• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses sedimentasi merupakan suatu proses yang pasti terjadi di setiap daerah aliran sungai (DAS). Sedimentasi terjadi karena adanya pengendapan material hasil erosi dan transportasi material dari proses yang sebelumnya terjadi mulai dari hulu hingga ke hilir sebuah DAS. Pada dasarnya, sedimentasi memiliki keuntungan dan kelebihan. Salah satu keuntungannya adalah dapat meningkatkan kesuburan tanah serta terbentuknya tanah garapan baru di bagian hilir. Akan tetapi, sedimentasi yang berlebihan dapat mengakibatkan pendangkalan muara sungai. Jika ditinjau dari aspek pengelolaan DAS, kerugian akibat dampak banyaknya sedimentasi di daerah muara sungai cenderung lebih besar daripada manfaat yang bisa diperoleh. Hal ini menjadi dasar perlu dilakukannya pemodelan sedimentasi agar sedimen yang ada di daerah muara dapat terkontrol dengan baik.

Salah satunya yang terdapat pada muara Kali Porong, Sidoarjo.

Bencana yang terjadi akibat pengeboran yang dilakukan oleh PT Minarak Lapindo Jaya mengakibatkan terjadinya luapan lumpur panas yang menyembur hingga saat ini. Bencana ini telah terjadi selama lebih dari sepuluh tahun sejak 26 Mei 2006 di sekitar Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Akibat bencana ini, daerah disekitarnya tenggelam oleh lumpur yang terus-menerus keluar dari perut bumi. Minyak dan gas bumi didalamnya menerobos keluar juga mengakibatkan terjadinya subsidence atau amblesan tanah. Bencana ini juga telah masuk dalam daftar bencana berskala nasional karena telah merugikan banyak pihak meskipun belum menimbulkan korban jiwa. Akan tetapi, masyarakat sekitar banyak dirugikan secara fisik dan sosial. Hal ini tentu menjadi suatu peristiwa yang perlu mendapat perhatian lebih dari berbagai pihak.

Selain secara sosial, kejadian tersebut juga berdampak secara ekologis.

Peristiwa pengeboran tersebut menghasilkan semburan lumpur panas yang terus

keluar secara periodik. Beberapa waktu berlalu, semburan tersebut masih terus

(2)

2

keluar dan telah memenuhi bendungan yang dibangun. Hasil dari proses luapan lumpur Lapindo tersebut membutuhkan ruang yang semakin luas untuk proses alirannya agar tidak semakin menggusur dan menenggelamkan daerah disekitarnya. Sebagai akibatnya, sebagian dari aliran lumpur tersebut dialirkan melalui pipa menuju Kali Porong melalui saluran khusus pembuangan lumpur.

Akan tetapi, hal ini menimbulkan dampak tersendiri pada proses hilir sungai, yaitu bertambahnya jumlah sedimentasi yang mengalir ke muara Kali Porong.

Terdapat berbagai permasalahan lingkungan yang timbul sebagai dampak terjadinya semburan lumpur Lapindo, seperti deformasi geologi yang mengakibatkan turunnya muka tanah pada jalan arteri Siring – Porong, bengkoknya rel kereta api, pecahnya pipa PDAM, pecahnya pipa Pertamina, dan putusnya jembatan jalan tol (BPLS, 2009). Selain itu, permasalahan lain yang timbul sebagai dampaknya adalah terbentuknya delta-delta baru di muara Kali Porong.

Sedimentasi memiliki peran tersendiri bagi ekologi sebuah muara. Jumlah sedimentasi yang banyak di sebuah muara akan membentuk delta, dan sebuah delta yang aktif adalah delta yang terus berkembang akibat adanya pasokan sedimen yang terus-menerus. Proses sedimentasi tersebut dapat mengakibatkan tidak terkontrolnya proses ekologi yang ada di muara sungai. Hal ini dapat menyebabkan kerugian jika terus terjadi secara berlebihan, baik bagi manusia maupun lingkungan di sekitarnya.

Volume material lumpur Lapindo yang dialirkan ke Kali Porong terus- menerus menyebabkan materi banyak yang mengendap di muara sungai.

Banyaknya sedimentasi mempengaruhi morfologi muara Kali Porong. Sedimen

yang mengendap terus-menerus tidak diketahui batasnya sehingga membutuhkan

pengamatan secara periodik untuk mengantisipasi dampak negatif yang mungkin

terjadi. Pengamatan dan pemodelan perkembangan sedimentasi di muara Kali

Porong sangat dibutuhkan untuk memprediksi perubahan dan

penanganan/pengelolaan yang tepat agar dampak yang ditimbulkan tidak

merugikan lebih banyak. Selain itu, perubahan muara Kali Porong disebabkan

oleh beberapa faktor sehingga perlu diketahui dan dianalisis agar dapat mencari

(3)

3

solusinya. Hal-hal tersebut yang menjadi latar belakang dibutuhkannya pemodelan terhadap sedimen lumpur Lapindo di Kali Porong.

Pemodelan terhadap luapan lumpur Lapindo pernah dilakukan sebelumnya, sesaat setelah lumpur Lapindo pertama kali meluap (Batubara, 2012). Akan tetapi, dinamika semburan yang terus berubah seiring berjalannya waktu membutuhkan pemodelan yang terus diperbaharui seiring bertambahnya luapan lumpur dan perubahan morfologi serta ekologi muara sungai. Perkembangan pemodelan dilakukan untuk mengamati pola sedimen yang terus berkembang sebagai masukan dalam perencanaan hilir DAS agar ke depannya dapat dilakukan dengan baik.

Penginderaan jauh merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk fungsi pemetaan dan monitoring. Citra penginderaan jauh memiliki synoptical view yang baik dan kemampuan untuk diterjemahkan ke dalam

informasi geospasial sehingga bermanfaat dalam fungsi monitoring perubahan suatu objek tanpa perlu kontak langsung dengan objek yang dimaksud. Selain fungsi monitoring, data penginderaan jauh dapat digunakan sebagai input untuk mengetahui kecenderungan yang akan berkembang dari suatu objek. Kolaborasi antara penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG) yang memiliki fungsi dalam pengolahan beragam data spasial dapat digunakan dalam membangun model dari data-data tersebut. Salah satu fungsi integrasi kedua teknologi tersebut adalah pemodelan sedimentasi yang akan dilakukan di muara Kali Porong.

Monitoring tipe, jumlah, dan distribusi spasial dari mineral sedimen merupakan hal yang sangat penting. Sedimen dapat mempengaruhi kualitas air dan kesesuaiannya untuk tujuan bahan baku air minum, wisata, dan industri.

Sedimen terlarut (suspended sediment concentrations atau SSC) dapat

menghalangi transmisi radiasi matahari dan mengurangi fotosintesis vegetasi di

bawah permukaan air dan fitoplankton di bawahnya. Padahal vegetasi dalam air

dan fitoplankton berperan dalam rantai makanan ekosistem akuatik (Jensen,

2014). Hal itulah yang juga menjadi alasan penelitian mengenai sedimentasi ini

dilakukan.

(4)

4

Landsat 8 OLI/TIRS (Operational Land Imager and Thermal Infrared Sensor) sendiri merupakan jenis terbaru yang dikeluarkan oleh USGS dari produk

seri Landsat. Gabungan antara informasi citra Landsat 5 TM (Thematic Mapper), Landsat 7 ETM+ (Enhanced Thematic Mapper Plus) dan Landsat 8 OLI/TIRS diharapkan mampu untuk memberikan informasi yang lebih baik untuk monitoring dan modeling sedimentasi di muara Kali Porong. Salah satunya dengan menggunakan band baru dari Landsat 8 OLI/TIRS yang memiliki kepekaan spektral yang lebih untuk objek tubuh air, dalam hal ini sedimen.

Penelitian mengenai sedimentasi menggunakan citra Landsat 8 OLI/TIRS dipadukan dengan pemodelan berbasis SIG belum terlalu banyak dilakukan di Indonesia, terutama dengan lokasi kajian di muara Kali Porong. Selain itu, adanya pengaruh input sedimen dari luar DAS akan menjadi objek yang menarik untuk dikaji, dalam hal ini berupa aliran luapan sedimentasi lumpur Lapindo.

1.2. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Fenomena semburan lumpur panas yang terjadi di Kecamatan Porong telah berlangsung lebih dari sepuluh tahun. Sejak pertama kali terjadi, tidak banyak pihak yang turut andil dalam penanganan kasus tersebut, terutama dari pihak PT Minarak Lapindo Jaya itu sendiri. Padahal, dampak yang ditimbulkan telah merambah ke berbagai sektor, seperti lingkungan, pertanian, kesehatan, dan sosial-ekonomi masyarakat. Hal ini menjadi suatu permasalahan yang perlu digarisbawahi dan segera dicari penyelesaiannya karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Selain itu, lokasi yang sangat strategis di Jalur Pantura (Pantai Utara) yang dimiliki oleh Kecamatan Porong juga menjadi pertimbangan tersendiri mengapa permasalahan ini tidak dapat dibiarkan begitu saja.

Penginderaan jauh telah menjadi instrumen yang baik dalam beberapa

aplikasi, salah satunya monitoring sedimentasi. Namun dalam penggunaannya di

bidang kajian sedimentasi, belum banyak dilakukan sampai pada tahap

pemodelan, terutama menggunakan citra Landsat 8 OLI/TIRS yang tergolong

baru dan memiliki julat panjang gelombang yang berbeda dari seri Landsat

sebelumnya. Selain itu, integrasi antara penginderaan jauh dan sistem informasi

(5)

5

geografis akan menjadi kolaborasi yang tepat apabila digunakan untuk tujuan penelitian ilmiah yang membutuhkan dimensi spasial terbaik. Pemodelan dari integrasi kedua bidang tersebut diharapkan mampu menjadi solusi atas hal tersebut.

Hasil dari semburan lumpur Lapindo terus mengalami peningkatan jumlah.

Apabila tidak dialirkan maka dapat menenggelamkan lebih banyak rumah disekitarnya dan mengakibatkan amblesan tanah dibawahnya. Hal ini menjadi alasan mengapa material lumpur Lapindo pada akhirnya dialirkan ke Kali Porong dan menjadi penyumbang sedimentasi di muara Kali Porong. Sedimentasi yang terus-menerus terjadi tidak terkontrol dan memungkinkan terjadinya perubahan morfologi pada muara Kali Porong. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana sebaran sedimen di Muara Kali Porong sebelum dan sesudah lumpur Lapindo?

2. Bagaimana model pola sebaran sedimen di muara Kali Porong dalam rentang waktu tahun 2000-2016?

3. Apakah masukan sedimen dari lumpur Lapindo berpengaruh terhadap ekosistem muara Kali Porong?

1.3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui sebaran dan konsentrasi sedimen di Muara Kali Porong sebelum dan sesudah adanya lumpur Lapindo dengan menggunakan citra Landsat 5 TM, Landsat 7 ETM+ , dan Landsat 8 OLI/TIRS

2. Memodelkan perubahan pola sebaran sedimen di muara Kali Porong dalam rentang waktu tahun 2000-2016 dengan menggunakan sistem informasi geografis

3. Mengetahui pengaruh masukan sedimen dari lumpur Lapindo terhadap

ekosistem muara Kali Porong

(6)

6

1.4. Kegunaan

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi terkait perubahan jumlah/volume dan pola sebaran sedimen di Muara Kali Porong akibat lumpur Lapindo

2. Menemukan trend/memodelkan pola sebaran sedimen di muara Kali Porong dalam rentang waktu tahun 2000-2016 sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan DAS

3. Memberikan solusi terkait pengaruh masukan sedimen dari lumpur Lapindo

terhadap ekosistem muara Kali Porong

Referensi

Dokumen terkait

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Logo merupakan lambang yang dapat memasuki alam pikiran/suatu penerapan image yang secara tepat dipikiran pembaca ketika nama produk tersebut disebutkan (dibaca),

Seperti halnya dengan pengetahuan komunikasi terapeutik perawat, kemampuan perawat yang sebagian besar pada kategori cukup baik tersebut kemungkinan karena adanya

Penelitian yang dilakukan di TK AndiniSukarame Bandar Lampung betujuan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan melalui media gambar pada usia

Ketersediaan informasi lokasi rumah sakit, fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit dan tempat kejadian dapat tersedia secara jelas dan terkini sehingga penentuan

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun