• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA URUT KATA DALAM BAHASA ARAB (TIPOLOGI SINTAKSIS) Aidina Rizki * Pujiati**

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TATA URUT KATA DALAM BAHASA ARAB (TIPOLOGI SINTAKSIS) Aidina Rizki * Pujiati**"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Aidina Rizki * Pujiati**

*Alumnus Program Magister Prodi Linguistik Universitas Sumatera Utara. **Dosen Universitas Sumatera Utara.

e-mail: aidinarizki42@gmail.com

Abstract: This article discusses the Arabic grammatical relations which will use the syntactic analysis (wording in Arabic). The method used is the method of data analysis (qualitative description). The theory used in this research is the theory of typology Linguistics. Sources of data taken from the book of al-Kawakib ad-Duriyah bouquet Al-Ahdad (1993) and books Sharf and other nahwu. From these findings concluded that the establishment of Arabic sentence word order are usually the dominant form of V-S-O has a sequence pattern of alternate S-V-O, O-V-S and V-O-S. The purpose of this article is to encourage the emergence of similar research a deeper understanding of why the construction of the Arabic grammar (nahwu, Sharf, balaghah) tend to be like now that the background of its emergence is no longer in question and to explain to the audience that the Arabic sentence has a sequence of word formation in addition to VSO and the researchers suggested that the new researchers, is expected to dissect verb semantic study more in depth caused research on the semantic field is still open or there are still many fields of research that needs to be studied in the field of semantics.

Keyword : Tata sequence words, methods of data analysis, theory Dixon, an alternative sequence pattern S-V-O, O-V-S and V-O-S.

Abstrak: Artikel ini membahas tentang Relasi gramatikal bahasa arab yang mana akan menggunakan analisis sintaksis (susunan kalimat dalam bahasa arab). Metode yang akan digunakan adalah metode analisis data (deskriptif kualitatif). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tipologi Linguistik. Sumber data diambil dari buku al-Kawakih ad-Duriyah karangan Al-Ahdad (1993) dan buku-buku sharf serta nahwu lainnya. Dari temuan ini disimpulkan bahwa pada kalimat bahasa Arab terdapat pembentukan urutan kata yang biasanya dominan berbentuk V-S-O memiliki pola urutan alternatif yaitu S-V-O, O-V-S dan V-O-S. Tujuan dari pembuatan artikel ini adalah untuk mendorong munculnya penelitian serupa yang lebih mendalam tentang mengapa konstruksi tatabahasa Arab (nahwu,sharf,balaghah) cenderung seperti sekarang yang latarbelakang kemunculannya tidak lagi dipertanyakan dan untuk menjelaskan pada khalayak bahwa pada kalimat bahasa Arab memiliki urutan pembentukan kata selain V-S-O dan peneliti menyarankan agar peneliti-peneliti baru, diharapkan mampu membedah verba kajian semantik lebih mendalam disebabkan penelitian mengenai bidang semantik ini masih terbuka atau masih banyak lahan penelitian yang perlu dikaji dalam bidang semantik.

Kata Kunci : Tata Urut Kata, Metode Analisis Data, Teori Dixon, Pola Urutan Alternatif S-V-O, O-V-S Dan V-O-S..

(2)
(3)

PENDAHULUAN

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri bersama anggota masyarakat lainnya. Bahasa Arab sebagai bahasa yang diper-gunakan oleh Allah untuk menurunkan Al-Qur’an. Merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan, sehingga bahasa Arab memiliki peran yang istimewa dari bahasa-bahasa lainnya yaitu dengan ditakdirkannya sebagai bahasa Al-Qur’an. Berkaitan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman yang artinya: “Sesungguhnya kami menurunkan Al-Qur’an dengan bahasa Arab agar kamu memahaminya”.

Ayat di atas memberikan sinyal bahwa mempelajari bahasa Arab adalah syarat untuk memahami isi Al-Qur’an dan mempelajari Al-Qur’an berarti mem-pelajari bahasa Arab. Dengan demikian, maka peran bahasa Arab disamping sebagai alat komunikasi antara sesama manusia juga sebagai alat komunikasi antara hamba dengan kholiqnya dalam bentuk sholat, do’a dan sebagainya.

Bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki tingkat kemajuan yang sangat pesat, sehingga Bahasa Arab sangat potensial untuk dijadikan sebagai Bahasa Internasional, karena Bahasa Arab dijadi-kan sebagai pelajaran yang sangat men-dasar di lembaga-lembaga pendidikan ter-utama Lembaga Pendidikan yang ber-naung di bawah Depertemen Agama. Bahasa Arab sebagai bahasa asing tetap menempati posisi penting di Indonesia, khususnya bagi umat Islam, tidak lain karena kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa agama umat Islam. Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan Al-Hadist, keduanya adalah dasar agama Islam serta bahasa kebudayaan Islam seperti filsafat, ilmu kalam, ilmu hadis, tafsir dan lain sebagainya.

Bahasa Arab sebagai media komuni-kasi mengalami kemajuan sejalan dengan perkembangan budaya-masing-masing ter

masuk Bahasa Arab. Bahkan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab sudah dijadikan Bahasa Internasional dan kedua bahasa ini dijadikan sebagai mata pelajaran yang penting di Lembaga Pendidikan yang berciri khas Agama Islam. Dalam mem-pelajari bahasa-bahasa tersebut para siswa tidak akan luput dari kesulitan-kesulitan, karena bahasa-bahasa tersebut sangat variatif dan mempunyai aturan-aturan yang sangat banyak terutama Bahasa Arab.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini berkembang secara pesat di seluruh penjuru dunia, tentu ini akan mempengaruhi terhadap penggunaan bahasa dan orang-orang cenderung menggunakan bahasa yang disingkat untuk mengekspresikan maksud yang ingin diutarakan. Selain dalam penggunaan bahasanya, bahasa arab juga memiliki susunan atau himpunan dari aturan-aturan yang terstruktur yang mengatur susunan kalimat, frase, dan kata atau bisa disebut juga gramatikal dalam bahasa arab.

Dalam Bahasa Arab kategori grama-tikal kata meliputi ism (nomina), fi’il

(verba), dan harf (partikel).1Ism (nomina)

secara gramatikal merupakan kelas kata yang memiliki ciri gramatikal berupa (1) ke-ta’rif-an berupa afiks artikula (Alif Lam) (2) ketidak-ta’rifan berupa sufiks nunasi atau disebut tanwin, (3) infleksi kasus (4) tidak memiliki ciri waktu dan (5) deklinasi. Ism (nomina) secara semantis merupakan kelas kata yang bermakna kata benda, manusia, hewan, tumbuhan, atau benda mati.2

Fi’il atau verbal secara gramatikal merupakan kelas kata yang memiliki ciri gramatika berupa (1) penanda waktu (2) penanda konjugasi dan (3) infleksi modus.

1Sangidu, Pengantar Linguistik Arab,

(Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada, 2005), hlm. 85.

2 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013), hlm. 3.

(4)

|

Secara semantik fi’il atau verba adalah kelas kata yang bermakna suatu pekerja-an, keadapekerja-an, perbuatan dan kejadian. Fi’il

atau verba berdasarkan ciri waktunya, terbagi menjadi dua, yaitu fi’il madhi

(verba berkala lampau) atau disebut verba perfektum dan fi’il mudhari’ (verba ber-kala sekarang atau mendatang) atau disebut verba imperfektum.3

Harf atau partikel adalah kelas kata yang memiliki ciri gramatikal berupa soliditas atau bentuk non deveratif dan non inflektif. Secara semantik harf adalah kelas kata yang tidak menunjukkan makna, makna partikel ada setelah par-tikel menyertai kata lain.4

Al-Ahdad5 dalam bukunya

Al-Kawakib ad-Durriah menyatakan bahwa urutan kata dalam BA secara garis besar dikenal dengan dua istilah, yaitu kalimat verbal (jumlah fi’liyah) dan kalimat nominal (jumlah ismiyah). Kalimat verbal adalah kalimat yang berpredikat verba dan kalimat nominal adalah kalimat yang berpredikat nomina. Pada kalimat verbal, terdapat pola urutan dominan dan pola urutan alternatif. Pola urutan dominan ditemukan pada kalimat yang dimulai dengan verba dan diikuti nomina yang berfungsi sebagai subjek. Sedangkan pola urutan alternatif ditemukan pada nomina pengisi subjek dan objek yang letaknya dikedepankan.6

Jadi, pola urutan yang dimulai dengan nomina pengisi fungsi subjek akan digunakan untuk menyatakan sistem fokus. Demikian pula, nomina pengisi fungsi objek akan mendapatkan sistem fokus jika letaknya dikedepankan diawal

3Op.cit

4Singgih Kuswardono, Hand Out

Karakteristik Bahasa Arab Tinjauan Linguistik (Fonologi), Oktografis, Morfologis, Sintaksis) (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013), hlm. 5.

5 Al-Ahdad, Al-Kawakib ad-Durriyah, (Beirut: Maktabatu al-hadyi al-muhanadi, 1993).

6 Susan Steele, Word Order Variation : A typology Study (Stanford: Stanford university press, 1978), hlm. 595.

kalimat. Singkatnya, urutan kata dalam BA berpola domina V-S-O dan berpola urutan alternatif S-V-O, O-V-S, V-O-S.

Analisis dalam artikel ini mengangkat dua masalah penting sebagai berikut, “Bagaimana bentuk Tata urut kata dalam BA dan pola urutan alternatifnya”. Secara teoretis, analisis ini diharapkan menjadi sumbangan terhadap perkem-bangan ilmu tipologi alami khususnya pada analisis relasi gramatikal dalam BA. Apa yang ditemukan menjadi unsur pengembangan penelitian kebahasaan bagi penelitian sejenis atau sebagai perbandingan untuk melakukan kajian lebih lanjut. Selain itu, secara praktis, penelitian ini dapat memberi wawasan bagi masyarakat mengenai relasi grama-tikal dalam BA.

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

Tinjauan Pustaka

Tata urut kata sudah banyak diteliti oleh para ahli bahasa. Misalnya, Satyawati (2009) menulis disertasi mengenai valensi dan relasi sintaksis bahasa Bima dialek Mbojo (BBm). Penelitian yang mengguna-kan teori Tata Bahasa Peran dan Acuan ini mengungkapkan bahwa verba, nomina, adjektiva, numeralia, dan adverbia dapat menempati posisi nukleus dalam struktur klausa BBm. Berkaitan dengan valensi, dalam BBm ditemukan penaikan valensi (pengkausatifan dan pengaplikatifan) dan penurunan valensi (peresultatifan). Satyawati juga menemukan bahwa BBm memiliki kekhasan yang ditandai dengan adanya pemarkah-pemarkah berupa pemarkah gramatikal (klitik) yang berfungsi untuk menyatakan informasi mengenai operator, khususnya mengenai aspek dan pemarkah gramatikal yang menandai diatesis. Penelitian Satyawati memiliki kemiripan dengan penelitian ini jika dilihat dari segi pendekatan kualitatif deskriptif-analitik serta kerangka teori yang digunakan untuk menganalisis data,

(5)

yaitu teori TPA. Perbedaan yang mendasar terletak pada objek kajian serta ruang lingkup atau topik penelitian. Satyawati mengangkat bahasa Bima di Sumbawa sebagai objek kajian dengan topik berupa valensi dan relasi sintaksis, sedangkan penelitian ini mengangkat bahasa Kodi di Sumba dengan analisis yang berpusat pada tipologi relasi gramatikal.7

Sukendra (2012) melakukan peneli-tian di bidang tipologi bahasa dalam disertasinya yang berjudul “Klausa Bahasa Sabu: Kajian Tipologi Sintaksis”. Penelitian Sukendra menghasilkan beberapa temuan, di antaranya adalah bahwa bahasa Sabu (BS) merupakan bahasa bertipologi akusatif yang minim afiks, BS memiliki tata urutan kanonik SVO dengan alternasi OVS, dan memiliki diatesis aktif-pasif yang dimarkahi dengan preposisiri dan diatesis medial (morfologis, perifrastik, dan leksikal). Selain itu, dilihat dari aspek struktur informasinya, BS diidentifikasi sebagai bahasa yang menonjolkan subjek-predikat dengan alasan bahwa secara gramatikal struktur dasar klausa BS adalah konstruksi subjek-predikat. Penelitian Sukendra memiliki perbedaan mendasar dengan penelitian ini, baik dari segi topik, objek penelitian, maupun kerangka teori yang digunakan. Penelitian Sukendra mengangkat tipologi bahasa Sabu dengan pendekatan teori tipologi Comrie, sedangkan penelitian ini secara khusus mengangkat relasi gramatikal bahasa Kodi dengan pendekatan tipologi Dixon dan teori Tata Bahasa Peran dan Acuan sebagai langkah kerja dalam menganalisis struktur klausa BK yang ter-golong ke dalam tipe bahasa berpemarkah inti. Penelitian Klamer (1994) berjudul “Kambera: A Language of Eastern Indo-nesia” berfokus pada aspek tata bahasa yang meliputi aspek fonologi, morfologi, dan morfosintaksis. Ditinjau dari tataran fonologi, bahasa Kambera memiliki

7 Satyawati, Valensi dan Relasi Sintaksis BahasaBima Dialek Mbojo (BBm) (Bali: Disertasi) 2009.

sejumlah konsonan “kompleks” yang terdiri atas tiga konsonan implosif, satu afrikat, dan lima segmen prenasal (stop, afrikat, semivokal) (Klamer, 1994:12). Selain itu, Kl amer juga menyebutkan bahwa bahasa Kambera tidak memiliki konsonan stop bersuara yang murni dan hanya memiliki satu bunyi kontinuan [h]. Klamer juga menjabarkan paradigma, kasus, serta fungsi umum klitik pro-nomina, kelas kata verba, pro-nomina, dan adverbial berdasarkan bukti struktural dan fungsional. Berkaitan dengan bahasa Kambera, bahasa Kambera pada tataran makrolinguistik diteliti oleh Simpen (2008) dengan ruang lingkup sosio-linguistik berupa kesantunan berbahasa pada penutur Bahasa Kambera di Sumba Timur. Mengingat bahasa Kambera di Sumba Timur tergolong satu rumpun dengan bahasa Kodi sebagai rumpun bahasa Melayu Polinesia Tengah-Timur, maka penelitian Klamer ini memberikan dasar penting sebagai pembanding umum dan rujukan bagi temuan penelitian ini. Sementara itu, penelitian Simpen memberikan kontribusi dalam memberi-kan gambaran mengenai aspek pemakaian bahasa dan kaitannya dengan lingkup sosial budaya masyarakat Sumba.8

Berbeda dengan Klamer yang mengangkat bahasa di Sumba Timur, Kasni mengangkat aspek sintaksis salah satu bahasa di wilayah Sumba Barat Daya dalam disertasinya yang berjudul “Strategi Penggabungan Klausa Bahasa Sumba Dialek Waijewa”. Penelitian Kasni mem-berikan kontribusi bagi penelitian ini karena secara khusus menganalisis sintaksis salah satu bahasa yang juga digunakan oleh penutur di daerah Sumba Barat Daya. Jika ditinjau dari tataran struktur bahasa, maka bahasa yang ter-masuk dalam kategori serumpun dan digunakan di wilayah yang berdekatan cenderung akan memiliki struktur yang

8 Sukendra, Klausa Bahasa Sabu :Kajian Tiphology Sintaksis (Bali: Disertasi, 2012)

(6)

|

mirip meskipun berbeda tingkat komplek-sitasnya. Penelitian Kasni memberikan gambaran sistem tata bahasa yang juga dapat dijadikan dasar perbandingan temuan dan analisis. Dalam penelitiannya, Kasni merujuk pada pengklasifikasian bahwa bahasa di Sumba terbagi atas beberapa dialek termasuk Dialek Waijewa, sedangkan dalam penelitian ini BK dipandang sebagai sebuah bahasa ter-sendiri yang hidup di daerah Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Meskipun terdapat perbedaan, hal ini tidak menjadi masalah yang krusial karena penelitian ini memfokuskan perhatian pada kajian sintaksis khususnya tipologi relasi grama-tikal. Penelitian Kasni mengungkap bahwa bahasa Wewewa (dirujuk sebagai bahasa Sumba Dialek Waijewa dalam penelitian Kasni) memiliki seperangkat sistem pemarkah termasuk klitik pronomina, aspek, kedefinitan,dan fokus. Penelitian relasi gramatikal BK ini memiliki kemi-ripan dengan penelitian Kasni karena mengkaji tataran sintaksis bahasa di Sumba Barat Daya, tetapi berbeda dari segi objek, topik, serta pendekatan teori yang digunakan. Kasni meneliti bahasa Wewewa dari segi strategi penggabungan klausa dengan menggunakan pendekatan tipologi bahasa oleh Dixon dan Comrie, sedangkan penelitian ini meneliti relasi gramatikal bahasa Kodi dengan pen-dekatan tipologi oleh Dixon dan kerangka kerja analisis struktur klausa berupa teori Tata Bahasa Peran dan Acuan oleh Van Valin, Jr.9

Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, dan yang memerlukan penggunaan akal budi untuk mema-haminya.10 Untuk memberikan informasi

dan menyamakan pandangan, pemahaman

9 Kamber Klamer, A Language of Eastern Indonesia, (National Library of Australia: Dissertations, 1994).

10Op.Cit

teoritis dan konsep terkait dengan judul dan teori penelitian ini, pada bagian ini dikemukakan beberapa konsep utama sehubungan dengan istilah teknis linguis-tik yang dipergunakan dalam penelitian ini. Konsep-konsep linguistik tersebut sebagaimana dipaparkan dibawah ini.

Linguistik Tipologi

Linguistik Tipologi adalah kajian linguistik yang berusaha mengelompok-kan bahasa-bahasa berdasarmengelompok-kan sifat-perilaku (property) bahasa tersebut.

Tipologi, dalam pengertian umum-nya, adalah pengelompokan bahasa-bahasa atau komponen-komponen bahasa-bahasa berdasarkan ciri-ciri formal (bentuk lahiriah) yang dimiliki bersama. Tipologi bertujuan untuk menentukan pola-pola lintas-bahasa dan hubungan di antara pola-pola tersebut. Dengan demikian, metodologi dan hasil-hasil penelitian tipo-logis, pada dasarnya, bersesuaian dengan teori tatabahasa apa saja. Ada tiga pro-posisi penting yang terkemas dalam pengertian tipologi, yakni: (a) tipologi me-manfaatkan perbandingan lintas-bahasa; (b) tipologi mengelompokkan bahasa-bahasa atau aspek bahasa-bahasa-bahasa-bahasa ter-sebut; dan (c) tipologi mencermati fitur-fitur lahiriah (formal) bahasabahasa. Comrie menyatakan bahwa tujuan tipologi linguistik adalah untuk mengelompokkan bahasa-bahasa berdasarkan sifat-perilaku struktural bahasa-bahasa tersebut. Tujuan pokoknya adalah untuk menjawab per-tanyaan: seperti apakah bahasa x itu? Menurutnya, ada dua asumsi pokok tipologi linguistik, yaitu: (a) semua bahasa dapat dibandingkan berdasarkan struktur-nya; dan (b) ada perbedaan di antara bahasa-bahasa yang ada. Bahasa-bahasa dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok (tipologi), seperti bahasa tipologi akusatif, bertipologi ergatif, ber-tipologi aktif, dan sebagainya.11

11 Comrie, Bernand Language Universals and Linguistic Typhology (Oxford: Basill Blackwell Publisher Limited, 1989).

(7)

Song menyatakan bahwa dalam pelaksanaan kerjanya, ada empat tahap analisis tipologis tersebut. Tahap pertama adalah penentuan fenomena yang akan dikaji. Dalam hal ini diperlukan pem-batasan dan kejelasan gejala variasi struk-tural bahasa yang akan dikaji. Langkah ini amat penting karena begitu rumitnya pertautan antar unsur-unsur bahasa, baik dalam bahasa itu sendiri maupun antar bahasa. Tahap kedua adalah pengelom-pokan tipologis fenomena yang sedang diteliti. Tahap ini memerlukan pencer-matan dan penelaahan data secara sungguh-sungguh disertai pemahaman teori yang memadai. Tahap ketiga adalah perumusan generalisasi terhadap pengelompokkan tersebut. Tahap ini me-merlukan kepekaan dan kejelian linguistik untuk dapat merumuskan simpulan-simpulan teoretis yang bersesuaian dengan keadaan dan watak data. Tahap terakhir adalah penjelasan atas tiap generalisasi atau rumusan teoretis yang dibuat. Tahap ini menjadi ukuran dan penentu akan kebermaknaan temuan yang diperoleh.12

Bahasa Arab

Bahasa Arab adalah rumpun bahasa Semit dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo-Arami. Bahasa Arab memiliki banyak kosakata dan merupakan bahasa yang Infleksional, struktur kalimatnya juga berupa kons-truksi topik-komentar atau dikenal sebagai mubtada’ dan khobar. Bahasa Arab menarik minat jutaan penduduk dunia untuk mempelajarinya, karena banyak istilah Islam berasal dari bahasa Arab.

Argumen

Argumen adalah unsur (sintaksis/ semantik) yang diperlukan oleh sebuah verba, yang umumnya berkolerasi dengan

12Jae Jung Song, Linguistic Typhology: Morphology and Synthax, (Harlow, Essex: Pearson Education, 2001).

partisipasi pada suatu kejadian atau keadaan yang dinyatakan oleh verba/ predikatnya. Berdasarkan pengertian tersebut, jumlah argumen dalam suatu klausa/kalimat ditentukan oleh verba sebagai inti dari klausa/kalimat tersebut.

Pivot

Pivot adalah suatu kategori yang mengaitkan S dan A, S dan P, atau S, A dan P. Dalam hal ini, Pivot dapat diartikan sebagai nomina atau frasa nominal yang paling sentral secara gramatikal. Pada bahasa-bahasa bertipologi akusatif, pivot adalah subjek gramatikal, sedangkan pada bahasa-bahasa yang bertipologi ergatif, pivot adalah nomina atau frasa nominal yang merupakan pasien. 13

Subjek

Subjek merupakan fungsi gramatikal yang utama yang bisa ditempati oleh Frasa Nominal (FN) dalam sebuah kalimat. Subjek merupakan satu-satunya argumen inti yang terdapat pada kalimat intransitif, sedangkan subjek pada kalimat transitif merupakan FN yang menduduki posisi tertinggi pada hierarki fungsi gramatikal.

Objek

Objek merupakan fungsi gramatikal selain subjek yang ditempati oleh FN sebagai argumen inti. Objek secara kon-vensional dapat dibagi menjadi objek langsung, objek tak langsung, dan objek oblik. Matthews, menyebutkan bahwa objek adalah suatu elemen dalam kon-struksi dasar kalimat suatu bahasa yang menyatakan seseorang atau sesuatu selain subjek. Pada umumnya objek merupakan fungsi atau relasi gramatikal yang harus hadir dalam sebuah kalimat transitif.

Oblik

Oblik (relasi oblik) merupakan relasi gramatikal selain dari relasi utama

13Dixon, R.W.M, Ergativity, (Cambridge: Cambridge University Press, 1994).

(8)

|

(subjek) relasi kedua (objek). Relasi oblik merupakan relasi gramatikal yang bersifat semantis.

Aliansi Gramatikal

Aliansi gramatikal dapat dikatakan pula sebagai sistem atau kecendrungan persekutuan gramatikal di dalam atau antarklausa dalam suatu bahasa secara tipologis, apakah S=A, S=P, Sa=A, Sp=P. Dixon, seperti dikutip oleh Artawa, mengemukakan bahwa sistem aliansi gramatikal menjadi titik perhatian untuk menentukan tipologi gramatikal yang mungkin untuk bahasa-bahasa di dunia terdiri atas tiga, yakni sistem akusatif, sistem ergatif, sistem s-terpilah (bahasa aktif).

LANDASAN TEORI

Kajian Tata urut kata dalam bahasa Arab menggunakan Teori Linguistik yang dikembangkan oleh Mallison dan Blake mengungkapkan bahwa tipologi bahasa bersinonim dengan istilah taksonomi. Dalam istilah linguistik, istilah tipologi lebih sering digunakan. Hal menarik yang dicirikan oleh tipologi ialah adanya pengelompokan bahasa-bahasa berdasar-kan ciri khas kata dan tata urut kalimat-nya. Oleh karena itu, teori tipologi bahasa merupakan teori yang mendasari analisis tipologi suatu bahasa tertentu. Tipologi bahasa sebenarnya mengacu pada pengelompokan bahasa berdasarkan ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh bahasa tersebut yang dapat juga dilihat dari kata dan tata kalimatnya. Lebih lanjut dijelas-kan ada beberapa hal yang dibicaradijelas-kan dalam tipologi bahasa secara morfo-sintaksis, yaitu: 1) pemarkahan agen dan pasien, 2) tata urut kata 3) koordinasi: reduksi konjungsi, dan 4) subordinasi; klausa relatif. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemarkahan Agen dan Pasien dan urut kata merupakan dua buah topik yang bertautan dengan kalimat sederhana, sedangkan koordinasi yang berupa reduksi, konjungsi dan subordinasi; klausa

relatif menjadi bertautan dengan kalimat kompleks. Dengan adanya prinsip dasar kerja tipologi bahasa yang didasarkan atas struktur kalimatnya, maka bahasa dapat dikelompokkan menjadi bahasa yang akusatif dan bahasa yang ergatif.

Comrie dan Artawa mengungkapkan bahwa bahasa-bahasa dapat dikelompok-kan menjadi tiga kelompok, yaitu bahasa ergatif dan akusatif, pasif, aktif dan antipasif. Suatu bahasa dikatakan bertipe ergatif apabila pasien (P) dari verba transitif diperlakukan sama atau koreferensial dengan subyek (S) pada klausa intransitif dan berbeda dengan agen (A) dari verba transitif. Bahasa ergatif memperlakukan P sama dengan S. Biasanya sama-sama tidak bermarkah. Kalimat yang bertipe akusatif adalah kalimat yang memiliki sistem dimana A sama dengan S dan perlakuan yang ber-beda dengan P. Sedangkan bahasa yang bertipe aktif adalah tipe bahasa yang menunjukkan bahwa ada sekelompok S yang berperilaku sama dengan P dan sekelompok S yang berperilaku sama dengan A dalam satu bahasa.

Pengenalan Gramatikal bahasa Arab

Kalam (Kalimat)

Sebelumnya perlu diketahui bahwa kata dalam bahasa arab ialah kalimah

sedangkan kalimat sendiri dalam bahasa arab ialah jumlah atau kalam, jumlah itu lebih condong kepada tulisan dan kalam

lebih berupa pelafalan kalimat oleh seseorang. Dalam hal ini, kita akan lebih membahas mengenai pengertian kalam

sebagaimana yang dibahas pertama dalam kitab Jurumiyyah. Kalam adalah lafal yang tersusun dan memberikan pemaham serta diucapkan dengan sengaja. Ada 4 unsur yang dapat mengidentifikasi suatu pela-falan kalimat oleh seseorang dikatakan sah menurut ulama nahwiyyin yaitu 1).

lafazh ( ا), 2). tersusun ( ا), 3). Berfaidah ( ا), 4). disengaja ( ).

(9)

Pembagian Kalimah (Kata)

Kalimat terbagi atas 3 macam yaitu : 1) Isim 2) Fi’il yang terdiri dari Fi’il Madhi,

Fi’il Mudhori’ dan Fi’il Amri 3). Hurf.

I’rob

I’rob adalah perubahan akhir kalimat sebab perbedaan ‘amil-‘amil yang mema-sukinya, baik secara lafzhiyyah (tampak) maupun taqdiriyyah (tersembunyi). I’rob

terbagi atas 4 macam yaitu: 1) Rafa’ 2)

Nashab 3) Jar/Khafdal 4) Jazm. Keempat macam I’rob ini diaplikasikan hanya pada isim dan fi’il, terkecuali I’rob Khofadl tidak bias diaplikasikan pada fi’il dan I’robJazm

sama sekali tidak bisa diaplikasikan pada isim.

METODE PENELITIAN

Didalam penelitian ini digunakan metode analisis data (deskriptif kualitatif). Penelitian kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis maupun lisan dalam sebuah bahasa. Dalam konteks penelitian ini penerapan metode kualitatif dilakukan secara deskriptif, artinya data yang dianalisis dan hasil analisis berbentuk deskripsi fenomena, tetapi tidak berupa angka-angka.14 Selanjutnya, Narbuko dan

Achmadi bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada pada saat sekarang berdasarkan data-data. Maka penelitian deskriptif juga akan menyajikan data, menganalisa, dan meng-interpretasikan, dan dapat juga bersifat komparatif dan korelatif.15

Tiga tahapan dalam penelitian ini ialah pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Sejalan dengan fokus masalah dan tujuan pene-litian, maka peneliti menggunakan pen-dekatan penelitian kualitatif untuk

14 Aminuddin, Pengembangan Penelitian

Kualitatif Dalam Bidang Bahasa Dan Sastra, (Malang:YA3, 1990).

15 Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi aksara, 1997), hlm. 44.

mahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya bentuk kata-kata verba ujaran bahasa Jawa pada suatu konteks.

Data dan Metode Pengumpulan Data Data penelitian ini berupa kata-kata yang termasuk dalam ujaran dalam bahasa Jawa. Sumber data penelitian ini me-rupakan data tertulis yang diperoleh dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2008. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka dan catat dari sumber-sumber tertulis.

Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman (2014). Adapun kom-ponen-komponen analisis data model interaktif dijelaskan sebagai berikut:

Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh peneliti me-lalui teknik pustaka dengan cara mencatat, memilih dan memfokuskan data pada hal-hal yang sesuai dengan tujuan penelitian direduksi dengan cara memilah-milah, mengkategorikan yang termasuk ke dalam verba ujaran.

Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dilakukan setelah data selesai direduksi atau dirangkum. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk catat dan diberi kode data untuk mengorganisasi data, sehingga peneliti dapat menganalisis dengan cepat dan mudah.

Kesimpulan, Penarikan atau Verifikasi (Conclusion Drawing/ Verification)

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif pada artikel ini adalah penarikan kesimpulan dari verifikasi. Berdasarkan data yang telah direduksi dan disajikan, peneliti membuat kesimpulan yang di-dukung dengan bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data. Kesimpulan

(10)

|

adalah jawaban dari rumusan masalah dan pertanyaan yang telah diungkapkan oleh peneliti sejak awal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam buku Al-Kawakib Ad-Durriah

menyatakan bahwa urutan kata dalam bahasa Arab (bA) secara garis besar dikenal dengan dua istilah, yaitu kalimat verbal (jumlah fi’liyah) dan kalimat nominal (jumlah ismiyah). Kalimat verbal adalah kalimat yang berpredikat verba. Kalimat nominal adalah kalimat yang berpredikat nomina. Pada kalimat verbal, terdapat pola urutan dominan dan pola urutan alternatif. Pola urutan dominan ditemukan pada kalimat yang dimulai dengan verba dan diikuti nomina yang berfungsi sebagai subyek. Sedangkan pola urutan alternatif yang ditemukan pada nomina pengisi fungsi subyek dan objek yang letaknya dikedepankan. Pola urutan alternatif yang dikedepankan ini ber-tujuan untuk melakukan system fokus.16

Jadi pola urutan yang dimulai dengan nomina pengisi fungsi subyek akan di-gunakan untuk menyatakan sistem fokus. Demikian pula, nomina pengisi fungsi objek akan mendapatkan sistem fokus jika letaknya dikedepankan di awal kalimat. Singkatnya, urutan kata dalam bA berpola domina V-S-O, dan berpola urutan alter-native S-V-O, O-V-S, dan V-O-S.

Pola Dominan dalam bA ( V-S-O )

ب أ ا ( Memukul Ayah Anjing )

S V O أ مأ ّز ا ( Memakan Ibu Nasi )

O S V ط ب ا ) (Meminum Fatimah minuman O S V Dalam bA pola dominan yang sering dipakai dalam membentuk kalimat adalah kata kerja (v) + subyek (s) + Objek (o). dan pola dominan ini kalimat verbal yang

16Op.cit

dikenal dengan istilah bA yaitu Jumlah fi’liyah ( " #).

Pola urutan Alternatif

Pola urutan Alternatif ( S-V-O )

Pola urutan kata bertipe S-V-O adalah pola urutan alternatif yang bertujuan untuk melakukan sistem fokus. Unsur pengisi fungsi S dalam urutan ini dapat diisi oleh tiga kategori, yaitu nomina (ism/$%إ), pronomina person (dhamir/ ), dan pronomina demonstratif (ism

al-isyarah/ةر )ا $%إ) Nomina yang dimak-sud disini adalah nomina yang ber-penanda kasus nominative (marfu’/ع +). Misalnya :

Kategori nomina (ism/$%إ)

, -م ./ 0+ م 1 ا ( Ali bangun dari tidur )

O V S

Kategori pronomina person

(dhamir/ )

ھ $ "34 ّ 3 ا ّ ( dia sedang belajar di

fakultas ilmu pendidikan) O V S ن 6ھ7/ ّ %ار ا نا /ّ ا , إ ) ( mereka

sedang bepergian ke kantor sekolah O V S

م 8أ شا ا , -( saya tidur diatas tilam )

O V S

Kategori pronomina demonstratif

(ism al-isyarah/$%إةر )ا )

ا : اذ ي =/

, نا ا ( anak itu berlari

dilapangan)

O V S

Pola urutan Alternatif ( O-V-S )

Pola urutan kata bertipe O-V-S adalah pola urutan alternatif yang ber-tujuan untuk melakukan sistem fokus yang merupakan varian dari urutan kata bertipe S-V-O. Urutan kata ini mempunyai dua macam model. Model pertama adalah unsur kategori pengisi fungsi subjek yang terdiri dari nomina definit (ism al-ma’rifah). Model kedua, unsur kategori

(11)

pengisi fungsi subjek terdiri dari nomina non-defenit (ism an-nakirah). Nomina defenit dan nomina non-defenit ini ber-hubungan dengan nomina yang mem-punyai morfem terikat atau tidak. Tujuan kontruksi urutan ini adalah untuk menekankan pentingnya subyek yang dalam bI seringkali dinyatakan dalam makna aktif, maka kalimatnya akan terasa janggal. Pentingnya S dipertegas dengan kehadiran unsur kategori pengisi fungsi O yang berbentuk pronominal persona sebagai anteseden dari nomina yang menduduki fungsi subyek. Misalnya;

ا ه7ھ ھ . أ

? ا ( sambutan ini

disampaikan oleh duta besar )

S V O

@ A3 Bأ ة ? ا ( perayaan itu dilaksanakan

oleh duta besar ) S V O

4.2.3 Pola urutan Alternatif ( V-O-S ) Pola urutan kata bertipe O-V-S adalah pola urutan Alternatif yang ber-tujuan untuk melakukan sistem fokus. Dapat disimpulkan bahwa bA tergolong bahasa yang verbanya mendahului objek. Karenanya, bA mempunyai adposisi yang berupa preposisi. Adposisi ada dua macam, preposisi dan posposisi. Preposisi adalah jenis adposisi yang berfungsi untuk menghubungkan verba dengan nomina yang mengikutinya, seperti fi al-madrasah (di sekolah). Sementara posposisi adalah jenis adposisi yang berfungsi untuk

menghubungkan verba dengan nomina yang diikutinya, seperti bahasa jepang. Misalnya;

ج D/ A E1+ 0+ $ ّF ا

( keluar dari rumahnya

orang yang berpuasa ) S O V G / 63 ا , إ 7 +H3 ا ( masuk ke perpustakaan murid-murid ) S O V

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan analisis data sesuai dengan permasalahan, dapat ditarik sim-pulan yang diuraikan di bawah ini.

1. Tata urutan kata dalam bA berpola domina V-S-O, dan juga memiliki ber-pola urutan alternative S-V-O, O-V-S, dan V-O-S.

2. Tata urutan kata dalam bA memiliki urutan alternatif yang digunakan sebagai tujuan dalam pemfokusan kalimat.

Saran

Penelitian mengenai tata urut kata dalam bahasa Arab ini sebagian kecil dari pengkajian tipologi sintaksis artinya penelitian mengenai bidang tipologi ini masih terbuka atau masih banyak lahan penelitian yang perlu dikaji dalam bidang tipologi. Penelitian yang nantinya akan dilakukan oleh peneliti-peneliti baru, diharapkan mampu membedah verba kajian tipologi lebih mendalam.

(12)

|

DAFTAR BACAAN Al-Ahdad. 1993. Al-Kawakib ad-Durriah. Mesir : Darul Kutub.

Aminuddin (Ed). 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: YA3

Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara, 1997 Comrie, Bernard. 1989. Language Universals and Linguisitc Typology. Oxford: Basil

Blackwell Publisher Limited.

Dixon, R.W.M. 1994. Ergativity. Cambridge: Cambridge University Press.

Kuswardono, Singgih, Hand Out Karakteristik Bahasa Arab Tinjauan Linguistik (Fonologi), Oktografis, Morfologis, Sintaksis, Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2013. Kridalaksana, Harimurti, Kamus Linguistik, Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2013 Sangidu, Pengantar linguistik Arab, Yogyakarta : Fakultas Ilmu budaya Universitas Gajah

Mada, 2005

Song, Jae Jung. 2001. Linguistic Typology: Morphology and Syntax. Harlow, Essex: Pearson Education.

Steele, Susan, Word Order Variation : A Thypology Study, Stanford : Standford University Press, 1978

Van Valin, Jr, Syntax:Structure, Meaning and Function, United Kingdom: Cambridge University Press, 2005

Kasni. 2012. “Strategi Penggabungan Klausa Bahasa Sumba Dialek Waijewa” (Disertasi)

Klamer. 1994. “Kambera: A language of Eastern Indonesia”. (Disertasi)

Satyawati. 2009. “Valensi dan relasi sintaksis bahasa Bima dialek Mbojo (BBm)”( Disertasi)

Shibatani. 2008. “Relasi gramatikal bahasa Kodi” (Tesis)

Simpen. 2008. “Bahasa Kambera pada tataran Linguistik”. (Disertasi) Sukendra. 2012. “Klausa bahasa Sabu : Kajian Tipologi Sintaksis” (Disertasi).

Referensi

Dokumen terkait

Relasi gramatikal yang diperoleh nomina inti dari klausa relatif bahasa Arab, antara lain (1) Subjek klausa utama dan Subjek klausa relatif; (2) Objek Langsung klausa

pemakaian kata ulang dan interferensi kata majemuk, sedangkan interferensi sintaksis pada penelitian ini berupa pemakaian kata (leksikon) dan pemakaian frase –nya posesif

Masalah utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah bentuk tipologi morfologi level komposisi Bahasa Sasak dialek (a-a) Desa Pringgasela. Penelitian ini bertujuan secara

Istilah komputer sebagian besar merupakan hasil serapan dari bahasa asing, yang masuk secara langsung maupun tidak langsung ke dalam bahasa Arab.. Kata serapan dalam bahasa

Dalam tata bahasa, infleksi merupakan perubahan suatu arti kata yang telah dilekati sufiks dan prefiks hanya secara gramatikal saja, tanpa mengubah arti kata dasarnya ataupun

Menurut Ramlan, frasa adalah suatu konstruksi gramatikal yang secara potensial terdiri atas dua kata atau lebih, yang merupakan unsur dari suatu klausa dan tidak bermakna

Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam

Hasil penelitian ini menunjukkan makna jamak secara sintaksis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab dibentuk dengan adanya kata sandang, numeralia, adverbia, dan kata