• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN LARI SAMBUNG BACK TO BACK 20 METER ENAM REPETISI EMPAT SET DAN LARI SAMBUNG BACK TO BACK 30 METER EMPAT REPETISI EMPAT SET MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 80 METER SISWA PUTRA SMP DHARMA PRAJA B.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELATIHAN LARI SAMBUNG BACK TO BACK 20 METER ENAM REPETISI EMPAT SET DAN LARI SAMBUNG BACK TO BACK 30 METER EMPAT REPETISI EMPAT SET MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 80 METER SISWA PUTRA SMP DHARMA PRAJA B."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PELATIHAN LARI SAMBUNG BACK TO BACK 20 METER

ENAM REPETISI EMPAT SET DAN LARI SAMBUNG BACK

TO BACK 30 METER EMPAT REPETISI EMPAT SET

MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 80 METER SISWA

PUTRA SMP DHARMA PRAJA BADUNG

Oleh :

N. Gimbar Adi Putra*, J. Alex Pangkahila**, I P G. Adiatmika*** Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana

ABSTRAK

Lari 80 meter merupakan salah satu nomor pada cabang atletik yang diperlombakan pada anak usia dini. Kondisi fisik dan pikiran anak usia dini dapat dikembangkan secara terus-menerus dan sistematis. Pelatihan usia dini harus memiliki unsur bermain dan kompetisi, dengan demikian dalam penelitian ini dicoba mengembangkan kecepatan dengan dua tipe pelatihan yaitu pelatihan lari sambung back to back 20 meter enam repetisi empat set dan lari sambung back to back 30 meter empat repetisi empat set. Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan kecepatan lari 80 meter. Sampel pada penelitian ini berjumlah 24 orang dipilih secara acak sederhana dari siswa SMP Dharma Praja Badung Kelas VII yang memenuhi persyaratan inklusi dan eksklusi. Sampel masing-masing kelompok 12 orang. Masing-masing kelompok diberi pelatihan yang berbeda yaitu Kelompok-1 diberi pelatihan lari sambung back to back 20 meter enam repetisi empat set dan Kelompok-2 diberi pelatihan lari sambung back to back 30 meter empat repetisi empat set. Pelatihan dilaksanakan selama enam minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu dengan tujuan meningkatkan kecepatan. Data berasal dari waktu tempuh lari 80 meter sebelum dan sesudah pelatihan, dengan uji t berpasangan untuk mengetahui beda rerata kecepatan waktu tempuh sebelum dan sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok. Uji t tidak berpasangan digunakan untuk beda rerata peningkatan kecepatan antar kedua kelompok dengan batas kemaknaan 0,05. Rerata waktu tempuh lari 80 meter Kelompok-1 sebelum pelatihan 13,51 detik dan sesudah pelatihan 12,31 dengan selisih 1,16 detik menunjukkan perbedaan bermakna, sedangkan Kelompok-2 rerata waktu tempuh lari 80 meter sebelum pelatihan 13,66 dan sesudah pelatihan 12,67 dengan selisih 0,98 detik menunjukkan perbedaan bermakna. Perbedaan kecepatan lari 80 meter setelah pelatihan pada kedua kelompok menunjukkan perbedaan tidak bermakna yaitu p =0,361 (p >0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan pada Kelompok-1 dan pelatihan pada Kelompok-2 dapat meningkatkan kecepatan waktu tempuh lari 80 meter. Pelatihan pada Kelompok-1 dan Kelompok-2 dapat meningkatkan kecepatan lari 80 meter. Dengan demikian pembina dan pelatih atletik dapat menerapkan pelatihan lari sambung back to back 20 meter enam repetisi empat set maupun lari sambung back to back 30 meter empat repetisi empat set.

(2)

THE EXERCISE OF BACK TO BACK RELAY RACE 20

METERS SIX REPETISIONS FOUR SETS AND BACK TO

BACK RELAY RACE 30 METERS FOUR REPETITIONS

FOUR SETS TO INCREASE THE SPEED OF 80 METERS RUN

OF MALE STUDENT AT SMP DHARMA PRAJA BADUNG

REGENCY

By:

N. Gimbar Adi Putra*, J. Alex Pangkahila**, I P G. Adiatmika*** Magister Program of Sport Physiology Udayana University

ABSTRACT

Type of 80 meters ran is one of the numbers on athletics competed in early age of child. In early age, the physical condition and mind can still be developed continuously and systematically. The exercise in early age should be an element of play and competition, thus this exercise is attempted to develop the speed by two types of exercise: back to back relay run of 20 meters six reps four sets and back to back relay run of 30 meters four reps four sets. The aim of research is to know the increasing of 80 meters speed of run. The exercise was conducted for six weeks with a frequency of three times a week with the aim to increasing the speed. The numbered of sample was 24 people selected randomly from junior high school students of Dharma Praja Badung that meets the requirements of inclusion and exclusion. The numbered of each group consists of twelve people. Each group was given a different treatment i.e. group I was treated by back to back relay run of 20 meters six reps and four sets and group II treated by back to back relay run of 30 meters four reps four sets. Data derived from the duration time of 80 meters ran before and after exercise, with t paired test to determine the difference average speed of duration time before and after exercise in each group. The t Unpaired test for the difference average of increased speed between two groups with significance limit of 0.05. The differences of speed in 80 meters ran after exercise in both groups showed significant differences, i.e. p = 0.000 (p <0.05). The average of duration time of 80 meters ran in Group I before exercise was 13.51 sec and after exercise was 12.31 sec by difference of 1.16 seconds show significant differences, while Group 2 the average of duration time in 80 meters ran before exercise and after exercise was 13.66 and after 12, 67 by a difference of 0.98 seconds showed significant differences due to differences in distance and number of repetitions between Group I and Group II. The results showed that the training in group I and group II can improve the speed of duration time in 80 meters ran. Thus, coaches and athletic trainers are expected to implement the back to back relay run 20 meters six reps four sets.

(3)

PENDAHULUAN

Prestasi olahraga pada saat ini bukan

lagi milik perorangan, tetapi sudah

menyangkut harga diri suatu bangsa

1

. Pelatihan fisik merupakan unsur

paling utama dan terpenting

diperlukan dalam pelatihan olahraga

untuk mencapai prestasi yang tinggi

2

. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan seseorang yang

menghasilkan gerakan kecepatan

tinggi yaitu faktor fisiologis dan

kinerja 3. Kecepatan adalah

kemampuan untuk bergerak dari satu

tempat ke tempat lain dalam waktu

sesingkat mungkin4. Kecepatan

(gerakan) adalah kemampuan untuk

mengerjakan suatu aktivitas berulang

yang sama serta kesinambungan

dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya 5.

Proses pelatihan atletik

khususnya pada lari jarak pendek

haruslah dimulai pada usia dini

sehingga tubuh dan pikiran (body

and mind) dapat dikembangkan

secara terus menerus dan sistematis.

Olahraga usia dini adalah suatu

bagian penting dalam masyarakat

karena keberadaan anak-anak

sekarang akan menentukan prestasi

6

anak usia dini diharapkan tidak

membosankan, dan pelatihan harus

ada unsur bermain dan kompetisi

sehingga anak-anak merasa senang

dalam melakukan gerak. Aktivitas

lari sambung ini sangat digemari

oleh anak anak karena kegiatan

tersebut memiliki unsur permainan

dan perlombaan 7. Penelitian ini lari

sambung dengan model back to back,

dimana memindahkan tongkat dari

pelari satu ke pelari yang lain.

Pelatihan lari sambung back

to back 20 meter enam repetisi empat

set dengan 30 meter empat repetisi

empat set untuk mempersingkat

waktu tempuh lari 80 meter.

Pelatihan akan dilakukan selama

enam minggu, dengan pertimbangan

waktu tersebut sudah dapat

memberikan hasil yang efektif.

Pelatihan dilakukan siswa putra SMP

Dharma Praja Badung.

Berdasarkan uraian latar

belakang masalah, dapat dirumuskan

rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah tipe pelatihan lari sambung

back to back 20 meter enam repetisi

empat set dan pelatihan lari sambung

(4)

empat set sama efektif

mempersingkat waktu tempuh lari 80

meter siswa SMP Dharma Praja

Badung? Tujuan penelitian untuk

mengetahui keefektifan peningkatan

kedua tipe pelatihan yang

menghasilkan penyingkatan waktu

tempuh lari 80 meter siswa SMP

Dharma Praja Badung.

MATERI DAN METODE

A. Rancangan Penelitian, Populasi, dan Sampel

Penelitian ini menggunakan

rancangan The Randomized Pre and

Post Test Group Design 8. Subjek

terdapat 12 orang tiap kelompok.

Penelitian ini dilakukan di lapngan

Lumintang denpasar. Dilaksanakan

dari Pebruari sampai Maret. Populasi

dalam penelitian adalah siswa putra

SMP Dharma Praja Badung

berjumlah 116 orang. Sampel

diambil dari populasi yang

memenuhi kriteria inklusi : Kriteria

inklusi 1) Bersedia sebagai subjek

penelitian dari awal sampai selesai

penelitian, dengan menandatangani

surat persetujuan bersedia sebagai

sampel penelitian 2) Umur 12-13

tahun 3) Berat badan 30-60 kg 4)

Tinggi 1,30-1,68 m serta kriteria

eksklusi 1) Ada riwayat patah tulang

2) Penyakit jantung dan asma 3)

Berdomisili di luar wilayah Kota

Denpasar

B.Variabel dan Definisi Oprasional Variabel

Variabel bebas adalah

pelatihan lari sambung back to back

20 Meter enam repetisi empat set dan

pelatihan lari sambung back to back

30 meter empat repetisi empat set.

Variabel tergantung adalah

kecepatan lari 80 meter dan variabel

kendali adalah jenis kelamin, umur,

berat badan, tinggi badan, Indeks

Massa Tubuh dan kebugaran fisik.

Pelatihan lari sambung back to

tongkat dimana pelari pertama

menyerahkan kepada pelari kedua,

pelari ke kedua kepada pelari ketiga,

pelari ketiga kepada pelari keempat

pelari keempat pada pelari kelima

(5)

keenam dan seterusnya kembali

pertama.

Pelatihan lari sambung back to

back 20 meter enam repetisi empat

set intensitas pelatihan 100% enam

repetisi empat set istirahat lima

menit frkuensi pelatihan perminggu

empat kali selama enam minggu.

Pelatihan lari sambung back

to back 30 meter empat repetisi

empat set Intensitas pelatihan 100%

empat repetisi empat set dengan

istirahat lima menit frkuensi

pelatihan perminggu empat kali

selama enam minggu.

Kebugaran fisik adalah

ditentukan dari tes lari 1000 meter

untuk usia 12-13 tahun.

C. Analisis Data

Data yang diperoleh

dianalisis dengan langkah-langkah

sebagai berikut: 1) Statistik

Deskriptif untuk menganalisis rerata,

simpangan baku variabel yang

dianalisis adalah umur, berat badan,

tinggi badan, Indeks Massa Tubuh,

kebugaran fisik dan kecepatan 2) Uji

Normalitas data kecepatan lari

sebelum dan sesudah pelatihan

dengan Shapiro Wilk Test, 3) Uji

Homogenitas dengan Levene’s Test

untuk mengetahui homogenitas data

kecepatan lari 80 meter 4) Uji

komparasi tiap kelompok antara

sebelum dan sesudah pelatihan diuji

dengan paired sample t-test 5) Uji

komparasi antar kelompok sebelum

pelatihan dan sesudah pelatihan

dianalisis dengan independent

sample t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Beda Rerata Waktu

Tempuh Antara Sebelum dan

(6)

Tabel 1

Hasil Uji t-Paired Rerata Waktu Tempuh Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada Kedua Kelompok

Variabel N Sebelum Sesudah Beda Persentase (%) p

Waktu tempuh

Lari 80 meter Klp-1 12 13,51 ± 1,22 12,35 ± 0,83 1,16 8,59% 0,000

Waktu tempuh

Lari 80 meter Klp-2 12 13,66 ± 1,22

12,67 ± 0,87 0,98 7,17% 0,000

2. Uji Beda Rerata Waktu Tempuh Antar Kelompok Perlakuan

Tabel 5.6

Hasil Uji Beda Rerata Waktu Tempuh Lari 80 Meter Sebelum dan Sesudah Pelatihan Antar Ke Dua Kelompok

Variabel n Kelompok-1 Kelompok-2 P

Waktu tempuh

Lari 80 meter Sebelum

Pelatihan (dt) 12 13,51 ± 1,22 13,66 ± 1,22 0,765

Waktu tempuh

Lari 80 meter Sesudah

Pelatihan (dt) 12 12,35 ± 0,83 12,66 ± 0,87 0,361

3. Pengaruh Pelatihan Terhadap

Kecepatan Lari 80 Meter

Berdasarkan hasil tes

kecepatan lari 80 meter selama

pelatihan enam minggu dari tes awal

sampai tes akhir diperoleh rerata

waktu tempuh lari 80 meter sebelum

pelatihan 13,51 ± 1,22 detik dan

setelah pelatihan 12,35 ± 0,83 detik

dengan selisih kecepatan 1,16 detik

pada Kelompok-1. Rerata waktu

tempuh lari 80 meter sebelum

pelatihan pada Kelompok-2 adalah

13,66 ± 1,22 detik dan setelah

(7)

selisih kecepatan 0,98 detik pada

Kelompok-2.

Analisis data tes waktu

tempuh lari 80 meter antara tes awal

dengan tes akhir pada masing-

masing kelompok dengan

menggunakan paired t test,

didapatkan kecepatan lari 80 meter

sebelum dan sesudah pelatihan

diperoleh nilai p = 0,000 pada

Kelompok-1 dan Kelompok-2 nilai p

= 0,000. Ini berarti bahwa rerata

kecepatan sebelum pelatihan dan

sesudah pelatihan pada masing–

masing kelompok pelatihan terdapat

perbedaan yang bermakna. Dengan

demikian rerata waktu tempuh lari 80

meter sebelum dan sesudah pelatihan

diperoleh nilai p lebih kecil dari 0,05

(p <0,05) pada kedua kelompok

perlakuan. Hal ini dapat dinyatakan

bahwa kedua tipe pelatihan yang

dilakukan memiliki pengaruh

pelatihan dalam mengubah waktu

tempuh lari 80 meter, yaitu dengan

pelatihan lari sambung back to back

20 meter enam repetisi empat set dan

pelatihan lari sambung back to back

30 meter empat repetisi empat set

dapat meningkatkan kecepatan waktu

tempuh lari 80 meter

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Pelatihan lari sambung back

to back 20 meter enam repetisi empat

set selama enam minggu maupun lari

sambung back to back 30 meter

empat repetisi empat set selama

enam minggu, sama efektif dalam

meningkatkan kecepatan lari 80

meter siswa putra SMP Dharma

Praja Badung.

2. Saran

Pelatihan lari sambung back

to back 20 meter dan lari sambung

back to back 30 meter dapat

digunakan untuk meningkatkan

kecepatan, sehingga tipe pelatihan ini

digunakan pada cabang atletik lari

cepat, karena cara dan arah gerakan

sesuai pada lari cepat 80 meter. Bagi

pelaku olahraga (pembina olahraga,

pelatih atletik dan atlet disarankan

untuk menggunakan tipe pelatihan

lari sambung back to back untuk

meningkatkan kecepatan pada lari

(8)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ambarukmi, D.H. 2008. Pedoman dan Materi Pelatihan Pelatih Tingkat dasar. Jakarta: Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Dan IPTEK Olahraga Kementrian Pemuda Dan Olahraga.

2. Soetopo. A.S. 2007. Dasar-dasar Kepelatihan pada Olahraga Profesional. Jakarta : Badan Pengembangan Dan Pengawasan Olahraga Profesional.

3. Bompa, T.O. 2009. Theori and Methodelogi of Training : Periodizasion. Fifth Edition.

4. Lutan, R. 2003. Asas-asas Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan Gerak Sekolah dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan dasar dan Menengah.

5. Nala, N. 2011. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar : Udayana University Press

6. Ambarukmi, D.H dan Tangkudung, J. 2007. Pelatihan Olahraga Anak Usia Dini. Jakarta : Asdep Pengembangan dan Pembinaan Keolahragaan Deputi Bidang Peningkatan

Prestasi dan IPTEK Olahraga. KEMENPORA

7. Widya, M.D.A. 2004. Gerak-gerak Dasar Atletik Dalam Bermain. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Gambar

Tabel 1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pendapatan kepala keluarga rendah memotivasi ibu rumah tangga bekerja karena 51,61% responden menyatakan pendapatan kepala keluarga

Kemudian stimulus tersebut diterima oleh individu penerima ( Individual Receiver ) dan akhirnya individu dalam hal ini Pegawai pria Bank BNI KCP Tangkerang

pengaruh yang signifikan antara variabel kepuasan terhadap loyalitas pelanggan yang ditunjukan oleh nilai t hitung sebesar 0,6844&gt; t tabel sebesar 1.9849 dengan

Beberapa keunggulan model yang estimasi, antara lain; (1) besarnya koefisien parameter, Chi-square, dan R 2 model yang diteliti nilainya berbeda, (2) variabel di luar

Sumber : Data Primer 2011 Fase acceptance pasti dilalui oleh pasien yang menjadi responden karena pada pasien ini telah dilakukan terapi oleh dokter, baik

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD kelas V, salah satu keterampilan menyimak yang harus dikuasai oleh siswa adalah kemampuan mengidentifikasi suatu cerita

Imas Kurniasih, Kupas Tuntas Kompetensi Pedagogik………….. Beliau juga mampu mengajar dan membimbing peserta didik di kelas seperti guru pada umumnya. Berdasarkan observasi awal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata antara kedua faktor perlakuan, tetapi faktor umur bibit memberikan lebih banyak pengaruh