24
Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian
ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat
menentukan apakah peneltian tersebut dapat dipertanggungjawabkan
atau tidak hasilnya kelak (Hadi, 2000). Peneliti menggunakan metode
kuantitatif yang bersifat deskriptif dalam penelitian ini, yang dimaksudkan
untuk melihat bagaimana gambaran penerimaan orang tua yang memilki
anak ADHD di Jakarta Barat.
Menurut Hadi (2006) penelitian dengan metode deskriptif
bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi tanpa
bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku secara umum.
Kuantitatif deskriptif atau bisa disebut dengan statistik deskriptif secara
singkat dapat didefinisikan sebagai statistik yang digunakan untuk
menggambarkan karakter suatu kelompok, sampel, atau data.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang
terdiri dari subyek penelitian, desain penelitian, definisi operasional
variabel
penelitian,
setting
lokasi, instrumen penelitian, serta prosedur
selama penelitian berlangsung.
3.1
Subyek Penelitian
Pada penelitian ini, subyek yang akan diteliti adalah orang tua
yang memiliki anak ADHD di Jakarta Barat khususnya
di RSJ milik
pemerintah pusat yang berada di Jakarta yaitu, RSJ Dr. Soeharto Heerdjan.
Dengan mempertimbangkan syarat jumlah populasi ataupun sampel
penelitian agar dapat menghasilkan data yang akurat, peneliti memilih orang
tua yang memiliki anak ADHD di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan sebagai subyek
dalam penelitian ini, karena jumlah populasi orang tua yang memiliki anak
ADHD di rumah sakit pemerintah dianggap oleh Peneliti lebih dapat mewakili
jumlah orang tua yang memiliki anak ADHD di RSJ swasta.
3.1.1 Populasi
Dalam suatu penelitian, populasi dan sampel yang dipakai
merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi
itu sendiri adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi
dibatasi sebagai sejumlah subyek atau individu yang paling sedikit
memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi pada penelitian ini
adalah orang tua yaitu khususnya ibu yang memiliki anak ADHD di
Jakarta Barat.
3.1.2 Sampel
Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang
dimiliki Peneliti, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari
keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah
sebahagian dari populasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya
kurang dari populasi. Sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifat
yang sama (Hadi, 2000). Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah orang tua yang memiliki anak ADHD di Jakarta Barat, yaitu
dengan karakteristik orang tua yaitu ayah maupun ibu yang memiliki anak
ADHD. Diasumsikan karena orang tua memiliki peranan penting dalam
mengupayakan penyembuhan anak ADHD (Buitelaar & Paternotte, 2010).
Adapun jumlah orang tua yang menjadi sampel dalam penelitian
ini pada saat kuesioner dibagikan yaitu sejumlah 25 responden dengan
jumlah pasien anak ADHD di Instalasi Kesehatan Anak dan Remaja di
RSJ Dr.Soeharto Heerdjan sebanyak 25 orang, namun setelah kuesioner
dikembalikan, jumlah responden yang valid untuk dianalisa adalah
sebanyak 20 orang dikarenakan 5 responden tidak mengisi kuesioner
secara lengkap. Peneliti juga mengambil sampel dari beberapa klinik
terapi swasta di Jakarta Barat sebanyak 10 responden.
3.1.3 Teknik
Sampling
Teknik sampling disebut juga sebagai teknik pengambilan sampling,
yaitu suatu cara pengambilan sampel yang representatif dari populasi.
Pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa sehingga nantinya
diperoleh sampel yang benar-benar mewakili dan menggambarkan
keadaan populasi yang sebenarnya (Riduwan, 2008).
Teknik
sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non-probability sampling
, yaitu merupakan teknik sampling yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2004 dalam
Martono, 2010).
Prosedur yang dilakukan adalah purposive sampling, yang
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, yaitu
memilih orang sebagai sampel dengan memilih orang yang benar-benar
mengetahui atau memiliki kompetensi dengan topik penelitian (Martono,
2010).
Prosedur
purposive sampling
akan dilakukan di Jakarta Barat di
bagian Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Jakarta Barat dan
beberapa klinik terapi swasta di Jakarta Barat.
3.2
Desain Penelitian
Desain penelitian secara umum terdiri dari dua jenis pendekatan
yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kualitatif didefinisikan oleh Creswell (dalam Afriani, 2009) sebagai suatu
proses penelitian dan pemahaman yang berdasar pada metodologi yang
menggunakan penyelidikan tentang suatu fenomena sosial atau masalah
manusia. Sedangkan pendekatan kuantitatif didefinisikan oleh Musthofa
(2008), merupakan jenis penelitian yang menggunakan rancangan
penelitian berdasarkan prosedur statistik atau dengan cara lain dari
kuantifikasi untuk mengukur variabel penelitiannya.
Terdapat dua jenis penelitian kuantitatif menurut Seniati, Yulianto,
dan Setiadi (2009), yaitu penelitian kuatitatif eksperimental dan
eksperimental. Penelitian non-eksperimental disebut juga sebagai
penelitian
ex post facto,
yaitu penelitan yang dilakukan untuk menemukan
penyebab yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku, gejala atau
fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa berdasar pada suatu
kejadian yang sudah terjadi (Sudarma, 2008).
Peneliti menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif
dalam penelitian ini, yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana
gambaran penerimaan orang tua yang memilki anak ADHD di Jakarta
Barat. Peneliti juga menggunakan metode wawancara untuk
mendapatkan gambaran dan informasi lebih dari orag tua yang memiliki
anak ADHD.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode
pengukuran data dengan skala psikologis atau disebut dengan metode
skala. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur berupa
konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak
langsung melalui domain-domain perilaku yang
diterjemahkan dalam
bentuk item-item pernyataan (Hadi, 2001).
Menurut Hadi (2000) skala psikologis dapat digunakan dalam penelitian
berdasarkan asumsi - asumsi berikut ini :
1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya. Hal-hal yang
dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
2. Interperetasi subjek mengenai pernyataan-pernyataan yang diajukan
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan peneliti.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan
menggunakan skala penerimaan yang berdasarkan karakteristik
penerimaan Kubler Ross (1970).
3.3
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Penerimaan orang tua merupakan sikap menerima dan
memperhatikan perkembangan dan kemampuan anak serta
memperhitungkan minat anak. Penerimaan orang tua dalam penelitian ini
dapat diungkap melalui skala penerimaan orang tua yang disusun oleh
Peneliti berdasarkan teori penerimaan yang dikemukakan oleh Kubler
Ross (1970) yang mengungkap tahapan penerimaan. Skala ini
menunjukan skor tiap domain yang tiap domainnya mempunyai norma
tinggi, sedang, dan rendah. Pada domain denial, anger, bargaining,
dan
depression
apabila skornya tinggi maka menunjukan belum ada
penerimaan yang baik, melainkan masih dominan dalam tahap tersebut.
Apabila skor pada tahap acceptance tinggi, maka menunjukan
penerimaan yang baik.
3.3.1
Domain Penerimaan Orang Tua
Penerimaan orang tua merupakan penilaian dari suatu sikap khas
yang ditunjukkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Penerimaan
orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang kepada anak.
Orang tua yang menerima akan memperhatikan perkembangan dan
kemampuan anak serta memperhitungkan minat anak.
Ada beberapa tahapan yang akan dilalui orang tua dalam menerima
keadaan anak, dimana tahapan tersebut sesuai dengan teori penerimaan
(acceptance) yang telah dikemukakan oleh Kubbler Ross, (1970) yaitu :
-
Tahap denial (penolakan)
Pada tahap ini orang tua dalam keadaan terguncang dan
pengingkaran, orang tua tidak dapat berpikir apa yang seharusnya dia
lakukan untuk keluar dari masalahnya.
-
Tahap anger (marah)
Tahapan ini ditandai dengan adanya reaksi emosi / marah dari orang
tua dan orang tua menjadi sangat sensitif terhadap masalah - masalah
kecil sekalipun yang pada akhirnya menimbulkan kemarahan.
-
Tahap bargainning (tawar – menawar)
Tahapan dimana orang tua mulai berusaha untuk menghibur diri dan
berpikir tentang upaya apa yang akan dilakukan untuk membantu proses
penyembuhan anak (Safaria, 2005).
-
Tahap Depression (depresi)
Tahapan yang muncul dalam bentuk putus asa dan kehilangan
harapan. Kadangkala depresi dapat juga menimbulkan rasa bersalah,
terutama di pihak ibu, yang khawatir apakah keadaan anak mereka akibat
dari kelalaian selama hamil. Dari pihak ayah pun sering dihinggapi rasa
bersalah, karena merasa tidak dapat memberikan keturunan yang
sempurna (Safaria, 2005).
- Tahap Acceptance (penerimaan)
Tahapan dimana orang tua telah mencapai pada titik pasrah dan
mencoba untuk menerima keadaan anaknya dengan tenang. Orang tua
pada tahap ini cenderung mengharapkan yang terbaik sesuai dengan
kapasitas dan kemampuan anak mereka.
3.4
Setting Lokasi
Setting lokasi dalam penelitian ini meliputi lokasi dan waktu penelitian,
yang dijelaskan sebagai berikut :
3.4.1 Lokasi
Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan yang
beralamat di jalan Dr. Latumeten, Grogol, Jakarta dan klinik terapi swasta di
Jakarta Barat. Dengan pertimbangan bahwa RSJ Dr. Soeharto Heerdjan
merupakan satu-satunya RSJ milik pemerintah yang ada di Jakarta, dengan
jumlah orang tua yang memiliki anak ADHD yang dapat merepresentasikan
seluruh jumlah pasien anak ADHD di RSJ swasta, sehingga peneliti
beranggapan bahwa sampel penelitian dapat mewakili jumlah populasi orang
tua yang memiliki anak ADHD di RSJ yang berada di Jakarta. Peneliti juga
menambahkan responden dari beberapa klinik terapi swasta untuk
penyebaran sampel.
3.4.2 Waktu
Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan studi pustaka, observasi dan survei awal,
mempersiapkan proposal penelitian, pengambilan data, hingga penyusunan
laporan akhir. Pengerjaan penelitian ini dilakukan selama 5 bulan yaitu
dimulai pada bulan September 2011 hingga bulan Januari 2012.
Pengambilan data dilakukan selama 1 bulan, yaitu pengambilan data untuk
try out
dan pengambilan data untuk penelitian dilakukan pada Desember
2011.
3.5
Instrumen Penelitian dan Pengukuran
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan metode pengambilan data
dengan skala psikologis atau disebut dengan metode skala. Skala yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala penerimaan yang terdiri dari
butir-butir pernyataan yang disusun berdasarkan karakteristik tahap penerimaan
yang dikemukakan oleh Kubler-Ross (1970).
Skala ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari pernyataan dengan
empat pilihan jawaban yaitu : Sangat Setuju, (SS), Setuju (S), Tidak Setuju
(TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan
favourable
(mendukung) dan unfavourable (tidak mendukung). Nilai setiap
pilihan bergerak dari 1-4, bobot penilaian untuk pernyataan favourable yaitu SS
= 4, S = 3, TS = 2, STS =1. Sedangkan,
untuk bobot pernyataan unfavourable
yaitu SS = 1, S= 2, TS = 3, dan STS = 4. Untuk lebih jelasnya, cara penilaian
skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1
sebagai berikut :
Tabel 3.1. Cara Penilaian Skala Penerimaan
Bentuk
Pernyataan
1 2 3 4
Favourable
STS TS
S
SS
Unfavourable
SS S
TS STS
Sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya, skala penerimaan yang
telah disusun, terlebih dahulu diujicobakan. tujuannya agar mengetahui seberapa
jauh alat ukur menunjukan keadaan yang sebenarnya (Martono, 2010). Butir-butir
item skala penerimaan disusun berdasarkan karakteristik tahap penerimaan yang
dikemukakan oleh Kubler-Ross (1970) dengan blue print pada table 2 dibawah ini
Tabel 3.2. Blue print Skala Penerimaan Sebelum Uji Coba
No Karakteristik
Tahap
Penerimaan
Favourable Unfavourable
Total
1
Denial
9 3 12
2
Anger
9 1 10
3
Bargaining
9 1 10
4
Depression
7 4 11
5
Acceptance
10 1 11
Total 53
3.6 Validitas Dan Reabilitas Alat Ukur
Validitas adalah sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu
tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki
dengan tepat. Alat tes atau instrument pengukuran dikatakan memilki validitas
yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan
hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut
(Hadi, 2000).
Untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur penerimaan orang tua
yang memiliki anak ADHD, peneliti meminta bantuan pembimbing sebagai
expert judgement
untuk memeriksa item-item yang dianggap tidak sesuai
dengan konstruk alat ukur. Setelah mendapatkan hasil dari expert judgement,
peneliti kemudian melakukan try out kepada 10 orang tua yang memiliki anak
ADHD di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan. Setelah data dari 10 responden
terkumpul, data tersebut diolah dengan menggunakan SPSS 17.0.
Karena data dari variabel penerimaan orang tua berupa data ordinal,
maka pengujian validitas menggunakan uji korelasi Spearman. Uji korelasi
Spearman merupakan alat untuk menguji hipotesis asosiatif dua variabel data
yang berskala ordinal. Nilai korelasi Spearman disimbolkan “ρ” dengan nilai
korelasi berada diantara -1 ≤ ρ ≤ 1. Bila nilai = 0, maka tidak terdapat korelasi
atau tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen
(Martono, 2010). Uji validitas item dilakukan dengan cara mengkorelasikan
masing-masing skor item dengan skor total item (Priyatno, 2011). Semakin
tinggi nilai koefisien korelasinya, maka semakin valid item tersebut.. Hadi
(2000) mengemukakan beberapa tujuan dari try out adalah sebagai berikut :
1. Menghindari pernyataan-pernyataan yang kurang jelas maksudmya.
2. Menghindari penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu
akademik, ataupun kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.
3. Memperbaiki pernyataan-pernyataan yang biasa dilewati (dihindari)
atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban dangkal.
4. Menambah item yang sangat perlu ataupun meniadakan item yang
ternyata tidak relevan dengan tujuan penelitian.
Adapun kekuatan hubungan atau nilai korelasi yang terjadi antara skor
item dan skor total, dapat dilihat dari tabel nilai dan makna korelasi Spearman
(dalam Martono, 2010), yaitu:
Tabel 3.3. Nilai dan Makna Korelasi Spearman
Nilai Makna
0.00 – 0.19
Sangat Rendah/Sangat Lemah
0.20 – 0.39
Rendah/Lemah
0.40 – 0.59
Sedang
0.60 – 0.79
Tinggi/Kuat
0.80 – 1.00
Sangat Tinggi/Sangat Kuat
Berikut hasil uji validitas alat ukur penerimaan orang tua yang memiliki
anak ADHD dengan menggunakan uji validitas Spearman :
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Tiap Domain
Dnl val Agr val Brg val Dpr val Acc val
D3 792** A2 588 B10 570 DEP8 .848** AC9 714*
D7 792** A5 588 B25 482 DEP13 .789** AC11 .985**
D12 911** A17 984** B28 680* DEP18 .911** AC34 .714*
D14 792** A19 996** B30 789** DEP37 .789** AC36 1.000**
D16 748* A20 911** B32 588 DEP38 .789** AC47 .714*
D26 591 A35 588 B48 894** DEP40 .789** D27 748* A43 815** D31 885** A52 996** D51 591 D53 591