• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perempuan Lanjut Usia

Lansia adalah periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang dan merupakan tahap perkembangan psikososial yang terakhir (ke delapan) menurut Erikson. Perkembangan psikososial lansia adalah tercapainya integritas diri yang utuh (Keliat, dkk., 2011).

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 dalam Martono dan Pranaka, 2011).

Proses tua secara umum ditandai dengan adanya kemunduran fungsi organ tubuh. Kemunduran yang sering terjadi oleh lanjut usia lebih dikenal dengan istilah Geriatric Giants. Adapun penurunan fungsi kognitif (perhatian, bahasa, ingatan, kemampuan visual sparsial dan intelegensi umum) dan psikomotor pada lanjut usia terkait dengan pertambahan usia (Depkes RI, 2008).

2.1.1 Batasan Usia Lanjut

Hurlock (2004) mengatakan bahwa lansia adalah tahap perkembangan akhir dari seorang individu yang dibagi menjadi lansia dini yaitu berkisar antara usia 60-70 tahun, dan lansia yang dimulai pada usia 70 tahun hingga akhir kehidupan

(2)

seseorang. WHO (2014) usia lanjut dibagi menjadi 4 kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (eldery) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (Old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun.

2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes RI (2008) yang terdiri dari ; pra lansia (pra senilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia risiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/ atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa, lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.2 Menopause

Menopause merupakan sebuah kata yang memiliki banyak arti atau makna yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani, yang digunakan untuk menjelaskan gambaran berhentinya haid atau menstruasi. Hal ini merupakan akhir proses biologis dari siklus menstruasi, yang dikarenakan terjadinya perubahan hormon yaitu penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium (Mulyani, 2013).

(3)

Menopause terjadi pada akhir siklus menstruasi yang terakhir tetapi kepastiannya baru diperoleh jika seorang wanita sudah tidak mengalami siklus haidnya selama minimal 12 bulan. Hal ini disebabkan karena pembentukan hormon estrogen dan progesteron dari ovarium wanita berkurang, ovarium berhenti “melepaskan” sel telur sehingga aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti sama sekali (Proverawati dan Sulistyawati, 2010).

Menopause juga diartikan sebagai haid terakhir. Terjadinya menopause ada hubungan dengan menarche (pertama haid), makin dini menarche terjadi maka makin lambat atau lama menopause timbul (Mulyani, 2013).

Masa menopause yaitu tidak ada lagi menstruasi atau saat haid terakhir, dan apabila sesudah menopause disebut pasca menopause bila telah terjadi menopause 12 bulan sampai menuju ke senium. Menopause terjadi pada usia 49-51 tahun. Diagnosa menopause dapat ditegakkan jika berhentinya menstruasi sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya menstruasi dapat didahului terjadinya siklus menstruasi yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang. Umur untuk terjadinya masa menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan (Mulyani, 2013).

Perkembangan laki-laki dan wanita masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda. Sepanjang hidupnya wanita mengalami dua hal penting, yang merupakan kekhususan bagi seorang wanita yaitu menarche dan menopause. Berdasar angka sementara sensus penduduk tahun 2000 rasio jenis kelamin penduduk

(4)

banyak daripada penduduk pria. Sejalan dengan keadaan tersebut kualitas hidup perempuan perlu mendapat perhatian dari sejak lahir sampai menjelang usia tua (usia menopause). Wanita di kota besar seperti Jakarta rata-rata mengalami menopause di akhir usia 40-an tahun atau di awal 50 tahun, namun kini menurut penelitian terbaru, 1 dari 16 wanita berisiko menopause dini (Rohmatika dkk, 2012). Menopause yang terjadi sebelum usia 45 tahun dianggap sebagai menopause yang cepat, tetapi menopause dini biasanya didefinisikan sebagai menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun. Akan tetapi, jika menopause anda tertunda sampai setelah usia 55 tahun, maka hal tersebut dianggap terlambat (Rohmatika dkk, 2012).

2.2.1 Tahap-tahap Menopause

Menopause di bagi dalam beberapa tahapan yaitu sebagai berikut : (Mulyani, 2013)

1. Pra menopause

Fase ini terjadi pada usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Gejala yang timbul pada masa pramenopause yaitu :

a. Siklus menstruasi menjadi tidak teratur b. Perdarahan menstruasi memanjang

c. Jumlah darah menstruasi menjadi lebih banyak d. Adanya rasa nyeri saat menstruasi

2. Perimenopause

Yaitu fase peralihan antara masa pra menopause dan pasca menopause. Gejala-gejala yang timbul pada masa perimenopause yaitu :

(5)

a. Siklus menstruasi menjadi tidak teratur b. Siklus menstruasi menjadi lebih panjang 3. Menopause

Yaitu fase dimana berhentinya menstruasi atau haid terakhir adanya perubahan kadar hormon dalam tubuh yaitu menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Gejala-gejala yang terjadi pada masa menopause yaitu sebagai berikut :

a. Keringat yang biasanya timbul pada malam hari b. Lebih mudah marah atau emosi

c. Sulit istirahat atau tidur d. Haid menjadi tidak teratur e. Terjadi gangguan fungsi seksual f. Badan bertambah gemuk

g. Sering kali tidak mampu untuk menahan kencing h. Stress dan depresi

i. Nyeri otot sendi

j. Hot flush atau sering terasa panas

k. Terjadinya kekeringan pada vagina karena berkurangnya produksi lendir pada vagina

l. Terjadinya gangguan pada tulang

(6)

4. Postmenopause

Post-menopause adalah kondisi dimana seorang wanita telah mencapai masa menopause. Pada masa post-menopause seorang wanita akan mudah sekali mengidap penyakit jantung dan pengeroposan tulang (osteoporosis).

2.2.2 Penyebab Menopause

Tubuh wanita mempunyai persediaan sel telur atau ovum dengan jumlah yang terbatas dan masa menopause itu terjadi ketika ovarium atau indung telur telah kehabisan sel telur atau ovarium, hal ini menyebabkan produksi hormon seks wanita tidak lain adalah hormon estrogen dan progesteron (Mulyani, 2013).

Penurunan fungsi hormon dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan gejala-gejala menopause akan mulai timbul dan terasa meskipun menstruasi masih datang. Saat itu akan mulai terlihat adanya perubahan pada haid yang mungkin menjadi lebih lama atau lebih singkat dan untuk jumlah darah menstruasi yang dikeluarkan menjadi tidak konsisten yaitu relatif menjadi lebih banyak dari sebelumnya (Mulyani, 2013).

Saat masuknya seseorang dalam fase menopause sangat berbeda-beda. Wanita di Eropa tidak sama usia menopausenya dengan wanita di Asia. Faktor genetik kemungkinan berperan terhadap usia menopause. Baik usia pertama haid (menars), melahirkan pada usia muda, maupun berat badan tidak terbukti mempercepat datangnya menopause. Wanita kembar dizigot atau wanita dengan siklus haid memendek memasuki menopause lebih awal jika dibandingkan dengan wanita yang memiliki siklus haid normal. Memasuki usia menopause lebih awal dijumpai juga

(7)

pada wanita nulipara, wanita dengan diabetes mellitus (NIDDM), perokokberat, kurang gizi, wanita vegetarian, wanita dengan sosioekonomi rendah, dan pada wanita yang hidup pada ketinggian >4000 m. Wanita multipara dan wanita yang banyak mengonsumsi daging, atau minum alkohol akan mengalami menopause lebih lambat (Baziad, 2003).

Secara endokrinologis, wanita mengalami proses menua sejak di kandungan. Sejumlah 7.000.000 sel telur (folikel) terdapat pada kedua ovarium janin yang berusia 20 minggu dan berkurang akibat penghancuran sehingga sewaktu dilahirkan folikel bayi wanita tinggal 500.000 sampai 1.000.000 lagi dan dalam perjalanan waktu akan terus berkurang jumlahnya. Sebagian wanita yang usia 35 tahun masih memiliki 100.000 folikel, sedangkan wanita yang lain pada usia yang sama hanya memiliki 10.000 folikel. Setiap wanita yang masih mengalami haid, meskipun sudah tidak teratur, ovariumnya masih memiliki lebih kurang 1000 folikel dan kemungkinan hamil selalu ada (Baziad, 2003).

Semakin meningkat usia, maka semakin menurun jumlah folikel pada kedua ovarium. Hal ini disebabkan karena keluarnya sel telur dari ovarium pada setiap menstruasi. Lama kelamaan produksi ovarium terus berkurang hingga sekitar usia 50 tahun dan akhirnya menstruasi berhenti yang disebut dengan peristiwa menopause (Kasdu, 2002).

(8)

2.2.3 Jenis-jenis Menopause

Seorang wanita mengalami menopause dalam waktu yang berbeda-beda, dapat terjadi cepat ataupun lambat tergantung jenis menopause yang dialaminya. Menopause dapat dibagi dalam empat jenis yaitu :

1. Menopause Alamiah

Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara usia empat puluh lima dan lima puluh, pada diri wanita yang paling tidak mempunyai satu indung telur. Durasinya, dalam kebanyakan kasus adalah lima sampai sepuluh tahun, meskipun seluruh proses itu kadang-kadang memerlukan waktu tiga belas tahun. Selama itu, menstruasi dapat berhenti selama beberapa bulan dan kemudian kembali, dimana durasi, intensitas, dan alirannya dapat bertambah atau berkurang (Northrup, 2006). 2. Menopause Prematur

Menopause prematur terjadi agak lebih cepat dibanding menopause alamiah, yaitu pada wanita di usia tiga puluhan atau awal empat puluhan yang mempunyai setidak-tidaknya satu indung telur. Kira-kira satu di antara seratus wanita menyelesaikan transisi menopause pada usia empat puluh atau lebih muda lagi, mungkin mempunyai penyakit yang memberi pengaruh buruk pada fungsi-fungsi reproduksi yang berkaitan dengan hormon. Durasi biasanya lebih pendek daripada menopause alamiah, satu sampai tiga tahun. Karena transisi berlangsung lebih cepat dan karena perubahan awal itu sering terkait dengan kondisi fisik yang sudah ada sebelumnya, maka ada beberapa wanita yang menjalani menopause prematur membutuhkan suplemen hormon selama masa penyesuaian (Northrup, 2006).

(9)

3. Menopause Terlambat

Menopause terlambat adalah menopause yang terjadi pada usia 55 tahun ke atas. Salah satu faktor yang memungkinkan seorang wanita akan mengalami keterlambatan menopause adalah apabila memiliki kelebihan berat badan. Sebagian besar estrogen dibuat didalam endometrium, akan tetapi sejumlah kecil estrogen juga dibuat di bagian tubuh yang lain, termasuk di sel-sel lemak. Apabila seorang wanita mengalami obesitas maka wanita tersebut akan memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi dalam seluruh masa hidupnya (Fox-Spencer dan Brown, 2007).

4. Menopause Buatan

Menopause buatan dapat terjadi secara mendadak, disebabkan karena operasi pengangkatan atau gangguan pada fungsi reproduksi (termasuk pengangkatan indung telur atau gangguan pada aliran darah ke indung telur), oleh radiasi atau kemoterapi, atau oleh pemberian obat-obatan tertentu yang dapat mempercepat menopause atau karena alasan-alasan medis. Bahkan pengikatan tuba telah terbukti dapat menurunkan kadar progesteron selama paling sedikit satu tahun setelah prosedur dijalankan.

Perkiraan mutakhir menyebutkan bahwa kira-kira ada satu diantara empat wanita Amerika yang akan memasuki menopause buatan. Karena tidak ada kemungkinan bagi penyesuaian gradual pada penurunan hormon, gejala-gejala menopause buatan dapat terjadi sangat parah dan melemahkan. Hampir bisa dipastikan, terapi suplemen hormon dipilih untuk meringankan ketidaknyamanan fisik (Northrup, 2006).

(10)

2.3 Perubahan yang terjadi pada Masa Menopause 2.3.1 Perubahan Fisik pada Masa Menopause

Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause : 1. Ketidakteraturan Siklus Haid

Setiap wanita akan mulai mengalami siklus haid yang tidak teratur, dapat menjadi lebih panjang atau lebih pendek sampai akhirnya berhenti. Terdapat sekitar 40% wanita mengeluh bahwa siklus haidnya tidak teratur. Keadaan ini meningkat sampai 60% pada waktu 1-2 tahun menjelang haid berhenti total atau menopause (Baziad, 2003).

2. Gejolak Rasa Panas (Hot Flushes)

Arus panas biasanya timbul pada saat darah mulai berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti. Kira-kira 60% wanita mengalami arus panas. Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik di sekitar jari-jari, kaki maupun tangan serta pada kepala, atau bahkan timbul secara menyeluruh. Munculnya hot flushes ini sering diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini berlangsung selama dua sampai tiga menit disertai pula oleh keringat yang banyak. Ketika terjadi pada malam hari, keringat ini dapat mengganggu tidur dan bila hal ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi (Reitz, 1993).

3. Jantung Berdebar-debar

Dalam beberapa penelitian masa menopause diikuti dengan jantung yang berdebar–debar karena pada masa ini kadar estrogen menurun sehingga peluang

(11)

terkena serangan jantung sekitar 20 kali lebih sedikit dari pria. Peluang ini dapat berkurang jika berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan mempertahankan berat badan dalam jangkauan yang diinginkan, serta diet terkendali (Jones, 2005).

4. Perubahan pada Mulut

Perubahan yang terjadi pada indra pengecapan adalah hilangnya kepekaan pada lidah dalam merasakan sesuatu. Terkadang makanan asin dirasakan tawar atau sebaliknya. Sementara di pihak lain gigi menjadi lebih mudah patah, dalam hal ini menjaga kebersihan dan pemeriksaan gigi teratur akan memperbaiki keadaan (Wahyunita dan Fitrah, 2010)

5. Kekeringan Vagina

Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa dan orgasme (Kasdu, 2002).

6. Perubahan Kulit

Salah satu fungsi estrogen adalah untuk menjaga elastisitas kulit sehingga saat fungsi ovarium menurun yang berakibat langsung menurunnya kadar estrogen dalam tubuh mengakibatkan jaringan lemak bawah kulit akan menipis, kulit akan berkerut, tidak elastis lagi dan tipis. Daerah yang paling sering terlihat gejala ini adalah sekitar wajah, leher dan tangan (Wahyunita dan Fitrah, 2010).

(12)

7. Keringat Berlebihan

Cara kerjanya belum diketahui secara pasti, tetapi pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur thermostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri (Kasdu, 2002).

8. Susah Tidur (Insomnia)

Beberapa wanita mengalami kesulitan saat tidur, mungkin perlu ke kamar mandi di tengah malam, kemudian menemukan dirinya tidak dapat tidur kembali. Hot flushes juga dapat menyebabkan wanita terbangun dari tidur (Proverawati dan Sulistyawati, 2010).

9. Penambahan Berat Badan

Rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan dan bekerja lebih sedikit sehingga terjadi penambahan berat badan (Jones, 2005).

10. Nyeri Otot dan Sendi

Banyak wanita menopause mengeluh nyeri otot dan sendi. Pemeriksaan radiologik umumnya tidak ditemukan kelainan. Sebagian wanita, nyeri sendi erat kaitannya dengan perubahan hormonal yang terjadi yang mengakibatkan menurunnya aliran darah dan sintesis kolagen sehingga dengan sendirinya tulang rawan ikut rusak. Kejadian ini meningkat dengan meningkatnya usia (Baziad, 2003).

(13)

11. Penyakit

Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause. Apabila dilihat dari sudut pandang medik ada dua perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein didalam tulang (osteoporosis). Penyakit jantung merupakan permasalahan yang meliputi jantung dan sistem pembuluh darah yang mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Didalamnya termasuk angina, serangan jantung dan stroke. Selain itu dapat mengalami peningkatan kadar kolesterol setelah menopause dan penumpukan kolesterol LDL yang dapat mempersempit dan menyumbat pembuluh arteri sehingga meningkatkan risiko terkena penyakit jantung (Fox-Spencer dan Brown, 2007).

Wanita mengalami osteoporosis biasanya dalam 5 sampai 10 tahun setelah menopause. Dalam tahun-tahun tersebut, lebih banyak terjadi osteoporosis pada pergelangan paha dan juga pada tulang belakang, sehingga menyebabkan sakit punggung (Jones, 2005).

2.3.2 Perubahan Psikologis pada Masa Menopause

Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu :

1. Kecemasan

Kecemasan yang dialami oleh wanita menopause adalah rasa khawatir tentang perubahan yang terjadi, kehidupan pribadi dan ketidakmampuan untuk melakukan

(14)

kegiatan seorang diri. Cemas karena berpikir bahwa akan menjadi beban keluarga/keluarga lain (Wahyunita dan Fitrah, 2010).

2. Mudah Tersinggung

Gejala ini mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu sebelumnya dianggap tidak mengganggu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan prilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan prilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.

3. Depresi

Depresi ditandai dengan adanya kehilangan minat dan kesenangan yang semula dinikmati, munculnya perasaan bersalah, mengalami kesulitan untuk konsentrasi, terjadi penurunan nafsu makan sehingga berat badan menurun, muncul pikiran-pikiran tentang kematian bahkan usaha bunuh diri (Kusumawardhani, 2006). 4. Stress

Stress dapat terjadi karena tibanya masa pensiun, berkurangnya peran sebagai orang tua, kehilangan pasangan hidup, penurunan aktifitas fisik dan sosial akibat dari dampak penyakit-penyakit degeneratif (Kusumawardhani, 2006).

(15)

2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Menopause

Seiring dengan perubahan usia menopause wanita zaman sekarang yang cenderung semakin cepat, banyak penelitian yang gencar dilaksanakan guna mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi usia menopause seorang wanita. Beberapa faktor-faktor tersebut diantaranya:

1. Riwayat Keluarga (Ibu)

Sebuah studi epidemiologi yang meneliti usia menopause pada sampel multietnik menemukan fakta bahwa usia menopause cenderung lebih cepat pada wanita keturunan Jepang dan Latin. Studi lain menemukan adanya riwayat keluarga pada ibu seorang wanita yang mengalami menopause dini (Pradana, 2010).

2. Status Perkawinan

Keadaan seorang wanita yang tidak menikah diduga mempengaruhi perkembangan reproduksinya. Mereka akan mengalami masa menopause lebih muda atau lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang telah menikah (Kasdu, 2002).

Wanita menikah cenderung lebih aktif melakukan aktivitas seksual dibandingkan wanita yang tidak menikah. Wanita yang aktif secara seksual setidaknya sekali seminggu menunjukkan tingkat estrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita kurang aktif secara seksual (Sulistiany, 2013).

3. Paritas

Paritas dapat dikelompokkan menjadi nullipara (wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali), primipara (wanita yang telah melahirkan satu kali) dan

(16)

hubungan antara paritas dan menopause, menurut Baziad (2003) wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali (nullipara) lebih awal memasuki menopause dibandingkan wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali (multipara) yang akan mengalami menopause lebih lambat. Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama wanita tersebut memasuki masa menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan juga dapat memperlambat penuaan tubuh.

Menurut penelitian Pradana (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan usia menopause. Banyak hal yang turut mempengaruhi munculnya keadaan ini. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi peningkatan peran wanita dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, banyak wanita yang tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga saja, tetapi juga menggeluti berbagai pekerjaan guna meningkatkan taraf perekonomian keluarga. Kesibukan ini tentunya akan membatasi waktu yang dimiliki oleh seorang wanita untuk merawat dan membesarkan anaknya. Dampaknya adalah banyak wanita yang saat ini cenderung membatasi jumlah anaknya, dengan pertimbangan waktu yang ada dapat dimanfaatkan untuk bekerja.

Selain itu, sosialisasi program Keluarga Berencana juga turut berpengaruh terhadap penurunan rata-rata jumlah paritas wanita. Saat ini, banyak keluarga yang telah menyadari efek positif dari program ini, sehingga memutuskan untuk membatasi jumlah paritas wanita hanya 2 kali saja. Kesemua hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap penurunan rata-rata jumlah paritas wanita.

(17)

Percepatan usia menopause ini menjadi permasalahan tersendiri bagi kesehatan wanita. Wanita yang lebih cepat memasuki usia menopause berarti memiliki risiko yang jauh lebih besar pula untuk mengalami berbagai penyakit yang terkait dengan usia menopause. Seperti osteoporosis misalnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka rata-rata kehilangan massa tulang pasca-menopause mencapai 1,4% per tahunnya. Jika seorang wanita mengalami menopause lebih cepat, maka akan terjadi penurunan bermakna densitas massa tulang sehingga akan meningkatkan resiko osteoporosis (Setiyohadi, 2006).

Pada penelitian yang dilakukan Paola, dkk (2006) menghasilkan bahwa wanita yang mempunyai anak kurang dari 2 beresiko memasuki menopause lebih awal (p=0,04). Begitu juga pada penelitian Mufidah (2011) menghasilkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan usia menopause, dimana makin sering wanita melahirkan maka makin lama mengalami menopause (p=0,024). 4. Usia Melahirkan

Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan memperlambat proses penuaan tubuh (Sulistiany, 2013).

5. Usia Saat Haid Pertama (Menarche)

Menarche adalah haid pertama yang dialami oleh wanita. Menurut Fox-Spencer (2007) menarche biasanya dimulai pada usia 12-13 tahun. Perbedaan usia

(18)

bentuk badan, keadaan gizi, lingkungan, aktivitas fisik dan rangsangan psikis (Anggraini, 2001).

Usia mulai terjadinya menarche telah turun dari 15 tahun seabad yang lalu, menjadi 12,5 tahun pada saat sekarang. Penurunan ini diyakini karena nutrisi anak yang lebih baik. Hipotesis yang dikemukakan adalah bahwa semakin banyaknya jumlah lemak tubuh memungkinkan semakin besarnya aromatisasi androgen menjadi estrogen. Peningkatan cepat kadar estrogen menimbulkan umpan balik positif terhadap hipotalamus dan kelenjar hipofisis sehingga terjadi sentakan peninggian Luteinizing Hormone (LH) yang mengawali terjadinya menarche (Jones, 2005).

Menurut Manuaba (2010) menopause ada hubungan dengan menarche. Wanita yang pubertas prekok akan mengalami menopause lebih cepat. Hal ini disebabkan karena degenerasi oosit lebih cepat, menjadi atresia dan tidak berfungsi.

Penelitian Rohmatika, dkk (2012) di Desa Jingkang Babakan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas menunjukkan bahwa rata-rata usia menarchenya yaitu 14 tahun, usia menarche minimum 9 tahun, usia menarche maksimum 20 tahun, dan yang sering terjadi pada usia 15 tahun. Kemudian rata-rata usia menopausenya 49 tahun, usia menopause minimum yaitu 31 tahun, usia menopause maksimum 56 tahun, dan yang sering terjadi pada usia 50 tahun.

6. Pemakaian Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dan pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada wanita yang menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal ini dapat terjadi karena

(19)

cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur (Kasdu, 2002).

Pemberian pil kontrasepsi pada usia >35 tahun ternyata memberikan nilai positif seperti siklus haid menjadi teratur dan keluhan premenstrual sindrom (PMS) menjadi berkurang dan cara kerja estrogen dalam pil kontrasepsi adalah mempengaruhi ovulasi, perjalanan sel telur atau implantasi. Selain itu penambahan estrogen dalam pil bertujuan untuk menjamin berlangsungnya siklus haid. Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya menghambat Follicle Stimulating Hormone dan Luteinizing Hormone (Baziad, 2003).

Pada wanita usia perimenopause haid tidak berhenti selama wanita tersebut memakai kontrasepsi hormonal. Perdarahan terus terjadi selama wanita masih menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan wanita itu tidak mengalami keluhan klimakterium. Untuk menentukan diagnosis menopause, pil kontrasepsi harus segera dihentikan (Baziad, 2003).

Wahyunita dan Fitrah (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis pemakaian alat kontrasepsi dengan kecepatan menopause (p=0,003) dimana menopause lebih lambat terjadi pada wanita yang memakai jenis kontrasepsi hormonal. Begitu juga penelitian Celentano dkk (2003) menggambarkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral akan mempengaruhi usia menopause.

(20)

lebih awal atau terlambat. Namun, penelitian menemukan bahwa menopause alami yang lebih dini juga terkait dengan pendidikan rendah,sosial ekonomi rendah, mempunyai anak sedikit, tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral dan berat badan rendah. Dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga berencana dari 66-75 juta di antaranya terutama negara berkembang menggunakan kontrasepsi oral yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan,dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif terhadap berbagai organ tubuh wanita, baik organ genitalia maupun non organ genitalia (Baziad, 2008). Penggunaan kontrasepsi oral dalam waktu yang lama akan menyebabkan keluhan pada menopause (Asiah dkk, 2013).

Penelitian Asiah, dkk (2013) di Desa Binangga Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh jenis penggunaan kontrasepsi pil, lama penggunaan dan paritas jumlah anak pada mulainya usia menopause. Sangat perlu memberikan pemahaman kepada wanita usia menopause tentang metode penggunaan kontrasepsi efektif yang dapat di gunakan oleh banyak akseptor jika dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain ,penggunaan kontrasepsi dapat di gunakan sebagai metode untuk mengatur kehamilan jangka panjang selama lebih dari dua tahun sampai empat tahun. Perlu dilakukan sosialisasi pentingnya pemahaman jenis kontrasepsi di pelayanan posyandu lansia di masing – masing desa untuk mengetahui lebih dini masalah – masalah tentang jenis kontrasepsi berupa pil kombinasi, yang berisi hormon estrogen dan progesteron atau pun hanya berisi hormon progesteron saja bahwa pil bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi

(21)

dan mencegah terjadinya penebalan dinding rahim sehingga ini di gunakan secara tepat.

7. Asupan Fitoestrogen

Konsumsi pangan adalah sejumlah makanan dan minuman yang dimakan atau diminum penduduk atau seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan hayati (Baziad, 2003). Salah satu makanan yang dibutuhkan wanita dalam menunjang kesehatan reproduksinya adalah makanan yang mengandung fitoestrogen. Fitoestrogen adalah bahan tanaman yang mengandung zat yang mirip estrogen. Salah satu makanan yang dibutuhkan wanita dalam menunjang kesehatan reproduksinya adalah makanan yang mengandung fitoestrogen.Bahan tanaman ini banyak terdapat di lingkungan dan sudah sering dikonsumsi untuk kebutuhan sehari di masyarakat. Fitoestrogen dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : isoflavon, coumestan dan lignan. Isoflavon merupakan fitoestrogen yang sering digunakan di masyarakat (Rishi, 2002). Sumber tanaman kaya fitoestrogen yang biasanya digunakan pada wanita Indonesia rata-rata 50-150 mg fitoestrogen kedelai/hari, 50 gram tempe atau 120 gram tahu.

Wanita yang kurang mengkonsumsi fitoestrogen memiliki risiko tinggi untuk menopause dini. Fitoestrogen dapat diperoleh dari kacang-kacangan baik yang sudah diolah seperti tempe, tahu, ataupun bukan olahan seperti kedelai, buncis dan kacang tolo (Muljati dkk, 2003).

Penelitian Muljati dkk (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara jumlah tahu yang dikonsumsi dengan usia menopause dimana

(22)

p=0,010 dan dinyatakan bahwa wanita yang kurang mengkonsumsi fitoestrogen memiliki resiko tinggi untuk menopause dini.

2.5 Landasan Teori

Menurut Baziad (2003) saat masuknya wanita dalam fase menopause sangat berbeda-beda. Wanita di Eropa tidak sama usia menopausenya dengan wanita di Asia. Faktor genetik kemungkinan berperan terhadap usia menopause. Wanita kembar dizigot, wanita dengan siklus haid memendek, nullipara, perokok berat, wanita dengan diabetes mellitus (NIDDM), wanita kurang gizi, wanita vegetarian, sosioekonomi rendah dan wanita yang hidup pada ketinggian >4000 m akan memasuki menopause lebih awal dibandingkan wanita multipara, wanita yang banyak mengkonsumsi daging atau wanita yang minum alkohol. Kusmiran (2011) juga mengungkapkan bahwa selain faktor genetik dan merokok, pengangkatan ovarium dan kemoterapi juga dapat memengaruhi menopause.

Sementera itu menurut Fox-Spencer dan Brown (2007) seorang wanita akan mengalami menopause dini apabila memiliki kelainan kromosom, pernah menjalani histerektomi, kemoterapi, memiliki riwayat keluarga yang mengalami menopause dini dan perokok. Kasdu (2002) menyatakan bahwa usia seorang wanita yang akan mengalami menopause sangat bervariatif. Hal ini sangat tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah menarche, faktor psikis, jumlah anak, usia melahirkan, pemakaian kontrasepsi, kebiasaan merokok, sosial ekonomi dan pendidikan.

(23)

Manuaba dkk (2010) menyatakan bahwa riwayat keluarga dengan menopause relatif muda, menarche yang perokok dan wanita perokok akan mempercepat terjadinya menopause. Adapun faktor-faktor yang memperlambat menopause adalah wanita yang memiliki kelebihan berat badan, hal ini disebabkan karena cadangan kolesterol dan lemak yang cukup tinggi serta keadaan sosial ekonomi tinggi yang dapat menyebabkan pemenuhan diet yang baik dan vitamin cukup sehingga vaskularisasi bertambah baik.

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan pada landasan teori di atas, maka pada penelitian ini dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Faktor yang berhubungan :

1. Riwayat Keluarga (Ibu) 2. Status Perkawinan 3. Paritas 4. Usia Melahirkan 5. Usia Menarche 6. Metode Kontrasepsi 7. Asupan Fitoestrogen Usia Menopause

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

#$..Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot   pengunyah yang ditandai dengan intake kurang' makan dan minuman yang masuk  lewat mulut kembali

Sikap pada pesan kampanye dan citra merek memberikan pengaruh sebesar 60,4% terhadap loyalitas konsumen, yang berarti bahwa 39,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

Pemeberian posisi semi fowler pada pasien tuberculosis telah dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas, dari tindakan dapat dilihat

Perbedaan posisi peneliti terdahulu dengan yang ingin diteliti saat ini adalah penelitian terdahulu pada poin pertama menjelaskan upaya peningkatan kompetensi

Hasil kajian kelayakan teknis menunjukkan bahwa potensi bitumen padat sebagai bahan baku BBM sintetis akan menghasilkan perolehan minyak yang lebih tinggi jika umpan yang

Menurut Kemp (1986), distribusi tegangan lekat sepanjang tulanhan ulir lebih rumit dan kompleks. Tegangan lekat antara sepanjang tulangan dan beton akan terjadi pada dua

Dengan mengucap puji syukur atas Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas nama Direksi PT Tempo Scan Pacific Tbk dan segenap anak perusahaan (“Tempo Scan”), saya ingin

[r]