan lanjutan tentang batasan dan perizinan yang berhubungan dengan penggunaan database perpustakaan; membantu pengguna secara online dalam menerapkan keterampilan berpikir kritis dalam

temu kembali; menggunakan dan

mengevaluasi informasi; mampu melakukan sesi browsing kolaboratif dengan pemustaka secara efektif; mampu mengevaluasi dan mengidentifikasi transaksi referensi secara

online untuk strategi perbaikan; mampu multitask dan mengelola beberapa Window;

mampu menciptakan dan menerapkan kebijakan transaksi referensi dalam lingkungan online; memiliki keterampilan pemecahan masalah serta mampu menjelaskan masalah teknis untuk mengidentifikasi solusi; memiliki kemampuan untuk mengefektifkan penggunaan perintah keyboard Windows dan

shortcuts; dan memiliki komitmen untuk

terus-menerus belajar guna meningkatkan keterampilan dalam semua bidang layanan referensi.

Selanjutnya, pedoman perilaku kinerja penyedia layanan referensi yang direkomendasikan oleh Reference and User

Service Association meliputi (i) pustakawan

referensi nampak bersahabat dan bersedia untuk membantu pemustaka dalam memenuhi kebutuhan informasi, antusiasme pustakawan yang bereferensi tinggi dalam pemberian layanan, pustakawan referensi mampu memahami dengan baik terhadap pertanyaan yang diajukan dan kemudian mampu mengidentifikasi kebutuhan informasi pemustaka sehingga pemustaka menjadi mudah dalam memenuhi kebutuhan informasinya, (ii) pustakawan referensi memiliki kemampuan yang dapat diandalkan

untuk menelusuri informasi yang dibutuhkan pemustaka secara akurat dan relevan, dan (iii) pustakawan referensi mampu mengenali apakah pemustaka sudah puas atau belum terhadap hasil pencarian informasi yang diberikan.

3) Memanfaatkan teknologi gerak

Perangkat bergerak (teknologi gerak) memungkinkan pemustaka untuk mengakses informasi atau melakukan transaksi tanpa terikat oleh tempat dan waktu. Perkembangan teknologi bergerak diawali dengan teknologi komunikasi khususnya teknologi telepon seluler atau telepon genggam yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan fasilitas telepon dan short message service. Perkembangan terkini kemampuan sebuah

smartphone pun dapat bersaing dengan sebuah

personal komputer.

Secara umum, aplikasi pada perangkat bergerak dikelompokkan menjadi dua. Pertama adalah aplikasi bergerak yang bersifat

native (native mobile application), yaitu

program atau kumpulan program yang bekerja pada perangkat bergerak untuk melakukan tugas tertentu. Tugas aplikasi ini mencakup fungsi yang sangat luas seperti mengirim/menerima panggilan telepon, mengirim/menerima pesan, browsing,

chatting, jejaring sosial, audio, video, game,

dll. Aplikasi bergerak mampu mengambil data secara on-line dari internet atau mengunduhnya dahulu kemudian digunakan secara offline. Aplikasi kedua adalah aplikasi bergerak berbasis web (web-based mobile

application), yaitu situs web seperti pada

umumnya yang berupa halaman-halaman web yang ditulis menggunakan HTML dan dapat diakses melalui internet. Kedua aplikasi tersebut dapat dimanfaatkan perpustakaan khususnya untuk mengembangkan layanan referensi dan cocok jika disuguhkan sebagai layanan referensi virtual karena aplikasi tersebut populer dan banyak penggunanya. 3) Memanfaatkan teknologi gerak

Perangkat bergerak (teknologi gerak) memungkinkan pemustaka untuk mengakses informasi atau melakukan transaksi tanpa terikat oleh tempat dan waktu. Perkembangan teknologi bergerak diawali dengan teknologi komunikasi khususnya teknologi telepon seluler atau telepon genggam yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan fasilitas telepon dan short message service. Perkembangan terkini kemampuan sebuah

smartphone pun dapat bersaing dengan sebuah

personal komputer.

Secara umum, aplikasi pada perangkat bergerak dikelompokkan menjadi dua. Pertama adalah aplikasi bergerak yang bersifat

native (native mobile application), yaitu

program atau kumpulan program yang bekerja pada perangkat bergerak untuk melakukan tugas tertentu. Tugas aplikasi ini mencakup fungsi yang sangat luas seperti mengirim/menerima panggilan telepon, mengirim/menerima pesan, browsing,

chatting, jejaring sosial, audio, video, game,

dll. Aplikasi bergerak mampu mengambil data secara on-line dari internet atau mengunduhnya dahulu kemudian digunakan secara offline. Aplikasi kedua adalah aplikasi bergerak berbasis web (web-based mobile

application), yaitu situs web seperti pada

umumnya yang berupa halaman-halaman web yang ditulis menggunakan HTML dan dapat diakses melalui internet. Kedua aplikasi tersebut dapat dimanfaatkan perpustakaan khususnya untuk mengembangkan layanan referensi dan cocok jika disuguhkan sebagai layanan referensi virtual karena aplikasi tersebut populer dan banyak penggunanya. Selanjutnya, pedoman perilaku kinerja

penyedia layanan referensi yang direkomendasikan oleh Reference and User

Service Association meliputi (i) pustakawan

referensi nampak bersahabat dan bersedia untuk membantu pemustaka dalam memenuhi kebutuhan informasi, antusiasme pustakawan yang bereferensi tinggi dalam pemberian layanan, pustakawan referensi mampu memahami dengan baik terhadap pertanyaan yang diajukan dan kemudian mampu mengidentifikasi kebutuhan informasi pemustaka sehingga pemustaka menjadi mudah dalam memenuhi kebutuhan informasinya, (ii) pustakawan referensi memiliki kemampuan yang dapat diandalkan

(7)

Layanan referensi virtual akan dapat dilaksanakan dengan baik jika terjadi hubungan yang sinergis antara pihak intern perpustakaan dengan lembaga induk yang menaungi perpustakaan. Kerja sama dapat terlaksana jika terjalin komunikasi yang baik dengan lembaga induk perpustakaan atau pihak di luar perpustakaan. Kerja sama dapat dilakukan dengan profesi lain, misalnya dengan para ahli teknologi infornasi. Selain itu, perpustakaan perlu menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain sehingga mau memberikan corporate social responsibility untuk mendukung kegiatan perpustakaan.

Gambar Mobile Reference Service

Sumber: Tao, 2009 C. Kesimpulan

Perkembangan teknologi informasi telah mengubah dunia kepustakawanan, antara lain pada koleksi, fasilitas, dan juga perilaku pemustaka. Perubahan tersebut menuntut pustakawan untuk menciptakan cara-cara baru untuk membawa layanan kepada pemustaka. Layanan referensi virtual merupakan salah satu pengembangan jenis layanan referensi dengan menyesuaikan perilaku pemustaka. Dengan layanan referensi virtual, perpustakaan mampu memberikan layanan tujuh hari dalam seminggu, 24 jam dalam sehari. Sebelum melaksanakan layanan

referensi virtual, diperlukan perencanaan dan strategi untuk mengetahui kesiapan dalam melaksanakan layanan ini. Layanan referensi virtual merupakan salah satu strategi perpustakaan sebagai upaya untuk memberikan layanan dengan menghadirkan layanan referensi dalam “genggaman tangan” sehingga layanan referensi tidak ditinggalkan oleh pemustaka.

Daftar Pustaka

Bryson, Jo. 1990. Effective Library and Information Centre Management. England: Gower.

Cohn, John M dan Ann L. Kelsey. 2005. Staffing the Modern Library: AHowto Do It Manual. New York: Neal-Shuman Publishers, Inc.

Nugroho, Y. Joko. 2014. “Pemanfaatan Teknologi Bergerak pada Layanan Perpustakaan” dalam Info Persada 12(2): 76—84.

Prasetyawan, Yanuar Yoga. 2012. “Wajah Masa Depan Layanan Referensi pada Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia” dalam Kepustakawanan Libraria2(1): 63—75.

Priyanto, I. F. 2011. “Meningkatkan Peran dan Fungsi Perpustakaan sebagai Sumber Rujukan Mutakhir untuk Menemukan Kebaruan Hasil Penelitian (Research Novelty)” dalam Seminar Nasional dalam Rangka Hibah PHKI Tema A 2011 di Perpustakaan Universitas Negeri Semarang, Semarang, 12 Juli 2011.

Qalyubi, Syihabuddin. 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Libraria 2(1): 63—75.

Perkembangan teknologi informasi telah mengubah dunia kepustakawanan, antara lain pada koleksi, fasilitas, dan juga perilaku pemustaka. Perubahan tersebut menuntut pustakawan untuk menciptakan cara-cara baru untuk membawa layanan kepada pemustaka. Layanan referensi virtual merupakan salah satu pengembangan jenis layanan referensi dengan menyesuaikan perilaku pemustaka. Dengan layanan referensi virtual, perpustakaan mampu memberikan layanan tujuh hari dalam seminggu, 24 jam dalam sehari. Sebelum melaksanakan layanan

(8)

Yogyakarta: Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga.

Shields, Rob. 2011. Virtual: Sebuah

Pengantar Komprehensif. Yogyakarta:

Jalasutra.

Tao, Donghua, et.al. 2009. “The Mobile Reference Service: A Case Study of An Onsite Reference Service Program at The School of Public Health”.

Journal Medical Association 97(1):

34—40.

Wicaksono, Hendro. 2013. “Layanan Referensi Berbasis Web yang Aksesibel bagi Semua Orang” dalam

Visi Pustaka 15(2): 120—128.

Wiyarsih dan Maryatun. 2012. “Kesiapan Pustakawan dalam Menghadapi Era Digital: Studi pada Pustakawan di Perpustakaan UGM” dalam Berkala

Ilmu Perpustakaan dan Informasi 7(1):

19—26.

Zuntriana, A. 2010. “Peran Pustakawan di Era Library 2.0” dalam Visi Pustaka

12(2):1—5. 97(1)

Gambar

Gambar Mobile Reference Service

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan berdasarkan titik borring dan minipit pewakil, maka diketahui bahwa di lokasi penelitian memiliki kedalaman sulfidik

Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan Metamorfosis Hewan Manusia terjadi pada dapat mengalami terdiri atas melalui tahapan mengalami melalui tahapan melalui tahapan melalui

Analisis perbandingan antar kelompok pemberian ekstrak akar, batang, dan daun meniran dengan uji One way Anova p=0,369 tidak menunjukkan perbedaan penurunan kadar glukosa darah

PKWT harus dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin, bahkan dalam hal PKWT yang dibuat tidak dengan tertulis dinyatakan sebagai Perjanjian

Prasangka sebagai akibat dari konflik kelompok masyarakat dengan penegak hukum akan lebih cepat terbentuk sebab penilain terhadap penegak hukum tersebut bukan

I  nfeksi  Menular  Seksual  (IMS)  dan  Infeksi  Saluran  Reproduksi  (ISR)  diketahui 

Anak yang memiliki berat badan sangat kurang paling banyak pendidikan ibunya SMP yaitu 5 orang (41,7%) dan paling sedikit perguruan tinggi yaitu 1 orang (8,3%),

2 masyarakat, melihat seni yang merupakan hasil dari budaya sebagai simbol atau identitas dari suatu masyarakat dalam kehidupan sosialnya.. Identitas sangatlah penting,