• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Mandheling Gayo Internasional (Mandago) merupakan perusahaan

yang bergerak dalam bidang ekspor biji kopi yang dimiliki oleh Bapak H. Hasballah Yunus sebagai Direktur yang telah merintis usaha ini dari

perusahaan yang dahulu bernama CV. Jumpa Jaya.

Sejak mulai berdiri, CV. Jumpa Jaya merupakan perusahaan yang mengolah dan menghasilkan produk-produk yang terdiri dari biji kopi arabika dan robusta, pinang, jahe, cengkeh, dan kayu manis. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1987, dan tahun 1997 berubah nama menjadi PT. Mandheling Gayo Internasional (Mandago) hingga sekarang ini.

CV. Jumpa Jaya didirikan oleh dua orang yaitu Bapak H. Ramli dan H. Hasballah Yunus yang sama-sama menggunakan izin ekspor perusahaan

tersebut untuk melakukan penjualan barang hingga ke luar negeri. Bapak H. Ramli memiliki banyak jenis bahan yang diekspor antara lain: pinang, jahe, cengkeh, dan kayu manis. Sedangkan Bapak H. Hasballah Yunus fokus melakukan ekspor kopi Arabika dan Robusta.

Seiring dengan perubahan dan pengaruh dari krisis ekonomi Indonesia pada tahun 1997, berbagai usaha dan kegiatan produksi yang dimiliki oleh Bapak H. Ramli mengalami banyak kerugian. Kondisi ini berkebalikan dengan jenis usaha yang dimiliki oleh Bapak H. Hasballah Yunus dimana memiliki keuntungan

(2)

yang berlipat karena pengaruh dari kurs nilai tukar US Dollar yang cukup tinggi terhadap mata uang Rupiah, dan hal ini didukung oleh tidak begitu terpengaruhnya harga pembelian bahan baku kopi pada saat itu. Sedangkan harga lokal pembelian pinang, jahe, cengkeh, dan kayu manis mengalami kenaikan cukup tajam, sehingga menyebabkan kerugian besar, dan akhirnya CV. Jumpa Jaya ditutup.

Dengan kondisi tersebut Bapak H. Hasballah Yunus mendirikan perusahaan baru yang bernama PT. Mandheling Gayo Internasional (Mandago) yang berlokasi tidak jauh dari perusahaan sebelumnya. Pada awalnya perusahaan ini mengekspor biji kopi Robusta dan Arabika, namun seiring dengan berkembangnya tingkat permintaan kopi Arabika yang tinggi menyebabkan kopi ini memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan kopi Robusta. Dan kawasan perkebunan rakyat di Aceh dan Sumatera Utara banyak yang beralih hanya fokus pada penanaman pohon kopi Arabika. Sehingga dengan berubahnya kondisi ini, menyebabkan perusahaan hanya fokus dalam menjual biji kopi berjenis Arabika yang tentunya memiliki citarasa dianggap cukup baik bila dibandingkan dengan kopi Robusta.

Nama PT. Mandheling Gayo Internasional diambil dari nama dua buah suku yang ada di Indonesia. Mandheling atau menurut bahasa ejaan yang disempurnakan yaitu Mandailing, diambil dari sebutan para importir kopi dari seluruh dunia kepada para supplier lokal terhadap kopi yang berasal dari dataran tinggi di Sumatera Utara pada tahun 1970-1990 yang pada saat itu kebanyakan bersuku Mandailing. Sedangkan Gayo merupakan nama sebuah suku yang ada di

(3)

dataran tinggi Kabupaten Aceh Tengah yang mayoritas mata pencaharian penduduknya berkebun kopi. Sehingga produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini berupa kopi Arabika dengan nama Sumatra yang dapat berkategori Mandheling, Aceh, maupun campuran.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Mandheling Gayo Internasional (Mandago) merupakan suatu pabrik yang mengolah biji kopi bermutu tinggi yang mampu bersaing di pasaran ekspor. Perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan biji kopi yang bahan dasarnya berasal dari biji kopi yang belum diolah yang merupakan produk setengah jadi dari kopi roasted (sangrai) maupun kopi bubuk yang siap diminum. Adapun biji kopi yang diekspor perusahaan ini merupakan kopi jenis Arabika yang masih hijau dan siap untuk disangrai dalam kemasan goni dan langsung diekspor ke luar negeri.

2.3.Daerah Pemasaran

PT. Mandheling Gayo Internasional (Mandago) mempunyai daerah pemasaran yang luas, dimana hasil yang diperoleh langsung dipasarkan ke dalam dan luar negeri. Untuk produk yang dipasarkan di dalam negeri hanya sebatas penjualan dari jenis kopi yang rusak secara fisik dan rasa, sedangkan dengan mutu khusus dan kualitas terbaik selalu dikirim keluar negeri. Hal ini terjadi karena hanya pihak asing lah yang memiliki penawaran harga tertinggi dan dalam jumlah

(4)

yang besar, karena harga pasaran di dalam negeri tidak mampu menyaingi pihak asing.

Produk kopi tersebut biasanya diekspor ke berbagai negara, diantaranya sebagian negara Jerman, Amerika Serikat, Belanda, Korea Selatan, Jepang, Inggris, dan Italia. Untuk kopi yang dipasarkan di Indonesia umumnya kopi yang berkualitas rendah, dan para pembeli kopi lokal tersebut umumnya merupakan perusahaan roaster kopi kemasan yang mencampurnya dengan produk kopi Robusta yang memiliki harga lebih rendah dan biasanya kopi ini dicampur dengan Arabika untuk mendapatkan aroma yang baik.

2.4. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan dari sekelompok orang atau unit-unit organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggungjawab dan wewenang tertentu. Dalam suatu struktur organisasi harus menunjukkan satuan-satuan organisasi dan garis wewenang sehingga terlihat jelas batasan-batasan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam organisasi. Struktur organisasi di PT. Mandheling Gayo Internasional (Mandago) ini adalah fungsional karena perusahaan diatur berdasarkan pengelompokan aktivitas dan tugas yang sama untuk membentuk unit-unit kerja yang memiliki fungsi yang terspesialisasi, seperti manajer keuangan, manajer produksi, manajer umum dan personalia, dan broker companies.

(5)

Spesialisasi di sini akan memberikan efisiensi kerja yang lebih tinggi lagi, sehingga semua dari posisi tersebut bertugas dan bertanggung jawab pada masing-masing bidang dan bawahannya. Bentuk struktur organisasi PT. Mandheling Gayo Internasional (Mandago) dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(6)

Direktur

Manajer Umum dan Personalia Manajer Produksi

Manajer Keuangan Broker Company

Staf Khusus Bidang Distribusi dan Transportasi Staff Khusus Bidang Eksport Internal Auditor Staf Khusus Bidang Penelitian & Pengembangan Staf Khusus Bidang Sertifikasi Petugas Keamanan Kepala Bagian Produksi/Gudang 2 dan 3 Mandor Sortasi Pekerja Mandor Sortasi Pekerja Pekerja Pekerja Pegawai Administrasi

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Mandheling Gayo Internasional (Mandago) Keterangan :

: Hubungan Perintah : Hubungan Fungsional

Kepala Bagian Produksi/Gudang 1

(7)

2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

PT. Mandheling Gayo Internasional (Mandago) ini mempunyai jumlah tenaga kerja tetap sebanyak 39 orang pekerja dan 200 s/d 270 pekerja tidak tetap yang merupakan pekerja sortasi dan jumlahnya dapat berubah-ubah. Sebagai dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Pada Masing-masing Bagian

Jabatan Jumlah

Direktur 1

Manajer Keuangan 1

Manajer Produksi 1

Manajer Umum dan Personalia 1

Kepala Bagian Produksi 2

Pegawai Administrasi 1

Internal Auditor 1

Mandor Sortasi 2

Staf Khusus Bidang Penelitian dan Pengembangan 1

Staf Khusus Bidang Sertifikasi 2

Staf Khusus Bidang Distribusi dan Transportasi 1

Staf Khusus Bidang Ekspor 2

Petugas Keamanan 3

Pekerja Produksi 20

Pekerja Sortasi 200-270

(8)

Pekerja sortasi berjumlah 200-270 orang dengan rincian: untuk gudang pertama dan kedua masing-masing berjumlah 100-120 operator yang menggunakan fasilitas kerja berupa kursi dan meja. Sedangkan untuk gudang ketiga, jumlah operator berjumlah 15-30 orang tanpa menggunakan fasilitas kursi dan meja.

Jam kerja yang ada pada perusahaan ini tidak begitu sesuai dengan ketentuan Dinas Tenaga Kerja, dimana jenis karyawan dibagi atas tiga bagian, yaitu bagian kantor, bagian produksi, dan bagian sortasi.

Para manajerial, umumnya mempunyai kebebasan waktu dan tempat bekerja, namun pada kepala gudang hal ini tidak berlaku karena pekerjaan yang dia lakukan sesuai dengan kondisi, namun dapat pula melakukan istirahat kapan saja apabila suatu jenis proses produksi telah selesai dan mereka dapat istirahat sejenak.

Pada bagian kegiatan administrasi perkantoran, para karyawan bekerja selama 44 jam seminggu. Walaupun ini sedikit di luar dari batas maksimum yang ditentukan oleh DISNAKER, hal ini tidak menjadi permasalahan karena para karyawan tidak bekerja dengan waktu yang maksimal. Ada banyak waktu luang yang mereka miliki untuk beristirahat maupun melakukan berbagai aktifitas lainnya selama tidak mengganggu dan meninggalkan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Ini merupakan salah satu kelonggaran yang diberikan oleh perusahaan.

Pada bagian sortasi biji kopi, tidak ada batasan umur dan waktu dalam bekerja. Kegiatan pensortiran yang dilakukan berupa memisahkan secara manual

(9)

biji kopi yang bagus dari berbagai macam biji cacat. Hasil penghitungan untuk pengupahan dari pekerja sortasi ini berupa seberapa besar berat yang dihasilkan dari biji kopi yang baik. Pekerjaan ini tidak membutuhkan pelatihan khusus, karena mandor sortasi akan menuntun, membina, dan memantau para pekerja sortasi. Para pekerja pada bagian ini tidak dikenakan aturan khusus dalam ketenagakerjaan sehingga dapat keluar dan masuk bekerja bahkan cuti sesuai dengan kemampuan dan kemauan dari masing-masing individu.

Pengaturan jam kerja normal untuk karyawan dapat dilihat pada Tabel 2.2, Tabel 2.3, dan Tabel 2.4.

1. Bagian Administrasi

Tabel 2.2. Jam Kerja Normal Karyawan Bagian Administrasi Kantor

Hari Jam

Senin – Jumat - Pukul 08.00 – 12.00 : Waktu kerja - Pukul 12.00 – 13.00 : Waktu istirahat - Pukul 13.00 – 17.00 : Waktu kerja Sabtu - Pukul 08.00 – 12.00 : Waktu kerja

(10)

2. Karyawan Bagian Produksi

Tabel 2.3. Jam Kerja Normal Karyawan Bagian Produksi

Hari Jam

Senin – Sabtu

- Pukul 08.00 – 12.00 : Waktu kerja - Pukul 12.00 – 13.00 : Waktu istirahat - Pukul 13.00 – 17.00 : Waktu kerja Minggu - Disesuaikan

(Sumber : PT. Mandheling Gayo Internasional Bagian Produksi)

3. Karyawan Bagian Sortasi

Tabel 2.4. Jam Kerja Normal Karyawan Bagian Sortasi

Hari Jam

Senin – Sabtu - Pukul 08.00 – 17.00 : Waktu produksi.

(Sumber : PT. Mandheling Gayo Internasional Bagian Produksi)

2.6. Sistem Pengupahan dan Kesejahteraan Karyawan

Upah yang diberikan kepada karyawan berguna untuk memberikan kesejahteraan bagi karyawan. Kesejahteraan merupakan faktor yang ikut menunjang produktifitas pekerja. Sistem pengupahan yang diterapkan oleh PT. Mandheling Gayo Internasional (Mandago) tidak begitu berpedoman pada ketentuan Upah Minimum Sektoral Regional (UMSR) yang ditetapkan pemerintah. Namun gaji yang diberikan oleh perusahaan dalam batas kewajaran dimana semakin berat pekerjaan yang dilakukan, maka semakin besar pula gaji yang diterima oleh pekerja tersebut.

(11)

Besarnya upah yang diterapkan, dibedakan atas golongan dengan komponen sebagai berikut:

a. Gaji pokok b. Upah lembur

c. Tunjangan hari besar d. Tunjangan makan e. Bonus

Pada perusahaan ini tidak satupun karyawan yang dilindungi oleh polis asuransi. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan peraturan DEPNAKER sehingga patut untuk diperhatikan. Tetapi sebagian dari pekerja merupakan tergolong dari warga miskin, sehingga mereka telah mendapatkan akses asuransi oleh pemerintah.

Usaha-usaha lainnya yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kenyamanan pekerja adalah:

1. Cuti

Cuti diberikan perusahaan kepada pekerja berupa: a. Cuti tahunan

b. Cuti haid

c. Cuti hamil dan melahirkan 2. Dispensasi

Diberikan kepada semua pekerja untuk kepentingan tertentu, misalnya adanya tugas khusus, menikahkan anak, kemalangan, dan lain-lain. Perusahaan juga melakukan penilaian terhadap performance pekerja mengenai kehadiran,

(12)

kemampuan, produktivitas kerja dan lain-lain setiap bulannya. Untuk pekerja yang keterampilan kerjanya dinilai kurang, maka diberikan pengarahan dan training untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuannya dalam bekerja. Sedangkan untuk karyawan yang berprestasi akan diberikan penghargaan khusus oleh perusahaan.

2.7. Proses Produksi

PT. Mandheling Gayo Internasional (Mandago) melakukan proses produksi dalam pengolahan biji kopi mentah menjadi biji kopi yang siap untuk disangrai. Adapun proses pengolahan biji kopi yang siap untuk disangrai sebagai suatu produk jadi dari pabrik pengolahan biji kopi ini dapat diuraikan dalam sub bab berikut ini.

2.7.1. Standar Mutu Bahan/Produk

PT. Mandheling Gayo Internasional (Mandago) mempunyai standar mutu produksi sesuai dengan ketentuan beberapa sertifikasi dalam bidang kualitas, budidaya, penyuluhan, dan kesejahteraan dari para petani. Berikut ini adalah beberapa jenis kopi yang diproses dan merupakan output dari proses pengolahan biji kopi, antara lain :

1. Grade-1, yaitu mutu produksi yang bernilai tinggi. Spesifikasi mutu produksi ini adalah 90%-100% produk dalam keadaan baik, yaitu masuk dalam kelayakan sifat fisik tidak cacat dan citarasa yang baik yang sesuai dengan jenis kopi. Ini merupakan produk utama yang diekspor ke luar negeri.

(13)

Walaupun kopi yang diekspor memiliki berbagai jenis yang dibedakan melalui citarasa dan daerah asalnya, tetap saja kopi yang diekspor harus memiliki standar Grade-1.

2. Grade-5/6, yaitu mutu produk yang kurang baik namun masih memiliki citarasa yang tidak begitu berubah. Secara fisik, kopi ini memiliki cacat yang biasanya termasuk dalam katagori biji berlubang, biji pecah, biji kecil

(abnormal), dan hitam partial. Untuk kategori ini memiliki citarasa seperti

kopi Robusta sehingga masih dapat dijual ekspor ke luar negeri dengan harga yang lebih murah.

3. Pixcel, yaitu mutu produk terburuk dimana biji kopi secara keseluruhan umumnya sudah hitam dan busuk, namun biji kopi ini masih dapat dijual lokal di Indonesia.

4. Wastage, yaitu merupakan segala bentuk bahan di luar kopi. Adapaun beberapa bahan diluar biji kopi antara lain ampas, kayu, kulit ari, batu, benang, tali goni, dan lain-lain.

2.7.2. Bahan yang Digunakan

Suatu bahan dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan.

2.7.2.1. Bahan Baku

Defenisi bahan baku ini sendiri adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi dan persentasenya terbesar

(14)

dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Bahan baku yang digunakan adalah biji kopi yang masih berkulit ari dalam kondisi basah. Dengan tingkat kecacatan

(triage) antara 5-25% dan kadar air (moisture) antara 12-25%. Dengan ketentuan

standar pembelian 15% cacat dan kadar air 15%.

2.7.2.2. Bahan Tambahan

Defenisi bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah:

a. Goni, merupakan kemasan yang dipakai untuk packing produk kopi ini. b. Zat Pewarna, digunakan untuk pengecapan (marking) dengan memberikan

tanda berupa tulisan pada goni.

c. Tali, merupakan bahan untuk mengikat dan menutup goni yang telah diisi dengan biji kopi dengan menggunakan alat penjahit goni.

2.7.2.3. Bahan Penolong

Defenisi bahan penolong adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi, tetapi tidak nampak di bagian akhir produk. Bahan penolong yang digunakan adalah bahan untuk mencetak huruf dan angka saat pengecapan (marking) goni. Bahan ini dapat berupa seng maupun plastik tipis dan memiliki tulisan yang berbeda-beda sesuai dengan nomor kontrak, nama pembeli, alamat tujuan, ID (eksporter, koperasi, dan sertifikasi), dan berbagai informasi lainnya.

(15)

2.7.3. Uraian Proses Produksi 2.7.3.1. Uraian Proses Pra-Produksi

Pada bagian uraian proses pra-produksi akan dijelaskan mengenai tingkat pengujian kualitas dan tingkat kecacatan kopi, dan uji citarasa kopi (cup-test) sebagai berikut ini.

a. Pengujian Kualitas dan Tingkat Kecacatan Kopi

Pada bagian ini, merupakan tahap awal dalam meneliti tingkat kecacatan

(triage) dan kadar air (moisture). Bahan baku yang diterima akan dilakukan

proses penghitungan dengan standar harga dasar pembelian bahan baku kopi yaitu 15-15% sebagai nilai 0 (nol) dan hubungannya dengan variabel harga dasar. Jika bahan baku kopi memiliki skor yang lebih rendah dari masing-masing kedua angka tersebut maka kopi akan memiliki nilai yang lebih tinggi dari dasar, demikian juga sebaliknya. Peralatan yang digunakan pada bagian ini adalah neraca timbangan dengan skala gram, dan alat pengukur tingkat kadar air.

Peralatan yang dipergunakan berupa neraca timbangan dan sebuah alat tester kadar kelembaban (moisture) biji kopi. Cara penggunaan dengan mengambil sampel kopi dari barang yang telah dan akan diterima sebanyak 100 gr dan ditimbang dengan neraca timbangan skala kecil. Kemudian memasukkan kedalam alat tester kadar kelembaban (moisture) biji kopi, dan dilihat kadar kelembaban kopi tersebut. Lalu dilakukan pengetasan tingkat kecacatan dari kopi tersebut dengan memisahkan kopi cacat dari 100 gr tersebut dan menimbangnya kembali dengan menggunakan neraca timbangan yang sama. Dengan acuan pembelian kopi 15-15 % artinya kadar kelembaban 15 % dan tingkat kecacatan

(16)

sebesar 15 % sebagai titik 0 (nol), sehingga segala skor yang melebihi akan mengurangi nilai, begitu juga sebaliknya jika nilai skor dibawah tersebut maka harga akan semakin tinggi.

b. Uji Citarasa (Cup-Test)

Pada bagian ini, pihak perusahaan melakukan pengetesan terhadap uji citarasa dari setiap pembelian kopi. Mesin yang digunakan adalah mesin sangrai blender, dan pemanas air. Peralatan yang digunakan adalah neraca timbangan, sendok, mangkuk, dan media penilaian skor.

2.7.3.2. Uraian Proses Produksi

(17)

Bahan Baku Biji Kopi pada Area Penyimpanan

Penjemuran Biji Kopi dengan Memanfaatkan Sinar Matahari

Pengayakan dengan Menggunakan Mesin Ayak (Screener)

Pemisahan Biji Kopi Berdasarkan Grade-nya dengan Menggunakan Mesin

Sutton (Gravity)

Pensortiran dengan Cara Manual Menggunakan Tangan (Mother’s Picker)

Pencampuran (Mixing) dari Berbagai Sumber Bahan Baku Biji Kopi

Pembersihan Biji Kopi dari Abu dengan Menggunakan Mesin Kipas (Blower)

Pengemasan dengan Menggunakan Goni

Penjahitan Goni dengan Mesin Jahit

Penyimpanan Produk Jadi pada Area Penyimpanan

(18)

Sedangkan tahapan dari proses produksi pengolahan biji kopi adalah sebagai berikut.

1. Penjemuran

Setelah kopi diterima pada area penyimpanan, proses selanjutnya adalah penjemuran. Proses penjemuran merupakan proses menjemur kopi dengan menggunakan sinar matahari. Penggunaan sinar matahari masih dipergunakan karena hal ini dilakukan untuk menjaga citarasa kopi Arabika agar tidak hilang maupun terkontaminasi oleh aroma apabila menggunakan mesin. Penjemuran dilakukan baik secara langsung pada lantai khusus maupun menggunakan terpal. Proses penjemuran kopi untuk mencapai standar tertentu masih menggunakan tenaga matahari untuk mempertahankan kualitas dan citarasa kopi. Sebenarnya ada mesin khusus yang biasa dipergunakan untuk mengeringkan kopi yaitu mesin Muson, namun cara ini hanya berlaku untuk kopi jenis Robusta. Karena apabila menggunakan mesin Muson citarasa kopi Arabika akan hilang, dan tentu saja hal ini tidak diinginkan oleh para pembeli.

Peralatan yang dipergunakan berupa kereta sorong, cakaran, dan serokan. Serokan merupakan sebutan untuk alat bantu yang digunakan untuk menyorong kopi pada saat penjemuran. Sedangkan cakaran merupakan sebutan untuk alat bantu yang digunakan untuk meratakan biji kopi yang dijemur. Alat ini biasa dipergunakan setiap 30 menit proses penjemuran untuk memastikan seluruh bagian kopi yang dijemur memiliki tingkat kekeringan yang sama.

Dan terpal penjemuran fungsinya sebagai wadah penjemuran kopi selain dari lokasi penjemuran pada lantai. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan lahan

(19)

kosong yang dimiliki untuk dijadikan sebagai tempat penjemuran juga dengan menggunakan terpal-terpal yang berkapasitas mencapai 100 kg biji kopi. Bentuknya yang sederhana merupakan solusi alternatif yang sangat baik, karena apabila hujan hendak turun, terpal ini dapat ditutup menjadi bagian yang kecil dan berisikan kopi untuk menghindari dari hujan dan dapat segera diangkut dengan kereta sorong (material handling).

2. Mesin Ayak (Screening)

Mesin Ayak adalah mesin yang digunakan untuk mengoyang-goyang kopi dengan 3 buah lapisan yang berjaring-jaring dan 6 buah saluran output sehingga kopi dapat dibedakan berdasarkan ukurannya bahkan untuk memisahkannya dari kopi yang busuk dan cacat. Adapun output yang keluar dari mesin ini adalah sebagai berikut :

a. Biji kopi baik

b. Biji kopi yang sedikit rusak baik karena cacat berlubang maupun pecah. c. Biji hitam

d. Kopi yang masih berkulit ari penuh e. Batu dan kayu

f. Ampas kulit dan abu

3. Mesin Sutton (Gravity / Divider)

Mesin Sutton adalah mesin yang digunakan untuk menggoyang-goyang kopi pada lempengan bergerigi halus, datar, dan sedikit miring dengan 3 buah

(20)

saluran output. Fungsi utama mesin ini adalah untuk memisahkan kopi berdasarkan grade-nya, memisahkan kopi hitam, dan kopi rusak. Dan pada tahap akhir prosesnya mesin Sutton digunakan untuk memisahkan kopi berdasarkan

grade-nya yang bulat lonjong dengan kopi yang lonjong untuk disesuaikan

dengan persyaratan dari pembeli.

4. Pensortiran

Pensortiran merupakan tahap pemisahan biji kopi dari biji kopi yang sedikit cacat yang terkadang mesin tidak dapat melakukan lebih baik dari manusia. Cara pensortiran ini secara manual atau sering disebut motherpickers dilakukan agar kopi yang dikirim berupa Grade-1 merupakan kopi dengan biji terbaik dengan batas jumlah cacat 0-5%. Proses pensortiran kopi Arabika masih menggunakan tangan-tangan manusia, karena perusahaan menganggap cara tersebut adalah cara terbaik hingga saat ini karena terdapat nilai-nilai tersirat yang tentunya berbeda bila menggunakan mesin. Mahalnya biaya mesin dan maintenance-nya serta berbagai hal yang bisa terjadi, membuat perusahaan mengambil langkah mencapai tingkat keamanan kelangsungan kegiatan produksi dengan mempekerjakan buruh sortir. Dan tingkat kualitas dari tangan manusia dalam hal ini tentunya lebih baik daripada mesin untuk saat ini.

5. Pencampuran (Mixing)

Merupakan proses pencampuran kopi yang berasal dari berbagai pemasok bahan baku kopi. Hal ini dilakukan berdasarkan komposisi yang berasal dari

(21)

berbagai daerah yang tentunya memiliki karakteristik tertentu. Keberbedaan rasa tersebutlah yang harus dihindari, karena jika produk kopi yang di ekspor memiliki dominansi citarasa dari daerah tertentu tentunya untuk pengiriman selanjutnya akan sulit didapatkan kopi dengan citarasa yang sama. Sehingga proses ini dilakukan untuk mencampur kopi sehingga memiliki karakteristik yang sama dan kegiatan berbisnis dapat dilaksanakan dengan lancar.

6. Pembersihan Biji Kopi dengan Mesin Kipas (Blower)

Pada tahap ini, kopi yang telah dicampur segera dilakukan pembersihan biji kopi dari abu dengan menggunakan mesin kipas (blower). Hal ini dilakukan untuk memastikan biji kopi yang siap ekspor dalam keadaan bersih. Dan output dari mesin ini langsung dimasukkan kedalam goni.

7. Pengecapan (Marking)

Pengecapan atau marking merupakan proses pemberian label (cap) pada goni kopi yang sesuai dengan tujuan dari pembeli dan jenis kopi yang akan dikirim. Informasi yang biasa diberikan berupa nama, alamat, Negara, nomor kontrak perusahaan penerima, nomor ID sertifikat, dan berbagai informasi lainnya. Pengecapan dilakukan dengan menggunakan gincu (zat pewarna) goni dengan cara manual menggunakan tangan.

(22)

8. Pengemasan (Packing)

Proses ini berupa memasukkan biji kopi yang telah siap diolah dan dimasukkan ke dalam karung kemasan goni yang telah diberi cap (marking) sesuai dengan Negara tujuan dan masing-masing pembeli. Kemudian menjahitnya dengan menggunakan mesin jahit yang dioperasikan oleh seorang operator dan bersifat portable. Biasanya kopi yang telah siap di packing tidak menunggu lama untuk dikirim ke pelabuhan, untuk menjaga kualitas citarasa kopi karena beberapa jenis kopi tidak tahan lama disimpan. Dan lama pengiriman kopi juga bisa mencapai satu bulan dengan menggunakan peti kemas dan pengiriman melalui pelayaran.

9. Menjahit Goni

Merupakan proses akhir kegiatan rangkaian proses produksi. Pada bagian ini seorang operator dengan menggunakan mesin jahit goni, menutup dengan menjahit goni-goni yang telah diisi dengan biji kopi yang siap untuk diekspor.

Untuk uraian proses produksi dapat dilihat pada Assembly Process Chart pengolahan biji kopi Arabika pada Gambar 2.3.

(23)

Pekerjaan : Pengolahan Biji Kopi Arabika Peta : Sekarang

Dipetakan Oleh : M. Agustiar

ASSEMBLY PROCESS CHART

T-1

Diperiksa (kadar air dan ampas)

Dipisahkan ampas dari biji kopi

Dipindahkan ke tempat penjemuran Dibawa ke Mesin Suton

Biji kopi dijemur

O-1 Diayak dengan mesin ayak Dibawa ke tempat penyortiran manual T-5

Disortir (diperiksa dan dipisahkan biji kopi yang cacat)

Dibawa ketempat pencampuran Biji kopi dicampur Dibawa ke mesin kipas

(blower) untuk dibersihkan

dari abu

O-11 Dikipas (diblower)

Biji kopi ditampung dalam goni

S-4 Biji kopi disimpan

siap diekspor

T-7

T-8 O-6

Diperiksa kadar air

Biji Kopi Bersih

O-7 S-3

T-13

Karung Goni

Dibawa ke mesin kipas (blower)

Disimpan Dibawa ke bagian

pengecapan (marking)

Karung goni diberi cap (marking) T-14 O-12 Dibawa ke bagian pengemasan

O-14 Karung dijahit dengan mesin jahit goni kopi T-15

Dipindahkan ke tempat penyimpanan

Kopi disusun

SIMBOL KETERANGAN JUMLAH OPERASI TRANSPORTASI STORAGE INSPEKSI AKTIVITAS GABUNGAN 15 16 4 2 2 I-1 T-2 O-2 T-3 Dipindahkan ke mesin ayak O-3 IO-1 T-6 O-10 T-12 O-13 T-16 0-15 O-4 Biji kopi

ditampung T-4 Dibawa ke mesin suton O-5 Biji kopi dipisahkan berdasarkan grade I-2

Dipindahkan ke tempat penjemuran Biji kopi dijemur

Dipindahkan ke mesin ayak Diayak dengan mesin ayak

O-8 Biji kopi ditampung

T-9 Dibawa ke mesin suton

O-9 Biji kopi dipisahkan

berdasarkan grade Dibawa ke tempat penyortiran manual

T-10

Disortir (diperiksa dan dipisahkan biji kopi yang cacat) Dibawa ketempat pencampuran IO-2 T-11 S-2 Disimpan Biji Kopi Berampas S-1 Disimpan

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Mandheling Gayo Internasional (Mandago)Keterangan :
Tabel 2.2. Jam Kerja Normal Karyawan Bagian Administrasi Kantor
Tabel 2.3. Jam Kerja Normal Karyawan Bagian Produksi
Gambar 2.3. Assembly Process Chart Pengolahan Biji Kopi Arabika

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Vani Adelin (2013) tentang Pengaruh Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi, Dan Perilaku Tidak Etis

Dalam hal pembelian Unit Penyertaan PANIN DANA SYARIAH SAHAM dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan secara berkala sesuai dengan ketentuan butir 13.3 Prospektus,

Oleh karena itu hubungan kerjasama dapat berjalan hingga saat ini dan menyebabkan kemudahan dalam pengembangan kerjasama.Selama tiga periode, kerjasama sister city

Dalam lima tahun terakhir (2011-2015) belum ada studi yang mencoba mengidentifikasi skripsi para mahasiswa program studi Pendidikan Seni Rupa dari aspek jenis

Sedangkan pada tahap identifikasi, dilakukan pembandingan kemiripan sketsa wajah yang didapat dari proses rekonstruksi, dengan seluruh citra buronan yang ada di

faktor risiko umum yang dapat memicu terjadinya cedera di antaranya yaitu, teknik olahraga yang kurang tepat, latihan tanpa pemanasan, jenis latihan yang monoton dan dilakukan

dan 4) Jadwal Kunjungan kelas. Jadwal pelaksanaan supervisi pembelajaran di SD Negeri 3 Asemrudung untuk setiap guru berbeda-beda. Setiap guru disupervisi minimal 3 x selama

Adapun tujuan utama dalam pembangunan nasional di bidang statistic lima tahun kedepan adalah meningkatkan ketersediaan data dan informasi statistik yang berkualitas