1 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agronomi Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.)
Karet adalah tanaman perkebunan/industri tahunan berupa pohon batang lurus yang pertama kali ditemukan di Brasil dan mulai dibudidayakan tahun 1601. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand.
2.1.1 Klasifikasi Botani Tanaman Karet
Menurut Sianturi (2001), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg.
2.1.2 Morfologi Tanaman Karet a. Akar
Akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Sistem perakaran yang bercabang pada setiap akar utamanya (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Susunan anatomi kulit karet berperan penting dengan produksi lateks dan
2
produktivitas pohon. Sesuai dengan umur tanaman, kulit karet dibedakan menjadi kulit perawan yaitu kulit yang belum pernah disadap dan kulit pulihan yaitu kulit yang sudah disadap. Jaringan kulit karet tersusun dari sel-sel parenchymatis yang diantaranya terdapat jaringan xylem dalam pohon yang keduanya dipisahkan oleh kambium (PTPN VII, 1993).
b. Daun
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya, terdapat tiga anak daun pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, serta tepinya rata dan gundul (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). c. Bunga
Bunga karet termasuk bunga sempurna yang terdiri dari tiga bagian pokok yaitu dasar bunga, perhiasan bunga, dan persarian. Benang sari dan putik ini terdapat dalam satu bunga. Ukuran bunga betina lebih besar sedikit dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun menjadi satu tiang.
d. Buah
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas, masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya ada tiga,kadang-kadang samapi enam ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Buah yang sudah masak akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami.
e. Biji
Biji karet dibedakan atas tiga jenis, yaitu biji illegitim, legitim, dan propalegitim. Biji illegitim merupakan biji yang dihasilkan dari penyerbukan silang dimana bunga betinanya diketahui dengan pasti, sedangkan bunga
3
jantan tidak diketahui. Biji legitim merupakan biji yang diperoleh dari penyerbukan silang yang bunga betina dan jantannya diketahui dengan pasti. Sedangkan biji propalegitim merupakan biji yang diperoleh dari penyerbukan silang dimana bunga betinanya diketahui, tetapi bunga jantannya tidak pasti (PTPN VII, 1993).
f. Batang
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter.Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.
g. Pembentukan Cabang Dan Percabangan
Tergantung dari sifat klon dan ekologinya tanaman karet mulai membentuk cabang pada umur antara 20-30 bulan, sedang sebelum umur tersebut tanaman karet tumbuh hanya membentuk satu batang utama (caulis) beserta payung-daun.Cabang tingkat pertama tumbuh dari batang utama pada saat pertumbuhan atau masa flush dari kuncup ketiak.
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Karet 2.2.1 Suhu Udara
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15o LS dan 15o LU.
4 2.2.2 Curah Hujan
Hujan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman Karet baik secara langsung dalam hal pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman yang bervariasi menurut fase perkembangan tanaman, kondisi iklim dan tanah, maupun secara tidak langsung melalui pengaruh terhadap kelembaban udara dan tanah serta radiasi matahari. Ketiga faktor lingkungan fisik tersebut erat kaitannya dengan penyerapan air dan hara serta penyakit tanaman. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun.
2.2.3 Tanah
Lahan kering (tanah) untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah daripada sifat kimianya. Hal ini disebabkan karena perbaikan sifat kimia untuk syarat tumbuh tanaman karet perlakuan tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah aluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.
5
Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
•Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu -batuan
•Aerasi dan drainase baik •Remah, porus dan menahan air
•Tekstur terdiri atas 35% liat dan 30% pasir
•Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebak dari 20 cm
•Kandungan unsur haraN, P dan K cukup dan tidak kekurangan unsurmikro.
•pH 4,5-6,5
•kemiringan tidak lebih dari 16%
•permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm
2.2.4 Kesesuaian lahan tanaman karet
Kesesuaian lahan adalah kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tipe penggunaan lahan (jenis tanaman dan tingkat pengelolaan) tertentu. Penilaian kesesuian lahan dibedakan menurut tingkatannya :
a. Kelas S1 (Sangat Sesuai):
Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap p enggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.
6 b. Kelas S2 (Sesuai):
Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri. c. Kelas S3 (Sesuai Marginal )
Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.
d. Kelas N (Tidak Sesuai):
Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi( Hidayat dkk., 2007.)
2.3 Produksi Karet Indonesia
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditas perkebunan penting yang telah memberikan nilai devisa cukup besar bagi Indonesia. Kementerian Perdagangan merilis nilai devisa yang dihasilkan Indonesia pada tahun 2014 yaitu sebesar 4,7 miliar dolar AS (Siaran Pers Bersama, 2015). Data International Rubber Study Group menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama secara luas area namun dari produksi karet alam masih belum optimal dan tertinggal dari Thailand yang berada di posisi pertama (IRSG, 2013). Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil
7
diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul. Potensi produksi lateks beberapa klon anjuran yang sudah dilepas disajikan pada
2.4 Stimulan pada Tanaman Karet
Selain pemupukan usaha untuk meningkatkan hasil lateks juga dapat dilakukan dengan menggunakan stimulan. Pemberian stimulan pada bidang sadap terbukti mampu meningkatkan produksi lateks. Stimulan mampu merangsang produksi etilen pada tanaman karet (Sumarmadji et al, 2005). Namun penggunaan stimulan harus memperhatikan dosis dan intensitas eksploitasinya, dimana penggunaan stimulan secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya kering alur sadap (KAS) (Siswanto, 1997).
2.4.1 Teknik-teknik Menggunakan Stimulan pada Tanaman Karet’ a. Groove Application (Ga)
Aplikasi stimulan dengan metode ini yaitu dengan menarik getah yang ada di panel sadap (scrap) kemudian mengoleskan stimulan pada alur sadapnya dengan merata. Alat yang digunakan biasanya kuas kecil atau sikat gigi bekas. Metode ini adalah yang paling umum digunakan pada penyadapan ke arah bawah (Downward tapping) dengan pelarut air.
b. Metode Panel Aplication (Pa)
Yaitu dengan menarik scrap yang ada di alur sadap selanjutnya stimulan dioleskan di alur sadap dan di dinding bekas sadapan. Metode ini sangat efektif diterapkan karena bidang serapan lebih luas, namun harus berhati-hati karena dosis yang diberikan sangat rentan berlebihan sehingga menyebabkan tanaman stres.
c. Lace Application (La)
Metode ini juga untuk irisan ke arah bawah yaitu dengan mengoleskan stimulan pada alur sadap tanpa menarik scrapnya. Metode ini memiliki tingkat
8
efektifitas yang lebih rendah dibanding dua metode di atas karena stimulan terhalang scrap sehingga penyerapan tanaman kurang maksimal. Keunggulan metode ini adalah lebih mudah dilaksanakan dan relatif lebih aman bagi tanaman.
d. Bark Application (Ba)
Umumnya digunakan untuk irisan ke arah atas (Upward tapping). Stimulan dioleskan di kulit yang akan disadap (bukan di alur sadap), namun sebelum dioleskan kulit pasir harus di kerok tipis (selebar 1-1,5 cm) sehingga penyerapan lebih optimal. Stimulan yang digunakan dapat dilarutka dengan minyak sawit (CPO : Crude Palm Oil) agar efektivitasnya maksimal.
2.4.2 Faktor faktor yang mempengaruhi Stimulan
Menurut Lukman (1983) pengunaan stimulant dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain :
- Bahan Stimulan - Jenis Stimulan
- Pelaksanaan Aplikasi Stimulan - Pemupukan
- Sifat-sifat Lateks
2.4.3 Syarat –syarat Penggunaan Stimulan
Untuk tanaman yang akan di stimulan sebaiknya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Tanaman tidak terserang penyakit - Tanaman karet tidak mengalami KAS
- Stimulan lateks tidak dianjurkan digunakan pada system sadap berfrekuensi rendah seperti : (d/1 dan d/2)
9 2.4.4 Tujuan Aplikasi Stimulan
Penggunaan Stimulan bertujuan untuk meningkatkan produksi lateks dan memperpanjang masa pengaliran lateks karet. Penggunaan Stimulan didisarkan atas upaya mempertahankan tekanan turgor sel –sel pada pembuluh lateks tetap tinggi, sehingga masa pengaliran lateks setiap kali penyadapan lebih lama. Pemakaian stimulan dapat meningkatkan hasil lateks secara nyata, namun besarnya respon tanaman karet terhadap stimulan antara lain bergantung pada jenis klon, umur tanaman karet, konsentrasi stimulan, dan sistem sadap terutama intensitas sadapanya (Boerhendhy, 2013).