• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Pustaka"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

Pada latar belakang telah disebutkan bahwa diantara kendala dalam pengembangan dan penerapan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia ialah faktor sosial masyarakat sebagai pengguna energi. Sehingga perlu adanya edukasi untuk pemanfaatan potensi dari energi tersebut. Edukasi mengenai energi baru dan terbarukan pada masyarakat dapat dimulai dari jenjang pendidikan, yang mana pendidikan merupakan agen perubahan sosial yang kuat dan dapat memunculkan kesadaran akan perkembangan baru untuk pembangunan berkelanjutan masyarakat. Pendidikan menengah kejuruan merupakan bentuk satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan kesiapan peserta didiknya untuk memasuki dunia kerja serta mengembangkan sikap profesional. Salahsatu langkah untuk mengetahui peran pendidikan menengah kejuruan dalam memberi edukasi energi baru dan terbarukan dapat diketahui dari sumber belajar yang digunakan, yaitu dengan menghitung tingkat keterbacaan buku teks pelajaran tentang materi energi terbarukan yang digunakan. Definisinya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Energi Terbarukan

Populasi dunia terus meningkat setiap tahunnya, simpanan bahan bakar fosil di seluruh dunia terus dikonsumsi. Konsumsi bahan bakar fosil tidak hanya menyebabkan pencemaran lingkungan, tetapi gas rumah kaca yang dihasilkan mempercepat pemanasan global, yang mengarah pada perubahan destruktif dalam pola iklim dan naiknya permukaan laut. Sumber energi terbarukan dapat menjadi alternatif yang baik sebagai sumber energi ramah lingkungan. Penelitian serupa pernah dilakukan di Jepang dengan mengeksplorasi bahaya ketergantungan bahan bakar fosil pada negara-negara pengimpor bahan bakar fosil yang besar, situasi energi di Jepang, perubahan kebijakan energi, dan kebutuhan Jepang untuk mengembangkan dan memperluas fasilitas tenaga surya dan hidroelektriknya. commit to user commit to user

(2)

Sumber energi terbarukan akan menjadi sumber energi primer yang semakin besar ketika negara-negara, termasuk Jepang, menginvestasikan lebih banyak biaya dan upaya untuk mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi terbarukan (Kwan, 2018).

Pemerintah Indonesia terus mendorong pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) untuk menggantikan energi fosil secara bertahap. Berbagai regulasi terus dibangun yang disertai dengan pengaturan tarif untuk memenuhi kebutuhan energi secara maksimal untuk beberapa dekade mendatang.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), penggunaan EBT akan menjadi prioritas, sementara energi berbasis fosil seperti solar dan batubara penggunaannya diminimalkan.

Dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2018-2027, disebutkan kontribusi EBT dalam bauran energi pembangkitan tenaga listrik ditargetkan naik mencapai 23 persen pada 2025 (RUPTL, 2018).

a. Pengertian Energi Terbarukan

Energi Terbarukan merupakan Energi yang berasal dari Sumber Energi Terbarukan. Sumber Energi Terbarukan ialah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut (Government of Indonesia, 2014).

Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang ramah lingkungan, karena tidak menghasilkan pencemaran lingkungan serta tidak termasuk penyebab dari perubahan iklim dan pemanasan global, karena energi yang dihasilkan berasal dari proses alam yang berkelanjutan seperti angin, air, sinar matahari, panas bumi, dan biofuel. Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumber energi terbarukan dalam jumlah sangat besar karena pengaruh astronomis dan geografis negara Indonesia. Potensi sumber energi terbarukan yang terkandung di Indonesia seperti energi panas bumi, surya, air, laut, dan bioenergi.

commit to user commit to user

(3)

b. Jenis – Jenis Energi Terbarukan

Secara umum energi terbarukan dibagi menjadi energy matahari, energi panas bumi, energi air, energi angin, energi air laut dan bioenergy.

1) Energi Matahari (Solar Energy)

Energi matahari adalah sumber energi yang berasal dari cahaya matahari yang sampai ke permukaan bumi. Tenaga matahari ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan, salah satunya sebagai pembangkit listrik.

2) Energi Panas Bumi (Geothermal)

Energi panas bumi adalah sumber energi yang berasal dari dalam inti atom bumi. Sumber energi ini memiliki jumlah yang sangat melimpah.

3) Energi Air (Hydropower)

Energi air ini pemanfaatannya berupa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pembangkit tenaga air mengubah energi dalam aliran air menjadi listrik.

4) Energi Angin (Wind Energy)

Energi angin adalah sumber energi yang berasal dari gerakan angin, Sumber energi ini banyak digunakan sebagai penggerak kincir angin untuk pembangkit listrik.

5) Energi Air laut (Ocean Energy)

Energi air laut menghasilkan energi mekanik dari pasang surut dan gelombang. Energi pasang surut air laut adalah sumber energi yang dihasilkan dari gerakan pasang surut air laut. Sedangkan energi gelombang menggunakan tenaga mekanik untuk secara langsung mengaktifkan generator. Pemanfaatan sumber energi ini yaitu untuk menjadi listrik.

6) Bioenergy

Bioenergy adalah sumber energi yang berasal dari sumber hayati.

Bioenergy ini dikelompokkan lagi menjadi dua jenis, yaitu biomassa dan biofuel.

commit to user commit to user

(4)

Bentuk utama energi terbarukan yang digunakan saat ini adalah energi biomassa, listrik tenaga air, energi angin, energi matahari, dan energi panas bumi. Meskipun beberapa sumber energi terbarukan lainnya telah banyak dibahas, namun kelima jenis ini berkemungkinan besar masih dominan pada tahun 2050. Dalam menilai kemungkinan masa depan masing-masing jenis energi terbarukan, penting untuk mengetahui faktor-faktor apa yang cenderung meningkat atau mengurangi output masa depan mereka.

Diantaranya pengembalian energi pada energi input, potensi teknis, dampak yang akan terjadi pada penggunaan lahan, iklim, dan perubahan lingkungan lainnya pada ketersediaannya, dan sebagai alternatif, efek produksi energi terbarukan terhadap lingkungan (Moriarty & Honnery, 2019).

2. Energi Terbarukan dari Sumber Panas Bumi

Energi panas bumi adalah energi panas yang disimpan di lapisan dalam bumi yang terdiri dari batuan dan cairan (AEPE, 2015). Energi panas bumi diperoleh secara alami dari interior bumi sebagai sumber energi panas. Asal usul panas dikaitkan dengan struktur internal planet dan proses fisik yang terjadi di sana. Meskipun panas hadir di kerak bumi dalam jumlah besar, belum lagi bagian terdalam, tidak merata, jarang terkonsentrasi, dan seringkali pada kedalaman terlalu besar untuk dieksploitasi secara mekanis. Panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang dapat berkontribusi pada solusi krisis global dari perubahan iklim saat ini.

Panas bumi banyak digunakan berbagai negara sebagai pembangkit listrik seperti dengan total kapasitas global sekarang berada pada angka 14.369 MW.

Amerika Serikat menjadi negara pengguna panas bumi terbesar, yang diikuti oleh indonesia, Filipina, Turki, Selandia Baru, Mexico, Italia, Islandia, Kenya, dan Jepang (Think Geo Energy, 2018). Kegiatan pembangunan terbatas melihat negara-negara seperti Indonesia dan Turki menarik sebagian besar perhatian dunia, yang menjadikan Indonesia menjadi Negara nomor 2 tertinggi dalam pengunaan panas bumi. Kapasitas tersebut ternyata masih dalam taraf pemanfaatan rendah, berkisar 6,5% dari potensi panas bumi 29.544 MW (ESDM, 2018). commit to user commit to user

(5)

Indonesia adalah negara yang juga kaya akan potensi panas bumi, karena termasuk dari daerah vulkanik. Hal ini disebabkan karena kondisi geografis Indonesia yang dilewati oleh jalur Cincin Api yakni jalur gunung berapi membentang di Indonesia dari ujung Pulau Sumatera sepanjang Pulau Jawa, Bali, NTT, NTB menuju Kepulauan Banda, Halmahera, dan Pulau Sulawesi.

Sumber daya panas bumi yang termanfaatkan di Indonesia telah mencapai 1.948,5 MW yang terdiri dari 13 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang tersebar di 11 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP).

Tabel 2.1 Pembangkit Panas Bumi Indonesia

No PLTP Kapasitas Total WKP, Lokasi

1 PLTP Sibayak 12 MW Sibayak – Sinabung,

Sumatera Utara

2 PLTP Sarulla 330 MW Sibual-buali, Sumatera Utara

3 PLTP Ulubelu 220 MW Waypanas, Lampung

4 PLTP Salak 377MW Cibeureum – Parabakti, Jawa

Barat

5 PLTP Wayang Windu 227 MW Pangalengan, Jawa Barat

6 PLTP Patuha 55 MW Pangalengan, Jawa Barat

7 PLTP Kamojang 235 MW Kamojang – Darajat, Jawa Barat

8 PLTP Darajat 270 MW Kamojang – Darajat, Jawa Barat

9 PLTP Dieng 60 MW Dataran Tinggi Dieng, Jawa

Tengah

10 PLTP Karaha 30 MW Karaha Bodas, Jawa Barat

11 PLTP Matalako 25 MW Matalako, NTT

12 PLTP Ulumbu 10 MW Ulumbu, NTT

13 PLTP Lahendong 120 MW Lahendong Tompaso, Sulawesi Utara Sumber: (ESDM, 2018)(ESDM, 2018)

commit to user commit to user

(6)

Berdasarkan tabel sebaran Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah terpasang sebatas berada di wilayah Sumatra utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Sulawesi Utara. Seperti yang telah diketahui, potensi wilayah panas bumi Indonesia tersebar di beberapa pulau seperti Jawa, Sulawesi, Sumatera, Maluku, Bali dan Nusa Tenggara.

3. Pendidikan sebagai Media

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting karena pendidikan mempunyai tugas dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi pembangunan bangsa dan negara. Definisi pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 dalam pasal 1 ayat 1, adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan pengajaran, bimbingan dan/atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang (Republik Indonesia, 1989). Menurut Ki Hajar Dewantoro, lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga yang disebut sebagai Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat, hal itu sejalan yang dinyatakan oleh Nurhadi bahwa yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah keluarga, sekolah dan masyarakat (Nurhadi, 2018). Jenjang pendidikan pada jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Penelitian ini mengambil jenjang pendidikan menengah, pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.

Pendidikan jenjang menengah yang dibahas pada penelitian ini berupa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bagian dari pendidikan menengah didalam sistem pendidikan nasional yang mempunyai tujuan menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional, menyiapkan siswa dalam memilih karier, maupun berkompetensi dan pengembangan diri, menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia kerja dan industri pada masa mendatang, menyiapkan lulusan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif (Putri, 2019). Faktor penunjang dalam proses belajar commit to user commit to user

(7)

mengajar disekolah mencangkup tiga hal pokok, yaitu pendidik, peserta didik, dan sumber belajar. Dalam proses pembelajaran, posisi pengajar sebagai fasilitator, sedangkan peserta didik sebagai objek dan subjeknya. Keduanya akan saling berpengaruh satu sama lain beserta sumber belajar yang tepat dan sesuai.

a. Sumber Belajar

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran antara lain disebabkan belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal. Sumber belajar merupakan sebuah bahan ajar yang digunakan pada proses belajar dan pembelajaran yang bertujuan untuk mempermudah tujuan serta proses pembelajaran yang berlangsung (Ashfahany, Adi, &

Hariyanto, 2017, p. 261).

Menurut Association for Educational Communications and Technology (dalam Komalasari, 2013: 108), sumber pelajaran adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.

b. Jenis – Jenis Sumber Belajar

Sumber belajar dibedakan menjadi dua jenis menurut Association for Educational Communications and Technology (dalam Komalasari, 2010:109) yaitu :

1) Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design)

Sumber belajar yang dirancang merupakan sumber belajar yang secara khusus atau sengaja dirancang atau dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Contoh : buku pelajaran, modul, VCD pembelajaran, dan lain lain.

2) Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization)

Sumber belajar ini merupakan sumber belajar yang secara tidak langsung dirancang atau dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, tetapi dapat

commit to user commit to user

(8)

dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contoh : surat kabar, siaran televisi, pasar, terminal, dan lain-lain.

Salah satu sumber belajar yang paling umum digunakan disekolah ialah buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran merupakan buku yang dijadikan sebagai dasar pengajaran dalam proses belajar mengajar. Buku teks ini berisi materi yang telah disesuaikan dengan perkembangan dari bidang yang dibahas. Andi Prastowo menyebutkan bahwa buku teks merupakan suatu buku tentang satu bidang ilmu tertentu yang ditulis berdasarkan sistematika dan organisasi tertentu sehingga memudahkan proses pembelajarannya, baik oleh guru maupun oleh siswa. (Andi Prastowo, 2018:204).

4. Keterbacaan Buku Teks Pelajaran

Dunia pendidikan menggunakan indeks keterbacaan dalam mengevaluasi sebuah buku teks (Wefelmeyer & Beth, 2017). Guru ataupun orang yang tertarik dengan keterbacaan ini dapat dengan mudah menemukan situs keterbacaan hanya dengan cara mengirimkan teks atau URL untuk mengetahui tingkat bacaan yang dinyatakan sebagai tingkat nilai untuk bagian teks tertentu.

Penelitian mengenai keterbacaan sebelumnya pernah dilakukan di Amerika dengan membahas indeks ini, aplikasinya, dan kelemahan dari penggunaannya.

Sebagian besar situs melaporkan lima indeks yang berbeda diantaranya Indeks Keterbacaan Otomatis, Kemudahan Membaca Flesch, Skor Flesch-Kinkaid, Indeks GunningFogg, dan Indeks SMOG. Asumsi yang melekat dalam semua indeks keterbacaan ini adalah bahwa perbedaan dan keterbacaan dapat diketahui dari jumlah dan panjang kata per kalimat, baik dihitung melalui suku kata atau huruf. Kata familiar juga harus dipertimbangkan ketika berbicara tentang keterbacaan. Diasumsikan pula bahwa kata-kata panjang dan kalimat panjang berkorelasi negatif dengan keterbacaan (Wefelmeyer & Beth, 2017).

Penelitian keterbacaan sebelumnya pernah dilakukan pada tahun 2018 di Indonesia yaitu penelitian yang menganalisis tingkat keterbacaan dari wacana buku teks pelajaran bahasa indonesia kurikulum 2013 revisi 2017 menggunakan teknik fog indeks dengan perolehan nilai rata-rata 3.53 yang commit to user commit to user

(9)

artinya termasuk dalam tingkat keterbacaan tinggi, yakni wacana buku tersebut mudah dipahami oleh siswa (Silalahi & Lubis, 2018). Penelitian serupa pernah dilakukan pada tahun 2019 oleh Fransisca dengan menggunakan formula keterbacaan grafik fry dan respon pembaca. Skor yang diperoleh sebesar 3.75 dengan kategori valid dan didukung dengan skor hasil dari respon siswa sebesar 86,87 % dengan kategori sangat baik. (Puteri & Raharjo, 2019).

Penelitian keterbacaan yang membahas energi terbarukan pernah juga dilakukan pada tahun 2017, keterbacaan yang diteliti pada penelitian ini bukan bersumber pada buku teks pelajaran melainkan keterbacaan pada informasi online untuk meningkatkan pemahaman teknologi energi biomassa (Biddinika, 2017).

Pada dasarnya, tingkat keterbacaan itu dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu melalui formula keterbacaan dan melalui respon pembaca. Formula keterbacaan merupakan suatu instrumen untuk memprediksi kesulitan dalam memahami bacaan. Skor keterbacaan berdasarkan formula ini didapat dari jumlah kata yang dianggap sulit, jumlah kata dalam kalimat, bangun kalimat, dan susunan paragraf.

B. Kerangka Berpikir

Kebijakan energi nasional menetapkan target energi primer menggunakan baruan energi baru dan terbarukan (EBT). Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan ketahanan energi berkelanjutan dan untuk mengurangi penggunaan energi fosil. Energi terbarukan dari sumber panas bumi menjadi pertimbangan melihat potensi besar dari sumberenergi panas bumi.

Potensi energi baru dan terbarukan (EBT) Indonesia masih belum dimanfaatkan secara optimal karena berbagai faktor kendala dalam penerapannya, salah satunya yaitu faktor sosial masyarakat sebagai pengguna energi. Pendidikan memiliki peran penting dalam memberi edukasi mengenai energi terbarukan.

Dari uraian tersebut, maka diduga bahwa keterbacaan buku teks pelajaran di sekolah akan berpengaruh pada pemahaman peserta didik terhadap energi baru dan terbarukan. Diantara beberapa buku teks pelajaran sekolah menengah kejuruan yang terdapat materi energi terbarukan dari sumber panas bumi terdapat beberapa istilah baru, namun dari segi bahasa cukup mudah dipahami oleh peserta commit to user commit to user

(10)

didik. Hal ini besar pengaruhnya dengan pemahaman peserta didik terhadap informasi yang disampaikan oleh buku tersebut. Dengan demikian semakin tinggi keterbacaan buku teks pelajaran akan memberikan dampak yang baik pula dalam pengetahuan masyarakat serta pengembangan energi terbarukan di Indonesia.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran tersebut akan diringkas dalam gambar 2.1 sebagai berikut.

Diagram 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Kebijakan Energi Energi Baru dan

terbarukan (EBT)

Sumber energi terbarukan panas

bumi

Pendidikan Sebagai salah satu

media edukasi energi terbarukan Pendidikan

kejuruan jenjang menengah

Keterbacaan buku teks pelajaran tentang energi terbarukan dari

sumber panas bumi

commit to user commit to user

Gambar

Tabel 2.1 Pembangkit Panas Bumi Indonesia
Diagram 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Kebijakan Energi Energi Baru dan

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini variabel pengetahuan kewirausahaan, motif berprestasi, kemandirian pribadi berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan menurut Suryana (2013:2)

Dari persamaan regresi di atas diketahui bahwa nilai konstanta adalah - 8,257, jika hasil penelitian ini diterjemahkan secara kuantitatif, dapat diartikan bahwa

berbasis Komoditas Utama dan Komoditas Lokal yang memiliki daya saing.. Mendorong

Di sekitar perairan Pulau Pari, penyebaran teripang dapat dibagi berdasarkan habitat teripang yang meliputi, daerah rataan pasir (berbatasan dengan daerah pertumbuhan

Penelitian memperlihatkan adanya pengaruh gas buang kendaraan bermotor terhadap konsentrasi timbal darah yang berlokasi di Yokyakarta dengan 3 titik pengambilan

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai R Square sebesar 0,845 Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi pengaruh disiplin kerja dan komunikasi terhadap kinerja

[r]

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 6 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda – Benda yang Berkaitan dengan