• Tidak ada hasil yang ditemukan

d ips 0809451 chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "d ips 0809451 chapter5"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN

Dalam bab akhir disertasi ini dikemukakan tiga hal utama, yaitu (1)

kesimpulan dari keseluruhan temuan penelitian sesuai dengan fokus masalah dan

pertanyaan penelitian, (2) implikasi hasil penelitian, dan (3) rekomendasi yang

berkenaan dengan temuan penelitian. Secara rinci kesemuanya diuraikan menjadi

sebagai berikut.

A. Kesimpulan

1. Kondisi Pembelajaran IPS SMP di Surakarta

Di Surakarta mata pelajaran IPS yang dipahami sebagai IPS Terpadu diampu

oleh satu guru IPS, karena itu guru harus mengajar semua sub bidang studi dalam

IPS. Hal ini menjadi salah satu penyebab bahwa pembelajaran IPS selama ini hanya

mendasarkan pada buku paket yang digunakan di sekolah. Pembelajaran IPS selama

ini kurang memanfaatkan lingkungan sosial budaya peserta didik sebagai sumber

dan media pembelajaran. Hal itu berakibat IPS menjadi salah satu mata pelajaran

yang membosankan bagi peserta didik, kurang mendorong peserta didik untuk

berfikir kritis dan mengembangkan kepekaan terhadap lingkungan sosialnya.

Sebagian besar peserta didik tidak pernah membuat karangan sederhana tentang IPS

atau mengeksplorasi keunggulan budaya daerah sebagai wujud kebanggaan peserta

didik terhadap kekayaan daerahnya. Kondisi ini berdampak pada munculnya stigma

bahwa IPS kurang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari dan merupakan pelajaran

(2)

mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Inovasi pengembangan

sumber dan media yang terbatas juga menyebabkan pelaksanaan pembelajaran tidak

beranjak dari tradisi transfer of knowledge. Demikian pula dengan evaluasi

pembelajaran masih mengutamakan evaluasi hasil dan sebagian besar hanya pada

aspek kognitif.

Studi pendahuluan mengungkap bahwa pembelajaran IPS selama ini telah

menggunakan RPP yang dibuat oleh MGMP IPS SMP di Surakarta. Ini berarti,

langkah-langkah pembelajaran sudah mengacu pada Permen Diknas Nomor 41

tahun 2007, yakni meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi), dan kegiatan penutup. Namun demikian pada umumnya

langkah-langkah model pembelajaran selalu sama meski guru mencantumkan model

pembelajaran yang bervariatif.

Ketersediaan RPP dari MGMP menjadikan guru kurang kreatif dan inovatif

dalam mengembangkan materi dan model-model pembelajaran, pembelajaran IPS

berjalan monoton karena dominasi guru dalam pembelajaran. Hal ini menjadi salah

satu penyebab kurang berkembangnya kompetensi peserta didik, proses belajar

hanya sebatas pada bagaimana belajar bukan belajar bagaimana membelajarkan

sehingga kebermaknaan belajar belum menjadi kenyataan yang aktual dalam setiap

diri peserta didik. Pembelajaran lebih banyak dipengaruhi oleh gaya, tingkat

pengetahuan, pengalaman, dan persepsi yang dimiliki guru terhadap pembelajaran

IPS.

Berkenaan dengan salah satu tujuan IPS, yakni agar peserta didik memiliki

(3)

lingkungannya, bahkan dapat berkontribusi dalam menjaga dan melestarikan

warisan budaya leluhurnya sangat dipahami oleh guru IPS. Batik Klasik menjadi

salah satu keunggulan budaya Surakarta meskipun demikian selama ini mereka

belum mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal Surakarta dalam pembelajaran IPS.

Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman guru terhadap nilai-nilai edukatif yang

bersumber dari simbolisme motif-motif batik klasik. Guru kurang memahami bahwa

pembelajaran IPS menjadi “powerfull dan meaningfull” apabila terpadu, berbasis

nilai, menantang, aktif, dan bermakna. Keberhasilan pembelajaran IPS sangat

ditentukan oleh kemampuan dan kreativitas guru dalam memahami dan

mengembangkan kurikulum IPS, yakni kurikulum berdasar pada apa yang

dibutuhkan peserta didik bukan apa yang berharga bagi peserta didik.

Kurikulum berpusat pada peserta didik, yakni memberikan kesempatan bagi

peserta didik untuk terlibat secara sistematis dalam pengambilan keputusan

mengenai masalah sosial, ekonomi, politik, dan masalah pribadi. Latar belakang,

pengalaman, dan kebutuhan peserta didik sangat penting dalam setiap pembelajaran

di kelas. Kurikulum transmisi sebagai dokumen kurikulum yang resmi, buku teks

yang digunakan di sekolah, dan sumber-sumber lainnya dapat dikembangkan,

di-transformasikan atau diubah lebih lanjut oleh para guru dan peserta didik dalam

proses pembelajaran di kelas sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

2. Dasar Pengembangan Model Pembelajaran IBNBBK

Tujuan pendidikan IPS adalah menyampaikan informasi dan pengetahuan

(knowledge and information), nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan

(4)

intelektual. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui

pengembangan model pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal

batik klasik dalam pembelajaran IPS. Pengalaman belajar yang menunjukkan adanya

kaitan unsur-unsur konseptual dari dalam maupun antar mata pelajaran akan

memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna

(meaningful learning).

Pengembangan model IBNBBK menggunakan paradigma Postmodern

dengan mendekonstruksi ”nilai-nilai filosofi batik klasik” menjadi penciptaan

realitas baru (Batik Klasik) sebagai salah satu jati diri bangsa Indonesia di tengah

dunia yang mengglobal. Perspektif Postmodern digunakan untuk mendekonstruksi,

pertama, pembelajaran IPS yang saat ini, yang kental dengan pandangan

modernisme. Format reproduktif pendidikan modernitas ini telah membuat

pembelajaran IPS menjadi salah satu pelajaran yang tidak menarik dan

membosankan bagi peserta didik SMP. Kedua, perspektif pendidikan

Post-modernism relevan dengan misi dan tujuan pendidikan IPS merupakan mata

pelajaran yang diharapkan berperan dalam pembentukan sikap kewarganegaraan

yang baik.

Konteks lingkungan sosial budaya, latar belakang pengalaman, dan

kebutuhan peserta didik sangat penting dalam pembelajaran IPS di kelas. Oleh

karena itu kurikulum, buku teks yang digunakan di sekolah, dan lingkungan sosial

budaya Surakarta perlu dikembangkan dan ditransformasikan lebih lanjut oleh guru

dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas sehingga pembelajaran IPS

(5)

berbasis pada nilai budaya lokal batik klasik dalam pandangan postmodernism

mengenai kurikulum sebagai sebuah praksis digunakan empat unsur R, yaitu

richness, recursions, relations, and rigor dalam kurikulum Postmodern.

Karakteristik utama model pembelajaran IPS berbasis nilai budaya lokal

batik klasik untuk meningkatkan kompetensi dan jati diri bangsa merupakan

kombinasi model pembelajaran Kooperatif dan Klarifikasi Nilai dikemas dalam

suatu kompetisi (tournament). Penggabungan model pembelajaran cooperative

learning dan value clarification technique ini disebabkan karena pertama.

perkembangan moral peserta didik terkait erat dengan perkembangan kognitif dan

hasil dari interaksi sosialnya. Melalui proses tersebut, peserta didik akan memiliki

pemahaman moral yang sangat bermanfaat bagi moral judgment dan moral

reasoning yang akan mempengaruhi perilakunya. Kedua, secara teoritis peserta

didik yang memahami hubungan antara diri sendiri dan masyarakat akan lebih

bersikap bijaksana, berfikir positif, mempunyai tujuan yang jelas, antusias, bangga

dan konsisten sehingga memiliki kepribadian kuat dan berkarakter. Ketiga, makna

IPS sebagai “synthetic discipline”, bahwa PIPS bukan sekedar mensintesiskan

konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial tetapi

juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dan

kenegaraan.

3. Pengembangan Model Pembelajaran IBNBBK

Pendidikan IPS sebagai kelompok bahan ajar sangat terikat oleh nilai-nilai

sosial budaya bangsa, karena itu pendidikan IPS tidak dapat lepas dari tata nilai dan

(6)

pendidikan IPS adalah mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara agar

dapat mengambil keputusan secara reflektif dan partisipasif dalam kehidupan

sosialnya baik sebagai pribadi, warga masyarakat, bangsa maupun warga dunia.

Langkah-langkah pembelajaran dikembangkan sesuai dengan

langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang digabungkan dengan model pembelajaran

Klarifikasi nilai dan dikemas dengan turnamen. Penggabungan dua model

pembelajaran dalam pelaksanaannya mengacu pada model pembelajaran menurut

Permen Diknas No.41 tahun 2007, terdiri dari tiga tahap, yakni (1) apersepsi, (2) inti

(eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), dan (3) penutup.

Pada implementasi uji terbatas ke-2, komponen desain model mengalami

perubahan pada langkah-langkah pembelajaran Klarifikasi Nilai. Pada pengujian

model siklus ke-2, ketujuh langkah klarifikasi nilai disederhanakan menjadi tiga

langkah. Hal ini dimaksudkan agar guru mudah dalam mengevaluasi dan memberi

penguatan pada setiap tahapan kegiatan pembelajaran. Langkah pertama sampai

ketiga termasuk dimensi kognitif (menekankan kemampuan rasional). Langkah

keempat dan kelima mencerminkan dimensi efektif (penghargaan dan rasa bangga).

Langkah keenam dan ketujuh mencerminkan dimensi psikomotorik (tindakan

konkrit yang terus menerus dan terpola).

Pada implementasi model langkah-langkah pembelajaran (Permendiknas,

2007) setelah uji coba luas mengalami penambahan, yakni tahap orientasi. Tahap ini

menyatu dengan tahap apersepsi. Dengan demikian langkah-langkah model

pembelajaran IBNNBK menjadi orientasi termasuk di dalamnya apersepsi,

(7)

Karakteristik utama dari model pembelajaran ini adalah integrasi nilai-nilai

budaya lokal batik klasik dalam pembelajaran IPS di SMP untuk meningkatkan

kompetensi dan jati diri bangsa. Implementasi model pembelajaran ini tetap

mengacu pada Permendiknas No. 41 tahun 2007, yakni pendahuluan, kegiatan inti

pembelajaran (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi), dan penutup.

Setelah uji coba implementasi terbatas ke-3 maka langkah-langkah

pembelajaran dapat dipahami dan diimplementasikan oleh guru dan peserta didik

sesuai dengan model yang dikembangkan. Kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan

uji coba pengembangan model melalui penelitian tindakan kelas di SMPN (A),

SMPN (B), dan SMP Swasta di Surakarta ternyata mampu meningkatkan skor

karakter dan skor sikap terhadap batik sebagai jati diri bangsa yang ditunjukkan

dengan peningkatan skor sebesar 80%. Adanya peningkatan kompetensi IPS yang

ditandai dengan sekurang-kurangnya 75% peserta didik kelas VIII semester I

sebagai subjek penelitian memperoleh nilai 70 sebagai batas tuntas pembelajaran

IPS. Dengan demikian pelaksanaan model pembelajaran IBNBBK di SMPN (A),

SMPN (B) dan SMP Swasta telah berjalan sesuai dengan model yang dikembangkan

dan mampu meningkatkan skor karakter dan skor sikap peserta didik terhadap batik

sebagai jati diri bangsa.

4. Efektivitas Model Pembelajaran IBNBBK

Melalui tahapan pengujian model secara statistik diketahui keefektifan model

pembelajaran IBNBBK. Dari uji efektivitas model secara keseluruhan di kelompok

SMP Negeri (A) dan SMP Negeri (B) serta SMP Swasta (S) menunjukkan bahwa

(8)

peningkatan prestasi belajar, penguatan karakter dan jati diri bangsa dibandingkan

dengan pembelajaran IPS dengan model kooperatif. Model pembelajaran IBNBBK

ternyata sesuai untuk diterapkan pada kategori sekolah apapun dan memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap semua komponen, yakni kompetensi, penguatan

karakter dan jati diri bangsa.

Hasil uji efektivitas model memberikan gambaran bahwa model IBNBBK

mampu meningkatkan penguasaan kompetensi dan penguatan sikap peserta didik

terhadap batik sebagai jati diri bangsa pada semua kelompok sekolah. Pendidikan

merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai yang

berkembang dalam kehidupan. Melalui proses “inkuiri nilai” maka kepribadian

peserta didik tetap terjaga di tengah perubahan pemaknaan nilai yang semakin

kompleks.

5. Kevalidan, Kepraktisan, dan Keefektifan Model Pembelajaran IBNBBK

Model pembelajaran IBNBBK yang dikembangkan mulai dari draf awal

model, uji coba terbatas, uji coba luas hingga uji validasi terbukti telah memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kriteria yang digunakan untuk menilai

model pembelajaran yang dikembangkan adalah validitas (kevalidan), praktikabilitas

(kepraktisan), dan efektivitas (keefektifan).

6. Dampak Pengiring Penerapan Model Pembelajaran IBNBBK

a. Kepercayaan Diri

Model pembelajaran IBNBBK dikembangkan dengan pendekatan

humanistik yang menempatkan dasar pendidikan adalah apa yang menjadi “dunia”,

(9)

Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses

pengalaman belajarnya. Dengan demikian peserta didik memahami potensi diri,

mengembangkan potensi dirinya secara positif, dan meminimalkan potensi diri yang

bersifat negatif.

Pendekatan ”Learner-Centered”, yakni pendidikan yang memberdayakan

memungkinkan peserta didik lebih percaya diri untuk mengekspresikan pendapat

mereka. Pendekatan berpusat pada keterlibatan peserta didik akan mendorong

keberhasilan dan kesuksesan peserta didik.

b. Sikap Toleransi Terhadap Keragaman

Implementasi model mengajarkan kepada peserta didik pada keterampilan

kerjasama dan kolaborasi, membantu peserta didik belajar keterampilan sosial, dan

secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis.

Pembelajaran disetting dalam bentuk kelompok kecil, problem-solving, pencarian

jawaban dan prinsip-prinsip demokrasi dengan interaksi satu sama lain dan

merupakan lingkungan belajar sebagai sebuah karakter sistem sosial dengan

prosedur demokrasi dan proses ilmiah. Karena itu akan mendorong peserta didik

dalam berpikir dan bertindak, belajar aktif, berperilaku kerjasama, dan tanggap pada

kemajemukan dalam masyarakat multikultur.

c. Keaktifan Belajar

Implementasi model pembelajaran IBNBBK akan memfasilitasi peserta

didik dalam berinkuiri untuk memahami hakekat masalah dan menemukan

kemungkinan pemecahannya. Melalui proses inquiry peserta didik tidak hanya

(10)

moral dalam konteks pembelajarannya. Kegiatan ini dapat menjadi media sikap

peserta didik terhadap nilai-nilai dasar yang menjadi core values pendidikan

karakter. Dengan demikian model IBNBBK sejalan dengan tujuan pendidikan IPS,

yakni dapat dijadikan sebagai kritik terhadap kehidupan sosial (social studies as

social criticism), kemampuan berfikir kritis (critical thinking) dengan berbagai

metode pemecahan masalah (problem solving). Pendidikan IPS juga sebagai

pengembangan pribadi seseorang (social studies as personal development of the

individual.

d. Sikap Positif Terhadap IPS

Karakteristik model IBNBBK adalah pendidik tidak bertindak sebagai guru

melainkan fasilitator dan partner dialog. Pendekatan reflektif mengajak peserta didik

untuk berdialog dengan dirinya sendiri. Sedangkan pendekatan ekspresif mengajak

peserta didik untuk mengekspresikan diri dengan segala potensinya (realisasi dan

aktulisasi diri). Dengan demikian pendidik sebagai fasilitator yang membantu dan

mendampingi peserta didik dalam proses perkembangan diri, penentuan sikap dan

pemilahan nilai-nilai yang akan diperjuangkannya. Melalui proses ini peserta didik

akan menemukan kebermaknaan pembelajaran IPS dengan realitas sosial yang

dihadapi.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Dari temuan hasil penelitian terhadap model IBNBBK untuk peningkatan

kompetensi dan penguatan jati diri bangsa diharapkan model ini akan membawa

(11)

hasil penelitian ini terhadap pembelajaran IPS SMP di Surakarta dapat dikemukakan

sebagai berikut.

1. Bagi Guru Pendidikan IPS

Perlu dilakukan perubahan paradigma dalam pembelajaran IPS, bukan hanya

sebagai transfer of knowledge. Guru perlu mengubah tradisi pembelajaran yang

berorientasi pada hasil menjadi berorientasi pada proses berfikir kritis dan proses

penemuan nilai-nilai dari materi pembelajaran. Pembelajaran harus mampu

mengembangkan aspek pengetahuan, berfikir rasional, mengembangkan dimensi

efektif (penghargaan dan rasa bangga terhadap pilihan nilai), mengembangkan

dimensi psikomotorik (tindakan konkrit yang terus menerus dan terpola relevansinya

dengan pilihan nilai. Kegiatan tersebut dilakukan melalui proses berfikir rasional

dan dalam interaksi sosialnya dengan kelompok diskusi. Dengan mengubah

paradigma tersebut diharapkan pembelajaran IPS menjadi lebih menantang,

menarik, dan bermakna.

Prosedur pelaksanaan model pembelajaran IBNBBK dirancang melalui

langkah-langkah yang mengutamakan aktivitas peserta didik dan mengurangi

dominasi guru. Karena itu dibutuhkan kesadaran guru untuk menjadi pemandu

bukan sebagai pemateri. Dalam konteks pembelajaran IBNBBK, murid dan guru

berinkuiri bersama untuk memahami hakekat masalah yang dihadapi dan

menemukan kemungkinan pemecahannya. Pada saat yang sama perlu ditanamkan

pada peserta didik tentang nilai-nilai dasar yang menjadi core values pendidikan

karakter, yakni integritas, kerendahan hati, kesetiaan, keberanian bertindak benar,

(12)

2. Aktivitas Belajar Siswa

Melalui proses inkuiri nilai peserta didik akan menemukan nilai-nilai moral

dalam konteks pembelajaran, bersamaan itu sekolah menciptakan lingkungan

kondusif bagi penanaman tentang nilai-nilai dasar yang menjadi core values

pendidikan karakter. Budaya sekolah ini akan terinternalisasi dalam kepribadian

peserta didik dan pada akhirnya akan mempengaruhi kepribadian peserta didik,

sehingga menjadi manusia yang berkarakter. Pendidikan karakter diawali dengan

pengetahuan. Pengetahuan (teori) tersebut bisa bersumber dari pengetahuan agama,

sosial, budaya, dalam konteks ini bersumber dari nilai-nilai budaya batik klasik.

Pengetahuan itu diharapkan dapat membentuk sikap atau akhlak yang mulia, yang

mendorong peserta didik mengamalkan apa yang diketahui itu. Dengan demikian

akan terjadi proses internalisasi nilai-nilai luhur secara berkelanjutan dalam konteks

lingkungan sosialnya.

3. Sumber dan Media Belajar

Pembelajaran IPS berbasis nilai budaya lokal batik klasik dapat

mengguna-kan berbagai sumber dan media pembelajaran. Meskipun demikian motif-motif batik

dan makna filosofis menjadi komponen yang harus ada dalam pembelajaran model

IBNBBK.

C. Rekomendasi

Berdasar simpulan hasil penelitian tentang gambaran model pembelajaran

IPS berbasis nilai budaya lokal untuk peningkatan kompetensi dan penguatan jati

diri bangsa maka dikemukakan rekomendasi sebagai berikut.

(13)

Model pembelajaran IBNBBK yang dikembangkan dengan unsur 4 R dari

kurikulum Postmodern mampu menciptakan pembelajaran IPS yang bermakna dan

menyenangkan, karena itu guru perlu mengembangkan materi pembelajaran dengan

konteks sosial budaya peserta didik.

Salah satu ciri pembelajaran model pembelajaran IBNBBK adalah student

centered, makin besar keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran makin

besar pula untuk melakukan aktivitas belajar. Karena itu guru perlu mendesain ruang

kelas dalam situasi proses “inquiry” sehingga peserta didik tidak hanya belajar

tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip tetapi juga mengalami proses belajar

tentang pengarahan diri sendiri. Prosedur pelaksanaan model IBNBBK dirancang

melalui langkah-langkah yang mengutamakan aktivitas peserta didik dan

mengurangi dominasi guru. Karena itu dibutuhkan kesadaran guru untuk menjadi

pemandu bukan sebagai pemateri.

Implikasi dari prosedur penilaian pada model pembelajaran IBNBBK

mensyaratkan guru untuk mengembangkan instrumen evaluasi dengan

mem-pertimbangkan aspek pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan peserta didik

dalam mengaktualisasi nilai-nilai pembelajaran di sekolah dengan konteks kedirian

dan lingkungan sosialnya.

2. Bagi Sekolah

Sekolah sebagai tempat berkumpulnya peserta didik dari berbagai golongan,

(14)

agama yang dianggap “absolute” dan nilai-nilai budaya yang bersifat relative

menjadi “core values” pendidikan karakter yang terpancar dari nilai altruistic dalam

keberagamaan. Dampaknya, akan menumbuhkembangkan nilai-nilai fundamental

lain, yakni simpati, empati, loyalitas dan toleransi terhadap berbagai jenis perbedaan

dan mutual trust antar berbagai kelompok kepentingan yang berbasis agama, etnis,

dan ras.

Meningkatnya aktivitas positif peserta didik pada model pembelajaran

IBNBBK dapat menghilangkan kesan bahwa pelajaran IPS sebagai pelajaran yang

membosankan dan kurang menarik. Kondisi ini dipengaruhi oleh variasi tahapan

dalam pembelajaran model pembelajaran IBNBBK yang memberi kesempatan

seluas-luasnya pada peserta didik untuk menemukan nilai dan merealisasikan nilai

dalam bentuk tindakan bermoral kaitannya dengan kedirian peserta didik dan dalam

interaksi sosialnya.

3. Bagi Siswa

Salah satu ciri pembelajaran model pembelajaran IBNBBK adalah student

centered. Semakin besar keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran

makin besar pula peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar. Guru perlu

mendesain ruang kelas dalam situasi proses “inquiry” sehingga peserta didik tidak

hanya belajar tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip tetapi peserta didik juga

mengalami proses belajar tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab,

komunikasi soal.

(15)

Bagi para peneliti, khususnya para dosen pengelola program studi IPS dan

PIPS hendaknya dapat mengembangkan lebih lanjut melalui penelitian yang lebih

komprehensif, melibatkan para guru secara langsung dalam proses penelitian sejak

proses awal. Para dosen hendaknya berkolaborasi dengan guru-guru IPS melalui

model penelitian tindakan kelas atau model penelitian lain yang ditujukan untuk

inovasi pembelajaran IPS di sekolah. Dari proses penelitian ini sesungguhnya

nampak dan terasa adanya keinginan kuat dari para guru IPS untuk melakukan

inovasi pembelajaran, namun pada umumnya mereka mengaku masih mengalami

kesulitan terutama karena kurang percaya diri. Dengan berkolaborasi, keinginan

para guru tersebut diharapkan akan dapat terpenuhi, di samping sebagai wujud

sinergi akademis, antara pakar dan praktisi pendidikan IPS.

5. Bagi Perguruan Tinggi

Bagi perguruan tinggi yang mengelola program studi PIPS dan rumpun PIPS

dapat mengembangkan berbagai inovasi pembelajaran melalui penelitan yang

didasarkan pada kebutuhan nyata pembelajaran di sekolah. Untuk itu diperlukan

jaringan kerjasama yang baik, antara kampus dan sekolah. Apabila dimungkinkan

melalui penelitian, kunjungan dosen/guru tamu, Program Pengalaman Lapangan

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah wanita usia 30 - 50 tahun, bersedia menjadi subjek penelitian, belum mengalami menopause, tidak memiliki riwayat

Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat

Membuat studi kelayakan dari aspek produk Kuliah tatap muka Papan tulis, laptop dan LCD projector 1,2,3.. yaitu produk yang sudah ada dipasaran namun memiliki beberapa

Selain itu, teori ini bisa menyadari kita akan percakapan sehari-hari sebagai kegiatan untuk menempatkan tanggungjawab pada yang paling tidak berdaya (lihat juga bahasa

Kesimpulan Efektivtas Kerja Pegawai UPTD Balai Benih Sentral Air Tawar Sebulu dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

Pada analisa pencahayaan alami, tanggal 23 September terjadi peningkatan intensitas cahaya alami secara derastis pada pukul 09.00 dan penurunan intensitas cahaya

Kabupaten Nias adalah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten-kabupaten di Lingkungan Daerah

Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak di inginkan