• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran SD

Penelitian akan dilaksanakan di SDN Tingkir Tengah 01 yang beralamat di Jl. Tantung No. 3 Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Lokasi ini dulunya merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Semarang, namun karena ada pemekaran Salatiga tahun 1993 wilayah ini menjadi milik Salatiga. Jarak SDN Tingkir Tengah 01 dengan pusat kota Salatiga sekitar ±7 km. Lokasi SDN Tingkir Tengah 01 ini dapat dikatakan sebagai sekolah pinggiran karena letaknya yang cukup jauh dari pusat kota dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Semarang. Walaupun letaknya yang cukup jauh dari pusat kota namun akses menuju ke sekolah sangat mudah yaitu naik angkutan Suruh-Salatiga ±30 menit turun di Kelurahan Tingkir Tengah dan jalan kaki sekitar 100 m . Area sekolah terletak diantara pemukiman warga dan persawahan penduduk sehingga lingkungan serta udara di sekitar sekolah masih sejuk dan nyaman untuk kegiatan belajar mengajar.

4.2 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini responden adalah seluruh siswa kelas IV SDN Tingkir Tengah 01 dengan jumlah siswa 27 anak yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Dari keseluruahan anak mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, namun sebagian besar berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah yaitu sebagai petani dan buruh. Kesadaran masyarakat terhadap pendidikan masih kurang mereka cenderung lebih sibuk mencari uang untuk kebutuhan hidup dari pada mengawasi pendidikan anaknya, dampaknya hasil belajar yang diperolah kurang maksimal.

(2)

4.3 Pelaksanaan Tindakan 4.3.1 Kondisi Pra Siklus

Sebelum proses penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti mengadakan kegiatan pra siklus pada bulan Maret 2014. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan menyampaikan maksud untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe scramble untuk meningkatkan minat dan hasi belajar. Selain itu juga pengumpulan data hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa. Data nilai yang diperoleh bersumber dari guru kelas 4 mata pelajaran IPS. Pengumpulan data ini bertujuan untuk mengetahui pandangan awal hasil belajar selama ini. Setelah mendapatkan data nilai siswa, kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan data minat siswa.

a. Minat Siswa

Untuk mendapatkan data minat siswa terhadap mata pelajaran IPS, telah disediakan angket yang telah disiapkan sebelumnya.

Tabel 4.1

Skor Angka Minat Belajar IPS Pra Siklus

No Interval Kategori Frekuensi Presentasi (%)

1 21-38 Sangat Kurang 1 3,70 2 39-56 Kurang 7 25,93 3 57-74 Cukup 6 22,22 4 75-91 Baik 12 44,45 5 92-105 Sangat Baik 1 3,70 Jumlah 27 100

Rata-rata hasil angket minat 67.70

Skor angket minat tertinggi 95

(3)

Data Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa siswa yang masuk kategori sangat kurang hanya 1 siswa atau 3,70%, kategori kurang 7 siswa atau 25,93%, kategori cukup 6 siswa atau 22,22%, kategori baik 12 siswa atau 44,45% dan kategori sangat baik 1 siswa atau 3,70%. Rata-rata hasil angket siswa 67,70% dalam kategori cukup. Dari data presentase minat siswa dapat digambarkan dalam diagram lingkaran sebagai berikut:

Diagram 4.1 Skor Angka Minat Belajar IPS Pra Siklus

Dari diagram lingkaran diatas dapat dilihat bahwa siswa yang mempunyai minat terhadap mata pelajaran IPS dalam kategori sangat baik mencapai 3,7%, kategori baik 44,45%, kategori cukup 22,22%, kategori kurang 25,93% dan kategori sangat kurang 3,7%.

b. Hasil Belajar

Data hasil belajar ini diperlukan untuk sebagai pandangan awal kemampuan siswa dalam pembelajaran di kelas. Data hasil belajar siswa diperoleh dari guru kelas IV saat melakukan evaluasi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Data ketuntasan berdasarkan nilai KKM yaitu ≥70 yang telah ditetapkan oleh guru sebelumnya sehingga dapat digambarkan dalam tabel 4.2.

3,7% 44,45% 22,22% 25,93% 3,7% Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

(4)

44,44% 55,55%

Tuntas Tidak Tuntas Tabel 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pra Siklus

Kategori Jumlah Siswa Persentasi

Tuntas ≥ 70 12 44,44%

Tidak Tuntas <70 15 55,56% Rata-rata nilai IPS 66.04

Nilai tertinggi IPS 85

Nilai terendah IPS 43

Dari tabel 4.2 dapat didikripsikan bahwa siswa yang memperoleh nilai tuntas lebih sedikit dari pada siswa yang mendapatkan nilai tidak tuntas. Siswa yang mendapatkan nilai dibawah ketuntasan mencapai 15 siswa atau 55,56% dan siswa yang tuntas mencapai 12 orang atau 44,44% dan rata-rata yang dihasilkan pada tes evaluasi ini 66,04. Nilai tertinggi siswa mencapai 85dan terendah 43. Dari presentase ketuntasan dibuat diagaram lingkaran beritkut ini :

Diagram 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pra Siklus

Dari diagram lingkaran 4.2 dapat dilihat berbedaan yang antara siswa yang tidak tuntas dengan siswa yang telah tuntas. Siswa yang memiliki nilai tidak tuntas mencapai 55,56 % dan siswa yang tuntas 44,44%. Data dari skor minat dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Tingkir Tengah 01 yang telah dikumpulkan menunjukkan siswa yang belum tuntas masih lebih banyak. Untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPS peneliti berupaya menggunakan model kooperatif tipe scramble sesuai dengan rencana yang telah dipaparkan sebelumnya.

(5)

4.3.2 Deskripsi Siklus I a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti berkordinasi dengan guru menganai pembelajaran yang akan dilakukan serta bahan pendukung dalam pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar siklus I akan berlangsung sebanyak 2 kali pertemuan. Sebelum mengajar peneliti mempersiapkan hal-hal berikut:

1. Menyiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan. 2. Mempersiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran. 3. Membuat kelompok heterogen.

4. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I

5. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui keberhasilah penggunaan model kooperatif tipe scramble

6. Menyiapkan lembar angket minat untuk mengetahui minat siswa setelah pembelajaran

7. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) 8. Tes evaluasi

b. Tahap Pelaksanaan Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama hari Jumat, 4 April 2014. Sebelum memulai pembelajaran peneliti yang bertugas mengajar atau sebagai guru menyiapkan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) dan perangkat yang mendukung pembelajaran kemudian mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan kompetensi dasar mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. Dari kompetensi dasar yang sudah titetapkan Ada dua indikator yang akan diajarkan yaitu: Membandingkan/membedakan jenis teknologi tradisional dan modern, dan Menceritakan penggunaan teknologi tradisional dan modern.

(6)

Pada kegiatan awal guru melakukan doa, memberikan salam, mengabsen siswa dan apersepsi. Kegiatan apresepsi yang dilakukan yaitu dengan bertanya kepada siswa “Bagaimana cara kalian pergi ke sekolah? Guru memberikan kesempatan pagi siswa untuk menceritakan perjalanan ke sekolah kemudian guru bertanya “Alat apa yang kalian gunakan?.” Setelah itu guru menempelkan gambar alat-alat yang digunakan siswa pergi ke sekolah. Guru meminta siswa untuk menjelaskan pengalamannya naik alat tersebut dan meminta penjelasan tentang perbedaan setiap alat. Dari penjelasan ini kemudian dikaitkan dengan materi perkembangan teknologi berserta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, tidak lupa juga guru menjelaskan kegiatan pembelajaran menggunakan model scramble.

Pada kegiatan inti, guru menyampaikan uraian materi yang dipelajari dan melakukan tanya jawab yang menggali pengetahuan siswa. Setelah itu siswa dibagi secara acak menjadi beberapa 7 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4-3 siswa. Guru membagiakan LKS berupa 2 buah amplop yang berisi soal dan jawaban yang telah diacak hurufnya, guru menjelaskan langkah kerja serta peraturan pada semua kelompok. Peraturan yang telah dibuat harus ditaati semua keompok, bila ada yang melanggar akan mendapatkan sanksi. Setiap kelompok diberikan waktu 20 menit untuk menyelesaikan soal secara bersama. Guru mengontrol setiap kelompok secara bergantian agar suasana tetap kondusif. Setalah waktu habis kelompok harus berhenti mengerjakan soal dan permaianan dimulai, guru akan membacakan soal secara acak setiap kelompok berlomba menjawab, ketika menjawab soal dan jawaban harus ditempelkan pada papan yang telah disediakan kelompok yang tercepat menjawab akan mendapatkan bintang. Kelompok yang memiliki bintang paling banyak akan menjadi juaranya.

Pada kegitan akhir guru bertanya-jawab dengan siswa menganai materi yang kurang dipahami, setelah siswa paham guru mengajak untuk menyimpulkan materi serta mengaitkannya dengan kehidupan sehar-hari. Tidak lupa guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

(7)

Pada waktu berlangsungnya pembelajaran ada teman sejawat yang menjadi observer mengobservasi berlangsungnya pembelajaran dengan mengisi lembar observasi dan mengambil foto.

Hasil observasi yang diperoleh guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan runtut, sudah menggunakan alat peraga dengan maksimal, guru hanya sebagai fasilitator. Siswa mulai belajar dengan serius walaupun masih ada beberapa siswa yang belum fokus, kerja sama dengan siswa sudah cukup bagus.

Pertemua Kedua

Pelaksanaan pertemuan kedua pada Sabtu, 5 April 2014. Pada pertemua kedua merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Guru menyusun rencana pembelajaran yang lebih baik menyempurnakan kekurangan pada pertemuan pertama. Pada pertemuan ini waktu pertemuan ditambah 1 jam pelajaran (3x35 menit) karena untuk evaluasi dan pengisian angket minat. Kompetensi Dasar masih sama tetapi indikator dalam pembelajaran yang berbeda yaitu: Membandingkan/membedakan teknologi produksi tradisional dan modern, dan menyebutkan macam-macam alat teknologi produksi tradisional dan modern

Kegiatan pada pertemuan kedua diawali dengan ucapan salam yang dilanjutkan dengan kegiatan apresepsi. Dalam kegiatan ini guru bertanya kepada siswa “Apakah kaliah pernah pergi kesawah?” siswa bercerita secara bergantian tentang pengalamannya pergi kesawah. Dari cerita tersebut guru bertanya kembali “Alat apa saja yang digunakan pak tani dalam bertani di sawah?” guru menanggapi komentar dari siswa dan guru menuliskan tujuan pembelajaran.

Pada kegiatan inti guru menempelkan gambar alat-alat untuk bertani dari cerita siswa. Siswa diminta menceritakan dan membedakan kegunaan dari alat-alat yang ada di papan tulis secara bergantian. Dari cerita tersebut guru mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Setelah garis besar materi sudah dijelaskan siswa secara acak dibagi menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 3-4

(8)

orang anggota. Sebelum dimulai permainan guru menjelaskan langkah kerja serta peraturan yang harus ditaati semua kelompok. Permainan dimulai, setiap kelompok diberikan 2 buah amplop yang berisi soal serta jawaban yang telah diacak. Dalam pengerjaan soal diberkan waktu 20 menit, semua soal dikerjakan secara bersama. Kerjasama dalam kelompok dapat mempercepat pengerjaan soal yang telah diberikan. Bila waktu telah habis, setiap kelompok berhenti mengerjakan dan meletakkan alat tulis didalam meja. Permainan ketangkasan dimulai, guru membacakan soal satu persatu secara acak. Kelompok beradu cepat dengan menempelkan soal serta jawaban di atas papan yang telah disediakan. Bila kelompok telah selesai tercepat dapat mengangkat papan dan mendapatkan bintang. Kelompok yang mendapatkan bintang terbanyak akan menjadi juara.

Pada kegiatan akhir guru bertanya-jawab mengai materi yang kurang dimengerti. Siswa diajak untuk menyimpulkan materi yang dipelajari dengan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah tidak ada pertanyaan guru memberikan soal evaluasi dan dilanjutkan dengan mengisi angket minat. Guru menutup pelajaran dengan menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya.

Dari hasil observasi pada pertemuan pertama dan kedua siklus 1, masih ada hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki yaitu:

1. Guru memberi bimbingan berupa pertanyaan-pertanyaan yang kira-kira bisa untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab anak sibuk bermain sendiri. 2. Guru juga perlu lebih dekat kepada siswa agar proses pembelajaran dapat

menjadi lebih efektif dan siswanya dapat aktif dalam menerima pelajaran.

c. Hasil Tindakan 1) Hasil Observasi

Terdapat dua hasil observasi yaitu observasi yang diterapkan pada guru dan siswa. lembar observasi ini gunakan untuk mengukur keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dalam kegiatan pembelajaran.

(9)

Pengisian lembar observasi ini oleh guru kelas /teman sejawat yang mengamati aktifitas dari belakang kelas.

a) Analisis Data Hasil Observasi Guru

Lembar observasi guru bertujuan untuk mengukur pembelajaran guru dalam penerapan model kooperati tipe scramble. Data yang terkumpul dapat disajikan dalam tabel analisis 4.3

Tabel 4.3

Analisis Data Hasil Obervasi Guru Siklus I

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kegiatan pada siklus I pertemuan pertama pada aspek I kegiatan awal mendapatkan skor 5, pada aspek II melakukan kegiatan inti memperoleh skor 13, dan jumlah skor pada aspek III adalah 7 sehingga jumlah akhir mendapatkan skor 25 dengan kategori cukup. Pada pertemuan kedua aspek I kegiatan awal mendapatkan skor 5, aspek II kegiatan inti memperoleh skor 14, sedangkan aspek III penutup mendapatkan skor 8 sehingga jumlah skor akhir 27 dengan kategori baik. Jumlah skor pada pertemuan dari pertama dan kedua mengalami peningkatan sebanyak 2 angka. Jadi rata-rata skor pada siklus I yaitu 26 dan dapat disimpulkan bahwa mendapatkan kategori baik.

No Pertemuan

Jumlah Skor Aspek Total

Skor Kategori

I II III

1 1 5 13 7 25 Cukup

2 2 5 14 8 27 Baik

(10)

b) Analisis Data Hasil Observasi Siswa

Selain menggunakan lembar observasi guru untuk mengetahui keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scrambel juga menggunakan lembar observasi siswa. hasil obsevasi dapata dilihat pada tabel analisis 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Analisis Data Hasil Observasi Siswa Siklus I

D

Dari tabel 4.4 dapat dilihat pertemuan pertama jumlah skor aspek I kegiatan awal mendapatkan skor 4, pada aspek II kegiatan inti memperoleh skor 15, sedangkan aspek III kegiatan penutup mendapatkan skor 5. Jumlah skor dari keseluruhan aspek 24 dalam katagori cukup. Dalam pertemuan kedua aspek I kegiatan awal mendapatkan skor 6, pada aspek II kegiatan inti memperoleh skor 17, dan aspek III kegiatan penutup mendapatkan skor 5, semua skor dari aspek I-III yaitu 28 kategori baik. Jumlah rata-rata 26 kategori baik

2) Minat Belajar Siswa

Angket minat diisi oleh siswa pada pertemuan II setelah mengerjakan tes evaluasi. Data hasil angket minat belajar IPS siklus I dapat dilihat pada tabel 4.5

No Pertemuan

Jumlah Skor Aspek Total

Skor Kategori

I II III

1 1 4 15 5 24 Cukup

2 2 6 17 5 28 Baik

(11)

Tabel 4.5

Skor Angka Minat Belajar IPS Siklus I

No Interval Kategori Frekuensi Presentasi (%)

1 21-38 Sangat Kurang 0 0 2 39-56 Kurang 1 3,70 3 57-74 Cukup 8 29,63 4 75-91 Baik 10 66,67 5 92-105 Sangat Baik 2 7,40 Jumlah 27 100

Rata-rata hasil angket minat 75,81

Skor angket minat tertinggi 96

Skor angket minat terendah 53

Dari tabel 4.5 dapat dilihat siswa yang masuk dalam kategori sangat kurang menjadi 0, kategori kurang 1 siswa atau 3,70%, kategori cukup 8 siswa atau 29,63%, kategori baik 10 siswa atau 66,67% dan kategori sangat baik 2 siswa atau 7,40%. Rata-rata hasil angket minat siswa meningkat dari hasil pra siklus yaitu 75,81 dalam kategori baik, skor tertinggi mencapai 96 dan terendah 53. Berdasarkan presentase tabel 4.5 dapat dibuat diagram lingkaran berikut ini:

Diagram 4.3 Skor Angket Minat Belajar IPS Siklus I 7,40% 66,67% 29,63% 3,70% Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

(12)

Berdasarkan diagram 4.3 dapat dilihat jelas bahwa siswa yang masuk kategori sangat kurang 0/tidak ada, kategori kurang hanya 3,70%, kategori cukup 29,63%, kategori baik mendapatkan angka terbanyak 66,67%, dan kategori sangat baik menjadi 7,40%. Dapat diamati bahwa setelah penerapan model kooperatif tipe scramble pada siklus I minat siswa terhadap mata pelajaran IPS meningkat dibandingkan minat belajar IPS siswa saat pra siklus terlihat dari skor siswa yang mendapatkan. Kategori sangat kurang dan kurang menjadi lebih sedikit.

3) Hasil Belajar IPS

Setelah pembelajaran pertemuan I dan II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble, maka diperoleh hasil belajar berdasarkan nilai ketuntasan ≤70 seperti pada tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6

Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus I

Dari tabel 4.6 dapat diamati bahwa siswa yang memperoleh nilai tunas ≥ 70 sebanyak 19 siswa atau 70,37% dan siswa yang tidak tuntas mencapai 8 siswa atau 29,63%. Sehingga rata-rata hasil nilai IPS siklus I adalah 72,93. Nilai tertinggi siswa mencapai 91 dan terendah 51. Dari analisis pada tabel 4.6 dapat dibuat menjadi tabel lingkaran 4.4.

Kategori Jumlah Siswa Persentasi

Tuntas≥ 70 19 70,37%

Tidak Tuntas<70 8 29,63%

Rata-rata nilai IPS 72,93

Nilai tertinggi IPS 91

(13)

70,37% 29,63 %

Tuntas Tidak Tuntas

Diagram 4.4 Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus I

Berdasarkan analisis hasil belajar yang disajikan dalam diagram lingkaran diatas, dapat dilihat bahwa presentase siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥70 terdapat 70,37% sedangkan 29,63 % siswa tidak tuntas. Dari data tersebut dapat dilihat perbandingan siswa yang lulus KKM lebih banyak daripada yang tidak, sehingga dapat disimpulkan hasil belajar IPS pada siklus I Iebih baik daripada hasil belajar pada pra siklus.

d. Hasil Refleksi

Pembelajaran siklus I pertemuan I dan II sudah selesai selanjutnya diadakan refleksi untuk memperbaiki kekurangan dalam pembelajaran yang telah berpatokan pada indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga pada siklus II pembelajaran lebih maksimal. Bahan refleksi diambil dari data hasil observasi guru dan siswa, hasil belajar IPS, dan angket minat siswa. Berdasarkan hasil analisis data-data tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Guru

Berdasarkan data lembar observasi guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble yang diperoleh pada pertemuan I adalah 25 dalam kategori cukup dapat dilihat pada (lampiran 11). Hal ini disebabkan karena guru kurang menarik perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran pada kegiatan awal sehingga siswa banyak yang bermain sendiri dan petunjuk guru dalam pengerjaan LKS kurang jelas. Pada pertemuan kedua jumlah skor mengalami peningkatan yaitu 27 dalam kategori baik dapat dilihat pada (lampiran 11). Peningkatan yang terjadi karena kekurangan yang terjadi pada pertemuan sebelummya telah diperbaiki sehingga guru dapat memancing ketertarikian siswa

(14)

dalam mengikuti pembelajaran dan kurang berani dalam mengungkapkan pendapat. Dari hasil skor pertemuan pertama dan kedua memperoleh rata-rata 26 dalam kategori baik.

2. Siswa

Hasil data lembar observasi siswa pada siklus I bahwa skor yang diperoleh siswa pada pertemuan I adalah 24 dalam kategori cukup dapat dilihat pada (lampiran 12). Hal ini disebabkan karena siswa belum perhatian penuh pada pembelajaran. Situasi ini menimbulkan suasana yang kurang kondusif dalam pembelajaran. Pada pertemuan II skor meningkat menjadi 28 dalam kategori baik dapat dilihat pada (lampiran 12). Hal ini dikarenakan perbaikan yang telah dilakukan guru dalam pembelajaran. Siswa menjadi lebih perhatian dalam belajar, suasana menjadi lebih kondusif. Keaktifan siswa dalam mengungkapkan pendapatnya masih kurang karena mereka belum percaya diri. Rata-rata yang dihasilkan pada pertemuan pertama dan kedua mencapai 26 dalam kategori baik..

3. Minat Belajar IPS

Pengukuran minat pada siklus I yang dilakukan pada pertemuan II atau akhir siklus mendapatkan hasil skor minat siswa yang masuk kategori sangat kurang 0/tidak ada, kategori kurang 3,70%, kategori cukup 29,63%, kategori baik 66,67%, dan kategori sangat baik 7,40%. Terjadi peningkatan presentase dari hasil pra siklus, awalnya ada siswa yang masuk kategori sangat kurang pada siklus I ini tidak ada lagi siswa yang masuk kategori tersebut dan siswa yang masuk kategori baik semakin bertambah dapat dilihat pada (lampiran 21).

4. Hasil Belajar IPS

Hari data hasil belajar siswa pada siklus I terjadi peningkatan dari pada hasil belajar pra siklus. Siswa yang mendapatkan nilai ≥70 mencapai 19 orang atau 70,37% dan siswa yang mendapatkan nilai <70 sebanyak 8 siswa atau 29,62% dapat dilihat pada (lampiran 20). Walaupun peningkatan sudah terjadi dari data pra siklus namun hasil ini masih kurang dari indikator kinerja yang

(15)

ditetapkan sebesar 74%. Perbaikan pada siklus harus dilakukan agar indikator kinerja yang ditetapkan sebelumnya dapat tercapai.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa hambatan-hambatan dalam pembelajaran siklus I sebagai berikut:

a) Guru belum memeriksa kesiapan siswa dengan baik masih ada siswa yang asik bermain sendiri didalam kelas ketika pembelajaran

b) .

c) Siswa masih cenderung pasif belum menunjukkan prilaku yang aktif terhadap pembelajaran

d) Dalam melakukan permainan masih banyak siswa yang belum menaati peraturan yang telah dibuat sebelumnya.

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I, maka kekurangan yang perlu diperbaiki dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble pada siklus II yaitu :

a) Guru memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, bila masih ada siswa yang belum siap diberikan teguran dan dalam kegiatan apresepsi dibuat lebih menarik agar perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat.

b) Guru memberikan motivasi dan latihan kepada siswa agar tidak malu dalam menyampaikan pendapat dan bertanya

c) Guru memberikan waktu lebih kepada siswa untuk mengembangkan materi yang dipelajari tidak terfokus pada pendapat guru saja.

d) Guru memberikan sanksi, dan yang dibuat dalam permainan harus dipertegas agar siswa lebih sportif dalam mengikuti permainan

4.3.3 Diskrispsi Siklus II a. Tahap Perencanaan

Perencanaan pembelajaran pada siklus II merupakan hasil tindak lanjut dari kekurangan siklus I. Pada siklus II ini terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan

(16)

pertama akan berlangsung 2x35 menit sedangkan pertemuan kedua akan berlangsung 3x35 menit karena evaluasi minat dan hasil belajar akan dilaksanakan pada pertemuan kedua. Kompetensi dasar yang akan diperlajari masih sama, tetapi indikator pembelajaran yang berbeda. Sebelum melakukan pembelajaran peneliti yang menjadi guru mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Menyiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan. 2. Mempersiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran. 3. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II

4. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui keberhasilah penggunaan model kooperatif tipe scramble

5. Menyiapkan lembar angket minat untuk mengetahui minat siswa setelah pembelajaran

6. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)

7. Tes evaluasi untuk melihat hasil yang telah dilakukan pada akhir siklus

b. Tahap Pelaksanaan Pertemuan I

Pertemuan I dilaksanakan pada hari Senin, 7 April 2014. Indikator yang dibahas pada pertemuan kali ini adalah : membandingkan/membedakan jenis teknologi komunikasi tradisional dan modern, dan menunjukkan peralatan teknologi komunikasi tradisional dan modern

Kegiatan pembelajaran diawali dengan memeriksa kehadiran, kesiapan siswa dan apresepsi, pada kesempatan ini guru menceritakan pengalamannya menggunakan beragam komunikasi, kemudian siswa diminta untuk menanggapi cerita yang dibawakan guru. Tidak lupa guru menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis.

Pada kegiatan inti guru menempelkan bermacam-macam alat komunikasi, guru mencoba menggali pengetahuan siswa tentang alat-alat tersebut. Guru menjelaskan dan mengaitkan pengatahuan awal siswa dengan materi yang hendak

(17)

dibahas. Setelah garis besar materi selesai siswa dibagi menjadi 7 kelompok, anggota kelompok seperti pada siklus I. Guru menjelaskan langkah kerja serta peraturan yang ada didalam permainan. Setelah semua siswa mengerti, LKS dibagikan kesetiap kelompok. LKS berisi 2 amplop, amplop berisi pertama soal dan amplop kedua berisi jawaban yang diacak hurufnya. Semua kelompok diberikan waktu 20 menit untuk menjawab pertannyaan. Bila waktu sudah habis maka setiap kelompok harus berhenti mengerjakan dan meletakkkan alat tulis ke dalam meja. Permainan dimulai, guru membacakan satu persatu secara acak pertanyaan yang dikerjakan oleh kelompok. Setiap kelompok beradu cepat dalam menjawabnya dengan menyusun lembar soal serta jawaban yang ditempelkan pada papan tulis, kelompok yang tercepat akan mendapatkan bintang. Kelompok yang mendapatkan bintang paling banyak mendapatkan juara.

Pada kegiatan akhir guru bertanya jawab dengan siswa mengenai materi yang belum jelas. Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berani bertanya dan mengungkapkan pendapat. Siswa secara bersama menyimpulkan materi yang dipelajari serta mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Guru menutup dengan memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap aktif dalam pembelajaran dan menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan II

Pertemuan II dilaksanakan pada hari Selasa, 8 April 2014, pada pertemuan kedua terdiri dari 3 x 35 menit karena pada akhir pembelajaran akan diadakan evaluasi minat serta hasil belajar. Indikator yang dibahas pada pertemua kali ini adalah : membandingkan/membedakan jenis teknologi transportasi tradisional dan modern, dan menyebutkan alat transportasi tradisional dan modern.

Kegiatan awal dibuka memeriksa kehadiran siswa, kesiapan belajar dan kegiatan apresepsi. Pada apresepsi kali ini guru mengajak siswa melihat keluar jendela, mereka diminta untuk mengamati lalulalang orang yang berada di jalan depan sekolah. Ada orang yang berjalan kaki, naik sepeda; sepeda motor dan

(18)

mobil. Guru mengajak siswa menganalisa perbedaannya, tidak lupa menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis.

Pada Kegiatan Inti guru memancing keaktifan siswa untuk bercerita tentang pengalaman menggunakan berbagai macam alat transportasi. Dari cerita dari siswa guru kaitkan dangan materi yang dibahasnya. Setelah garis besar materi telah selesai dipaparkan, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok seperti pada pertemuan I. Kelompok mendengarkan langkah kerja serta peraturan yang wajib ditaati dalam kegiatan ini. Guru membagikan LKS yang berisi 2 amplop diaman amplop pertama berisi soal dan amplop kedua berisi jawaban yang telah diacak hurufnya. Setiap kelompok diberikan waktu selama 20 menit untuk mengerjakan, bila waktu habis maka semua kegiatan harus berhenti. Permainan dimulai, guru mempersilahkan semua kelompok untuk bersiap-siap, pertanyaan dipilih secara acak. Kelompok yang tercepat menjawab dengan menempelkan soal serta jawaban dan benar akan mendapatkan bintang. Perolehan bintang akan menentukan juara dari permainan ini.

Pada kegiatan akhir guru bertanya jawab dengan siswa menganai materi yang belum dikuasai oleh siswa. Setelah tidak ada pertanyaan, guru membimbing siswa untuk merumuskan pembelajaran yang dikaitakan dengan kehidupan sehari-hari. Kegiatan penutup guru memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya aktif dalam pembelajaran. Guru memberikan soal evaluasi untuk mengetahui hasil belajar dan angket minat yang dikerjakan secara bergantian.

c. Hasil Tindakan 1) Hasil Observasi

Lembar observasi yang digunakan pada siklus II ini masih sama dengan lembar observasi pada siklus I yaitu menggunakan untuk guru dan siswa. Hasil observasi pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7 dan 4.8.

(19)

a) Analisa Data Hasil Observasi Guru

Dalam mengukur keberhasilan penerapan model kooperatif tipe scramble menggunakan lembar observasi guru. Analisis data dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7

Analisis Data Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan I dan II

Pada Tabel 4.7 dapat dilihat pada pertemuan I pada aspek I yaitu kegiatan awal mendapatkan skor 6, aspek II kegiatan inti mendapatkan skor 20, dan aspek ke III kegiatan penutup mendapatkan nilai 8, jadi total keseluruhan skor pada pertemuan I adalah 34 dalam kategori sangat baik. Sedangkan pada pertemuan II pada aspek I kegiatan awal memperoleh skor 6, aspek II kegiatan inti memperoleh skor 22, dan aspek III kegiatan penutup memperoleh skor 8, jadi total keseluruhan skor pada pertemua II dalah 36 dalam kategori sangat baik. Dari keseluruhan skor pertemuan I dan II mendapatkan rata-rata skor 35 dalam kategori sangat baik.

b) Analisa Data Hasil Obesrvasi Siswa

Dalam melihat respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scaramble dalam pembelajaran guru menggunakan lembar observasi siswa. Lembar observasi ini diisi oleh observer yang mamantau prilaku siswa dalam pembelajaran. Kumpulan analisis data hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.8.

No Pertemuan

Jumlah Skor Aspek Total

Skor Kategori

I II III

1 1 6 20 8 34 Sangat Baik

2 2 6 22 8 36 Sangat Baik

(20)

Tabel 4.8

Analisis Data Hasil Observasi Siswa Siklus II

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dilihat pada pertemuan I pada aspek kegiatan awal medapatkan skor 7, aspek II kegiatan Inti mendapatkan skor 23, aspek III kegiatan penutup mendapatkan skor 7, jadi jumlah skor keseluruhan aspek adalah 37 masuk dalam kategori sangat baik. Sedangkan pada pertemuan II aspek I kegiatan awal mendapatkan skor 7, aspek II kegiatan inti mendapatkan skor 24, aspek III kegiatan penutup mendapatkan skor 8, jadi jumlah keseluruhan skor pada pertemuan II adalah 39 masuk dalam kategori sangat baik. Dari pertemuan I dan II jumlah total keseluruhan skor 38 masih masuk dalam kategori sangat baik.

2) Minat Belajar Siswa

Untuk mengukur minat siswa terhadap mata pelajaran IPS guru memberikan angket kepada keseluruhan siswa. Angket berisi pernyataan yang dapat menunjukkan tingkat minat seorang siswa pada mata pelajaran. Angket minat diisi oleh siswa berdasarkan perasaannya sendiri. Dari keseluruhan data angket minat yang terkumpul dapat dilihat hasil analisis skor minat belajar siswa pada tabel 4.9.

No Pertemuan

Jumlah Skor Aspek Total

Skor Kategori

I II III

1 1 7 23 7 37 Sangat Baik

2 2 7 24 8 39 Sangat Baik

(21)

Tabel 4.9

Skor Angka Minat Belajar IPS Siklus II

No Interval Kategori Frekuensi Presentasi (%)

1 21-38 Sangat Kurang 0 0 2 39-56 Kurang 0 0 3 57-74 Cukup 1 3,70 4 75-91 Baik 23 85,19 5 92-105 Sangat Baik 3 11,11 Jumlah 27 100

Rata-rata hasil angket minat 81,63

Skor angket minat tertinggi 96

Skor angket minat terendah 65

Pada tabel 4.9 kategori cukup hanya 1 siswa atau 3,70%, kategori baik meningkat menjadi 23 siswa atau 85,19% , dan kategori sangat baik menjadi 3 siswa atau 11,11%. Rata-rata meningkat dari pada hasil siklus I menjadi 81,63 dalam kategori baik, skor angket tertingi 96,dan terendah 65.

Diagram 4.5 Skor Angket Minat Belajar IPS Siklus II

Dari diagram lingkaran 4.5 diatas terlihat jelas bahwa siswa yang masuk kategori cukup hanya 1 siswa atau 3,70%, kategori baik mempunyai presentasi terbanyak yaitu 85,16%, dan sangat baik 11,11%. Dari data tersebut dilihat bahwa

85,16% 11,11% 3,70% Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

(22)

88,89% 11,11%

Tuntas Tidak Tuntas

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble pada mata pelajaran IPS meningkatkan minat belajar siswa sehingga indikator kinerja yang ditetapkan tercapai.

3) Hasil Belajar Siswa

Untuk mengukur hasil belajar siswa guru memberikan soal evaluasi yang dikerjakan pada pertemuan II. Data yang diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.10

Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus II

Kategori Jumlah Siswa Persentasi

Tuntas ≥70 24 88,89 %

Tidak Tuntas <70 3 11,11 % Rata-rata nilai IPS 75,74 Nilai tertinggi IPS 90 Nilai terendah IPS 55

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai tuntas ≥70 mencapai 24 siswa presentase 88,89% sedangkan 3 siswa mendapatkan nilai tidak tuntas <70 dengan presntase 11,11%. Dapat dibuat diagram dibawah ini:

(23)

Bila dilihat pada diagram 4.6 siswa yang memperoleh nilai tuntas mencapai 88,89% sedangkan siswa yang belum tuntas hanya 11,11%. Dari data tersebut terlihat jelas presentase ketuntasan hasil siklus II mengalami peningkatan dari pada siklus I. Jadi dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble telah mencapai indikator kinerja dari penelitian yang ditentukan sebesar 85,19%.

d. Tahap Refleksi

Tahap refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran siklus II berakhir. Tujuan adanya tahap ini adalah untuk melihat kekurangan yang terjadi saat pembelajaran. Berdasarkan analisis data hasil obeservasi guru dan siswa, angket minat, dan hasil belajar pada siklus II dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Guru

Dalam mengukur penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble observer menggunakan lembar observasi guru. Data yang diperoleh pada pertemuan I memperoleh skor 34 dalam kategori sangat baik dapat dilihat pada (lampiran 18). Pertemuan II memperoleh skor 36 dalam kategori sangat dapat dilihat pada (lampiran 18)., jadi rata-rata skor menjadi 35 masih dalam kategori sangat baik. Penerapan rencana guru yang sudah disusun pada pertemuan I dan II dapat berjalan dengan sangat baik. Guru dapat melatih keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dan perhatian siswa terhadap pelajaran sudah baik.

2. Siswa

Dalam mengukur keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble untuk siswa juga menggunakan lembar observasi. Data yang diperoleh pada pertemuan I memperoleh skor 37 dalam kategori sangat baik dapat dilihat pada (lampiran 19). Pertemuan II memperoleh skor 39 dalam kategori sangat baik dapat dilihat pada (lampiran 19). Dari skor yang diperoleh pada pertemuan I dan II mendapatkan rata-rata skor 38 masih dalam kategori sangat baik. Dari data tersebut dapat dilihat partisipasi dari siswa dalam proses

(24)

pembelajaran sangat baik. Siswa mulai berani mengekspresikan hal yang ada pada pikiran mereka. Dalam permainan siswa sangat antusias dan sportif untuk menjawab pertanyaan dari guru.

3. Minat Belajar Siswa

Pengukuran minat menggunakan angket yang diisi oleh siswa pada pertemuan II. Data yang diperoleh 3,70% dalam kategori cukup, 85,16% kategori baik, dan 11,11% kategori sangat baik dan rata-rata minat meningkat menjadi 81,63% masuk kategori baik dapat dilihat pada (lampiran 21). Dari data yang diperoleh menunjukan minat siswa terhadap pelajaran IPS sangat tinggi dan mengalami peningkatan setiap siklusnya. Rasa suka dari dalam diri siswa terhadap mata pelajaran IPS sudah muncul bisa diamati dari perhatian dan aktifitas dalam pembelajaran sudah baik daripada sebelumnya, peningkatan minat ini tidak terlepas dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe scramble.

4. Hasil Belajar Siswa

Evaluasi hasil belajar dilakukan pada akhir pertemuan II. Dari 27 siswa kelas IV terdapat 88,89% siswa yang tuntas sedangkan 11,11% siswa yang belum tuntas. Nilai tertinggi yang dapat dicapai oleh siswa 90 dan terendah 55 dapat dilihat pada (lampiran 29). Peningkatan hasil belajar ini tidak terlepas dari penerapan hasil refleksi yang sudah direncanakan sebelumnya. Faktor pendekatan dan perhatian terhadap siswa yang mendorongnya untuk lebih aktif dalam pembelajaran.

4.4 Hasil Analisis Data 4.4.1 Minat Belajar Siswa

Pelaksanaan dimulai sebelum peneliti menerapkan model pembelajaran yang disebut pra siklus. Hasil dari minat ini dapat dijadikan bahan acuan dalam perencanaan pembelajaran saat peneliti melakukan penelitian. Pengukuran minat selanjutnya siklus I dan II pada akhir pertemuan. Rekapitulasi hasil data yang diperoleh dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.11.

(25)

Tabel 4.11

Rekapitulasi Skor Angka Minat Belajar IPS Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II

Kategori FREKUENSI PERSENTASI Pra Siklus Siklus I Siklus

II Pra Siklus Siklus I Siklus II

Sangat Kurang 1 0 0 3,70% 0 0 Kurang 7 1 0 25,92% 3,70% 0 Cukup 6 8 1 22,22% 29,63% 3,70% Baik 12 16 23 44,45% 66,67% 85,16% Sangat Baik 1 2 3 3,70% 7,40% 11,11% Jumlah 27 27 27 100,00% 100,00% 100,00%

Dari tabel diatas dapat dilihat peningkatan siswa yang mempunyai minat belajar IPS. Pada pra siklus siswa masuk kategori sangat kurang 1 siswa atau 3,70% , kategori kurang 7 siswa atau 25,93%, kategori cukup 6 siswa atau 22,22%, kategori baik 12 siswa atau 44,45% , dan kategori sangat baik 1 siswa atau 3,70%. Setelah penerapan tindakan oleh peneliti terjadi peningkatan hasil siklus I, terjadi penurunan angka pada kategori sanngat kurang dan kurang Kategori sangat kurang menjadi 0/tidak ada, kategori kurang menjadi 1 siswa atau 3,70%, kategori lainnya mengalami peningkatan kategori cukup menjadi 8 siswa atau 29,63%, kategori baik menjadi 10 siswa atau 66,67%, dan kategori sangat baik menjadi 2 siswa atau 7,40%. Sama halnya hasil siklus II juga mengalami peningkatan. Penurunan terjadi pada kategori sangat kurang, kurang dan cukup. Pada kategori sangat kurang dan kurang sudah tidak ada siswa yang masuk kategori ini dan kategori cukup menjadi 1 siswa atau 3,70%. Terjadi peningkatan pada kategori baik menjadi 23 siswa atau 85,16% dan kategori sangat baik menjadi 3 siswa atau 11,11%. Dari data tersebut dapat disimpulkan penerapan

(26)

model pembelajaran kooperatif tipe scramble dapat meningkatkan minat belajar IPS siswa kelas IV SDN Tingkir Tengah 01. Hasil perbandingan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Diagram 4.7 Rekapitulasi Skor Angka Minat Belajar IPS Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Pada tabel diatas terlihat perbandingan jumlah siswa yang minat dan kurang minat terhadap mata pelajaran IPS. Pada kondisi pra siklus siswa yang masuk pada kategori sangat kurang 1 siswa atau 3,70%, kategori kurang 7 siswa atau 25,93%, kategori cukup 6 siswa atau 22,22%, kategori baik12 siswa atau 44,45% dan kategori sangat baik 1 siswa atau 3,70%. Setelah mendapatkan tindakan pada siklus I mengalami peningkatan yang terjadi berupa penurunan pada kategori sangat kurang tidak ada siswa yang masuk kategori ini dan kategori kurang hanya 1 siswa atau 3,70%. Pada kategori lainnya mengalami peningkatan yaitu kategori cukup menjadi 8 siswa atau 29,63%, kategori baik 16 siswa atau 66,67% dan kategori sangat baik 2 siswa atau 7,40%. Peningkatan tersebut juga terjadi pada siklus II yaitu penurunan yang terjadi pada kategori sangat kurang dan kurang tidak ada siswa yang masuk kategori ini dan kategori cukup hanya 1 siswa atau 3,70%. Sedangkan pada kategori lainnya mengalami peningkatan yaitu kategori baik naik menjadi 23 siswa atau 85,16% dan kategori sangat baik

0 5 10 15 20 25

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik 1 7 6 12 1 1 8 10 1 1 23 3 F r e k u e n s i

(27)

menjadi 3 siswa atau 11,11%. Dari kondisi tersebut terjadi peningkatan siswa yang minat terhadap mata pelajaran IPS dan penurunan siswa yang kurang minat mata pelajaran IPS.

4.4.2 Hasil Belajar IPS

Data hasil belajar IPS diperoleh dari hasil pra siklus yaitu nilai sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble. Nilai setelah melakukan tindakan yaitu nilai hasil evaluasi siklus I dan II. Rekapitulasi nilai pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.12

Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II

Kategor i

FREKUENSI PERSENTASI

Pra Siklus Siklus I Siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II Tuntas ≥ 70 12 19 24 44,44% 70,37% 88,89% Tidak Tuntas < 70 15 8 3 55,56% 29,63% 11,11% Jumlah 27 27 27 100,00% 100,00% 100,00%

Berdasarkan Tabel hasil belajar IPS dapat dilihat kondisi pra siklus terdapat 12 siswa atau 44,44% sudah tuntas dan 15 siswa atau 55,56% yang belum tuntas. Setelah diadakan tindakan pada siklus I ketuntasan siswa meningkat menjadi 19 siswa atau 70,37% dan yang belum tuntas 8 siswa atau 29,63%. Begitu juga pada siklus II siswa yang tuntas mencapai 24 siswa atau 88,89% dan yang belum tuntas mencapai 3 siswa atau 11,11%. Dari data tersebut terjadi peningkatan siswa yang tuntas mata pelajaran IPS . Data ketuntasan siswa dapat dilihat pada diagram batang 4.8.

(28)

Diagram 4.8 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Pada diagram diatas perbandingan jumlah ketuntasan siswa dari pra siklus, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi ketika guru telah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe scramble pada pra siklus hanya 12 siswa yang tuntas, siklus II siswa yang tuntas mencapai 19 dan pada siklus II mencapai 24 siswa.

4.5 Pembahasan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu di SDN Tingkir Tengah 01 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Pada observasi ini guru melihat nilai ulangan harian IPS terakhir siswa yang belum diremidi, kriteria ketuntasan minimal ( KKM) ≥ 70. Dari 27 siswa yang ada di kelas IV hanya 12 siswa yang tuntas KKM dan 15 siswa diantaranya tidak tuntas KKM. Lebih dari setengah jumlah siswa yang belum tuntas. Setelah melihat hasil belajar siswa peneliti melihat keadaan siswa pada saat proses belajar mengajar. Pada saat pembelajaran banyak siswa yang berbicara sendiri terutama gerombolan siswa yang paling belakang, perhatian siswa terhadap pelajaran masih kurang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa sangat kurang hal ini didukung oleh hasil angket pra siklus yang diperoleh rata-rata 67,70% dalam kategori cukup. 12 19 24 15 8 3 0 5 10 15 20 25 30

Pra siklus Siklus I Siklus II

Series 1Tuntas Series 2Tidaktuntas

F r e k e n s i

(29)

Berdasarkan data obsevasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, maka peneliti tergerak untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Tingkir Tengah 01 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe scramble. Model ini dipilih karena memiliki keunggulan dalam hal latihan soal yang dapat dibuat lebih menarik.

Sebelum melakukan pembelajaran peneliti telah mempersiapkan instrumen pembelajaran yang berkaitan dengan indikator yang telah ditetapkan. Pada Siklus I penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki oleh guru. Pada pertemuan I guru belum berhasil menarik semua perhatian siswa sehingga banyak siswa yang belum siap untuk belajar mereka lebih asyik berbicara sendiri, bermain, dan melamun. Pada kegiatan inti yaitu permainan acak kata siswa belum antusias, mereka cenderung ribut dan kurang konsetrasi. Skor hasil observasi pada pertemuan ini yang diperoleh 23 dalam kategori cukup. Dalam pelaksanaan pertemuan ke II guru berusaha memperbaiki kekurangan pada pertemuan sebelumnya. Guru berusaha lebih menarik perhatian siswa dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berimajinasi dan kesempatan mengemukakan pendapat. Cara ini cukup efektif dalam menarik perhatian siswa dalam belajar namun masih ada segelintir siswa yang masih belum siap belajar, siswa masih malu-malu dalam menyampaikan pendapatnya. Pada permainan acak kata siswa saat penyusunan jawaban ada anggota kelompok yang menyontek pekerjaan kelompok lain sehingga permainan kurang adil bagi kelompok lainnya. Ketika guru memulai membacakan pertanyaan dari soal yang telah dikerjakan sebelumnya dan tugas kelompok berlomba menjawabnya dengan cepat, antusias siswa sangat tinggi. pembelajaran pada pertemuan II dapat berjalan baik. Skor yang didapatkan pada pertemuan II ini meningakat menjadi 27 dalam kategori baik. Sebelum menutup pelajaran guru melakukan evaluasi dengan memberikan soal dan angket minat belajar. Hasil rata-rata angket minat pada siklus I ini mencapai 75,81% dalam kategori baik dan hasil belajar 19 siswa atau 70,37% yang tuntas, 8 siswa atau 29,63% yang belum tuntas. Data ini menunjukkan kenaikan hasil yang diperoleh daripada hasil pra

(30)

siklus, namun perolehan ini masih belum memenuhi indikator kinerja yang ditetapka sebelumnya.

Sebelum melakukan pembelajaran siklus II, peneliti melakukan refleksi atas tindakan pada siklus I. Perbaikan dilakukan agar pada siklus II ini minat dan hasil belajar lebih meningkat. Pertemuan I peneliti strategi masih sama seperti pada siklus I namun menambahkan beberapa hal yaitu kedekatan dengan siswa dan ketegasan dalam pembelajaran. Pada saat semua strategi diterapkan kondisi pembelajaran berjalan kondusif. Semua siswa perhatian mulai dari kegiatan awal, inti hingga penutup. Siswa sudah mulai berani bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Dalam permainan acak kata siswa sudah teratur tidak ada yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Skor observasi guru yang diperoleh mencapai 34 dalam kategori sangat baik. Pada pertemua II ini rencana yang digunakan masih sama pada pertemuan I karena pembelajaran pada pertemuan ini sudah baik. Kondisi pembelajaran pada pertemuan ini juga kondusif siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Skor yang diperoleh pada pertemuan kali ini adalah 36 masih dalam kategori sangat baik. Sebelum kegiatan pembelajaran ditutup guru melakukan evaluasi dengan membagikan soal dan angket minat. Data minat belajar siswa setelah penerapan model kooperatif tipe scramble pada siklus II mendapatkan rata-rata 81,83% dan data hasil belajar (KKM) ≥ 70 dari 24 siswa atau 88,89% tuntas, 3 siswa atau 11,11% tidak tuntas. Penyebab 3 siswa tidak tuntas dikarenakan perhatian terhadap pembelajaran masih kurang baik, pergaulan mereka yang terlalu dibebaskan oleh orang tua, tidak ada orang yang mengawasinya di luar sekolah. Sehingga siswa tersebut cenderung malas ketika diajak berfikir lebih sulit menerima materi yang diajarkan.

Dari data observasi siswa dan guru, angket minat dan evaluasi hasil belajar pada pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa: telah terjadi peningkatan minat dan hasil belajar yang telah memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan. Hal ini dapat terjadi karena penerapan model kooperatif tipe scramble. Menurut Sharan (Isjoni, 2009:43), berpendapat bahwa siswa yang belajar

(31)

dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan memiliki minat yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya sehingga hasil belajar juga akan maksimal. Pembelajaran kooperatif juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, dan meningkatkan minat siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi perilaku yang kurang baik. Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya minat. Makin tepat minat yang diberikan, maka pembelajaran yang diaksanakan makin berhasil (Sardiman, 2011:84).

Minat belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar (Oemar Hamalik, 2001). Minat belajar siswa dapat tumbuh dalam pembelajaran yang menyenangkan. Model Pembelajaran Kooperatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa salah satunya adalah Scramble. Siswa dengan model kooperatif tipe scramble dapat menyusun jawaban sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan (Miftahul Huda, 2011: 135). Seiring dengan semakin berminatnya siswa terhadap mata pelajaran IPS maka hasil belajar yang akan diperoleh juga maksimal. Scramble dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran pada tingkatan kelas tinggi. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memuat konsep dan topik materi yang sangat luas. Scramble dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran IPS. Untuk itu bgai guru yang masih menggunakan model kovensional dalam pembelajaran cobalah untuk berinovasi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif salah satunya model kooperatif tipe scramble. Model ini sudah terbukti dapat meningakatkan minat siswa terhadap matapelajaran IPS dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Gambar

Diagram 4.1 Skor Angka Minat Belajar IPS Pra Siklus  Dari diagram lingkaran diatas dapat dilihat bahwa siswa yang mempunyai  minat  terhadap  mata  pelajaran  IPS  dalam  kategori  sangat  baik  mencapai  3,7%,  kategori  baik  44,45%,  kategori  cukup  22
Diagram 4.4 Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus I
Diagram 4.7 Rekapitulasi Skor Angka Minat Belajar IPS  Pra Siklus, Siklus I  dan Siklus II
Diagram 4.8 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPS  Pra Siklus, Siklus I  dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Jika gelombang melalui suatu medium tanpa mengalami pengurangan hal ini disebut sebagai benda (permukaan) transparan dan jika hanya sebagian dari gelombang yang mengalami

Saat ini perseroan telah memiliki 12 kontrak senilai US$5,3 miliar atau 7,7 kali lipat dari peroleh perseroan pada tahun 2008 sebesar US$486

lebih dari 3 kali normal, maka penggunaan OAT harus dihentikan. Golongan dan Jenis Obat Tambahan untuk Kelas Terapi Obat yang Bekerja pada Otot Skelet dan Sendi yang

Dari data yang diperoleh pada siklus I adalah dengan presentase 74, 99% atau 24 dari 32 peserta didik aktif dalam pembelajaran, pada siklus II mengalami peningkatan yaitu

Dengan demikian media pembelajaran yang dikembangkan dalam bentuk permainan monopoli ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran fisika pada pokok bahasan kalor.

Beberapa jenis spons kelas Demospongiae memiliki distribusi yang luas yaitu pada habitat padang lamun di rataan terumbu hingga habitat terumbu karang pada kedalaman 7 meter hingga

Perintah di atas jika dijalankan akan menampilkan seluruh record dari seluruh field dalam tabel tamu. SELECT nmtamu, email

Hingga saat ini di dunia terdapat lebih dari 2300 spesies rayap yang dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok ekologi yang berbeda: kayu lembab, kayu kering, tanah