• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masalah tumbuh kembang anak di negaranegara yang sedang berkembang menjadi PENDAHULUAN. *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Masalah tumbuh kembang anak di negaranegara yang sedang berkembang menjadi PENDAHULUAN. *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

41

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI RSUD DATOE BINANGKANG

Nontje L. Pangerapan*, Adrian Umboh*, Hesti Lestari*

*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis, dan pasal 129, pemerintahbertanggungjawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu (ASI) secara eksklusif. ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, presentasi bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat untuk mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah. Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, pendidikan, paritas, pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif. Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross sectional yang dilaksanakan di RSUD Datoe Binangkang dilaksanakan mulai bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2016. Populasi pada penelitian ini yaitu ibu yang mempunyai bayi umur 7-12 bulan dan sampel dengan jumlah 64 responden. Sumber data primer diperoleh dari kuesioner dan data sekunder dari data RSUD Datoe Binangkang. Data bivariat dianalisis dengan menggunakan uji chi Square (X2)sedangkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Data dianalisis dengan program SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikan paritas (0,488), berat bayi saat lahir (0,649), jenis persalinan (0,221) dan dukungan petugas kesehatan (0,001) dengan pelaksanaan IMD di ruang bersalin RSUD Datoe Binangkang. Kesimpulannya tidak terdapat hubungan antara paritas, berat bayi saat jenis persalinan dengan pelaksanaan IMD di ruang bersalin, sedangkan dukungan petugas kesehatan terdapat hubungan dengan pelaksanaan IMD di ruang bersalin RSUD Datoe Binangkang. Maka disarankan kepada RSUD Datoe Binangkang, agar lebih meningkatkan promosi ASI eksklusif pada ibu bekerja maupun tidak bekerja tentang manfaat pemberian ASI eksklusif, hal ini di mulai sejak ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.

Kata Kunci: Inisiasi Menyusu Dini

ABSTRACT

Every baby is entitled to exclusive breastfeeding from birth for six (6) months, unless medically indicated, and Article 129, pemerintahbertanggungjawab established a policy in order to ensure the right to get the baby breast milk (ASI) exclusively. ASI in Indonesia is alarming, presentation breastfeeding infants exclusively up to six months is only 15.3%. This is due to public awareness to encourage increased breastfeeding is still relatively low. The purpose of this study was to analyze the relationship between knowledge, education, parity, work with exclusive breastfeeding. This type of research is descriptive analytic with cross sectional study conducted in hospitals Datoe Binangkang conducted from January to December 2016. The population in this research that mothers of infants aged 7-12 months and the sample with 64 respondents. Sources of primary data obtained from questionnaires and secondary data from the data Datoe Binangkang Hospital. Bivariate data were analyzed using Chi Square (X2), while multivariate analysis using logistic regression. Data were analyzed with SPSS version 20. The results showed that significant value parity (0.488), weight of newborn (0.649), type of delivery (0.221) and the support of health workers (0,001) with the implementation of the IMD in maternity hospitals Datoe Binangkang. In conclusion there is no relationship between parity, weight baby during childbirth with the implementation of the type of IMD in the delivery room, while health workers support an association with the implementation of the IMD in maternity hospitals Datoe Binangkang. It is advisable to hospitals Datoe Binangkang, in order to further enhance the promotion of exclusive breastfeeding in the mother works and does not work on the benefits of exclusive breastfeeding, it dates back to the maternal checkups at health workers. Keyword: Initiation Early Breastfeeding

PENDAHULUAN Masalah tumbuh kembang anak di

(2)

42 perhatian dunia, kurang lebih 200 juta anak di Negara berkembang berusia di bawah lima tahun gagal mencapai potensi mereka dalam perkembangan kognitif dan sosial akibat kemiskinan, kesehatan yang buruk, gizi, dan kurangnya perawatan (Pem, 2015).

Pem, (2015) mencatat tingkat prevalensi masalah perkembangan kognitif di Bhutan sebesar 15%, 33,5% dari anak-anak kurang dari lima tahun tumbuh kembangnya terhambat dan 9,9% bayi yang lahir dengan berat badan rendah kurang dari 2.500 gram. Lima faktor utama yang diidentifikasi dalam memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan di usia dini adalah gizi, perilaku orang tua, parenting, praktek-praktek sosial dan budaya, dan lingkungan. Memahami tingkat dan besarnya masalah ini terutama dalam 1000 hari anak termasuk dari tanggal pembuahan sampai anak masuk usia 2 tahun merupakan hal yang sangat penting.

Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan proses alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusu yaitu dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya (Lowdermilk, 2013). WHO-UNICEF mengeluarkan protocol tentang “ASI Segera” yang harus diketahui tenaga kesehatan (bidan). Protocol tersebut adalah melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam dan bantu ibu mengenali kapan bayinya

siap menyusu. Kontak langsung kulit ibu dan bayi akan memberikan kehangatan dan ikatan antara ibu dan bayi (Maritalia, 2012).

Penelitian Forster, (2015) meneliti “Feeding

infants directly at the breastduring the postpartum hospital stay isassociated with

increased breastfeeding at 6 months

postpartum” dengan tujuan untuk menyelidiki

apakah asupan makanan hanya secara langsung dari payudara di 24-48 jam pertama kehidupan meningkatkan proporsi bayi yang menerima setiap ASI di 6 bulan yang dilakukan di 3 rumah sakit bersalin di Melbourne, menunjukkan bahwa bayi yang diberi makanan hanya ASI lebih mungkin untuk terusmemiliki ASI pada 6 bulan daripada mereka yang menerima makanan formula bayi. Peneliti menyimpulkan bayi cukup bulan sehat yang makanan hanyalangsung dari payudara 24-48 jam setelah lahir berpeluang akanterus menyusui pada 6 bulan dari mereka yang menerima susu formula diawal periode postpartum.

ASI mengandung zat gizi dan zat protektif yang bermanfaat untuk daya tahan tubuh bayi sehingga jarang sakit (Maritalia, 2012). Penelitian di negara Afrika, IMD dapat menurunkan resiko kematian bayi usia 2-28 hari akibat infeksi saluran nafas akut dan diare (Edmond , 2014). Kontak kulit ibu dan kulit bayi serta ASI pertama (kolostrum) dapat menstimulasi sistem kekebalan tubuh bayi ( Edmond 2014).

(3)

43 Inisiasi menyusui dini merupakan salah satu program pemerintah dalam menurunkan AKB terkait target pencapaian MDGs 2015. Program IMD secara signifikan akan dapat mengurangi beban penyakit menular karena segera setelah lahir bayi telah mendapatkan kolostrum yang terbukti mampu meningkatkan immunitas bayi baru lahir. Immunoglobulin yang terdapat dalam kolostrum akan mengalami penurunan setelah hari pertama kehidupan bayi, pada hari kedua akan menurun sebayak 50% (Edmond, 2014).

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan inisiasi menyusu dini sebagai bagian dari upaya mengoptimalisasi pemberian ASI secara eksklusif dan sebagai bagian manajemen laktasi. Menurut data Riskesdas 2013, persentase proses mulai menyusu pada anak 0-23 bulan di Indonesia kurang dari satu jam (< 1 jam) setelah bayi lahir masih sangat rendah yaitu 29,3%, sementara untuk Provinsi Sulawesi Utara sebesar 9,59% (Anonimous, 2013).

Berdasarkan survei yang telah dilakukan jumlah persalinan normal di RSUD Datoe Binangkang tahun 2014 sebanyak 542 persalinan. Dari jumlah tersebut sebanyak 73,2 % ditolong oleh bidan dan sisanya sebanyak 20% ditolong oleh dokter. Data yang diperoleh sebanyak 172 bayi usia 0-6 bulan yang melakukan kunjungan di Poliklinik Bayi RSUD Datoe Binangkang tahun 2015. Salah satu kunci keberhasilan Program IMD diRSUD

Datoe Binangkang bergantung pada kualitas kerja bidan. Namun sampai saat ini belum ada laporan tentang hasil cakupan pelaksanaan IMD di RSUD Datoe Binangkang sehingga belum ada evaluasi tentang kinerja bidan di RSUD Datoe Binangkang dalam pelaksanaan IMD.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang (Cross sectional).Tempat penelitian di RSUD Datoe Binangkang dilaksanakan mulai bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2016. Populasi pada penelitian ini yaitu ibu yang mempunyai bayi umur 7-12 bulan. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan metode total populasi dengan jumlah 64 responden. Sumber data primer diperoleh dari kuesioner dan data sekunder dari data RSUD Datoe Binangkang. Data bivariat dianalisis dengan menggunakan uji chi Square

(X2)sedangkan analisis multivariat

menggunakan uji regresi logistik. Data dianalisis dengan program SPSS versi 20.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Gambaran karakteristik responden menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur >26 tahun sebanyak 18 (60,0%) sedangkan untuk responden yang berumur <26 sebanyak 12 responden (40,0%) dan gambaran

(4)

44 karakteristik responden menurut pendidikan terakhir menunjukkan bahwa palilng banyak responden berpendidikan SMP sebanyak 13(43,3%) dan yang sedikit responden berpendidikan SD sebanyak 1 responden (3,3%).

Usia responden pada penelitian ini adalah antara usia 20-40 tahun. Dalam penelitian di Amerika IMD usia ibu mempunyai hubungan yang kuat terhadap keberhasilan IMD. Dalam penelitian ini usia pada usia lebih dari 20 tahun (Orun et.al, 2011). Usia 20-40 tahun merupakan usia menengah dimana pada usia menengah kematangan dari fisik maupun psikologis akan mempengaruhi pengetahuannya yang berpengaruh pada partisipasi sehingga pada penelitian ini

responden memiliki partisipasi yang tinggi. Responden sebagian kecil partisipasi rendah (n=7, 33,33%). Mayoritas perilaku kurang partisipatif pada partisipasi ibu dalam berkomunikasi dengan bayi Perilaku kurang partisipatif ibu tidak melakukan komunikasi dengan bayi karena ibu beranggapan bahwa bayi belum bisa diajak komunikasi. Komunikasi dengan bayi dapat mempererat kasih sayang dan rasa aman bagi bayi dan ibu. Komunikasi akan meningkatkan hubungan batin bayi dan ibu, pada pelasanaan IMD ini bayi akan mengalami penurunan stress hormonal dan diyakini dapat mengurangi kejadian depresi saat melahirkan (Hidayat, 2012).

Hubungan Antara Paritas dengan Pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang Tabel 1 Hubungan Antara Paritas Dengan Pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang

Paritas

IMD

Nilai p Melakukan IMD Melakukan IMD Total

n % n % n %

Primipara 9 30,0 1 3,3 10 33,3 0,488

Multipara 16 53,3 4 13,4 20 66,7

Total 25 83,3 5 16,7 30 100,0

Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara paritas dengan pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang, diperoleh data bahwa jumlah responden yang primipara sebanyak 10 responden (33,3%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 9 responden (30,0%) dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 1 responden (3,3%), sedangkan jumlah responden yang

multipara sebanyak 20 responden (66,7%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 16 responden (53,3%) dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 4 responden (13,3%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,488>α=0,05 yang menunjukkan tidak terdapat paritas

(5)

45 dengan pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang.

Mumpuni dan Utami (2016) menganalisis pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan faktor sosial demografi terhadap ketahanan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayi yang mendapat IMD dalam waktu lebih dari satu jam setelah kelahiran memiliki risiko 1,6 kali lebih besar untuk tidak menyusu secara eksklusif dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI pertama dalam waktu satu jam setelah kelahiran, sedangkan faktor sosial demografi yang mempengaruhi ketahanan pemberian ASI Eksklusif adalah paritas, IMD dan status pekerjaan ibu. Persentase bayi yang berumur 0-6 bulan di Indonesia tahun 2012 yang mendapat ASI segera setelah kelahiran adalah sebanyak 48,9 persen dan 51,1 persen tidak mendapat ASI segera setelah kelahiran. Hal ini menggambarkan bahwa hampir sebagian besar ibu belum menyadari akan pentingnya pelaksanaan IMD. Bayi yang mendapatkan ASI pertama pada 1 jam setelah kelahiran memiliki persentase lebih besar untuk masih diberi makanan ASI saja (41 persen) dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI pertama lebih dari 1 jam setelah kelahiran (32,2 persen)

Menurut Fahriani dkk. (2014), bahwa tidak terdapat perbedaan pemberian ASI eksklusif antara primipara dan multipara. Proporsi ASI eksklusif yang tinggi pada ibu primipara

karena sebagian besar (60%) sudah memperoleh konseling ASI sejak masa kehamilan.

Mujur, dkk (2014) meneliti tentang faktor keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Jumpandang Baru tahun 2014 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan keberhasilan IMD. Pernyataan diatas berbanding terbalik dengan teori oleh Prawirohardjo mengatakan berdasarkan jumlah paritas, ibu dengan paritas > 3 kali cenderung tidak berhasil melakukan IMD karena biasanya akan menghadapi kesulitan dalam kehamilan dan persalinannya terutama kelelahan yang berlebihan sehingga mempengaruhi kestabilan emosinya untuk melakukan IMD. Sebaliknya, ibu dengan paritas 1 – 3, biasanya memiliki motivasi yang besar untuk melakukan dan mengetahui apa saja yang bermanfaat bagi bayinya. Selain itu, rentang kelahiran yang ideal dari aspek kejiwaan memberikan kesempatan kepada orang tua untuk lebih intensif mencurahkan waktu bagi anak pada awal usianya.

Penelitian Fitriyani dan Aisyah (2016) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi sikap ibu hamil Trimester III dalam persiapan ladktasi di Kabupaten Pekalongan menemukan bahwa berdasarkan status paritas menunjukkan bahwa 61,3% subjek penelitian berstatus multigravida. Data uji bivariate menunjukkan hubungan antara paritas dengan sikap ibu dalam mempersiapkan IMD dan ASI

(6)

46 Eksklusif, sebagian ibu hamil (50%) yang hamil kedua atau lebih (multigravida) memiliki sikap baik, begitu juga ibu hamil multigravida sebagian memiliki sikap kurang, ibu hamil yang bekerja. Ibu hamil primigravida lebih dari separuh (51,7%) memiliki sikap yang kurang dalam mempersiapkan IMD dan ASI Ekslusif. Hasil analisis dengan uji chi square menunjukkan terdapat hubungan positif antara paritas dengan sikap ibu hamil dalam mempersiapkan IMD dan ASI Eksklusif namun secara statistik tidak signifikan (p=0,884).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Proverawati (2010) bahwa ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI

jauh lebih tinggi dibandingkan ibu yang melahirkan pertama kali. Jumlah persalinan yang pernah dialami ibu juga memberikan pengalaman dalam memberikan ASI kepada bayi. Berdasarkan penelitian dengan semakin banyak paritas ibu akan semakin berpengalaman dalam memberikan ASI dan mengetahui cara untuk meningkatkan produksi ASI, sehingga tidak ada masalah bagi ibu dalam memberikan ASI (Hastuti, 2006). Pada ibu dengan jumlah paritas satu seringkali menemui masalah dalam memberikan ASI pada bayinya. Masalah yang sering muncul adalah puting susu lecet akibat kurangnya pengalaman yang dimiliki atau belum siap

menyusui secara fisiologis.

Hubungan Antara Berat Bayi Saat Lahir Dengan Pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang

Tabel 2 Hubungan Antara Berat Bayi Saat Lahir Dengan Pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang

Berat Bayi Saat Lahir

IMD

Nilai p Melakukan IMD Melakukan IMD Total

n % n % n %

>2500 gram 24 80,0 5 16,7 29 97,3 0.649

<2500 gram 1 3,3 0 0 1 3,3

Total 25 83,3 5 16,7 30 100,0

Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara berat bayi saat lahir dengan pelaksanaan IMD di RSUD Datoe Binangkang, diperoleh data bahwa jumlah responden yang berat bayi saat lahir >2500gram sebanyak 29 responden (97,3%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 24 responden (80,0%) dan yang tidak

melakukan IMD sebanyak 5 responden (16,7%), sedangkan jumlah responden yang berat bayi saat lahir <2500gram sebanyak 1 responden (3,3%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 1 responden (3,3%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,649>α=0,05

(7)

47 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara berat bayi saat lahir dengan pelaksanaan dengan pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang. Hal ini sesuai dengan temuan Mujur, dkk (2014) yang meneliti tentang faktor keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Jumpandang Baru tahun 2014 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna berat bayi lahir dengan keberhasilan IMD. Demikian juga Fauziah, (2009) meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Tahun 2009 Desain penelitian adalah deskriptif cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 77 ibu. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa berat badan bayi saat lahir tidak berhubungan dengan waktu menyusui bayi baru lahir (p value=0,457). Hasil ini berbeda dengan Menurut penelitian Ratri (2000) bahwa ada hubungan bermakna antara pemberian ASI pertama kali dengan berat badan bayi saat lahir.

Bayi yang lahir sebelum waktunya (prematur) atau lahir dengan berat badan yang sangat rendah mungkin masih terlalu lemah apabila harus menghisap ASI dari ibunya. Berat badan yang kurang dari 1200 gram

kemampuan untuk menyusu sangat kurang sehingga ASI harus dikeluarkan dan diberikan kepada bayi secara manual, demi mempertahankan kualitas laktasi sampai bayi sanggup untuk menghisap sendiri secara langsung dari payudara (Moehji, 1988). Refleks tergantung pada usia gestasi yaitu refleks rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32, koordinasi refleks untuk menghisap, menelan dan bernapas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke- 32 (Doengoes & Moorhouse, 2001).

Bayi dengan berat badan lahir rendah (prematur), seharusnya diberikan ASI dari ibunya sendiri. Bila tidak terdapat komplikasi seperti kesulitan pernapasan, sepsis dan malformasi. Maka sebagian besar bayi prematur biasanya mampu menyusui dengan segera (Supriadi, 2002 dalam Rahardjo, 2005). Menurut Brinch (1986) bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah atau prematur ataupun bayi kembar dapat tetap diberikan ASI segera setelah lahir, apalagi bayi dengan berat lahir normal dapat segera diberikan ASI pada 1 jam pertama setelah kelahirannya, kecuali bayi tersebut lahir dalam kondisi yang bermasalah.

Hubungan Antara Jenis Persalinan Dengan Pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang Tabel 3 Hubungan Antara Jenis Persalinan Dengan Pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang

Jenis Persalinan

IMD

Nilai p Melakukan IMD Melakukan IMD Total

(8)

48

Normal 21 70,0 3 10,0 24 80,0

0,221

Tindakan 4 13,3 2 6,7 6 20,0

Total 25 83,3 5 16,7 30 100,0

Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara jenis persalinan dengan pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang, diperoleh data bahwa jumlah responden yang jenis persalinan normal sebanyak 24 responden (80,0%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 21 responden (70,0%) dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 3 responden (10,0%), sedangkan jumlah responden yang jenis

persalinan sebanyak 6 responden (20,0%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 4 responden (13,3%) dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 2 responden (6,7%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,221>α=0,05 yang menunjukkan tidak terdapat jenis persalinan dengan pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang.

Hubungan Antara Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Pelaksanaan IMD Oleh Bidan Di RSUD Datoe Binangkang

Tabel 4.Hubungan Antara Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang

Dukungan Petugas Kesehatan

IMD

Nilai p Melakukan IMD Melakukan IMD Total

n % n % n %

Baik 24 80,0 2 6,7 26 86,7 0,001

Kurang Baik 1 3,3 3 10,0 4 13,3

Total 25 83,3 5 16,7 30 100,0

Hasil penelitian menunjukkan antara dukungan petugas kesehatan dengan pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab baik sebanyak 26 responden (86,7%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 24 responden (80,0%) dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 3 responden (6,7%), sedangkan jumlah responden yang menjawab kurang baik sebanyak 4 responden (13,3%) dengan yang melakukan IMD sebanyak 1 responden (3,3%)

dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 3 responden (10,0%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,001<α=0,05 yang menunjukkan terdapat dukungan petugas kesehatan dengan pelaksanaan IMD Di RSUD Datoe Binangkang.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2012), bahwa dukungan tenaga kesehatan yang menolong persalinan sebagai faktor penguat

(9)

49 untuk pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Tenaga kesehatan juga memerlukan sikap yang mendukung terhadap menyusui melalui pengalaman dan pengertian mengenai berbagai keuntungan emberian ASI. Tenaga kesehatan membina atau membangun kembali kebudayaan menyusui dengan meningkatkan sikap positif yang sekaligus dapat menjadi teladan bagi wanita lainnya (Anonim, 2004). Syafrina (2011), menyatakan bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan IMD tidak hanya dari dukungan suami dan keluarga tetapi juga dari petugas kesehatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratri (2000), menemukan bahwa ada hubungan bermakna antara pemberian ASI pertama kali dengan pemberian nasehat ASI yang diterima saat pemeriksaan kehamilan. Ibu yang menerima nasehat tentang ASI memiliki rata-rata pemberian ASI pertama kali paling cepat yaitu 26,25 jam setelah lahir.

Penelitian Khoniasari, (2015) menunjukkan bahwa peran tenaga kesehatan khususnya bidan memiliki hubungan positif dan secara statistik hubungan peran bidan dengan pelaksanaan IMD terbukti signifikan. Berdasarkan data hasil penelitian tersebut, peran bidan yang besar memiliki kemungkinan meningkatkan pelaksanaan IMD oleh ibu 34.27 kali lebih besar dari pada peran bidan yang kecil. Adam dkk (2016) meneliti pengaruh pengetahuan, dukungan tenaga kesehatan dan social budaya terhadap pemberian IMD pada

bayi yang baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Makassar dengan populasi seluruh ibu yang telah melakukan persalinan dengan besaran sample sebanyak 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan layanan dengan pemberian IMD (p = 0. 000).

Yunus (2013) meneliti faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2013. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai χ2

hitung=62,956 dan ρ Value=0,000 maka χ

2

hitung >

χ2

tabel dan ρ Value < α 0,05, berarti ada hubungan

yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan terkait pelaksanaan IMD. Setelah diuji keeratan hubungan dengan uji koefisien

Phi (RØ) diperoleh nilai 0,903 yang menunjukkan bahwa antara pengetahuan ibu dan pelaksanaan IMD mempunyai tingkat hubungan sangat kuat.

Aprina (2015) melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di RSIA Mutiara Putri Bandar Lampung. Populasi penelitian adalah semua ibu post partum di RSIA Mutiara Putri Bandar Lampung pada tahun 2014 yaitu sebanyak 360 orang dengan besar sampel sebanyak 78 orang. Hasil penelitian menunjukkan responden yang tidak mau melaksanakan IMD sebanyak 53 responden (67,9%), tidak pernah melakukan IMD sebelumnya 51 responden (65.4%),

(10)

50 bersikap positif terhadap pelaksanaan IMD 42 responden (53,8%), mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan terhadap pelaksanaan IMD 48 responden (61,5%). Hasil analisis bivariate menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan petugas kesehatan (p value 0,040) dengan pelaksanaan IMD di RSIA Mutiara Putri Bandar Lampung (p value 0,006).

Petugas kesehatan penolong persalinan merupakan kunci utama keberhasilan IMD karena dalam waktu tersebut peran dan dukungan penolong persalinan masih sangat dominan. Apabila penolong persalinan memfasilitasi ibu untuk segera memeluk bayinya maka interaksi ibu dan bayi diharapkan segera terjadi. Dengan pelaksanaan IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI nya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayinya dan bayi akan merasa nyaman menempel pada payudara ibu dan tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir. (Roesli, 2010)

Rusada dkk (2016) meneliti faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan program inisiasi menyusu dini (IMD) di puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pelaksanaan IMD (p = 0,000). Dari 47 responden yang memiliki dukungan petugas menangani responden mulai dari persalinan

hingga kesehatan yang baik terkait IMD, terdapat 27 pasca persalinan responden (64,3%) yang melaksanakan IMD dan 15 responden (35,7%) yang tidak melaksanakan IMD, sedangkan dari 29 responden yang tidak IMD. Keadaan yang tampak dari lingkungan sekitar mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan ibu khususnya lingkungan sosial dapat dinilai terkait IMD, terdapat 2 responden (6,9%) yang mempengaruhi pengetahuan ibu. Sebagian besar melaksanakan IMD dan 27 responden (93,1%) yang ibu yang memiliki pengetahuan kurang terkait IMD tidak melaksanakan IMD. Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai ? = 21,069 dan = hitung Value 0,000. Tingkat kepercayaan 95% (a=0, maka diantara mereka beranggapan bahwa tidak perlu diperoleh =3,841. Sesuai dengan dasar table memeriksakan kehamilan di posyandu, yang lainnya pengambilan keputusan penelitian hipotesis pun akan beranggapan seperti demikian yang pada (Budiarto, 2002) bahwa jika ? (21,069) > hitung tabel dan ? (0,000) < 0,05 maka H ditolak atau Ha akhirnya tidak salah seorang pun diantara mereka Value 0diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada yang mendapatkan informasi mengenai IMD dari petugas kesehatan di posyandu yang berdampak hubungan yang bermakna antara dukungan petugas. kesehatan dengan pelaksanaan IMD di wilayah kerja puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2016.

(11)

51 Apabila petugas kesehatan tidak terampil dalam penerapan langkah – langkah dalam IMD maka kemungkinan besar IMD akan gagal dilaksanakan pascapersalinan, selain dipengaruhi oleh pengetahuan ibu, sikap ibu serta dukungan suami. Rahmaania (2014) meneliti gambaran sistem pelatihan terkait inisiasi menyusui dini (IMD) di RSIA Srikandi Kabupaten Jember. Hasil dari penelitian menunjukkan, bahwa tahap pengkajian terdiri dari penentuan kebutuhan, tujuan, dan kriteria evaluasi. Kekurangannya dalam kriteria evaluasi, RSIA Srikandi hanya mentapkan kriteria evaluasi pengetahuan. Tahap implementasi terdiri dari penentuan metode, pengaturan, dan penyelenggaraan pelatihan. Pada tahap implementasi terdapat beberapa hambatan yakni penyusunan jadwal dan pemberian umpan balik. Terakhir, tahap evaluasi yang terdiri dari evaluasi reaksi dan belajar. Kekurangannya adalah evaluasi tersebut tidak dapat mengevaluasi keterampilan, kompetensi, dan komitmen.

KESIMPULAN

1. Tidak terdapat hubungan antara paritas dengan pelaksanaan IMD di ruang bersalin rumah sakit RSUD Datoe Binangkang 2. Tidak terdapat hubungan antara berat bayi

saat lahir dengan pelaksanaan IMD di ruang bersalin RSUD Datoe Binangkang

3. Tidak terdapat hubungan antara jenis persalinan dengan pelaksanaan IMD di ruang bersalin RSUD Datoe Binangkang 4. Terdapat hubungan antara dukungan

petugas kesehatan dengan pelaksanaan IMD di ruang bersalin RSUD Datoe Binangkang

SARAN

Bagi Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu untuk lebih meningkatkan upaya promosi kesehatan mengenai inisiasi menyusu dini (IMD) bagi calon ibu, ibu hamil dan suami agar mendapatkan informasi mengenai IMD sehingga dapat menambah pengetahuan ibu, mengubah sikap ibu terkait IMD dan ibu dapat mempersiapkan kondisi fisik dan mentalnya untuk melaksanakan IMD serta suami dapat mendampingi dan memberikan dukungan kepada istri pada saat pelaksanaan IMD berbekal informasi yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Fitriyani dan Aisyah. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Ibu Hamil Trimester III Dalam Persiapan Ladktasi Di Kabupaten Pekalongan. MOTORIK, VOL .11 NOMOR 22. STIKES Muhammadiyah Klaten.

http://ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/ motor/article/view/251

Anonimous. 2016. Profil dan Laporan RSUD Datoe Binangkang Kota Kotamobagu

(12)

52 Anonimous. 2013a. Laporan Riset Kesehatan

Dasar 2013, Balitbangkes Kemenkes RI.Jakarta

Edmond. K. 2014. Effect of early infant feeding practice on infection-specific neonatal mortality in rural Ghana. American Journal Nutrition vol.86

Forster, D.A., H.M. Johns., H. L. McLachlan., A.M. Moorhead., K. M.McEgan and L. H. Amir. 2015. Feeding infants directly at the breast during the postpartum hospital stay is associated with increased breastfeeding at 6 months postpartum: a prospective cohort study BMJ Open 2015;5:e007512. doi: 10.1136/bmjopen-2014-007512

Lowdermilk. P. C. 2013. Keperawatan Maternitas. Singapura: Elsevier Mosby Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas

dan Menyusui. Editor Sujono Riyadi.Yogyakarta: PustakaBelajar.

Mumpuni, R. S. dan E. D. Utami. 2016. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Dan Faktor Sosial Demografi Terhadap Ketahanan Pemberian Asi Eksklusif E-Journal Widya Kesehatan Dan Lingkungan 116 Volume 1 Nomor 2 April

Pem, D. 2015. Factors Affecting Early Childhood Growth and Development: Golden 1000 Days”. Adv Practice Nurs 1:101. Faculty of Nursing and Public Health, Khesar Gyalpo University of Medical Sciences of Bhutan. doi:10.4172/apn.1000101

Rahmaania, R., Y. T. Herawati, dan C. Sandra. 2014. Gambaran Sistem Pelatihan Terkait Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di RSIA Srikandi Kabupaten Jember. Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Ratri, C. 2000. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Pertama Kali di Purwakarta Jawa Barat tahun 1998 (Analisa Data Sekunder Pengembangan Survei Cepat Untuk Menilai Kualitas Pelayanan KIA di DT II). Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Rusada, D. A., S. Yusran, dan N. N. Jufri. 2016. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo

Taringan, I. 2012. Pengetahuan Dan Sikap Perilaku Ibu Dan Bayi Terhadap Pemberian ASI Ekslusif. Jakarta : Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Keseharan RI

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis Principal Component Analysis (PCA) menunjukkan bahwa gugusan sensor gas (electronic nose) dapat digunakan untuk membedakan antara cumi-cumi yang

H373 dapat menyebabkan kerusakan pada organ melalui paparan yang lama atau berulang H400 sangat toksik pada kehidupan perairan. H410 sangat toksik pada kehidupan perairan dengan

Pengujian kedua menggunakan turbin aliran silang dengan busur sudu 74 o dan jumlah sudu 24 yang dibuat dari pipa dibelah, runner yang digunakan ini adalah runner yang dibuat

Konsumsi pangan strategis di kota Medan tahun 2010 untuk pangan beras, kacang tanah, cabai merah, daging ayam, daging sapi, telur ayam, minyak goreng, gula pasir, bawang merah

Dalam konteks kebijakan publik, modal sosial pada intinya menunjuk pada political will dan penciptaan jaringan-jaringan, kepercayaan, nilai-nilai bersama,

Seluruh data yang terkumpul akan dikupas pada pembahasan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian tentang penggunaan prinsip-prinsip Islam dalam mendidik lanjut usia

Laporan akhir yang tidak dihantar dalam tempoh yang telah ditetapkan boleh menjejaskan permohonan geran oleh Ketua Program/Ketua Projek dan penyelidik bersama pada

Pada Tabel 3 terlihat bahwa ransum yang tertampung dalam tempat minum untuk bentuk tempat pakan yang relatif letaknya jauh dari tempat minum dengan jenis rasum kering (Tipe I vs