• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI

AGRIBISNIS NANAS

(Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)

Oleh :

IRWAN PURMONO A14303081

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

IRWAN PURMONO. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis

Nanas (Studi Kasus Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara). (Di bawah bimbingan EKA INTAN KUMALA PUTRI).

Pembangunan Pertanian merupakan kebijakan pemerintah di sektor pertanian yang bertujuan meningkatkan kuantitas produksi, meningkatkan ekspor, memperluas kesempatan kerja, dan mendukung pembangunan daerah. Pada Pembangunan Jangka Panjang II, orientasi pembangunan menitik beratkan pada swasembada “plus” yaitu swasembada pangan secara total. Dalam hal ini termasuk peningkatan pengembangan hortikultura. Disamping lebih memantapkan swasembada pangan, pengembangan hortikultura ini juga diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan. Pengembangan ini dilakukan melalui pendekatan Agribisnis dan Agroindustri yang memungkinkan untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk hortikultura.

Nanas merupakan salah satu komoditi hortikultura yang telah lama dibudidayakan dan memiliki prospek serta potensi untuk terus dikembangkan. Tanaman nanas memberikan prospek yang cerah dalam membantu meningkatkan produksi hasil pertanian terutama dalam pemenuhan kebutuhan tanaman pangan. Upaya pengembangan tanaman nanas terus dilakukan melalui berbagai kegiatan antara lain usaha peningkatan kualitas produk (Intensifikasi) dan perluasan areal tanam (Ekstensifikasi) maupun penganekaragaman tanaman.

Berdasarkan data produksi nanas pada tahun 2005 salah satu daerah yang memiliki jumlah produksi nanas terbesar di Indonesia adalah provinsi Sumatera utara yaitu sebanyak 144.000 ton dengan dengan sharenya terhadap produksi

nanas nasional sebesar 15,57 persen. Di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan luas panen durian tetapi jumlah produksinya mengalami penurunan.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji kegiatan dan kelayakan agribisnis nanas (2) menganalis pengaruh perubahan harga output, harga input, dan tingkat produksi terhadap kelayakan agribisnis nanas tersebut.

Penelitian lapang dilakukan di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Utara dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yang diperoleh dari hasil wawancara, dan data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan literatur. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan bantuan kalkulator dan diolah dengan program excel’97. Analisis Kuantitatif analisis dilakukan dengan analisis usahatani digunakan analisis biaya dan pendapatan, dan analisis pemasaran digunakan analisis saluran, fungsi-fungsi pemasaran dan analisis marjin pemasaran serta analisis kelayakan dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau kriteria investasi yaitu Net Present Value, Net B/C Rasio, Internal Rate of Return dan Payback Period. Selain itu dilakukan juga analisis sensitivitas.

(3)

Hasil penelitian di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara menunjukkan bahwa usahatani nanas selama 6 tahun yang dilakukan petani nanas adalah menguntungkan. Dengan biaya tunai sebesar Rp. 31.555.000,- dan biaya tidak tunai sebesar Rp. 26.165.000,- selama 6 tahun. Jadi

total biaya yang dikeluarkan petani nanas selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 57.720.000,-. Total produksi nanas selama 6 tahun sebesar 115.700 kg dengan

tingkat harga Rp. 600,- per kg sehingga diperoleh total penerimaan sebesar Rp. 69.420.000,-. Maka diperoleh pendapatan petani nanas atas biaya total selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 11.700.000,- dan pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp. 37.865.000,-. Dengan rasio penerimaan terhadap biaya total (R/C) adalah sebesar 1,20 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,20 dan rasio penerimaan terhadap biaya tunai (R/C) adalah sebesar 2,19 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2,19.

Dengan analisis pemasaran, terdapat empat jalur pemasaran yang dilakukan di kecamatan Sipahutar. Fungsi pemasaran yang dilakukan meliputi : fungsi pertukaran, fungsi fisik, fungsi fasilitas. Komponen biaya pemasaran meliputi biaya transportasi, sortasi dan biaya bongkar muat. Dari hasil analisis marjin pemasaran menunjukkan bahwa total keuntungan terbesar berada pada Jalur III, yaitu sebesar Rp. 1.302,97 atau 64,62 persen sedangkan marjin yang terbesar berada pada Jalur I, II, dan III, yaitu sebesar Rp. 1.500,- atau sebesar 71,43 persen. Rasio keuntungan pemasaran (∏/C) yang terbesar berada pada Jalur III, yaitu sebesar 6,61. Namun lembaga pemasaran dengan biaya pemasaran yang besar belum menjamin akan memperoleh keuntungan yang lebih besar juga dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya. Pada jalur III merupakan saluran pemasaran yang terpendek dan memperoleh keuntungan yang terbesar. Tingkat permintaan nanas pada jalur II dan III merupakan tingkat permintaan paling rendah, karena pasar nanas pada jalur II dan III hanya berlaku di dalam kota saja, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara sedangkan jalur I dan IV pasar nanas yang dituju lebih luas, yaitu sampai keluar dari wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, bahkan sampai ke Aceh dan Lampung. Dan saluran pemasaran yang terbaik diantara empat jalur tersebut adalah jalur IV, karena pada jalur ini petani lebih diuntungkan dengan penerimaan yang lebih besar dan pasar nanas menjadi lebih luas hal ini ditunjukkan farmer’ share yang lebih besar dibandingkan dengan ketiga jalur pemasaran lainnya yaitu sebesar 47,62 persen. Rp. 5.623.375,19.

Dari hasil perhitungan kelayakan pada tingkat diskonto 15 persen secara finansial dan ekonomi usahatani nanas layak dilakukan, dengan diperoleh nilai NPV sebesar nilai NPV sebesar Rp. 5.623.375,19, hal ini berarti bahwa usahatani nanas yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu sebesar Rp. 5.623.375,19 dan nilai NPV sebesar Rp. 269.566.747,91, hal ini berarti bahwa usahatani nanas yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu sebesar Rp. 269.566.747,91. NBCR yang diperoleh adalah 1,35 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 1,35, nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 24 persen secara finansial sedangkan analisis ekonomi diperoleh NBCR sebesar 14,81 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 18,88 dan nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 41 persen.

(4)

Dan secara finansial dan ekonomi pada industri pengolahan nanas juga layak dilakukan dengan diperoleh nilai NPV sebesar nilai NPV sebesar Rp. 1.325.951.863,75, hal ini berarti bahwa usahatani nanas yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu sebesar Rp. 1.325.951.863,75, dan nilai NPV sebesar Rp. 25.713.473.667,27, hal ini berarti bahwa usahatani nanas yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu sebesar Rp. 25.713.473.667,27. NBCR yang diperoleh adalah 1,58 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 1,58, nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 27 persen secara finansial sedangkan analisis ekonomi diperoleh NBCR sebesar 26,49 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 26,49 dan nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 44 persen.

Dari hasil analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap 9 kemungkinan perubahan produksi pada tingkat diskonto 15 persen, memperlihatkan bahwa usahatani nanas secara finansial menjadi tidak layak dilakukan pada 3 kondisi dari perubahan jumlah produksi, harga output, dan input sedangkan pada tingkat diskonto 26 persen menjadi tidak layak pada 6 kondisi. Apabila tidak terjadi perubahan, payback period usahatani nanas pada tingkat diskonto 15 persen

terjadi selama 83 bulan sedangkan jika terjadi perubahan, payback period

usahatani nanas pada tingkat diskonto 15 persen dan 26 persen paling cepat terjadi selama 47 bulan dan 52 bulan sedangkan pada analisis secara ekonomi perubahan-perubahan tersebut tidak mempengaruhi kelayakan usahatani nanas. Apabila tidak terjadi perubahan, payback period usahatani nanas pada tingkat

diskonto 15 persen dan 26 persen terjadi selama 29 bulan dan 30 bulan. Apabila terjadi perubahan, payback period usahatani nanas pada tingkat diskonto 15

persen dan 26 persenpaling cepat terjadi selama 27 bulan dan 28 bulan. Dan dari hasil sensitivitas yang dilakukan terhadap 8 kemungkinan perubahan produksi pada tingkat diskonto 15 persen, memperlihatkan bahwa industri pengolahan nanas secara finansial menjadi tidak layak dilakukan pada 3 kondisi sedangkan pada tingkat diskonto 26 persen menjadi tidak layak dilakukan pada 4 kondisi dari perubahan jumlah produksi, harga output, dan input. Apabila tidak terjadi perubahan, payback period industri pengolahan nanas pada tingkat diskonto 15

persen dan 26 persen terjadi selama 64 bulan dan 99 bulan. Apabila terjadi perubahan, payback period industri pengolahan nanas pada tingkat diskonto 15

persen dan 26 persen paling cepat terjadi selama 24 bulan dan 26 bulan sedangkan pada analisis secara ekonomi perubahan-perubahan tersebut tidak mempengaruhi kelayakan industri pengolahan nanas. Apabila tidak terjadi perubahan, payback period industri pengolahan nanas pada tingkat diskonto 15

persen dan 26 persen terjadi selama 15 bulan dan 15 bulan. Apabila terjadi perubahan, payback period usahatani nanas pada tingkat diskonto 15 persen dan

(5)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI

AGRIBISNIS NANAS

(Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)

Oleh :

IRWAN PURMONO A14303081

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(6)

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama : Irwan Purmono

NRP : A14303081

Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS NIP. 131 918 659

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN

TINGGI LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADENIK TERTENTU.

SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, April 2008

Irwan Purmono A14303081

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 23 Februari 1985. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Sadimo dan Lanjar Purwanti. Pendidikan formal penulis dimulai di pendidikan dasar pada tahun 1991 di SD Sugiyo Pranoto Klaten dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun 1997-2000, penulis mengenyam pendidikan menengah pertama di SLTP Pangudi Luhur 1 Klaten. Pendidikan menengah atas dijalankan penulis di SMU N 1 Karanganom Klaten dari tahun 2000 hingga 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu UKM PMK IPB (Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen Institut Pertanian Bogor) pada Komisi Pelayanan Anak dan penulis juga pernah menjadi asisten dosen Agama Kristen periode 2004/2005 dan 2005/2006 serta Orda KMK (Organisasi Daerah Keluarga Mahasiswa Klaten). Selain itu, penulis juga melaksanakan beberapa aktivitas di luar kampus yang bersifat non akademik.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, yang telah memberikan berkat kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “ Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Studi kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) “. Skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan masukan dan koreksi untuk penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan karya ilmiah ini. Penulis pun menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam dunia ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis sehingga penulis dapat semakin lebih baik dalam berkarya di masa mendatang. Akhirnya, penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat begi para pembaca sekalian.

Bogor, April 2008

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan kemudahan kepada penulisan skripsi dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Studi kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)”. Penyelesaian karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan, mendukung, dan memberi semangat. Terimakasih untuk semua cinta kasih dan pengorbanan yang telah kalian berikan untukku.

2. Dr. Ir. Eka Intan kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Tanti Novianti, SP. MSi selaku dosen penguji utama dan Ir. Meti Ekayani, ME selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan, terimakasih atas segala masukannya dalam perbaikan penulisan skripsi ini pada saat sidang.

4. Keluarga besar A. Gultom yang telah memberikan dukungan, doa, bantuan serta kasihnya pada saya selama penelitian di Tapanuli Utara.

5. Gembira Gultom yang terkasih, terimakasih atas segala doa, dukungan, bantuan dan kebersamaan dalam kuliah, penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

6. Pemerintah Daerah dan Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara

7. Para petani dan PT. Alamy Agricultur Industri, terimakasih atas kerjasamanya.

8. Teman-teman seperjuangan EPS’40, terimakasih untuk kebersamaan dan pengalaman menarik selama di kuliah. Juga kepada teman-teman AGB dan KPM.

9. Beverly Camp : Monsaputra, Panji Pratama, Arif. Terimakasih atas segala dukungan, semangat dan bantuan kalian selama penulisan skripsi.

10. Kepada semua pihak yang selama ini telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekologi Tanaman Nanas ... 7

2.1.1. Botani, Varietas dan Syarat Tumbuh Nanas ... 7

2.1.2. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman ... 9

2.1.3. Panen Hasil dan Proses Pengolahan Nanas... 10

2.2. Sistem Agribisnis ... 11

2.2.1. Konsep Sistem Agribisnis... 11

2.2.2. Sistem Agribisnis Nanas ... 12

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu... 13

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis... 20

3.1.1. Aspek Teknis... 21

3.1.2. Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial... 21

3.1.3. Aspek Sosial... 22

3.1.4. Aspek Ekonomi... 22

3.1.5. Pay Back Period... 28

3.1.6. Analisis Sensitivitas ... 29

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.2. Jenis dan Sumber Data... 32

4.3. Metode Pengumpulan Data... 33

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 33

4.4.1. Analisis Kelayakan Investasi ... 34

4.4.2. Metode Penentuan Harga Bayangan ... 38

4.5. Definisi Operasional dan Asumsi Dasar pada Analisis Kelayakan Usahatani dan Agribisnis Nanas ... 41

(12)

4.5.1. Analisis Kelayakan Usahatani Nanas... 42

4.5.2. Analisis Kelayakan Industri Pengolahan Nanas ... 44

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara ... 47

5.2. Keadaan Umum Daerah Penelitian Kecamatan Sipahutar, Tapanuli Utara... 47

5.3. Kajian Agribisnis Nanas di Daerah Penelitian... 48

VI. ANALISIS KELAYAKAN AGRIBISNIS NANAS 6.1. Analisis Usahatani nanas ... 52

6.1.1. Analisis Biaya ... 52

6.1.2. Analisis Pendapatan ... 54

6.2. Analisis Pemasaran nanas ... 54

6.2.1. Lembaga dan Saluran Pemasaran Nanas... 54

6.2.2. Fungsi – fungsi Pemasaran ... 56

6.2.3. Marjin Pemasaran... 57

6.3. Analisis Kelayakan Usahatani Nanas... 61

6.3.1. Analisis Aspek-aspek Kelayakan Usahatani Nanas... 61

6.3.2. Analisis Kelayakan Investasi Usahatani Nanas ... 63

6.4. Analisis Kelayakan Agribisnis Nanas... 67

6.4.1. Analisis Aspek-aspek Kelayakan Agribisnis Nanas ... 67

6.4.2. Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Nanas... 69

6.5. Ikhtisar Kelayakan Agribisnis Nanas... 73

VII. ANALISIS SENSITIVITAS AGRIBISNIS NANAS 7.1. Analisis Sensitivitas Usahatani Nanas ... 76

7.2. Analisis Payback Period Investasi Usahatani Nanas ... 79

7.3. Analisis Sensitivitas Agribisnis Nanas ... 82

7.4. Analisis Payback Period Investasi Agribisnis Nanas... 85

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan ... 89

8.2. Saran... 91

DAFTAR PUSTAKA... 92

(13)

DAFTAR TABEL

No Halaman 1. Provinsi penghasil nanas terbesar di Indonesia Tahun 2005 ...3 2. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Nanas

di Provinsi Sumatera Utara, tahun 2000-2004 ...3 3. Harga pupuk dan obat-obatan yang berlaku di kabupaten Tapanuli Utara...48 4. Harga-harga peralatan usahatani nanas yang berlaku di Kabupaten

Tapanuli Utara...49

5. Biaya Tunai yang dikeluarkan dalam usahatani nanas dengan luas lahan 1 Ha pada tahun ke-6...53 6. Biaya Tidak Tunai yang dikeluarkan dalam usahatani nanas dengan

luas lahan 1 Ha pada tahun ke-6 ...53 7. Fungsi Pemasaran pada Lembaga Pemasaran Nanas

di Kecamatan Sipahutar, Tapanuli Utara ...57 8. Penyebaran Harga Nanas dan Marjin Pemasaran Nanas

di Kecamatan Sipahutar ...59 9. Analisis Kelayakan Usahatani Nanas ...66 10. Analisis Kelayakan Industri Pengolahan Nanas ...72 11. Kriteria Kelayakan agribisnis Nanas di Kabupaten Tapanuli Utara,

Sumatera Utara...74 12. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Usahatani Nanas

Pada Tingkat Diskonto 15 persen, dan 26 persen ...78 13. Analisis Sensitivitas Kelayakan Ekonomi Usahatani Nanas

Pada Tingkat Diskonto 15 persen, dan 26 persen ...79 14. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Usahatani Nanas

secara Finansial pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen...80 15. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Usahatani Nanas

secara Ekonomi pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen...81 16. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Industri Pengolahan Nanas

(14)

17. Analisis Sensitivitas Kelayakan Ekonomi Industri Pengolahan Nanas

Pada Tingkat Diskonto 15 persen, dan 26 persen ...85 18. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Industri Pengolahan Nanas

secara Finansial pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen...86 19. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Industri Pengolahan Nanas

(15)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya (Soehardjo, 1997) ...11 2. Sistem Agribisnis Nanas dan Lembaga Penunjangnya

di kabupaten Tapanuli Utara ...12 3. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan

terhadap Marjin Tataniagadan nilai Marjin Tataniaga...28 4. Kerangka Pemikiran Operasional ...31

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1. Harga Bayangan Input dan Output untuk analisis Finansial

dan Ekonomi. ... 94

2. Produksi Nanas pada lahan 1 hektar ... 94

3. Nilai ekonomi produksi nanas pada lahan 1 hektar ... 95

4. Ekspor buah nanas segar ... 95

5. Biaya Usahatani Nanas untuk Analisis Finansial pada Lahan 1 hektar di tahun ke - 1... 96

6. Cashflow Analisis Finansial Usahatani Nanas... 97

7. Biaya Usahatani Nanas untuk Analisis Ekonomi pada Lahan 1 hektar di tahun ke - 1... 98

8. Cashflow Analisis Ekonomi Usahatani Nanas... 99

9. Cashflow Analisis Finansial Industri Pengolahan Nanas ... 100

10. Cashflow Analisis Ekonomi Industri Pengolahan Nanas ... 101

11. Jumlah tenaga kerja pada industri pengolahan nanas ... 102

12. Proses pembuatan juice concentrate dan canned pineapple tidbit pada bahan baku 16 ton... 103

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan Pertanian merupakan kebijakan pemerintah di sektor pertanian yang bertujuan meningkatkan kuantitas produksi, meningkatkan ekspor, memperluas kesempatan kerja, dan mendukung pembangunan daerah. Pada Pembangunan Jangka Panjang II, orientasi pembangunan menitik-beratkan pada swasembada “plus” yaitu swasembada pangan secara total. Dalam hal ini termasuk peningkatan pengembangan hortikultura. Disamping lebih memantapkan swasembada pangan, pengembangan hortikultura ini juga diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan. Pengembangan ini dilakukan melalui pendekatan Agribisnis dan Agroindustri yang memungkinkan untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk hortikultura.

Pengembangan usaha hortikultura perlu didasarkan pada perhitungan yang cermat serta dilihat secara keseluruhan sebagai satu sistem Agribisnis, yaitu menyangkut industri pengadaan dan penyaluran sarana produksi, usahatani , industri pengolahan dan pemasaran. Hal tersebut perlu diperhatikan karena dalam usaha agribisnis hortikultura memerlukan penanaman modal yang cukup besar dan beresiko tinggi. Industri pengolahan hortikultura merupakan alternatif pembangunan pertanian yang diharapkan dapat memberikan dampak yang positif yang mampu mendorong pembangunan di sektor lain dan peningkatan perolehan devisa.

(18)

Pembangunan sub sektor hortikultura terdiri dari komoditi buah-buahan, sayuran dan tanaman hias serta obat-obatan sangat potensial sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi di masa depan. Hal ini sangat beralasan karena keempat kelompok komoditi hortikultura tersebut memiliki potensi yang relatif lebih besar dibandingkan dengan komoditas pangan lainnya. Potensi tersebut meliputi aspek sumberdaya alam seperti lahan, agroklimat dan topografi, nilai ekonominya, kemampuan menyerap tenaga kerja dan dapat digunakan sebagai unsur pendukung konservasi lahan serta menambah nilai estetika.

Nanas merupakan salah satu komoditi hortikultura yang telah lama dibudidayakan dan memiliki prospek serta potensi untuk terus dikembangkan.Hal ini ditunjukkan dengan adanya jumlah permintaan nanas segar di luar negeri terus meningkat tiap tahunnya dengan laju peningkatan volume sebesar 1,598 persen (tabel lampiran 4). Upaya pengembangan tanaman nanas terus dilakukan melalui berbagai kegiatan antara lain usaha peningkatan kualitas produk (Intensifikasi) dan perluasan areal tanam (Ekstensifikasi) maupun penganekaragaman tanaman.

Penyebaran tanaman nanas di Indonesia hampir merata terdapat di seluruh daerah, karena tanaman nanas mempunyai potensi yang cerah dalam pengembangannya antara lain lahan, agroklimat dan topografinya yang mendukung, tanaman nanas dapat tumbuh pada segala jenis tanah yang digunakan dalam pertanian, nilai ekononominya, dapat menyerap tenaga kerja serta dapat juga digunakan sebagai unsur pendukung konservasi lahan.

(19)

Tabel 1. Provinsi Penghasil Nanas Terbesar di Indonesia Tahun 2005 Provinsi Jumlah produksi (ton) Share (%)

Sumatera Utara 144.000 15,57 Sumatera Selatan 179.465 19,38 Riau 46.643 5,04 Lampung 26.489 3,21 Jawa Barat 313.593 33,90 Jawa Tengah 57.628 6,23 Jawa Timur 87.491 9,46 Kalimantan Tengah 16.608 1,80 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa salah satu daerah yang memiliki jumlah produksi nanas terbesar di Indonesia adalah provinsi Sumatera utara. Provinsi Sumatera Utara menempati urutan ketiga sebagai sentra produksi nanas terbesar di Indonesia. Jumlah produksi nanas Sumatera utara pada tahun 2005 adalah sebanyak 144.000 ton dengan sharenya terhadap produksi nanas nasional

sebesar 15,57 persen.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Nanas di Provinsi Sumatera Utara, tahun 2000-2004

Tahun Luas Panen

(ha)

Laju (%) Produksi

(ton) Laju (%) Produktivitas (ton/ha) Laju (%)

2000 2.188 33.195 15,171 2001 2.192 548 31.325 - 16,751 14,291 - 16,24 2002 764 - 0,5 33.810 13,606 44,254 1,47 2003 836 11,611 3.033 - 11,175 37,121 - 5,20 2004 1.380 2,537 60.355 2,058 43,736 6,612 7.360 561,648 189.718 - 12,262 154,573 - 13,358 Total Rata-rata 1.472 112,33 37.943,6 - 2,452 30,915 - 2,67 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2000-2004 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa luas panen dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 112,33 per tahun sedangkan produktivitas nanas mengalami penurunan dengan laju penurunan rata-rata sebesar 2,67 dengan produktivitas rata-rata sebesar 30,915 ton/ha. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan produksi per tahunnya.

(20)

Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang memiliki potensi pasar dan agroklimat yang cocok untuk pengembangan agribisnis nanas. Hal ini didukung dengan adanya Industri pengolahan nanas yaitu PT. Alami Agro Industry. Industri memperoleh bahan baku yang berasal dari perkebunan nanas rakyat yang tergabung dalam ikatan kemitraan. Namun demikian, masih terdapat banyak permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan nanas baik dari usahatani, industri pengolahan dan pemasaran. Sehingga permasalahan ini perlu mendapatkan perhatian dan pemecahan dari semua pihak baik pemerintah, swasta, maupun petani nanas dengan tujuan untuk memperoleh kesejahteraan bersama sehingga pengembangan usaha agribisnis nanas tersebut layak diusahakan di daerah tersebut.

1.2.Perumusan Masalah

Prospek pengembangan nanas di Indonesia sangat cerah karena nanas memiliki potensi yang relatif cukup besar, antara lain aspek sumberdaya alam seperti lahan, agroklimat dan topografi, nilai ekonominya, kemampuan menyerap tenaga kerja dan dapat digunakan sebagai unsur pendukung konservasi lahan. Namun potensi tersebut belum mencapai hasil yang maksimal.

Provinsi Sumatera Utara merupakan penghasil nanas terbesar ketiga di Indonesia pada tahun 2005 (Tabel 1) yaitu sebesar 144.000 ton. Namun laju peningkatan jumlah produksi nanas Provinsi Sumatera Utara lebih kecil daripada laju peningkatan jumlah produksi nanas di tingkat nasional. Di Sumatera Utara terjadi peningkatan luas panen nanas tetapi jumlah produksinya mengalami penurunan. Oleh karena itu, perlu diselidiki apakah agribisnis nanas tersebut layak

(21)

untuk dilakukan di daerah penelitian. Hal ini terutama terkait dengan kemampuan petani dalam memperoleh tambahan modal untuk pengembangan usahanya dalam meningkatkan produksinya. Hingga saat ini, belum banyak investor maupun lembaga keuangan yang bersedia meminjamkan modalnya untuk kelangsungan usaha agribisnis ini sehingga usaha pengembangan agribisnis nanas tersebut layak dilakukan baik secara finansial maupun ekonomi.

Sebagaimana dengan usaha-usaha lainnya, usaha agribisnis nanas ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksogen seperti harga output, harga input , dan tingkat produksi. Oleh karena itu perlu diselidiki sejauh mana pengaruh perubahan faktor-faktor eksogen tersebut terhadap kelayakan usaha pengembangan agribisnis nanas. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka terdapat beberapa hal yang akan menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah kegiatan dan kelayakan agribisnis nanas di daerah penelitian?

2. Bagaimanakah pengaruh perubahan harga output, harga input, dan tingkat produksi terhadap kelayakan agribisnis nanas tersebut?

1. 3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengkaji kegiatan dan kelayakan finansial dan ekonomi agribisnis nanas 2. Menganalis pengaruh perubahan harga output, harga input, dan tingkat

(22)

1. 4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai :

1. Dapat memberikan informasi yang jelas kepada petani mengenai biaya produksi dan pendapatan usahatani nanas

2. Dapat memberikan informasi yang jelas kepada industri pengolahan dalam hal perolehan keuntungan sehingga usaha pengembangan agribisnis nanas di daerah Tapanuli Utara layak untuk di usahakan.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi Lembaga-lembaga yang terkait lainnya dalam mengembangkan agribisnis nanas.

4. Sebagai bahan masukan dan pembanding bagi penelitian selanjutnya.

1. 5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi gambaran umum karakteristik agribisnis nanas yang terdiri dari sub sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, sub sistem produksi primer, sub sistem pengolahan dan sub sistem pemasaran. Penelitian ini ditekankan pada analisis kelayakan agribisnis nanas pada sub sistem produksi primer dengan sub sistem pengolahan sehingga dapat menjawab permasalahan dan tujuan penelitian yang ada.

Penelitian kelayakan sistem agribisnis nanas ini dibatasi pada kelayakan investasi dengan menggunakan analisis finansial dan ekonomi beserta analisis sensitivitasnya. Analisis kelayakan industri pengolahan dilakukan pada industri pengolahan yang sudah berjalan selama 6 tahun dalam pengembangan usaha agribisnisnya.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekologi Tanaman Nanas

2.1.1. Botani, Varietas dan Syarat Tumbuh Nanas

Tanaman nanas merupakan rumput yang batangnya pendek sekali. Daunnya berurat sejajar dan pada tepinya tumbuh duri yang menghadap ke atas (ke arah ujung daun). Duri pada beberapa varietas nanas mulai lenyap, tetapi pada ujung daunnya sering masih dapat dilihat. Tanaman nanas berbunga pada ujung batang dan hanya sekali berbunga yang arah tegaknya ke atas. Nanas merupakan tanaman monokotil, bersifat merumpun (bertunas anakan), dan pada batangnya atau tangkai bunga sering tumbuh tunas pula (Sunarjono,1998).

Tunas batang disebut sucker, sedangkan tunas tangkai buah disebut slips.

Sebenarnya bunga nanas bersifat majemuk terdiri dari lebih 200 kuntum bunga yang tidak bertangkai, duduk tegak lurus pada tangkai buah utama yang kemudian mengembang menjadi buah majemuk yang enak dimakan. Buah seperti ini disebut

sinkarpik atau coenocarpium. Daun kelopak dari setiap kuntum bunga, yang

dikenal sebagai mata, masih jelas meninggalkan bekas pada buah tersebut. Bunganya adalah sempurna yang mempunyai tiga kelopak (sepalum), tiga

mahkota (petalum), enam benang sari, dan sebuah putik dengan stigma yang

bercabang tiga. Di atas buah tumbuh daun-daun pendek yang tersusun seperti pilin, yang disebut mahkota (Sunarjono,1998).

(24)

Tanaman nanas banyak jenisnya, namun jenis yang biasa di budidayakan ada empat, yaitu :

1. Cayenne : jenis yang paling banyak ditanam di dataran tinggi ditujukan

untuk pengalengan. Jenis ini heterozigot. Pada mulanya hanya terdiri dari satu type, namun sekarang sudah bertambah macamnya karena mutasi. Jenis smooth cayenne daunnya tidak berduri, batangnya cukup panjang 20-50 cm, jumlah daunnya antara 60-80, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian bawah daun berwarna hijau abu-abu keperakan, tangkai buah 7,5-15 cm, rata-rata berat buah 2,5 kg. Bagian pangkal buah membesar biasanya tidak berbiji. Warna buah matang hijau sampai hijau kekuningan, rasanya agak masam.

2. Queen : merupakan jenis lama, pada umumnya ditanam di dataran rendah.

Jenis ini banyak di tanam di Australia dan Afrika Selatan. Buahnya lebih kecil daripada cayenne. Ukuran buahnya 0,9-1,3 kg. Daunnya berduri tajam, warna buah matang kuning sampe kemerahan, rasanya manis.

3. Singapore Spanish : banyak ditanam di semenanjung malaya untuk

dikalengkan. Daunnya berjumlah sekitar 50 helai, berat buahnya 1,6-2,3 kg.

4. Cabezona : merupakan jenis yang triploid, banyak ditanam di Puerto rico

untuk di konsumsi ekspor.

Varietas cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan

(25)

Tanaman nanas menghendaki dataran rendah sampai dataran tinggi 1.200 m dpl dan tumbuh di sekitar daerah katulistiwa antara 25º LU/LS. Tanaman ini tidak tahan terhadap temperatur dingin, tetapi tahan sekali terhadap kekeringan karena nanas mempunyai sel penyimpan air yang efektif (sukulenta). Buahnya peka terhadap sinar matahari terik (mudah terbakar). Walaupun demikian, tanaman lebih senang terhadap tanah yang subur, daerah yang beriklim basah dengan curah hujan 1.000-2.500 mm per tahun. Tanaman tahan terhadap tanah masam yang mempunyai pH 3-5, tetapi yang baik adalah tanah dengan pH antara 5-6,5. dari itu tanaman nanas bagus pula dikembangkan di lahan gambut. Di daerah yang beriklim kering (4-6 bulan kering), tanaman nanas masih mampu berbuah asalkan kedalaman air tanah antara 50-150 cm (Sunarjono,1998).

2.1.2. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman

Sampai sekarang tanaman nanas diperbanyak dengan anakan yang keluar dari pangkal batangnya. Namun adakalanya diperbanyak pula dengan sucker atau slips dan mahkotanya. Batang dan mahkota bunga itu dapat dipotong dan dibelah dijadikan bibit. Antara anakan (raton), tunas batang (sucker), dan mahkota

(crown) terdapat perbedaaan sifat fisiologis dalam umur berbunga dan

produksinya. Makin ke bagian atas tanaman, makin panjang umurnya dan rendah produksinya. Walaupun demikian, umur tanaman berbunga tidak menjadi persoalan karena pembungaan tanaman nanas dapat diatur dengan memberikan zat tumbuh, di antaranya karbid dan ethrel 40 PGR (Sunarjono,1998).

Nanas ditanam pada jarak 60 cm x 60 cm dan jarak antara dua baris 150 cm. Namun, nanas dapat pula ditanam pada jarak 150 cm x 150 cm. Makin rapat

(26)

jarak tanamnya, makin kecil buah yang dihasilkan. Untuk kebutuhan industri pengalengan (canning) biasanya diperlukan buah yang berukuran kecil (jarak

tanam 30 cm x 40 cm) silindris. Pupuk kandang yang diperlukan 5-10 kg per lubang tanam. Pupuk buatan yang digunakan yaitu 100 kg urea, 200 kg TSP, dan 100 kg KCL per hektar (Sunarjono,1998).

Pupuk buatan itu diberikan dua kali, yaitu pada umur 4 minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah tanam. Walaupun demikian, pemberian pupuk urea yang berlebihan dapat mendorong terjadinya mahkota ganda (multiple crown)

yang menyebabkan buahnya menjadi kecil dan adakalanya buahnya ganda (Sunarjono,1998).

Pemeliharaan selanjutnya ialah pembersihan rumput atau gulma, terutama alang-alang (Imperata cylindrica L). Adanya gulma pada pertanaman nanas dapat

menurunkan hasil buah antara 20-42%. Pembuatan saluran-saluran drainase yang baik sangat dianjurkan untuk mencegah serangan penyakit busuk akar dan busuk hati (titik tumbuh) (Sunarjono,1998).

2.1.3. Panen Hasil dan Pengolahan Nanas

Buah nanas harus dipanen setelah tua benar atau matang pohon. Tanda buah dapat dipanen ialah matanya telah datar dan tampak jarang, apabila dipukul (diketuk) akan mengeluarkan suara mengema. Buah nanas yang mulai matang akan mengeluarkan aroma khas. Bulan-bulan panen besar ialah Desember, Januari, dan Juli (Sunarjono,1998).

Orang pada umumnya mengkonsumsi buah nanas dalam keadaan segar. Tetapi nanas dapat juga dinikmati dalam bentuk lain setelah mengalami

(27)

pengolahan antara lain yaitu nanas dalam kaleng, jus nanas, nanas dalam botol, selai, asinan, dll. Setelah mengalami pengolahan menjadi bentuk lain, maka nanas tersebut memperoleh nilai tambah dan mempunyai harga jual yang lebih tinggi.

2.2. Sistem Agribisnis

Agribisnis merupakan suatu sistem, bila akan dikembangkan harus terpadu dan selaras dengan semua sub sistem yang ada di dalamnya. Pengembangan agribisnis tidak akan efektif dan efisien bila hanya mengembangkan salah satu sub sistem yang ada di dalamya.

2.2.1. Konsep Sistem Agribisnis

Agribisnis mencakup semua kegiatan yang dimulai dengan subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, subsistem produksi primer, subsistem pengolahan dan subsistem pemasaran. Sistem agribisnis akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu subsitem (dalam gambar 1). Pengembangan agribisnis harus mengembangkan semua subsistem di dalamnya karena tidak ada satu subsistem yang lebih penting dari sub sistem lainnya.

subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi subsistem produksi primer subsistem pengolahan subsistem pemasaran

Lembaga penunjang Agribisnis

(Pertanahan, Keuangan, Penelitian, dll.)

(28)

Sub sistem pengolahan dalam sistem agribisnis tersebut sering dikenal oleh masyarakat dengan istilah agroindustri. Agroindustri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu agroindustri hulu dan agroindustri hilir. Agroindustri hulu mencakup industri penghasil input pertanian, seperti pupuk, pestisida, alat-alat dan mesin-mesin pertanian, dll. Agroindustri hilir adalah industri pengolahan hasil-hasil pertanian primer bahkan lebih luas lagi mencakup industri sekunder dan tersier yang mengolah lebih lanjut dari produk olahan hasil pertanian primer.

2.2.2. Sistem Agribisnis Nanas

subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi Pemasaran Produk Nanas Industri Pengolahan Nanas Usahatani Nanas

Departemen Pertanian, Bank, Lembaga Penelitian,pendidikan dll.

Gambar 2. Sistem Agribisnis Nanas dan Lembaga Penunjangnya di kabupaten Tapanuli Utara

• Setiap subsistem dalam sistem agribisnis nanas mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke depan. Tanda panah ke belakang (ke kiri) pada Industri pengolahan nanas menunjukkan bahwa industri pengolahan tersebut akan berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh usahatani nanasnya. Tanda panah ke depan (ke kanan) pada

(29)

Industri pengolahan nanas menunjukkan bahwa industri pengolahan nanas akan berjalan dengan baik jika menemukan pasar untuk produknya.

• Agribisnis nanas memerlukan lembaga penunjang, misalnya Departemen Pertanian, Bank, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan lain-lain. Lembaga pendidikan dan pelatihan mempersiapkan para pelaku agribisnis yang profesional sedangkan lembaga penelitian memberikan sumbangan berupa teknologi dan informasi. Lembaga keuangan (koperasi, bank, dll) membantu dalam peminjaman modal saat berlangsungnya proses agribisnis. Biasanya lembaga penunjang kebanyakan berada di luar sektor pertanian, sehingga sektor pertanian semakin erat terkait dengan sektor lainnya.

• Agribisnis nanas melibatkan pelaku dari berbagai pihak (BUMN, swasta, dan koperasi) dengan profesi sebagai penghasil produk nanas, pengolah nanas, pedagang, distributor, importir, eksportir, dan lain-lain. Kualitas sumberdaya manusia di atas sangat menentukan berfungsinya subsistem-subsistem dalam sistem agribisnis nanas dan memelihara kelancaran arus komoditas nanas dari produsen ke konsumen.

2.3.Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai optimalisasi pendapatan dan pemasaran usahatani nenas telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu oleh Maulana (1998), di Desa Bunihayu, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan, penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan serta saluran dan margin pemasaran dari usahatani nenas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan

(30)

usahatani nenas per hektar per tahun pada tahun 1997 sebesar Rp. 14.490.000,00 sedangkan pengeluaran per hektar per tahun sebesar Rp. 2.765.500,00. Dari hasil penerimaan dan pengeluaran tersebut maka pendapatan per hektar per tahun adalah sebesar Rp. 11.724.500,00; dengan ratio R/C sebesar 5,24. hal itu berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 5,24.

Selain itu, Maulana meneliti tentang saluran pemasaran nenas yang terjadi di Desa Bunihayu. Pola saluran pemasaran untuk menyalurkan nenas dari produsen (petani) ke konsumen melalui tiga jenis pola saluran pemasaran. Saluran pemasaran pola I lebih pendek dibandingkan pola II dan pola III. Berdasarkan ketiga pola saluran pemasaran tersebut tidak ada perbedaan harga yang diterima petani. Dalam pola saluran pemasaran I lebih dominan dibandingkan pola II dan III karena mempunyai rasio total keuntungan dengan total pengeluaran yang dikeluarkan oleh seluruh lembaga yang terlibat tertinggi yaitu 0,2, pola II 0,15, dan pola III 0,14.

Yuningsih (1999), meneliti tentang Analisis Optimalisasi Pendapatan Usahatani Pada Keragaman Jenis Usaha Petani Nenas, di Desa Bunihayu, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh petani nenas, jenis kegiatan yang dapat mengoptimalkan pendapatan dan nilai pendapatan optimal, sumberdaya utama yang menjadi kendala dalam optimalisasi pendapatan petani nenas. Analisis data yang digunakan meliputi analisis biaya, penerimaan, pendapatan, efisiensi dan analisis optimalisasi yang terdiri dari analisis primal, dual dan sensitivitas.

(31)

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendapatan bersih total per ha yang diperoleh petani lahan sempit golongan pemilik-penyewa penggarap sebesar Rp. 22.318.120,1 petani lahan sempit golongan pemilik penggarap sebesar Rp. 14.324.883,2 dan petani lahan sempit golongan penyewa penggarap sebesar Rp. 11.753.807,2. Untuk petani lahan luas golongan pemilik-penyewa penggarap, pendapatan bersih yang diterima sebesar Rp. 46.014.514,7 dan petani lahan luas golongan pemilik penggarap sebesar Rp. 30.997.250,0. Pendapatan bersih per ha terbesar diterima oleh petani lahan luas golongan pemilik-penyewa penggarap. Sedangkan hasil optimalisasi pendapatan bersih total usahatani nenas menunjukkan bahwa optimalisasi pendapatan petani lahan sempit golongan pemilik-penyewa penggarap sebesar Rp. 29.764.311,37 petani lahan sempit golongan pemilik penggarap sebesar Rp. 31.671.516,50 dan petani lahan sempit golongan penyewa penggarap sebesar Rp. 21.892.173,40. Untuk petani lahan luas golongan pemilik-penyewa penggarap, pendapatan bersih optimal yang diterima sebesar Rp. 61.371.187,40 dan petani lahan luas golongan pemilik penggarap sebesar Rp. 54.819.444,40. Pendapatan bersih total aktual (sekarang) yang diperoleh petani nenas berlahan sempit golongan pemilik-penyewa penggarap dengan jenis tanaman yang berbeda hampir mendekati optimal sedangkan petani golongan yang lainnya belum optimal.

Dumaria (2003), meneliti tentang Analisis Efisiensi Usahatani Nenas, di Desa Tambakan, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran usahatani nenas di Subang, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi nenas, dan menganalisis efisiensi usahatani nenas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

(32)

rata-rata penerimaan usahatani nenas per hektar per tahun sebesar Rp. 18.000.000,00 sedangkan total biaya rata-rata per hektar per tahun sebesar Rp. 11.265.400,00 dengan biaya tunai rata-rata sebesar Rp. 9.138.300,00. Dari hasil penerimaan dan biaya total tersebut maka diperoleh pendapatan per hektar per tahun adalah sebesar Rp. 6.734.600,00 dan pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp. 8.861.700,00; dengan ratio R/C atas biaya total sebesar 1,60 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,60 dan ratio R/C atas biaya tunai sebesar 1,98 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,98. Berdasarkan model fungsi produksi yang terbentuk menunjukkan bahwa jumlah nilai elastisitas produksi sebesar 1,3040. dari nilai tersebut menunjukkan bahwa skala usaha berada pada kondisi skala usaha yang meningkat.

Simbolon (2000), meneliti tentang Analisis Kelayakan Investasi dan Pemasaran Jeruk Siam Medan, di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keragaan usahatani jeruk siam, menganalisis kelayakan investasi pengusahaan jeruk siam Medan di Sumatera Utara, mengkaji perubahan analisis kelayakan pengusahaan jeruk siam jika terjadi perubahan pada manfaat dan biaya serta menganalisis sistem dan efisiensi pemasaran jeruk siam. Analisis data yang digunakan mencakup analisis kualitatif untuk mengetahui gambaran mengenai usahatani jeruk siam dan analisis kuantitatif untuk menganalisis kelayakan investasi (menggunakan kriteria investasi : NPV, Net B/C, IRR dengan metode discounted cash flow pada tingkat diskonto 24 persen) dan analisis sensitivitas

(33)

untuk mengetahui kelayakan investasi terhadap perubahan pada manfaat dan biaya serta analisis pemasaran digunakan analisis saluran dan fungsi-fungsi pemasaran dan analisis margin pemasaran.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil produksi usahatani jeruk di Desa Surbakti seluruhnya diorientasikan ke pasar. Dari perhitungan kelayakan dengan tingkat diskonto 24 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 79.846.864, hal ini berarti bahwa usahatani jeruk siam yang dilakukan menurut nilai sekarang adalah menguntungkan untuk dilaksanakan karena akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 79.846.864. Nilai Net B/C dan IRR yang diperoleh juga menunjukkan bahwa usahatani jeruk layak diusahakan yaitu nilai Net B/C sebesar 4,45 atau lebih besar dari satu dan nilai IRR sebesar 63,76 persen atau lebih besar dari tingkat diskonto 24 persen. Tingkat pengembalian Investasi terjadi pada lima tahun tujuh bulan umur tanaman dari 15 tahun umur tanaman yang ditentukan.

Dari hasil analisis sensitivitas usahatani jeruk siam pada tingkat diskonto 24 persen, memperlihatkan bahwa usahatani jeruk siam tidak peka terhadap perubahan produksi, harga pupuk dan pestisida serta harga output. Sementara dengan switching value yang dilakukan menunjukkan bahwa usahatani jeruk siam

menjadi tidak layak jika produksi atau harga output diturunkan lebih dari 51 persen dan biaya dinaikkan lebih dari 109 persen. Sehingga usahatani jeruk siam kurang peka terhadap perubahan produksi dan harga output serta tidak peka terhadap perubahan biaya. Ditinjau dari besarnya Margin pemasaran dan farmer’s share yang diterima petani, maka jalur I lebih efisien dibandingkan dengan jalur

II, hanya saja dilihat dari rasio keuntungan biaya oleh masing-masing lembaga yang terlibat kurang merata.

(34)

Nasution (2001), meneliti tentang Studi Kelayakan Agribisnis Jeruk, di Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Hasil analisis usahatani jeruk selama 6 tahun yang dilakukan petani jeruk adalah menguntungkan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ratio R/C sebesar 1,91. Dengan besarnya biaya tunai sebesar Rp. 9.452.300,00 dan biaya yang diperhitungkan sebesar Rp. 2.325.000,00. Jadi total biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani jeruk selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 11.777.300,00. Total produksi selama 6 tahun sebesar 18.750 kg dengan tingkat harga Rp. 1200,00 per kg sehingga diperoleh total penerimaan sebesar Rp. 22.500.000,00. Maka diperoleh pendapatan total petani jeruk selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 10.722.700,00.

Dengan analisis Tataniaga Pertanian, terdapat tiga jalur tataniaga dan jalur tersebut merupakan jalur yang pendek. Fungsi-fungsi pemasaran meliputi : fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Komponen biaya pemasaran meliputi biaya transportasi, sortasi dan biaya bongkar muat. Dengan menggunakan konsep

farmer’s share untuk mengetahui besarnya bagian yang diterima petani sebagai

balas jasa atas kegiatan yang dilakukan dalam usahatani jeruk. Menggunakan analisis kelayakan usaha dengan cara mengkaji aspek-aspek yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Secara teknis usahatani jeruk layak dilaksanakan karena usahatani jeruk telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan. Membedakan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani jeruk yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Sedangkan manfaat diperoleh dengan cara mengalikan hasil penjualan jeruk dengan harga jeruk itu sendiri. Dari hasil perhitungan analisis finansial pada usahatani jeruk keprok siam diperoleh nilai NPV sebesar 23.794.340,84, IRR sebesar 38,70 % dan Net B/C sebesar 8,16.

(35)

Sedangkan pada analisis ekonomi diperoleh nilai NPV sebesar 53.827.058,59, IRR sebesar 27,32 % dan Net B/C sebesar 4,81. Untuk analisis finansial pada usahatani jeruk keprok maga diperoleh nilai NPV sebesar 323.460.664,63, IRR sebesar 26,96 % dan Net B/C sebesar 41,59, sedangkan pada analisis ekonomi diperoleh nilai NPV sebesar 300.107.635,64, IRR sebesar 25,19 % dan Net B/C sebesar 35,18. Dari hasil tersebut berarti usahatani jeruk keprok siam dan jeruk keprok maga pada tingkat diskonto 12 % layak dilaksanakan di daerah penelitian. Analisis sensitivitas kelayakan usahatani jeruk dilakukan terhadap 9 kemungkinan perubahan produksi pada tingkat diskonto 12 %, 15 %, 16 %, 25 %, dan 30 %. Dalam analisis kelayakan usaha selain kegiatan usahatani jeruk hal lain yang diperhatikan adalah kegiatan agribisnis jeruk mulai dari produksi sampai pengolahan hasil panen. Semua syarat yang diperlukan dalam proyek pengembangan agribisnis jeruk yang direncanakan dapat dipenuhi.

Dari hasil perhitungan analisis finansial pada proyek agribisnis jeruk diperoleh nilai NPV sebesar 46.227.520.218,34, IRR sebesar 24,09 % dan Net B/C sebesar 11,35. Sedangkan pada analisis ekonomi diperoleh nilai NPV sebesar 266.910.535.667,17, IRR sebesar 56,55 % dan Net B/C sebesar 41. Dari hasil tersebut berarti proyek agribisnis jeruk pada tingkat diskonto 12 % layak dilaksanakan di daerah penelitian.

(36)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

Proyek pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat mengasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Dalam beberapa proyek biaya-biaya produksi atau pemeliharaan yang telah dikeluarkan diharapkan dapat memberikan keuntungan atau manfaat secara cepat, kira-kira dalam jangka satu tahun (Gittinger, 1986).

Tujuannya dilakukan analisis proyek adalah : (1) mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek; (2) menghindari pemborosan sumber daya dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak tidak menguntungkan; (3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat dipilih alternatif proyek yang paling menguntungkan; (4) menentukan prioritas investasi (Gray, et al., 1992).

Untuk dapat merencanakan dan menganalisa proyek yang efektif, perlu mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Seluruh aspek ini saling berhubungan. Seluruh aspek harus selalu dipertimbangkan pada setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya. Dalam penelitian ini, kelayakan agribisnis nanas akan dianalisis berdasarkan empat aspek, yaitu aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, dan aspek ekonomi.

(37)

3.1.1. Aspek Teknis

Analisa secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Hal itu sangat penting, dam kerangka proyek harus dibuat secara jelas agar supaya analisa secara teknis dapat dilakukan dengan teliti. Aspek teknis berpengaruh sangat besar terhadap kelancaran jalannya usaha, terutama kelancaran proses produksi. Analisa teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian : keadaan tanah, ketersediaan air, irigasi, varietas benih, teknologi sampai ke fasilitas-fasilitas pemasaran, penyimpanan dan pengolahan. Namun tidak dikatakan bahwa aspek lain tidak penting, karena semua aspek saling berhubungan.

3.1.2. Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial

Dalam Gittinger (1986), analisa aspek ini berkisar antara penetapan institusi, organisasi dan manajerial yang tepat dan tidak tumpang tindih (overlapping), yang secara jelas mempunyai pengaruh yang penting terhadap

pelaksanaan proyek.

Untuk dapat melaksanakan, suatu proyek harus dihubungkan secara tepat dengan struktur kelembagaan disuatu negara atau daerah, usulan organisasi proyek harus diteliti untuk mengetahui apakah proyek dapat diarahkan, serta kemampuan manajerial dari staf yang ada untuk dapat memutuskan apakah mereka sanggup menangani kegiatan-kegiatan sektor publik berskala besar.

(38)

3.1.3. Aspek Sosial

Analisis aspek ini perlu dilakukan, karena sebuah proyek harus mempertimbangkan pola dari kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek. Beberapa pertanyaan yang biasa dijadikan masalah adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja atau bagaimana kualitas hidup masyarakat serta apakah proyek bersahabat dengan lingkungannya (Gittinger, 1986).

3.1.4. Aspek ekonomi

Analisa ekonomi proyek membutuhkan pengetahuan mengenai apakah suatu proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang diperlukan. Sudut pandang yang diambil dalam analisa ekonomi ini adalah masyarakat secara keseluruhan (Gittinger, 1986).

Namun ada beberapa unsur yang berbeda dalam penilaian dengan aspek finansial yaitu : (1) Harga, dalam analisis ekonomi digunakan harga bayangan (shadow price) yang menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomis yang

sesungguhnya daripada unsur-unsur biaya dan manfaat masyarakat, (2) Pembayaran transfer dalam analisis ekonomi, pajak tidak dikurangkan dalam perhitungan benefit dari proyek, karena pajak tidak dianggap sebagai biaya tetapi

merupakan hasil bersih proyek. Sedangkan subsidi dianggap sebagai pengeluaran proyek karena dianggap sebagai biaya bagi masyarakat, dan Bunga, dalam analisis ekonomi bunga modal tidak dipisahkan atau dikurangkan dari hasil kotor.

(39)

1. Ketidaksempurnaan pasar (termasuk dalam distorsi yang timbul karena peraturan pemerintah), misalnya pengendalian harga.

2. Adanya pajak dan subsidi. Pajak berarti pendistribusian sebagian kekayaan konsumen atau perusahaan ke pemerintah.

3. Berlakunya konsep konsumen surplus dan produsen surplus.

Bagian yang termasuk didalam aspek ekonomi adalah aspek finansial dan aspek komersial. Unsur-unsur yang termasuk dalam analisis finansial adalah (Gittinger, 1986) : (1) harga yang digunakan adalah harga pasar; (2) pembayaran transfer yaitu pajak merupakan biaya proyek dan sebagai pengurang laba, subsidi akan mengurangi biaya proyek sehingga menambah manfaat proyek. Dengan adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang selama umur ekonomis kegiatan usaha maka perlu dilakukan metode Discounted Cashflow analysis. Cashflow analysis dilakukan setelah komponen-komponennya ditentukan dan diperoleh

nilainya. Komponen tersebut dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu penerimaan atau manfaat (benefit ; inflow) dan pengeluaran atau biaya (cost ; outflow). Selisih

antara keduanya disebut manfaat bersih (net benefit) yang kemudian dijadikan

nilai sekarang (present value) dengan mengalikannya dengan tingkat diskonto

(discount rate) yang besarnya telah ditetapkan. Tingkat diskonto ini harus senilai

dengan opportunity cost of capital atau biaya marginal kegiatan tersebut dari

sudut pandang pemilik modal atau peserta usaha dan biasanya tingkat usaha tersebut untuk meminjam modal.

(40)

Terdapat beberapa kriteria penilaian suatu investasi sehubungan dengan metode Discounted Cash Flow,antara lain yaitu :

1) Net Present Value (NPV), nilai sekarang dari selisih antara penerimaan

dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Proyek dinyatakan layak bila NPV lebih besar atau sama dengan nol, yang berarti proyek tersebut minimal telah mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal;

2) Net Benefit Cost ratio (B/C), merupakan penilaian yang dilakukan untuk

melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya yang berupa perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Net B/C menunjukkan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Proyek dikatakan layak jika diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari satu dan tidak layak jika diperoleh nilai Net B/C lebih kecil dari satu. Apabila B/C sama dengan satu, pengambilan keputusan diserahkan pada pihak manajemen; 3) Internal Rate Of Return (IRR), merupakan tingkat diskonto pada saat NPV

sama dengan nol yang dinyatakan dalam persen. Nilai IRR menunjukkan tingkat keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Jika IRR suatu proyek lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang berlaku maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan;

(41)

Menurut Gittinger (1986), yang termasuk dalam aspek komersial dari suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek.

Dari sudut pandang output, analisa pasar untuk hasil proyek adalah sangat penting untuk menyakinkan bahwa terdapat permintaan yang efektif pada suatu harga yang menguntungkan. Dari sudut pandang input, rencana-rencana yang cocok harus dibuat bagi para petani untuk menyakinkan tersedianya pupuk, pestisida dan benih unggul yang mereka perlukan untuk dapat menggunakan teknologi baru atau pola penanaman baru.

Pemasaran

Definisi pemasaran pertanian menurut Limbong dan Sitorus (1987) mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari produsen ke konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang dimaksud untuk lebih memudahkan penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumen. Dalam analisis pemasaran ini yang akan dilihat adalah lembaga pemasaran, saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran dan marjin pemasaran.

a. Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran

Lembaga dan saluran pemasaran nanas ini mengikuti arus penyaluran nanas dari petani sampai ke konsumen. Dalam pemasaran barang atau jasa terlibat beberapa badan mulai dari produsen, lembaga-lembaga perantara dan konsumen. Karena jarak antara produsen yang menghasilkan barang atau jasa sering berjauhan

(42)

dengan konsumen, maka fungsi badan perantara sangat diharapkan untuk menggerakkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut dari titik produksi ke titik konsumsi. Lembaga perantara dapat dikelompokkan atas : (1) Pedagang Perantara, terdiri dari pengecer dan grosir, (2) Agen Perantara, terdiri dari brokers dan komisi, (3) pedagang spekulatif, (4) Pengolah dan Pabrik dan (5) Organisasi fasilitas.

Dalam menyalurkan produk yang dihasilkan, para produsen tidak dapat melakukan penyaluran produknya ke setiap pasar yang dikehendakinya maupun pada setiap waktu yang dikehendaki produsen. Ada beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan bila hendak memilih saluran pemasaran, yaitu :

1. Pertimbangan pasar, yang meliputi konsumen sasaran akhir, potensi pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli dan volume pesanan.

2. Pertimbangan barang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang, kerusakan, sifat teknis barang dan apakah barang tersebut untuk memenuhi pesanan atau pasar.

3. Pertimbangan intern perusahaan meliputi sumber permodalan, kemampuan dan pengalaman manajemen, pengawasan penyaluran dan pelayanan.

4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi segi kemampuan lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan kebijakan perusahaan.

b. Fungsi-fungsi Pemasaran

Proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen memerlukan kegiatan fungsional pemasaran yang ditujukan untuk memperlancar

(43)

proses penyaluran barang dan atau jasa secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kegiatan fungsional tersebut disebut fungsi-fungsi pemasaran. Klasifikasi fungsi-fungsi-fungsi-fungsi pemasaran Agribisnis Nanas antara lain : (1). Fungsi pertukaran : Fungsi usaha pembelian dan penjualan, (2). Fungsi fisik pemasaran : Fungsi usaha penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan, (3). Fungsi Fasilitas Pemasaran : Fungsi standarisasi dan penggolongan produk, usaha pembiayaan, penanggungan risiko serta penyediaan informasi pasar.

c. Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen, yang terdiri dari biaya dan keuntungan pemasaran. Marjin pemasaran pada umumnya dianalisis pada komoditas yang sama, jumlah yang sama dan pada pasar persaingan sempurna. Biaya pemasaran mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan penjualan hasil produksi dan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga (Limbong dan sitorus 1987).

Biaya-biaya yang dikeluarkan lembaga tataniaga dalam proses penyaluran suatu komoditi tergantung dari fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan. Perbedaan fungsi yang dilakukan setiap lembaga tataniaga menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga yang satu dengan lembaga yang lain sampai konsumen akhir. Konsep marjin pemasaran dapat dilihat pada Gambar 3.

(44)

Harga Pr Pf Sr Dr Sf Df Qr, f Jumlah

Gambar 3. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap Marjin Tataniaga dan nilai Marjin Tataniaga.

Sumber : Limbong dan Sitorus, 1987. Keterangan :

Pr = Harga di tingkat pengecer Pf = Harga di tingkat petani

Sr = Penawaran di tingkat pengecer Sf = Penawaran di tingkat petani Dr = Permintaan di tingkat pengecer Df = Permintaan di tingkat pengecer

Qr, f = jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer

3.1.5. Payback Period

Merupakan penilaian kelayakan investasi dengan mengukur jangka waktu pengembalian investasi. Dasar yang digunakan dalam perhitungan adalah aliran kas (cash flow), sehingga metode perhitungan yang digunakan adalah discounted payback period. Semakin cepat modal itu kembali, maka semakin baik proyek itu

diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lainnya.

(45)

3.1.6 Analisis Sensitivitas

Suatu proyek pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi pengeluaran yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelayakan suatu proyek. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dirasakan perlu untuk dilakukan sebuah analisis atau penelaahan kembali terhadap suatu proyek untuk melihat pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat adanya perubahan-perubahan tersebut (Gittinger, 1986).

Pada bidang pertanian, perubahan kriteria investasi dapat terjadi akibat adanya perubahan harga output, tingkat produksi, harga input dan tingkat suku bunga. Jadi analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen peningkatan atau penurunan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak dilaksanakan.

3.2. Kerangka pemikiran operasional

Dalam usaha pengembangan nanas harus didasarkan dengan perhitungan yang cermat serta dilihat secara keseluruhan sebagai satu sistem agribisnis nanas, yaitu menyangkut industri pengadaan dan penyaluran sarana produksi nanas, usahatani nanas, industri pengolahan nanas dan pemasaran nanas. Yang kemudian sub-sub sistem diidentifikasi karakteristik usahanya antara lain sub sistem usahatani nanas dan industri pengolahan nanas dengan mengkaji aspek-aspek yang untuk mengetahui karakteristik kelayakan usaha agribisnis nanas antara lain aspek teknis, aspek sosial, aspek Institusional-Organisasi-Manajerial, dan aspek ekonomi. Untuk mengetahui apakah secara finansial dan ekonomi agribisnis nanas

(46)

tersebut layak diusahakan, maka dilakukan pengukuran beberapa kriteria kelayakan investasi, yaitu NPV, Net B/C dan IRR. Kemudian dilanjutkan dengan Analisis Jangka Pengembalian Investasi untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi dan Analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha tersebut masih layak dilakukan bila terjadi perubahan-perubahan harga output, tingkat produksi, kenaikan biaya dan tingkat suku bunga. Hasil analisis sensitivitas akan diinterpretasikan dan dibahas secara mendalam untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai kelayakan agribisnis nanas. Subsistem pemasaran dikaji dengan mengunakan analisis pemasaran untuk mengetahui saluran pemasaran yang lebih efisien dan apakah saluran pemasaran tersebut layak di usahakan. Alur pemikiran dalam penelitian ini dapat disimpulkan dalam bagan gambar 4.

(47)

Sistem Agribisnis Nanas di Tapanuli Utara Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi Subsistem usahatani nanas Subsistem industri pengolahan nanas Subsistem pemasaran nanas Kelayakan Agribisnis

Analisis Finansial Analisis Ekonomi Analisis sensitivitas Jangka waktu dan Pengembalian

Investasi

Layak Tidak Layak

(48)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive)

dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan rekomendasi dari Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara. Daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi nanas di Sumatera Utara yang didukung oleh lokasi yang cocok untuk bertanam nanas. Selain itu daerah tersebut juga telah mulai mengembangkan nanas dengan bekerjasama bersama PT. Alami Agro Industry. Dengan pengambilan sampel di daerah ini, diharapkan dapat memberikan gambaran umum agribisnis nanas di Sumatera Utara dengan baik. Pengumpulan data dilakukan sejak bulan April sampai dengan bulan Mei 2007.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari wawancara dan pengisian kuisioner kepada responden serta pengamatan secara langsung di lapangan (observasi). Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang terdapat di Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian dan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara, Badan Pusat Statistik Tapanuli Utara. Data sekunder ini akan dipergunakan sebagai data penunjang bagi penelitian ini.

(49)

4.3. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan pada 40 petani di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Pemilihan responden dilakukan dengan metode snowballing. Mekanisme pemilihan sampel

yang dilakukan adalah sebagai berikut : pada daerah tersebut dicari satu orang yang representatif ke Dinas Pertanian Kecamatan Sipahutar (melalui PPL). Kriteria representatif yang dimaksud adalah petani nanas yang mempunyai luas lahan nanas yang paling luas di wilayah tersebut. Setelah selesai mewawancarai responden yang pertama, maka dicari responden yang berikutnya berdasarkan keterangan dari responden yang pertama tadi. Hal ini terus dilakukan sampai diperoleh 40 responden di daerah tersebut sampai ke tingkat pemasarannya. Sedangkan deskripsi sampel untuk agribisnisnya dilakukan secara purposive pada

PT. Alami Agro Industri dengan melakukan wawancara pada staf HRD dan bagian kepala departemen produksi.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif disajikan dengan menginterpretasikan dan mendiskripsikan data yang diperoleh, sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis data tersebut meliputi transfer data, editing data, pengolahan data dengan excel’97 dan alat hitung kalkulator, serta interpretasi secara deskriptif. Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis yang mendalam dan menyeluruh terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu aspek teknis, aspek

Gambar

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Nanas di   Provinsi Sumatera Utara, tahun 2000-2004
Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya (Soehardjo, 1997)
Gambar 2. Sistem Agribisnis Nanas dan Lembaga Penunjangnya di kabupaten  Tapanuli Utara
Gambar 3. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap Marjin  Tataniaga dan nilai Marjin Tataniaga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Reaksi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman pada umumnya mempunyai pH sekitar 6,5, karena pada pH yang demikian jasad renik dalam tanah hidup subur Tanah di Indonesia

Berdasarkan hasil tindakan pada siklus II, frekuensi pada masing-masing indikator keterampilan menyimpulkan telah mencapai indikator kinerja penelitian dengan

Hal tersebut menunjukkan bahwa persilangan antara pasangan tetua yang berjarak genetik dekat dapat menghasilkan progeni F 1 yang memiliki kedekatan jarak genetik terhadap salah

SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir. RKA SKPD 2.2 PEMERINTAH

Dari hasil pengujian t melalui spss 21 yang digambarkan pada tabel 4.3 menerangkan bahwa nilai t hitung untuk tingkat kepatuhan (X 1 ) sebesar 2,990 dengan

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa motivasi belajar dengan prestasi (hasil) belajar siswa memiliki pengaruh yang signifikan, dengan demikian dapat disimpulkan

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk metigetahui apakah ada perbedaan persepsi terhadap slogan iklan seperti "bukan basa-basi" antara

Seluruh responden terbanyak yaitu mahasiswa perempuan dengan rentang umur antara 20 s/d 30 tahun sebagai pengguna aplikasi android Internet Marketing