• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL BERDASARKAN GENDER PADA SISWA SEKOLAH MENENENGAH PERTAMA SE-KECAMATAN WARU SIDOARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI REMAJA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL BERDASARKAN GENDER PADA SISWA SEKOLAH MENENENGAH PERTAMA SE-KECAMATAN WARU SIDOARJO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Seksual Berdasarkan Gender pada Siswa Sekolah Menenengah

Pertama Se-Kecamatan Waru Sidoarjo

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL BERDASARKAN GENDER

PADA SISWA SEKOLAH MENENENGAH PERTAMA SE-KECAMATAN WARU

SIDOARJO

Prissilia Ribka Perwitasari (15010014061)

Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

Email : prissiliaperwitasari@mhs.unesa.ac.id

Ari Khusumadewi, S.Pd, M.Pd.

Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

Email : arikhusumadewi@unesa.ac.id

Abstrak

Salah satu fenomena kehidupan re ma ja yang paling menonjo l adalah meningkatnya minat dan motivasi terhadap seksualitas. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan d i salah satu sekolah di Sidoarjo, dipero le h hasil wa wancara dengan guru BK, yaitu menyatakan bahwa sekitar 90% siswa la ki -la ki da la m satu ke las VIII pernah menonton video porno. Setiap orang dapat mengekspresikan pendapat, penila ian, dan interpretasi me reka atas tindakan yang mereka a mat i yang disebut persepsi manusia. Kehadiran stereotip gender menc iptakan perbedaan dala m kara kteristik yang mele kat baik pada la ki -la ki maupun perempuan. Tu juan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa SMP tentang perila ku seksual dan untuk mengeta hui apakah ada perbedaan persepsi siswa tentang perila ku seksual berdasarkan jenis kela min. Metode penelitian ini adalah kuantitatif. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa nila i signifikan 0,160 > 0,05, sehingga hipotesis 0 diterima. Kesimpulannya adalah bahwa t idak ada perbedaan dala m persepsi siswa tentang perilaku seksual berdasarkan jenis kelamin.

Kata kunci: persepsi, perilaku seksual, gender, bimbingan dan konseling Abstract

One of the most prominent phenomena of adolescent life is the increased interest and motivation towards sexuality. Based on preliminary studies that have been conducted at one school in Sidoarjo. Obtained the results of intervie ws with BK teachers, na mely stating that about 90% of male students in one class VIII had watched porn videos. Everyone can e xpress their opinions, judgments, and interpretations of the actions they observe that are called hu man perceptions. The presence of gender stereotypes cre ates differences in the inherent characteristics of both men and wo men. The purpose of this study was to determine the perceptions of junior high school students on sexual behavior and to find out whether there were diffe rences in student perceptions of sexual behavior based on gender. This research method is quantitative. The data collection tool uses questionnaires. The results of hypothesis testing using the Mann -Whitney test show that a significant value of 0.160> 0.05, so that hipotesist 0 is accepted. The conclusion is that there is no diffe rence in students' perceptions of sexual behavior based on gender.

Keywor ds: perception, sexual behavior, gender, guidance and counseling

PENDAHULUAN

Dewasa ini banyak sekali perila ku anak re maja yang kian me resahkan masyarakat. Se ma kin pesatnya perkembangan teknologi, sema kin mudah pula anak re ma ja dala m mengakses sistus -situs yang beredar luas mela lui dunia online. Re maja identik dengan rasa keingintahuannya yang kuat. Salah satu fenomena kehidupan rema ja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas (Desmita, 2012: 222).

Penelit ian tentang perikalu seksual di kalangan re ma ja pernah dila kukan o leh Fortenberyy, et.al (dala m Nurhayati, 2011: 3),

penelitian tersebut dilakukan pada re maja perempuan USA tahun 1999-2006 dan hasilnya adalah 358 gadis re maja usia 14-17 tahun telah me la kukan perila ku seksual. Terdapat beberapa perila ku seksual yaitu berciu man, menyentuh payudara, menyentuh genital, me laku kan oral seks, dan coitus. Sebuah survey di beberapa negara berke mbang menunjukkan bahwa 46% re ma ja putri (14-17 tahun) dan 66.2% re ma ja putra di Libe ria sudah bersenggama dan d i Nigeria yang sudah bersenggama adalah 38% untuk re maja putri dan 57.3% untuk re ma ja putra (15-19 tahun) (Sarwono dalam Indrijati, 2017: 45).

(2)

Tinjauan terhadap beberapa penelit ian re maja di Indonesia yang dilaku kan Shaluhiyah (dala m Mustalia,dkk , 2016 :79), terdapat penelitian tentang perilaku seks re ma ja (12-24 tahun) belum men ikah yang dilaku kan di e mpat kota besar di Indonesia yaitu Jaka rta, Su rabaya, Medan dan Bandung pada tahun 2004 me laporkan bahwa rata-rata re ma ja me lakukan hubungan seks pertama kali pada umur 18 tahun, 26 persen diantaranya mengaku perta ma kali me la kukan hubungan seks pada usia 13-15 tahun. Usia 13-15 adalah masa a wal me masuki re ma ja. Ke ingintahuannya tentang seksual sangat tinggi. Diusia tersebut juga me rupakan masa transisi masa anak-anak menuju re maja . Sehingga sifat-sifat egosentris sedikit banyak masih ada pada seorang remaja . Apabila keingitahuan tersebut tidak diawasi dengan baik oleh orang tua atau pembimb ing, maka akan ada usaha mere ka mencari in formasi sendiri dan me mpe rcayai sesuai dengan penalarannya sendiri. Salahnya presepsi dan kurangnya informasi tentang bahaya mela kukan hubungan seks pada re maja dapat menjadi penyebab banyaknya siswa sekolah menengah pertama yang mela kukan hubungan seksual bahkan sampai hamil diluar nikah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dila kukan oleh peneliti d i salah satu sekolah di Sidoarjo. Didapatkan hasil wawancara dengan Guru BK, yakni menyatakan bahwa sekitar 90% siswa laki-la ki di salah satu kelas VIII pernah menonton video porno. Hal itu dibukt ikan dari hasil tanya jawab Gu ru BK dengan siswa saat me laku kan layanan klasika l dengan materi LGBT yang menyatakan bahwa ha mpir se mua anak laki- laki mengangkat tangannya saat ditanyai tentang siapa yang pernah menonton video porno. Sedangkan untuk siswi perempuan, tidak ada yang mengangkat tangannya namun beberapa dari me reka menyatakan tidak sengaja melihat gambar porno di internet.

Untuk lebih je lasnya guru BK me reko mendasikan 2 anak untuk diwa wancarai terkait perila ku menonton video porno, satu siswa laki-la ki dan satu siswa perempuan. Dari hasil wawancara dengan siswa laki-la ki berinisia l “F” diketahui bahwa ia sering menonton video porno. Da mpak dari ia menonton film porno tersebut adalah berfantasi seks dengan berciuman dan me raba-raba daerah sensitif pacarnya. “F” berte man baik dengan teman-te mannya disekolah. Ia juga tergabung dalam ekstra basket.

Sedangkan hasil wa wancara saya dengan siswa perempuan berinisial “D” diketahui bahwa ia mengenal v ideo porno dari te man-te man

sepermainannya, yakni anak jalanan. Ia mengaku sering menonton video porno dengan teman -temannya, me la lui aplikasi whatsapp ia di undang oleh te mannya ke da la m satu grup yang dina mai “Bokep”. Dalam grup tersebut ada kurang lebih 20 video porno. Ia mengaku sering melihatnya dan ia juga mengaku terangsang. “D” tidak memiliki teman dekat dikelasnya. Na mun ia me miliki t iga teman dekat dike las lain, yang mana me reka juga ikut tergabung dalam grup “Bo kep” dan tergabung dalam komunitas anak jalanan.

Berdasarkan pe maparan hasil studi pendahuluan diatas, disimpulkan bahwa ketertarikan/ minat terhadap seks tergolong tinggi. Ada dua kasus yang telah ditelusuri. Baik la ki- laki maupun pere mpuan di SM P tersebut menunjukkan adanya perilaku seksual yang diakibatkan dari video porno. Kasus pada siswa perempuan berinisial “D” berawal dari hubungan dengan teman sebayanya yang me mberikan pengaruh negatif. “D” tergabung dalam grup “bokep” di aplikasi Whatsapp. Video-video porno digrup itulah yang sering dikonsumsinya. Tergabungnya seseorang dalam sebuah grup, menandakan bahwa me mber yang terdapat di grup tersebut me miliki tu juan/keinginan yang sama. Aplikasi whatsapp merupakan aplikasi yang dibuat untuk menja lin ko munikasi v ia online. Sehingga, pola ko munikasi di grup “Bo kep” berkaitan dengan video porno tersebut.

Sedangkan pada kasus siswa laki-laki berinisial “F”, pola perilakunya sudah sampai tahap me mp rakte kan/ me la mpiaskan keing inannya dengan berfantasi seks. Menurut Dedi Susanto (2018), orang yang menonoton video porno ima jinasinya lia r karena ia mengetahui banyak variasi dan me milki e kspetasi yang tinggi. Video po rno menyebabkan libido seseorang tinggi. Menonton video porno, akan tereka m di me mori otak. Otak akan mengaktifkan hormon dopamin dan akan men imbulkan rasa bahagia. Sehingga aktifitas menonton video seks tidak dapat di kontrol. Sering menonton film porno, me mbuat seseorang berima jinasi liar dan cenderung ingin me la mp iaskan keinginanannya tersebut dengan berfantasi seks hingga melakukan hubungan suami istri.

Re ma ja Seko lah Menengah Pertama (SM P) berusia sekitar 13 tahun sampai 15 tahun. Pada usia tersebut anak perempuan dan laki-laki sudah me masuki atau telah mengala mi masa puber. Hanya saja mula inya setiap orang bervariasi. Pere mpuan mengala mi masa pubertas lebih awal dua tahun dari pada laki- laki. Dikatakan bahwa masa puber ada lah pertanda seseorang mulai masuk pada masa re ma ja.

(3)

Seseorang yang berada pada jenjang Seko lah Menengah Perta ma (SMP), setidaknya mere ka baru me masuki atau bahkan sedang mengala mi masa puber.

Masa remaja cenderung mencari hal-hal yang menggetarkan dan baru, serta kebanyakan dari me reka sulit untuk fo kus pada tujuan jangka panjang. Kurang matangnya perkembangan pada otak re ma ja menyebabkan masa re ma ja kurang dewasa dalam me milih, seperti penyalahgunaan zat-zat terla rang dan tindakan-tindakan seks yang beresiko. Re maja me mb iarkan perasaan yang mengesampingkan a lasan dan beberapa dari me reka mungkin tetap menghirau kan peringatan yang tampak berdasarkan logika dan persuasif bagi orang dewasa (Feldman, 2014).

Salah satu tugas perkembangan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekuat (me menuhi syarat) da la m kebudayaan dimana ia berada dan mencapai po la hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria dan wanita. Dala m hal in i, adalah tentang bagaimana seorang rema ja tingkat menengah pertama yang sedang mengalami berbagai perubahan secara seksual, mere ka me milki tugas untuk segera beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dala m dirinya dan dapat berhubungan dengan kelompo k sebayanya sesuai dengan perannya sebagai laki- laki dan perempuan.

Peran gender pada hakikatnya adalah bagian dari peran sosial. Sa ma ha lnya seorang anak harus me mpela jari perannya terhadap orang tua, seorang murid me mpe laja ri perannya terhadap guru, ma ka iapun juga me mpe la jari perannya sebagai jenis kela min tertentu terhadap lawan jenis kelaminnya (Sarwono,2011:103).

Setiap orang me miliki presepsi sendiri dala m berpikir, menafsirkan apa yang ia lihat, me rasakan, dan lain-lain. Presepsi menentukan bagaimana seseorang melaku kan perbuatan baik untuk sendiri maupun orang la in, baik benar, atau salah. Presepsi dihasilkan dari konkritisasi pemikiran, ke mudian me lahirkan konsep atau ide yang berbeda-beda dari masing-masing orang meskipun obyek yang dilihat sama (Rah madani,2015). Persepsi dala m hal ini berpengaruh pada apa yang dilaku kan individu, Sa ma ha lnya persepsi me mpengaruhi terjadinya perilaku seksual.

Menurut Sarwono (2011: 187-188), masalah seksualitas pada re ma ja t imbul ka rena faktor- faktor berikut, yaitu :

a. Perubahan- perubahan hormonal yang men ingkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) re maja . Peningkatan hasrat seksual ini me mbutuhkan penyaluran dala m bentuk t ingkah laku seksual tertentu.

b. Penyaluran itu tidak dapat segera dilaku kan karena adanya penundaan usia perkawinan, ba ik secara hukum ka rena adanya undang- undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia men ikah (sedikitnya 16 tahun untuk wan ita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang makin la ma ma kin menuntut persyaratan yang makin t inggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain- lain.

c. Se mentara usia kawin ditunda, norma- norma agama tetap berlaku d imana seseorang dilarang untuk me laku kan hubungan seks sebelum men ikah. Bahkan, la rangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain, s eperti berciu man dan masturbasi. Untuk re maja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk me langgar saja larangan- larangan tersebut.

d. Kecenderungan pelanggaran makin men ingkat oleh ka rena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual mela lui media massa yang dnegan adanya teknologi canggih (video cassete, fotocopi, satelit, VCD, te lpon genggam, internet, dan lain-lain ) men jadikan tidak te rbendung lagi. Re ma ja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba a kan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari med ia massa, khususnya karena mere ka pada umu mnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.

e. Orang tua sendiri, ba ik ka rena ket idak tahuannya maupun ka rena sikapnya masih mentabukan pembica raan mengenai seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak, malah cenderung me mbuat jarak dengan anak dalam masalah yang satu ini.

f. Di p ihak lain, tidak dapat diingka ri adanya kecenderungan pergaulan yang ma kin bebas antara pria dan wanita dala m masyarakat sebagai akibat berke mbangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita ma kin seja jar dengan pria.

Perubahan pada seksualitasnya dimana re maja SMP berada pada tingkat seseorang mula i me mikirikan, me rasakan dan berperilaku seksual. Penelit ian ini mencoba mendapatkan data mengenai presepsi siswa terhadap perila ku seksual.

(4)

Harapannya data yang didapatkan dapat men jelaskan bagaimana siswa dapat mengekspresikan presepsinya terhadap perubahan seksual yang terjadi pada dirinya dan/ teman -te man disekelilingnya. Sehingga Guru BK akan me maha mi sejauh mana pengetahuan siswa tentang dunia seksual.

Sela in itu dala m hubungan sosial mengakibatkan siswa-siswi me mbentuk suatu kelo mpok perte manan. Dala m be rte man, peran pribadi pria dan wanita t idak d ibedakan (da la m a rti setara), me lain kan dibatasi o leh etika pe rgaulan yang menjaga hubungan tersebut tetap pada garis yang diperbolehkan, sesuai dengan norma atau nila i-n ila i yang berlaku dala m masyarakat. Tanpa batasan etika seseorang dapat terjeru mus dala m pergaulan bebas yang berdampak negatif terhadap masa depannya.

Apakah siswa la ki- laki dan pere mpuan sudah me maha mi et ika pergaulan dengan baik. Dengan penelitian ini, Guru BK dapat mengetahui bagaimana rata-rata anak laki-la ki me mpersepsikan tentang perila ku seksual, dan begitupula bagaimana anak perempuan me mpresepsikan terntang perilaku seksual. Sehingga harapannya terdapat kesesuaian antara kebutuhan peserta didik, presepsi siswa berdasarkan gender, dan materi layanan bimbingan dan konseling yang diberikan.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan dala m penelit ian ini adalah penelitian Ex Post Facto. Metode ini dila kukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi ke mudian meruntut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang me mungkinkan perubahan perila ku, geja la, dan feno mena yang sebabkan oleh suatu peristiwa, perila ku, atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variabel bebas secara keseluruhan sudah terjadi.

Lokasi penelitian, ya itu di e mpat (4) Sekolah Menengah Perta ma Negeri d i Keca matan Waru Sidoarjo , yaitu : SM PN 1 Waru Sidoarjo, SMPN 2 Waru Sidoarjo, SMPN 3 Waru Sidoarjo, SMPN 4 Waru Sidoarjo. Pe milihan lokasi penelitian berdasarkan tempat peneliti me laku kan studi pendahuluan, disalah satu SMP Negeri di Keca matan Waru Sidoarjo. Sehingga dilakukan penelitian di e mpat sekolah, yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri di Waru Sidoarjo.

Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti. Populasi yang hendak diteliti

sebanyak 4 (e mpat) Se kolah Menengah Perta ma Negeri. Dengan rincian ju mlah peserta didik sebgai berikut:

Besar sampel minimal dari 2.367 populasi pada marg in of e rror 5% adalah sebesar 342. Sehingga besar sampel yang akan d iteliti sebesar 342 responden.

Teknik pengumpulan data dengan angket (questionnaire). Alasan menggunakan angket adalah karena penelitian menggunakan jenis penelitian survey, sehingga untuk me mpe rmudah pengumpulan data dengan populasi yang besar adalah dengan angket.Angket/ kuesioner yang telah siap akan disebarkan kepada responden sesuai dengan teknik penarikan sampe l yaitu menggunakan teknik proporsional dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah.

Teknik Analisis Data menggunakan uji beda dengan me mbandingkan antara dua rata-rata sampel bebas. Apabila data me menuhi syarat parametrik ya itu berdistribusi norma l dan homogen ma ka dila kukan uji para metrik ya itu Independent Sa mples T -Test, na mun apabila t idak me menuhi syarat maka menggunakan uji non parametrik, ya itu Uji Mann-Whitney.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebuah survey di beberapa negara berke mbang menunjukkan bahwa 46% re ma ja putri (14-17 tahun) dan 66.2% re ma ja putra di Liberia sudah bersenggama dan d i Nigeria yang sudah bersenggama adalah 38% untuk re maja putri dan 57.3% untuk re ma ja putra (15-19 tahun) (Sarwono dala m Indrijat i, 2017: 45). Dari survei tersebut, diketahui bahwa pria me mperoleh p resentase lebih tinggi dibandinkan wanita da la m perila ku seksual bersenggama. Apabila d ilihat dari perila ku hasil survei tersebut menunjukan perbedaan.

Sedangkan hasil pada penelitian yang telah dila kukan dengan menggunakan uji Man-Whitney

Nama SMPN Kelas VII Kelas VIII Total SMPN 1 Waru 322 320 642 SMPN 2 Waru 327 339 666 SMPN 3 Waru 289 299 588 SMPN 4 Waru 220 251 471 Total Populasi 2.367

(5)

menunjukkan bahwa persepsi anak laki-la ki dan perempuan terhadap perila ku seksual t idak berbeda secara signifikan. Ha l itu dibukt ikan dari hasil signifikasi sebesar 0,160 yang berart i lebih besar dari 0,05. Hasil in i dipero leh dari ju mlah skor tiap responden dan dibedakan berdasarkan rata-rata keseluruhan skor ja waban antara la ki-la ki dan perempuan.

Menurut Buss dan para koleganya (dala m Fried man dan Schustack, 2006) salah satu masalah yang diyakini oleh kebanyakan orang, adalah bahwa bahkan belum ada data sama sekali, pria dan wanita secara jelas me milki orientasi yang berbeda terhadap cinta dan seks. Perbedaan gender dala m perila ku seksual merupakan hasil sosialisasi yang berbeda antara anak laki- la ki dan perempuan, hasil dari perbedaan model yang mere ka lihat, serta hasil sistem reward yang berbeda diberikan kepada kau m pria maupun wanita terhadap perila ku seksual tertentu.

Menurut Sarwono (2011), peran gender pada hakikatnya adalah bagian dari peran sosial. Sa ma ha lnya seorang anak harus me mpela jari perannya terhadap orang tua, seorang murid me mpe la jari perannya terhadap guru, ma ka iapun juga me mpe laja ri perannya sebagai jenis kela min tertentu terhadap lawan jenis ke la minnya. Da la m pernyataan tersebut, perbedaan persepsi perilaku seksual antara laki-laki dan pere mpuan dibentuk dari sosial budaya yang diterima individu dari hasil belajar sebagai jenis kelamin tertentu.

Kesamaan persepsi pere mpuan dan la ki-laki dapat didukung pula oleh kalangan fe minis dala m A mrian i (2015) dala m konsep gendernya mengatakan, bahwa perbedaan suatu sifat yang me le kat baik pada kau m laki-la ki maupun perempuan hanya sebagai bentuk stereotipe gender. Misalnya, pere mpuan itu dikenal le mah le mbut, kasih sayang, anggun, cantik, sopan, emosional, keibuan, dan perlu perlindungan. Sementara la ki-laki dianggap kuat, ke ras, rasional, jantan, perkasa, galak, dan me lindungi. Padahal sifat-sifat tersebut me rupakan sifat yang dapat dipertukarkan. Bahwa setiap individu dapat bersifat sebagaimana yang disebutkan baik pada kau m la ki-laki maupun kau m perempuan.

Menurut Miftah Toha (2014: 154), fa ktor-faktor yang me mpengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut: 1) fa ktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian indiv idu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nila i dan kebutuhan juga minat, dan motivasi; 2) faktor

eksternal: latar bela kang ke luarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberla wanan, pengulangan gerak, ha l-hal baru dan fa milia r atau ket idak asingan suatu objek. Pada faktor internal tersebut, salah satunya adalah kepribadian individu. Sedangkan, kepribadian adalah sejumlah ka rakteristik sifat yang muncul dala m perilaku tanpa adanya penilaian mora l (Nafta lia ,2006). Berdasarkan pendapat diatas, sejumlah kara jteristik sifat adalah kepribadian dan kepribadian indiv idu me mpengaruhi presepsi individu tentang sesuatu hal. Sehingga berdasarkan konsep gender yang telah dikatakan diatas, dapat dikatakan bahwa sifat dapat me mpengaruhi persepsi seseorang. Seperti halnya dengan sifat, persepsi terhadap perila ku seksual, baik laiki-laki maupun perempuan dapat dipertukarkan.

Hasil Analisis Per Item :

Berrdasarkan hasil analisis tiap ite m, terdapat 7 ite m yang hasil analisisnya menunjukkan perbedaan persepsi antara la ki-la ki dan pe re mpuan. Dan terdapat hasil analisis 10 ite m pernyataan yang menunjukkan bahwa tida k terdapat perbedaan antara persepsi anak laki-laki dan perempuan.

Hal in i dapat menunjukkan bahwa antara ite m yang menunjukan perbedaan dan yang tidak, lebih banyak yang menunjukkan tida k terdapat

No Item pernyataan Hasil Keterangan 1 0,000 < 0,05 Berbeda 2 0,004 < 0,05 Berbeda 3 0,922 > 0,05 Tidak berbeda 4 0,002 < 0,05 Berbeda 5 0,171 > 0,05 Tidak berbeda 6 0,003 < 0,05 Berbeda 7 0,708 > 0,05 Tidak berbeda 8 0,354 > 0,05 Tidak berbeda 9 0,457 > 0,05 Tidak berbeda 10 0,064 > 0,05 Tidak berbeda 11 0,593 > 0,05 Tidak berbeda 12 0,245 > 0,05 Tidak berbeda 13 0,001 < 0,05 Berbeda 14 0,033 < 0,05 Berbeda 15 0,061 > 0,05 Tidak berbeda 16 0,389 < 0,05 Tidak berbeda 17 0,019 > 0,05 Berbeda 18 0,429 > 0,05 Tidak berbeda 19 0,119> 0,05 Tidak berbeda 20 0, 090> 0,05 Tidak berbeda

(6)

perbedaan. Dan hasil tersebut, juga dapat diartikan bahwa cara pandang individu terhadap kondisi atau situasi sosial tertentu, antara laki-la ki dan perempuan bisa ha mp ir sama atau berbeda, sesuai dengan yang hasil belajar individu terhadap peran gendernya.

Seperti yang disebutkan bahwa terdapat 7 ite m pernyataan yang menunjukan terdapat perbedaan persepsi antara anak laki-la ki dan anak perempuan terhadap perila ku seksual re ma ja. Ha l ini perlu dikaji lebih dala m per ite mnya yang menunjukan terdapat perbedaan. Item pernyataan tersebut adalah ite m no (1), ite m no (2), ite m no (4), item no (6), item no (13), item no (14), item no (17).

Pada ite m no (1), skor ja waban apabila lebih besar bera rti menunjukan lebih tidak setuju terhadap item tersebut atau mengarah pada jawaban yang negatif dengan ite m pernyataan. Rata-rata la ki-laki menunju kkan angka 146,33, sedangkan rata-rata perempuan menunjukan angka 196,67. Berdasarkan hasil tersebut, rata-rata perempuan lebih besar dari pada rata-rata laki-la ki sehingga dapat dikatakan bahwa pere mpuan lebih tida k setuju terhadap item pernyataan no (1) dari pada la ki-la ki. Pada ite m no (2) hasil rata-rata pere mpuan 156,63 dan rata-rata la ki-laki 186,37. Hal ini menunjukkan bahwa laki-la ki lebih t idak setuju dengan item pernyataan no (2). Ite m pernyataan no (4) rata-rata anak la ki-la ki 182,76 dan rata rata anak perempuan160,24. Menunjukkan bahwa anak la ki-laki lebih tida k setuju dengan nomer ite m (4) dibandingkan dengan anak perempuan.

Item pernyataan no (6), perbedaan rata-rata yang dihasilkan pere mpuan adalah 156,47 dan la ki-laki adalah 186,53. Sehingga anak la ki-ki-laki cenderung lebih tidak setuju dengan item pernyataan no (6) d ibandingkan anak pe re mpuan. Perbandingan rata-rata anak la ki-la ki dan perempuan pada no ite m (13) adalah anak la ki-laki 154,18 dan anak pere mpuan 188,82. Ha l ini menunjukkan bahwa anak pere mpuan leb ih tidak setuju dengan pernyataan nomor (13). Pada no ite m (14), rata-rata pere mpuan adalah 161,24 dan la ki-laki ada lah 181,76. Sehingga menunjukkan bahwa anak laki-la ki lebih tida k setuju dengan pernyataan nomor (14). Pada no ite m (17), perbedaan antara perempuan dan laki-la ki adalah rata-rata perempuan159,55 dan rata-rata la ki-laki 183,45. Sehingga anak laki-laki lebih tidak setuju pada item pernyataan no (17) dibandingkan perempuan.

Dari hasil analisis 7 ite m d iatas, dapat dibedakan bahwa pada ite m no (2), (4), (14), (17), men jelaskan bahwa la ki-laki lebih tidak setuju

dengan item pernyataan tersebut. Hal ini seiring dengan Amrian i (2015) yang menyatakan bahwa, stereotipe maskulinitas dan fe minitas mencakup berbagai aspek ka rakteristik individu, seperti kara kter atau kepribadian, perila ku peranan, okupasi, penampakan fisik, ataupun orientasi seksual. Jadi misalnya la ki-la ki d icirikan oleh watak yang terbuka, kasar, agresif, dan rasional. La ki-laki cenderung lebih rasional, dala m me mandang suatu hal. Ciri- c iri tersebut siiring dengan ketidaksetujuan laki-la ki terhadap item pernyataan tersebut.

Sedangkan pada ite m pernyataan no (1) dan (13), lebih tidak d isetujui oleh kau m perempuan. Hal in i juga seiring dengan ciri khas perempuan yaitu tertutup, halus, afektif, dan emosional. Kau m pere mpuan cenderung emosional, lebih jual mahal untuk mendekati la ki-laki duluan, dan menganggap penampilannya sangat penting.

Diantara 4 (e mpat ) dimensi da la m kisi-kisi intru men, yaitu men jelaskan, me milih, me mpe rkirakan, dan menge muka kan, ite m yang paling banyak menunjukan perbedaan adalah dimensi menje laskan. Te rdapat 3 (t iga) ite m pernyataan, yaitu (1), (4), dan (6). Seseorang dapat me je laskan tentang sesuatu hal dari apa yang dipelaja ri dan dari apa yang diala mi. Seh ingga dapat diketahui bahwa perbedaan berdasarkan jenis kela min hanya sebuah stereotipe gender. Da la m menentukan apakah terdapat perbedaan persepsi siswa la ki-laki dan pere mpuan terhadap perilaku seksual, tergantung dari situasi/ kondisi apa yang ditunjukan dan bagaimana sifat individu, pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki dala m menanggapi hal tersebut. Sehingga berdasarkan hasil analisis, tida k tedapat perbedaan persepsi antara laki-la ki dan pere mpuan terhadap perilaku seksual. Hal in i dikarenakan ite m pernyataan yang menunjukan tida k terdapat perbedaan lebih banyak daripada yang menunjukkan perbedaan.

Sedangkan selain terdapat perbedaan pada beberapa nomer ite m, perbedaan juga dite mukan pada usia, yaitu pada tingkatan ke las. Terdapat perbedaan presepsi terhadap perila ku seksual re ma ja antara anak kelas VII dan anak ke las VIII. Ha l itu dibuktikan dari hasil perbedaan rata-rata ke las VII dan kelas VIII menunjukkan nila i signifikan 0,033 yang berarti leb ih kec il dari 0,05. Dengan perbedaan rata-rata ke las VII adalah 183,58 dan ke las VIII adalah 160,76. Sehingga dapat diketahui bahwa kelas VII lebih t idak setuju atau merespon negatif pada rata-rata item pernyataan yang disajikan dibandingkan dengan kelas VIII.

(7)

Adapun item- ite m yang menunjukkan bahwa rata-rata ke las VII lebih besar dari ke las VIII, yang artinya ke las VII menunjukan cenderung tidak setuju dibandingkan dengan kelas VIII. Terdapat 6(ena m) ite m pernyataan yang berdasarkan rata-ratanya kelas VII leb ih besar dari kelas VIII, yaitu ite m no (2) dengan rata-rata ke las VII adalah 187,81 dan rata-rata ke las VIII adalah 155,75, no (4) ya itu dengan rata-rata kelas VII adalah 180,99 dan rata-rata kelas VIII adalah 162,34, no (8) dengan rata-rata kelas VII adalah 184,50 dan rata-rata ke las VIII adalah 158,85, no (10) dengan rata-rata kelas VII adalah 183,66 dan rata-rata ke las VIII adalah 1159,76, no (12) dengan rata-rata kelas VII ada lah 183,46 dan rata-rata ke las VIII ada lah 159,95, no (14) dengan rata-rata ke las VII adalah 182,70 dan rata-rata ke las VIII adalah 160,69. Sela in itu terdapat 1 (satu) ite m yang menunjukan perbedaan antara kelas VII dan kelas VIII. Na mun, pada ite m in i ke las VII lebih cenderung setuju terhadap pernyataan dibandingkan kelas VIII. Ite m tersebut ialah item no (6) dengan rata-rata kelas VII ada lah 159,11 dan rata-rata ke las VIII adalah 183,47.

Terdapat 3 (tiga) ite m yang masuk da la m dimensi men jelaskan ya itu no (2), no (4), dan (6). Dan terdapat 2 (dua) ite m juga yang masuk dala m dimensi me milih yaitu no (14 dan no (12). Apabila berdasarkan taksonomi bloo m pada ranah kognitif, dimensi menje laskan dan me milih masuk dala m C1-Pengatahuan. Sedangkan C1-Pengetahuan me rupakan tingkatan terendah ranah kognit if menurut bloo m, na mun merupakan prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Hal in i seiring bahwa siswa kelas VII masih fokus pada pengetahuan yang pernah didapatkannya.

Masa transisi jenjang pendidikan yang diala mi siswa kelas tujuh dari Se kolah Dasar (SD) ke Se kolah Menengah Pertama (SMP) me rupakan salah satu periode kritis dala m menyerap pelajaran (Hill & Tyson, 2009; Rathus, 2014; Shaffe r & Kipp, 2014). Ha l tersebut disebabkan adanya berbagai perubahan seperti lingkungan sekolah, cara mengaja r guru, dan tugas yang semakin ko mple ks (Shaffe r & Kipp, 2014). Didukung oleh pendapat tersebut, dapat di simpulkan bahwa pe mahaman anak ke las VII dan VIII sangat berbeda. Kerena usia anak kelas VII adalah masa peralihan dari SD ke SMP atau dari tingkat anak-anak ke tingkat re ma ja. Tugas yang semakin ko mple ks, menuntut anak kelas VII untuk berpikir lebih ko mp lek. Tidak mengherankan apabila kosa kata dan pengetahuan anak kelas VII dan VIII berbeda wa laupun

sama-sama masuk dala m t ingkatan re ma ja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa menggunakan kelas VII dala m penelitian untuk anak tingakatan re ma ja kurang efekt if apabila digabungkan dengan kelas VIII dan atau IX.

Ketertarikan ana k re ma ja terhadap perilaku seksual tentunya perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hal itu berhubungan dengan perke mbangan siswa bidang pribadi dan sosial. Penelit ian ini me mbantu guru Bimbingan dan Konseling dala m mendapatkan hasil need asesment

tentang persepsi siswa terhadap perila ku seksual. Bredasarkan hasil penelit ian pelaksanaan Progra m BK d i se-kota Padang Tahun 2013 menyimpu lkan bahwa ko mpetensi professional konselor sekolah dala m menguasai konsep dan praksis asesmen untuk me maha mi kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli berada dalam ketegori sedang dan kompetensi professional konselor sekolah da la m merancang Progra m BK be rada dala m ketegori sedang (Juma il: 2013). Seh ingga berdasarkan penelitian tersebut men jelaskan bahwa banyak guru BK yang ja rang me la kukan need asesment dala m me mbuat progra m layanan. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, dapat membantu dala m me mberikan informasi yang dapat digunakan guru Bimb ingan dan Konseling dala m merancang program layanan tentang pendidikan seksual untuk siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama ). Dimana berdasakan hasil pada penelitian ini, layanan antara la ki-laki dan perempuan tidak perlu dibedakan, namun secara jenjang tingkatan ke las mungkin bisa dibedakan berdasarkan materi, misalnya pada kelas VII diberikan materi yang berpusat pada pengetahuannya, seperti “bentuk-bentuk perilaku seksual”, sedangkan untuk anak kelas VIII dapat diberikan meteri yang lebih berat dengan menafsirkan atau menge muka kan pemaha mannya terhadap materi seperti “dampak negatif seks bebas”.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis yang telah dilakukan, hasilnya menunjukan tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara perempuan dan laki-la ki terhadap perilaku seksual re maja . Na mun terdapat beberapa item yang menunjukkan perbedaan persepsi antara laki-laki dan perempuan. Hal itu terjadi ka rena perbedaan berdasarkan jenis ke la min hanya sebuah stereotipe gender. Dala m menentukan apakah terdapat perbedaan persepsi siswa laki-la ki dan perempuan

(8)

terhadap perila ku seksual, tergantung dari situasi/ kondisi apa yang ditunjukan dan bagaimana sifat individu dalam menanggapi hal tersebut.

Ada tambahan yang cukup menarik, jika berdasarkan jenis kela min tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Na mun dari segi usia, yang dilihat berdasarkan tingkatan kelas, ya itu ke las VII dan VIII, d ite mukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara siswa ke las VII dan VIII. Dengan kesimpulan bahwa anak ke las VII lebih me respon negatif atau tidak setuju terhadap rata-rata ite m pernyataan dibandingkan ke las VIII. Hal itu dikarena kan bahwa ke ma mpuan kognit if anak ke las VII dan VIII sangat berbeda

.

Kosa kata yang

dimiliki anak kelas VII masih kurang

dibandingkan dengan kelas VIII, sehingga

proses mengelola informasi pun antara anak

kelas VII dan VIII berbeda.

Saran

Dengan adanya hasil penelitian ini, ma ka disarankan pada guru BK, apabila me mberikan layanan BK tentang pendidikan seksual kepada peserta didik baik pere mpuan maupun laki-laki diberikan layanan yang sama tentang pendidikan seksual. Disarankan untuk me mbedakan materi antara kelas VII dan VIII. Karena antara kelas VII dan VIII walaupun mere ka termasuk dala m usia re maja , na mun ke ma mpuan berpikirnya sangat berbeda walau hanya berbeda 1-2 tahun.

Berdasarkan data survei yang telah d i te lit i, penelitian ini b isa dijadikan sebagai need asesment/ tahap pengumpul data bagi penelit ian lan jutan. Maka diharapkan penelitian sejen is dapat me lanjutkan dengan mela kukan penelit ian yang lebih dapat diterapkan didunia b imbingan dan konseling.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2012. Psik ologi perk embangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Indrijati, Herdina. 2017. “Penggunaan internet dan perilaku seksual pranikah remaja”. Prosiding Temu Ilmiah X Ik atan Psik ologi Perk embangan Indonesia. ISBN: 978-602-1145-49-4. Hal 44-51.

Mustalia,dkk. 2016. “Perilaku Seksual Remaja di Lingkungan Lokalisasi Kabupaten Sidoarjo”.

Jurnal Promosi k esehatan Indonesia Vol.11/ No.1/ Januari 2016: hal. 78-92.

Nurhayati. 2011. Hubungan Pola Komunikasi dan Kekuatan Keluarga dengan Perilak u Sek sual Beresiko Pada Remaja di Desa Tridaya Sakti

Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bek asi. Tesis tidak diterbitkan. Depok : PPs Universitas Indonesia.

Susanto, Dedy. 2018. Ak un Youtube: Kuliah Psikolog,(online),(https://m.youtube.com/watch ?feature=youtu.be&v=_aHZ7clv7XU, dia kses 23 Desember 2018).

Fried man, Howard S. & Schustack, Miria m W. (2006). Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sarwono, W Sarlito.2011. Psik ologi Remaja. Jakarta : Rajawali Press.

Rah madani. 2015.Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru Dan Minat Menjadi Guru Terhadap Indek s Prestasi Mahasiswa

Semester Enam Prodi Administrasi

Perk antoran Fakultas Ek onomi Unimed Ta 2014/2015. Medan: Universitas Negeri Medan. Amriani, N., & Suardi, D. 2015. Pere mpuan Maskulin. Jurnal Equibriu m Vol. 3 No. 1 , 57-66.

Thoha, Miftah. 2014. Perilak u Organisasi : Konsep Dasar dan Aplik asinya, cetakan ke-23. Jakarta : Rajawali Pers.

Shaffer, & Kipp. 2014. Developmental Psychology Childhood and Adolescence. Belmont: Wadsworth Cengage Learning.

Putri, Diajeng R K. 2018. “Pengembangan Aplikasi Need Assesment “ Konselor Sekolah” Berbasis Android dalam Upaya Pengintegrasian Kebutuhan Siswa di Smk Negeri Tutur, Pasuruan”. Jurnal UNESA,hal: 83

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit yang disebabkan oleh cendawan patogen yang menyerang tanaman tomat yaitu busuk daun, Penyakit busuk buah, batang dan layu Fusarium.Tujuan dalam penelitian ini

(SERATUS EMPAT PULUH LIMA MILIAR SEMBILAN RATUS TUJUH PULUH TUJUH JUTA ENAM RATUS DELAPAN PULUH ENAM RIBU RUPIAH)5. (dalam

Pendapat tentang mekanisme adsorbsi zat warna pada proses pemucatan minyak kelapa sawit masih terdapat kesimpang siuran, sebagian pendapat bahwa gejala tersebut adalah peristiwa

Ekstensifikasi merupakan suatu strategi yang dilakukan oleh UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah dengan melakukan

Hubungan tingkat Konsumsi Zat Gizi Dengan Status Anemia Pada Anak Sekolah Dasar di Daerah Endemis Malaria (Studi di SDN Ngreco III Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan). Jurnal

Pola Tranformasi Ombak dari Arah Barat Laut Pada saat ombak merambat dari laut lepas menuju pantai, tinggi ombak tersebut mula-mula mengalami penurunan di perairan transisi

Memeriksa dan merekomendasikan hasil pekerjaan para bawahan dalam hal mutu dan jumlah, untuk memastikan bahwa hasil proses layanan tersebut bisa ditindaklanjuti oleh

Laporan skripsi dengan judul “Sistem Informasi Layanan Perhitungan Zakat Berbasis Web” telah dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah sistem layanan