• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK) di SMK Negeri 3 Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK) di SMK Negeri 3 Tangerang"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

USAHA KECANTIKAN (PUK) DI SMK NEGERI 3

TANGERANG

LUKKI BAHARI 5535131853

Skripsi Ini Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

PENDIDIKAN VOKASIONAL TATA RIAS

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018

(2)
(3)

iii

ABSTRAK

Lukki Bahari, Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK) di SMK Negeri 3 Tangerang. Skripsi. Jakarta, Pendidikan Vokasional Tata Rias, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta, 2017. Dosen Pembimbing : Nurul Hidayah, M.Pd. dan Aam Amaningsih Jumhur, Ph.D.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan potensi dalam diri, baik secara keterampilan maupun akhlak. Suatu proses pendidikan dinyatakan berhasil dapat dilihat dari berbagai macam sisi, salah satunya adalah hasil belajar. hasil belajar adalah penilaian tentang kemampuan siswa yang berkenaan dengan materi pelajaran yang dikuasai. Hasil belajar ini dapat dipengaruhi oleh motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi adalah usaha yang dilakukan oleh tiap individu untuk meningkatkan kecakapan diri setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan sebagai pembanding. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar mata pelajaran pengelolaan usaha kecantikan di SMK N 3 Tangerang.

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan teknik analisis korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa, dalam hal ini siswa jurusan kecantikan, yang sudah mengikuti mata pelajaran pengelolaan usaha kecantikan di SMK Negeri 3 Tangerang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 28 responden. Untuk mendapatkan data penelitian, teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan kuesioner. Data hasil belajar merupatkan data sekunder yang didapatkan dari SMK N 3 Tangerang. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis korelasi sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar mata pelajaran pengelolaan usaha kecantikan di SMK Negeri 3 Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari hasil rxy = 0,386

pada taraf signifikansi α=0,05. Nilai koefisien determinasi yang didapat adalah sebesar 0,155. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh motivasi berprestasi sebanyak 15,5% dan 84,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, didapatkan bahwa hasil belajar akan meningkat jika motivasi berprestasi berprestasi siswa juga meningkat.

Kata kunci : hasil belajar, motivasi berprestasi, mata pelajaran pengelolaan usaha kecantikan SMK N 3 Tangerang

(4)

iv

ABSTRACT

Lukki Bahari, Relationship between Achievement Motivation with Learning Result of Beauty Business Management Subject in Tangerang State 3 Vocational High School. Thesis. Jakarta, Cosmetology Vocational Education, Faculty of Engineering, Universitas Negeri Jakarta, 2017. Supervise Lecturer : Nurul Hidayah, M.Pd. dan Aam Amaningsih Jumhur, Ph.D.

Education is the ways that people use to develop their self potential, which is morally or as skill. The educational process is declared successful can be seen for many side, one of that is learning result. Learning result are an assessment of student’s abilities regarding with the subject matter that their mastered. The learning result can be influenced by achievement motivation. Acvhiement motivation is the effort that every peoples do to increase their abilities highly as they can in every activities by using standard of excellence. Therefore, the aim of this research is to find relationship between achievement motivation with the learning result of beauty business management subject in Tangerang state 3 vocational high school.

This research is a survey research with using correlational analysis technique. Population in this research is student, in this case cosmetology department, that have finished beauty business management class in Tangerang State 3 Vocational High School. Sampling technique in this research use saturated sampling technique with a total 28 research subjects. For gathering the research data, tools that used in this research is an questionnaire. Learning result data, gathered by secondary data that given by Tangerang state 3 vocational high school. Data analysis technique in this research using simple correlational analysis technique.

The research results shows that there are positive relationship between achievement motivation with the learning result of beauty business management subject in Tangerang State 3 vocational high schools. This can be seen from the correlation value with the rxy = 0,386 at the level of significance α=0,05. The

coefficient of determination obtained from this research is 0,155. Its shows that learning result affected by 15,5% of achivement motivation and 84,5% affected by other factors. Based on this result, it was found that learning result will be increased if the student achievement motivation has increased to.

Keywords : learning result, achievement motivation, beauty business management subject in Tangerang State 3 Vocational High School

(5)
(6)

vi

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Tuhan Yesus yang senantiasa melimpahkan

Berkat dan Karunia-Nya kepada makluk-Nya, penulis persembahkan karya ini

kepada :

1. Bapak saya Suddin Tambunan dan Mama saya Anita Sagala tercinta,

Terima kasih atas kasih sayang yang selalu engkau limpahkan. Serta doa

mu yang selalu mengiring langkahku hingga saya mampu

membahagiakan kalian.

2. Kakak saya tersayang Sisma Wati S.E, Erikson Tambunan S.H, dan adik

saya Elsa Indrayani yang selalu memberi dukungan baik doa maupun

masukan positif untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Orang spesial dalam hidup saya , Robinson Fernando Barasa S.Psi yang

selalu membantu, mendukung dan menyemangati saya dalam segala hal

selama ini.

4. Sahabat saya Isabella, Sarah, Desy dan Alvira yang selalu memberi

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti naikkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat

dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran

Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK) di SMK Negeri 3 Tangerang”. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan gelar pada program S1 di Prodi

Pendidikan Tata Rias, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta.

Penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada semua

pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah berjasa dalam

penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah banyak membantu, yaitu:

1. Dr. Agus Dudung, M.Pd selaku dekan Falkutas Teknik, Universitas

Negeri Jakarta.

2. Dr. Jenny Sista Siregar, M.Hum selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Tata Rias, Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik,

Universitas Negeri Jakarta.

3. Nurul Hidayah, M.Pd selaku dosen pembimbing materi yang tak kenal

lelah membimbing dan menuntun penulis yang masih memiliki banyak

kekurangan. Terima kasih atas bimbingan, arahan, saran, kritik, dan

motivasi sejak penyusunan hingga penyusunan proposal ini selesai.

4. Aam Amaningsih Jumhur, Ph. D selaku dosen pembimbing metodologi

dan statistic yang telah sabar membantu penulis dalam proposal skripsi

ini. Terima kasih atas bimbingan, arahan, saran, kritik, dan motivasi

(8)

viii

5. Segenap dosen-dosen dan staff Program Studi Pendidikan Tata Rias,

Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta yang telah membantu dan

memberi banyak ilmu pengetahuan dan pembelajaran kepada penulis.

6. Untuk orang-orang tersayang Bapak, Mama, Kak Sisma, Kak Erik dan

Elsa yang selalu memberikan dukungan tiada henti lewat doa-doa dan

menjadi penghibur ditengah kelelahan penulis.

7. Robinson Fernando Barasa S.Psi, terima kasih sudah menemani selama

proses pengerjaan skripsi. Terima kasih juga buat segala waktu yang

sudah disediakan, segala nasihat yang diberikan, segala dukungan dan

semangat yang sudah diberikan, dan sudah setia memberi arahan dan

ajaran dalam proses pengerjaan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat terkasih selama di bangku perkuliahan Andara,

Ayudita, Daing, Hayya, Isabella, Nila dan Syarifah yang telah mengisi

kenangan-kenangan terbaik.

9. Lebih dari sahabat Sarah dan Desi yang selalu mendukung dan memberi

doa-doa untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat yang selalu memberi semangat dalam penyusunan skripsi

Alvira, Nova, Ka Fera, Debby, Okta, Jemmy, dan Yudhis.

11.Teman-teman Pendidikan Tata Rias angkatan 2013 yang telah

bersama-sama melewati masa-masa perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan

(9)

ix

skripsi ini sehingga mendatangkan manfaat bagi bidang pendidkan kecantikan dan

sebagaiannya.

Jakarta, 20 Desember 2017

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i LEMBAR PENGESAHAN ... ii ABSTRAK ... iii ABSTRACK ... iv HALAMAN PERNYATAAN ... v PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Pembatasan Masalah ... 7

1.4. Perumusan Masalah ... 7

1.5. Tujuan Penelitian ... 7

1.6. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

2.1. Kerangka Teoritik ... 9

2.1.1. Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengelolaan usaha Kecantikan ... 9

2.1.1.1. Hasil Belajar ... 9

2.1.1.2. Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK) ... 16

2.1.1.3. Hasil Belajar Mata Pelajaran Usaha Kecantikan (PUK) SMKN 3 Tangerang ...20

2.1.2. Hakikat Motivasi Berprestasi ... 21

2.1.2.1. Motivasi Berprestasi ... 21

2.2. Penelitian Yang Relevan ... 27

2.3. Kerangka Berpikir ... 30

2.4. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

3.1. Tujuan Penelitian ... 33

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

3.3. Metode Penelitian ... 33

3.4. Populasi,Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 34

3.5. Variabel Penelitian ... 35

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.7. Instrumen Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan .... 35

3.7.1. Definsi Konseptual Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan ... 35 3.7.2. Definisi Operasional Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha

(11)

xi

Kecantikan ... 36

3.7.3. Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan ... 36

3.8. Instrumen Motivasi Berprestasi ... 37

3.8.1. Definisi Konseptual Motivasi Berprestasi ... 37

3.8.2. Definisi Operasional Motivasi Berprestasi ... 37

3.8.3. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Berprestasi Uji Coba ... 38

3.8.4. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Berprestasi Final ... 40

3.9. Uji Instrumen ... 43

3.9.1. Validitas Instrumen ... 43

3.9.2. Reliabilitas Instrumen ... 43

3.10. Uji Prasyarat Analisis ... 45

3.10.1. Uji Normalitas ... 45

3.10.2. Uji Linearitas ... 45

3.11. Pengujian Hipotesis ... 46

3.11.1.Persamaan Regresi ... 46

3.11.2.Perhitungan Korelasi ... 47

3.11.3.Uji Keberartian Koefisien Korelasi (uji-t) ... 47

3.11.4.Perhitungan Koefisien Determinasi ... 48

3.12. Hipotesis Statistika ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1. Statistik Deskriptif ... 50

4.1.1. Data Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan .. 50

4.1.2. Data Motivasi Berprestasi ... 53

4.2. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 55

4.3. Pengujian Prasyaratan Analisis ... 57

4.3.1. Uji Normalitas ... 57

4.3.2. Uji Linearitas ... 58

4.4. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 58

4.5. Pembahasan ... 62

4.6. Keterbatasan Penelitian ... 64

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 65

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Implikasi ... 66

5.3. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 72

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jumlah Siswa Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan Semester

II Tahun Akademik 2016-2017 ... 17

Tabel 2.2. Rincian Kegiatan Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan Pada Kejuruan Kecantikan ... 18

Tabel 3.1. Variabel Penelitian ... 35

Tabel 3.2. Komponen Penilaian Instrumen Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan ... 36

Tabel 3.3. Skala Penilaian Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan ... 37

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Motivasi Berprestasi ... 38

Tabel 3.5. Skala Penilaian Motivasi Berprestasi ... 40

Tabel 3.6. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Berprestasi ... 41

Tabel 3.7. Skala Penilaian Motivasi Berprestasi ... 42

Tabel 3.8. Kaidah Reliabilitas ... 44

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar PUK... 51

Tabel 4.2. Kategorisasi Skor Hasil Belajar PUK ... 52

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Berprestasi ... 53

Tabel 4.4. Kategorisasi Skor Motivasi Berprestasi ... 55

Tabel 4.5.Tabel Nilai Validitas Aitem yang Gugur ... 56

Tabel 4.6. Uji Reliabilitas Data ... 56

Tabel 4.7.Hasil Uji Normalitas ... 57

Tabel 4.8. Tabel Anova ... 58

Tabel 4.9. Analisis Korelasi Product Moment ... 59

Tabel 4.10. Kriteria Koefisien Korelasi ... 60

Tabel 4.11. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 60

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir ... 31 Gambar 4.1. Grafik Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar PUK ... 51 Gambar 4.2. Grafik Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Berprestasi ... 53

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 72

Lampiran 2 Kisi-Kisi Akhir ... 81

Lampiran 3 Hasil Penghitungan Uji Coba Instrumen ... 85

Lampiran 4 Data Hasil Penelitian ... 89

Lampiran 5 Data Hasil Pengujian Persyaratan Analisis ... 94

Lampiran 6 Hasil Pengujian Hipotesis ... 103

Lampiran 7 Data Mentah Uji Coba ... 105

Lampiran 8 Tabel t ... 106

Lampiran 9 Tabel r ... 107

Lampiran 10 Tabel F ... 108

(15)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu

komponen kehidupan yang paling penting. Pendidikan pada hakikatnya adalah

suatu interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Pengertian pendidikan adalah

segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh

pelaku pendidikan (Notoatmodjo. 2003 : 16). Pasal 1 ayat (1) UU RI No. 20 Tahun

2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Jadi, Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan potensi dalam

diri, baik itu secara keterampilan maupun secara akhlak. Berdasarkan dari hal

tersebut di atas, pendidikan harus diselenggarakan untuk mencerdaskan kehidupan

masyarakat.

Penyelenggaraan pendidikan umumnya dilaksanakan oleh lembaga

pendidikan. Lembaga pendidikan adalah lembaga atau tempat di mana

berlangsungnya suatu proses pendidikan dan/atau proses belajar mengajar yang

bertujuan untuk mengembangkan potensi dari tiap individu ataupun kelompok dan

mengubah perilaku mereka menjadi lebih baik. Proses penyelenggaraan pendidikan

(16)

Pendidikan nonformal merupakan suatu cara proses belajar mengajar.

Fungsi pendidikan nonformal adalah sebagai penambah atau suplemen dari

pendidikan formal. Proses penyelenggaraan pendidikan nonformal, biasanya

diselenggarakan di tempat kursus, kelompok belajar, lembaga pelatihan, pusat

kegiatan belajar, majelis taklim, dan yang lainnya. Pendidikan nonformal biasanya

dilakukan secara berdampingan dengan proses pendidikan formal.

Pendidikan formal adalah pendidikan yang pada umumnya dilaksanakan di

sekolah-sekolah yang tersistematis, teratur, berjenjang, dan memiliki syarat-syarat

penyelenggaraan yang jelas. Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan

pendidikan formal. Fungsi dari sekolah yang terutama adalah memberikan

pelayanan belajar mengajar kepada generasi muda dalam mendidik masyarakat,

terutama peserta didik. Pendidikan formal dapat dibagi menjadi pendidikan umum,

keagamaan, vokasi, profesi, khusus dan kejuruan.

Pendidikan kejuruan di Indonesia, umumnya dilaksanakan di sekolah

kevokasian atau yang selama ini kita kenal dengan Sekolah Menengah Kejuruan

atau sering disebut SMK. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15,

menyatakan bahwa SMK adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa

terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Menurut statistik dari Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Indonesia

pada tahun 2016 terdapat 3.305 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Indonesia.

Untuk daerah DKI Jakarta dan Banten terdapat 120 Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri, terutama untuk wilayah Banten terdapat 57 Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri, yang terdiri dari : 12 SMKN di Pandeglang, 21 SMKN di Lebak, 5 SMKN

(17)

SMKN di Kabupaten Tangerang, 5 SMKN di Kota Tangerang Selatan, dan 9

SMKN di Kota Tangerang.

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota Tangerang terdiri dari : SMKN

1 Kota Tangerang, SMKN 2 Kota Tangerang, SMKN 3 Kota Tangerang, SMKN 4

Kota Tangerang, SMKN 5 Kota Tangerang, SMKN 6 Kota Tangerang, SMKN 7

Kota Tangerang, SMKN 8 Kota Tangerang, dan SMKN 9 Kota Tangerang. Salah

satu SMKN yang memiliki kejuruan Kecantikan adalah SMKN 3 Kota Tangerang.

SMK Negeri 3 Kota Tangerang adalah salah satu Sekolah Menengah

Kejuruan Negeri yang ada di Kota Tangerang Provinsi Banten, Indonesia. SMK

Negeri 3 Tangerang berdiri pada tahun 1974 dengan nama Sekolah Kesejahteraan

Keluarga Atas atau SKKA. Pada tahun 1978, tepatnya pada tanggal 4 Juli, SKKA

diubah menjadi SKKA II Filial Tangerang. Pada tahun 1994, akhirnya SKKA II

Filial Tangerang berubah menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3

Tangerang. SMK N 3 Tangerang memiliki banyak fasilitias, yaitu : mushalla,

perpustakaan, ruang kelas, labotarium komputer, ruang praktik siswa, ruang kepala

sekolah, ruang guru, kantin, lapangan dan kamar mandi.

SMK Negeri 3 Kota Tangerang sama seperti dengan SMK pada umumnya

di Indonesia, dimana masa pendidikan sekolah di SMK Negeri 3 Kota Tangerang

ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas X sampai Kelas XII.

SMKN 3 Kota tangerang terdiri dari beberapa peminatan, yaitu : Teknik Komputer

dan Jaringan, Tata Boga, Akomodasi Perhotelan,, Busana, dan Kecantikan .

Peminatan Kecantikan terdiri dari beberapa mata pelajaraan, yaitu : PPKn,

Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Olahraga, Kewirausahaan, Seni

(18)

Kecantikan Rambut dan Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK). Dalam kejuruan

kecantikan, ada berbagai mata pelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi

berprestasi , salah satunya mata pelajaran PUK (Pengelolaan Usaha Kecantikan).

Mengelola usaha kecantikan adalah mata pelajaran yang mempelajari teori

dan praktek mengenai pengelolaan usaha kecantikan. Pembelajaraan ini bertujuan

agar siswa dapat mengaplikasikan praktik pengelolaan dalam bidang usaha tata rias.

Pengelolaan usaha merupakan pembelajaran teori dan praktik sehingga pada akhir

pembelajaran dapat terlihat hasil belajar siswa dalam mata pelajaran tersebut yang

berupa nilai akhir semester. Nilai inilah yang akan digunakan sebagai hasil belajar

dari siswa.

Slameto (2008:7) menyatakan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang

diperoleh dari suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat

diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa. Lebih lanjut, hasil

belajar diukur dengan rata-rata hasil tes yang diberikan dan tes hasil belajar itu

sendiri adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau

diselesaikan oleh siswa dengan tujuan mengukur kemajuan belajar siswa. Tes hasil

belajar bermaksud untuk mengukur sejauh mana para siswa telah menguasai atau

mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan (Mudjijo, 1995:29). Jadi,

hasil belajar adalah sesuatu yang didapat dari kegiatan belajar mengajar.

Hasil belajar secara umum dapat dilihat dari nilai atau indeks prestasi.

Namun, hasil belajar tidak terbatas hanya pada nilai atau indeks prestasi saja, tetapi

dapat dilihat dari perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan,

keuletan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan lain sebagainya yang menuju

(19)

Hasil belajar pengelolaan usaha kecantikan merupakan nilai akhir dari teori

dan praktik pengelolaan usaha kecantikan sehingga dapat terlihat bahwa terjadi

peningkatan kemampuan siswa terhadap pembelajaran pengelolaan usaha

kecantikan sehingga nilai pengelolaan usaha kecantikan di atas rata-rata. Hasil

belajar pada mata ajar PUK dapat dilihat dari nilai. Nilai yang mengikuti mata

pelajaran ini terdapat 2 siswa yang mendapatkan nilai 80, 6 siswa yang

mendapatkan nilai 81, 10 siswa yang mendapatkan nilai 82, 7 siswa yang

mendapatkan nilai 83, 2 siswa yang mendapatkan nilai 84, dan 1 siswa

mendapatkan nilai 85.

Jadi, dapat diketahui bahwa hasil belajar mata pelajaran pengelolaan usaha

kecantikan (PUK) di SMK Negeri 3 Tangerang tahun 2016-2017, nilai terendah

dalam mata pelajaran pengelolaan usaha kecantikan adalah 80 sedangkan nilai

tertinggi 85. Dari hasil belajar mata pengelolaan usaha kecantikan memiliki rentang

nilai antara 80-85, dengan nilai rata-rata 82,14

Dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa

dapat menerima, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Mendapatkan hasil

belajar yang maksimal dalam sebuah mata ajar memerlukan dorongan. Dorongan

ini yang kadang meningkatkan semangat siswa, sehingga menimbulkan motivasi. Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sardiman (2006:73)

motif merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegaiatan untuk

mencapai tujuan. Motivasi dapat memberikan hubungan yang positif terhadap hasil

(20)

melakukan suatu kegiatan. Motivasi juga digunakan seseorang dalam mencapai

target dan prestasinya.

Santrock (2003: 103) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan

keinginan untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai suatu standar kesuksesaan.

Motivasi berprestasi ini dapat berasal dari luar (motivasi ekstrinsik) maupun dari

dalam diri (motivasi instrinsik). Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat

penting bagi siswa dalam proses belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat

menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Motivasi ekstirnsik dapat berubah

menjadi intrinsik tanpa dipicu orang lain. Hal ini dapat membuat individu

termotivasi untuk belajar sehingga dirinya belajar secara sungguh-sungguh tanpa

disuruh oleh orang lain.

Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk

meneliti permasalahan mengenai hubungan antara motivasi berprestasi siswa

dengan hasil belajar mata pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan di SMK Negeri

3 Tangerang.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas dapat diidentifikasikan

permasalahan sebagai berikut:

1. Motivasi berprestasi dalam mata pelajaran pengelolaan usaha

kecantikan (PUK).

2. Hasil belajar siswa dalam pelajaran pengeloalan usaha kecantikan

(21)

3. Hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar mata

pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK) di SMK Negeri 3

Tangerang.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang temukan, maka penelitian ini dibatasi

pada usaha mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar

mata pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK) di SMK Negeri 3 Tangerang.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka masalah yang akan

dikaji dan di analisis dalam penelitian ini sebagai berikut : “Apakah terdapat

hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar mata pelajaran

Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK) pada Kejuruan Kecantikan SMK Negeri 3

Tangerang?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diambil dan ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk

menguji ada tidaknya hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar

mata pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK) pada Kejuruan Kecantikan

(22)

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diharapkan dapat

bermanfaat untuk :

1. Manfaat Teoritis.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

kepustakaan ilmu kependidikan, khususnya mengenai hubungan antara

motivasi berprestasi dengan hasil belajar mata pelajaran Pengelolaan Usaha

Kecantikan (PUK) pada Kejuruan Kecantikan SMK Negeri 3 Tangerang.

2. Manfaat Praktis.

Secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan berupa sumbangan

pemikiran bagi SMK Negeri 3 Tangerang dan kalangan siswa tentang

pentingnya motivasi berprestasi untuk dapat meningkatkan hasil belajar

(23)

9

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Kerangka Teoritik

2.1.1. Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan 2.1.1.1. Hasil Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan berproses dimana perilaku yang dihasilkan

atau dimodifikasi melalui pelatihan atau pengalaman (James O. Whittaker, dalam

Djamarah, 1999). Menurut Winkel (1991), belajar adalah aktivitas mental atau

psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan

sikap. Jadi, dapat dikatakan, bahwa belajar adalah suatu proses dimana perilaku

dihasilkan atau dimodifikasi melalui pelatihan atau pengalaman yang menimbulkan

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.

Belajar adalah suatu proses yang terus menerus untuk memecahkan masalah

bagi anak-anak, orang dewasa maupun orang tua. Belajar merupakan suatu hal yang

kompleks yang didalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek yang kompleks

tersebut adalah : bertambahnya pengetahuan, kemampuan mengingat dan

memproduksi, penerapan pengetahuan, penyimpulan makna, menafsirkan dan

mengaitkannya dengan realitas. Semua aspek tersebut dapat dilihat dari hasil belajar

tiap individu.Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai proses belajar

(24)

Menurut Ibrahim (2005) hasil belajar merupakan produk, keterampilan, dan

sikap yang tercermin di dalam perilaku sehari-hari. Winkel (1991) mengemukakan

hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemauan siswa yang berkenaan

dengan materi pelajaran yang telah dikuasai.

Hasil belajar tidak akan pernah diperoleh selama seseorang tidak melakukan

kegiatan pembelajaran. Dengan demikian untuk memperoleh hasil belajar siswa

harus melakukan kegiatan pembelajaran. Menurut Ratumanan (2003) hasil belajar

adalah suatu kegiatan yang telah dilakukan atau dikerjakan baik secara individu

maupun kelompok. Jadi, hasil belajar adalah sebuah produk dari proses belajar yang

meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik yang tercermin dalam

kehidupan sehari-hari dalam tiap individu ataupun kelompok.

Hasil belajar diperoleh dengan cara melakukan penilaian terhadap proses

belajar itu sendiri. Menurut Nana Sudjana (2017:5), penilaian hasil belajar

diperoleh dari beberapa macam jenis dan sistem penilaian. Penilaian tersebut, yaitu

: 1) Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program

pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu

sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses-mengajar.

Dengan penelitian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program

pengajaran dan strategi pelaksanaannya. 2) Penilaian sumatif merupakan penilaian

yang dilaksanakan pada akhir unit program pembelajaran, seperti catur wulan, akhir

semester, dan akhir tahun. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk melihat hasil yang

dicapai oleh siswa dengan melihat seberapa jauh tujuan dari suatu pembelajaran itu

dikuasai oleh siswa. Hasil belajar yang dilihat ini berorientasi pada produk, bukan

(25)

untuk melihat kelemahan-kelemahan para siswa serta faktor-faktor penyebabnya.

Penilaian ini digunakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengulangan pelajaran,

menemukan kasus-kasus yang unik, dan lainnya. Soal-soal pada penilaian ini

dibuat agar kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dapat diminimalisir.

4) Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi,

misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu. Penilaian

penempatan adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan

prasyarat suatu individu untuk masuk ke suatu program pembelajaran. Penilaian ini

berorientasi pada kesiapan siswa atau pembelajar untuk menghadapi program baru

dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.

Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan menggunakan dua alat, yaitu

melalui tes dan bukan tes (non tes). Tes dapat dibedakan menjadi tes tulisan

(menuntut jawaban tertulis dari peserta tes), tes lisan (menuntut jawaban lisan dari

peserta tes), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan).

Penilaian dengan alat bukan tes dapat dilakukan dengan cara observasi, kuesioner,

wawancara, skala, sosiometri, studi kasus dan lainnya. Cara-cara ini merupakan alat

bantu bagi individu atau kelompok untuk mengetahui hasil belajar.

Menurut Benjamin Bloom (dalam Sudjana, 2017 : 22), terdapat tiga ranah

yang bisa dilihat untuk mengetahui hasil belajar dari tiap individu atau kelompok.

Ranah tersebut adalah ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

a. Ranah Kognitif.

Ranah kognitif adalah ranah berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

(26)

1. Pengetahuan.

Pengetahuan merupakan terjemahan dari knowledge. Knowledge dalam

taksonomi Bloom merupakan tingkatan pertama atau awal. Tipe hasil

belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah.

Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar

berikutnya.

2. Pemahaman.

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah

pemahaman. Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu :

Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan

dalam arti yang sebenarnya. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran,

yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui

berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan

kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Pemahaman

pada jenjang ketiga atau jenjang tertinggi adalah mengenai pemahaman

eksploratif. Pemahaman eksploratif ini diharapkan agar seseorang dapat

melihat suatu hal yang tersirat dari suatu bukti tertulis.

3. Aplikasi.

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi

khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.

4. Analisis.

Analisis adalah usaha memilah suatu intergritas menjadi unsur-unsur atau

(27)

merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari

tiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai

pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan intergritas menjadi

bagian-bagian yang tetap terpadu.

5. Sintesis.

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh

disebut sintesis. Berpikir sintesis secara umum dapat dikatakan sebagai

berpikir divergen. Berpikir divergen umumnya dapat berupa pemecahan

atau jawabannya belum dapat dipastikan. Pada tahap analisis kita hanya

diminta untuk memecah suatu integritas menjadi suatu bagian-bagian

tertentu, sedangkan pada tahap sintesis kita diminta untuk menyatukan

bagian-bagian tertentu menjadi suatu integritas yang dilakukan secara

hati-hati. Berpikir secara sintesis merupakan salah satu media untuk membuat

seseorang menjadi lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil

yang hendak dicapai dalam pendidikan. Jadi, pada tahap ini seseorang

dituntut untuk menemukan sesuatu yang baru atau bahkan menciptakannya.

6. Evaluasi.

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin

dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil,

dan lainnya. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Pada tahap ini, individu diharapkan untuk

mampu memberikan evaluasi tentang kebijakan, mengenai kesempatan

(28)

yang dilandasi pemhaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan

mempertinggi mutu evaluasinya.

Jadi, ranah kognitif adalah ranah berkenaan dengan hasil belajar intektual yang

dapat diukur berdasarkan tingkatan kecerdasan. Tingkat kecerdasan itu adalah

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintensis dan evaluasi.

b. Ranah Afektif.

Ranah Afektif adalah ranah yang berkenan dengan sikap yang terdiri dari 5

aspek. Aspek-aspek tersebut adalah :

1. Penerimaan.

Yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar

yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Yang

termasuk dalam aspek penerimaan ini seperti kesadaran, keinginan untuk

menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

2. Jawaban atau Reaksi.

Yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang

dari luar. Hal ini mencakup ketepatan rekasi, perasaan, kepuasaan dalam

menjawab stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya.

3. Penilaian.

Hal ini berhunbungan dengan nilai dan juga kepercayaan terhadap gejala

atau stimulus yang diberikan. Aspek penilaian ini terdiri dari beberapa unsur

di dalamnya yaitu: kesediaan menerima nilai, latar belakang, dan

(29)

4. Organisasi.

Organisasi pada aspek ini merupakan pengembangan dari nilai ke dalam

satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,

pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Hal-hal yang

termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem

nilai, dll.

5. Internalisasi.

Yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ke dalamnya

termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

Jadi, ranah afektif adalah ranah yang berkenan dengan kecerdasan sikap,

kecerdasan ini dapat dinilai dengan menganalisis aspek-aspek seperti penerimaan,

jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, internalisasi.

c. Ranah Psikomotorik.

Ranah Psikomotorik adalah ranah yang berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari 6 aspek.

Aspek-aspek tersebut adalah : 1) Gerakan Refleks (ketrampilan pada gerakan yang

tidak sadar). 2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar. 3) Kemampuan

Perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif,

motoris, dan lain-lain. 4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan,

keharmonisan, dan ketepatan. 5) Gerakan-gerakan ketrampilan , dimulai

dari ketrampilan sederhana hingga pada keterampilan yang kompleks. 6)

Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti

(30)

Jadi, ranah psikomotorik adalah ranah yang berkenaan dengan hasil belajar

ketrampilan dan kemampuan bertindak dapat dinilai dari aspek-aspek seperti

gerakan refleks, ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar, kemampuan perseptual,

kemampuan di bidang fisik, gerakan-gerakan skill, kemampuan yang berkenaan

dengan komunikasi.

2.1.1.2. Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK)

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Tangerang merupakan salah satu

Sekolah Menengah Kejuruan di Tangerang. SMK Negeri 3 Tangerang mempunyai

lima kejuruan yaitu Administrasi Perhotelan, Tata Boga, Teknik Jaringan

Komputer, Busana dan Kecantikan. Kejuruan kecantikan dibagi menjadi dua, yaitu

kecantikan kulit dan kecantikan rambut. Kelima kejurusan tersebut masuk dalam

pendidikan vokasional, begitu juga dengan kejuruan Kecantikan dikarenakan dalam

pembelajarannya menggabungkan antara materi teori dan juga praktik.

Pendidikan kejuruan merupakan suatu jenis pendidikan pengembangan

bakat, pendidikan dasar ketrampilan, dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada

dunia kerja yang dipandang sebagai latihan ketrampilan (Oemar H. Malik,

1990:94). Ahli lain berpendapat pendidikan kejuruan atau vokasinal adalah

pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu pekerjaan atau kelompok

pekerjaan yang mana pendidikan ini merupakan bagian dari sistem pendidikan

(Evans & Edwin, 1978:24). Dari paparan tersebut dapat dijelaskan bahwa,

pendidikan kejuruan adalah salah satu lembaga pendidikan yang mendidik dan

mempersiapkan seseorang individu untuk siap memasuki dunia pekerjaan atau

(31)

Tujuan dari diselenggarakannya pendidikan kejuruan adalah agar

diharapkan semua lulusan kejuruan kecantikan harus berkompeten dalam

pedagogik, karena lulusan difokuskan untuk menjadi tenaga kerja aplikatif ataupun

menjadi calon akademisi ketika masuk ke dunia perkuliahaan nanti. Untuk menjadi

lulusan yang aplikatif dalam ilmunya, siswa kejuruan kecantikan wajib menempuh

mata pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan.

Siswa kejuruan kecantikan menempuh mata pelajaran Pengelolaan Usaha

Kecantikan (PUK) selama 2 semester di kelas XII. Definisi siswa dapat diartikan

sebagai orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,

ketrampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya agar

bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar sungguh-sungguh (Nata dalam Aly,

2008). Berikut data siswa yang menempuh mata pelajaran pengelolaan usaha

kecantikan pada tahun akademik 2016 dan 2017.

Tabel 2.1 Jumlah Siswa Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK) Pada Tahun Akademik 2016-2017

Sumber : Kejuruan Kecantikan, 2017

Mata pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK) ini merupakan mata

pelajaran bersifat teori 40% dan praktik 60% , mata pelajaran PUK adalah salah

satu mata pelajaran wajib di Kejuruan Kecantikan, tujuan mata pelajaran ini agar

siswa dapat mengaplikasikan teori pengelolaan dalam bidang usaha rias secara

komersil di sekolah. Dengan siswa belajar mata pelajaran PUK siswa dapat

mengetahui dan mengenal beberapa jenis pengelolaan dalam usaha kecantikan yang

No Angkatan Jumlah Siswa

1 2016 28 siswa

(32)

masuk kategori usaha jasa (pelayanan), mulai dari mengetahui macam-macam jenis

lembaga usaha di bidang kecantikan hingga bagaimana cara mengaplikasikan

pengelolaan usaha kecantikan yang baik tersebut secara nyata di sanggar sekolah.

Mata Pelajaran PUK memiliki sejumlah pokok bahasan diantaranya :

1. Jenis, karakteristik dan langkah pengelolaan usaha kecantikan 2. Perencanaan usaha salon kecantikan

3. Pengelolaan keuangan usaha salon 4. Pemasaran usaha salon

Merujuk pada pokok bahasan diatas, banyak kegiatan-kegiatan yang ada

dalam mata pelajaran PUK disetiap pertemuannya, mulai dari pembelajaran teori di

dalam kelas, praktik pengelolaan usaha di bidang kecantikan di sanggar sekolah,

diskusi maupun tugas kelompok seperti paper (makalah yang dipresentasikan).

Tabel 2.2 Rincian Kegiatan Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha kecantikan (PUK) pada Kejuruan Kecantikan :

Pertemuan Kompetensi Indikator Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Metode pembelajaran 1-2 Menerapkan pengetahuan usaha kecantikan Pengetahuan bidang kecantikan 1. Jenis-jenis usaha salon 2. Karakteristik salon 3. Langkah pengelolaan usaha kecantikan Ceramah, simulasi, diskusi, kerja kelompok 2-5 Menerapkan perencanaan usaha salon kecantikan Perencanaan usaha salon kecantikan 1. Type-type salon 2. Struktur organisasi salon 3. Mengamati pangsa pasar terkait trend kecantikan yang sedang berkembang Ceramah, simulasi, diskusi, kerja kelompok 6 Evaluasi kerja kelompok Laporan kerja kelompok 1. Absensi 2. Jumlah target 3. Keungan masuk dan keluar Melaporkan

7 UTS UTS Midtes

8 Pemasaran usaha salon Memasarkan usaha jasa 1. Pemasaran jasa 2. Penjualan, pemasaran, promosi Ceramah, simulasi, diskusi, kerja kelompok

(33)

Sumber : Silabus, Atnawati, S.Pd

Penilaian dari mata pelajaran ini dinilai dengan menggunakan aplikasi di

sanggar, tugas, presentasi, uts dan uas. Semua nilai yang didapat itu dibagi menjadi

dua garis besar, yaitu Nilai Teori (sebesar 40%) dan Nilai Praktik (sebesar 60 %).

Nilai praktik didapatkan dari nilai aplikasi di sanggar. Nilai teori didapatkan dari

nilai tugas, presentasi, uts dan uas. Nilai hasil didapatkan dengan menambahkan

40% nilai teori dan 60 % nilai praktik.

Beberapa uraian yang telah dipaparkan mengenai mata pelajaran PUK,

dapat ditarik kesimpulan dengan siswa belajar mata pelajaran PUK siswa dapat

mengetahui dan mengenal beberapa jenis pengelolaan dalam usaha kecantikan yang

masuk dalam kategori usaha jasa (pelayanan), mulai dari mengetahui

macam-macam jenis usaha kecantikan hingga bagaaimana cara mengaplikasikan

pengelolaan usaha kecantikan yang baik tersebut secara nyata di sanggar sekolah.

Pengelolaan usaha Kecantikan merupakan jenis pelayanan bidang usaha.

2.1.1.3. Hasil Belajar Mata Pelajaran Usaha Kecantikan

Hasil belajar Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK)

menyangkut aspek kognitif meliputi pengetahuan teori tentang pengelolaan usaha

9 Evaluasi Evaluasi Evaluasi kegiatan Ceramah

10 UAS UAS

1. Absensi

2. Jumlah target yang diselesaikan 3. Total keuangan (pemasukan dan pengeluaran) 4. Pembagian hasil dan laba

(34)

kecantikan, afektif (sikap) di dalam proses belajar Pengelolaan Usaha Kecantikan

(PUK) dan psikomotorik (ketrampilan) dalam melakukan praktik-praktik

pengelolaan usaha kecantikan seperti ketrampilan, kecekatan dan ketepatan dalam

mengerjakan praktik dalam layanan usaha kecantikan yang ada di sanggar sekolah,

sehingga mendapatkan kompetensi pelayanan yang telah ditentukan oleh Guru.

Dimana dalam kompetensi itu diukur dari pencapaian target yang sudah ditentukan

oleh pihak guru. Adapun kriteria penilaian untuk memperolah nilai praktik

pelajaran pengelolaan usaha kecantikan terdiri dari nilai 70-75 : 25% dari

pencapaian target, nilai 76-80 : 50% dari pencapaian target, nilai 80-85 : 80% dari

pencapaian target.

Merujuk pada sub-bab yang telah membahas hasil belajar sebelumnya,

dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil yang dicapai setelah seseorang

mengadakan suatu kegiatan belajar, yang terbentuk dalam bentuk suatu nilai hasil

belajar yang diberikan oleh guru.

Jadi dapat disimpulkan, hasil belajar dalam Mata Pelajaran Pengelolaan

Usaha Kecantikan (PUK) adalah total skor hasil belajar mata pelajaran Pengelolaan

Usaha Kecantikan (PUK) yang dicapai siswa Kejuruan Kecantikan SMK 3

Tangerang sebagai prestasi belajar berdasarkan kemampuan internal yang diperoleh

sesuai dengan tujuan instruksional yang telah ditempuh melalui kegiatan belajar.

Dalam Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK) terdapat

penilaian asesmen/ sistem evaluasi dari mata pelajaran PUK adalah sebagai berikut:

a. Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester : 30%

b. Tugas Makalah dan Tugas Individu : 10%

(35)

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa semua aspek hasil belajar mata

pelajaran PUK ini kemudian dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka,

nilai dari penilaian akhir yang dilakukan oleh guru terhadap nilai harian tugas siswa,

UTS dan UAS yang ditempuhnya dalam lembar penilaian.

2.1.2. Hakikat Motivasi Berprestasi 2.1.2.1. Motivasi Berprestasi

Motivasi berasal dari kata motif. Motif merupakan kata serapan bahasa

Inggris yaitu motive yang berasal dari kata motion yang berarti gerak atau dorongan.

Motif adalah keadaan di dalam orang yang mendorongnya untuk melakukan

aktivitas atau penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya

suatu kebutuhan (Umar hamalik,2001:158). Ngalim Purwanto (2002:81)

menyatakan bahwa motivasi adalah suatu usaha yang didasari untuk

menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar seseorang

bertindak dan bertingkah laku sesuai dengan tujuan yang ingin dia capai.

Jadi, motivasi adalah suatu dorongan atau daya pengerak seseorang untuk

mencapai suatu tujuan atau target tertentu sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya

dikatakan bahwa motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi

tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Bila seseorang tidak

suka, maka ia berusaha menghilangkan rasa tidak suka itu.

Motivasi adalah suatu dorongan atau penyebab seseorang melakuan sesuatu

baik itu berupa ide-ide atau gagasan, maupun tingkah laku. Motivasi bisa berasal

dari dalam diri (internal) maupu berasal dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata

(36)

a. Faktor-faktor yang Berasal dari Luar Individu (Eksternal)

1.Faktor Non Sosial

Faktor-faktor non sosial adalah faktor yang berada di luar lingkungan sosial

yaitu suhu, udara, cuaca, waktu (pagi, sore ataupun malam), tempat dan

sebagainya.

2.Faktor Sosial

Faktor-faktor sosial yang dimaksud adalah faktor manusia (sesama

manusia), baik ketika manusia itu hadir secara langsung maupun tidak

langsung.

b. Faktor-Faktor yang Berasal dari Dalam Diri Individu (Internal)

1.Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor yang ada dalam keadaan jasmani

berupa fisik seseorang yang dalam keadaannya sehat atau sakit (keadaan

jasmani).

2.Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang dimaksud mencakup cita-cita, motivasi, keinginan,

ingatan, perhatian, pengalaman dan motif-motif yang mendorong belajar para

siswa. Kebutuhan faktor psikologis ini pada umumnya bersifat individual.

Jadi motivasi adalah dorongan atau penyebab seseorang melakukan suatu

tingkah laku, baik itu tingkah laku dalam wujud praktik ataupun tingkah laku dalam

bentuk gagasan atau ide sehingga dapat digunakan sebagai sebuah seleksi tingkah

laku apa yang harus dilakukan . Motivasi dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu

(37)

sosial dan faktor non sosial. Faktor internal dapat dipengaruh oleh faktor fisiologis

dan faktor psikologis.

Setiap orang memiliki keunikannya masing-masing. Walaupun unik tiap

individu memiliki tujuan dalam kisah hidupnya. Salah satu tujuannya adalah

keinginan untuk berprestasi. Berperstasi adalah idaman setiap individu, baik itu

prestasi dalam bidang pekerjaan, bidang pendidikan, sosial, seni, politik, budaya

dan lain-lain. Mencapai prestasi salah satunya memerlukan dorongan atau motivasi.

Menurut Sardiman (2006: 73) motif merupakan daya penggerak dari dalam

untuk melakukan kegaiatan untuk mencapai tujuan. Motivasi dapat memberikan

hubungan yang positif terhadap hasil belajar, motivasi merupakan modal awal yang

harus dimiliki seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Motivasi juga digunakan

seseorang dalam mencapai target dan prestasinya.

Menurut Mc Clelland (1987: 40) pengertian motivasi berprestasi

didefinisikan sebagai usaha mencapai sukses atau berhasil dalam kompetisi dengan

suatu ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasi orang lain maupun prestasi

sendiri.

David Mc. Clelland (dalam Moh.As’ad,1998:52) menguraikan bahwa

manusia mempunyai bermacam-macam motivasi, baik sebagai makhluk biologis

maupun makhluk sosial. Manusia dipengaruhi oleh tiga macam motivasi, yaitu

motivasi untuk berkuasa (need of power), motivasi bersahabat (need of affiliation),

dan motivasi untuk berprestasi (need of achievement).

Pengertian motivasi untuk berperstasi menurut McClelland (dalam Moh.As’ad,1998:52) adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan

(38)

suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada

kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya.

Menurut McClelland dan Atkinson (dalam Thoha, 1998:208) bahwa “Achiement motivation should be characterzed by high hopes of success rather than

by fear of failure” artinya motivasi berprestasi merupakan ciri seseorang yang

optimis sehingga mempunyai harapan tinggi untuk mencapai suatu keberhasilan

daripada takut akan kegagalan. Sedangkan menurut McClelland (1998:208)

motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan

mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar atau target dalam

prestasi. Pencapaian standar atau target digunakan oleh setiap individu untuk

menilai segala kegiatan yang pernah dilakukan. Setiap individu yang menginginkan

prestasi yang baik akan menilai apakah setiap kegiatan yang ia lakukan telah sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Motivasi berprestasi adalah dorongan tiap individu untuk meningkatkan

kemampuan diri semaksimal mungkin dalam segala aktivitas dengan menggunakan

standar keunggulan sebagai pembanding bagi dirinya (Heckhausen, 1995:10).

Standar keunggulan dapat berupa tingkat kesempurnaan hasil pelaksanaan tugas

(berkaitan dengan tugas), perbandingan dengan prestasi sendiri sebelumnya

(berkaitan dengan diri sendiri), dan perbandingan dengan prestasi orang lain.

Heckhausen (1995:11) menyatakan bahwa karakteristik individu yang

(39)

1) Berorientasi sukses

Berorientasi sukses berarti individu akan merasa optimis untuk mencapai

kesuksesannya dan lebih terdorong untuk selalu maju bukannya menghindar

namun gagal.

2) Berorientasi jauh ke depan

Individu yang berorientasi ke depan banyak membuat daftar tujuan atau

capaian yang harus dia capai pada waktu yang akan datang sehingga dia

sangat menghargai waktu sehingga melakukan penangguhan pemuasan

untuk mendapatkan prestasi yang maksimal.

3) Suka tantangan

Individu ini akan suka dengan situasi prestasi yang mengundang resiko yang

cukup untuk gagal. Dia suka akan perbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai

dengan kompetensi profesional yang di miliki, maka secara tidak langsung

akan mempengaruhi kualitas motivasi dan pencapaian prestasi belajar pada

siswa.

4) Tangguh

Individu dalam melakukan tugas-tugasnya menunjukkan keuletan, dia tidak

mudah putus asa dan berusaha terus sesuai dengan kemampuannya.

Lindgren (dalam Thoha, 1998:210), menyatakan bahwa motivasi

berprestasi adalah dorongan yang berhubungan dengan prestasi, yaitu menguasai,

memanipulasi, mengatur lingkungan maupun fisik untuk mengatasi

rintangan-rintangan dan memelihara kualitas belajar yang tinggi, bersaing melalui

(40)

perbuatan orang lain. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi biasanya lebih

menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab.

McClelland dan Robbins (2003), menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang

memiliki motivasi berprestasi adalah sebagai berikut :

1. Berusaha mencapai sukses dengan usahanya.

Orang yang memiliki motivasi berprestasi, akan menggunakan segala

kemampuan dan usahanya untuk mencapai sukses atau keberhasilan.

2. Berusaha menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya

Orang yang memiliki motivasi berprestasi ketika menghadapi suatu

permasalahan akan menggunakan segala kemampuannya untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut.

3. Berkeinginan segera menerima umpan balik atas segala pekerjaannya

Orang yang memiliki motivasi berprestasi berusaha untuk meminta

umpan balik terhadap segala hasil pekerjaan yang telah dilakukannya.

4. Menghindari tugas-tugas yang terlalu mudah atau sukar

Orang yang memiliki motivasi berprestasi selalu melakukan segala

tugas yang dapat dilakukannya, dia cenderung menghindari

tugas-tugas yang mudah ataupun sukar dilakukan oleh dia.

5. Berusaha menghindari kegagalan

Orang yang memiliki motivasi berprestasi akan berusaha semaksimal

mungkin untuk menghindari kegagalan.

6. Berusaha untuk mengungguli orang lain

Orang yang memiliki motivasi berprestasi akan selalu berusaha untuk

(41)

Berdasarkan penjelasan di atas keberhasilan yang dicapai seseorang bukan

karena bantuan orang lain atau karena faktor keberuntungan, melainkan karena

hasil kerja keras dirinya sendiri. Selain itu individu juga mempunyai dorongan yang

kuat untuk segera mengetahui hasil nyata dari tindakannya, karena hal itu dapat

digunakan sebagai umpan balik. Dengan demikian, dari hasil yang ada seseorang

bisa menjadikannya sebagai evaluasi individu untuk dapat memperbaiki kesalahan

dan mendorong untuk berprestasi lebih baik dengan menggunakan cara-cara baru.

Jadi motivasi berprestasi adalalah usaha yang dilakukan oleh

masing-masing individu untuk meningkatkan kecakapan diri setinggi mungkin dalam

semua aktivitas dengan menggunakan stnadar keunggulan sebagai pembanding.

Motivasi berprestasi akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat, sehingga akan

menumbuhkan individu-individu yang bertanggung jawab dan dengan motivasi

berprestasi yang tinggi juga akan membentuk individu menjadi pribadi yang kreatif

sehingga dapat mencapai kemajuan yang teramat cepat.

2.2. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian dalam jurnal e-Journal Program Pascasarjana Universitas

Pendidikan GaneshaProgram Studi Teknologi Pembelajaran Volume 3 Tahun 2013

hal. 1-11 yang dilakukan oleh Putu Enny Rusmawati, I Made Candiasa, I Made

Kirna yang berjudulPengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TGT Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 2 Semarapura Tahun Pelajaran 2012/2013”. Jurnal yang memuat

(42)

mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif TGT terhadap prestasi belajar

matematika ditinjau dari motivasi berprestasi siswa. Penelitian ini dilakukan di

SMP Negeri 2 Semarapura. Jumlah subyek penelitian yang berpartisipasi dalam

penelitian ini adalah 119 orang siswa yang dipilih dengan teknik random kelompok

atau kelas. Data kemampuan prestasi belajar diperoleh melalui tes prestasi belajar,

sedangkan data motivasi berprestasi dikumpulkan melalui kuisioner motivasi

berprestasi. Kedua instrumen telah divalidasi sebelum diberikan pada sampel

penelitian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur.

Berdasarkan analisa tersebut, hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara kelompok siswa yang belajar

dengan model pembelajaran kooperatif TGT dan kelompok siswa yang belajar

dengan model pembelajaran langsung. Hasil yang kedua didapatkan hasil bahwa

interaktif antara model pembelajaran kooperatif TGT dan motivasi berprestasi

dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa. Ketiga, terdapat

perbedaan prestasi belajar matematika antara kelompok siswa yang belajar dengan

model pembelajaran kooperatif TGT dan kelompok siswa yang belajar dengan

model pembelajaran langsung pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi

tinggi. Hasil yang terakhir adalah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika

antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif TGT

dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung pada siswa

yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Dari hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap prestasi

(43)

menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif TGT lebih unggul daripada

model pembelajaran langsung.

2. Penelitian dalam jurnal Pendidikan Matematika Volume 4 Nomor 2 Juli

2013 hal. 211-222 yang dilakukan oleh Latief Sahidin dan Dini Jamil yang berjudul “Pemgaruh Motivasi Berprestasi dan Persepsi Siswa Tentang Cara Guru Mengajar

Terhadap Hasil Belajar Matematika”. Jurnal yang memuat penelitian ini ditebitkan

pada tahun 2013. Penelitian Expos Facto ini bertujuan untuk mendeskripsikan

motivasi berprestasi, persepsi siswa tentang cara guru mengajar dan pengaruhnya

terhadap hasil belajar matematika. Hasil analisis yang dilihat dari hasil uji F dalam

menguji hipotesis penelitian secara simultan menunjukkan bahwa motivasi

berprestasi dan persepsi siswa mengenai cara guru mengajar mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap hasi belajar matematika siswa. Motivasi berperstasi secara

parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar siswa,

demikian juga persepsi siswa tentang cara guru mengajar mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dengan taraf signifikansi α=005.

3. Penelitian dalam Jurnal Pendidikan Indonesia Volume 6, Nomor 1, April

2009 hal 31-34 yang dilakukan oleh helmy Firmansyah yang berjudul :Hubungan Motivasi Berprestasi Siswa dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani”. Jurnal yang

memuat penelitian ini diterbitkan pada tahun 2009. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan motivasi berprestasi dengan hasil belajar pendidikan

jasmani. Penelitian ini melibatkan 120 siswa sebagai subjek penelitian pada

(44)

anava 2 jalur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif

antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar pendidikan jasmani.

2.3. Kerangka Berpikir

Motivasi adalah dorongan atau penyebab seseorang melakukan suatu

tingkah laku, baik itu tingkah laku dalam wujud praktik ataupun tingkah laku dalam

bentuk gagasan atau ide sehingga dapat digunakan sebagai sebuah seleksi tingkah

laku apa yang harus dilakukan . Motivasi dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu

faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal dapat dipengaruhi oleh faktor

sosial dan faktor non sosial. Faktor internal dapat dipengaruh oleh faktor fisiologis

dan faktor psikologis.

Manusia memiliki tujuan hidup. Salah satu tujuan hidup manusia adalah

berprestasi. Untuk berprestasi manusia harus memiliki motivasi untuk beprestasi.

motivasi berprestasi adalalah usaha yang dilakukan oleh masing-masing individu

untuk meningkatkan kecakapan diri setinggi mungkin dalam semua aktivitas

dengan menggunakan standar keunggulan sebagai pembanding. Motivasi

berprestasi dapat menumbuhkan sikap-sikap yang positif yaitu : menumbuhkan

jiwa kompetisi yang sehat, menumbuhkan rasa tanggung jawab, dan motivasi

berprestasi yang tinggi akan membentuk individu menjadi pribadi yang kreatif

sehingga memperoleh kemajuan yang sangat cepat.

Siswa SMK merupakan salah satu individu yang memerlukan motivasi

untuk berprestasi. Mereka memerlukan hal tersebut untuk dapat terus berprestasi di

(45)

kejuruan yang menuntut siswa memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah

mata pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan.

Mata pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan ini dapat kita temui pada

SMK N 3 Tangerang. Mata Pelajaran PUK mengajarkan siswa dapat mengetahui

dan mengenal beberapa jenis pengelolaan dalam usaha kecantikan yang masuk

dalam kategori usaha jasa (pelayanan), mulai dari mengetahui macam-macam jenis

usaha kecantikan hingga bagaaimana cara mengaplikasikan pengelolaan usaha

kecantikan yang baik tersebut secara nyata di sanggar sekolah. Pengelolaan usaha

Kecantikan merupakan jenis pelayanan bidang usaha. Mata pelajaran menuntut

siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Hasil belajar mata pelajaran PUK dapat dilihat melalui nilai atau angka,

nilai dari penilaian akhir yang dilakukan oleh guru terhadap nilai harian tugas siswa,

UTS dan UAS yang ditempuhnya dalam lembar penilaian. Nilai ini akan digunakan

untuk meninjau kemampuan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara motivasi

berprestasi dengan hasil belajar mata pelajaran pengelolaan usaha kecantikan.

Secara lebih singkatnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini :

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir

MOTIVASI BERPRESTASI

HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN

PENGELOLAAN USAHA KECANTIKAN (PUK)

(46)

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini apakah terdapat hubungan antara motivasi

berprestasi dengan hasil belajar mata pelajaran pengelolaan usaha kecantikan di

SMK Negeri 3 Tangerang. Sehingga hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Ho : tidak terdapat hubungan positif antara motivasi berprestasi dengan hasil

belajar mata pelajaran pengelolaan usaha kecantikan

Ha : terdapat hubungan positif antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar mata

pelajaran pengelolaan usaha kecantikan

Hipotesis statistiknya adalah : Ho : ρ = 0

(47)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah untuk

menguji ada tidaknya hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar

mata pelajaran pengelolaan usaha kecantikan (PUK) pada kejuruan kecantikan di

SMKN 3 Tangerang.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Tangerang, Kejuruan Kecantikan,

Jl. Mochammad Yamin No.20, Babakan, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang,

Banten. Penelitian ini dilakukan tahun ajaran 2016-2017, dari bulan Januari 2017

sampai dengan Juli 2017.

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan dengan paham positivisme yang

digunakan untuk meneliti pada suatu populasi atau sampel tertentu (Sugiyono,

2012:7). Penelitian dilakukan dengan menggunakan survey dengan pendekatan

korelasional, yakni penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi yang

(48)

untuk meneliti sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan

variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisiensi korelasi.

3.4. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah suatu subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

digunakan peneliti untuk menarik kesimpulan dalam penelitiannnya (Sugiyono,

2012:215). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII Kejuruan

Kecantikan, Sekolah Menegah Kejuruan Negeri 3 Tangerang yang sudah

mengikuti mata pelajaran pengelolaan usaha kecantikan yang berjumlah 28 siswa

angkatan 2016-2017

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2012:215). Sampel yang digunakan pada penelitian

sama dengan populasinya, jadi dapat dikatakan populasi dari penelitian ini adalah

sampel penelitiannya. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XII Kejuruan

Kecantikan, Sekolah Menegah Kejuruan Negeri 3 Tangerang yang sudah mengikuti

mata pelajaran pengelolaan usaha kecantikan yang berjumlah 28 siswa angkatan

2016-2017.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penetuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah

populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus,

(49)

3.5. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:60). Dalam penelitian

ini terdapat satu varibael bebas dan satu variabel terikat.

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y) Motivasi Berprestasi Hasil Belajar Mata Pelajaran

Pengelolaan Usaha Kecantikan (PUK)

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2009:225), merupakan cara

yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada

penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode survei atau

kuesioner. Kuesioner bersifat tertutup, berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh indormasi dari responden dalam arti laporan tentang

hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar mata pelajaran

pengelolaan usaha kecantikan (PUK). Motivasi berprestasi akan diukur melalui

angket atau kuesioner yang sudah diuji validasi oleh dosen ahli isntrumen (terlampir

hasil uji validasi di lampiran 1 )

3.7. Instrumen Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan. 3.7.1. Definisi Konseptual Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha Kecantikan.

Secara konseptual, Hasil belajar mata pelajaran pengelolaan usaha

Gambar

Tabel 2.2 Rincian Kegiatan Mata Pelajaran Pengelolaan Usaha kecantikan  (PUK) pada Kejuruan Kecantikan :
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Motivasi Berprestasi
Tabel 3.5. Skala Penilaian Motivasi Berprestasi  Alternatif Jawaban   Bobot
Tabel 3.6. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Berprestasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui apakah fungsi ke tujuh komponen telah memenuhi variabel kebutuhan konsumen, maka diperlukan suatu analisa yang penulis terapkan dari teori Quality Function

Beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa sulit dalam mengerjakan soal ujian semester dikarenakan sulitnya memahami soal, kurangnya menguasai materi yang diajarkan

[r]

Hasil uji korelasi product moment yang menguji hubungan antara konformitas teman sebaya dengan gaya hidup hedonis menghasilkan nilai korelasi sebesar 0,519 dengan p<0,01,

Alhamdulillah, Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya karena penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir yang berjudul

Ada bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi

Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, kosakata yang bervariasi dan kalimat efektif dalam kehidupan sehari-hari, petunjuk

Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu menilai dan menerapkan kebenaran teori psikologi dan kepemimpinan dalam proses pendidikan gereja (SM, Katekisasi) dan