• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekelumit pengalaman menimba ilmu di Sesko Australia 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sekelumit pengalaman menimba ilmu di Sesko Australia 2013"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Sekelumit pengalaman menimba ilmu di Sesko Australia 2013

Beberapa rekan sejawat IKAHAN meminta saya untuk membagi pengalaman saya selama melaksanakan Sesko di Australia pada tahun 2013. Di sela-sela rutinitas pekerjaan yang ada saya mencoba untuk mengakomodasi permintaan tersebut dengan cara menuangkan dalam bentuk tulisan ini yang kualitasnya tentu masih jauh dari sempurna.

Sebelum membahas

pengalaman pribadi tersebut, terlebih dahulu saya ingin memberi penjelasan singkat tentang pendidikan Sesko di Australia. Seperti yang telah diketahui oleh rekan-rekan IKAHAN semua, Sesko Australia memiliki nama

Australian Command and Staff College atau disingkat ACSC. Sebagai sebuah lembaga pendidikan, ACSC menyelenggarakan Australian Command and Staff Course (Joint) atau disingkat ACSC (J). Dari namanya dapat kita ketahui bahwa ACSC (J) bukan merupakan pendidikan reguler spesifik matra. ACSC (J) adalah pendidikan reguler gabungan (Joint) dan memang pendidikan ini diikuti oleh perwira dari tiga matra selain beberapa pegawai negeri sipil Kemhan Australia. Secara organisatoris, ACSC (J) berada di bawah Australian Defence College (ADC) yang merupakan suatu wadah komando bagi fungsi pendidikan integratif ADF. Fasilitas ACSC (J) berada dalam satu lokasi dengan kantor pusat ADC dan CDSS (setingkat Lemhanas), tepatnya di suatu kawasan bernama Weston Creek, Canberra. Setiap tahunnya TNI mengirimkan tiga orang perwira (satu orang tiap matra) untuk mengikuti ACSC (J) yang pada tahun 2013 diikuti oleh Mayor Laut (P) Dickry Nurdiansyah, Mayor (Pnb) Fata fatria, dan saya sendiri Mayor (Inf) Kurniawan.

(2)

Perjalanan saya menempuh ACSC (J) berawal dari kelulusan saya dalam seleksi Pendidikan Reguler Seskoad pada tahun 2012. Berdasarkan pertimbangan sesuai hasil seleksi, saya mendapat tugas dari TNI AD untuk melaksanakan pendidikan reguler Sesko di Australia. Tanggal 4 November 2012 saya berangkat menuju Australia dan terlebih dahulu tinggal di DITC, Laverton, Melbourne untuk mengikuti kursus-kursus familiarisasi. Pada tanggal

15 Desember 2013 saya berangkat menuju Canberra untuk melaksanakan ACSC (J) 2013. Namun demikian karena pembukaan pendidikan itu sendiri baru akan dilaksanakan pada akhir Januari, maka saya memiliki waktu kosong kurang lebih satu bulan yang saya manfaatkan untuk membaca beberapa buku terkait strategi serta mendalami hobi skydiving di suatu kota kecil bernama Picton.

Pada tanggal 25 Januari 2013, sebanyak 45 siswa yang datang dari 20 negara selain Australia mendapat kesempatan untuk melaksanakan orientasi terlebih dahulu di ACSC. Seminggu setelahnya, seluruh peserta pendidikan dari Australia bergabung di kampus. Pendidikan ACSC (J) dibuka tanpa suatu upacara seremonial dan cukup diawali dengan pengarahan singkat dari Commandant ACSC. Setelah pembukaan tersebut,

para siswa melaksanakan masa pengenalan kegiatan akademis selama kurang lebih lima hari berupa berbagai hal dan aturan terkait perkuliahan. Perlu disampaikan di sini bahwa operasional pendidikan dilaksanakan dalam suatu hubungan kerja sama antara ACSC dengan The Australian National University (ANU). Dengan demikian, setiap siswa ACSC (J) wajib mengetahui tidak hanya ketentuan yang berlaku di lembaga pendidikan militer ADF, namun juga ketentuan akademis yang berlaku di ANU.

Melalui kerja sama antara ACSC dengan ANU, pendidikan ACSC (J) memiliki kurikulum yang menawarkan dua jenis kualifikasi, yaitu kualifikasi kemiliteran yang disebut pass staff college (Joint) disingkat psc (J) dan kualifikasi kesarjanaan dalam Military and Defence Studies Program (MDSP). Jenis kualifikasi kesarjanaan yang dapat diraih oleh seorang siswa bergantung dari kemampuannya dalam memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh ANU. Jika seorang siswa dapat memenuhi 72 SKS maka ia berhak mendapat gelar Master of Military and Defence Studies. Strata di bawah gelar magister tersebut adalah Graduate Diploma bagi siswa yang meraih keberhasilan pada 48 SKS dan Graduate Certificate bagi keberhasilan pada 24 SKS. Menyadari pentingnya peluang yang ditawarkan melalui ACSC (J) bagi pengembangan wawasan kami, saya, Dickry, dan Fata memiliki niat untuk dapat meraih gelar magister yang diampu oleh ANU. Tentunya niat ini tidak didasari

(3)

semata-mata untuk kepentingan pribadi saja, namun juga dengan harapan untuk dapat menyerap semaksimal mungkin pengetahuan berharga yang mungkin dapat kami sumbangkan bagi institusi. Kami menyadari bahwa dengan ambisi yang sedemikian rupa, maka akan semakin besar energi maupun usaha yang harus kami curahkan guna memenuhi kriteria gelar magister tersebut. Bagi saya pribadi ini memang bukan kali pertama saya mengambil gelar magister di Australia. Namun demikian magister yang saya peroleh sebelumnya bukanlah dari ANU dan sudah menjadi anggapan umum bahwa ANU lebih tinggi standar penilaiannya dibandingkan kebanyakan universitas di Australia. Terlepas dari itu semua, kami bertiga bertekad untuk bisa saling bantu membantu dalam mewujudkan niat kami bersama.

Dalam perjalanan selanjutnya, prediksi saya tentang beban materi ACSC (J) tidaklah meleset jauh dari perkiraan. Pendidikan ini sarat dengan tantangan terhadap intelektualitas seseorang yang dihadirkan dalam bentuk perkuliahan, diskusi, maupun penugasan. Sesuai dengan tingkatan keprofesiannya, setiap siswa ditantang untuk berpikir secara mendalam tentang hal-hal yang substansial di dunia militer dan pertahanan. Berbeda dengan Sesko angkatan di TNI, ACSC (J) tidak memberikan pelajaran taktik karena siswa dianggap telah menguasai taktik sebagai bagian dari pengalaman kerja selama 14 tahun di dunia militer. Fokus studi militer dan pertahanan yang disajikan ACSC (J) adalah pada tataran operasional (Operational Level) guna menyiapkan siswa menghadapi tantangan profesional di level berikutnya. Sesuai kebutuhan tataran operasional, siswa diajarkan terlebih dahulu hal-hal yang berpengaruh pada tataran strategis (Strategic Level) untuk kemudian mampu mempertimbangkannya bagi keberhasilan pendesainan operasi dan pembangunan kapabilitas militer.

Dengan beban akademis yang cukup menantang, saya dan kawan-kawan TNI di ACSC (J) menjalani hari demi hari menyelesaikan berbagai kewajiban perkuliahan. Yang sangat membuat kami terbantu dalam menyelesaikan studi kami adalah betapa besarnya dukungan dari seluruh kawan-kawan siswa Australia. Meskipun kawan-kawan Australia kami memiliki beban kerja studi yang sama padatnya, namun mereka selalu meluangkan waktu untuk membantu kami maupun siswa mancanegara lainnya. Pada umumnya kami meminta bantuan kepada siswa Australia dalam hal koreksi draf essay (proofreading), menjelaskan konteks-konteks pelajaran, hingga hal-hal kecil lainnya terkait kehidupan kami di kota Canberra. Selain kawan-kawan siswa, segenap civitas akademika ACSC dan ANU pun memiliki peran yang besar dalam membantu kami menghadapi tantangan beban akademis. Mulai dari Direktur pendidikan, Staf, Perwira Penuntun, hingga tenaga administrasi bersikap sangat kooperatif setiap saat kami membutuhkan bantuan. Tidak jarang suatu topik essay yang pada awalnya kelihatan sangat sulit untuk dikerjakan pada akhirnya menjadi lebih mudah setelah saya mendapat konsultasi dari civitas akademika terkait.

(4)

Beban akademis ACSC (J) memang sangat menyita waktu para siswa. Namun demikian tidaklah lengkap jika saya tidak menceritakan kegiatan-kegiatan tambahan di ACSC (J). Berbagai kegiatan kolektif dirancang oleh ACSC untuk sekedar mengurangi ketegangan siswa akibat tugas-tugas akademik yang harus dihadapi. Aktivitas-aktivitas hiburan seperti International Day, Kids Day, dan Melbourne Cup diadakan pada saat siswa memiliki jeda singkat penugasan. Olahraga bersama juga dilaksanakan sebulan sekali yang mengambil tempat di dalam maupun di luar kampus ACSC. Selain olah raga bersama, siswa juga tergabung dalam klub-klub olah raga kesukaannya masing-masing seperti rugby, sepak bola, bersepeda, mendayung, dan lain-lain. Di sela-sela kesibukan penugasan, saya memelihara keseimbangan rekreasional saya dengan melaksanakan kegiatan skydiving di beberapa kota, yaitu Picton, Morruya, dan Goulburn.

Di samping kegiatan-kegiatan tadi, ACSC juga mengadakan kunjungan tur studi ke berbagai wilayah. Siswa Australia mendapat kesempatan untuk mengikuti tur studi ke luar negeri sedangkan siswa manca negara ke berbagai wilayah Australia tanpa kewajiban untuk menulis laporan sehingga siswa dapat menikmati perjalanan tanpa beban. Saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi berbagai fasilitas militer Australia di kota Sydney dan Brisbane. Sedangkan di penghujung pendidikan, saya beruntung karena mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan studi tur ke Perth dan Northwest Shelf yang merupakan kawasan pusat pertambangan di Australia. Tanpa saya duga, studi tur ke Northwest Shelf sangat bermanfaat bagi saya dalam menjawab ujian akhir ACSC (J) yang ternyata menggunakan studi kasus permasalahan ADF force posture di Northwest Shelf.

Pada tangal 9 Desember 2013 dilaksanakan upacara wisuda bagi para lulusan ACSC (J) 2013. Acara ini dihadiri oleh Gubernur Jenderal Mrs. Quentin Bryce, sebagai kepala negara Australia. Selain Gubernur Jenderal, Wakil Panglima ADF dan para Wakil Kepala Angkatan tiap matra juga hadir pada kesempatan ini. Undangan kehormatan terdiri dari atase-atase militer negara-negara yang perwiranya diwisuda pada kesempatan tersebut termasuk Atase pertahanan Indonesia. Dalam kesempatan wisuda kali ini, 152 orang mendapat gelar magister dan psc. (J), 4 orang mendapat gelar Graduate Diploma dan psc. (J), dan 9 orang mendapat gelar psc. (J) saja.

Saya, Dickry, dan Fata sangat bersyukur karena kami berhasil mendapat magister dan psc. (J) secara bersamaan. Ini merupakan kali pertama perwira Indonesia dari ketiga matra mendapat gelar magister secara bersamaan dalam satu kesempatan ACSC (J). Saya pribadi juga sangat bersyukur karena pada tahun 2013 juga merupakan kali pertama sejak berdirinya ACSC siswa Indonesia berhasil meraih International Course Member Prize. Diraihnya prestasi-prestasi tersebut tidak lepas dari peran penting seluruh keluarga besar Atase Pertahanan Indonesia di Canberra yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materiil selama kami melaksanakan pendidikan di Australia. Yang tidak kalah pentingnya tentu juga adalah kerja sama yang baik dari segenap civitas akademika ACSC dan ANU dalam

(5)

menggali potensi setiap siswa manca negara betapapun besar kendala (barrier) yang dihadapi akibat perbedaan latar belakang budaya. Keberhasilan ini juga dimungkinkan atas bantuan dan dukungan kawan-kawan siswa kami dari Australia maupun negara-negara sahabat lainnya. Hingga dengan saat ini, saya masih menjalin korespondensi dengan beberapa mantan siswa dari Australia, Amerika, Singapura, dan Pakistan terutama dalam membahas berbagai perkembangan dunia militer dan pertahanan kontemporer. Networking dengan kawan-kawan tersebut saya manfaatkan dalam koridor yang profesional serta konstruktif.

Pada akhirnya, tanggal 11 Desember 2013 saya, Fata, dan Dickry kembali ke tanah air dan mulai berdinas di satuan kami masing-masing. Meskipun kami kembali terjun ke dalam aktivitas di tiap matra, hubungan yang tercipta selama ACSC (J) membuat kami lebih sering berkomunikasi. Kesadaran kami akan pentingnya jointery atau kelintasmatraan tergali lebih dalam saat kami menjalani ACSC bersama-sama. Kami menyadari bahwa prestasi yang kami raih selama ACSC tidak lain hanyalah sebuah awal bagi tanggung jawab yang lebih besar dalam memberikan kontribusi bagi kemajuan TNI dan bangsa Indonesia di masa depan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ayuningtyas (2011) yang melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku menjaga kebersihan

Oleh karena kekeruhan di bagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, dilihat di pupil, ada daerah

pengetahuan baru melalui ‘basic research’ , atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang masalah- masalah yang bersifat praktis melalui ‘applied

Untuk meningkatkan produksi susu sapi perah alternative yang dapat dilakukan pemeritah salah satuya yaitu dengan menambah jumlah sapi perah secara cepat baik dari inseminasi

[r]

Grafindo Persada, 2011) h.. Dalam konseling lintas budaya terlibat konselor dan klien yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan karena itu proses

Prastowo dan Roshetko, (2006) menyatakan bahwa fungsi naungan pada bibit sewaktu kecil adalah mengatur sinar matahari yang masuk ke pembibitan, menciptakan iklim mikro yang

Pelayanan penyeberangan di atas air adalah pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di atas air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah