8 BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi
Akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang seseorang, akan tetapi pada dasarnya pengertian akuntansi yang berbeda-beda tersebut selalu menekankan kegunaanya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi. Lebih jelasnya berikut akan dikemukakan beberapa pengertian akuntansi dari sudut pandang beberapa ahli.
Accounting principle Board (APB) Statement No. 4 yang disadur oleh Zaki Baridwan (1995:1) mengemukakan bahwa akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan.
Menurut American Institute of Certified Publican Accounting (AICPA) yang disadur oleh Sofyan Syafri Harahap (2002:4) menyatakan bahwa akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter keuangan dan termasuk manafsirkan hasil-hasilnya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa akuntansi merupakan suatu aktivitas jasa yang meliputi proses pencatatan,
9
penggolongan dan pengikhtisaran data kuantitatif yang bersifat keuangan dalam suatu perusahaan dari kesatuan usaha ekonomi untuk informasi yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi tersebut.
2.1.2 Pengertian Perlakuan Akuntansi
Perlakuan akuntansi adalah aturan-aturan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam proses akuntansi yang meliputi pengakuan, pencatatan dan penyajian informasi keuangan dalam laporan keuangan perusahaan (Kieso dan Weygandt, 1995). Harnanto (1996:3) mendefinisikan perlakuan akuntansi adalah suatu disiplin analisa yang mencakup kegiatan mengidentifikasi berbagai transaksi atau peristiwa yang merupakan kegiatan pencatatan sehingga informasi yang relevan dan mempunyai hubungan antara yang satu dan yang lainnya yang mampu memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan akan digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Menurut Suwardjono (1992:40) perlakuan akuntansi adalah tindakan yang dikenakan terhadap suatu objek yang bersifat financial yang meliputi pengukuran (measurement) dan penilaian (valuation), pengakuan (recognition) dan penyajian (presentation). Adapun tahap-tahap dari perlakuan akuntansi meliputi hal-hal sebagai berikut.
10 1) Pengukuran dan penilaian
Merupakan penentuan jumlah rupiah suatu transaksi yang akan dicatat. Pengukuran lebih berhubungan dengan masalah penentuan jumlah yang dicatat pertama kali untuk suatu transaksi, sedangkan penilaian lebih berhubungan dengan masalah penentuan jumlah yang harus ditetapkan untuk tiap pos laporan pada tanggal laporan.
2) Pengakuan
Merupakan proses pembentukan atau pencatatan suatu pos yang memenuhi definisi suatu unsur di dalam laporan keuangan.
3) Pengungkapan
Pengungkapan bersangkutan dengan masalah bagaimana suatu informasi keuangan disajikan dalam laporan keuangan.
Berdasarkan uraian dari beberapa para ahli di atas dapat dirumuskan bahwa perlakuan akuntansi merupakan suatu tindakan yang dilakukan dan suatu transaksi yang meliputi proses akuntansi yang terdiri dari proses pengakuan, pengukuran, pencatatan, penilaian, penyajian informasi keuangan dari transaksi-transaksi yang bersifat financial dan hasilnya sebagai informasi untuk pengambilan suatu keputusan bagi para pemakainya.
2.1.3 Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan salah satu pos dalam laporan keuangan khususnya neraca dan juga yang mempengaruhi laporan laba rugi melalui pos penyusutan. Peranan substansi suatu aktiva tetap yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah aktiva tetap berwujud .
11
Zaki Baridwan (1995:271) memberikan pengertian bahwa aktiva tetap adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan. Istilah relatif permanen menunjukan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007:PSAK No. 16, Paragraf 06, Baris 1-4) menyatakan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang mempunyai ciri-ciri yaitu jangka waktu pemakaiannya lebih dari satu tahun, digunakan dalam rangka kegiatan perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, diperoleh baik dengan dibangun lebih dahulu maupun dalam bentuk siap pakai.
2.1.4 Pengakuan Aktiva Tetap
Biaya perolehan aktiva tetap harus diakui sebagai aktiva apabila besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan dan biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal (PSAK No.16, Paragraf 07). Zaki Baridwan (1995:272) mengemukakan bahwa perlakuan akuntansi terhadap
12
pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.
1) Pengeluaran modal
Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi, dimana pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva atau dikapitalisasi.
2) Pengeluaran pendapatan
Pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap adalah berapa lama manfaat pengeluaran tersebut dapat dirasakan, hanya satu periode atau lebih dari satu periode akuntansi.
Jadi dapat dipertimbangkan dalam pencatatan pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap adalah berapa lama manfaat pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat dirasakan, hanya satu periode atau lebih dari satu periode akuntansi.
Theodorus M. Tuanakotta (2000:79) menyatakan bahwa apabila suatu aktiva tetap telah dipasang dan siap pakai, maka semua biaya apakah historical atau current seharusnya dikapitalisasi. Semua biaya untuk perawatan atau pemeliharaan dan biaya pengantian suku cadang yang lazimnya dilakukan, harus dibebankan kepada kegiatan perusahaan dalam umur aktiva tetap tersebut. Oleh karena itu biaya yang harus dibebankan selama umur aktiva tetap yang bersangkutan terdiri dari biaya untuk memperoleh aktiva tersebut dan semua biaya lain yang dikeluarkan selama
13
aktiva itu dipergunakan seharusnya dikapitalisasi dan dialokasikan ke masa yang akan datang.
2.1.5 Perolehan Aktiva Tetap 2.1.5.1 Pembelian Tunai
Harga perolehan aktiva tetap yang didapat dari pembelian tunai meliputi pengeluaran yang terjadi untuk menempatkan dan mendapatkan aktiva tetap tersebut yang terjadi dari harga pada faktur pembelian (dikurangi dengan potongan tunai), biaya asuransi dalam perjalanan, ongkos angkut, biaya pemasangan atau percobaan dan lain-lain. Beberapa contoh lain dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:PSAK No. 16, Paragraf 17, Baris 29-30) adalah biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aktiva tetap, biaya penyiapan lahan untuk pabrik, biaya handling dan penyerahan awal, biaya penyiapan lahan untuk pabrik, biaya handling.
Biaya administrasi dan overhead umum lainnya bukan merupakan suatu komponen biaya aktiva tetap sepanjang biaya tersebut dapat didistribusikan secara langsung dalam membuat aktiva tersebut pada kondisi wajarnya. Demikian pula biaya permulaan dan pra produksi tidak merupakan bagian biaya suatu aktiva, kecuali biaya tersebut untuk membawa aktiva mencapai kinerja ke kondisi kerjanya. Rugi operasi awal yang terjadi sebelum suatu aktiva mencapai kinerja yang direncanakan diakui sebagai suatu beban. Harga perolehan dari masing-masing aktiva tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut
14
berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aktiva yang bersangkutan.
Dalam keadaan tertentu adalah tepat untuk mengalokasikan pengeluaran total pada suatu aktiva pada komponennya dan membukukan setiap komponen secara terpisah, dimana komponen aktiva memiliki masa manfaat berbeda atau menyediakan manfaat bagi perusahaan dengan pola berbeda dan karenanya memerlukan penggunaan tarif dan metode penyusutan berbeda. Contohnya, suatu pesawat terbang dan mesinnya harus diperlakukan sebagai aktiva yang terpisah, jika memiliki masa manfaat yang berbeda. 2.1.5.2 Pembelian Secara Angsuran
Aktiva tetap yang didapat dari pembelian angsuran, maka harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga. Jurnal untuk mencatat harga perolehan aktiva tetap dan pembayaran angsuran adalah sebagai berikut.
1) Jurnal pembelian aktiva tetap
Aktiva tetap Rp. xxx
Utang dagang Rp. xxx
2) Jurnal untuk pembayaran angsuran
Utang dagang Rp. xxx
Biaya bunga Rp. xxx
15 2.1.5.3 Pertukaran Aktiva
Suatu aktiva dapat diperoleh, selain dengan melakukan pembelian dan dapat pula dilakukan dengan melalui cara pertukaran misalnya dengan surat berharga, aktiva tetap lain yang sejenis dan tidak sejenis atau tidak serupa dan memiliki nilai wajar serta memiliki manfaat. Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva yang tidak serupa atau aktiva lain. Aktiva tetap yang diperloleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar.
Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva tetap tersebut dan jika harga pasar kedua-duanya tidak diketahui, maka nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan perolehan aktiva tetap dan nilai-nilai surat berharga yang dikeluarkan.
Pertukaran aktiva tetap dengan saham atau obligasi dicatat dalam rekening modal saham atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya, selisih nilai pertukaran dengan nilai nominal dicatat dalam rekening agio atau disagio. Jika harga pasar lebih tinggi dari harga nominalnya, maka harus diakui adanya agio saham atau obligasi (premium) sebesar selisihnya dengan jurnal sebagai berikut.
Aktiva tetap Rp. xxx
Modal saham Rp. xxx
16
Jika harga pasar lebih rendah dari harga nominalnya maka diakui adanya disagio saham atau obligasi .Jurnalnya sebagai berikutnya:
Aktiva tetap Rp. xxx
Disagio saham Rp. xxx
Modal saham Rp. xxx
Apabila dalam pertukaran ini perusahaan menambah dengan uang maka harga perolehan aktiva adalah jumlah uang yang dibayarkan ditambah dengan harga pasar surat berharga yang dijadikan penukar. Yang dimaksud dengan harga pasar surat berharga adalah harga yang terjadi dalam bursa surat-surat berharga atau dalam transaksi dengan pihak lain yang bebas.
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara tukar tambah, dimana aktiva yang lama digunakan untuk membayar sebagian aktiva tetap yang baru dan kekurangannya dibayar tunai. Dalam keadaan seperti ini prinsip harga perolehan aktiva tetap harus diterapkan, yaitu aktiva tetap yang baru dikapitalisasi dengan jumlah harga pasar aktiva tetap yang lama ditambah uang yang dibayarkan. Selisih antara nilai buku aktiva tetap yang lama dengan harga pasarnya pada saat pertukaran diakui sebagai laba atau rugi dari pertukaran. Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi pertukaran tersebut adalah:
Aktiva tetap yang baru Rp. xxx Akumulasi penyusutan Rp. xxx
Aktiva tetap yang lama Rp. xxx
17
Laba pertukaran aktiva Rp. Xxx 2.1.5.4 Diperoleh dari Donasi atau Hadiah
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah, pencatatannya bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan untuk menerima hadiah, mungkin dikeluarkan biaya-biaya tetapi biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima. Apabila aktiva dicatat sebesar biaya yang sudah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva dan modal terlalu kecil, juga beban penyusutan manjadi lebih kecil. Untuk mengatasi keadaan ini, maka aktiva yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya. Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun “Modal Donasi”. Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi pertukuran tersebut adalah:
Aktiva tetap Rp. xxx
Modal donasi Rp. xxx
2.1.5.5 Aktiva yang Dibangun Sendiri
Alasan mendorong suatu aktiva tetap harus dibangun sendiri diantaranya memanfaatkan fasiltas yang menganggur, penghematan yang diharapkan, untuk memenuhi kebutuhan yang mana pihak lain tidak sanggup memenuhinya pada saat diperlukan. Standar Akuntansi Keuangan (2007 : PSAK No. 16, hal 22) dalam hubungannya dengan perolehan aktiva tetap dibangun sendiri, mengemukakan bahwa biaya perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama sebagai
18
mana perolehan aktiva dengan pembelian atau cara lain. Harga perolehan dicatat sebesar seluruh biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap dipakai.
2.1.6 Pengertian Penyusutan
Aktiva tetap yang dipergunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, maka perlu adanya beban terhadap pendapatan untuk memperlihatkan penggunaanya. Bagi aktiva tetap dalam pembebanan ini dikenal dengan sebutan penyusutan. Teodurus M. Tuanakotta (2000:101), memberikan interprestasi bahwa istilah penyusutan adalah metode alokasi biaya yang sistematis dan rasional untuk periode yang menerima manfaat dari aktiva tetap tersebut. Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007:PSAK No.16, hal 06, Baris34) mendefinisikan penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Committee on Terminology dari AICPA (Zaki Baridwan, 1995:307) memberikan definisi yaitu akumulasi penyusutan adalah suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk membagikan harga perolehan atau nilai dasar lain dari aktiva tetap berwujud, dikurangi nilai sisa (jika ada), selama umur kegunaan unit itu yang ditaksir (mungkin berupa suatu kumpulan aktiva-aktiva) dalam suatu cara yang sistematis dan rasional. Ini merupakan proses alokasi, bukan penilaian. Beban depresiasi untuk 1 tahun adalah sebagian jumlah total beban itu yang dengan system tersebut dialokasikan ke tahun
19
yang bersangkutan. Meskipun di dalam alokasi itu diperhitungkan hal-hal yang terjadi selama tahun itu, beban depresiasi tidaklah dimaksudkan sebagai suatu alat pengukur terhadap akibat dari kejadian-kejadian itu.
Dari definisi-definisi ini dapat disimpulkan bahwa penyusutan merupakan suatu proses alokasi biaya perolehan aktiva dengan cara yang sistematis dan rasional atas taksiran umur kegunaan aktiva tetap yang bersangkutan. Aktiva penyusutan bukanlah suatu proses penilaian aktiva atau prosedur pengumpulan dana untuk mengganti aktiva, tetapi suatu metode mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap ke periode-periode akuntansi yang menerima manfaatnya. Aktiva yang dapat disusutkan seringkali merupakan bagian signifikan aktiva perusahaan. Penyusutan dapat berpengaruh secara signifikan dalam menentukan dan menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Bersamaan dengan manfaat ekonomis yang diwujudkan dalam suatu pos aktiva yang dikonsumsi oleh perusahaan sepanjang sisa manfaat, jumlah tercatat aktiva tersebut berkurang untuk mencerminkan konsumsi ini, dan biasanya dalam bentuk beban penyusutan. Tetapi faktor lain seperti keusangan teknis dan aus serta rusak saat aktiva menganggur, juga dapat mengurangi manfaat ekonomis yang mungkin telah diharapkan tersedia dari aktiva. Oleh karenanya seluruh faktor berikut harus dipertimbangkan dalam menentukan masa manfaat suatu aktiva (PSAK No. 16, Paragraf 59) yaitu:
20
1) Penggunaan aktiva yang diharapkan oleh perusahaan. Penggunaan dinilai dengan pedoman kapasitas aktiva yang diharapkan atau output fisik.
2) Keusangan fisik yang diharapkan, yang tergantung pada faktor operasional seperti jumlah pergantian kelompok kerja (shift), dimana aktiva digunakan dan program perbaikan dan perawatan dari perusahaan dan perawatan aktiva pada saat menganggur (idle). 3) Keusangan teknis yang timbul dari perubahan atau perbaikan
produksi atau dari perubahan permintaan pasar untuk produk dan jasa yang dihasilkan oleh aktiva.
4) Pembatasan hukum atau yang serupa atas penggunaan aktiva, seperti habisnya waktu dari sewa guna usaha yang berkaitan.
Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aktiva atau jumlah lain yang disubsitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya. Untuk penghapusan aktiva adalah penghapusan nilai buku suatu aktiva yang dilakukan apabila nilai buku yang tercantum tidak lagi menggambarkan manfaat dari aktiva yang bersangkutan, sedangkan untuk nilai sisa suatu aktiva sering tidak signifikan dan dapat diabaikan dalam perhitungan jumlah yang dapat disusutkan. Jika nilai sisa signifikan, nilai tersebut diestimasi pada tanggal perolehan atau pada tanggal dilakukannya revaluasi aktiva (hanya mungkin dilakukan berdasarkan peraturan pemerintah), berdasarkan nilai yang dapat direalisasikan pada tanggal tersebut untuk kondisi yang hampir sama dengan aktiva yang digunakan.
21
Berdasarkan uraian diatas, faktor-faktor yang menentukan beban penyusutan secara berkala adalah sebagai berikut.
1) Harga atau Nilai Perolehan Aktiva Tetap
Nilai perolehan suatu aktiva tetap adalah seluruh biaya yang dikeluarkan hingga aktiva tersebut siap untuk digunakan dalam operasi normal perusahaan.
2) Masa Manfaat atau Umur Kegunaan
Aktiva tetap selain tanah memiliki masa manfaat yang terbatas sebagai akibat dari faktor fisik (seperti: kerusakan, penurunan dan keausan) dan faktor fungsional (seperti: ketidakseimbangan, ketinggalan jaman dan keusangan).
3) Nilai Sisa
Nilai sisa adalah nilai daripada aktiva tetap yang diharapkan akan dapat direalisasikan pada waktu penghentian aktiva tetap tersebut atau habis masa manfaatnya. Kebijakan penghentian aktiva tetap disebabkan karena mekanisme pasar dan faktor lain yang mempengaruhi penentuan nilai sisa.
2.1.7 Metode Penyusutan
Jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi, selama masa manfaat aktiva tetap dengan berbagai metode penyusutan yang sistematis. Metode manapun yang digunakan atau dipilih, maka harus konsistensi dalam penggunaannya perlu diperhatikan, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan
22
agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode.
Dalam PSAK No. 17 dinyatakan bahwa metode penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dipergunakan, sesuai dengan kriteria berikut.
1) Metode Penyusutan Berdasarkan Waktu a. Metode garis lurus
b. Metode pembebanan menurun terdiri dari: metode jumlah angka tahun, metode saldo menurun .
2) Metode Penyusutan Berdasarkan Penggunaan. a. Metode jam-jasa
b. Metode jumlah unit produksi 3) Metode Berdasarkan Kriteria Lainnya.
a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok b. Metode anuitas
c. Sistem persediaan
Untuk dapat memberikan dasar perhitungan yang lebih transparan dari berbagai perhitungan metode beban penyusutan, maka akan dijelaskan masing-masing metode tersebut sebagai berikut.
1) Metode Penyusutan Berdasarkan Waktu
Metode yang paling umum digunakan dalam pengalokasian harga perolehan adalah metode penyusutan yang berhubungan dengan waktu pemanfaatan aktiva yang bersangkutan.
23 2) Metode Garis Lurus
Metode garis lurus adalah metode pembebanan biaya selama masa penggunaan, dengan membagi sama secara periodik. Metode ini beranggapan bahwa aktiva tetap mempunyai jasa yang sama selama umur penggunaannya. Pembebanan tidak mempertimbangkan perubahan-perubahan produksi dan efisiensi. Metode ini mempunyai kebaikan karena sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya. Perhitungan tarif penyusutan untuk metode ini dapat diformulasikan: Rumus : ………….(1) Dimana : D = penyusutan C = harga perolehan S = nilai sisa
n = taksiran umur ekonomis 3) Metode Pembebanan Menurun
Dalam metode ini, beban penyusutan pada tahun pertama akan lebih besar daripada tahun berikutnya. Metode ini didasarkan pada asumsi, bahwa akan terjadi pengurangan-pengurangan dalam efisiensi aktiva, hasil produksi, atau manfaat-manfaat lainnya sesuai dengan perjalanan umur dari aktiva itu. a. Metode Jumlah Angka Tahun
Metode penyusutan ini menghasilkan pembebanan yang semakin menurun dengan memperhitungankan suatu seri pecahan, masing-masing dengan nilai yang lebih rendah pada nilai perolehan aktiva yang disusutkan.
C - S n
24
Pecahan-pecahan dihitung berdasarkan jumlah periode usia aktiva. Bobot yang digunakan untuk masing-masing pecahan menurun itu merupakan digit-digit yang disusun terbalik denominator.
Denominator = [(n + 1) : 2] x n...(2) b. Metode Saldo Menurun
Dalam metode ini jumlah yang dipakai sebagai dasar perhitungan penyusutan periodik adalah nilai buku aktiva pada awal tahun pemakaiannya. Proporsi penyusutan yang digunakan sebagai dasar alokasi harga perolehan dari tahun ke tahun tetap jumlahnya dan biasanya dinyatakan dalam bentuk suatu persentase. Karena nilai buku aktiva ini setiap tahun selalu menurun maka beban penyusutan tiap tahunnya juga selalu menurun. Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan rumus:
Penyusutan = b x nilai buku...(3) Dimana : b = persentase yang telah ditentukan 4) Berdasarkan Penggunaan
Beban penyusutan dihubungkan dengan penggunaan aktiva sehingga beban penyusutan tiap periode berubah-ubah sesuai dengan tingkat pemanfaatannya. Umur penggunaan aktiva dapat dinyatakan dalam satuan jam atau unit produksi.
a. Metode Jam Jasa
Metode ini berdasarkan suatu anggapan bahwa aktiva tetap adalah suatu tumpukan jam kerja. Jadi membeli aktiva tetap, berarti mambeli
25
tumpukan jam kerja aktiva tersebut. Tumpukan jam kerja ini setiap kali dilepaskan apabila aktiva tetap tersebut memberikan jasanya berupa jam penggunaan. Dengan demikian, penyusutan berubah-ubah sesuai dengan jumlah jam yang dipakai. Harga perolehan aktiva tetap dibagi dengan jumlah jam penggunaan yang ditaksir menunjukkan tarif penyusutan per jam penggunaan. Tarif penyusutan diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
…………(4)
Dimana : C = harga perolehan S = nilai sisa
n = jumlah jam penggunaan selama masa penggunaan b. Metode Jumlah Unit Produksi
Metode ini berdasarkan suatu anggapan bahwa aktiva tetap ditaksir dalam satuan jumlah unit produksi yang dihasilkan. Beban penyusutan periodik dihitung atas dasar satuan hasil produksi yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan. Dengan demikian, penyusutan berubah-ubah sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Harga perolehan aktiva tetap dibagi dengan jumlah kemampuan produksi yang ditaksir menunjukkan tarif penyusutan produksi.
………..(5) Tarif Penyusutan per
Jam C -S n =
Tarif Penyusutan per Unit Produksi = C -S n
26 Dimana : C = harga perolehan
S = nilai sisa
n = taksiran total unit hasil produksi c. Metode berdasarkan jenis dan kelompok
Aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dalam satuan-satuan kecil, penyusutannya secara sendiri-sendiri kadang-kadang sulit diterapkan maka dibutuhkan metode penyusutan yang khusus, yaitu metode penyusutan group. Metode ini adalah metode garis lurus yang diperhitungkan terhadap sekelompok aktiva.
d. Group method
Metode ini bisa diterapkan apabila aktiva tetap mempunyai syarat-syarat sebagai berikut: dibeli dalam waktu yang sama, merupakan satuan-satuan kecil dan diharapkan mempunyai umur penggunaan yang sama. Bila terjadi penyisihan aktiva tetap sebelum waktu yang telah diterapkan semula, maka rekening akumulasi penyusutan di debet sebesar harga perolehan aktiva yang disisihkan, dengan demikian tidak ada pengakuan keuntungan. Apabila dalam penyisihan ini bisa diperoleh nilai sisanya, misalnya berupa uang dari hasil penjualan, maka rekening akumulasi penyusutan di debet sebesar selisih harga perolehan dengan nilai yang telah direalisasi.
27 e. Composite method
Apabila aktiva terdiri dari satuan-satuan kecil tidak mempunyai umur penggunaan yang sama, maka dipakai composite method. Metode ini tetap menghendaki tarif penyusutan rata-rata untuk grup aktiva tetap. 2.1.8 Penghentian Pengakuan Aktiva Tetap
Ada beberapa hal yang menyebabkan perusahaan menghentikan penggunaan aktiva tetap yang dimiliki yakni karena dijual, ditukar, rusak berat atau karena pelepasan lainnya. Penyusutan yang belum dibebankan pada periode bersangkutan dicatat sampai tanggal pelepasan, sehingga nilai bukunya dicatat sebesar selisih antara harga perolehan aktiva tetap dengan akumulasi penyusutannya. Apabila nilai aktiva yang bersangkutan lebih kecil dari harga pelepasannya diakui sebagai keuntungan, dan apabila nilai bukunya lebih besar dari harga pelepasannya diakui sebagai kerugian. Pada waktu aktiva tersebut dilepas, laba atau rugi pelepasan ini akan dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain atau biaya lain-lain dalam laporan laba rugi pada tahun pelepasan, sedangkan saldo dalam rekening aktiva dan akumulasi penyusutannya harus dihapuskan.
Alasan aktiva tetap diberhentikan pemakaiannya karena aktiva tetap sudah habis umur ekonomisnya, dijual sebelum habis umur ekonomisnya karena alasan tertentu, mengalami kerusakan sebelum habis umur ekonomisnya dan ditukar dengan aktiva tetap yang baru. Tujuan akuntansi terhadap pemberhentian aktiva tetap adalah.
28
1) Agar rekening-rekening yang berhubungan dengan aktiva tetap dapat menyajikan informasi mengenai harga perolehan aktiva tetap, akumulasi penyusutan aktiva tetap dan nilai buku secara wajar.
2) Agar rekening laba rugi dapat menyajikan informasi mengenai penghasilan dan biaya secara wajar termasuk didalamnya laba rugi pemberhentian pemakaian aktiva tetap.
2.1.9 Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan
Hasil akhir dari proses akuntansi disebut laporan keuangan, yang berisi informasi kuantitatif mengenai keuangan perusahaan untuk dipergunakan sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan maupun pihak-pihak diluar perusahaan (pemakai informasi eksternal). Penyajian laporan keuangan dapat digolongkan menjadi dua yaitu.
1) Posisi keuangan pada akhir periode yang disebut neraca.
2) Perubahan posisi keuangan pada suatu periode, meliputi: laporan perhitungan laba rugi dan laporan perubahan modal.
Aktiva tetap dalam penyajiannya dalam laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai buku, yakni nilai perolehan dikurangi akumulasi penyusutannya. Standar Akuntansi Keuangan menyatakan setiap pemilikan aktiva tetap seperti tanah, bangunan, inventoris kantor, kendaraan, dan lain sebagainya harus dinyatakan dalam neraca terpisah dan terperinci, pada catatan atas laporan keuangan sehingga dapat memberikan informasi yang jelas bagi pembacanya.
29 2.1.10 Biaya Setelah Akuisisi
Setelah aktiva tetap dipasang dan siap untuk digunakan, dapat terjadi biaya tambahan yang berkisar dari reparasi biasa hingga penambahan yang signifikan. Masalah utamanya adalah mengalokasikan biaya-biaya ini ke periode waktu yang tepat. Secara umum, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa depan yang lebih besar harus dikapitalisasi, sementara pengeluara yang hanya ditujukan untuk mempertahankan tingkat pelayanan tertentu harus dianggap sebagai beban. Agar biaya-biaya ini dapat dikapitalisasi, tiga kondisi berikut harus dipenuhi:
- Umur manfaat aktiva harus meningkat.
- Kuantitas unit yang diproduksi oleh aktiva harus meningkat. - Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan.
Perbedaan antara pengeluaran modal (aktiva) dan pengeluaran pendapatan (beban) tidak selalu jelas. Dalam sebagian besar kasus, aplikasi yang konsisten dari kebijakan modal/beban adalah lebih penting daripada mencoba menyediakan pedoman teoritis yang umum atas setiap transaksi. 2.1.11 Reparasi
Reparasi biasa adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aktiva tetap berada dalam kondisi yang siap operasi.
Reparasi besar (seperti turun mesin) terjadi, maka beberapa periode akan menerima manfaat dan biaya itu harus diperlakukan sebagai penambahan, perbaikan atau penggantian.
30
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya tentang aktiva tetap dilakukan oleh Ida Ayu Dewi Laksmi (2007), dengan judul Analisis Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Leasing Pada CV. Semadi & Company Rent Car di Sanur Serta Pengaruhnya Terhadap Keuangan. Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimanakah perlakuan akuntansi atas aktiva tetap yang diperoleh secara leasing oleh CV. Semadi & Company Rent Car ditinjau dari sudut penyewa (leassee) serta pengaruhnya terhadap laporan keuangan khususnya laporan laba rugi dan neraca tahun 2006. Perbedaan penelitian ini terletak pada perlakuan akuntansi aktiva tetap yang sebagian besar aktiva tetap perusahaan adalah aktiva tetap leasing sedangkan penelitian ini menggunakan aktiva tetap milik perusahaan.
Ady Prianto (2005) dengan judul Analisis Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap dan Pengaruhnya terhadap Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Kepala Daerah Propinsi Bali (Ditinjau dari Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002). Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimanakah perlakuan akuntansi aktiva tetap dan pengaruhnya terhadap laporan pertanggungjawaban keuangan Kepala Daerah Propinsi Bali. Yang menjadi perbedaan penelitian ini terletak pada standar perlakuan akuntansinya yaitu penelitian sebelumnya menggunakan standar akuntansi pemerintahan atau anggaran, sedangkan penelitian ini menggunakan standar akuntansi keuangan atau komersial.
31
I Wayan Budi Rusmanta (2009), dengan judul penelitian Analisis Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Terhadap Laporan Keuangan Pada PT. Mowgli Indonesia. Adapun objek penelitian ini difokuskan pada perlakuan akuntansi aktiva tetap terhadap laporan keuangan pada PT. Mowgli Indonesia. Untuk mencapai sasaran dalam penelitian ini maka unsur-unsur variabel yang diteliti adalah, biaya operasional, harga pokok penjualan, penjualan, laba, dan neraca. Yang menjadi perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian sebelumnya tidak melakukan pemilihan metode penyusutan sedangkan penelitian ini melakukan pemilihan metode penyusutan, dan objek yang diteliti berbeda.