• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP

HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

Ayu Risa Fratika Dewi

1

, I Ketut Adnyana Putra

2

, IG.A. Agung Sri Asri

3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: risaa93@yahoo.co.id

1

, adnyanaputra653@yahoo.com

2

,

xgungasrix@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audiovisual dan siswa yang mengikuti dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus VII Kecamatan Kuta Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain Non Equivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas IV SD di Gugus VII Kecamatan Kuta Selatan tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 174 orang siswa. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling yang diacak adalah kelasnya untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan hasil pengundian yaitu siswa kelas IV SD No.5 Pecatu sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 36 orang siswa dan siswa kelas IV SD No.4 Pecatu sebagai kelas kontrol yang berjumlah 34 orang siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode tes, jenis objektif bentuk pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif dan statistik inferensial (uji-t). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thit = 6,28 > ttab=2,00 pada taraf signifikansi 5%. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audiovisual dan siswa yang mengikuti dengan pembelajaran konvensional, dan dilihat dari nilai rata-rata

kelompok eksperimen X = 79,12 > X = 63,81 pada kelompok kontrol. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audiovisual berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV di Gugus VII Kecamatan Kuta Selatan.

Kata-kata kunci: problem based learning, audiovisual, IPS

Abstract

This study aimed to determine the significant differences in social sciences learning outcomes between students who were taught by Problem Based Learning model with audiovisual media and the students with conventional learning of fourth grade students at Gugus VII elementary school of South Kuta. This research was quasi experimental with non equivalent control group design. The population of this research was the fourth grade students at Gugus VII elementary school of South Kuta in academic year 2016/2017 with total number 174 students. Random sampling technique was used in this research to obtain the sample and there were 36 students of fourth grade students at SD No.5 Pecatu as an experimental group, and 34 students of fourth grade students at SD No.4 Pecatu as control group. The data was collected by using multiple choice objective test and it was analyzed by using descriptive and inferential statistical analysis (t-test). The result find that thit =6,28> ttab = 2,00 at 5% significance level. Thus, there are significant differences of Social Science learning outcomes between students who were taught by using Problem Based Learning model with audiovisual media, and the students with conventional learning. Moreover, the average value of experimental group is 79,12 and 63,81 in control

(2)

2

group, it means that the average value of experimental group is higher than control group. So, it can be concluded that Problem Based Learning model with audiovisual media influence the learning outcomes of social sciences of fourth grade students of Gugus VII elementary school of South Kuta.

Keywords: problem based learning, audiovisual, social sciences

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka membelajarkan peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Pendidikan di SD sebagai salah satu lembaga formal dasar yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan Nasional mengemban misi dasar dalam memberikan kontribusi untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional. Pada pelaksanaan pendidikan di SD, perlu adanya suatu kurikulum yang dapat mendukung proses pendidikan yang baik. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan (Hamalik, 2014:16). Di dalam Kurikulum 2006 (KTSP) pembelajaran menuntut guru dan siswa bersikap toleran, menjunjung tinggi prinsip kebersamaan serta berpikir terbuka. Melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guru dituntut untuk membuktikan profesionalismenya, mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan kompetensi dasar (KD) yang dapat digali dan dikembangkan oleh peserta didik. Oleh karena itu, guru harus mampu mandiri karena pada hakikatnya KTSP adalah sebuah model pengembangan kurikulum berbasis sekolah yang menuntut kemandirian guru.

Salah satu mata pelajaran di dalam Kurikulum 2006 (KTSP) adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. IPS sebagai salah satu muatan mata pelajaran dalam Kurikulum 2006 dinilai sangat memegang peranan penting, karena mata pelajaran IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial yaitu:

sosiologi, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya.

IPS membahas tentang manusia dan dunianya. Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan bantuan dari sesamanya. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, orang dapat berkomunikasi ataupun bersosialisasi dengan mudah dan cepat dimanapun mereka berada melalui telepon maupun internet. Pembelajaran IPS di SD dimaksudkan sebagai ilmu pengetahuan yang mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik serta mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora yang berkaitan dengan isu sosial dalam rangka memberi wawasan yang mendalam kepada peserta didik khususnya ditingkat dasar.

Tujuan IPS di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006 yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan seperti : a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiry, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

Jadi, dapat disimpulkan tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial, mengembangkan kemampuan berpikir siswa, mengembangkan nilai dan etika

(3)

3 untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.

Di sekolah secara khusus dalam pembelajaran IPS diperlukan suasana yang menyenangkan agar tidak timbul suasana yang membosankan karena siswa dituntut lebih banyak membaca serta memahami materi yang diberikan oleh gurunya.

Salah satu indikator yang dapat menunjukkan keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar yaitu perubahan yang terjadi pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar diri siswa. Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan guru di kelas perlu dibenahi agar hasil belajar pada mata pelajaran IPS yang diinginkan tercapai secara maksimal, karena pembelajaran yang dilakukan secara konvensional saja tidaklah cukup dalam mendukung proses pembelajaran. Jadi, guru merupakan faktor eksternal yang memiliki peran sangat penting dalam memengaruhi hasil belajar siswa. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal tentunya guru perlu merancang pembelajaran yang menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk belajar. Dalam hal ini, guru harus dapat memfasilitasi siswa agar dapat meningkatkan semangat belajar yang dimiliki oleh siswa dan membuat siswa aktif dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran IPS dapat tercapai.

Setiap siswa pasti memiliki cara penerimaan dan pengolahan informasi yang didapat dalam belajar berbeda-beda. Oleh sebab itu, seorang guru harus bijak dalam menentukan atau memilih model yang digunakan ataupun media pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPS. Salah satu model yang menuntut aktivitas siswa

adalah Model Problem Based Learning. Model Problem Based Learning selain membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, juga berguna untuk membantu siswa menumbuhkan keterampilan kerjasama dalam kelompoknya dan melatih siswa dalam berpikir kritis sehingga kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dapat meningkat.

Adapun tujuan dari model Problem

Based Learning menurut Amir (2015) yaitu

a) Belajar menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar, b) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, c) Mendorong untuk berpikir, d) Membangun kerja tim kepemimpinan, e) Keterampilan sosial, f) Membangun kecakapan belajar (life-long learning skills), g) Memotivasi pemelajar. Menurut Sumantri (2015) Problem Based Learning memiliki ciri-ciri seperti: a) Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekadar mendengarkan, mencatat kemudian mengahafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari, mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya, b) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran, c) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Ngalimun (2016) Problem Based

Learning memiliki karakteristik yaitu a)

Belajar dimulai dengan suatu masalah, b) Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata peserta

(4)

4 didik atau integrasi konsep dan masalah di dunia nyata, c) Mengorganisasikan pelajaran di seputar masalah, bukan di seputar disiplin ilmu, d) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, e) Menggunakan kelompok kecil, f) Menuntut pembelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja. Keunggulan dari model

Problem Based Learning ini adalah dengan

menggunakan model ini akan terjadi pembelajaran bermakna, dalam situasi

Problem Based Learning peserta didik

mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan serta Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok (Widiasworo, 2017), sehingga kedepannya dengan menggunakan model

Problem Based Learning, siswa mampu

mengembangkan kemampuan berpikir kritis serta dapat bekerjasama dengan baik dalam memecahkan permasalahan pembelajaran dan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri.

Suatu pembelajaran juga didukung oleh penggunaan media dalam pelaksanaan pembelajaran untuk siswa.

Beberapa jenis media dalam mendukung pembelajaran yaitu media audio, media visual dan media audiovisual. Media pembelajaran merupakan alat bantu proses pembelajaran dan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan pembelajaran sehinga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Dari berbagai macam jenis media tersebut, media yang digunakan dalam pembelajaran IPS agar lebih bermakna bagi siswa adalah media audiovisual. Melalui media pembelajaran audiovisual, siswa ditampilkan tayangan-tayangan konkret berupa film pendek tentang materi yang dibelajarkan sehingga siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Dengan demikian, semangat untuk belajar IPS datang dari siswa kemudian ditopang oleh semangat dan upaya guru sehingga diharapkan pengajaran IPS yang selama ini kurang mendapat perhatian yang optimal dari siswa nantinya lebih memotivasi siswa belajar sehingga tujuan pembelajaran IPS akan tercapai secara optimal.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model Problem

Based Learning Berbantuan Media

Audiovisual dan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Kuta Selatan Tahun Ajaran 2016/2017.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus VII Kecamatan Kuta Selatan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017.

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui suatu model pembelajaran dengan menerapkan

treatment suatu kelompok subjek penelitian.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group

Design. Rancangan penelitian ini

melibatkan satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kedua kelas mendapat

perlakuan yang sama dari segi pemberian materi, tetapi berbeda dalam perlakuan proses pembelajaran. Pada kelas eksperimen proses pembelajaran di kelas menerapkan model Problem Based Learning berbantuan media audiovisual,

sedangkan pada kelas kontrol proses pembelajaran di kelas menerapkan pembelajaran konvensional.

Pre-test dilakukan untuk

menyetarakan kelompok dengan memberikan tes IPS berupa pilihan ganda dengan materi semester ganjil sebelumnya. Populasi dapat dikatakan “wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

(5)

5 yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2014:117). Senada denga hal tersebut, Agung (2012) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian. Jadi, populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.

Pada penelitian ini, yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus VII Kecamatan Kuta Selatan sebanyak 174 siswa. Informasi yang diperoleh dari Ketua Gugus VII Kuta Selatan, bahwa kemampuan siswa kelas IV pada keenam SD tersebut terdistribusi ke dalam kelas-kelas yang setara secara akademik. Artinya, tidak terdapat kelas unggulan dan non unggulan pada keenam SD di gugus tersebut.

Sugiyono (2014:118) menyatakan bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sedangkan menurut Agung (2012) mengartikan sampel ialah sebagian dari populasi yang diambil yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah populasi atau wakil populasi yang diteliti dan memberikan keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi. Sehingga semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Untuk mendapatkan sampel dilakukan random pada populasi sehingga diperoleh sampel yaitu kelas IV di SD No.5 Pecatu dan kelas IV di SD No.4 Pecatu. Setelah diperoleh dua kelas sebagai sampel penelitian, selanjutnya untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan

random sampling dengan teknik undian.

Berdasarkan teknik undian yang telah dilakukan, kelas IV SD No.5 Pecatu yang berjumlah 36 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV SD No.4 Pecatu yang berjumlah 34 orang siswa sebagai kelompok kontrol.

Untuk megetahui sampel benar-benar setara, dilakukan teknik matching untuk penyetaraan sampel. Teknik Matching adalah suatu teknik untuk menyeragamkan kelompok pada suatu variabel atau lebih yang oleh peneliti telah diidentifikasikan mempunyai hubungan yang erat dengan penampilan variabel tidak bebas (Darmadi, 2014:234). Pendekatan yang biasa digunakan pada matching adalah penugasan anggota-anggota pasangan secara random; satu anggota dipilih secara random kemudian dicarikan jodohnya. Dengan perkataan lain, untuk masing-masing subyek yang ada penelitian berusaha mencari subyek yang lain yang sama atau nilainya mirip pada variabel kontrol (variabel pada mana subyek sedang dijodohkan).

Sebelum dilakukan teknik matching, kedua kelas diberikan tes awal (pre-test) terlebih dahulu. Cara penyetaraan dengan teknik matching dalam penelitian ini adalah dengan menjodohkan nilai pretest siswa dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Ini dilakukan dengan membuat peringkat nilai siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah kemudian nilai yang sama menjadi satu pasangan. Setelah dilakukan teknik matching didapat sebanyak 32 orang siswa dari SD No.5 Pecatu sebagai kelas eksperimen dan 32 orang siswa dari SD No.4 Pecatu sebagai kelas kontrol yang memiliki kemampuan yang setara.

Validitas internal bersumber dari pelaksanaan penelitian itu sendiri. Menurut Dantes (2014:4) validitas internal menyangkut tingkat kualitas ketepatan pengendalian aspek fisik-psikologis pelaksanaan penelitian dan pemilihan atau penggunaan berbagai instrumen dalam pelaksanaan suatu penelitian. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi validitas internal, yang merupakan ancaman terhadap perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : Karakteristik Subjek,

(6)

6

Instrumentasi, Sejarah, Kematangan dan Sikap Subjek. Validitas eksternal bersumber dari

luar penelitian. Dantes (2014:3) menyatakan bahwa validitas eksternal menyangkut kualitas kepresentatifan hasil penelitian digeneralisasikan pada populasinya, baik dalam kaitannya dengan populasi subjek yang dikenakan maupun pada populasi objek (variabel). Cara yang dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap validitas eksternal dalam penelitian ini adalah dengan melakukan randomisasi dalam penentuan sampel agar dapat diperoleh sampel yang mewakili populasi (representative). Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampel kelompok dengan melakukan pengundian pada populasi yang sudah terbentuk ke dalam kelas-kelas, jadi setiap kelas dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Penelitian yang sudah mendapatkan hasil yang dapat memberikan pengaruh pada sampel penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dalam penelitian. Sugiyono (2014:61) menyatakan variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Setyosari (2015:164) berdasarkan peranan dan fungsinya, variabel dalam penelitian dibedakan menjadi : (1) variabel bebas atau variabel penyebab (independent variables); dan (2) variabel terikat atau variabel tergantung (dependent variables).

Jadi, variabel adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti sehingga diperoleh informasi untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu Model Problem Based Learning berbantuan

media audiovisual dan variabel terikat yaitu hasil belajar IPS.

Metode pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar IPS. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar IPS. Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan tes yaitu jenis tes objektif bentuk pilihan ganda biasa. Sudijono (2012:66) menyatakan “tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian”. Metode tes dilakukan dengan memberikan sejumlah tes untuk mengukur hasil belajar IPS. Pemberian

post-test adalah suatu teknik pengumpulan

data tentang hasil belajar dalam ranah kognitif. Adapun bentuk tes dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda biasa yang terdiri dari empat pilihan jawaban sebanyak 30 butir soal. Dimana siswa harus memilih salah satu jawaban yang tepat sesuai dengan pertanyaan yang terdapat dalam lembar soal.

Rentang skor hasil belajar IPS adalah 0-100. Skor 0 merupakan skor minimal serta skor 100 merupakan skor maksimal ideal tes hasil belajar IPS. Tes tersebut disusun oleh peneliti dan melalui bimbingan para ahli (expert judgement).

Data tentang hasil belajar IPS yaitu nilai post-test siswa. Sebelum tes digunakan untuk mengambil data penelitian, tes tersebut divalidasi untuk memperoleh kelayakan sebagai instrumen penelitian. “Tes yang baik harus memenuhi syarat ketepatan (validitas) dan keajegan atau ketepatan (reliabilitas)” (Suharsimi, 2015:72). Ini artinya, instrumen atau alat ukur yang digunakan diuji cobakan terlebih dahulu agar mengetahui kualitas yang telah disusun oleh peneliti benar-benar dapat mengukur hasil belajar IPS siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas IV SD No.5 Pecatu dengan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audiovisual

adalah X = 79,12 dengan varians (S2)

sebesar 90,89 dan standar deviasi (SD) = 9,53. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas IV SD No.4 Pecatu dengan

(7)

7 pembelajaran konvensional adalah

X = 63,81 dengan varians (S2) sebesar

99,25 dan standar deviasi (SD) = 9,97. Nilai hasil belajar IPS siswa kelas IV SD No.5 Pecatu dengan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audiovisual menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 97 dari nilai maksimal ideal yang mungkin dicapai siswa oleh siswa adalah 100, sedangkan nilai terendah yang dicapai siswa adalah 57 dari nilai minimal yang mungkin dicapai 0 dengan kriteria rata-rata siswa tergolong sedang.

Sedangkan nilai hasil belajar IPS siswa kelas IV SD No.4 Pecatu dengan pembelajaran konvensional menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 83 dari nilai maksimal ideal yang mungkin dicapai siswa oleh siswa adalah 100, sedangkan nilai terendah yang dicapai siswa adalah 53 dari nilai minimal yang mungkin dicapai 0 dengan kriteria rata-rata siswa tergolong rendah.

Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa lebih banyak siswa dengan kategori hasil belajar IPS sangat baik yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan media

audiovisual daripada yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Sebelum data hasil belajar IPS dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians.

Uji normalitas data hasil belajar IPS dilakukan pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audiovisual dan kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat pada taraf signifikan 5% dan dk (6-1) = 5. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat diperoleh hasil belajar IPS kelompok eksperimen adalah sebesar 4,33 dan untuk pada taraf signifikan 5% dan

dk (6-1) = 5 maka 2

tabel

X

=11,07. Ini berarti bahwa

X

tabel2 > 2

hit

X

maka data hasil

belajar IPS pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan hasil perhitungan Chi-kuadrat data hasil belajar IPS kelompok kontrol adalah sebesar 4,51 dan untuk pada taraf signifikan 5% dan dk (6-1) = 5 maka

2

tabel

X

=11,07. Ini berarti bahwa

X

tabel2 >

X

hit2 maka data hasil belajar IPS pada kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians dilakukan pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audiovisual dan kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional yaitu menggunakan rumus uji F. Kriteria pengujian untuk data yang mempunyai varians homogen adalah jika Fhitung

Ftabel

(n1-1, n2-1). Jumlah kelompok eksperimen

adalah 32 orang siswa dan jumlah kelompok kontrol adalah 32 orang siswa. Berdasarkan Ftabel pada taraf signifikan 5%

dengan derajat kebebasan (dk pembilang = 32-1 dan dk penyebut = 32-1) adalah 1,76 sedangkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 1,09. Ini berarti Fhitung = 1,09

Ftabel = 1,76 sehingga data hasil belajar

IPS siswa memiliki varians yang homogen. Data hasil belajar IPS yang telah diuji prasyarat yaitu dengan uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh bahwa hasil data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, data hasil belajar IPS dilanjutkan dengan menguji hipotesis. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji beda mean (uji-t). Dengan kriteria pengujian

adalah jika maka Ho

diterima dan Ha ditolak, sebaliknya jika > , maka Ho ditolak dan Ha

(8)

8 Tabel 1 Uji Hipotesis

Kelompok Varians N Dk Simpulan

Eksperimen Kontrol 90,89 99,25 32 32 62 6,28 2,00 Ha= diterima

Berdasarkan tabel 1, diperoleh hasil perhitungan sebesar 6,28 dan nilai pada taraf signifikan 5% dengan

derajat kebebasan = 2,00. Dengan demikian, nilai > sehingga Ho

ditolak dan Ha diterima.

Berdasarkan analisis dengan menggunakan uji-t diperoleh > berarti hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan media

audiovisual dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada taraf signifikansi 5% diterima.

Dengan demikian model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audiovisual memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Kuta Selatan Tahun Ajaran 2016/2017, hal ini berarti pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audiovisual

memperoleh hasil belajar lebih dari pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran Problem Based

Learning berbantuan media audiovisual

lebih unggul dibandingkan dengan pembelajaran konvensional karena model pembelajaran ini mampu melatih keterampilan berpikir kritis siswa, memunculkan suasana belajar yang menarik dan siswa belajar secara aktif. Hal ini juga tidak terlepas dari pendapat Sumantri (2015) yang menyatakan bahwa

Problem Based Learning merupakan salah

satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif serta melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan

masalah sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Berbeda dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional dimulai dengan menyampaikan pokok bahasan atau materi, kemudian siswa hanya mendengarkan penjelasan guru yang membuat siswa cenderung pasif dalam mengonstruksi pengetahuan yang dimilikinya dan kurang adanya interaksi dalam kelompok pada saat proses pembelajaran. Pembelajaran ini belum sepenuhnya optimal membawa siswa dalam kegiatan pembelajaran yang efektif.

Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audiovisual

dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Kuta Selatan Tahun Ajaran 2016/2017.

Hasil dari penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suharto dan Zamroni (2016) dengan judul penelitian Peningkatan Hasil dan Aktivitas Belajar IPS Model Problem Based

Learning Berbantuan Media SMPN 2

Kawunganten serta penelitian yang dilakukan oleh Virgiana dan Wasitohadi (2016) dengan judul Efektivitas Model

Problem Based Learning Berbantuan Media

Audiovisual Ditinjau Dari Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDN 1 Gadu Sambong-Blora,

Jadi, dapat disimpulkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan media

audiovisual sangat cocok diterapkan pada penelitian ini karena memiliki keunggulan yakni dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran, mengembangkan

(9)

9 kemampuan siswa untuk berpikir kritis melalui pemecahan masalah dengan bantuan media audiovisual serta dapat

mengembangkan pengetahuan barunya, bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning berbantuan media

audiovisual dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Kuta Selatan Tahun Ajaran 2016/2017 yang berarti terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audiovisual

terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Kuta Selatan Tahun Ajaran 2016/2017.

Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis uji hipotesis yaitu > (6,28 > 2,00) dan didukung oleh perbedaan nilai rata-rata yang diperoleh antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audiovisual yaitu 79,12 dan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional yaitu 63,81.

Hal ini berarti model terdapat pengaruh model pembelajaran Problem

Based Learning berbantuan media

audiovisual memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Kuta Selatan Tahun Ajaran 2016/2017.

Bertolak dari hasil penelitian, pembahasan dan simpulan, adapun beberapa saran yang dapat diajukan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu sebagai berikut.

Kepada Guru SD diharapkan dapat melaksanakan proses pembelajaran di kelas dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif misalnya seperti menerapkan model pembelajaran Problem

Based Learning berbantuan media

audiovisual yang mampu memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar siswa.

Kepada Kepala Sekolah diharapkan dapat membantu, memotivasi guru dan siswa dalam proses pembelajaran yaitu dengan mengembangkan pembelajaran yang inovatif seperti model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan media

audiovisual serta membantu menyiapkan sarana dan prasana yang lebih lengkap untuk penyempurnaan dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah.

Kepada Peneliti Lain diharapkan dapat melaksanakan penelitian lebih kreatif, inovatif, dan bervariasi dalam menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran sehingga mampu memberikan pengaruh yang positif di bidang pendidikan dan tentunya dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa, baik pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas maupun pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Asyhar, H. Rayandra. 2012. Kreatif

Mengembangkan Media

Pembelajaran. Jakarta: Referensi

Jakarta.

Darmadi, Hamid. 2014. Metode Penelitian

Pendidikan dan Sosial. Malang:

Alfabeta.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Teknik

Analisis Data Kuantitatif. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha Press.

Murwantono, Sukidjo. 2015. Peningkatan

Hasil Belajar IPS Dengan Model

Problem Based Learning

Berbantuan Media Stimulan

Gambar. Yogyakarta: Universitas

Negeri Yogyakarta Volume 2, No 1 Maret 2015.

(10)

10 Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian

Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Prenada Media Group. Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Suharto, Zamroni. 2016. Peningkatan

Hasil dan Aktivitas Belajar IPS Model Problem Based Learning

Berbantuan Media SMPN 2

Kawunganten. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta Volume 3, No 1, Maret 2016. Sumantri, Mohamad Syarif. 2015. Strategi

Pembelajaran. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Prenada

Media Group.

Wasitohadi dan Virgiana. 2016. Efektivitas

Model Problem Based Learning

Berbantuan Media Audiovisual

Ditinjau Dari Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDN 1 Gadu

Sambong-Blora Semester 2.

Blora:UKSW Vol.6 No.2, Mei 2016: 100-118.

Widiasworo, Erwin. 2017. Strategi dan

Metode Mengajar Siswa di Luar Kelas. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Kementerian Agama Tahun 2017, bersama ini kami mengundang Bapak/Ibu guru untuk mengikuti

Untuk soal nomor 7–11, pilihlah kata-kata atau frasa yang yang merupakan padanan kata atau padanan pengertian yang paling dekat dengan kata yang dicetak dengan huruf kapital

Utang jangka panjnag tidak dicatat ketika akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar apabila akan ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk

Undenwiting Treaty & Retrosesi, Kepala Dibisi Undehting Facultative clan Kepala Bagian Undmwiting Treaty & Retrosesi. Reasuransi Nasional Indonesia dengan nilai TAS

Keunggulan SOMSI ini selain dapat mengisi ulang handphone saat jauh dari sumber listrik dan sebagai penghitung langkah kaki adalah pada bagian dalam sisi depan SOMSI ini terdapat

Penelitian tentang distribusi dan kelimpahan larva ikan telah dilakukan di Perairan Pulau Pari selama bulan Juni-November 2010 dengan tujuan untuk mengetahui sebaran spasial

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat

Sebagai content provider, pada tanggal 30 Agustus 2011 Kompas TV melakukan siaran percobaan dengan kerjasama dengan stasiun TV lokal Ktv atau PT Komando Media Televisi