viii ABSTRAK
PERBEDAAN OMSET PENJUALAN, JUMLAH TENAGA KERJA, BIAYA PRODUKSI, DAN KEUNTUNGAN PADA PELAKU USAHA MIKRO KECIL
DAN MENENGAH DI KOTA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT KREDIT DARI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI Studi Kasus: Studi kasus pelaku usaha kecil penerima Kredit di Koperasi Simpan
Pinjam “Dadi Makmur” Minggiran MJ 2/1339, Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta.
Andreas Rinangga Sanubari Antusias Adi Universitas Sanata Dharma
2012
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan omset penjualan, jumlah tenaga kerja, biaya produksi dan keuntungan pada pelaku usaha mikro kecil dan menengah di kota yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari lembaga keuangan koperasi yang bertempat di Mantrijeron Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha yang berjumlah 21 orang yang mendapatkan kredit dari Koperasi Dadi Makmur. Pengambilan data menggunakan wawancara.
Penulis menggunakan jenis penelitian studi perbandingan dengan analisis
“before after”(sebelum dan sesudah) yaitu membandingkan dua perilaku, yaitu perilaku sebelum mendapatkan kredit dari Koperasi dan perilaku setelah mendapat kredit dari Koperasi. Metode analisis menggunakan uji T.
ix ABSTRACT
DIFFERENCES BETWEEN SALES TURNOVER, TOTAL OF LABORS, PRODUCTION COST AND PROFIT ON MICRO, SMALL, AND MIDDLE BUSINESS DOERS IN YOGYAKARTA BEFORE AND AFTER RECEIVING
CREDIT FROM COOPERATION.
A Case Study: Small Business Doers Receiving Credit at Credit Unions "Dadi Makmur" Minggiran MJ 2/1339, Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta.
Andreas Rinangga Sanubari Antusias Adi Sanata Dharma University
2012
This research intends to know whether there are any differences between the sales turnover, total of labors, production cost, and profit on the micro, small, and middle business doers in Yogyakarta before and after receiving credit from cooperation in Mantrijeron Yogyakarta. The population of this study were 21 business doers who got credit from “Dadi Makmur” Cooperation. The data were taken by interview.
This kind of research is a comparative study. The analysis of this research is “before-after” analysis that compares two behaviours. The first comparison is before receiving credit from cooperation and the second comparison is after receiving credit from cooperation. The method of analyzing the data was t-test.
i
PERBEDAAN OMSET PENJUALAN, JUMLAH TENAGA
KERJA, BIAYA PRODUKSI, DAN KEUNTUNGAN PADA
PELAKU USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA
YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT
KREDIT DARI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI
Studi Kasus: Pelaku usaha kecil penerima kredit di Koperasi Simpan Pinjam “DadiMakmur” Minggiran MJ 2/1339, Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta. SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Andreas Rinangga Sanubari Antusias Adi NIM: 081324005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
H alaman Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang
selalu memberkatiku,
Bapak , Ibu dan adekku Monica
Dosen pembimbingku
Adela Chrismas
v
M oto
Jika kau mempunyai kemampuan untuk
berbuat baik kepada orang yang
memerlukan kebaikanmu, janganlah
menolak untuk melakukan hal itu.
Amsal 3:27
Segala perkara dapat kutanggung di
dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.
Filipi 4:13
Hindari kata nanti yang menghalangimu
dari perubahan-perubahan baik yang
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 14 September 2012 Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Andreas Rinangga Sanubari Antusias Adi
Nomor Mahasiswa : 081324005
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERBEDAAN OMSET PENJUALAN, JUMLAH TENAGA KERJA, BIAYA PRODUKSI, DAN KEUNTUNGAN PADA PELAKU USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT KREDIT DARI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 14 September 2012 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PERBEDAAN OMSET PENJUALAN, JUMLAH TENAGA KERJA, BIAYA PRODUKSI, DAN KEUNTUNGAN PADA PELAKU USAHA MIKRO KECIL
DAN MENENGAH DI KOTA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT KREDIT DARI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI Studi Kasus: Studi kasus pelaku usaha kecil penerima Kredit di Koperasi Simpan
Pinjam “Dadi Makmur” Minggiran MJ 2/1339, Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta.
Andreas Rinangga Sanubari Antusias Adi Universitas Sanata Dharma
2012
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan omset penjualan, jumlah tenaga kerja, biaya produksi dan keuntungan pada pelaku usaha mikro kecil dan menengah di kota yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari lembaga keuangan koperasi yang bertempat di Mantrijeron Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha yang berjumlah 21 orang yang mendapatkan kredit dari Koperasi Dadi Makmur. Pengambilan data menggunakan wawancara.
Penulis menggunakan jenis penelitian studi perbandingan dengan analisis
“before after”(sebelum dan sesudah) yaitu membandingkan dua perilaku, yaitu perilaku sebelum mendapatkan kredit dari Koperasi dan perilaku setelah mendapat kredit dari Koperasi. Metode analisis menggunakan uji T.
ix ABSTRACT
DIFFERENCES BETWEEN SALES TURNOVER, TOTAL OF LABORS, PRODUCTION COST AND PROFIT ON MICRO, SMALL, AND MIDDLE BUSINESS DOERS IN YOGYAKARTA BEFORE AND AFTER RECEIVING
CREDIT FROM COOPERATION.
A Case Study: Small Business Doers Receiving Credit at Credit Unions "Dadi Makmur" Minggiran MJ 2/1339, Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta.
Andreas Rinangga Sanubari Antusias Adi Sanata Dharma University
2012
This research intends to know whether there are any differences between the sales turnover, total of labors, production cost, and profit on the micro, small, and middle business doers in Yogyakarta before and after receiving credit from cooperation in Mantrijeron Yogyakarta. The population of this study were 21 business doers who got credit from “Dadi Makmur” Cooperation. The data were taken by interview.
This kind of research is a comparative study. The analysis of this research is “before-after” analysis that compares two behaviours. The first comparison is before receiving credit from cooperation and the second comparison is after receiving credit from cooperation. The method of analyzing the data was t-test.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikanpenulisan skripsi berjudul “PERBEDAAN OMSET PENJUALAN, JUMLAH TENAGA KERJA, BIAYA PRODUKSI, DAN KEUNTUNGAN PADA PELAKU USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT KREDIT DARI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI” Studi kasus pelaku usaha kecil penerima Kredit di Koperasi Simpan Pinjam “Dadi Makmur” Minggiran MJ 2/1339, Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, perhatian dan kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghormatan kepada:
1. Bapak Rohandi Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
xi
3. Bapak Indra Darmawan. S.E., M.S.i., selaku Kaprodi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Indra Darmawan. S.E., M.S.i., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan kritik dan saran yang membangun mulai perencanaan sampai skripsi selesai.
5. Bapak Yohanes Maria Vianey Mudayen. S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan banyak membantu selama penulisan skripsi ini. 6. Bapak Drs. C. Teguh Dalyono M.Si., yang memberikan dukungan, nasehat dan
masukannya.
7. Bapak Joko Wicoyo, terimakasih sudah memeriksa dan membenarkan abstrak saya.
8. Seluruh dosen yang telah membantu penulisan selama kuliah maupun mengerjakan skripsi.
9. Mba Titin, yang selalu membantu dalam administrasi dan kelancaran selama perkuliahan.
10. Bapak dan Ibu anggota koperasi Dadi Makmur di kecamatan Mantrijeron Yogyakarta, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
11. Bapak Tulus , Mbak Dewi dan Bapak Wiji selaku pengurus Koperasi Simpan Pinjam Dadi Makmur, terima kasih telah membantu dengan baik penyediaan data jumlah industri.
xii
diberikan kepada penulis. Dan penulis berharap dapat selalu membahagiakan Bapak Ibu setiap waktu.
13. Untuk Adikku Monica Rindayu, terimakasih atas bantuannya dalam pengolahan data skripsi.
14. Untuk Adela Chrismas, terimakasih atas dukungannya dan semangatnya selama ini.
15. Keluarga besar Pendidikan Ekonomi angkatan 2008, terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Khususnya teman-teman Esspreso, Akbar, Beni, Lintang, Dimas, Doni, kalian hebat.
Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga selalu mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sangat membangun sehigga nantinya penulis dapat memperbaikinya.
Akhir kata, penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun pihak-pihak yang membutuhkan.
Penulis
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
Bab I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 6
C.Definisi Operasional ... 7
D.Batasan Masalah ... 8
E.Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
Bab II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A.Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... 10
1. Pengertian UMKM ... 10
2. Kriteria UMKM ... 11
3. Tujuan Pengembangan Industri Kecil ... 12
B.Kredit ... 16
1. Pengertian Kredit ... 16
2. Unsur-unsur Kredit ... 17
3. Jenis-jenis Kredit ... 18
4. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 21
C.Koperasi Simpan Pinjam ... 24
1. Pengertian Koperasi ... 24
2. Landasan Koperasi ... 25
3. Fungsi Koperasi ... 25
4. Azas Koperasi ... 26
xiv
6. Peranan dan Tugas Koperasi dalam Pengembangan
UMKM ... 27
7. Bidang Usaha Koperasi ... 30
8. Simpan Pinjam ... 31
9. Koperasi Simpan Pinjam ... 32
D.Hal-hal yang Dipengaruhi Kredit dari Koperasi ... 33
1. Omset Penjualan ... 33
2. Tenaga Kerja ... 33
3. Biaya Produksi ... 34
4. Keuntungan ... 37
E.Hasil Penelitian yang Terdahulu ... 38
F. Kerangka Berpikir ... 39
G.Hipotesis Penelitian ... 42
Bab III METODE PENELITIAN ... 44
A.Jenis Penelitian ... 44
B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 45
C.Subjek dan Objek Penelitian ... 45
D.Populasi dan Sample ... 46
E.Definisi Variabel dan Pengukuran ... 46
1. Omset Penjualan dalam 1 Bulan ... 46
2. Jumlah Tenaga Kerja dalam 1 Bulan ... 46
3. Biaya Produksi dalam 1 Bulan ... 47
4. Keuntungan dalam 1 Bulan ... 47
F. Teknik Pengambilan Sample ... 47
G.Teknik Pengumpulan Data ... 48
1. Data Primer ... 48
2. Data Sekunder ... 49
H.Teknik Analisis Data ... 47
1. Pengujian Normalitas ... 50
2. Uji Hipotesis ... 50
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 55
A.Lokasi Penelitian ... 55
B.Keadaan dan Luas Tanah ... 56
C.Kependudukan dan Tingkat Pendidikan ... 56
1. Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin ... 56
2. Jumlah Penduduk menurut Tingkat Usia ... 56
3. Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ... 57
4. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian ... 58
D.Sarana dan Prasarana ... 59
1. Sarana Transportasi dan Komunikasi ... 59
xv
3. Sarana Perekonomian ... 62
4. Sarana Kesehatan ... 63
5. Sarana Peribadatan ... 64
E.Profil Koperasi ... 64
1. Bidang Organisasi dan Manajemen ... 64
2. Bidang Usaha ... 66
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 68
A.Deskripsi Pengusaha, Konsep Penjualan, Tenaga Kerja, Biaya Produksi, dan Keuntungan ... 68
1. Deskripsi Pengusaha ... 68
2. Deskripsi Omset Penjualan ... 72
3. Deskripsi Tenaga Kerja ... 73
4. Deskripsi Biaya Produksi ... 74
5. Deskripsi Keuntungan ... 76
B.Analisis Data ... 77
1. Uji Normalitas ... 77
2. Uji Hipotesis ... 79
C.Pembahasan ... 91
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENULISAN ... 104
A.Kesimpulan ... 104
B.Saran ... 104
C.Keterbatasan Penulisan ... 106
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Kisi – kisi Wawancara Yang Diperlukan ... 48
Tabel IV.1 Status Luas Tanah Kelurahan Suryodiningratan ... 56
Tabel IV.2 Peruntukan dan Penggunaan Luas Tanah Kelurahan Suryodiningratan ... 56
Tabel IV.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia Kelompok Pendidikan ... 57
Tabel IV.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia Kelompok Tenaga Kerja ... 57
Tabel IV.5 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ... 58
Tabel IV.6 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 58
Tabel IV.7 Sarana Transportasi di Kelurahan Suryodiningratan ... 60
Tabel IV.8 Sarana Komunikasi di Kelurahan Suryodiningratan ... 61
Tabel IV.9 Sarana Pendidikan di Kelurahan Suryodiningratan ... 62
Tabel IV.10 Sarana Pererkonomian di Kelurahan Suryodiningratan ... 62
Tabel IV.11 Sarana Kesehatan di Kelurahan Suryodiningratan ... 63
Tabel IV.12 Sarana Peribadatan di Kelurahan Suryodiningratan ... 64
Tabel IV.13 Jenis Pinjaman di Koperasi Dadi Makmur ... 67
Tabel V.1 Data Responden Menurut Hasil Olahan ... 69
Tabel V.2 Tingkat Umur Pelaku Usaha Kecil ... 70
Tabel V.3 Jenis Kelamin Pelaku Usaha Kecil ... 71
Tabel V.4 Lama Mendirikan Usaha ... 71
Tabel V.5 Tabel Perbandingan Jumlah Omset Penjualan Sebelum dan Sesudah Mendapat Kredit dari Koperasi ... 73
Tabel V.6 Tabel Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Mendapat Kredit dari Koperasi ... 74
Tabel V.7 Tabel Perbandingan Jumlah Biaya Produksi Penjualan Sebelum dan Sesudah Mendapat Kredit dari Koperasi ... 75
Tabel V.8 Tabel Perbandingan Jumlah Keuntungan Sebelum dan Sesudah Mendapat Kredit dari Koperasi ... 77
Tabel V.9 Uji Normalitas Omset Penjualan ... 78
Tabel V.10 Uji Normalitas Jumlah Tenaga Kerja ... 78
Tabel V.11 Uji Normalitas Biaya Produksi ... 79
Tabel V.12 Uji Normalitas Keuntungan ... 79
Tabel V.13 Statistik Deskriptif Omset Penjualan ... 80
Tabel V.14 Paired Samples Test Omset Penjualan ... 81
Tabel V.15 Statistik Deskriptif Jumlah Tenaga Kerja ... 83
Tabel V.16 Paired Samples Test Jumlah Tenaga Kerja ... 84
Tabel V.17 Statistik Deskriptif Biaya Produksi ... 86
xvii
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 110
Lampiran 2 Uji Normalitas ... 115
Lampiran 3 Uji T ... 122
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian
penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Peran penting tersebut
telah mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk terus berupaya
mengembangkan UMKM. Peranan UMKM dapat dipandang sebagai penyelamat
dalam pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan
ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.
Perkembangan usaha dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal
maupun eksternal perusahaan. Salah satu faktor internal yang cukup berperan
besar dalam mempengaruhi perkembangan usaha termasuk UMKM adalah modal
untuk investasi maupun modal kerja. Kesulitan memperoleh modal merupakan
masalah klasik yang masih menghantui UMKM di Indonesia selama ini.
Permasalahan dari hampir semua usaha kecil yang tidak bisa berkembang adalah
karena kurangnya modal yang mereka miliki, dan kebutuhan dana tambahan dari
pihak luar baik itu berupa bantuan dari pemerintah maupun kredit pinjaman dari
lembaga keuangan.
Untuk memulai suatu usaha seseorang pengusaha memerlukan
keterampilan, pengetahuan, dan yang tak kalah penting adalah modal. Masalah
kekurangan modal sering sekali dihadapi oleh para pengusaha kecil, baik dalam
kesulitan untuk memperoleh sumber pembiayaan diluar modal yang dimilikinya
sendiri. Tak sedikit yang masih menggunakan modal yang dimilikinya sendiri
sebagai sumber pembiayaan namun modal tersebut belum dapat mencukupi untuk
mendirikan usaha dan jalan keluar yang diambil para pengusaha kecil untuk
memperoleh modal usaha diluar modal sendiri adalah dengan cara meminta
pinjaman atau sering disebut kredit.
Keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi para pelaku
usaha tersebut terutama dari lembaga-lembaga keuangan formal seperti
perbankan, menyebabkan mereka bergantung pada sumber-sumber keuangan non
Bank. Bentuk dari sumber-sumber ini merupakan lembaga Keuangan non Bank
diantaranya adalah Koperasi. Lembaga perbankan sebagai salah satu sumber
modal secara optimal masih belum dapat membantu permasalahan yang dihadapi
para pelaku usaha kecil. Relatif tingginya tingkat bunga kredit perbankan,
prosedur serta persyaratan pengajuan kredit yang relatif sulit untuk dipenuhi, serta
tidak adanya jaminan merupakan alasan utama bagi sebagian besar para pelaku
usaha kecil untuk tidak mengajukan permohonan kredit kepada perbankan.
Berdasarkan data mengenai industri kecil diperoleh dari Dinas
Perekonomian Kota Yogyakarta. Pada tahun 2009 jumlah industri kecil tercatat
6.224 unit dengan jumlah tenaga kerja 33.150 orang dan nilai investasi sebesar
Rp. 160.293 juta. Dibandingkan dengan tahun 2008 jumlah usahanya mengalami
kenaikan 4,61 persen. Jumlah tenaga kerja yang terserap naik 4,91 persen dan
nilai investasinya naik 3,26 persen. Industri kecil yang paling banyak adalah
Di Yogyakarta sendiri banyak terdapat jenis industri kecil dari industri
kerajinan perak, gerabah, batik sampai industri pengelolaan makanan. BPS
Provinsi DIY (2010:314) menyatakan bahwa jumlah industri kecil di DIY tahun
2009 adalah 38.623 unit dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak
128.499 pekerja. Dominasi jenis usaha adalah industri logam dan jasa sebesar
37,47 persen. Sedangkan berdasarkan wilayah, sekitar 42.51 persen unit usaha
berada di wilayah kota yogyakarta dan menyerap 35,91 persen dari total pekerja
industri kecil (BPS Provinsi DIY,2010:314).
Masyarakat Indonesia sebagian besar adalah masyarakat golongan
ekonomi lemah dan pengusaha kecil yang hanya mempunyai modal berskala
terbatas, pasti akan menemui kendala di bagian modal yang dapat mengakibatkan
terhambatnya usaha. Salah satu alternatif untuk mendapatkan tambahan
permodalan adalah dengan meminjam dari Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau
Unit Simpan Pinjam (USP). Dengan pinjaman tersebut diharapkan masyarakat
akan terbantu dalam menjaga kelangsungan usahanya.
Yang terjadi di desa Minggiran Mantrijeron Yogyakarta, bahwa banyak
masyarakat bermata pencaharian sebagai pedagang di pasar. Namun seiring
dengan meningkatnya kebutuhan di dalam mencukupi perekonomian mereka tidak
hanya mengandalkan penghasilan dari berdagang di pasar namun juga penghasilan
dari usaha lain. Usaha tersebut antara lain adalah usaha usaha pembuatan roti
kering, bakphia, Egg Roll dan usaha kecil pengolahan makanan lainnya. Kini
menjadikan usaha tersebut menjadi usaha pokok, karena diakui penghasilannya
lebih dapat diandalkan.
Pengajuan kredit dilakukan karena adanya dorongan untuk
mengembangkan usaha yang sebelumnya dijalankan dengan modal pribadi. Usaha
yang dijalankan dengan modal pribadi tersebut belum dapat mencukupi
permintaan pasar akan produk diproduksi. Selain itu rendahnya akses para pelaku
industri kecil di desa tersebut pada sumber daya ekonomi produktif terutama
untuk meningkatkan kemampuan permodalan, meningkatkan akses dan pangsa
pasar, teknologi, kualitas, produktivitas dan daya saing produk menjadi alasan
mengapa melakukan pinjaman ke Koperasi. Usaha yang dijalankan dengan modal
sendiri tersebut memang dapat berjalan namun tidak dapat berkembang. Para
pelaku industri hanya melakukan kegiatan produksi dengan bahan baku yang kecil
sesuai dengan modal pribadi yang dimilikinya.
Minat para pelaku usaha kecil yang ingin mengembangkan usahanya yang
semula hanya menggunakan bahan baku bersekala kecil dan menggunakan tenaga
kerja yang sedikit, maka para pelaku industri di desa Minggiran mulai melakukan
pinjaman modal dari koperasi. Banyak dari para pelaku industri kecil yang
melakukan pinjaman ke koperasi karena modal pinjaman dari bank sangat sulit
diperoleh kerena persyaratan adminitratif dari bank yang tidak bisa dipenuhi.
Masih ada lagi permasalahan lain yang dihadapi para pelaku pengusaha
kecil di daerah minggiran yaitu menyangkut peralatan produksi. Kebanyakan
peralatan yang digunakan masih menggunakan alat yang sederhana, sebagai
kecil, dan saat proses memasak masih penggunaan kompor gas kecil. Selain itu
penggunaan mixer yang seadanya menyebabkan saat pencampuran adonan harus
dilakukan berkali-kali. Hal tersebut menyebabkan waktu produksi menjadi lama
tentunya kurang bisa menghasilkan produk sesuai dengan permintaan konsumen.
Para pelaku usaha kecil tersebut merasa permasalahan dalam produksi ini sangat
berpengaruh terhadap omzet yang diterima. Dengan produksi yang sedikit maka
omzet penjualan juga hanya sedikit.
Di samping itu juga dengan adanya keterbatasan modal yang dimiliki
maka pelaku usaha juga terbatas merekrut karyawan, karena untuk merekrut
karyawan maka biaya produksi juga akan bertambah seiring bertambahnya upah
yang harus diberikan. Pelaku usaha hanya memiliki modal terbatas sehingga tidak
mampu untuk membayar tambahan karyawan. Dengan kapasitas karyawan yang
terbatas juga berpengaruh pada volume produksi, tentu dengan karyawan terbatas
tidak mampu memproduksi makanan dalam jumlah banyak. Apalagi di saat hari
besar kebutuhan akan makanan olahan sangat tinggi. Untuk memenuhi permintaan
makanan olahan dipasaran membuat pelaku usaha kualahan. Dengan omzet
produksi yang tetap dan biaya produksi yang tetap karena tidak adanya
penambahan tenaga kerja membuat keuntungan yang didapat para pelaku usaha
juga tidak mengalami perkembangan.
Berangkat dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah Kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi
dapat berdampak terhadap omzet penjualan, jumlah tenaga kerja, biaya produksi
mengenai “Perbedaan Omset Penjualan, Jumlah Tenaga Kerja, Biaya
Produksi, dan Keuntungan pada Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
di Kota Yogyakarta Sebelum dan Sesudah Mendapat Kredit Dari Lembaga
Keuangan Koperasi” dengan studi kasus pelaku usaha kecil penerima kredit di
Koperasi Simpan Pinjam “Dadi Makmur” Minggiran MJ 2/1339,
Suryodiningratan Mantrijeron Yogyakarta.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan omset penjualan sebelum dan sesudah mendapat
kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi?
2. Apakah ada perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah mendapat
kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi?
3. Apakah ada perbedaan biaya produksi sebelum dan sesudah mendapat
kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi?
4. Apakah ada perbedaan keuntungan pada sebelum dan sesudah mendapat
C.Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan variabel dalam
penelitian maka perlu dijelaskan indentifikasi antara masing-masing variabel
dalam penelitian yaitu:
a. Omset penjualan ditandai dengan banyaknya penjualan dalam periode
tertentu. Dalam industri kecil di Minggiran omset penjualan dinyatakan
dalam banyaknya roti yang terjual dalam satu bulan.
b. Jumlah tenaga kerja ditandai dengan banyaknya tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam proses produksi. Variabel ini dinyatakan dalam jumlah
orang yang bekerja dalam proses produksi.
c. Biaya produksi ditandai banyaknya pengeluaran yang dilakukan
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan
digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan
tersebut. Di dalam proses produki biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap
meliputi biaya sewa, biaya listrik, biaya tenaga kerja dan biaya variabel
yang meliputi biaya bahan baku, biaya kemasan dan biaya tenaga kerja.
d. Keuntungan ditandai dengan pendapatan yang diterima dari hasil selisih
antara penerimaan total dan biaya total. Variabel ini dinyatakan dalam
jumlah rupiah yang didapat dari selisih omset penjualan roti dengan biaya
D. Batasan Masalah
Skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui bagaimana
perbedaan omset penjualan suatu industri kecil disaat sebelum mendapat
kredit dan sesudah mendapat kredit dari lembaga keuangan koperasi.
Perbedaaan ini tidak hanya mencakup pada segi omset penjualan saja namun
juga pada perbedaan jumlah tenaga kerja yang digunakan seiring dengan
perbedaan omset penjualan yang tentunya juga menuntut efisiensi dalam
produksi. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui perbedaan
biaya produksi yang dihasilkan sebelum dan sesudah mendapatkan kredit serta
keuntungan yang didapatkan industri tersebut. Peneliti hanya meneliti industri
kecil yang menjadi anggota di Koperasi Simpan Pinjam “Dadi Makmur” di
Dusun Minggiran Mantrijeron Yogyakarta.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan omset penjualan sebelum dan
sesudah mendapat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum
dan sesudah mendapat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan biaya produksi sebelum dan
sesudah mendapat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan keuntungan pada sebelum dan
F. Manfaat Penelitian
1. Pelaku UMKM
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan memberi motivasi bagi para
pelaku UMKM sehingga dapat mengembangkan usahanya dan
partisipasinya dalam proses pembangunan dengan berperan serta dalam
koperasi.
2. Lembaga Keuangan Koperasi
Dapat sebagai tolak ukur pengembangan UMKM sehingga
koperasi dapat menyarankan para pelaku UMKM untuk dapat bekerjasama
dengan koperasi di dalam mengembangkan usahanya.
3. Bagi Peneliti
Pelaksanaan penelitian ini memberikan kesempatan bagi peneliti
untuk dapat mengetahui omzet penjualan, jumlah tenaga kerja, biaya
produksi, dan keuntungan pada industri kecil sebelum dan sesudah
mendapat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi. Selain itu hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti yakni mengetahui
manfaat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi bagi para pelaku UMKM
10 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
1. Pengertian UMKM
Pengertian Usaha Mikro menurutUU no 20 (pasal 1) Tahun 2008
tentang UMKM adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
Pengertian Usaha Kecil menurutUU no 20 (pasal 1) Tahun 2008
tentang UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Pengertian Usaha Menengah menurutUU no 20 (pasal 1) Tahun
2008 tentang UMKM adalah usaha Ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
Kriteria yang dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk
menetapkan besar kecilnya seorang pengusaha atau suatu perusahaan
tergantung dari sudut pandang penilai. Dari berbagai literatur kriteria
untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan antara lain besarnya
modal yang dimiliki, kapasitas produksi, banyaknya tenaga buruh yang
dipekerjakan, dan seberapa jauh dominasi perusahaan tersebut pada pasar
untuk produk sejenis dan sebagainya. Industri kecil dan menengah telah
tumbuh dan berkembang dengan cepat dari waktu ke waktu.
Perkembangan industri kecil yang pesat berdampak pada kompetisi yang
semakin meningkat. Kompetisi yang semakin ketat akan cenderung
menyebabkan tingkat keuntungan ( rate of return ) yang diperoleh usaha
kecil dan menengah mengarah pada keseimbangan. Bahkan pada kondisi
tertentu, industri kecil yang tidak mampu berkompetisi akan kalah dari
persaingan usaha, atau mengalami kebangkrutan.
2. Kriteria UMKM
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut UU UMKM no
20 tahun 2008 sebagai berikut :
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
c. KriteriaUsaha Menengah adalah sebagai berikut:
1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
2) Memiliki hasil penjualan lebih dari Rp2.500.000.000 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp50.000.000.000
(lima puluh milyar rupiah)
3. Tujuan Pengembangan Industri Kecil
Beberapa tujuan dari adanya pengembangan industri antara lain sebagai
berikut :
a. Memperluas kesempatan kerja, dengan adanya pembangunan industri
kecil semakin bertambah pula jumlah industri kecil maka akan semakin
banyak tenaga kerja yang terserap oleh karena itu kesempatan kerja
b. Meratakan kesempatan berusaha, dengan adanya pembangunan industri
kecil maka semakin besar pula kesempatan bagi masyarakat untuk
membuka usaha sesuai dengan keahlian mereka masing-masing.
c. Menunjang pembangunan daerah, dengan adanya pembangunan
industri kecil maka dapat membantu pembangunan daerah. Angka
pengangguran berkurang dan pendapatan masyarakat menjadi
meningkat yang menyebabkan PDB turut serta meningkat dimana ha ini
dapat menyebabkan dana untuk pembangunan daerah bertambah.
d. Memanfaatkan SDA dan SDM yang ada, dengan adanya pembangunan
industri kecil maka SDA maupun SDM yang ada dapat lebih memiliki
nilai guna, misalnya batu dari letusan gunung berapi yang semula
hanya untuk bahan bangunan setelah ada para pengrajin batu, maka
nilai batu menjadi semakin bertambah.
Selain itu UU no 20 ( pasal 4 ) Tahun 2008 menjelaskan prinsip
dan pemberdayaan usaha kecil sebagai berikut :
a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan usaha
mikro, kecil, dan menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri
b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan
berkeadilan
c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar
sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara
terpadu.
Selain itu dalam UU no 20 tahun 2008 juga dijelaskan tentang
tujuan pemberdayaan UMKM adalah sebagai berikut :
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan
b. Mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri
c. Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah,
penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan
ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Menurut Susilo (2008:137) faktor penentu kinerja atau ketahanan
usaha kecil pada masa krisis adalah faktor permintaan pasar, kenaikan
harga input dan dan kelangkaan barang input. Faktor permintaan pasar
akan menentukan ketahanan industri kecil karena bila permintaan pasar
tetap atau bahkan mengalami peningkatan permintaan pada saat terjadi
krisis maka usaha kecil tersebut dapat bertahan. Kenaikan harga input dan
kelangkaan barang input juga dapat mempengaruhi ketahanan usaha kecil.
Keadaan krisis tapi bahan baku masih tersedia dengan harga yang relatif
tetap maka dapat mempertahankan bahkan meningkatkan usaha kecil
ditengah krisis ekonomi.
Dilihat dari pengolahan produk pangan dapat digolongkan atas
adalah produk tanpa pengolahan seperti beras, jagung, singkong, ikan,
sayur dan lainnya. Produk sekunder adalah produk setengah jadi seperti
tepung, susu, tempe, tahu, minyak sayur, dan lainnya. Produk tersier
adalah produk jadi seperti roti , biskuit, makanan dalam kaleng, dan
makanan jadi restoran.
Di Yogyakarta sendiri banyak terdapat jenis industri kecil dan
rumah tangga, Dinas perindustrian menyatakan bahwa jumlah industri
kecil di DIY tahun 2007 adalah 4.804 unit (BPS Provinsi DIY,2008:310).
Dengan jumlah 29,75 persen adalah industri pengolahan makanan. Ini
dapat dikarenakan jumlah permintaan terhadap industri pengolahan
makanan meningkat akibat pertambahan penduduk dan permintaan para
wisatawan asing atau domestik. Masih kurangnya peran pemerintah untuk
membantu berkembang pesat. Dengan usaha industri kecil dan rumah
tangga membuat usaha ini kurang berkembang pesat. Dengan modal
seadanya dan pengolahan yang tradisional industri ini tetap berusaha untuk
bertahan. Padahal bila industri seperti ini ditingkatkan jumlahnya akan
dapat mengurangi pengangguran ditengah krisis ekonomi yang belum
B. Kredit
1. Pengertian kredit
Pengertian kredit menurut Pasal 1(11) UU No.10/1998 tentang
Perubahan Atas UU No. 7/1992 tentang Perbankan (UU Perbankan),
sebagai berikut:
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga”.
Simorangkir dalam (Untung, 2005:2) mengatakan kredit adalah
pemberian prestasi (misalnya uang atau barang) dengan balas prestasi
(kontraprestasi) yang terjadi pada waktu yang akan datang. Kehidupan
ekonomi modern adalah prestasi uang yang demikian transaksi kredit
menyangkut uang sebagai alat kredit.
Menurut Gilarso (2004), kredit berarti pemberian uang atau
barang/jasa kepada pihak lain, tanpa menerima imbalan yang
langsung/bersamaan, tetapi dengan “percaya”, bahwa pihak yang
menerima uang/barang tersebut akan mengembalikan atau melunasi
hutangnya sesudah jangka waktu tertentu.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kredit adalah
pemberian prestasi kepada pihak lain yang disertai dengan kepercayaan
mengembalikan kredit sesuai dengan waktu yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak.
2. Unsur-unsur Kredit
Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas
kepercayaan, ini berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan
memberikan kredit kalau ia betul-betul yakin bahwa si penerima kredit
akan mengembalikan pinjaman sesuai dengan jangka waktu dan
syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Dengan demikian
menurut Mubyarto (1992:21) unsur-unsur yang terdapat dalam kredit
adalah :
a. Kepercayaan, yaitu keyakinan Bank atas uang yang dipinjamkan
tersebut akan diterima kembali pembayaran pokok dan bunganya sesui
jangka waktu yang telah disepakati.
b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan
datang. Dalam unsur ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang,
yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang
akan diterima pada masa yang akan datang.
c. Degree of Risk yaitu resiko yang terjadi akibat kesenjangan waktu dari
pemberian pinjaman tersebut. Asumsi resiko ini didasarkan
pertimbangan bahwa dengan semakin lama kredit diberikan maka
akan semakin tinggi tingkat resikonya, karena kemampuan manusia
ketidakpastian yang tidak dapat diprediksi pada masa sekarang.
Dengan adanya resiko maka perlu adanya cover jaminan yang
memadai.
d. Prestasi, merupakan suatu penghargaan atas kepercayaan pihak
pemberi kredit kepada penerima kredit. Pemberian kredit tidak hanya
dalam bentuk uang tetapi juga barang dan jasa atau sejenisnya. Namun
demikian dengan kemajuan jaman yang semakin modern sekarang ini,
kehidupan didasarkan pada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang
menyangkut uang yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.
3. Jenis-jenis Kredit
Jenis kredit dibedakan berdasarkan sudut pendekatan yang kita
lakukan, jenis-jenis diatas dapat diuraikan dibawah ini (Hasibuan,
2007;88-90):
a. Berdasarkan Tujuan/Kegunaannya
1) Kredit konsumtif yaitu kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan
sendiri bersama keluarganya, seperti kredit rumah atau mobil yang
akan digunakan sendiri bersama keluarganya. Kredit ini tidak
produktif.
2) Kredit modal kerja (kredit perdagangan) ialah kredit yang akan
dipergunakan untuk menambah modal usaha debitor. Kredit ini
produktif.
3) Kredit investasi ialah kredit yang dipergunakan untuk investasi
relatif lama. Biasanya kredit ini diberikan grace period, misalnya
kredit untuk perkebunan kelapa sawit, dan lain-lain.
b. Berdasarkan Jangka Waktu
1) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang jangka waktunya paling
lama satu tahun saja.
2) Kredit jangka menengah yaitu kredit yang jangka waktunya antara
satu sampai tiga tahun.
3) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari
tiga tahun.
c. Berdasarkan Sektor Perekonomian
1) Kredit pertanian adalah kredit yang diberikan kepada perkebunan,
peternakan, dan perikanan.
2) Kredit perindustrian adalah kredit yang disalurkan kepada beraneka
macam industri kecil, menengah, dan besar.
3) Kredit pertambangan adalah kredit yang disalurkan kepada
beraneka macam pertambangan.
4) Kredit ekspor-impor adalah kredit yang diberika kepada eksportir
dan atau importir beraneka barang.
5) Kredit koperasi adalah kredit yang disalurkan kepada jenis-jenis
koperasi.
6) Kredit profesi adalah kredit yang disalurkan kepada beraneka
d. Berdasarkan Agunan/Jaminan
1) Kredit agunan orang adalah kredit yang diberikan dengan jaminan
seseorang terhadap debitur bersangkutan
2) Kredit agunan efek adalah kredit yang diberikan dengan agunan
efek-efek dan surat-surat berharga.
3) Kredit agunan barang adalah kredit yang diberikan dengan agunan
barang tetap, barang bergerak, dan logam mulia. Kredit agunan
barang ini harus memperhatikan Hukum Perdata Pasal 1132 sampai
dengan pasal 1139.
4) Kredit agunan dokumen adalah kredit yang diberikan dengan
agunan dokumen transaksi, seperti letter of credit (L/C).
e. Berdasarkan Golongan Ekonomi
1) Golongan ekonomi lemah adalah kredit yang disalurkan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah, seperti KUK, KUT, dan
lain-lain. Golongan ekonomi lemah adalah pengusaha yang kekayaan
maksimumnya sebesar 600 juta, tidak termasuk tanah dan
bangunannya.
2) Golongan ekonomi menengah dan konglomerat adalah kredit yang
diberikan kepada pengusaha menengah dan besar.
f. Berdasarkan Penarikan dan Pelunasan
1) Kredit rekening koran (kredit perdagangan) adalah kredit yang
dapat ditarik dan dilunasi setiap saat, besarnya sesuai dengan
pemindahbukuan; pelunasannya dengan setoran-setoran. Bunga
dihitung dari saldo harian pinjaman saja bukan dari besarnya
plafond kredit. Kredit rekening koran baru dapat ditarik setelah
plafond kredit disetujui.
2) Kredit berjangka adalah kredit yang penarikannya sekaligus
sebesar plafondnya. Pelunasan dilakukan setelah jangka waktunya
habis. Pelunasan bisa dilakukan secara cicilan atau sekaligus,
tergantung kepada perjanjian.
4. Tujuan dan Fungsi Kredit
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka
ragam sesuaidengan harkatnya, selalu meningkat. Sedangkan kemampuan
manusia mempunyai suatu batasan tertentu, memaksakan seseorang untuk
berusaha memperoleh bantuan permodalan untuk pemenuhan hasrat dan
cita-citanya guna peningkatan usaha dan peningkatan daya guna sesuatu
barang/jasa.
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan
perdagangan antara lain sebagai berikut:
a. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang
1. Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan
uangnyakepada para pengusaha yang memerlukan, untuk
mrningkatkan produksi atauuntuk meningkatkan usahanya.
2. Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada
pinjaman kepada perusahaan- perusahaan untuk meningkatkan
usahanya.
b. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat
menciptakan pembayaran baru seperti cek dan wesel maka akan dapat
meningkatkan peredaran uang giral. Disamping itu, kredit perbankan
yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang
kartal, sehingga arus lalulintas uang akan berkembang pula.
c. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang.
Para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang
jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat, apabila
para pengusahatersebut mendapatkan kredit. Disamping itu, kredit
dapat pula meningkatkan peredaran barang, baik melalui penjualan
secara kredit maupun membeli barang- barang dari satu tempat dan
menjualnya ketempat lain. Pembelian tersebutuangnya berasal dari
kredit. Hal ini juga berarti bahwa kredit tersebut dapat
pulameningkatkan manfaat suatu barang.
d. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.
Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan
diarahkan pada usaha-usaha antara lain :
1) Pengendalian inflasi
2) Peningkatan ekspor, dan
Arus kredit diarahkan pada sektor-sektor yang produktif
dengan pembatasan kualitatif dan kuntitatif. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri agar
bisa diekspor, kebijakantersebut telah berhasil dengan baik.
e. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha.
Setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usaha
tersebut,namun ada kalanya dibatasi oleh kemampuan di bidang
permodalan. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat
mengatasi kekurangmampuan para pengusaha di bidang permodalan
tersebut sehingga para pengusaha akan dapatmeningkatkan usahanya.
f. Kredit dapat meningkatkan penerimaan pendapatan.
Dengan bantuan kredit, para pengusaha dapat memperluas
usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha dan
pendirian proyek baru akan membutuhkan tenaga kerja untuk
melaksanakan proyek-proyek tersebut. Dengan demikian mereka akan
memperoleh pendapatan. Apabila perluasan usaha serta pendirian
proyek-proyek baru telah selesai, maka untuk mengelolanya
diperlukan pula tenaga kerja. Dengan tertampungnya tenaga-tenaga
kerja tersebut, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula.
g. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.
Bank-bank di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha,
dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit, baik secara langasung
negeri. Begitu juga negara-negara yang telah maju yang mempunyai
cadangan devisa dan tabungan yang tinggi, dapat memberikan
bantuan-bantuan dalam bentuk kredit kepada negara-negara yang
sedang berkembang untuk membangun. Bantuan dalam bentuk ini
tidak saja dapat mempererat hubungan ekonomi antar negara yang
bersangkutan tetapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional
(http://www.scribd.com/doc/51106562/10/Tujuan-Dan-Fungsi-Kredit)
C. Koperasi Simpan Pinjam
1. Pengertian Koperasi
Di Indonesia, pengertian koperasi menurut Undang-Undang
Koperasi Tahun 1992 Nomor 25 tentang Pokok-pokok Perkoperasian
adalah sebagai berikut: Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Koperasi tumbuh dan berkembang secara dinamis melalui doktrin
dan prinsip dasar yang lekat dengan pertumbuhan itu sendiri
Koperasi berkembang ke segala arah di seluruh dunia dan bergabung
dalam suatu sistem koperasi. Sebagai suatu unit usaha, maka koperasi
berkembang di seluruh masyarakat yang menyerap kebutuhan ekonomi
memberi pengarahan agar status ekonominya meningkat (Subyakto dan
Cahyono, 1983:49).
2. Landasan Koperasi
Landasan koperasi Indonesia ialah :
a. Landasan Ideal, Pancasila. Anggota koperasi harus meletakan sila – sila
dalam Pancasila yang juga merupakan falsafah Negara Indonesia
ke dalam sifat, tujuan, dan aspirasinya.
b. Landasan Strukturil, UUD 1945. Berdasarkan pasal 33 ayat 1
Undang – Undang Dasar 1945 maka perekonomian koperasi harus
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas kekeluargaan sehingga
kemakmuran bersama atau anggota harus diutamakan diatas
kepentingan individu .
c. Landasan Mental, setia kawan dan kesadaran berpribadi. Menunjukan
adanya gotong royong dan kesadaran pribadi untuk memperkuat
kemakmuran ekonomi.
3. Fungsi Koperasi
Fungsi koperasi Indonesia ialah :
a. Alat perjuangan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
b. Alat pendemokrasian ekonomi nasional.
c. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.
d. Alat untuk membina insan masyarakat untuk bersatu
4. Azas Koperasi
Badan usaha koperasi berdasarkan atas azas kekeluargaan dan azas
gotong royong.
a. Azas kekeluargaan berarti, adanya kesadaran semangat bekerja sama
dan tanggung jawab bersama.
b. Azas gotong royong berarti adanya kesadaran untuk mengerjakan
segala sesuatu oleh semua untuk semua di bawah pimpinan pengurus
serta pemilikan para anggota.
5. Tugas Koperasi
Menurut pasal 4 UU nomor 25 tahun 1992 tugas yang dilakukan
koperasi maka dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Membangun serta mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi
anggotanya khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
Dengan terhimpunnya potensi dan kemampuan yang besar di
dalam wadah Koperasi, maka Koperasi tidak hanya akan memiliki
kekuatan untuk mengemba gkan potensi secara optimal. Dengan
dukungan potensi itu, Koperasi juga akan memiliki kekuatan untuk
memainkan peranan yang lebih besar di dalam percaturan
perekonomian nasional. Dengan cara itu maka selanjutnya, Koperasi
akan memiliki kekuatan lebih besar pula dalam meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat pada umumnya dan
b. Mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat
Koperasi diharapkan sebagai wadah kerja sama ekonomi yang
mampu meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat pada
umumnya. Peningkatan kealitas kehidupan ini hanyan bisa dicapai oleh
Koperasi bila ia dapat mengembangkan kemampuannyadalam
membangun dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota-anggota
Koperasi serta masyarakat disekitarnya. Oleh karena itu Koperasi
benar-benar diarahkan pada upaya menigkatkan kesejahteraan ekonomi.
Setelah itu Koperasi akan memiliki peluang untuk turut serta
meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat sekiarnya.
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasarkekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi soko gurunya.
Dalam rangka menggalang dan memperkokoh perekonomian
rakyat itu, maka Koperasi harus berusaha sekuat tenaga agar memiliki
kinerja usaha yang tangguh dan efisien. Sebab dengan cara itulah
Koperasi dapat menjadikan perekonomian rakyat sebagai dasar dan
kekuatan ekonomi nasional (Baswer, 1997,83-84).
6. Peranan dan tugas Koperasi Dalam Pengembangan UMKM
Dalam rangka pembangunan ekonomi, koperasi mempunyai
kedudukan dan fungsi yang penting serta bersama-sama dengan
Badan-badan Usaha milik Negara atau swasta melakukan berbagai usaha demi
Menurut Kartasaputra (1991:4) peranan dan tugas yang dapat
dilakukan koperasi dalam pembangunan ekonomi yaitu
a. Mempersatukan, mengarahkan dan mengembangkan daya kreasi, daya
cipta serta daya usaha rakyat, terutama mereka yang serba terbatas
kemampuan ekonominya agar mereka dapat turut sertadalam kegiatan
perekonomian. Masyarakat yang mempunyai usaha tapi mengalami
kesulitan dalam permodalan, koperasi bisa membantu pinjaman modal
dengan bunga ringan.
b. Koperasi juga berperan serta aktif dalam menciptakan dan membuka
lapangan kerja baru. Koperasi dalam hal ini memberikan alokasi modal
pada masyarakat, dengan modal tersebut maka masyarakat bisa
membuka usaha baru sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru.
Koperasi juga bisa membantu menyediakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk membuka lapangan kerja baru sehingga dapat
menyerap tenaga kerja yang banyak.
Disamping kedua peran tersebut maka Koperasi juga mempunyai
tugas terutama meningkatkan pendapatan dan menimbulkan pembagian
yang adildan merata atas pendapatan tersebut. Dalam hal ini koperasi
membantu dalam menciptakan lapangan kerja terutama dalam bidang
industri kecil di beberapa daerah, sehingga pendapatan masyarakat dapat
meningkat dan terbagi secara adil sehingga angka pengangguran juga
Menurut Widiyanti (2003:212) koperasi dikatakan sebagai soko guru
perekonomian nasional Indonesia karena :
a. Koperasi merupakan wadah penampung pesan politik bangsa terjajah
yang miskin ekonominya dan didominasi oleh sistem ekonomi penjajah.
Koperasi menyadarkan kepentingan bersama, menolong diri sendiri
secara bersama dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan
produktif. Dengan demikian koperasi menjadi penting sebagai
organisasi perekonomian rakyat dalam perlawanannya terhadap
penindasan sistem modal asing dan pemerintah kolonial.
b. Koperasi adalah bentuk badan usaha yang bukan saja menampung,
tetapi juga memepertahankan serta memperkuat identitas dan budaya
bangsa. Kepribadian bangsa bergotong-royong akan tumbuh subur di
dalam koperasi Selanjutnya koperasi sendiri lebih terbangun dengan
lebih menguatkan budaya itu.
c. Koperasi adalah wadah untuk membina golongan ekonomi kecil atau
pribumi. Koperasi memupuk kekuatan ekonomi bersama antar yang
lemah untuk menghadapi kekuatan-kekuatan besar yang merugikan dan
mematikan yang kecil-kecil atau koperasi disini lebih dari pada
memupuk kemandirian dan meningkatkan kemampuan produktif
anggotanya melalui swakarsa dan swadaya saja, tetapi memupuk
d. Koperasi adalah wahana yang tepat untuk merealisasi ekonomi
pancasila terutama karena terpenuhinya tuntutan kebersamaan dan asas
kebersamaan dan asa kekeluargaan
7. Bidang Usaha Koperasi
Bidang usaha koperasi mencerminkan jasa yang ditawarkan
koperasi kepada para pelanggannya. Berdasarkan bidang usaha ini
Koperasi dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang berusaha dalam bidang
penyediaan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para
anggotnya. Koperasi ini sangat tergantung pada latar belakang
kebutuhan anggota yang hendak dipenuhi melalui pendirian koperasi
yang bersangkutan.
b. Koperasi Produksi
Koperasi Produksi adalah koperasi ynag kegiatan utamanya
melakukan pemrosesan bahan baku menjadi barang jadi atau barang
setengah jadi. Namun demikian karena kegiatan memproduksi suatu
barang biasanya terkait secara langsung dengan kegiatan memasarkan
barang-barang itu, koperasi produksi biasanya juga bergerak dalam
bidang pemasaran barang-barang yang diproduksinya.
c. Koperasi Pemasaran
Koperasi Pemasaran adalah koperasi yang dibentuk terutama untuk
mereka hasilkan. Tujuan utamanya adalah untuk menyederhanakan
rantai tata niaga, dan mengurangi sampai sekecil mungkin keterlibatan
pedagang perantara dalam memasarkan produk-produk yang mereka
hasilkan.
d. Koperasi Kredit
Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang
bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya,
untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggotanya yang
memerlukan bantuan modal. Selain bertujuan untuk mendidik
anggotanya bersikap hemat dan gemar menabung, koperasi kredit
biasanya bertujuan untuk membebaskan para anggotanya dari jeratan
para rentenir (Baswir, 2000:76-78).
8. Simpan Pinjam
Simpan pinjam merupakan suatu transaksi yang memungut dana
dalam bentuk pinjaman kepada anggota yang membutuhkan, hal ini
dilakukan dalam rangka mengurangi gerakan rentenir yang merugikan
masyarakat (Hasibuan, 1996). Jadi Simpan Pinjam merupakan suatu usaha
yang memberikan kesempatan kepada anggota untuk menyimpan dan
meminjam uang.
Menurut Widiyanti (2003) Simpan Pinjam merupakan suatu usaha
yang melakukan pembentukan modal melalui tabungan para aggotanya
para anggota denngan cara yang mudah, murah, cepat, tepat untuk tujuan
produktif dan kesejahteraan.
9. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi Simpan Pinjam didirikan untuk memberikan kesempatan
kepada anggota-anggotanya untuk memperoleh pinjaman dengan
mudah dan dengan bunga yang ringan. Itulah sebabnya koperasi ini
disebut pula koperasi kredit. Fungsi pinjaman dalam koperasi kredit
adalah untuk memperbaiki ekonomi para anggotanya (Anoraga dan
Widiyanti, 1997 : 22).
Koperasi kredit juga bertujuan untuk membebaskan para
anggotanya dari jeratan para rentenir (Baswir, 2000:76-78).
Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang anggota-anggotanya
setiap orang mempunyai kepentingan langsung di bidang perkreditan.
Adapun tujuan koperasi kredit adalah sebagai berikut :
a. Membantu keperluan kredit para anggota yang sangat banyak
membutuhkan dengan syarat dan bunga yang ringan.
b. Mendidik para anggota supaya giat menyimpan secara teratur
sehingga membentuk modal sendiri.
c. Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian
dari pendapatannya.
D. Hal-Hal Yang Dipengaruhi Kredit dari Koperasi
1. Omset Penjualan
Penjualan (selling) artinya proses menjual. Menjual (sale) adalah
menyerahkan sesuatu kepada pembeli dengan harga tertentu. (Nafari,
2007:96). Penjualan mengambarkan hasil dari penjualan barang atau jasa
kepada pembeli atau langganan selama satu periode tertentu
(Manulang, 2002:316). Agar perusahaan tidak mengalami kerugian karena
terlalu banyak memproduksi barang atau jasa maka perusahaan harus
memperkirakan besarnya penjualan atau dinamakan dengan ramalan jual.
Ramalan jual adalah proses aktivitas memperkirakan produk yang akan
dijual dimasa mendatang dalam keadaan tertentu dan di buat data yang
pernah terjadi dan atau mungkin ynag akan terjadi. Teknik membuat
ramalan jualan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif atau
gabungan keduanya (Nafarin, 2007: 96-99).
Omset penjualan seimbang bila hasil dari penjualan sama dengan
biaya yang dikeluarkan untuk produksi atau Break Even Point. Dapat
diperoleh dimana Total Cost atau Biaya Total sama dengan Total Revenue
atau Permintaan Total (TC=TR). Sedangkan bila (TC<TR) maka yang
terjadi adalah perusahaan mengalami untung. Kondisi seperti ini yang
diinginkan setiap perusahaan yaitu mendapatkan laba sebesar-besarnya.
2. Tenaga Kerja
Kerja manusia (labor) dalam ilmu ekonomi diartikan segala usaha
peningkatan kegunaan ekonomi (Gilarso, 2004: 89). Garis besar penduduk
suatu negara dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan
bukan tenaga kerja (Dumairy, 1996:74). Tenaga kerja adalah penduduk
yang berumur di dalam batas usia kerja (Gilarso, 2004: 90). Batas usia
kerja atau penduduk usia kerja adalah pendudu yang berumur 15 tahun
keatas (BPS, 2007: 57). Setiap orang yang sudah berusia 15 tahun keatas
tergolong sebagai tenaga kerja. Peningkatan batas usia kerja dari 10 tahun
keatas menjadi 15 tahun keatas dikarenakan konsekuensi program
pemerintah wajib belajar 9 tahun. Bukan tenaga kerja adalah penduduk
yang belum berada dalam batas usia kerja.
Tenaga kerja dibedakan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja (Dumairy, 1996:74). Angkatan kerja adalah
penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus
rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi
(BPS, 2009:xiv).
3. Biaya Produksi
Biaya produksi (production cost) perusahaan adalah semua
pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh faktro-faktor
produksi yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang
diproduksi perusahaan tersebut (Sumarsono, 2007:151).
Menurut Mulyadi (2002:26) Biaya produksi yaitu biaya-biaya yang
barang jadi (finished goods) yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Soemarso dalam buku Akuntansi Suatu Pengantar edisi keempat
mengelompokan biaya produksi sebagai berikut:
a. Biaya bahan baku (raw material) yaitu biaya untuk bahan-bahan yang dengan mudah dan langsung diidentifikasikan dengan barang jadi. Contoh bahan baku adalah kayu bagi perusahaan mebel atau tembakau bagi perusahaan rokok.
b. Biaya buruh langsung (direct labor) adalah biaya untuk buruh yang menangani secara langsung proses produksi atau yang dapat diidentifikasikan dengan barang jadi. Contoh buruh langsung adalah tukang kayu dalam perusahaan lebel atau tukang linting dalam perusahan rokok.
c. Biaya pabrikase (overhead) adalah biaya-biaya pabrik selain bahan baku dan buruh langsung. Biaya ini tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan. Contoh biaya pabrikase adalah: (1) bahan pembantu (kadang-kadang disebut: bahan tidak langsung- indirect material) misalnyaperlengkapa pabrik (mur, baut dan pelitur dalam perusahaan mebel); (2) butruh tidak langsung (indirect labor) yaitu buruh yang pekerjaannya tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan, misalnya gaji mandor; (3) pemeliharaan dan perbaikan (maintenance and repair); (4) listrik, air, telepon dan lain-lain.
(Soemarso, 1999;294)
Dalam menganalisis biaya produksi dibedakan dua jangka waktu
yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Biaya jangka pensek adalah
jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapt ditambah
jumlahnya. Sedangkan biaya jangka panjang adalah jangka waktu dimana
semua faktor produksi dapat mengalami perubahan (Sukirno, 1005:209).
Pada periode perencanaan jangka panjang, semua input (faktor produksi)
dapat diubah skalanya (variabel) dan semua faktor produksi dapat
dengan memperbesar produksinya dan produsen dapat merubah baik biaya
faktor produksi variabel maupun biaya produksi tetapnya (Sumarsono,
2007:167-168).
Total cost atau biaya total (TC) adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang. Biaya total suatu
perusahaan dalam jangka pendek tergantung pada ukuran perusahaan dan
pada tingkat output yang diproduksi. Total cost didapat dari menjumlahkan
biaya tetap dan biaya variabel. Total Fixed Cost atau Biaya Total (TFC)
adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan walaupun perusahaan tidak
berproduksi. Biaya ini adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi
oleh jumlah produk yang dihasilkan. Total Variabel Cost atau Biaya
Berubah Rata-rata (TVC) adalah biaya yang dikeluarkan apabila
berproduksi dan besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya barang
yang diproduksi. Semakin banyak barang yang diproduksi biaya
variabelnya semakin besar begitu sebaliknya.
Average Fixed Cost atau Biaya Tetap Rata-rata (AFC) adalah biaya
tetap total (TFC) dibagi dengan jumlah barang yang diproduksi (Q).
Average Variabel Cost atau Biaya Berubah Rata-rata (AVC) adalah biaya
berubah total (TVC) dibagi dengan jumlah barang yang diproduksi (Q).
Average Cost atau Biaya Total Rata-rata (AC) adalah biaya yang dapat
dihitung dengan biaya total (TC) di bagi sejumlah barang yang diproduksi
(Q). Marginal Cost atau Biaya Marginal (MC) adalah tambahan biaya
4. Keuntungan
Keuntungan atau laba adalah pendapatan sisa yang diterima oleh
pengusaha sebagai balas karya terhadap kemampuan berwiraswasta,
setelah segala biaya produksi diperhitungkan (Gilarso, 2003:307)
Laba didapatkan dari Penerimaan Total atau Total Revenue (TR)
dikurangi Biaya Total atau Tota