• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN. Maturasi Seksual Laki-laki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBAHASAN. Maturasi Seksual Laki-laki"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

32

PEMBAHASAN

Pubertas adalah reaktivasi system syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara dratis dan merupakan kejadian berdurasi pendek, yang terjadi ketika masa juvenile berakhir (Bogin 1999). Ejakulasi pertama atau spermarke sering dihubungkan awal fertilitas / kematangan seksual laki-laki (Neinstein 2004). Selain itu kejadian spermarke diasosiasikan/dihubungkan dengan karakteristik kematangan seks sekunder seperti genital luar dan rambut pubis (Shemesh et al. 1985).

Usia pubertas bervariasi pada setiap individu. Selain dari faktor genetik, diantara faktor lingkungan penting yang mempengaruhi usia pubertas adalah nutrisi dan gizi. Laki-laki yang status nutrisi dan gizi baik cenderung mempunyai velositas (kecepatan) pertumbuhan dan maturitas seksual (usia spermarke dan pekembangan genital/rambut pubis) yang lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki yang status nutrisi dan gizinya buruk (Bogin 1999; Muir 2006; Heffner & Schust 2006)

Maturasi Seksual Laki-laki

Spermarke

Usia spermarke subyek daerah urban Kabupaten Sragen adalah 12.60 ± 0.07 tahun. Menurut Bogin (1999) dan Muir (2006), kisaran normal usia spermarke terjadi usia 9 – 14 tahun dan masa transisi pubertas terjadi selama 4 hingga 8 tahun. Masa transisi pubertas terjadi selama 4 hingga 8 tahun yang memungkinkan terjadinya perubahan seksual sekunder dan komposisi tubuh (berat badan, tinggi badan dan lemak tubuh). Meskipun progresi perubahan pada pubertas dapat diprediksi, namun onset usia sangat berbeda-beda diberbagai tempat di dunia dan bahkan pada anak-anak dengan latar belakang etnis yang berbeda dalam wilayah yang sama (Heffner & Schust 2006) (Tabel 6).

(2)

33 Tabel 6. Perbandingan estimasi usia spermarke berbagai negara dan etnis (Janssen

et al. 2007)

Asal Negara Ras / Etnik Tahun Median Usia

Spermarke Jepang Mongoloid 1980 11.7 Nigeria Negroid 1989 12.3 Meksiko Kaukasoid 1992 13.4 ± 1.01 Hungaria Kaukasoid 1994 13.52 ± 0.12 Jerman Kaukasoid 1994 12.6 Israel Kaukasoid 1995 13 Inggris Kaukasoid 1999 13 Peru Kaukasoid 2000 13 China Mongoloid 2002 13.80/14.24 Hongkong Mongoloid 2002 13 Amerika Kaukasoid 2002 13.2 Swedia Kaukasoid 2002 13.6 Zimbagwe Negroid 2005 12.02±0.03 Indonesia Mongoloid 2008 12.60±0.07

Berdasarkan hasil penelitian para ahli dari baerbagai negara dan etnik/ras pada Tabel 11 subyek penelitian mengalami usia spermarke dengan estimasi yang berbeda-beda. Akan tetapi sebagian besar masih dalam kisaran usia 9 sampai 14 tahun, usia termuda berasal dari Negara Jepang (Mongoloid) pada tahun 1980 dengan estimasi usia median spermarke 11.7 tahun. Usia tertua berasal dari Negara China (Mongoloid) pada tahun 2002 untuk daerah urban 14.80 tahun dan daerah rural 14.24 tahun. Usia spermarke pada ras/etnik Kaukasoid yang termuda berasal dari negara Jerman (1994) adalah 12.6 tahun, sedangkan usia tertua berasal dari negara Swedia (2002) adalah 13.6 ± 0.05 tahun. Ras/etnik Negroid (Nigeria) pada tahun 1989 estimasi usia spermarkenya 12.3 tahun dan Zimbagwe (2005) pada usia 12.02 ± 0.03 tahun. Variasi usia spermarke tersebut dipengaruhi oleh faktor etnik yang berbeda, Negroid cenderung lebih cepat dari pada Mongoloid dan Kaukasoid (Bogin 1999; Rogol 2000; Herman-Giddens 2001: Heffner & Schust 2006).

Perbedaan ekonomi juga dapat mempengaruhi onset usia spermarke. Menurut Wirawan et al. (2002), estimasi spermarke laki-laki di Kodya

(3)

34 Yogyakarta pada usia 10.97 ± 1.25 tahun. Estimasi tersebut ternyata lebih cepat dari Sragen (12.60 ± 0.07). Hal ini kemungkinan karena adanya perbedaan lokasi penelitian, status sosial ekonomi, dan metode penelitian. Kodya Yogyakarta mempunyai peradaban yang sedikit lebih maju dan faktor sosial ekonomi serta latar pendidikan orang tua yang lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Sragen.

Perkembangan Rambut Pubis

Estimasi median usia yang dicapai dari maturasi seksual tahap 2 sampai 5 berdasarkan perkembangan rambut pubis pada laki-laki Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut : tahap 2 (usia 11.60 tahun), tahap 3 ( usia 13.00 tahun), tahap 4 (usia 14.20 tahun), dan tahap 5 (usia 16.40). Hasil tersebut sesuai dengan kisaran usia anak laki-laki Amerika menurut Hefner & Schust (2006), tahap 2 (11.2 – 15.6 tahun), tahap 3 (11.9 – 16.0), tahap 4 (12.2 – 16.5), dan tahap 5 (13.0 – 17.3).

Kharakteristik seksual sekunder (perkembangan rambut pubis) secara progresif setelah spermarke akan tampak dalam 2 – 2.5 tahun kemudian (Rosen 2004). Perbandingan maturasi seksual laki-laki berdasarkan perkembangan rambut pubis di beberapa negara dan etnik dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan median usia perkembangan rambut pubis di berbagai negara dan etnis (Marshall & Tanner 1970; Herman-Giddens et al. 2001)

Asal Negara Ras (Etnik) Tahun

Median Usia Tahap Perkembangan Rambut Pubis 2 3 4 5 Inggris Kaukasoid 1970 13.44 13.90 14.40 15.10 White–America Kaukasoid 1988-94 11.98 12.65 13.56 15.67 African-America Negroid 1988-94 11.16 12.51 13.73 15.32 Mexican-America Kaukasoid 1988-94 12.30 13.06 14.08 15.75 Indonesia Mongoloid 2008 11.60 13.00 14.20 16.40

(4)

35 Tabel 7 menunjukkan subyek mencapai median usia maturasi seksual tahap 2 paling muda pada usia 11.16 berasal dari African-America (Negroid) tahun 1988-94. Sedangkan usia maturasi tertua 13.44 tahun yang berasal dari London Inggris (Kaukasoid) tahun 1970. Seperti maturasi seksual pada usia spermarke, berdasarkan perkembangan rambut pubis maturasi juga dipengaruhi oleh ras/etnik, kulit hitam cenderung lebih cepat dari kulit putih (Bogin 1999; Rogol 2000; Herman-Giddens 2001: Heffner & Schust 2006).

Selanjutnya dibandingkan dengan kisaran usia tersebut, hasil penelitian laki-laki di Kabupaten Sragen diperoleh 11.60 tahun adalah lebih mendekati dengan etnik Negroid (Afican-America) 11.16 tahun bahkan lebih dini dibandingkan dengan etnik Kaukasoid (Inggris, Amerika, dan Meksiko). Laki-laki Kabupaten Sragen (Indonesia) adalah termasuk rasial/etnik Mongoloid, yang secara rasial posisinya cenderung lebih mendekati Negroid yang berkulit hitam dari pada Kaukasoid yag berkulit putih.

Data usia spermarke laki-laki Kabupaten Sragen (12.6 tahun) tidak berbeda jauh atau bahkan sama dengan usia spermarke rasial Kaukasoid, seperti Jerman (12.6); Inggris & Israel (13 tahun); Amerika (13.2 tahun). Spermarke merupakan indikator dalam rangkaian kejadian pubertas laki-laki terjadi pada umumnya maturasi seksual tahap 3 (Rosen 2004). Hasil penelitian seperti pada Gambar 17, laki-laki Kabupaten Sragen mengalami usia spermarke menjelang perkembangan rambut pubis tahap 3. Tanner tahap 3 terjadi pada median usia 13.01 tahun berdekatan dengan median usia spermarke 12.60 tahun.

Menurut Neinstein (2002), perkembangan rambut pubis laki-laki dapat dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan yaitu pra pubertas (pre-puberty), tahap 1; mid pubertas (middle-puberty), tahap 2 – 4; dan akhir pubertas (post-puberty), tahap 5. Pertumbuhan rambut pubis lebih berkaitan dengan kelenjar adrenal daripada kelenjar gonad. Peran kelenjar adrenal pada pubertas dikenal adrenarke. hormon androgen adrenal ada pada anak-anak usia sekitar 8 tahun bertanggung jawab dalam menstimuli pertumbuhan rambut pubis (Heffner & Schust 2006).

(5)

36 Gambar 17. Maturasi seksual laki-laki Kabupaten Sragen

Menurut Wheeler (1991), jika pada laki-laki mulai muncul tanda-tanda pubertas sebelum usia 9 tahun disebut pubertas dini, tetapi bila setelah usia 14 tahun belum muncul maka disebut pubertas terlambat. Subyek laki-laki pada Gambar 8, terdapat satu orang subyek yang mengalami pubertas terlambat yaitu satu orang subyek pada usia 16 tahun masih berada dalam Tanner tahap 1. Pubertas terlambat ini dapat disebabkan karena karena faktor genetis orang tua yang mengalami pubertas terlambat atau faktor nutrisi dan gizi yang kurang baik saat janin sampai usia pertumbuhannya. Pubertas terlambat kadang-kadang disebabkan karena faktor patologi atau bahan-bahan sitoksin yang mengganggu fungsi testis .

Sragen: Maturasi Seksual Laki-laki

Usia (tahun) P re se n ta se 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0% 50% 100% SP ER MA RK E TA NN ER 2 TA NN ER 3 TA NN ER 4 TA NN ER 5 12.6 11.6 13.0 14.2 16.4

(6)

37 Rentang waktu yang diperlukan untuk perkembangan rambut pubis dari Tanner tahap 2 ke Tanner tahap 3 kurang lebih 1.4 tahun. Hal ini sedikit lebih lambat dengan waktu yang dibutuhkan dari Tanner tahap 3 ke Tanner tahap 4 yaitu berkisar 1.2 tahun. Selanjutnya dibutuhkan waktu sekitar 2.2 tahun dari Tanner tahap 4 ke Tanner tahap 5. Perkembangan rambut pubis relatif sangat cepat ketika memasuki masa pubertas khususnya setelah usia spermarke.

Dengan demikian berdasarkan perkembangan rambut pubis (tahap-3) dan saat terjadinya spermarke, maturasi seksual laki-laki Kabupaten Sragen terjadi pada usia 13 tahun.

Pertumbuhan Badan Laki-laki

Pertumbuhan badan laki-laki Kabupaten Sragen mulai dari usia 9 tahun sampai 19 tahun merupakan bagian terpenting dalam rangkaian pertumbuhan manusia dari lahir hingga dewasa. Hal ini dikarenakan pada rentang usia tersebut terjadi fenomena pubertas yang mempengaruhi terjadinya lonjakan pertumbuhan (growth spurt). Untuk mencapai fase pubertas yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Menurut Bogin (1999) & NHNES (1988), tingkat tercapainya potensi biologik seseorang (pertumbuhan) merupakan hasil interaksi faktor keturunan (genetik) dan lingkungan. Faktor lingkungan yang berhubungan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan diantaranya nutrisi / gizi, pendidikan orang tua, dan faktor sosial ekonomi.

Latar belakang sosial ekonomi subyek penelitian sebagian besar (68.52 %) bertempat tinggal di daerah perkotaan (urban) dalam wilayah Kabupaten Sragen. Sehingga subyek diasumsikan mempunyai tingkat sosial ekonomi dan kebutuhan nutrisi dan gizi baik serta mempunyai potensi biologik untuk tumbuh kembang yang optimal.

Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB)

Pada penelitian ini rata-rata laju pertumbuhan berat badan laki-laki di Kabupaten Sragen adalah 2.68 kg/th dan rata-rata laju pertumbuhan tinggi badannya adalah 33.83 mm/th (3.38 cm/thn). Laju pertumbuhan berat terjadi lonjakan pada usia 9 tahun menuju usia 10 tahun sebesar 6.20 kg/thn, dan terus

(7)

38 menurun sampai usia 13 tahun. Pada usia 13 tahun menuju usia 14 tahun mengalami sedikit kenaikan tetapi pada usia 15 tahun mengalami penurunan lagi sampai usia 19 tahun. Pada laju pertumbuhan tinggi badan mulai mulai dari usia 9 tahun terus meningkat dan terjadi lonjakan pada usia 12 tahun menuju usia 13 tahun sebesar 71.70 mm/thn atau 7.17 cm/thn. Lonjakan tersebut bertepatan dengan saat laju pertumbuhan berat mengalami penurunan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Bogin (1999) bahwa pada saat terjadi lonjakan pertumbuhan tinggi badan, anak laki-laki kehilangan lemaknya dan sebaliknya massa otot mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan subyek penelitian banyak kehilangan lemak tubuh yang digunakan untuk peningkatan massa otot, densitas tulang, fungsi kardiopulmonari, penambahan volume darah, dan semakin meningkatnya densitas sel darah merah. Karena itu laki-laki Sragen memiliki massa otot yang lebih besar di setiap usia.

Menurut Neinstein (2004), peningkatan androgen pada remaja laki-laki berperanan juga untuk meningkatkan pertumbuhan. Testoteron sebagai androgen anabolik peningkatan BB laki-laki secara seimbang lebih banyak pada otot, dibandingkan deposisi lemak lemak. Peningkatan pertumbuhan linearnya akan menghasilkan skeleton yang bertambah berat dan perkembangan massa sel darah merah yang lebih besar. Berat badan merupakan penjumlahan dari massa lemak/Fat Mass (FM) dan massa bebas lemak/Fat Free Mass (FFM) Malina et al. (2004).

Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Presentase Lemak Tubuh (PLT)

Nilai pertumbuhan berat dan tinggi badan berpengaruh pada besar tubuh yang diukur melalui perhitungan nilai IMT. Nilai korelasi IMT dan BB adalah 0.83, sedangkan nilai korelasi IMT dan TB sebesar 0.29. Berdasarkan nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa IMT laki-laki Kabupaten Sragen lebih ditentukan oleh BB dari pada TB. Laju pertumbuhan IMT laki-laki Kabupaten Sragen menunjukkan peningkatan yang sangat kecil dan cenderung konstan pada kisaran 19.64 kg/m2 – 19.87 kg/m2 (Tabel 5). Kecenderungan ini sesuai dengan laju pertumbuhan BB laki-laki Kabupaten Sragen yang menunjukan penurunan

(8)

39 mulai usia 10 tahun. Sedangkan laju pertumbuhan tinggi meningkat terus sampai usia 13 tahun.

Persentase Lemak Tubuh (PLT) adalah perbandingan berat lemak tubuh dibandingkan dengan total berat penyusun tubuh lainnya (lemak, otot, tulang, air). Nilai PLT pada penelitian ini diperoleh berdasarkan densitas tubuh (Williams et

al. 1992). Densitas tubuh didekati dengan menggunakan tebal lipatan kulit (trisep

dan subskapula). Kurva pola pertumbuhan tebal lipatan kulit trisep dan subskapula pada laki-laki Sragen menunjukkan penurunan dari usia 9 tahun sampai usia 19 tahun (Lampiran 12) sehingga kurva pertumbuhan PLT nya juga terjadi penurunan (Gambar 15). Penurunan disebabkan karena pertumbuhan laki-laki lebih mengarah massa bebas lemak (otot, tulang dan Kardiovaskular) dari pada massa lemak tubuh (Bogin 1999). Korelasi IMT dan PLT menunjukkan korelasi yang sangat signifikan, sebesar 0.26 dengan nilai p nya 0.0 %. Nilai IMT pada kelompok usia tertentu mempunyai nilai PLT yang bervariasi, sehingga sebarannya mengelompok secara tidak teratur seperti pada Gambar 16.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis rasio keuangan saat ini masih banyak dilakukan dengan perhitungan manual, sehingga akan memakan cukup banyak waktu untuk melakukan perhitungan dan pemilihan

Pembuatan komposisi lagu sebagai original soundtrack untuk sebuah film tidaklah terlalu sulit jika kita paham tahap – tahap yang harus dilalui dalam pembuatan komposisi

Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Kegunaan* Kandungan kimia** kersik, alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol, potasium, sodium, fosfor, vitamin B1, B2, C, katesin,

Dari tujuh karakteristik responden Desa Cinagara dan Desa Pasir Buncir hanya dua karakter yang akan diuji dengan menggunakan pengujian regresi linear berganda, diduga dua

(1)Konsep dasar ekonomi moneter: ruang lingkup ekonomi, moneter, teori lahirnya uang, bahan/jenis uang, definisi uang, peranan dan fungsi uang, (2)Konsep dasar ekonomi moneter:

Demam rematik adalah penyakit autoimun yang menyerang multi organ akibat infeksi Streptokokus Beta Hemolitikus grup A pada faring menyebabkan faringitis yang biasanya

Pasien ini kami diagnosis banding dengan dermatitis seboroik karena tampilan lesi dan predileksi yang serupa yaitu di area kulit kepala, lipatan leher, retroaurikular dan

Data primer didapat dari pengukuran di lapangan yang dilakukan di Kampus Kijang - Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat, yang terdiri dari: (1) data laju infiltrasi tanah