• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi, ditandai dengan cepatnya perkembangan teknologi yang baru, yang juga sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Selain itu kehadiran teknologi atau inovasi-inovasi baru itu juga secara langsung mengubah cara atau pola hidup masyarakat serta menuntut adanya keseimbangan yang sesuai terutama dalam hal lingkungan sosial ekonomi umumnya selalu menjadi point utama dalam kajian mengenai seluk-beluk kehidupan masyarakat, terlebih lagi untuk Indonesia sebagai negara yang tergolong besar jumlah penduduknya dengan beranekaragam suku bangsa yang tersebar di 33 Propinsi dengan pola kehidupan yang berbeda, sehingga bisa diperkirakan juga ada banyak persoalan yang terjadi didalamnya sehubungan dengan kehidupan masyarakat didalamnya.

Di Indonesia sekarang ini banyak dilakukan pembangunan, baik dibidang industri, pertanian, ekonomi maupun jasa, dan bidang lainnya. Pembangunan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk lebih memajukan perekonomian di Indonesia., khususnya bagi masyarakat menengah kebawah yang membutuhkan banyak sekali pekerjaan ataupun lowongan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Pembangunan banyak dilakukan di daerah perkotaan, karena di kotalah pusat berbagai aktifitas perdagangan,ekonomi, industri dan, juga politik dilakukan. Tetapi di daerah pedesaan di pinggiran kota, di beberapa tempat di Indonesia juga dilakukan pembangunan. Pada hakekatnya pembangunan daerah adalah pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat didaerah dan dilaksanakan dengan merata di seluruh wilayah serta benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat sebagai perbaikan tingkat kehidupannya.

(2)

Pembangunan daerah seharusnya dilaksanakan secara terencana, terpadu, bertahap dan berlanjut serta merupakan pembangunan, dari , oleh dan untuk masyarakat sebagai pencerminan kehendak untuk terus-menerus meningkatkan kemakmuran masyarakat secara merata.

Sejak masa orde baru hingga reformasi, Indonesia telah melaksanakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan. Pembangunan juga dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan merupakan suatu proses kegiatan yang terencana dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial dan modernisasi bangsa guna meningkatkan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat, baik ekonomi, sosial, budaya maupun politik.

Pembangunan juga dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan secara sadar dan mendasar untuk menciptakan kondisi yang lebih baik. Esensi dari pembangunan itu adalah menciptakan sesuatu yang berguna yang belum ada menjadi ada dan meningkatkan yang telah ada. (Susanto, 1984 : 52)

Pembangunan yang dilakukan tidak dapat dilepaskan dari kesadaran dan tanggungjawab individu atau anggota masyarakat , untuk memikul beban pembangunan, sebab peran individu masyarakat dalam pembangunan bukan hanya sekedar objek, melainkan juga sebagai subjek dari pembangunan tersebut. Ini berarti bahwa individu/anggota masyarakat juga ikut menentukan arah dan tujuan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, agar pembangunan tidak hanya menguntungkan bagi pembuat kebijakan semata, melainkan juga bermanfaat bagi seluruh masyarakat. (Supriatna, 1999 : 5)

Dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia, perhatian terbesar dan utama diberikan pada bidang ekonomi, tanpa melupakan pentingnya pembangunan dalam bidang- bidang kehidupan lainnya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa memang keterbelakangan yang dirasakan oleh Indonesia sebagai negara ynag sedang berkembang

(3)

adalah bidang ekonomi. Apalagi setelah Indonesia telah mengalami krisis moneter dan ekonomi, serta pada masa krisis Global yang sedang melanda dunia pada saat ini. Dan bahkan sampai meluas pada krisis politik dan kepercayaan yang berlangsung hingga sekarang.

Akumulasi kondisi krisis telah banyak membawa kehancuran dan kemerosotan terutama dalam perekonomian nasional dan internasional umumnya. Lebih jauh lagi dampak krisis ini telah menyebabkan banyaknya buruh ataupun karyawan yang di PHK, sehingga menambah jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan meningkat tajam dibandingkan sebelum terjadi krisis global maupun nasional, baik penduduk yang ada di pedesaan maupun perkotaan.

Disamping itu, pembangunan lebih difokuskan kepada daerah-daerah tertentu saja, khususnya pulau Jawa, sebagai contoh Pengembangan pembangunan di kawasan Gedebage merupakan sebagian kecil dari rencana pembangunan kota Bandung dengan bertahap dan diharapkan menjadi pusat distribusi utama di daerah Bandung yang dipandang sebagai langkah strategis untuk dapat mendorong terwujudnya kota Bandung sebagai kota jasa.

Sedangkan daerah-daerah lain yang lebih produktif terutama di kawasan timur Indonesia banyak yang tidak tersentuh oleh pembangunan, namun hasil bumi yang ada di daerah tersebut wajib diberikan kepada pemerintah pusat. Banyak daerah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun masyarakatnya masih jauh berada dibawah garis kemiskinan. Ini berarti pemerataan pembangunan dan hasilnya sama sekali tidak terwujud. Inilah yang menyebabkan perekonomian nasional mengalami kehancuran dan kemerosotan, terutama setelah terjadinya krisis multidimensional dan krisis global.

Akhirnya pembangunan ekonomi secara bertahap mengalami perubahan dan pergeseran, yang semula mengandalkan sumber daya alam semesta, yaitu pertanian, minyak dan gas bumi, menjadi meningkat pada usaha industrialisasi. Salah satu petunjuk penting

(4)

dalam perubahan pembangunan ekonomi adalah perubahan struktur produksi dari dominasi sektor pertanian ke sektor non pertanian (industri dan jasa). Biasanya perubahan ini diikuti dengan transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri.

Transformasi ini terjadi karena bertambahnya jumlah penduduk terutama di desa.

Yang di ikuti dengan berkurangnya luas lahan untuk usaha di bidang pertanian yang dapat dikerjakan oleh penduduk desa tersebut, menyebabkan penduduk desa yang tidak mempunyai lahan sendiri tidak tertampung lagi untuk bekerja dalam sektor pertanian. Hal ini berdampak pada meningkatnya arus urbanisasi yang di latarbelakangi oleh pemikiran bahwa kota memberikan harapan baru bagi mereka untuk memperoleh penghidupan yang lebih baik, dimana mereka beralih kepada pekerjaan yang bergerak di bidang usaha-uasaha industri yang dapat meningkatkan pendapatan mereka. Hal ini berkaitan dengan dualisme (dua ciri, fakta/kenyataan) desa dan kota dalam bidang perekonomian di Indonesia, bahwa perekonomian pedesaan dicirikan oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan), sedangkan perkonomian perkotaan didominasi oleh sektor non pertanian (industri dan jasa).

Salah satu desa ataupun daerah yang mengalami proses transformasi yang dimaksud diatas adalah kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25 Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan.

Dulu daerah ini mengelilingi tiga “daerah Kota Madya” yaitu kota Medan yang menjadi Ibu kota Provinsi Sumatera Utara, kota Binjai dan kota Tebing Tinggi di samping berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu Langkat, Karo, dan Simalungun, dengan total luas daerah 6.400 KM2 terdiri dari 33 Kecamatan dan 902 Kampung.

(5)

Daerah ini sejak terbentuk sebagai Kabupaten sampai dengan tahun tujuh puluhan mengalami beberapa kali perubahan luas wilayahnya, karena kota Medan, Tebing Tinggi dan Binjai yang berada di daerah perbatasan pada waktu yang lalu meminta/mengadakan perluasan daerah, sehingga luasnya berkurang menjadi 4.397,94 KM2

Di awal pemerintahannya Kota Medan menjadi pusat Pemerintahannya, karena memang dalam sejarahnya sebagian besar wilayah kota Medan adalah “Tanah Deli” yang merupakan daerah Kabupaten Deli Serdang. Sekitar tahun 1980-an, pemerintahan daerah ini berpindah ke Lubuk Pakam, sebuah kota Kecil yang terletak di pinggir jalan Lintas Sumatera lebih kurang 30 kilometer dari Kota Medan yang telah ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten Deli Serdang.

Tahun 2004 Kabupaten ini kembali mengalami perubahan baik secara Geografi maupun Administrasi Pemerintahan, setelah adanya pemekaran daerah dengan lahirnya Kabupaten baru Serdang Badagai sesuai dengan U.U.No. 36 Tahun 2003, sehingga berbagai potensi daerah yang dimiliki ikut berpengaruh.

Dengan terjadinya pemekaran daerah, maka luasnya sekarang menjadi 2.497,72 KM2 terdiri dari 22 Kecamatan dan 403 desa/ kelurahan, yang terhampar mencapai 3.34 persen dari luas Sumatera Utara.

Kabupaten Deli Serdang di huni penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti : Melayu, Karo, Simalungun, Jawa, Batak, Minang, Cina, Aceh dan pemeluk berbagai agama seperti : Islam, Kristen, Hindu dan Budha, dengan total jumlah penduduk berjumlah 1.686.366 jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduknya (LPP) sebesar 2,74 persen dengan kepadatan rata-rata 616 jiwa perkilometer persegi.

(6)

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2007 mencapai 5,71 %, laju pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai pertumbuhan sebesar 5,26%. Pencapaian peningkatan pertumbuhan ini, menandakan perubahan dan peningkatan kinerja ekonomi makro di Kabupaten Deli Serdang telah berlangsung dengan baik.

Berdasarkan harga berlaku, nilai PDRB sebesar Rp. 8,4 juta lebih, sedangkan berdasarkan harga konstan adalah Rp. 2,4 juta lebih maka struktur ekonomi Deli Serdang dapat dilihat antara lain sector industri masih memegang peranan yang cukup signifikan dengan kontribusi sebesar 42,60 %, diikuti sektor pertanian sebesar 26,97 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran 17,45 %.

Ini berarti bahwa Kabupaten Deli Serdang masih sangat tergantung dari sektor-sektor tersebut di atas, sementara sektor jasa-jasa hanya memberi kontribusi sebesar 4,51 %, sektor bangunan 3,65 %, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan hanya 2,21 %.

Sementara itu, pendapatan per-kapita yang merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil proses produksi PDRB per-kapita yang diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun PDRB per-kapita atas dasar berlaku Kabupaten Deli Serdang, maka diperoleh data yaitu tahun 2004 sebesar Rp. 5.515.779,45 dan tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi Rp.

5.710.173,96.

Sedang inflasi yang terjadi pada tahun terakhir ini menunjukkan peningkatan, meskipun untuk inflasi Kabupaten Deli Serdang tetap di bawah 2 digit, yaitu sebesar 6,50 % pada tahun 2004, sedangkan pada tahun 2005 adalah 7,0 %.

(7)

Penduduk Miskin dan Tingkat Pengangguran

Kabupaten Deli Serdang masih menghadapi masalah kemiskinan yang antara lain ditandai oleh jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan dan tingginya kerentanan masyarakat untuk jatuh dibawah garis ini. Pada tahun 2004 penduduk miskin tercatat 48.492 KK atau 15,56 % sedangkan pada tahun 2005 mengalami kenaikan menjadi 49.848 KK atau 15,92 %.

Kondisi ini diperkirakan masih banyak dipengaruhi oleh situasi perekonomian secara nasional dan daerah yang belum cukup kondusif sebagai dampak dari krisis moneter yang sampai saat ini masih belum teratasi sepenuhnya, untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi rakyat. Hal ini telah diperberat lagi dengan adanya kebijakan Nasional untuk menaikkan harga BBM, sehingga daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya terhadap sandang pangan menjadi melemah.

Sementara itu, jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Deli Serdang tahun 2004 sebesar 15,85 % dari total angkatan kerja sebesar 651.419 orang, sedangkan pada tahun 2005 mencapai 15,95 % dari total angkatan kerja sebesar 664.447 orang.

Keadaan di atas terjadi terutama disebabkan oleh paradigma pembangunan khususnya dibidang ekonomi, yang terlalu diarahkan pada pencapaian pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi serta peningkatan produksi industri secara meluas guna meningkatkan pendapatan nasional, tanpa mempertimbangkan apakah pembangunan yang dilakukan telah sesuai dengan harapan seluruh rakyat serta mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Kebijakan yang dikeluarkan yang menyangkut tentang pembangunan hanya didasarkan atas kehendak dan keinginan penguasa (pemerintah) tanpa memperhatikan keinginan masyarakat dari pembangunan tersebut. Akibatnya hasil-hasil yang

(8)

diperoleh dari pembangunan hanya menguntungkan segelintir golongan tertentu saja (golongan elit) tanpa dinikmati oleh rakyat banyak.

Seperti halnya di propinsi Sumatera Utara, di daerah pedesaan yang hasil bumi, dan pertaniannya begitu melimpah, contohnya seperti di daerah Danau Toba, pulau Samosir, Berastagi, dan banyak daerah lainnya. Dan juga daerah perkotaan, seperti Medan yang memiliki industri-industri dan jasa yang begitu banyak terdapat di kota ini; baik dibidang jasa termasuk, pendirian gedung-gedung pusat perbelanjaan, seperti : mall-mall, plaza-plaza, hotel/penginapan yang megah. Dan juga bidang industri, seperti pabrik-pabrik yang banyak berdiri di Medan.

Pembangunan yang berdiri di berbagai bidang, termasuk di sektor industri yang banyak terbentuk di kota Medan dan sekitarnya yang telah banyak membantu masyarakat Medan dan sekitarnya dalam pemenuhan kebutuhan hidup baik dalam sosial dan ekonomi masyarakat.

Banyaknya daerah-daerah industri yang terdapat di Medan dan sekitarnya, adalah salah satu sumber pendapatan yang dapat diperoleh oleh masyarakat menengah kebawah, yang menunjang kebutuhan keluarga mereka. Ada beberapa daerah industri yang besar, seperti KIM (Kawasan Indutri Medan) yang terdapat di daerah Mabar, dan Tanjung morawa (KIM Medan Star), daerah industri KIM ini sangatlah luas, dari segi tempat bahkan jenis pabrik yang terdapat di dalamnya ada pabrik kayu, makanan, produk-produk kecantikan dan yang lainnya lagi. Dan juga terdapat lagi beberapa pabrik di sekitar KIM Medan Star yang termasuk besar, salah satu contohnya, adalah PT. Kedaung Group. Pabrik Kedaung tersebut juga termasuk dalam daerah kekuasaan pemerintah daerah Deli Serdang. Pabrik Kedaung ini salah satu pabrik yang bergerak dibidang produksi barang-barang untuk keperluan rumah tangga, terutama pecah-belah. PT. Kedaung ini adalah merupakan gabungan longgar dari 30

(9)

perusahaan sejenis yang tersebar di berbagai daerah bahkan negara. Pabrik Kedaung ini adalah salah satu cabang yang ada dipropinsi Sumatera Utara, dan cabang-cabang lainnya tersebar di beberapa kota/daerah di Indonesia. Seperti : Pekanbaru, Jakarta, Semarang, dan kota lainnnya. Dan Pabrik besar rekan kerjasama PT. Kedaung juga tersebar di beberapa negara tetangga, seperti : Malaysia, dan negara lainnya.

Sebelum berkembangnya daerah ataupun desa yang dipenuhi dengan sektor industri, seperti khususnya kecamatan Tanjung Morawa. Dahulunya desa/kecamatan Tanjung Morawa sebagian besar terdiri dari lahan pertanian, sebelum berkembang menjadi daerah industri.

Lahan pertanian di daerah Tanjung Morawa ini lebih luas dibanding dengan lahan pemukiman masyarakat. Sehingga masyarakat pada masa itu sebagian besar memiliki penghasilan dari bertani. Dan sebahagian besar penduduk didaerah tersebut, termasuk kedalam golongan/strata menengah kebawah.

Seiring berjalan waktu, terjadi perubahan zaman dan juga semakin canggihnya teknologi dibumi ini, banyak perubahan yang terjadi didaerah Kecamatan Tanjung Morawa ini. Semakin berkembanglah indusri-industri dari industri kecil, sedang dan industri besar.

Dan terjadi pulalah perubahan penghasilan ataupun pekerjaan yang dimiliki masyarakat daerah Tanjung Morawa tersebut. Ada diantara mereka yang menjual tanah mereka untuk dijadikan sebagai lahan industri sehingga mereka tidak berpenghasilan lagi dari bertani, sehingga mereka beralih profesi. Ada juga masyarakat kecamatan Tanjung Morawa tersebut yang tetap berpenghasilan sebagai petani, disamping bekerja di pabrik. Dan ada diantara masyarakat yang bergantung pada profesi sebagai buruh, karena tidak memiliki lahan untuk bertani.

Jelasnya dapat dilihat di kelurahan Tanjung Morawa B, di desa tersebut telah berkembang pesat sejak dulu pabrik-pabrik industri. Salah satu contohnya PT. Kedaung

(10)

Group Medan. Dampak dari hadir dan berkembangnya PT. Kedaung Group tersebut, bahwa banyak penduduk yang terserap untuk bekerja di pabrik tersebut. Dan ada juga yang berusaha/

membuka usaha di sekitar PT. tersebut. Akan tetapi masih ada juga sebagian kecil yang berprofesi sebagai petani dari anggota keluarga masyarakat Tanjung Morawa B yang bekerja di PT. Kedaung group tersebut.

B. Perumusan Masalah

Masalah merupakan pokok dari suatu kegiatan penelitian. Berdasarkan latarbelakang diatas, maka perumusan masalah yang akan dikemukakan penulis yaitu : “Bagaimana Pengaruh Kehadiran PT. Kedaung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Tanjung Morawa B ?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

C.1. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian merupakan sasaran utama yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian. Sebab tanpa tujuan, kegiatan yang akan dilaksanakan tidak akan mempunyai arah yang jelas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah :

“Untuk mengetahui bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat di kelurahan Tanjung Morawa B, semenjak hadirnya PT. Kedaung”.

C. 2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah:

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka pengembangan konsep-konsep, teori-teori terutama model penelitian tentang masalah ‘pengaruh sosial ekonomi masyarakat Tanjung Morawa B, terhadap kehadiran PT.Kedaung Penelitian ini juga

(11)

diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan khususnya terhadap studi masyarakat yang membahas masalah kehidupan sosial ekonomi masyarakat tersebut terhadap pengaruh akibat munculnya sektor industri, terkhusus berdirinya pabrik- pabrik.

(12)

D. Sistematika Penulisan.

BAB I : Pendahuluan.

Meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka.

Bab ini menguraikan tentang masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : Metode penelitian.

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian.

: Bab ini berisikan sejarah singkat tentang berdirinya PT. Kedaung, dan gambaran umum tentang lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V : Analisa Data.

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasannya.

BAB VI : Penutup.

Bab ini memuat tenatang kesimpulan dan saran yang bermanfaat.

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan perangkat lunak dengan cara kerja sistem dimulai ketika sensor loop mendeteksi mobil yang tepat berada diatas kawat lilitan, data dari sensor itu dikirim ke

kepentingan kelompok tertentu saja. Sehingga, segala bentuk hambatan dapat terselesaikan, termasuk hambatan akses bagi golongan tertentu. Bucy dalam Media Access

Gambar 7 menunjukkan tampilan menu untuk petugas lapangan. Terdapat tombol-tombol untuk melakukan pencatatan barang sesuai transaksi yang akan dilakukan. Tombol

Walaupun Pasal- pasal dalam bab ini dan berbagai peraturan turutannya sudah jelas dan dapat dimengerti dengan baik oleh para pelaku bisnis di bidang

KAJIAN TUGAS AKHIR STRATA SATU (S1)  FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS INDONESIA Shinta T. Effendy 1 , Rahmat M. Samik­Ibrahim 2

Berdasarkan gambar 4.39 diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai kualitas suatu sistem (quality) maka kinerja sistem tersebut semakin baik, semakin tinggi

Berdasarkan tabel 9, dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan asesmen keterampilan proses sains yang dimiliki mahasiswa baik, penilaian tertinggi dari keterampilan

3.2 Profil karakter morfo-agronomis padi yang diamati 12 3.3 Analisis ragam karakter kuantitatif pada 93 aksesi padi warna lokal 16 3.4 Keragaman karakter kualitatif pada 93