• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI POPULARITAS IRFAN BACHDIM DALAM IKLAN CLEAR DESTINATION LONDON (Studi Semiotik Representasi Popularitas Irfan Bachdim Dalam Iklan Clear Destination London Di Media Cetak Jawa Pos Edisi 6 Maret 2011).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REPRESENTASI POPULARITAS IRFAN BACHDIM DALAM IKLAN CLEAR DESTINATION LONDON (Studi Semiotik Representasi Popularitas Irfan Bachdim Dalam Iklan Clear Destination London Di Media Cetak Jawa Pos Edisi 6 Maret 2011)."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM IKLAN CLEAR DESTINATION LONDON

(Studi Semiotik Representasi Popularitas Irfan Bachdim Dalam Iklan Clear Destination London Di Media Cetak Jawa Pos Edisi 6 Maret 2011)

SKRIPSI

(Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur )

Oleh :

JEFRY ARDIANSYAH NPM. 0743010250

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

DALAM IKLAN CLEAR DESTINATION LONDON

(Studi Semiotik Representasi Popularitas Irfan Bachdim Dalam Iklan Clear Destination London Di Media Cetak Jawa Pos Edisi 6 Maret 2011)

SKRIPSI

Oleh :

JEFRY ARDIANSYAH NPM. 0743010250

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2011 

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala berkah, rahmat,

karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul

“REPRESENTASI POPULARITAS IRFAN BACHDIM DALAM IKLAN CLEAR DESTINATION LONDON”. Tujuan penulis meneliti iklan ini adalah untuk mengetahui maksud yang terkandung dalam iklan tersebut.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih

banyak kekurangannya meskipun penulis sudah berusaha sebaik-baiknya. Hal tersebut karena

masih kurangnya ilmu, penulis bersedia menerima saran dan kritik yang bersifat membangun

demi perbaikan dan penyempurnaan Skripsi ini.

Penyelesaian Skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan, bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Mengingat hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Bpk. Zainal Abidin Achmad. S.Sos, M.Si. M.ED

selaku Dosen Pembimbing Penulis yang sangat membantu dan memberikan banyak masukan

kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Dan tak lupa juga Penulis mengucapkan

banyak-banyak terima kasih kepada :

1. Allah SWT. yang senantiasa melimpahkan segala karuniaNYA sehingga penulis

mendapatkan kemudahan selama proses pengerjaan Skripsi.

(4)

“Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Juwito, S. Sos., Msi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak / Ibu Dosen serta staf karyawan Jurusan Ilmu Komnikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik yang telah memberi banyak dorongan pada penulis.

6. Mama, Papa, Adik yang telah banyak memberikan dorongan dalam segala hal baik moral

maupun material yang membuat penulis lebih bersemangat dalam menyelesaikan Skripsi.

7. Cah ayu ku “Ayy” Etika Sari Riftana beserta keluarganya tercinta dan tersayang yang

selalu ada untuk memberikan motivasi tiada henti bagi penulis.

8. Sahabat-sahabat tercinta Rea-Reo, Ranger’s, Yabaha Community dan teman-teman lainnya

yang selalu memberikan dukungan moral dan semangat yang tiada henti.

9. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh Penulis yang

sangat-sangat membantu untuk menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini belum sempurna dan penuh keterbatasan.

Dengan harapan bahwa laporan ini dapat berguna untuk teman-teman mahasiswa di Jurusan Ilmu

Komunikasi, maka saran dan kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki

kekurangan yang ada.

Surabaya, Mei 2011

(5)

Halaman

2.1.3. Celebrity Endorser Dan Popularitas ... 20

(6)

3.4.Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 53

4.1.1. Tentang Unilever Indonesia ... 53

4.1.2. Tentang Shampo Clear ... 55

4.1.3. Tentang Irfan Bachdim ... 56

4.2. Penyajian Data ... 59

4.3. Iklan Clear Destination London Versi Irfan Bachdim Dalam Model Semiotik Charles S. Pierce ... 60

4.4. Analisis Iklan Clear Destination London Versi Irfan Bachdim Dalam Tiga Kategori Tanda Model Semiotik Pierce 66 4.4.1. Ikon ... 66

4.4.2. Indeks ... 68

4.4.3. Simbol ... 73

4.5. Makna Keseluruhan Representasi Popularitas Irfan Bachdim Dalam Iklan Clear Destination London Di Media Cetak Dalam Model Triangel of Meaning Pierce ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

5.1 Kesimpulan ... 81

5.2 Saran ... 82

(7)

JEFRY ARDIANSYAH, “REPRESENTASI POPULARITAS IRFAN BACHDIM DALAM IKLAN CLEAR DESTINATION LONDON” (Studi Semiotik Representasi Popularitas Irfan Bachdim Dalam Iklan Clear Destination London Di Media Cetak Jawa Pos Edisi 6 Maret 2011).

Penelitian pada iklan Clear Destination London ini didasari pada ketertarikan peneliti untuk lebih mengetahui makna yang terkandung dalam iklan serta kepopuleran Irfan Bachdim yang digunakan sebagai ikon utamanya. Di sini Clear sebagai pengiklan akan mengadakan sebuah event yang bertemakan “Clear

Destination London” dimana pemenangnya akan berkesempatan menyaksikan

final Liga Champion bersama Irfan Bachdim di stadion Wembley, London.

Penelitian ini menggunakan studi semiotik Charles Sanders Pierce yang membagi tanda menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks, dan simbol. Adapun kajian teori yang digunakan oleh peneliti yaitu : Iklan Media Cetak, Celebrity Endorser, Paradigma Konstruksionis, Pendekatan Semiotik, Model Semiotik Charles S. Pierce, Representasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Semiotik yang bersifat Deskriptif Kualitatif dengan menggunakan iklan Clear Destination London versi Irfan Bachdim sebagai corpus. Unit analisis dalam penelitian ini adalah tanda-tanda yang ada dalam iklan berupa gambar, tulisan dan warna yang dimuat di media cetak.

(8)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam abad modern seperti sekarang ini, kebutuhan akan informasi

sudah merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk berbagai tujuan.

Manusia membutuhkan informasi antara lain untuk mengikuti atau

mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya, mencerdaskan

kehidupannya, memperluas cara berpandangnya, juga lebih meningkatkan

kedudukannya serta perannya di masyarakat.

Pesatnya perkembangan teknologi masa kini, berdampak terhadap

meningkatnya arus informasi, pengetahuan, serta tingkat kesadaran

masyarakat akan pentingnya sebuah informasi. Setiap saat manusia selalu

diterpa oleh segala jenis informasi yang berasal dari berbagai media. Karena

itulah media menjadi komoditas vital terhadap perkembangan kehidupan

manusia, siapa yang menguasai pemanfaatan media, akan mampu untuk

menguasai dunia. Hal ini dapat dipahami melihat kenyataan akan luasnya

rruang lingkup media massa dalam proses penyampaian pesan

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan

pesan dari komunikator pada khalayak. Masyarakat haus akan informasi

(9)

 

terdiri dari media cetak dan media elektronik. Media massa cetak terdiri dari

majalah, surat kabar, buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari

televisi, radio, internet dan lain-lain. Media cetak seperti majalah, surat kabar

dan buku justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada

pembacanya, karena ia sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media

lainnya (Cangara, 2005: 128).

Media cetak merupakan bagian dari perkembangan teknologi

komunikasi yang mampu memberikan berbagai macam informasi tertulis

yang dibutuhkan oleh masyarakat. Media cetak dalam menyajikan kedalaman

variasi dalam hal reportase jauh lebih baik daripada media elektronik, karena

kata-kata yang ada di dalamnya memiliki keakuratan dan kekuatan dalam

membentuk opini public tentang informasi yang dimuat. Selain itu media

cetak juga dapat dibaca kembali oleh pembaca yang ingin mengulang

bacaannya.

Surat kabar merupakan salah satu media massa cetak selain majalah,

buku-buku, brosur, dan materi cetakan lain. Surat kabar sebagai penyebar

berbagai informasi kepada khalayak luas selain menyajikan berbagai

informasi berupa berita, tips-tips, ruang bagi komentar pembaca, atau bisa

disebut dengan surat pembaca juga menyajikan produk jurnalistik lain yaitu

Advertising atau iklan.

Iklan sering kita jumpai dalam media massa seperti surat kabar,

majalah, radio, dan televisi. Di tempat-tempat keramaian seperti mall-mall,

(10)

 

melihatnya. Bahkan tidak jarang sarana umum di kota-kota besar seperti

jembatan penyebrangan dan tiang-tiang listrik tampak dipasangi iklan dari

suatu produk atau jasa tertentu yang ditawarkan.

Istilah iklan sendiri berasal dari bahasa inggris yaitu Advertising yang

menunjukkan suatu proses atau kegiatan komunikasi yang melibatkan

pihak-pihak sponsor (pemasangan iklan atau advertiser), media massa, atau agen

periklanan (biro iklan). Ciri utama dari kegiatan tersebut adalah kegiatan

pembayaran yang dilakukan para pemasang iklan melalui biro iklan atau

langsung kepada media massa terkait atas dimuatnya atau disiarkannya

penawaran barang atau jasa yang dihasilkan si pemasang iklan tersebut

(Aaker dalam Rendra, 2007:7)

Periklanan adalah suatu sarana penyebaran informasi dari produsen ke

konsumen. Periklanan digunakan sebagai salah satu kekuatan untuk mencapai

tujuan pemasaran barang atau jasa, baik tujuan jangka panjang maupun

jangka pendek. Iklan bertujuan untuk memperkenalkan suatu produk atau

membangkitkan kesadaran akan merek (brand awareness), citra merek

(brand image), citra perusahaan (corporate image), membujuk khalayak

membeli produk yang ditawarkan, memberikan informasi dan lain-lain. Pada

dasarnya iklan merupakan salah satu teknik komunikasi massa untuk

menyiarkan barang atau jasa yang ditawarkan oleh si pemasang iklan. Dengan

adanya iklan tersebut produsen mengharapkan suatu produk dapat

memberikan nilai yang lebih untuk merangsang ketertarikan konsumen. Iklan

(11)

 

pemasang iklan dan di desain untuk mencapai beberapa tujuan, yakni

membuat pasar sasaran menyadari (aware) akan suatu merek baru,

memfasilitasi pemahaman konsumen tentang berbagai atribut dan manfaat

merek yang diiklankan dibandingkan merek-merek pesaing, meningkatkan

sikap-sikap dan mempengaruhi niatan untuk membeli, menarik produk,

mendorong perilaku pembelian ulang. (Shimp dalam Kustadi 2004:189).

Untuk maksud tersebut pengiklan memanfaatkan kekuatan pencitraan

terhadap suatu produk atau gaya yang akan dipasarkan dengan perantara

media, sehingga iklan dapat menjadi realitas baru dari produk komoditas yang

dimediakan. Bahasa (Language) dan tanda (Sign) merupakan instrumennya.

Namun iklan tidak hanya menggunakan bahasa sebagai alatnya, tetapi juga

alat komunikasi lainnya seperti gambar, warna, dan bunyi. Pada dasarnya

lambang yang digunakan dalam iklan terdiri atas dua jenis, yaitu verbal dan

non verbal. Lambang verbal adalah bahasa yang kita kenal, lambang non

verbal adalah bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan yang tidak secara

khusus meniru rupa atau bentuk realitas.

Terkadang sebuah iklan akan senantiasa diingat oleh konsumen dari

tanda-tandanya, seperti gambar yang menarik atau tulisan yang unik. Pada

akhirnya apabila seseorang mengingat tanda-tanda khas dari suatu iklan yang

akan terdorong untuk mengingat dan mengidentifikasi hal-hal yang penting

lainnya yang tertera pada iklan tersebut. (Jefkins, 1995:16).

Kreatifitas dalam iklan sangat diperlukan, hal tersebut diharapkan

(12)

 

sesuatu yang simple menjadi rumit adalah hal yang biasa, tetapi membuat hal

yang rumit menjadi simple, sederhana dan mengagumkan itulah sebuah

kreatifitas yang diperlukan dalam beriklan. (Shimp, 2003:418).

Pada media cetak Jawa Pos edisi Minggu 6 Maret 2011, penulis

menemukan satu iklan yang tergolong unik dan menarik banyak simpati dari

para pembaca lainnya tentunya. Iklan yang diproduksi oleh Clear Shampo ini

mengusung tema sport dengan atlit timnas sepak bola Irfan Bachdim sebagai

icon utamanya. Di sini Clear sebagai pengiklan akan mengadakan sebuah

event yang bertemakan “Clear Destination London” dimana pemenangnya

akan berkesempatan menyaksikan final Liga Champion bersama Irfan

Bachdim di stadiun Wembley, London dengan syarat yang sangat mudah. Hal

inilah yang menjadikan penulis tertarik untuk meneliti interpretasi dari iklan

Clear Destination London versi “Irfan Bachdim” ini.

Clear adalah sebuah brand shampo yang diproduksi oleh PT.

Unilever. Clear ini sendiri sudah banyak mensponsori berbagai

kegiatan-kegiatan yang menyangkut kegiatan-kegiatan anak muda dengan kegiatan-kegiatan yang berbau

sport dan energik. Karena sesuai semboyan dari Clear yang melaunching

produk shampo barunya dengan nama Clear for men yang memang sebagian

besar dikhususkan kepada para laki-laki yang mempunyai aktifitas tinggi

sehingga menghasilkan banyak keringat yang menyebabkan munculnya

ketombe di kulit kepala.

Pada kesempatan kali ini, Clear mengadakan sebuah event dengan

(13)

 

stadion Wemble bersama atlit pesepak bola Naturalisasi timnas Indonesia

yang sedang digandrungi pada kalangan remaja karena performanya yang

sangat luar biasa dan memiliki paras yang rupawan yaitu Irfan Bachdim.

Nama Irfan Bachdim ini sendiri melejit setelah terhelatnya turnamen piala

AFF (ASEAN Football Federation) 2010. Media-media nasional sangat

gencar memberitakan tentang seorang Irfan Bachdim sehingga mendapatkan

simpati dari hati masyarakat.

Untuk mendukung kegiatan “Clear Destination London” yang

diadakan pada tanggal 20 Februari – 30 April 2011 ini, pihak produsen sudah

menyiapkan serangkaian kegiatan promosi untuk menyambut event tersebut.

Diantaranya adalah pembuatan iklan-iklan informasi kegiatan event yang

bertemakan “Clear Destination London” tersebut. Salah satu iklan yang

dikemas cukup unik oleh pihak produsen adalah iklan media cetak yang

dimuat di harian Jawa Pos pada edisi Minggu, 6 Maret 2011.

Penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan

dengan keunikan iklannya. Iklan tersebut merupakan penggalan dari iklan

yang ditayangkan di televisi. Iklan Clear Destination London tersebut

menampilkan icon seorang atlit Timnas Sepakbola Irfan Bachdim dengan

menggunakan baju berwarna hitam dengan garis-garis putih serta terdapat

tulisan angka 17 yang merupakan nomor punggung Irfan Bachdim di

seragam Timnas Indonesia. Pada bagian background belakang terdapat

gambar kota London dan stadion Wembley yang merupakan tempat

(14)

 

yang ingin disampaikan oleh Clear sebagai sang pembuat iklan namun

tentunya tidak ada produsen yang membuat iklan tentang suatu produk atau

kegiatan yang disponsori oleh produsen tersebut tanpa adanya pesan yang

ingin disampaikan di dalamnya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merasa tertarik

untuk menganalisa iklan Clear Destination London tersebut dengan

menggunakan studi Semiotik Charles S. Peirce untuk mengetahui bagaimana

makna yang terkandung dalam iklan Clear Destination London versi “Irfan

Bachdim” tersebut pada media cetak Jawa Pos edisi Minggu, 6 Maret 2011.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Representasi Popularitas Irfan

Bachdim Dalam Iklan Clear Destination London” di media cetak.

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

Representasi Popularitas Irfan Bachdim dalam iklan Clear Destination

London di media cetak serta mengungkap tanda dan bahasa yang tersembunyi

(15)

 

1.4Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan pada perkembangan dan pendalaman studi komunikasi tentang

analisis iklan dengan menggunakan pendekatan semiotika Charles Sander

Pierce, sehingga dapat digunakan sebagai bahan referensi mengenai studi

Semiotik Ilmu Komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pihak pengiklan agar

semakin kreatif dan tepat dalam pemilihan ikon atau tanda-tanda yang

(16)

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Media Massa Cetak

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni

media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun

elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat

di berbagai lapisan sosial, terutama di masyarakat kota. Keberadaan media

massa seperti halnya pers, radio, televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas

kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator

dangan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam

masyarakat (Sugiharti, 2000:3).

Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis yang

menugutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan

sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman putih (kasali,

1992:99). Sedangkan iklan media cetak adalah pesan atau informasi tentang

penawaran suatu produk atau jasa yang disampaikan kepada khalayak dengan

menggunakan media cetak seperti koran, majalah, tabloid, brosur dan

lain-lain.

Media cetak adalah kumpulan berbagai media informasi yang dibuat

(17)

tulisan (cetakan) dan sering kali disertai gambar sehingga dapat dilihat dan

dibaca (Madjadikara, 2004:12).

Media cetak merupakan suatu dokumentasi atas segala hal yang

dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh sang jurnalis

dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto dan sebagainya (Kasali,

1992:99).

Seperti media periklanan lainnya, media cetak juga memiliki

kelebihan dan keterbatasan, berikut ini beberapa kelebihan yang dimiliki oleh

media cetak dalam memuat sebuah iklan, yaitu:

1. Jangkauan khalayak lebih luas

2. Kemampuan untuk menyajikan materi pesan dengan rinci

3. Waktu yang tidak terbatas

4. Fleksibel

Selain memiliki kelebihan tentunya media cetak juga memiliki kelemahan,

antara lain:

1. "Clutter" (ketidak beraturan)

2. Bukan media yang selektif

3. Komposisi pembaca bisa berubah (Shimp, 2003:515).

Media massa yang paling pertama ditemukan adalah media cetak

berupa surat kabar. Definisi surat kabar tidak bisa lepas dari karakteristiknya.

Surat kabar (news paper) dapat diartikan sebagai penerbitan yang berupa

lembaran yang berisi berita – berita, karangan – karangan, dan iklan yang

(18)

Sebuah surat kabar isinya merupakan catatan peristiwa (berita) atau

karangan (artikel, feature, dsb) dan iklan karena biasa memuat hal yang

bersifat dagang (promosi) diterbitkan secara berkala (periodik). Waktu

penerbitannya akan menggolongkan sebagai sebuah surat kabar atas harian,

mingguan, bulanan, atau mungkin tahunan. Dijual untuk umum karena surat

kabar ditujukan untuk umum atau khalayak luas bukan personal.

Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang

terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum,

isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia

untuk diketahui pembaca (Effendy,1993:241).

Surat kabar juga mengandung aktualitas yang berarti “kini” dan

“keadaan sebenarnya”. Kedua-duanya erat sekali sangkut pautnya dengan

berita yang disiarkan surat kabar. Berita adalah laporan mengenai peristiwa

yang terjadi kini, dengan perkataan lain laporan mengenai peristiwa yang

baru terjadi dan yang dilaporkan itu harus benar. Tetapi yang dimaksudkan

aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah pertama, yaitu kecepatan laporan,

tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran berita (Effendy, 1993:119-121).

Arti penting surat kabar terletak pada kemampuannya untuk

menyajikan berita-berita dan gagasan-gagasan tentang perkembangan

masyarakat pada umumnya, yang dapat mempengaruhi kehidupan modern

seperti sekarang ini. Selain itu surat kabar mampu menyampaikan sesuatu

(19)

interpretasi mengenai beberapa hal, sehingga hampir sebagian besar dari

masyarakat menggantungkan dirinya kepada pers untuk memperoleh

informasi.

Selain surat kabar, media massa cetak yang lain adalah majalah.

Majalah itu sendiri berbeda dengan media cetak lainnya misalnya seperti

surat kabar, karena majalah dispesialisasikan untuk menjangkau konsumen

tertentu majalah juga dibedakan atas majalah bulanan, majalah dwimingguan

dan majalah mingguan. Yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik,

informasi yang patut diketahui oleh konsumen pembaca, artikel, sastra, dan

sebagainya.

Majalah merupakan media cetak yang contentnya mengarah pada

advertising, meskipun tidak secara penuh berisikan advertising, pada saat ini

majalah telah memiliki segmentasi audiens nya sendiri. Seperti para penyuka

olahraga tentunya akan cenderung membaca majalah olahraga,dan tidak

tertarik untuk membaca majalah yang memiliki segmentasi audiens lainnya.

Kelebihan yang dimiliki oleh majalah dibandingkan radio dan televisi,

ialah dikarenakan majalah merupakan media cetak,oleh sebab itu majalah

bersifat timeless, tidak menuntut audiens untuk tergesa-gesa dalam

mengnkonsumsi pesannya. Kelebihan lainnya, audiens lebih focus dalam

menangkap dan menginterpretasikan informasi yang disampaikan oleh

majalah.

Kekurangan majalah bila dikomparasikan dengan dua media

(20)

merupakan yang paling unggul dalam aktualitasnya menyampaikan pesan,

dan televisi yang juga dengan keunggulannya (audio visual) dalam transmisi

pesan yang dimilikinya dengan pesan audio visualnya. Hal tersebut berkaitan

dengan proses produksi dari ketiga media tersebut, dimana radio yang dalam

prosesnya lebih sederhana dibandingkan televisi dan majalah.

(http://lutviah.net/2011/01/14/media-massa-majalah/).

Majalah umumnya berjilid, sampul depannya dapat berupailustrasi

foto, gambar atau lukisan tetapi dapat pula berisi daftar isi atau artikel utama

serta kertas yang digunakan lebih mewah dari surat kabar. Mejalah sebagai

salah satu bentuk dari media massa yang sangat perlu diperhatikan

keheterogenan pembaca yang merupakan ciri dari komunikasi massa. Adanya

keinginan yang berbeda dalam pemenuhan kebutuhan sehingga sangatlah

penting bagi suatu majalah untuk mengelompokkan pembaca.

Pengelompokkan ini dilakukan dengan cara mengadakan rubrik untuk

kelompok pembaca tertentu sebagai sasarannya. Majalah adalah terbitan

berkalayang berita bacaannya ditujukan untuk umum dan ditulis oleh

beberapa orang dengan bahasa yang popular sehingga mudah dipahami oleh

masyarakat.

Menurut Junaedhi (1991:54), dilihat dari isinya majalah dibagi dua

jenis, yaitu :

1. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum,

(21)

2. Majalah Khusus

Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang

khusus seperti majalah keluarga, politik dan ekonomi.

Sebagai terbitan berkala, majalah selain sebagai penyampai dan

penafsir pesan juga berfungsi sebagai ajang diskusi berkelanjutan. Dalam

membahas suatu masalah, majalah bisa melakukannya dalam waktu lama,

bahkan nyaris tidak terbatas selama masih ada peminatnya dari topik yang

dibicarakan tersebut (Rivers, 2004:212).

Jenis-jenis majalah itu sendiri dapat dibedakan atas dasar frekuensi

penerbitan dan khalayak pembaca. Sedangkan frekuensi penerbitan di

Indonesia pada umumnya terbit mingguan, bulanan, dua kali sebulan, tiga kali

sebulan dan bahkan ada pula yang terbit triwulanan.

Klasifikasi majalah menurut khalayak pembaca umumnya dibagi

menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Majalah Konsumen yakni majalah yang diarahkan pada para konsumen

yang akan langsung membeli barang-barang konsumsinya.

Majalah-majalah jenis ini dijual secara eceran, langganan, dan di toko-toko buku.

2. Majalah Bisnis yakni majalah yang ditujukan untuk kepentingan kalangan

bisnis.

3. Majalah Pertanian yakni majalah yang ditujukan kepada para petani atau

(22)

Pembaca majalah dapat diklasifikasikan menurut segmen-segmen

demografis, misalnya majalah anak-anak, remaja, pria, wanita, wanita dewasa

ataupun pria dewasa, dan secara geografispsikografis dan segi kebijakan

editorial. Dari segi kebijakan editorial dapat dibedakan antara majalah berita

(tempo, editor), majalah umum (intisari), wanita (femina, kartini), bisnis

(swasembada, warta ekonomi) dan spesial interest (ASRI) dan lain-lain.

Majalah sebagai media massa tidak melepaskan konsekuensinya

sebagaii alat yang ampuh untuk menyebarkan informasi, edukasi dan budaya.

Dari media itu kita bisa tahu mengenai apa yang wajar atau disetujui, apa

yang salah dan apa yang benar, apa yang semestinya diharapkan sebagai

individu, kelompok atau bangsa lain. Majalah memang dianggap sebagai

media massa, meskipun demikian masih tercatat ada ratusan majalah khusus

(spesial interest magazine), yang masing-masing ditujukan untuk khalayak

yang memiliki perhatian dan gaya hidup khusus (Shimp, 2003:517).

Selain kedua media massa cetak tersebut terdapat satu lagi media

massa yang tidak kalah pentingnya di kalangan masyarakat, yaitu tabloid.

Tabloid adalah surat kabar ukuran kecil (setengah dari ukuran surat kabar

biasa) yang banyak memuat berita secara singkat, padat, dan bergambar, serta

mudah dibaca khalayak umum. Tabloid pertama kali muncul di Amerika pada

tahun 1920-an, pada masa kejayaannya karena yang isinya yang sensasional.

Pihak gereja sempat melarang jemaatnya untuk membaca tabloid, yang

terkenal antara lainnya New York House. Di Inggris terkenal Bild Zeitung

(23)

The Sun and The People. Di Indonesia tabloid lebih diartikan pada pengertian

ukuran dan format bukan dalam pengertian pers barat (Junaedhi,1993:260).

Sejak tahun 1940-an, banyak surat kabar di Indonesia terbit dalam

ukuran tabloid. Tabloid yang pertama populer di Indonesia adalah Mutiara

yang diterbitkan oleh kelompok Sinar Harapan pada tahun 1964. Effendy

menyatakan ciri-ciri surat kabar yang diantaranya secara tidak langsung

menyebutkan ciri dari tabloid, penerbitnya yang sifatnya khusus tidak

termasuk surat kabar, misalnya tabloid politik, agama, dsb.

(Effendy,1993:91).

Ada ahli yang memaparkan definisi dari tabloib yaitu, Kurniawan

Junaedhi. Dalam bukunya Ensiklopedi Pers Indonesia, memberikan

pengertian Tabloid. Secara singkat tabloid adalah surat kabar yang terbit

dengan ukuran setengah dari ukuran surat kabar biasa. Umumnya disajikan

dengan gaya jurnalistik khas. Dikalangan pers barat, tabloid juga sering

diartikan sebagai berita – berita seputar seks, kriminal, dan key hole atau

berita – berita seputar dapur dan kamar tidur orang yang tidak ada sangkut

pautnya dengan kepentingan umum yang sangat menarik untuk diulas lebih

tajam serta dapat menjadi konsumsi bagi masyarakat luas sehingga berita

yang dihasilkan akan lebis spesifik dan lebih menjurus kepada pemberitaan

yang kebanyakan hanya mengulas tentang beberapa topik berita saja

(24)

2.1.2 Iklan Media Cetak

Iklan merupakan komunikasi komersil dan non personal tentang sebuah

organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target

melalui media bersifat massal seperti televisi, koran, majalah, direct mail,

reklame luar ruang atau kendaraan umum (Lee, 2004:3).

Iklan sebagai bentuk pesan tentang produk atau jasa yang dibuat

semenarik mungkin oleh perancang iklan. Ide kreatif para perancang Iklan

dituangkan melalui penggunaan bahasa, slogan dan jingle iklan untuk lebih

mudah menarik perhatian dan menanamkan image atau citra pada khalayaknya

(Kasali, 1992:9)

Salah satu sarana yang sangat efektif bagi para pembuat Iklan sebagai

tempat untuk menuangkan pesan dari pihak produsen yang akan disampaikan

kepada konsumen adalah dalam bentuk Iklan media cetak.

Menurut Agustrijanto (2002:116), pemasangan iklan di media cetak

(koran, majalah, tabloid) termasuk sesuatu yang paling dicari para pemasang

iklan dan biro iklan karena tergolong praktis, cepat dan dengan harga

terjangkau. Istilah iklan koran yang akrab di telinga masyarakat menunjukkan

jika media cetak menempati posisi penting. Daya jangkau dan edar koran bisa

sampai ke pelosok. Perkembangan iklan telah menciptakan segmentasi dan

mengidentifikasikan koran menurut karakteristik sosial, ekonomi dan

pendidikan para pembacanya.

Dalam pengertian ini, pada media cetak yang dipakai untuk memasang

(25)

baris, iklan display, dan iklan advetorial. Iklan baris adalah iklan yang

pertama kali dikenal masyarakat. Umumnya hanya terdiri dari iklan lowongan

pekerjaan; iklan penjualan rumah, mobil bekas, tanah, handphone, dan

penawaran jasa tertentu. Iklan ini ukurannya kecil dan banyak mengandung

singkatan tertentu.

Iklan display merupakan iklan yang paling dominan pada surat kabar

maupun majalah. Ukurannya sangat bervariasi, biasanya minimal dua kolom,

hingga maksimal satu halaman. Iklan advertorial adalah iklan yang ditulis

dengan gaya editorial. Isi pesan dan gaya penulisannya lebih serius. Dalam

modul ini yang menjadi fokus pembelajaran adalah iklan jenis display dan

advertorial.

Iklan di media cetak baik itu yang terdapat dalam surat kabar maupun

majalah, memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Tergolong praktis, cepat, dengan harga terjangkau.

2. Daya jangkau dan edar surat kabar dapat sampai pelosok. Perkembangan

zaman telah menciptakan segmentasi, dan megidentifikasi surat kabar dan

majalah menurut karakteritik sosialpendidikan pembacanya.

3. Peranan jenis huruf, ukuran, aspek lay out turut menentukan keberhasilan

iklan.

(26)

Anatomi yang dipakai untuk eksekusi (produksi) iklan media cetak

menurut Mardjadikara (2004: 25), sebagai berikut :

1. Headline atau judul yang tentunya harus ada kaitannya dengan bodycopy.

2. Visual, ilustrasi, gambar atau foto orang model atau apa pun yang

berkaitan dengan konsep kreatif dan atau foto produk itu sendiri.

3. Bodycopy atau teks yang memberikan informasi lebih rinci tentang produk

atau jasa yang akan dijual.

4. Produck shot atau foto produk (yang sekaligus bisa menampilkan nama

merk) Produk shot ini bisa saja merupakan ilustrasi utama.

5. Baseline yang bisanya terletak paling bawah di layout iklan. Di bagian

bawah ini bisa dimasukkan, slogan, cath phrase, atau nama dan alamat

perusahaan pengiklan.

Disebutkan juga adanya unsur lain dalam anatomi iklan media cetak, yaitu :

1. Kupon, jika pengiklan menginginkan respon langsung (direct respon) dari

sasaran atau untuk kepentingan survei konsumen.

2. Flash yaitu, misalnya perkataan Baru, Diskon, Cuci Gudang yang ditulis

dengan grafis tertentu untuk mendapat pehatian khusus konsumen.

Terkadang ada iklan yang dibuat sengaja tidak lengkap. Misalnya

hanya memuat headline dan tidak jelas mengiklankan produk atau jasa apa

(27)

menampilkan produk tanpa label atau sebagian saja. Inilah iklan yang

biasanya disebut dengan teaser, yang maksudnya sebagai prakondisi

kampanye utama yang akan dilancarkan. Ide strategi keratif dari iklan ini

adalah menciptakan rasa penasaran orang akan iklan berikutnya.

Jadi, iklan media cetak adalah pesan atau informasi tentang suatu

produk atau jasa yang disampaikan pada khalayak dengan menggunakan media

cetak seperti koran, brosur, majalah, dan lain-lain dari perantara yang bersifat

menginformasikan kepada khalayak serta bertujuan untuk meraih keuntungan

di bidang bisnis (Mardjadikara, 2004: 25).

2.1.3 Celebrity Endorser Dan Popularitas

Penggunaan selebriti sebagai endorser (pendukung) dalam iklan suatu

produk dipercaya dapat mendongkrak penjualan. Pasalnya, selain

meningkatan brand awareness, sang selebriti juga sekaligus mewakili

kepribadian merek yang mereka bawakan dan diharapkan dapat mendekati

target konsumen dengan baik. Menurut Terence A. Shimp (2003), asosiasi

berulang dari suatu merek dengan seorang selebriti akhirnya membuat

konsumen berpikir bahwa mereka tersebut memiliki sifat-sifat menarik yang

serupa dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh si selebriti. Lebih umum lagi,

para konsumen mungkin menyukai merek hanya karena mereka menyukai

selebriti yang mendukung produk tersebut.

Selebriti dipandang sebagai individu yang digemari oleh masyarakat

(28)

Kata- kata yang diucapkan dan bahkan terkadang hanya kharisma dari

seorang selebriti mampu mempengaruhi seseorang untuk berhenti dan

mengarahkan perhatian kepadanya. Penggunaan selebriti sebagai endorser

atau pendukung dalam kegiatan promosi sudah berlangsung cukup lama.

Dengan menggunakan selebriti sebagai endorser dipercaya dapat

mempengaruhi minat beli konsumen dan kemudian mendongkrak penjualan

produk. Pasalnya, selain meningkatkan perhatian (attention) dan daya ingat

(recall), sang selebriti juga sekaligus mewakili kepribadian dari merek yang

mereka bawakan dan dengan itu diharapkan dapat mendekati target konsumen

dengan baik.

Telah ditemukan beberapa bukti yang mengindikasikan bahwa

konsumen akan lebih tertarik untuk melakukan pembelian terhadap suatu

barang dan jasa yang telah didukung oleh selebriti dibandingkan dengan

barang dan jasa yang tidak didukung oleh selebriti. (Dyson & Turco, 1998)

Selebriti sendiri merupakan tokoh (aktor, penghibur, atau atlet) yang

dikenal masyarakat karena prestasinya di dalam bidang-bidang yang berbeda

dari golongan produk yang didukung. (Shimp, 2003). Pada saat ini sudah

banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan selebriti dalam

menyampaikan pesan-pesan iklan dari produk yang mereka hasilkan. Mulai

dari bintang televisi, aktor film, para atlet terkenal dan lain sebagainya

digunakan secara luas di dalam iklan-iklan di majalah, radio dan iklan di

(29)

Iklan haruslah menampilkan sesuatu yang mudah di ingat, dan salah

satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan selebriti, yang

selanjutnya dapat berimbas pada peningkatan penjualan. Meskipun begitu

besar pengaruh dari penggunaan selebriti sebagai endorser suatu produk,

tetapi tidak semua dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diperhatikan berbagai aspek dalam

penentuan selebriti sebagai endorser.

Suatu konsep yang dapat digunakan adalah FREDD (Familiarity,

Relevance, Esteem, Differentiation, Decorum). Tiap kriteria yang ada dalam

konsep tersebut, membawa pengaruh dan mempunyai mekanisme tersendiri

dalam mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yang nantinya akan

menentukan apakah penggunaan selebriti sebagai endorser dapat benar-benar

efektif. Terkadang beberapa perusahaan hanya berpikir jangka pendek dalam

menggunakan selebriti sebagai endorser produk mereka. Hal tersebut

dikarenakan kurangnya kemampuan dari para selebriti sendiri dalam

mengelola image mereka, sehingga berpengaruh tehadap menurunnya

kredibilitas dan kesukaan orang pada mereka.

Celebrity endorser merupakan pendekatan komunikasi yang menarik, meski tidak ada garansi yang pasti, tetapi hal tersebut dapat diusahakan.

Strategi celebrity endorser haruslah terintegrasi dengan karakteristiktarget

market dan unsur marketing mix yang lainnya, seperti desain produk,

(30)

2.1.4 Paradigma Konstruksionis

Pendekatan konstruksionis tumbuh berkat dorongan kaum interaksi

simbolik dan karya-karya Schutz, Berger dan Lukman (Eriyanto, 2005:40).

Pendekatan ini terutama memandang bahwa kehidupan sehari-hari terutama

adalah kehidupan melalui dan dengan bahasa. Bahasa tidak hanya mampu

membangun simbol-simbol yang diabstraksikan dari pengalaman sehari-hari,

melainkan juga 'mengembalikan' simbol-simbol itu dan menghadirkannya

sebagai unsur yang obyektif dalam kehidupan sehari-hari. Ada empat asumsi

yang melekat pada pendekatan konstruksionis :

1. Dunia ini tidaklah tampak nyata secara obyektif pada pengamat, tetapi

diketahui melalui pengalaman yang umumnya dipengaruhi oleh bahasa.

2. Kategori linguistik yang dipergunakan untuk memahami realitas bersifat

situasional, karena kategori itu muncul dari interaksi sosial dalam

kelompok orang pada waktu dan tempat tertentu.

3. Bagaimana realitas tertentu dipahami pada waktu tertentu dan ditentukan

oleh konvensi komunikasi yang berlaku pada waktu itu. Karena itu,

stabilitas dan instabilitas pengetahuan banyak bergantung pada perubahan

sosial ketimbang realitas obyektif di luar pengalaman.

4. Pemahaman realitas yang terbentuk secara sosial membentuk banyak

aspek kehidupan lain yang penting. Bagaimana kita berfikir dan

berperilaku dalam kehidupan sehari hari umumnya ditentukan oleh

(31)

Paradigma konstruksionis melihat komunikasi sebagai produksi dan

pertukaran makna yang menjadi titik perhatian bukan bagaimana seseorang

mengirimkan pesan, tetapi bagaimana masing-masing pihak dalam lalu lintas

komunikasi saling memproduksi dan mempertukarkan makna.

Fokus dari pendekatan ini adalah bagaimana pesan dibuat atau

diciptakan oleh komunikator dan bagaimana pesan itu secara aktif ditafsirkan

oleh individu sebagai penerima.

2.1.5 Rekonstruksi Realitas Sosial

Dalam pandangan konstruksionis, tidak ada realitas dalam arti riil yang

seolah-olah ada, sebelum peneliti mendekatinya. Yang ada sesungguhnya

konstruksi atas suatu realitas. Realitas sosial tergantung pada bagaimana

seseorang menafsirkannya. Pendekatan konstruksionis menilai orang

mempunyai pengalaman, latar dan sistem makna yang berbeda yang

menyebabkan peristiwa sama dapat dipahami secara berbeda.

Tujuan dari penelitian konstruksionis, seperti dikatakan Lawrence

Newman (Eriyanto, 2005:46), adalah untuk mempelajari bagaimana individu

hidup dalam lingkungan sosial atau bagaimana seseorang memahami realitas

sosial. Untuk dapat mengerti bagaimana ia hidup dalam pengalaman

keseharian, peneliti bukan hanya perlu menafsirkan tindakan sosial tersebut,

(32)

2.1.6 Pendekatan Semiotik

Semiotik adalah ilmu tanda, istilah tersebut berasal dari kata Yunani,

yaitu semion yang berarti "tanda". Tanda terdapat dimana-mana, kata adalah

tanda, demikian pula gerak isyarat seperti anggukan kepala, menggelengkan

kepala, lambaikan tangan, kedipan mata, dan sebagainya. Bidang kajian

semiotik adalah mempelajari fungsi tanda dalam teks, yaitu bagaimana

memahami sistem tanda yang ada dalam teks yang berperan membimbing

pembacanya agar bisa menangkap pesan yang terkandung (Sobur, 2001:95).

Salah satu tokoh dalam komunikasi yaitu Littlejohn yang

mendefinisikan semiotik sebagai ilmu yang mempelajari tanda atau bagaimana

berbagai tanda dipergunakan dalam proses interpretasi, semiotik dipandang

sebagai suatu cara untuk membuat struktur pesan, berbagai tanda yang

dipergunakan dan makna dari tanda tersebut yang dapat dipahami, dimengerti

oleh individu. Dengan kata lain, semiotik merupakan studi tentang tanda dan

segala yang berhubungan dengan cara fungsinya, hubungan dengan tanda-tanda

lain, pengirimnya, penerimaannya (Littlejohn, 1991:346).

Selain Littlejohn ada pula tokoh semiotik lainnya, yaitu Charles S.

Pierce, sebagai salah satu tokoh semiotik dia berpendapat Bahwa antara

signifier (penanda) Signified (pertanda) dalam aliran strukturalismenya

terdapat hubungan, yaitu ikon, indeks dan simbol. Ikon merupakan tanda yang

serupa dengan benda atau realita yang ditandai. Indeks adalah tanda yang

(33)

hubungan dengan yang ditandai terbentuk secara bersama-sama (Sudjiman,

1992:57).

Menurut John Fiske, pada intinya semua model yang membahas

mengenai makna dalam studi semiotik memiliki bentuk yang sama yaitu

membahas tiga area penting, yaitu:

1. Sign atau tanda itu sendiri Pada wilayah ini akan dipelajari tentang

macam tanda. Cara seseorang dalam memproduksi tanda,

macam-macam makna yang terkandung didalamnya dan juga bagaimana mereka

saling berhubungan dengan orang-orang yang menggunakannya. Dalam

hal ini tanda dipahami sebagai kontruksi makna dan hanya bisa dimaknai

oleh orang-orang yang telah menciptakannya.

2. Codesi atau kode Sebuah sistem yang terdiri dari berbagai macam tanda

yang terorganisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat atau

budaya untuk mengekploitasikan media komunikasi yang sesuai dengan

tranmisi pesan mereka.

3. Budaya Lingkungan dimana tanda dan kode berada. Kode dan lambang

tersebut segala sesuatunya tidak mudah lepas dari latar belakang budaya

dimana tanda dan lambang itu digunakan.

Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari dari berbagi

ahli, seperti Saussure, Pierce dan sebagainya. Pada penelitian ini yang akan

digunakan adalah model semiotik milik Pierce, karena adanya kelebihan yang

(34)

Tampilan iklan yang muncul di berbagai media tersebut terdapat

berbagai macam tanda yang dibuat oleh pengiklan dalam usahanya untuk

memberikan pesan atau informasi bagi khalayak berupa karikatur. Berbagai

macam tanda itulah yang hendak dikaji dalam sebuah tampilan iklan melalui

pendekatan semiotika.

Pendekatan semiotik diaplikasikan untuk menjelaskan penggunaan

tanda-tanda dalam pesan yang dikomunikasikan, sehingga penelitian dengan

menggunakan pendekatan semiotik dikategorikan sebagai penelitian isi media.

Penelitian isi media dibagi dalam dua jenis, yaitu analisis isi tradisional dan

strukturalisme. Kedua jenis metode tersebut berakar dari paham yang berbeda.

Analisis isi tradisional berasal dari paham empiris, sedangkan semiotik berasal

dari paham struktural. Perbedaan antara analisis isi tradisional dan paham

struktural (semiotik) dijelaskan sebagai berikut:

1. Paham struktur tidak bersifat kuantitatif, karena makna suatu pesan berasal

dari hubungan, oposisi dan konteks dan kualitas acuan.

2. Arah perhatian semiotik lebih pada hal-hal yang tersembunyi dari isi pesan

3. Paham struktur lebih sistematis dengan tidak menekankan pada prosedur

sampling dan menolak ide bahwa semua satuan isi harus diperlakukan sama

dan prosedur yang sama dapat diterapkan dengan cara serupa bagi berbagai

teks yang berbeda, seperti yang biasa dilakukan pada analisis tradisional.

4. Paham struktur tidak memungkinkan adanya asumsi bahwa dunia realitas

sosial budaya dari suatu pesan dan penerima pesan melibatkan sistem dasar

(35)

Komunikasi merupakan sebuah konsep, utama dalam semiotik sehingga

batasan antara semiotik dengan ilmu komunikasi tidak jelas terlihat.

Penggunaan semiotik dalam Iklan media cetak dapat digunakan mengingat

iklan juga merupakan aktifitas semiotik. Periklanan semakin berkembang

akhir-akhir ini dan semiotik memiliki peranan penting di dalam mengartikan

makna dalam iklan media cetak tersebut (Sudjiman, 1992:32).

2.1.7 Model Semiotik Charles S. Pierce

Semiotika modern memang mempunyai dua orang bapak, yaitu

Charles Sanders Pierce dan Ferdinand de Saussuru. Mereka tidaklah saling

mengenal, kenyataan ini menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan yang

penting, terutama dalam penerapan konsep-konsep (Sobur, 2006:110).

Perbedaan paling nyata dapat dilihat dari sudut pandang kedua semitikus

tersebut. Saussure lebih menekuni tanda-tanda linguistic umum, sementara

Pierce berangkat dari tanda global atau pansemiotic. Namun peneliti hanya

akan membahas lebih jauh pandangan Pierce, karena dalam memaknai iklan

pada media cetak lebih mengacu pada teori Pierce.

Semiotik untuk media massa tidak hanya terbatas sebagai kerangka

teori, namun sekaligus sebagai metode analisis (Sobur, 2006:83). Bagi Pierce

tanda ” is something which stand to somebody for somthing in some respect

or capacity”. Kita misalnya dapat menjadikan teori segitiga makna (triangle

meaning) menurut Pierce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan

(36)

dapat berfungsi, oleh Pierce disebut ground, object dan interpretant (Sobur,

2006:41).

Sementara itu interpretant adalah tanda yang ada dalam benak

seseorang tentang obyek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen

makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka munculah makna

tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna adalah persoalan

bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang

pada waktu berkomunikasi (Kurniawan, 2008:37)

Charles S. Pierce menjelaskan istilah tanda (sign) yang merupakan

representasi dari sesuatu di luar itu sendiri, yang disebut obyek (object) dan

kemudian dipahami oleh peserta komunikasi (interpretan). Model semiotik

dapat digambarkan dalam bentuk seperti berikut:

Gambar 2.1 Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant Pierce

Garis-garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungan

antara satu elemen dengan elemen lainnya. Menurut Pierce, salah satu bentuk

tanda adalah kata. Sedangkan obyek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Object

Sign

(37)

Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang

obyek yang dirujuk sebuah tanda (Sobur, 2001:115).

Bila dilihat dari sudut pandang ilmu komunikasi, pendekatan semiotik

merupakan kategori pendekatan data pada media, komunikasi yang

merupakan sebuah konsep utama dalam semiotik sehingga batasan antara

semiotik dan ilmu komunikasi tidak jelas terlihat. Penggunaan semiotik dalam

media cetak dan elektronik dengan menggunakan pendekatan semiotik dapat

dilakukan mengingat hal tersebut juga merupakan aktifitas semiotik.

Charles S. Pierce membagi antara tanda dan acuannya menjadi tiga

kategori, yaitu ikon, indeks dan simbol. Ketiga kategori tersebut digambarkan

melalui model segitiga sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kategori Tipe Tanda Dari Pierce (Sumber: John Fiske, 2004:70)

Ikon adalah suatu tanda yang hubungan antara petanda dan pertandanya bersifat kemiripan. Misal pada peta Madura atau seseorang yang

merupakan ikon pada orang yang ada pada foto tersebut. I k o n

(38)

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan pertanda yang bersifat hubungan sebab akibat, atau tanda yang

langsung mengacu pada kenyataan. Seperti asap sebagai indeks akan adanya

api atau bersin sebagai indeks sakit flu.

Simbol adalah tanda yang menunjukkan antara penanda dan pertanda yang bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian)

masyarakat (Sobur, 2003:41-42).

Dengan mengacu pada model Pierce, maka diketahui bahwa makna

dalam suatu teks tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan diproduksi dalam

hubungan antara teks dengan pengguna tanda.

Hal ini merupakan tindakan dinamis, kedua elemen saling memberi

sesuatu yang sejajar, bila suatu teks pengguna tanda berasal dari budaya yang

relatif sama, interaksi antara keduanya akan lebih mudah terjadi, konotasi dan

mitos dalam teks telah menjadi referensi pengguna tanda yang bersangkutan

(Sobur, 2001:115).

2.1.8 Representasi

Representasi adalah konsep yang mempunyai beberapa pengertian. Ia

adalah proses sosial dari ”representing”. Ia juga produk dari proses sosial

”respresenting”. Representasi merujuk baik pada proses maupun produk dari

pemaknaan suatu tanda. Representasi juga bisa berarti proses perubahan

konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang kongkret.

(39)

laki-laki misalnya, akan mudah terlihat dari cara kita memberi hadiah ulang

tahun kepada teman-teman kita yang laiki-laki, perempuan dan anak-anak.

Begitu juga dengan pandangan-pandangan hidup kita terhadap cinta, perang,

dan lain-lain akan tampak dari hal –hal yang praktis juga. Representasi adalah

konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem

penandaan yang tersedia: dialog, tulisan, video, film, fotografi, kartun, dan

sebagainya. Secara ringkas, representasi adalah produki makna melalui

bahasa.

Menurut Stuart Hall (1997), representasi adalah salah satu praktek

penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep

yang sangat luas, kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas,

kebudayaan menyangkut ’pengalaman berbagi”. Seseorang dikatakan berasal

dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu membagi

pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama,

berbicara dalam bahasa yang sama, dan salaing berbagi konsep yang sama.

Bahasa adalah medium yang menjadi perantara kita dalam memaknai

sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Bahasa mampu melakukan

semua ini karena ia beroprasi sebagai sistem representasi. Lewat bahasa

(simbol-simbol dan tanda tertulis, lisan, atau gambar) kita sesuatu hal yang

sangat tergantung dari cara kita ”mempresentasikannya” Dengan mengamati

kata-kata yang kita gunakan dan imej-imej yang kita gunakan dalam

mempresentasikan sesuatu bisa terlihat jelas nilai-nilai yang kita berikan pada

(40)

2.1.9 Penggunaan Warna Dalam Iklan

Warna memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan banyak hal

kepada para pembeli prospektif termasuk kualitas rasa, serta kemampuan

produk untuk memuaskan beragam kebutuhan psikologis (Shimp, 2003:308).

Dalam kegiatan periklanan, teknik pewarnaan memiliki peranan

penting dalam menentukan respon konsumen terhadap sebuah Iklan, warna

merupakan salah satu aspek penting dari komunikasi visual. Konsumen bisa

sangat tertarik atau bahkan tidak menyukai sebuah Iklan hanya karena teknik

pewarnaan yang digunakan dalam Iklan tersebut. Hal ini dikarenakan teknik

pewarnaan yang digunakan dalam Iklan dapat menarik perhatian dan

meningkatkan daya jual dan konsumen dari sebuah produk.

Para teoritis bahasa mengemukakan kata memiliki makna majemuk.

Setiap kata dari kata-kata, seperti: merah, kuning, hitam, dan putih memiliki

makna konotatif yang berlainan. Dalam Roget’s Thesaurus, seperti dikutip

Mulyana (2003, 260-261), terdapat kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam,

dalam beberapa kepercayaan warna-warna seperti warna hitam hitam dan

abu-abu memiliki asosiasi yang kuat dengan bahasa, hitam tidak dapat

dipisahkan dari halyang bersifat buruk dan negatif, misal: daftar hitam, dunia

hitam, dan kambing hitam.

Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat

positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu yang

(41)

seperti:murni, bersih, suci. Jadi kata hitam umumnya berkonotasi negatif dan

warna putih berkonotasi positif (Sobur, 2001:25).

Warna mampu memberikan pemaknaan tentang suatu hal, misalkan

warna merah berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah darah lebih

tua dibandingkan merah itu sendiri, namun di beberapa bahasa kata merah

digunakan pada saat bersamaan menjadi merah darah. Karena unsur-unsur

tersebut, merah dapat diartikan sebagai hasrat yang kuat dalam hubungannya

dengan ikatan, kebenaran dan kejayaan, namun tak jarang pula warna merah

diartikan sebagai suatu kebencian dan dendam tergantung dari segi intuasi

(Mulyana, 2001:376).

Pemilihan warna adalah satu hal yang sangat penting dalam

menentukan respon dari pengunjung atau pengamat serta pemerhati iklan.

Warna adalah hal pertama yang dilihat oleh seseorang pengunjung atau

pengamat (terutama warna background), dan dalam pemilihan warna yang

tepat akan dapat menyesuaikan tema Iklan yang ditampilkan. Cara ini akan

membuat kesan untuk pengamat ataupun pemerhati iklan agar menarik

produk yang disponsorkan. Warna-warna tersebut dapat diartikan sebagai

berikut:

1. Merah

Merah merupakan warna power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresif,

bahaya, kekuatan, kemauan, eksentrik, aktif, bersaing, warna ini

memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat. Sering juga

(42)

2. Orange

Orange merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan, antusiasme,

perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan, keadilan, penjualan,

persahabatan, daya tahan, kegembiraan, tekanan sosial, modal kecil,

ketertarikan dan independent, ketidak-tahuan, melempem, keunggulan,

kerahasiaan.

3. Kuning

Warna kuning bersifat menonjol, semangat, untuk maju dan toleransi

tinggi. Pengaruh warna ini antara lain riang, dermawan, dan sukses.

Kuning adalah warna yang berkesan optimis, dan termasuk pada golongan

warna yang mudah menarik perhatian.

4. Merah Muda

Merah muda berarti memiliki asosiasi yang kuat dengan citra,

kegembiraan dan kesenangan. Ikatan antara merah dan kehidupan

memiliki peranan yang penting dalam kebudayaan di bumi

5. Hijau

Hijau melambangkan alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan, warna

bumi, penyembuhan fisik, kesuksesan materi, kesuburan, keajaiban,

tanaman dan pohon, pertumbuhan, kebangkitan, kesegaran, rujukan,

kokoh, tegak, mempertahankan miliknya, keras kepala.

6. Biru

Biru melambangkan kepercayaan, konservatif,, keamanan,, teknologi,

(43)

cinta, kesedihan, kestabilan, ketenangan, persahabatan, kepercayaan diri,

kesadaran, pesan, ide. Warna biru dapat membuat orang lebih konsentrasi.

7. Biru Muda

Warna biru muda melambangkan sifat yang teguh dan kokoh. Tetapi

biasanya sedikit keras kepala, serta sering berbangga diri dan memiliki

pendirian yang tetap.

8. Abu-abu

Abu-abu melambangkan intelek, masa depan, kesedihan, keamanan,

rebilitas, kepandaian, tenang, serius, kesederhanaan, kedewasaan, praktis,

bosan, profesional, diam, kualitas.

9. Putih

Putih melambangkan posesif, ketetapan, ketidak bersalahan, steril, mati,

kedamaiaan, pencapaian tertinggi, kebersihan, keperawanan, lugu, murni,

ringan, netral, cahaya, persatuan, kesempurnaan.

10. Hitam

Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri,

ketakutan, kesedihan, perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif,

mengikat, kekayaan, perasaan yang dalam, kejahatan, formalitas.

11. Ungu/Jingga

Ungu/jingga memiliki makna spiritual, misteri, kebangsawanan,

tranformasi, kekasaran, pengaruh, pandangan ketiga, pengetahuan yang

tersembunyi, telepati, imajenasi, intuisi, mimpi, kekayaan, feminim,

(44)

12. Cokelat

Warna cokelat adalah warna yang terkesan paling dekat dengan bumi

sehingga membuat kita merasa dekat. Cokelat bisa menjadi sumber energi

yang konstan, serta membuat kita kuat, dan juga memberikan rasa nyaman

dan hangat (Mulyana, 2001:377).

2.1.10 Font

Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan gerak

mata. Energi ini dapat dimanfaatkan secara positif apabila dalam

penggunaanya senangtiasa diperhatikan kaidah-kaidah estetikanya,

kenyamanan keterbacaanya, serta interaksi huruf terhadap ruang dan

elemen-elemen visual di sekitarnya.

Huruf atau biasa juga dikenal dengan istilah “font” atau “typeface”

adalah salah satu elemen terpenting dalam desain grafis karena huruf

merupakan sebuah bentuk yang universal untuk menghantarkan bentuk visual

yang dibunyikan sebagai kebutuhan komunikasi verbal. Lewat kandungan

nilai fungsional dan nilai estentiknya, huruf memiliki potensi untuk

menterjemahkan atmofir-atmofir yang tersirat dalam sebuah komunikasi

verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual.

Setiap bentuk dan huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik

yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’

atau ‘C’ dengan ‘Q’. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria

(45)

Gestalt. Teori ini berbasis pada ‘pattern seeking’ dalam perilaku manusia.

Salah satu hukum persepsi dari teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal

atau ‘membaca’ sebuah gambar diperlukan adanya kontras antara ruang

positif yang disebut dengan figure dan ruang negative yang disebut dengan

ground.

Pada dasarnya setiap huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan

garis (strokes) yang terbagi menjadi dua, yaitu guratan garis dasar (basic

stroke) dan guratan daris sekunder (secondary stroke). Apabila ditinjau dari

sudut geometri, maka garis dasar yang mendominasi struktur huruf dalam

alfabet dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu:

1. Kelompok garis tegak-datar: EFHIL

2. Kelompok garis tegak-miring: AKMNVZXYW

3. Kelompok garis tegak-lengkung: BDGJPRU

4. Kelompok garis lengkung: COQS

Huruf memiliki dua ruang dasar bila ditinjau dalam hukum persepsi

dari teori Gestalt, yaitu figure dan ground. Apabila kita menelaah keberadaan

ruang negatif dari seluruh huruf maka secara garis besar dapat dipecah

menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Ruang negatif bersudut lengkung: BCDGOPQRSU

2. Ruang negatif bersudut persegi empat: EFHILT

3. Ruang negatif beruang persegi tiga: AKMNVWXTZ

4. Perhitungan tinggi fisik huruf memiliki azas optikal-matematis, dalam

(46)

memiliki tinggi yang berbeda-beda, namun secara optis keseluruhan

huruf tersebut terlihat sama tinggi. Huruf yang memiliki bentuk lengkung

dan segitiga lancip pada bagian teratas atau terbawah dari badan huruf

akan memiliki bidang lebih dibandingkan dengan huruf yang memiliki

bentuk bundar. Apabila beberapa huruf tersebut dicetak secara

berdampingan akan tercapai kesamaan tinggi secara optis.

(http://i21.photobucket.com/albums/b266/ritchienedhansel/Untitled.png)

Font terbagi dalam 4 jenis, yaitu Sherif, Sans Serif, Script dan

Decotative. Masing-masing font memiliki karakteristik tersendiri dan

kegunaannya masing-masing juga berbeda.

1. Serif yaitu huruf yang memiliki kait/serif (sedikit menjorok keluar) pada

bagian ujung atas atau bawahnya. Huruf Sanserif (tanpa kait), tidak

memiliki kait/hook, hanya terdiri dari batang dan tangki. Contoh Times,

Souvenir, Palatino.

2. Sans Serif yaitu huruf yang tidak memiliki kait/serif pada ujung atas

maupun bawahnya. Jadi huruf ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya

dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang

ditimbulkan oleh jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien. Contoh :

Arial, Tohoma, Helvetica, Futura

3. Script yaitu huruf yang bentuknya mempunyai tulisan tangan manusia.

Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena,

(47)

ditimbulkannya adalah sifat pribadidan akrab. Contoh: Commercial Script,

Sheley Volante, English Vivance, Brush Script.

4. Decorative yaitu huruf yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi di atas.

Huruf jenis ini adalah pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada.

Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang

dimiliki adalah dkoratif dan ornamental. Huruf Dekoratif setiap huruf

dibuat secara detail, komplek dan rumit, contoh canteburry, Augsburger

Dalam pemilihan jenis huruf atau karakter huruf, yang senantiasa

harus diperhatikan adalah karakter produk yang akan ditonjolkan dan juga

karakter segmen pasarnya, agar pesan dapat disampaikan secara efektif dan

diterima oleh masyarakat.

Ada beberapa jenis font dan karakteristiknya. Antara font satu dengan

font yang lain sangat berbeda, seperti contohnya:

1. Times New Roman

Karakter jenis Time New Roman cenderung menciptakan kesan yang lebih

serius, paling mudah dibaca untuk volume tipe yang besar, kecepatan dan

keakuratan membaca akan jauh lebih tinggi, terbukti kebanyakan buku dan

surat kabar menggunkan type ini karena lebih jelas dan paling umum

untuk digunakan sebagai headline dan judul. Karakteristik Times termasuk

tipe transsisional, tingkat kontrasnya perbedaan ketebalan antara stroke

yang tebal dan tipis cukup tinggi. Time New Roman adalah jenis serif

yang sering anda lihat di surat kabar atau majalah. Font ini didesain untuk

(48)

monitor. Selain itu font ini digunakan untuk tulisan resmi dan sudah

umum digunakan untuk membuat tulisan resmi ketik komputer. Hurufnya

jelas, tidak ribet dan jelas dibaca.

2. Arial

Adalah jenis huruf sans serif yang sering digunakan dalam Web. Terlihat

lebih sederhana dan lebih mudah dibaca pada berbagai ukuran. Ada beberapa

kekurangan pada font ini, salah satunya adalah sulitnya membedakan antara

huruf i capital dan L kecil (I dan I). Biasanya digunakan untuk menulis

dokumen-dokumen resmi dan surat kabar. Font ini bersifat resmi dan

ukurannya besar dan jelas.

3. Verdana

Verdana dibuat khusus agar sebuah teks dapat dibaca dengan mudah dan

jelas walaupoun dengan ukuran yang cukup kecil. Hal ini dapat terjadi

karena font verdana di desain mempunyai jarak antara huruf yang melebihi

font Sans Serif, sehingga lebih mudah dibaca. Vernada juga sering

dipiliholeh web designers yang ingin menulis teks dengan jumlah yang

cukup banyak di dlam space yang cukup kecil.font ini cukup mudah dibaca

karena ukurannya memang lebih besar dari pada font yang lain.

4. Snap ITC

Jenis huruf ini memiliki nilai seni yang tinggi karena jenis huruf ini sering

digunakan dalam pembuatan stiker, pamflet ataupun brosur yang lainnya.

Bentuk huruf yang ini sangatlah bagus dan cocok untuk keperluan hiburan

(49)

resmi. Jenis huruf seperti yang tidak formal ini cocok digunakan unuk

mendesain berbagi keperluan.

5. Comic Sans

Huruf ini mempunyai karakteristik informal sehingga terkesan bersahabat,

namun jarang dipegunakan di web karena di anggap kurang profesional

dan tidak formal.

Pemakaian jenis font yang tepat dapat membantu desain menjadi lebih

menyatu dan lebih cepat mengkomunikasikan maksud dari desain. Misalnya,

pada desain brosur kecantikan, kita menggunakan font yang tipis dan luwes,

sesuai dengan kepribadian target market yang dituju, yaitu wanita.

Jenis font bisa diibaratkan jenis suara yang berbicara pada desain.

Font dengan gaya tebal akan terasa seperti suara lelaki dan bersuara berat.

Font berbentuk kaku dan kotak-kotak akan terasa seperti robot atau mesin

yang berbicara, dan seterusnya. Masing-masing font mempunyai jenis suara

dan kharakteristik tersendiri sebagai ciri-ciri dari masing-masing font itu

sendiri. (http://i21.photobucket.com/albums/b266/ritchienedhansel/font.png)

2.2 Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan yang telah disampaikan, maka dapat diketahui

bahwa untuk mengerti, memahami atau memaknai iklan Clear Destination

London versi “Irfan Bachdim”, maka peneliti melakukan pemaknaan terhadap

(50)

sehingga akhirnya diperoleh hasil dan interpretasi data mengenai

penggambaran Iklan Clear Destination London versi “Irfan Bachdim”

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode Charles S. Pierce

dikarenakan dalam ilustrasi iklan Clear Destination London versi “Irfan

Bachdim” ini terdapat berbagai makna tanda, maka digunakan ikon, indeks dan

simbol untuk mengklarifikasikan sebuah tanda secara spesifik. Dalam

penelitian ini yang melatar belakangi pembuatan ilustrasi iklan Clear

Destination London versi “Irfan Bachdim” sebagai signifikan dalam

pembuatan makna.

Adapun hasil kerangka berpikir diatas dapat digambarkan dalam bentuk

bagan :

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir Penelitian Iklan Clear

Destination London

versi “Irfan Bachdim”

Analisis Semotik Charles S. Pierce

Melalui ikon, indeks, simbol

Hasil interpretasi iklan Clear

Destination London

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

menggunakan analisis semiotik, untuk menginterpretasikan penggambaran

iklan pada media cetak, yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian ini

adalah iklan Clear Destination London versi “Irfan Bachdim” yang terdapat

pada surat kabar Jawa Pos. Alasan digunakan metode deskriptif kualitatif

berdasarkan beberapa faktor pertimbangan, yaitu: pertama, metode deskriptif

kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian

kenyataannya adalah ganda; kedua, metode deskriptif kualitatif menyajikan

secara langsung hubungan antara peneliti dan obyek yang diteliti; dan ketiga,

metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan

banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Maleong, 2005:5).

Untuk menginterpretasikan obyek penelitian dari iklan Clear

Destination London ini, terlebih dahulu harus diketahui sistem tanda dan

gambar yang terdapat dalam penelitian ini. Karena itulah peneliti

menggunakan pendekatan semiotik untuk menganalisis atau menafsirkan

(52)

3.2 Kerangka Konseptual 3.2.1 Corpus Penelitian

Corpus merupakan kumpulan bahan yang terbatas yang dilakukan

pada perkembangan oleh analisa dengan kesemenaan. Corpus haruslah cukup

luas untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya akan

memelihara sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Corpus

juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf substansi

maupun homogen pada taraf waktu (Sinkroni) (Kurniawan, 2001:70).

Corpus adalah kata lain dari sampel, bertujuan tetapi khusus

digunakan untuk analisis semiotik dan analisis wacana. Pada penelitian

kualitatif ini memberikan peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi

alternatif. Corpus dari penelitian ini adalah iklan Clear Destination London

(gambar iklan terlampir).

3.2.2 Unit Analisis

Unit analisis dari penelitian ini adalah semua tanda-tanda berupa

gambar, tulisan dan warna-warna yang menjadi latar belakang dalam iklan

Clear Destination London dengan menggunakan pendekatan semiotik,

kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan ikon, indeks, dan simbol.

1. Ikon

Ikon adalah suatu tanda yang hubungan antara penanda dan pertanda

bersifat bersamaan berbentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah

Gambar

Gambar 2.1  Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant Pierce
Gambar 2.2  Kategori Tipe Tanda Dari Pierce
Gambar 2.3  Bagan Kerangka Berfikir Penelitian
Gambar 3.1  Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant Pierce
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengungkap makna dalam teks iklan tersebut, peneliti menggunakan metode analisis 

Namun, pendapat dan versi lain yang muncul adalah mengenai representasi tentang kecantikan yang dibentuk oleh iklan Elle Shocking “YvesSaintLaurent” yang mengambarkan perempuan

Dari hasil penelitian ini visualisasi iklan rokok L.A Lights di media cetak Jawa Pos secara keseluruhan adalah produk L.A Lights ingin memberikan sebuah pesan positif kepada

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul: Representasi Balita Pintar Dalam Iklan Susu Formula Di Televisi (Analisis Semiotik Pada Iklan Procal Gold Versi

pembelajaran teks iklan dalam pelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Penelitian ini dikembangkan dengan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik analisis

DWI RATNA PURWANTI, Representasi Kebutuhan Kasih Sayang Dalam Iklan Minyak Kayu Putih Caplang di Tabloid Nyata (Studi Semiotik Representasi “Kebutuhan Kasih Sayang”

Dari hasil penelitian ini visualisasi iklan rokok L.A Lights di media cetak Jawa Pos secara keseluruhan adalah produk L.A Lights ingin memberikan sebuah pesan positif kepada

Sehingga muncul sebuah pertanyaan penelitian yaitu bagaimana makna representasi perempuan dalam iklan televisi Mentos edisi Raisa tahun 2015..