• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. baitul maal yang berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. baitul maal yang berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. 1"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. LATAR BELAKANG

Baitul Maal Wattamwil (BMT) secara lughowi / harfiyah terdiri dari baitul maal yang berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha.1 Kemudian secara istilah bahwa baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dana penyaluran dana yang non-profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil adalah sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana non-komersial.2

Pada perkembangannya BMT selain bergerak dibidang bisnis, tetapi juga bergerak di bidang sosial. Hal ini dapat dilihat dari pengertian Baitul Maalnya, yang sumber dananya diperoleh dari zakat, infaq, dan shodaqoh, atau sumber lain yang halal. Kemudian dana tersebut diserahkan kepada mustahiq yang berhak menerimanya.

Pada dasarnya zakat merupakan salah satu dari lima pilar Islam.3 begitu pentingnya ibadah ini, sehingga menduduki posisi ketiga setelah sholat.

Zakat merupakan kewajiban Muslim terhadap Allah begitu juga dengan Infaq dan Shodaqoh. Selain itu zakat, infaq dan shodaqoh juga

1

Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wattamwil, Yogyakarta: UUI Press, 2004, hlm. 126.

2

Heri Sudarsono, SE, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah: Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia, Ed. Ke-2, Cet. Ke-1, 2003, hlm. 96

3 M. Imadudin Rahmat (et. al), Islam Pribumi: Mendialogkan Agama, Membaca Realitas, Jakarta: Erlangga, 2003, hlm. 99.

(2)

mempunyai nilai sosial ekonomi.4 Zakat juga merupakan bukti pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, persaudaraan Islam, pengikat persaudaraan umat dan bangsa, sebagai penghubung antara golongan kaya dan miskin, dan penembus jurang yang menjadi garis pemisah antara golongan kuat dan lemah.

Menurut ajaran Islam, zakat sebaiknya dipungut oleh negara atau pemerintah yang bertindak sebagai wakil fakir miskin untuk memperoleh haknya yang ada pada harta orang-orang kaya. Cara pemindahan atau pemerataan kekayaan seperti ini dimaksudkan agar orang miskin tidak harus berhutang budi orang kaya karena menerima pembagian zakat.5

Zakat merupakan bagian dari pendapatan masyarakat yang berkecukupan yang menjadi hak dan karena itu harus diberikan kepada yang berhak, yaitu untuk memberantas kemiskinan dan penindasan. Dalam rukun zakat terdapat ketentuan bahwa zakat tidak boleh diberikan kepada mereka yang wajib zakat dan hukumnya haram, kecuali mereka yang sesuai dalam kriteria delapan ashnaf.6

Antara zakat, infaq dan shodaqoh jelas berbeda hal ini dapat dilihat dari waktu pengeluarannya, dalam zakat ada nishabnya sedangkan pada infaq dan shodaqoh tidak ada, baik dia berpenghasilan tinggi ataupun rendah, apakah disaat dia lapang maupun sempit, dan zakat diperuntukkan untuk

4

H. Rahmat Djatmika, “Pandangan Islam Tentang Infaq, Shodaqoh, Zakat Dan Wakaf

Sebagai Komponen Makro Dalam Pembangunan Ekonomi”, Dalam Seminar Nasional, Pembangunan Ekonomi Dalam Pandangan Islam, Surabaya: CV. Al-Ikhsan, 1982, hlm. 93-94.

5

Daud Ali dan Habibah Daud, Lembaga-Lembga Islam Di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. ke-1, 1995, hlm. 249.

6 Dawam Raharjo, Islam Dan Transormas Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. Ke-1, 1999, hlm. 446.

(3)

delapan ashnaf, sedangkan infaq diberikan kepada siapapun juga, misalkan untuk keluarga, anak yatim, dan lain-lain.

Dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 60, Allah berfirman:

.

)

ﺔﺒﻭﺘﻟﺍ

:

60

(

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 60)7

Selain perintah Allah kepada umat Islam untukmembayar zakat, Islam juga mengatur dengan tegas dan jelas tentang pengelolaan harta zakat, manajemen zakat yang ditawarkan oleh Islam dapat memberikan kepastian keberhasilan dana zakat sebagai dana umat Islam. Hal ini terlihat dalam al-Qur’an surah At-Taubah ayat 103, bahwa Allah memerintahkan Rasul SAW untuk memungut zakat.

)...

ﺔﺒﻭﺘﻟﺍ

:

103

(

7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Semarang: CV. Toha Putra, 1989, hlm. 288.

(4)

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka …”(QS. At-Taubah: 103)8

Dari keterangan ayat tersebut, jelas bahwa pengelolaan zakat, mulai dari memungut, menyimpan dan mendistribusikan harta zakat berada di bawah wewenang Rasul dan dalam konteks sekarang, zakat dikelola oleh suatu badan resmi baik yang langsung dikelola oleh suatu badan resmi baik yang langsung dikelola oleh pemerintah (BAZIS) maupun swasta (LAZIS). Penunjukan amil zakat memberikan pemahaman bahwa zakat bukan diurus oleh orang perorang, tetapi dikelola secara profesional dan terorganisir. Amil yang mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya adalah memungut, menyimpan dan mendistribusikan harta zakat kepada orang yang berhak menerimanya.9

Dalam fikih juga telah ditetapkan secara jelas ketentuan-ketentuan tentang jenis- jenis harta zakat, nisab, haul, cara kerja amil, baitul mal, mustahiq dan lain-lain.10 Agar menjadi sumber dana yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan ekonomi lemah, maka perlu adanya pengelolaan zakat secara profesional dan bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah. Karena pengelolaan atau menejemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam.

8

Ibid, hlm. 297. 9

Undang-undang No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, pasal 9 ayat 1.

10 Yusuf Qordhawi, Hukum Zakat, Trjm. Salman Harun, Didin Hafidudin, et. al, Bandung: Mizan, Cet. Ke-4, 1993, hlm. 88.

(5)

Tujuan dari pengelolaan zakat adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penilaian dan pelayanan ibadah zakat, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, serta meningkatkan hasil bunga dan daya guna zakat.11

Baitul Maal Wattamwil merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Sebagai lembaga sosial baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ), oleh karena itu Baitul maal harus didorong agar mampu berperan secara professional menjadi lembaga amil zakat yang mapan. Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq dan shodaqoh, wakaf dan sumber dana-dana sosial yang lain serta upaya pentasyarufan zakat kepada golongan yang paling berhak sesuai dengan ketentuan-ketentuan asnabiyah (UU Nomor 38 Tahun 1999). 12

Pengelolaan zakat di zaman modern ini memerlukan penanganan orang-orang yang berdedikasi tinggi, diantaranya beriman, berakhlak mulia, berpengetahuan luas, dan berketrampilan manajemen yang rapi, agar dapat menimbulkan kewibawaan pengurus dan kepercayaan masyarakat.13

Baitul Maal Watamwil (BMT) Bahtera Group merupakan balai usaha mandiri terpadu yang mempunyai konsep sebagai Baitul Maal Watamwil, yang berarti lembaga ini mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu Baitul Maal

11

Mohamad Daud Ali, Lembaga- Lembaga Islam Di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-1, 1995, hlm. 243.

12

Muhammad Ridwan, loc.cit.

13 Prof. Drs. Masyfuk Zuhdi, Masailul Fiqhiyyah; Kapita Selekta Hukum Islam, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, Cet. Ke-10, 1994, hlm. 265.

(6)

dan Baitul Tamwil. Baitul Maal Watamwil termasuk dalam kegiatan non bank. Dan menurut fungsinya Baitul Maal bertugas untuk menghimpun, mengelola, dan menyalurkan dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh (ZIS) yang menitikberatkan pada aspek sosial dan menjalankan sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Sementara Baitul Tamwil merupakan lembaga komersil (profit motive) dengan pendanaan dari pihak ketiga, bisa berupa pinjaman atau investasi untuk mengembangkan usaha-usaha produktif dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha yang dijalankan berdasarkan prinsip syari’ah. Dengan demikian BMT ini merupakan gabungan dari dua kegiatan yang berbeda sifatnya dalam satu lembaga, yaitu Baitul Maal yang tidak mencari keuntungan atau nirlaba dan Baitul Tamwil yang dalam pendiriannya memang sengaja didirikan untuk mencari keuntungan.

Baitul Maal “Bahtera” adalah sebuah lembaga yang eksistensinya telah ada sejak 1 Oktober 1995, kemudian pada tanggal 29 Desember 2004 mendapat pengukuhan dari Walikota Pekalongan melalui SK No: 451.1/027116 sebagai dasar legalitas dalam melaksanakan fungsinya sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang mengelola Zakat, Infaq dan Shodaqoh, hal ini membuktikan bahwa keberadaan Baitul Maal di “Bahtera” Pekalongan sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar yang membutuhkan. Adapun pengumpulan dana diperoleh dari potongan gaji para karyawan BMT itu sendiri, para nasabah, dan para donatur dengan cara memberikan brosur atau proposal kepada calon muzakki. Penggunaan dana yang terkumpul akan diberikan kepada bidang-bidang yang telah ditentukan dan disesuaikan

(7)

dengan prosentasenya. Yaitu 50 % untuk bidang pendidikan, 30 % bidang sosial dan 20 % untuk bidang ekonomi. Bagaimana peranan dari BMT “Bahtera Group” Pekalongan dalam pengelolaan ZIS-nya, adakah pemisahan dalam penerimaan dan penyaluran antara dana zakat, infaq dan shodaqoh, sampaikah kepada yang berhak menerimanya. Bagaimana apabila pendistribusian dana ZIS tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah, jangan-jangan dalam kegiatan Baitul Maal tersebut hanya sebuah slogan Islam saja untuk menarik keuntungan yang tidak menerapkan prinsip-prinsip syari’ah. Padahal kita tahu pada kenyataannya Baitul Maal menyatu pula pada Baitul Tamwil yang merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat dan bersifat Profit Motive.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana peran baitul maal tersebut dalam sistem penggalangan dan pendistribusian ZIS sudah sesuaikah dengan Syar’i, dengan judul: PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) “BAHTERA GROUP” PEKALONGAN DALAM PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH (Studi Analisis Terhadap Pendistribusian ZIS Di BMT “Bahtera Group” Pekalongan).

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, dapat penulis rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem penggalangan Dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh di BMT “Bahtera Group” Pekalongan?

(8)

2. Bagaimana sistem pendistribusian dana ZIS di BMT “Bahtera Group” Pekalongan?

C. TUJUAN PENULISAN SKRIPSI 1. Tujuan Formal

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat Akademik dalam rangka meraih gelar S1 (Sarjana Hukum Islam).

2. Tujuan Materiil

a. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan penggalangan dana zakat, infaq dan shodaqoh di BMT “Bahtera Group” Pekalongan. b. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendistribusian dana ZIS

Pekalongan. 3. Tujuan Fungsional

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran dan pengembangan BMT “Bahtera Group” Pekalongan dalam kegiatan pengelolaan dana ZIS pada khususnya. Dan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Hukum Ekonomi Islam.

D. TELAAH PUSTAKA

Pembahasan dan penelitian tentang pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh sudah banyak dilakukan, baik dalam bentuk skripsi maupun tesis. di antaranya :

Penelitian berupa skripsi yang dilakukan oleh Jamil (2197164) Mahasiswa IAIN Walisongo dengan Judul skripsinya, “ Analisis Zakat Maal

(9)

(Studi Lapangan Pengelolaan Zakat Maal di BAZIS Desa Kepakisan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara)”. Yang isinya bahwa BAZIS Desa Kepakisan merupakan lembaga yang secara khusus mengelola dana zakat dari umat. Dan BAZIS ini juga termasuk lembaga yang sukses dalam menghimpun zakat dari para Muzakki.14

Agus Jamaluddin (2197119) Mahasiswa IAIN Walisongo dengan judul skripsinya, “Menejemen Pemberdayaan Zakat Baitul Maal Muamalah Perwakilan semarang dalam perspektif Islam”. Yang berpendapat bahwa secara umum menejemen pemberdayaan zakat di BMM perwakilan Semarang telah sesuai dengan nilai-nilai zakat sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an maupun hadits, dan relatif berhasil bagi pemberdayaan potensi zakat baik dari sisi penghimpunan maupun pendayagunaan. Perlu adanya pendekatan guna meningkatkan kuantitas penghimpunan dan kualitas pendayagunaan. Pendayagunaan sektor ekonomi produktif akan lebih mempercepat proses perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat fakir miskin sebagai sasaran utama zakat.15

Sulaiman SH (B. 4A 0030040) dalam tesisnya yang berjudul “Penerapan UU No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dalam Kegiatan dan Pengembangan Baitul Maal Wattamwil (BMT) (Studi di Kabupaten Kudus)”. Beliau berkesimpulan bahwa penerapan UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dalam kegiatan dan pengembangan

14

Jamil (2197164), Analisis Zakat Mal (studi Lapangan Pengelolaan Zakat Mal di

BAZIS desa Kepakisan Kec. Batur Kab. Banjarnegara), IAIN Walisongo Semarang, 2000

15 Agus Jamaluddin (2197119), Menejemen Pemberdayaan Zakat Baitul Maal

(10)

Baitul Maal wattamwil (BMT) Di Kabupaten Kudus belum sepenuhnya dilaksanakan secara efektif.16

Abdul Matin Bin Salman (529932) Mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang dalam Tesisnya yang berjudul, “Pemberdayaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh (Studi Pendekatan Dalam Pemberdayaan ZIS di desa Ngesrep Boyolali Jawa Tengah)”. Secara umum membahas tentang pendekatan yang efektif dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat Ngesrep dalam berzakat, dan efektifitas pendekatan terhadap pengelolaan dana zakat, infaq dan shodaqoh bagi Syariah.17

Selama penelusuran penulis, hingga kini untuk pembahasan mengenai Peranan BMT “Bahtera Group” Pekalongan dalam Pengelolaan Dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (Studi Analisis Terhadap Penditribusian Dana ZIS Di BMT “Bahtera Group” Pekalongan) belum pernah ada yang membahasnya.

E. METODE PENULISAN SKRIPSI 1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini sepenuhnya dihasilkan dari penelitian lapangan (Field Research) yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu baik di lembaga-lembaga, organisasi

16

Sulaiman SH (B. 4A 0030040), Penerapan UU NO. 38 Tahun 1999 Tentang

Pengelolaan Zakat Dalam Kegiatan dan Pengembangan Baitul Maal Wattamwil (BMT) (Studi di Kabupaten Kudus), Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang, 2005

17

Abdul Matin Bin Salman (529932), Pemberdayaan zakat, infaq dan shodaqoh (Studi

Pendekatan dalam Pemberdayaan ZIS di Desa Ngesrep Boyolali Jawa Tengah¸ Program Pasca

(11)

masyarakat maupun lembaga pemerintah.18 Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah BMT “Bahtera Group” Pekalongan.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang berbentuk kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai.19 Sumber Data Primer dalam penelitian ini dihasilkan dari wawancara dengan pengelola Baitul Maal Bahtera Pekalongan yang berkaitan dengan pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh di BMT “Bahtera Group” Pekalongan.

b. Data sekunder

Sumber data skunder adalah sumber data tambahan yang bersumber dari sumber tertulis, di antaranya, buku, majalah ilmiah, arsip dan dokumen-dokumen resmi dan lain-lainnya.20 Sumber data digunakan untuk memperoleh data yang berupa dokumentasi di Baitul Maal Bahtera Pekalongan pada praktek pengumpulan dan pendistribusian dana zakat, dalam bentuk daftar muzakki, daftar mustahiq dan laporan lain-lainnya.

18

Hadari Nawawi, Metode Peneltian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Cet. ke-6., 1993, hlm. 31.

19

Drs. Lexy J. Moeleong, M.A., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. Ke-14, 2001, hlm. 112.

20

(12)

3. Tekhnik Pengumpulan Data a. Interview

Interview yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan kepada para informan secara langsung.21

Wawancara ini dilakukan dengan berbagai pihak yang telah dipilih sebagai informan yang sekaligus sebagai sumber data yang ingin diungkapkan. Dalam wawancara ini informasi yang peneliti maksud adalah dari pengelola BMT “Bahtera Group” Pekalongan terutama kepada pengelolan Baitul Maalnya, maupun kepada para mustahiq. Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dana ZIS dalam kegiatan BMT “Bahtera Group” Pekalongan.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pencarian data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya.22

Metode ini dilaksanakan dengan cara mencari data-data yang berasal dari buku-buku, transkrip, agenda dan dokumen lain yang dimiliki BMT “Bahtera Group” Pekalongan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data dan informasi yang berkenaan dengan

21

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian (Dalam Teori Dan Praktek), Jakarta: Rineka Cipta, Cet. ke-3, 1999, hlm. 39.

22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Sutau Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hlm. 206.

(13)

BMT “Bahter Group” Pekalongan dan Baitul Maal “Bahtera” sebagai penyempurna tekhnik pengumplan data lain dalam memperoleh data.

4. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif kualitatif, yaitu apa yang dinyatakan oleh informan secara tertulis atau lisan, dan juga perilaku yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Dalam hal ini penulis menggunakan Pendekatan yuridis sosiologi, dengan menggunakan pola fikir induktif yaitu; pola pikir ini dilakukan untuk menganalisis tentang bagaimana peran BMT Bahtera Group Pekalongan dalam pengelolaan dana zakat, infaq dan shodaqoh yang menyangkut pendistribusian dana ZISnya.

F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Untuk memudahkan gambaran dan pemahaman yang sistematis, maka laporan skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab Pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan skripsi, telaah pustaka, metode penulisan skripsi dan sistematika penulisan skripsi.

Bab kedua, dalam bab ini berisi tentang ketentuan umum mengenai pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh yang meliputi pengertian zakat, infaq dan shodaqoh, dasar-dasar hukum zakat, infaq dan shodaqoh, rukun dan syarat zakat, infaq, shodaqoh, kemudian pengelolaan zakat, infaq dan

(14)

shodaqoh yang meliputi pengelolaan menurut fiqih dan pengelolaan menurut undang- undang.

Bab ketiga, dalam bab ini akan dikemukakan tentang pengelolaan dana ZIS di BMT “Bahtera Group” Pekaloangan, hal ini meliputi profil umum BMT “Bahtera Group” Pekalongan, pengelolaan dana ZIS di BMT “Bahtera Group” Pekalongan, dan problematika pelaksanaan pengelolaan dana ZIS di BMT “Bahtera Group” Pekalongan.

Bab keempat, dalam bab ini berisi tentang analisis data, yaitu begaimana tindakan BMT “Bahtera Group” Pekalongan, dalam memerankan peranannya sebagai lembaga pengelolaan dana ZIS, hal ini meliputi analisis terhadap pnggalangan dan pendistribusian dana zakat, infaq dan shodaqoh di BMT “Bahtera Group” Pekalongan .

Bab kelima, dalam bab ini berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan, saran-saran dan penutup.

Referensi

Dokumen terkait

Rofi’uddin dan Zuhdi (2001) menyebutkan, menulis dapat dipandang sebagai rangkaian ak- tivitas yang bersifat fleksibel. Dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan

Jadi, kejadian kesalahan ( error ) pada jaringan tersebut akan disimpan pada sebuah database khusus, untuk selanjutnya akan ditampilkan di sistem dan dikirimkan

Τα ονόματα των θεών έφτασαν πολύ αργότερα στην Ελλάδα από την Αίγυπτο κι έτσι τα έμαθαν οι Πελασγοί, με εξαίρεση αυτό του Διονύσου,

Sampai saat ini belum didapatkan penelitian yang menilai dimensi fraktal retina pada suatu populasi pasien diabetes melitus tipe 2 dengan dan tanpa retinopati

Kesimpulan penelitian ini adalah: Sistem pengendalian intern penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di

Kompleksitas Sequential Search Kompleksitas algoritma search adalah tergantung dari jumlah perbandingan yang terjadi dalam perulangan saat melakukan pencarian data

Bertolak dari latar belakang tersebut, peneliti akan mengembangkan LKS berorientasi Project Based Learning pada materi keanekaragaman hayati yang diharapkan dapat