• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH (KURS) DAN TINGKAT PDB TERHADAP EKSPOR INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH (KURS) DAN TINGKAT PDB TERHADAP EKSPOR INDONESIA"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH (KURS) DAN TINGKAT PDB TERHADAP EKSPOR INDONESIA

OLEH

RHEA HAURA 150523058

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)
(4)

skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Nilai Tukar (KURS) Dan PDB Terhadap Ekspor Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari lembaga pemerintahan dan masyarakat atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat ijin, dan/ atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2018 Penulis

Rhea Haura 150523058

(5)

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH (KURS) DAN TINGKAT PDB TERHADAP EKSPOR INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah (kurs) dan tingkat PDB terhadap ekspor di Indonesia pada tahun 1994-2013.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Bank Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode analisis regresi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, data berkala (time series) dan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai tukar rupiah (kurs) secara signifikan berpengaruh positif terhadap ekspor dan variabel PDB secara siginifikan berpengaruh positif terhadap ekspor di Indonesia.

Kata Kunci: NILAI TUKAR RUPIAH (KURS), PDB, EKSPOR.

(6)

This study aims to analyze the influence of exchange rate of rupiah (exchange rate) and level of GDP to export in Indonesia in 1994-2013.

The data used in this research is taken from Bank Indonesia. The method used is regression analysis method. Data analysis techniques used in this study are descriptive statistical analysis, periodical data (time series) and the classical assumption test.

The result showed that the exchange rate of Rupiah (exchange rate) significantly had positive effect on export and GDP variable significantly influenced export in Indonesia.

Keywords: RUPIAH EXCHANGE RATE (KURS), GDP, EXPORT.

(7)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (KURS) Dan Tingkat PDB Perkapita Terhadap Ekspor Indonesia” dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

1. Kedua orang tua tercinta Bapak yang saya cintai Irfan dan Ibunda Yurleni yang telah mendidik, merawat dan memberikan saya cinta, doa, dan kasih sayang yang sangat besar kepada saya.

2. Bapak Prof. DR. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP, selaku Ketua Program Studi S1 dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada saya selama masa pendidikan.

5. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku dosen penguji I yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec selaku dosen penguji II yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan segenap civitas akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah berbagi ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama proses perkuliahan.

8. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman Program Studi

(8)

kasih atas segala bentuk bantuan yang diberikan kepada saya.

Medan, 2018 Penulis

Rhea Haura NIM:150523058

(9)

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Tukar (Kurs) ... 8

2.1.1 Pengertian Nilai Tukar... 8

2.1.2 Sistem Nilai Tukar... 10

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar... 13

2.1.4 Teori Kurs... 14

2.2 Pasar Valuta Asing... 17

2.2.1 Fungsi Pasar Valuta Asing... 18

2.2.2 Efisiensi Pasar Valuta Asing... 19

2.2.3 Stabilitas Pasar Valuta Asing... 20

2.3 Ekspor ... 21

2.3.1 Pengertian Ekspor... 21

2.3.2 Prosedur Ekspor... 22

2.3.3 Dokumen Ekspor... 24

2.3.4 Teori Ekspor... 27

2.3.5 Manfaat Ekspor... 29

2.4 PDB/ GDP... 29

2.4.1 Pengertian PDB... 29

2.5 Penelitian Terdahulu ... 32

2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 35

2.7 Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 36

(10)

3.7.1 Metode Analisis Regresi ... 39

3.7.2 Metode Asumsi Klasik... 40

3.7.3 Uji Statistik... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Deskripsi Data Penelitian ... 47

4.2 Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 48

4.2.1 Uji Normalitas... 48

4.2.2 Uji Multikolinieritas... 49

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas... 50

4.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 52

4.4 Pengujian Hipotesis ... 53

4.4.1 Uji T... 53

4.4.2 Uji F... 54

4.4.3 Koefisien Determinasi... 55

4.5 Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 32

4.1 Hasil Standart deviasi ... 47

4.2 Hasil Standart mean dan deviasi PDB ... 48

4.3 Hasil Standart mean dan deviasi Ekspor ... 48

4.4 Hasil Uji Normalitas ... 49

4.5 Hasil Uji Multikolineritas ... 50

4.6 Hasil Estimasi Regresi Berganda ... 52

4.7 Hasil Uji T ... 53

4.8 Hasil Uji F ... 54

4.9 Hasil Koefisien Determinasi... 55

(12)

3.1 Daerah Uji F ... 44

3.2 Daerah Uji T ... 45

4.1 Normalitas ... 49

4.2 Heterokeditas ... 50

(13)

No. Lampiran Judul 1. Hasil olahan data

2. Hasil Uji Normalitas 3. Hasil Uji Heterokeditasitas 4. Hasil Uji Multikolineritas 4. Hasil Uji Autokolerasi 5. Hasil Estimasi Berganda

(14)

Globalisasi yang saat ini dialami oleh semua negara di dunia secara tidak langsung mengakibatkan hampir setiap negara yang ada menjalankan sistem perekonomian terbuka. Setiap negara tersebut membuka diri terhadap perdagangan internasional. Perdagangan internasional menjadi penghubung antara perekonomian dalam negeri dan perekonomian luar negeri. Kegiatan perdagangan internasional itu muncul karena pada kenyataannya setiap negara tidak dapat mencukupi kebutuhannya sendiri. Kegiatan perdagangan internasional merupakan kegiatan tukar menukar barang maupun jasa antara dua negara atau lebih. Demi kelancaran terjadinya transaksi perdagangan internasional yang efisien maka uang ditetapkan sebagai alat pembayarannya. Perbedaan nilai mata uang yang digunakan oleh setiap negara yang melakukan perdagangan internasional menimbulkan perbedaan nilai tukar atau biasa disebut dengan kurs.

Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. (Bank Indonesia). Pasca krisis keuangan tahun 1997/1998, Indonesia telah mengubah rezim nilai tukar dari rezim kurs tetap beralih ke rezim kurs mengambang. Pada rezim ini, nilai tukar yang terbentuk di pasar valuta asing akan dipengaruhi oleh setiap transaksi internasional. Hal ini menyebabkan nilai tukar dapat mengalami fluktuasi yang disebabkan oleh berbagai tekanan di pasar valuta

(15)

2

asing. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, gejolak yang terjadi di dunia internasional sangat berpotensi dalam menimbulkan tekanan yang sangat besar bagi pasar valuta asing (Bank Indonesia. 1997).

Kondisi perekonomian suatu negara dapat dilihat pada pendapatan perkapita yang diperolehnya. Pendapatan perkapita dapat mengukur tingkat daya beli masyarakat pada suatu negara. Menurut Pass dan Lowes dalam Kamus Lengkap Bisnis (2006) mendefinisikan daya beli sebagai kemampuan membayar untuk memperoleh barang dan jasa yang dikehendaki atau dibutuhkan. Kemampuan membayar atas barang dan jasa tersebut mengalami kenaikan atau penurunan dapat diukur melalui pendapatan yang diperoleh. Menurut Sukirno (2010) data pendapatan perkapita penduduk suatu negara memberikan gambaran sebanyak apa uang yang dimiliki seseorang untuk dibelanjakan. Fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS serta daya beli masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor makroekonomi. Faktor yang digunakan sebagai variabel independen yang dapat mempengaruhi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS dan daya beli masyarakat di Indonesia yaitu ekspor, impor dan pertumbuhan ekonomi.

Ekspor merupakan pengiriman dan penjualan barang-barang maupun jasa yang diproduksi didalam negeri ke luar negeri. Jumlah ekspor yang naik akan menyebabkan permintaan akan mata uang domestik naik dan nilai tukar Rupiah menguat. Jumlah ekspor yang tinggi juga mengakibatkan tenaga kerja pada suatu negara terserap secara penuh sehingga pengangguran berkurang dan meningkatkan pendapatan perkapita negara tersebut sehingga daya beli meningkat.

(16)

Salah satu variabel ekonomi makro terpenting yang menentukan apakah perekonomian terbuka atau perekonomian terbuka atau perkenomian tertutup adalah ekspor. Biasanya semakin tinggi angka ekspor maka akan membuat semakin terbuka perekonomian negara tersebut dalam alur perekonomian dunia.

Hampir seluruh negara di dunia memiliki perekonomian terbuka. Cuma kadarnya saja yang berbeda-beda. Tergantung kebijakan negara tersebut dalam mengatur kegiatan ekspor dan impor.

Secara makro ekonomi, perekonomian yang berbasis ekspor memiliki beberapa keunggulan diantaranya: (1) Kegiatan ekspor akan mendatangkan cash inflow berupa valuta asing sebagai pembayaran atas produk yang dijual keluar

negri. Valuta asing yang diterima tentu akan menambah cadangan devisa negara pengekspor, yang pada akhirnya dapat memperkuat fundamental ekonomi negara tersebut. (2) Kegiatan ekspor akan mampu menyerap banyak tenaga kerja, terutama untuk ekspor non migas. Ini tentu saja sangat cocok untuk Indonesia yang memiliki banyak angkatan kerja. (3) Negara yang berbasis ekspor adalah memudahkan dalam pencapaian tujuan kemandirian perekonomian. Negara- negara yang menggantungkan kebutuhan nasionalnya dengan mengimpor barang dari luar, akan mudah terimbas gejolak perekonomian.

Nilai tukar (kurs) merupakan suatu mata uang terhadap mata uang asing lainnya yang memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional.

Dengan mengetahui kurs, memungkinkan kita untuk membandingkan harga-harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. Bila nilai uang suatu negara melemah terhadap nilai uang lainnya ( mengalami depresiasi), ekspornya bagi luar

(17)

4

negri akan menjadi murah, sedangkan impor bagi penduduk negara tersebut menjadi semakin mahal. Sebaliknya, bila nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya (mengalami apresiasi) maka harga produk negara itu bagi pihak luar negeri makin mahal, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik lebih murah. Tinggi rendahnya dari pada nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang lainnya, ditentukan oleh interaksi penjual dan pembeli valas di pasar valuta asing dari berbagai rumah tangga, perusahaan dan lembaga- lembaga keuangan guna keperluan pembayaran internasional. Kurs yang terlalu terdepresiasi atau terapresiasi akan memperburuk kondisi perekonomian khususnya dari sektor perdagangan internasional. Pengaruhnya adalah nilai tukar yang terlalu melemah akan menimbulkan harga ekspor yang terlalu murah sedangkan harga impor tinggi yang akan mempengaruhi ketidakseimbangan neraca perdagangan. Sebaliknya, bila terlalu menguat harga ekspor diluar negeri menjadi mahal sehingga barang-barang ekspor kurang bersaing khususnya dari segi harga dipasar internasional. Oleh sebab itu, Pemerintah dan Bank Indonesia selaku otoritas moneter harus dapat mengendalikan nilai kurs melalui berbagai kebijakan moneter yang ada.

Pendapatan perkapita sering digunakan untuk mengukur kemakmuran sebuah negara. Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator perekonomian yang dianggap sebagai ukuran yang baik untuk menilai perekonomian suatu negara. Pada dasarnya, PDB adalah jumlah nilai akhir dari seluruh sektor manufaktur dan jasa, baik atas dasar harga berlaku (PDB nominal) dan atas dasar harga konstan (PDB riil) (Mankiw, 2003). PDB suatu negara

(18)

dihitung berdasarkan oleh nilai-nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari seluruh daerah di negara tersebut. Salah satu kelemahan dalam proses perhitungan PDB adalah tidak masuknya kegiatan underground economy atau yang dikenal dengan beberapa nama lainnya seperti : hidden, unreported, informal, gray, shadow, illegal. Kegiatan penyelundupan barang ke luar negeri,

seperti kayu, bahan bakar minyak (BBM), sampai hewan-hewan langka yang dilindungi, maupun kasus-kasus masuknya barang-barang dari China ke Indonesia tanpa melalui pintu bea cukai, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya ketidaksamaan pencatatan nilai impor negara kita dari Cina dan nilai ekspor negara tersebut ke Indonesia, merupakan beberapa contoh kegiatan yang sering dianggap sebagai ekonomi bawah tanah (underground economy). Selain tidak tercatat dalam perhitungan PDB, kegiatan underground economy dapat merugikan negara dilihat dari sisi penerimaan pajak yang hilang. Sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan underground economy tidak hanya memengaruhi perekonomian suatu negara dari sisi PDB, melainkan juga dari sisi APBN atau penerimaan negara.

Semakin besar pendapatan perkapita, negara tersebut akan dinilai semakin makmur. Dalam bidang ekonomi, produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu.

PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membuat skripsi dengan judul “Analisis

(19)

6

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Tingkat PDB Terhadap Ekspor Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terhadap ekspor Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh PDB terhadap ekspor Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan judul penelitian serta bertolak pada rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh fluktuasi nilai tukar rupiah atas dollar Amerika berpengaruh negatif terhadap ekspor Indonesia.

2. Untuk menganalisis tingkat PDB berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilaksanakan maka diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a) Bagi Akademisi

Dapat memberikan serta menambah pengetahuan baru mengenai pengaruh kenaikan nilai tukar rupiah dan PDB ekspor Indonesia.

(20)

b) Bagi Peneliti

Sebagai bahan informasi dan menambah literatur bagi pihak-pihak lain yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang pengaruh kenaikan nilai tukar rupiah dan PDB ekspor Indonesia.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Tukar (Kurs)

2.1.1 Pengertian Nilai Tukar (Kurs)

Nilai tukar atau kurs, merupakan harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (Pilbeam, 2006). Sedangkan Krugman (2003) mengartikan nilai tukar adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang yang lain. Nilai tukar suatu mata uang dapat didefenisikan sebagai harga relatif dari mata uang terhadap mata uang negara lainnya. Pergerakan nilai tukar dipasar dapat dipengaruhi oleh faktor fundamental dan non fundamental. Faktor fundamental tercermin dari variabel-variabel ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, perkembangan ekspor dan impor.

Kegiatan perdagangan internasional dalam kenyataannya tidak sesederhana perdagangan domestik yang hanya melibatkan interaksi antar masyarakat dalam satu negara untuk melakukan transaksi jual beli barang dan jasa dengan alat pembayarannya menggunakan mata uang sendiri. Dalam perdagangan internasional proses transaksi jual beli barang, terjadi antar masyarakat suatu negara dengan masyarakat negara lain yang menghendaki pembayaran dalam mata uang masing-masing, yang satu sama lain saling berbeda, atau paling tidak dalam mata uang tertentu yang dapat diterima secaraa internasional seperti Dollar AS, Poundsterling, Deutsmark atau Yen dan lain-lain, yang keberadaannya tersebar di banyak negara. Akan tetapi, dalam berbagai transaksi internasional, Dollar AS

(22)

paling sering digunakan. Tidak mengherankan bila Dollar AS mendapat julukan sebagai mata uang penggerak yaitu mata uang terkemuka yang secara luas digunakan sebagai suatu nilai kontrak-kontrak inernasional antara pihak-pihak yang bukan merupakan penduduk dari negara pencetak uang tersebut. Hal ini didukung oeh peran AS yang begitu penting dalam perekonomian dunia yaitu sebagai pusat perdagangan dunia.

Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruhnya yang demikian besar bagi transaksi berjalan maupun terhadap variabel-variabel makro ekonomi lainnya. Selain itu, kurs juga memainkan peranan sentral dalam perdagangan internasional, karena dengan mengetahui kurs memungkinkan kita untuk membandingkan harga-harga segenap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan dalam kegiatan ekspor dan impor.

Dalam mekanisme pasar, kus dari suatu mata uang akan selalu mengalami fluktuasi (perubahan-perubahan) yang berdampak berlangsung pada harga barang- barang ekspor impor (Dominic, 1997). Perubahan-perubahan yang dimaksud antara lain:

a. Apresiasi adalah peristiwa menguatnya nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat ini dari perubahan kurs ini adalah harga pokok dari suatu negara bagi pihak luar negri akan semakin mahal sedangkan harga produk barang impor bagi masyarakat domestik semakin akan lebih murah.

(23)

10

b. Depresiasi adalah peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs ini adalah produk negara itu bagi pihak luar negeri menjadi murah, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih mahal.

2.1.2 Sistem Nilai Tukar

Tujuan dari adanya sistem nilai tukar adalah untuk mempermudah perdagangan dan keuangan internasional. Menurut Madura (2006) sistem kurs dapat dikategorikan menurut seberapa kuat tingkat pengawasan pemerintah pada kurs, yaitu:

a. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate system)

Dalam sistem kurs tetap, kurs mata uang diatur konstan atau hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran yang sempit. Apabila kurs mulai berfluktuasi terlalu besar maka pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada pada kisaran yang diinginkan. Keuntungan sistem kurs tetap yaitu pada kondisi dimana kurs dibuat tetap, sebuah perusahaan internasional dapat melakukan kegiatan bisnisnya tanpa perlu khawatir terhadap perubahan nilai mata uang di kemudian hari. Kelemahannya yaitu adanya risiko bahwa pemerintah akan melakukan perubahan nilai mata uang secara mendadak, dan dari sisi makro sistem kurs tetap dapat membuat kondisi ekonomi sebuah negara menjadi sangat tergantung dari kondisi ekonomi negara lain.

(24)

b. Sistem kurs mengambang bebas (freely floating exchange rate system)

Dalam sistem kurs mengambang bebas, kurs ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi dari pemerintah. Pada kondisi kurs yang mengambang, kurs akan disesuaikan secara terus-menerus sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut. Keuntungan dari sistem ini yaitu kondisi ekonomi suatu negara akan lebih terlindungi dari kondisi ekonomi di negara lain. Kelemahannya tidak memerlukan campur tangan dari pemerintah.

c. Sistem kurs mengambang terkendali (managed float exchange rate system) Sistem ini berada pada sistem kurs tetap dan sistem kurs mengambang bebas.

Fluktuasi kurs dibiarkan mengambang dari hari ke hari dan tidak ada batasan- batasan resmi, pada kondisi tertentu pemerintah sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya.

d. Sistem kurs terikat (pegged exchange rate system)

Dalam sistem ini mata uang lokal mereka diikatkan nilainya pada sebuah valuta asing atau pada sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut. Mata uang yang telah diikat pada valuta asing tidak dapat diikat lagi pada mata uang yang lain. Bila telah diikat dengan Dollar AS maka mata uang tersebut harus mengikuti pergerakan Dollar AS terhadap mata uang lain.

Suatu negara tidak dapat mengingatkan mata uangnya terhadap seluruh mata uang lain, karena negara tersebut akan terpengaruholeh pergerakan mata uang lain terhadap mata uang yang menjadi ikatannya. Dalam hal pemilihan sistem nilai

(25)

12

tukar mata uang yang sesuai dengan perekonomian suatu negara, Goeltom dan Zulferdi (1998) menjelaskan bebrapa pertimbangan yang dapat digunakan dalam pemilihan sistem nilai tukar mata uang dalam suatu negara, antara lain:

 Preferensi suatu negara terhadap keterbukaan ekonominya, apakah suatu

negara lebih cenderung menerapkan kebijakan ekonomi yang terbuka atau tertutup. Apabila suatu negara lebih cenderung menerapkan sistem ekonomi sistem ekonomi yang tertutup dan mengisolasikan gejala keuangan dari negara lain, maka sistem nilai tukar mata uang tetap dapat menjadi pilihan utama. Seblaiknya apabila suatu negara lebih cenderung menerapkan sistem ekonomi yang terbuka, maka sistem nilai tukar mata uang yang lebih fleksibel yang menjadi pilhan utama.

 Tingkat kemandirian suatu negara dalam melaksanakan kebijakan

ekonomi. Misalnya, dalam pelaksanaan kebijakan moneter yang independen, suatu negara lebih memilih sistem nilai tukar yang fleksibel sebagai pilihan utama.

 Kegiatan perekonomian suatu negara. Jika kegiatan perekonomian suatu

negara semakin besar maka volume transaski ekonomi meningkat sehingga permintaan uang akan bertambah. Dalam hal ini, sistem yang tepat digunakan adalah sistem nilai tukar fleksibel, karena jika negara tersebut memiliki sistem nilai tukar tetap akan dibutuhkan cadangan devisa yang sangat besar untuk menjaga kredibilitas sistem nilai tukar.

(26)

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Keseimbangan nilai tukar akan berubah setiap waktu sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran mata uang tersebaut di pasar valuta asing.

Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang akan berpengaruh pula pada perubahan nilai tukar mata uang tersebut.

Madura (2008) menjabarkan beberapa faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain, yaitu:

a. Perubahan tingkat inflasi relatif

Perubahan tingkat inflasi relatif antara satu negara dengan lainnya akan dapat berdampak pada aktifitas perdagangan internasional. Perubahan aktifitas perdaganga internasional ini akan berpengaruh pada permintaan dan penawaran mata uang negara tersebut. Hal ini kemudian akan pula mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.

b. Perubahan tingkat suku bunga relatif

Perubahan tingkat suku bunga relatif antara satu negara lainnya akan dapat berdampak pada investasi asing. Perubahan investasi asing ini akan berpengaruh pada permintaan dan penawaran mata uag negara tersebut. Hal ini kemudian akan pula mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.

c. Perubahan tingkat pendapatan relatif

Perubahan tingkat pendapatan relatif antara satu negara dengan negara lainnya akan dapat berdampak pada tingkat permintaan ekspor dann impor negara tersebut. Perubahan permintaan ekspor dan impor ini akan berpengaruh pada

(27)

14

permintaan dan penawaran mata uang negara tersebut. Hal ini kemudian akan pula mempengaruhi nilai tukar negara tersebut.

d. Pengendalian pemerintah

Pemerintah dapat mempengaruhi keseimbangan nilai tukar mata uang dengan berbagai kebijakan, diantaranya: (1) menetapkan pembatasan nilai tukar mata uang (exchange rate barriers), (2) menetapkan pembatasan perdagangan luar negeri (foreign trade barrier), (3) melakukan intervensi pada pasar valuta asing dengan melakukan pembelian dan penjualan mata uang secara langsung di pasar, (4) mempengaruhi variabel-variabel makro, seperti inflasi, tingkat suku bunga, dan tingkat pendapatan.

e. Ekspektasi masa depan

Sebagaimana pada pasar keuangan lainnya, ekspektasi masa depan dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang pada pasar valuta asing. Umumnya ekspektasi pasar ini didasarkan atas kemungkinan terjadinya perubahan tingkat suku bunga dan kondisi ekonomi suatu negara di masa depan. Kemudian spekulator dapat memanfaatkan hal ini untuk mengambil posisi yang berakibat langsung pada perunahan nilai tukar mata uang.

2.1.4 Teori-Teori Kurs (Dominic, 1997)

A. Pendekatan perdagangan atau pendekatan elastisitas terhadap pembentukan kurs

Pendekatan perdagangan atau pendekatan elastisitas terhadap pembentukan kurs yakni, nilai tukar dari dua negara ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan barang dan jasa berlangsung diantara kedua negara tersebut. Menurut pendekatan

(28)

ini, kurs equilibrium adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai impor dan ekspor dari suatu negara. Jika nilai impor negara tersebut lebih besar daripada nilai ekspornya (artinya negara tersebut mengalami defisit perdagangan), maka kurs mata uangnya akan mengalami peningkatan (artinya mata uangnya mengalami depresiasi atau penurunan nilai tukar) dan hal itu akan berlangsung cepat dalam sistem kurs mengambang. Peningkatan kurs (angka nominalnya) atau penurunan nilai tukar mata uang tersebut akan membuat harga dari berbagai komoditi ekspornya menjadi lebih murah bagi importir atau menjadi lebih mahal bagi produk domestik. Akibatnya, lambat laun ekspor negara tersebut akan mengalami kenaikan sedangkan impornya akan terus menerus menurun sampai pada akhirnya nilai perdagangan internasionalnya benar-benar seimbang (ekspor=impor). Karena kecepatan proses penyesuaian tersebut ditentukan oleh seberapa responsif atau elastis impor dan ekspor terhadap perubahan-perubahan harga (kurs), maka pendekatan ini lebih populer dengan sebutan pendekatan elastisitas.

B. Teori papiritas daya beli (purchasing power parity theory/PPP)

Merumuskan bahwa kurs antara 2 mata uang adalah idenik dengan rasio dari tingkat harga umum dari kedua negara yang bersangkutan. Artinya, penurunan daya beli mata uang domestik akan diiringi dengan depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam paar valas.

Menurut teori ini, pasar valas berada dalam kondisi keseimbangan apabila semua deposito atau simpanan dalam berbagai valas menawarkan tingkat imbalan yang sama (Krugan, 1992). Kondisi dimana tingkatimbalan yang ditawarkan

(29)

16

semua simpanan dalam berbagai valas sama disebut kondisi paritas suku bunga (interest parity). Dengan kata lain, segenap simpanan valas menawarkan tingkat imbalan resiko kurs, dan memungkinkan perubahan kurs yang secara keseluruhan serta hingga prospek keuntungan ataupun daya tarik atas aset-aset tersebut besar.

Kenaikan suku bunga dari simpanan suatu mata uang domestik tersebut mengalami depresiasi terhadap mata uang asing, dengan asumsi kondisi lainnya tetap (perkiraan kurs dimasa mendatang tidak berubah).

C. Pendekatan Moneter (Monetary Approach)

Merumuskan bahwa kurs tercipta dalam proses penyamaan atau penyeimbangan stok atau total permintaan dan penawaran mata uang nasional di masing-masing negara. Penawaran uang di siatu negara diasumsikan dapat ditetapkan atau diciptakan secara independen oleh otoritas moneter dari negara yang bersangkutan. Namun sebaliknya, permintaan uang sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan riil negara tersebut atau harga-harga umum yang berlaku serta suku bunga, dimana permintaan uang berbanding lurus dengan harga-harga umum dan berbanding terbalik terhadap suku bunga. Pada tingkat pendapatan riil atau harga- harga tertentu, suku bunga equilibrium terbentuk pada titik perpotongan antara kurva dan kurva penawaran uang yang ada di suatu negara.

D. Pendekatan keseimbangan portofolio (portofolio balance approach)

Merumuskan bahwa kurs sesungguhnya terbentuk dalam proses dan penyeimbang stok atau total permintaan dan penawaran asset-asset finansial (dalam hal ini, uang dipandang hanya merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak jenis asset finansial) dalam setiap negara.

(30)

Menurut pendekatan ini kenaikan penawaran uang di negara domestik akan mendorong terjadinya kemerosotan di negara yang bersangkutan sehingga akan membuat para investor menukarkan obligasi domestiknya menjadi mata uang domestik dan obligasi luar negri. Pembelian secara besar-besaran atas obligasi luar negeri itu dengan sendirinya menimbulkan depresiasi atas mata uang domestik.

2.2 Pasar Valuta Asing (Valas)

Pasar valuta asing adalah tempat berlangsungnya perdagangan atau jual beli berbagai mata uang negara yang berbeda. Atau dengan kata lain, pasar valuta asing adalah tempat bertemunya pembeli atau penjual dari berbagai mata uang asing (Dominic, 1997). Secara umum, ada 4 (empat) pelaku utama dalam pasar valuta asing:

A. Para pelaku transaksi tradisional seperti para wisatawan, importir, eksportir, dan investor yang merupakan pengguna valas yang bersifat langsung.

B. Bank-bank komersial yang bertindak sebagai perantara atau lembaga kliring antara para pemakai (sumber permintaan) dan penghimpun (sumber penawaran) valuta asing yang merupakan inti (pusat) pasar valas, karena hampir semua transaksi internasional bernilai besar melibatkan kegiatan pencatatan debet dan kredit pada rekening bank-bank komersial di berbagai pusat keuangan dunia.

C. Para pialang valas yang bertindak sebagai perantara bagi bank-bank komersial di suatu negara untuk melakukan berbagai jenis mata uang di

(31)

18

kalangan perbankan itu sendiri, mereka merupakan aktor utama berikutnya dalam pasar antara bank atau pasar mata uang berskala besar.

D. Bank sentral (Central Banks) yang bertindak sebagai pembeli dan penjual terakhir dari keseluruhan valas yang ada di suatu negara. Bank sentral inilah yang bertindak sebagai aktor utama yang menyamakan pendapatan dan pengeluaran valas di suatu negara. Hal tersebut dilakukannya dengan mengurangi atau menambah cadangan devisa.

2.3.1 Fungsi Pasar Valuta Asing

Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu-lintas pembayaran internasional yaitu:

1. Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari suatu negara ke negara lain. Proses penukaran atau pemindahan dana ini dapat dilakukan dengan sistem clearing seperti halnya yang dilakukan oleh bank- bank dan para pedagang.

2. Karena sering terdapat transaksi internasional yang tidak perlu segera diselesaikan pembayarannya dan atau penyerahan barangnya maka pasar valuta asing memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian atau kontrak jual-beli dengan kredit (letter of kredit L/C)

3. Kemungkinan dilakukannya hedging. Seseorang pedagang melakukan hedging apabila dia pada saat yang bersamaan melakukan transaksi jual beli valuta asing di pasar yang berbeda, untuk menghilangkan atau mengurangi resiko kerugian akibat perubahan kurs. Hedging dapat dilakukan di pasar jangka (forward market). Pasar jangka adalah pasar dimana transaksi jual

(32)

dikemudian hari. Ini berbeda dengan spot market dimana transaksi dan penyerahan barang terjadi pada saat bersamaan.

2.3.2 Efisiensi Pasar Valuta Asing

Transaksi-transaksi tersebut diatas akan menentukan bagaimana sebuah pasar valas bekerja apakah efisien atau tidak. Sebab persoalan yang berkenaan dengan efisiensi pasar valas ini perlu kita pahami karena hanya jika pasar itu efisien maka harga-harga yang ada dapat mencerminkan nilai kelangkaan dari berbagai barang yang ada, yang selanjutnya akan menjurus pada alokasi sumber daya yang efisien.

Sebuah pasar valas dikatakan efisien (Dominic,1997), apabila kurs berjangka yang tengh berlaku secara akurat dapat memprediksikan kurs spot yang akan berlaku dimasa-masa selanjutnya. Artinya, jika kurs berjangka dapat mencerminkan semua informasi yang ada dan secara cepat menyesuaikan diri terhadap setiap informasi baru, maka para investor tidak akan dapat memperoleh keuntungan secara terus-menerus dengan mendasarkan diri pada informasi yang mereka miliki dan dalam situasi seperti itulah pasar valas dikatakan efisien.

Dengan kata lain, pasar valas dapat dikatakan efisien apabila tidak tersedia informasi yang tidak memungkinkan para investor dan spekulan secara sistematis memanfaatkannya untuk memperoleh keuntungan sepihak secara terus-menerus.

Namun diakui, pengujian terhadap efisien pasar valas itu sangat sukar untuk dilakukan. Sampai sejauh ini, pengujian empiris yang cukup komprehensif mengenai efisiensi pasar valas dilakukan oleh Levich dan sejumlah ekonom lainnya. Dalam melakukan pengujian empiris tersebut, mereka menggunakan

(33)

20

konsep efisiensi pasar valas. Sebagian besar peneliti tersebut menjunjukkan bahwa sebuah pasar valas dapat dikatakan efisien dan dapat pula disebut tidak efisien, tergantung dari definisi efisiensi itu sendiri. Sebagai contoh, sejumlah pengujian empiris menunjukkan bahwa dalam sebuah pasar valas yang efisien, sedikit sekali terbuka peluang untuk melakukan arbitrase suku bunga bebas resiko dan deviasi (penyimpangan-penyimpangan) dari paritas suku bunga, secara umum lebih kecil ketimbang biaya transaksi yang harus dipikul oleh yang hendak memanfaatkan situasi demi memetik keuntungan jangka pendek. Juga jika para spekulator tidak bisa memperoleh keuntungan atau kerugian secara terus menerus.

2.3.3 Stabilitas Pasar Valuta Asing

Di sisi lain, pasar valas juga sering mengalami gejolak sebagai dampak dari berbagai interaksi berbagai permintaan dan penawaran valas yang dapat mempengaruhi kurs valas tersebut. Keadaan ini dapat membawa pasar valas kepada situasi yang relatif stabil dan tidak stabil (Dominic,1997). Sebuah pasar valas stabil akan tercipta apabila setiap gangguan terhadap keseimbangan kurs akan memunculkan kekuatan-kekuatan koreksi secara otomatis yang selanjutnya akan mendorong kembali kurs itu kembali ketingkat equilibrium atau keseimbangannya. Hal ini terlihat tatkala kurva penawaran valas memiliki kecondongan atau besaran sudut positif, ataupun kalau besaran sudutnya itu negatif, ia tetap tidak elastis (bentuknya lebih landai) bila dibandingkan dengan kurva permintaan atas valas yang bersangkutan. Sebaliknya, sebuah pasar valas yang tidak stabil adalah apabila setiap gangguan terhadap keseimbangan kurs

(34)

justru akan mendorong kurs tersebut kian menyimpang dan semakin jauh dari tingkat equilibrium.

Selanjutnya, analisis mengenai stabil atau tidak stabilnya pasar valas dapat dipahami dalam prinsip-prinsip dasar yang terkandung pada kondisi Marshal Lerner. Kondisi Marshal Lerner menunjukkan bahwa suatu pasar valas bersifat stabil apabila penjumlahan elastisitas harga dari permintaan impor (DM) dan permintaan ekspor (DX) dalam angka-angka absolut lebih besar dari 1 (satu). Jika jumlah kurang dari 1, maka pasar valas yang bersangkutan dinyatakan tidak stabil.

Sedangkan jika penjumlahan elastisitas harga dari DM dan DX itu persis sama dengan 1, maka setiap perubahan kurs tidak akan mengubah neraca pembayaran dari negara-negara yang terkait.

2.3 Ekspor

2.3.1 Pengertian Ekspor

Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Triyoso, 2004). Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri ke luar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Utomo, 2000).

(35)

22

Ekspor adalah salah satu sektor perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara, di mana dapat mengadakan perluasan dalam suatu industri, sehingga mendorong dalam industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainnya dari perekonomian (Baldwin, 2005).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas mengenai ekspor, makna inti dari ekspor adalah kegiatan menjual barang ke luar negeri dengan tujuan mencari keuntungan baik bagi perusahaan, individu, maupun bagi negara.

2.3.2 Prosedur Ekspor

Prosedur ekspor adalah langkah-langkah atau persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk melaksanakan kegiatan ekspor barang. Dalam hal ini prosedur ekspor termasuk pengurusan dokumen-dokumen ekspor, persiapan barang ekspor, dan hal pembiayaan (Amir, 2004). Berikut adalah langkah-langkah untuk melengkapi prosedur ekspor:

a. Korespondensi, yaitu eksportir melakukan korespondensi dengan importir diluar negeri untuk menawarkan komoditas yang mau dijual

b. Pembuatan Kontrak Dagang, setelah importir setuju dengan semua kondisi yang ditawarkan oleh eksportir, kontrak dagang segera dibuat.

c. Penerbitan Letter of Credit(L/C), importir membuka L/C melalui bank koresponden di negaranya dan mengirimkan L/C tersebut ke bank devisa yang ditunjuk eksportir di Indonesia.

d. Mempersiapkan barang ekspor, dengan diterimanya L/C, eksportir segera mempersiapkan barang yang dipesan importir.

(36)

e. Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), pendaftaran dilakukan ke bank devisa dengan melampirkan keterangan sanggup membayar apabila barang ekspornya terkena pajak ekspor.

f. Pemesanan ruang kapal, dilakukan eksportir ke Perusahaan. Pelayaran Samudera atau perusahaan penerbangan.

g. Pengiriman barang ke pelabuhan. Tahapan ini dapat dilakukan oleh eksportir sendiri melalui perusahaan jasa pengiriman barang.

h. Pemeriksaan Bea Cukai, pihak Bea Cukai akan memeriksa barang-barang yang akan di ekspor beserta dokumennya. Setelah itu ia akan mendatangani pernyataan persetujuan muat yang ada pada PEB.

i. Pemuatan barang ke kapal. Setelah PEB ditandatangani oleh pihak Bea Cukai, barang bisa dimuat ke kapal. Kemudian pihak pelayaran akan memberikan B/L kepada Eksportir.

j. Surat Keterangan Asal Barang (SKA), surat ini bisa diperoleh dari Kanwil Depperindag atau kantor Depperindag setempat.

k. Pencairan L/C, apabila barang sudah dikapalkan, eksportir bisa mencairkan L/C ke bank dengan menyerahkan syarat B/L, faktur, packing list.

l. Pengiriman barang ke importir.

(37)

24

2.2.3 Dokumen Ekspor

Jenis-jenis dokumen yang diperlukan dalam melakukan ekspor antara lain:

a. Invoice

Invoice adalah dokumen nota/ faktur penjualan barang ekpor/impor. Diterbitkan oleh penjual/ eksportir/ pengirim barang. Di dalam invoice ini wajib mencantumkan: nomer dan tanggal dokumen invoice, nama pembeli/ importir/

penerima barang/ consignee/ applicant, nama barang, harga per unit (dijual berdasarkan, pcs/ kgm/ cbm/ dozen/ lainnya), harga total seluruh barang, cara penyerahan barang (FOB, CNF, CIF / lainnya).

Hal-hal diatas perlu ditulis didalam invoice, adapun informasi lain dapat disertakan seperti: nama kapal/ pesawat, no container, tempat muat dan bongkar dan sebagainya. Invoice ini juga digunakan sebagai dasar untuk menghitung pajak/ pungutan negara.

b. Packing List

Packing list adalah merupakan dokumen packing / kemasan yang menunjukkan jumlah, jenis serta berat dari barang ekspor/impor. Juga merupakan penjelasan dari uraian barang yang disebut di dalam commercial invoice. Diterbitkan oleh penjual/ eksportir/ pengirim barang. Di dalam Packing List ini wajib mencantumkan: nomer dan tanggal dokumen packing list, nama pembeli/

importir/ penerima barang/ consignee/ applicant, nama barang, jumlah dan jenis pengemas, berat bersih dan kotor dari barang-barang tercantum.

Hal-hal diatas perlu ditulis, adapun informasi lain dapat disertakan seperti:

nama kapal/ pesawat, no.container, tempat muat dan bongkar dan sebagainya.

(38)

Packing list ini juga digunakan sebagai dasar pemeriksaan barang oleh pihak- pihak terkait.

c. COO/ SKA

COO (Certificate oforigin) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Surat Keterangan Asal (SKA) merupakan suatu dokumen yang berdasarkan kesepakatan dalam suatu perjanjian antar negara baik perjanjian bilateral, regional maupun multilateral. Dokumen tersebut fungsinya sebagai “surat keterangan” yang menyatakan bahwa barang yang diekspor (atau diimpor) berasal dari suatu negara yang telah membuat suatu kesepakatan (agreement) dengan negara tersebut.

Biasanya aggreement tersebut berkaitan dengan skema Free Trade Areadalam perdagangan internasional. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa Certificate Of Origin (COO) atau Surat Keterangan Asal (SKA) merupakan dokumen yang dibuat oleh eksportir (seller) dan disertakan pada saat mengirim / mengekspor barang kesuatu negara tertentu dimana negara penerima barang tersebut telah menyepakati suatu perjanjian untuk memberikan suatu kemudahan bagi barang dari negara asal (origin) untuk memasuki negara tujuan tersebut, sebagai contoh kemudahan berupa keringanan bea masuk atau dengan kata lain fasilitas preferensi berupa pembebasan sebagian atau keseluruhan bea masuk impor yang diberikan oleh negara tertentu. Selain itu SKA juga berfungsi sebagai dokumen yang menerangkan bahwa barang ekspor tersebut benar-benar berasal,dihasilkan atau diolah di negara asal yang disebutkan di dalamnya.

(39)

26

d. L/C

Letter of credit (L/ C) adalah surat dari bank ditujukan kepada eksportir yang menyatakan atas nama nasabah mereka (importir) akan membayar atau mengaksep draft yang diterbitkan oleh eksportir, dengan ketentuan semua syarat yang ditentukan dalam L/ C telah dipenuhi.L/ C pada umumnya cenderung ditujukan untuk kepentingan eksportir dan sebagai akibatnya eksportir akan mendesak importir agar menerbitkan L/ C guna kepentingannya sebelum pengapalan barang terjadi. L/ C dapat dikeluarkan oleh pedagang importir sendiri (merchant’s L/ C) tetapi mengingat resikonya maka sering dikehendaki L/ C yang dikeluarkan oleh bank (banker’s L/ C). Dari sudut pandangan importir, L/ C yang ia minta untuk diterbitkan oleh sebuah bank tertentu adalah import credit (outward credit) dan biasanya L/ C tersebut dinamakan demikian oleh importir dan bank penerbit L/ C (opening/ issuing bank). Sebaliknya dari sudut pandangan advising bank yang meneruskan L/ C tersebut kepada eksportir atau melakukan pembayaran bertindak sebagai negotiating bank, L/ C tersebut dinamakan export credit (inward credit).

e. B/L

Bill of lading (B/L) adalah dokumen perjalanan atau pemuatan. B/L dikeluarkan oleh pihak pengangkut baik pelayaran, penerbangan atau lainnya atau agennya yang menunjukkan bahwa pengirim mengirimkan barangnya dengan kesepakatan yang tertulis di dalam B/L tersebut. B/L ini jika oleh pelayaran lazim disebut Bill Of Lading (B/L) namun untuk maskapai penerbangan disebut Airwaybill, atau bahkan ada sebutan lain Ocean B/L, Marine B/L, Sea waybill. Apapun sebutan itu

(40)

pada dasarnya sama adalah dokumen pengangkut, dan semua itu adalah dalam kategori B/L. Pendeknya B/L adalah bukti penyerahan / pengiriman barang dari pengirim kepada pelayaran untuk mengirimkan barangnya sampai ke tempat tujuan yang ditunjuk oleh si pengirim. Jadi B/L dapat berfungsi sebagai : dokumen penyerahan barang dari eksportir kepada pihak ekspedisi, dokumen kontrak perjalanan antara eksportir dengan perusahaan ekspedisi, dokumen kepemilikan barang yang tertera dalam dokumen B/L. Dalam B/L wajib disebutkan: nomer dan tanggal B/L dan di tandatangani yang mengeluarkan, nama pengirim, penerima barang, pelabuhan muat, bongkar, nama sarana pengangkut, nama kapal atau pesawat dan nomor perjalanannya, nama, jumlah dan jenis barangnya, berat bersih atau kotor barang, model penyerahan barang, ongkos perjalanan dibayar dimuka atau dibelakang.

f. Sales Contract

Sales contract adalah dokumen/surat persetujuan antara penjual dan pembeli yang merupakan follow-up dari purchase order yang diminta importer. Isinya mengenai syarat-syarat pembayaran barang yang akan dijual, seperti harga, mutu, jumlah, cara pengangkutan, pembayaran asuransi dan sebagainya. Kontrak ini merupakan dasar bagi pembeli untuk mengisi aplikasi pembukaan L/C kepada Bank.

2.3.4 Teori Ekspor

Ekspor suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain harga domestik negara tujuan ekspor, harga impor negara tujuan, inflasi, pendapatan perkapita penduduk negara tujuan ekspor selera masyarakat negara tujuan dan nilai tukar antar negara. Perubahan volume ekspor terhadap perubahan nilai tukar,

(41)

28

dalam hal ini nilai tukar rill adalah positif artinya depresiasi riil membuat produk domestik relatif makin murah sehingga merangsang ekspor (Krugman, 2005).

Jika harga relatif dari barang luar negeri meningkat (REER naik) maka masyarakat luar negeri akan mengalihkan pengeluaran mereka untuk membeli 27 barang domestik, sehingga akan memberikan efek positif terhadap ekspor.

Dengan peningkatan nilai tukar riil (terdepresiasi), maka harga produk di pasar global akan lebih murah, sehingga dapat meningkatkan ekspor.

Perubahan volume ekspor terhadap perubahan nilai tukar riil tidak selalu positif.

Hal ini karena nilai ekspor lebih dipengaruhi oleh harga pasar internasional.

Nilai tukar riil dapat berpengaruh negatif terhadap volume ekspor pada jangka pendek. Depresiasi nilai tukar riil tidak dapat langsung direspon dengan baik oleh perubahan volume ekspor, sehingga membutuhkan waktu penyesuaian untuk mengubah permintaan akan ekspor. Selain itu daya saing antar negara juga mempengaruhi besarnya perubahan volume ekspor.

Menurut Mankiw (2006), berbagai faktor yang dapat mempengaruhi ekspor, impor dan ekspor neto suatu negara meliputi :

a. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan uar negeri.

b. Harga barang-barang di dalam dan di luar negeri.

c. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing.

d. Ongkos angkutan barang antar negara.

e. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.

f. Pendapatan konsumen didalam negeri dan luar negeri.

(42)

2.3.5 Manfaat Ekspor

Secara umum, ada beberapa manfaat atau peranan yang dapat diperoleh dari kegiatan ekpor (Amir MS, 2004), antara lain:

a) Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan serta unuk memperoleh nilai jual yang lebih baik (optimalisasi laba).

b) Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestik (membuka pasar ekspor).

c) Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang.

2.4 PDB / GDP 2.4.1 Pengertian PDB

Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator yang digunakan untuk menilai apakah perekonomian berlangsung dengan baik atau buruk.

Indikator dalam menilai perekonomian tersebut harus dapat digunakan untuk mengetahui total pendapatan yang diperoleh semua orang dalam perekonomian.

Indikator yang pas dan sesuai dalam melakukan pengukuran tersebut adalah Gross Domestic Product (GDP).

Selain itu, GDP juga mengukur dua hal pada saat bersamaan : total pendapatan semua orang dalam perekonomian dan total pembelanjaan negara untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Alasan GDP dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran.

Pengertian dari GDP adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir (final) yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode. Namun, dalam GDP

(43)

30

terdapat beberapa hal yang tidak disertakan seperti nilai dari semua kegiatan yang terjadi di luar pasar, kualitas lingkungan dan distribusi pendapatan. Oleh sebab itu, GDP per kapita yang merupakan besarnya GDP apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk di suatu negara merupakan alat yang lebih baik yang dapat memberitahukan kita apa yang terjadi pada rata – rata penduduk, standar hidup dari warga negaranya (Mankiw, 2006).

Produk Domestik Bruto atau GDP (Gross Domestic Product) merupakan statistika perekonomian yang paling diperhatikan karena dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik mengenai kesejahteraan masyarakat. Hal yang mendasarinya karena GDP mengukur dua hal pada saat bersamaan : total pendapatan semua orang dalam perekonomian dan total pembelanjaan negara untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Alasan GDP dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran (Mankiw, 2006).

Berikutnya, ketika kita mempelajari perubahan perekonomian seiring berlalunya waktu, ekonom ingin memisahkan dua pengaruh (perekonomian menghasilkan output barang dan jasa dengan lebih banyak dan barang dan jasa dijual pada harga yang lebih tinggi). Khususnya, mereka ingin suatu ukuran jumlah barang dan jasa keseluruhan yang diproduksi perekonomian yang tidak terpengaruh perubahan harga barang dan jasa tersebut (Mankiw, 2006). Untuk mendapatkan ukuran dari jumlah produksi yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, kita menggunakan GDP riil (real GDP) yang menilai produksi barang dan jasa pada harga tetap. GDP riil menggunakan harga tahun pokok yang tetap untuk

(44)

menentukan nilai produksi barang dan jasa dalam perekonomian. Karena GDP riil tidak dipengaruhi perubahan harga, perubahan GDP riil hanya mencerminkan perubahan jumlah barang dan jasa yang diproduksi. Jadi, GDP riil merupakan ukuran produksi barang dan jasa dalam perekonomian (Mankiw, 2006).

Selain GDP riil, alat ukur yang lain yaitu GDP nominal. GDP nominal mengukur produksi barang dan jasa yang dinilai dengan harga – harga di masa sekarang. GDP nominal dalam perhitungannya dipengaruhi kenaikan jumlah barang atau jasa yang diproduksi dan juga kenaikan harga barang atau jasa tersebut. Dari kedua statistika ini kita dapat mengetahui statistika yang ketiga, deflator GDP, yang mencerminkan harga barang dan jasa namun bukan jumlah yang diproduksi. Deflator GDP mengukur tingkat harga – harga saat ini relatif terhadap tingkat harga – harga ditahun pokok. Deflator GDP merupakan salah satu ukuran yang digunakan oleh para ekonom untuk mengamati rata – rata tingkat harga dalam perekonomian (Mankiw, 2006).

Pada bahasan yang terakhir, yaitu hubungan GDP dengan kesejahteraan dapat dijelaskan sebagai berikut. GDP dapat mengukur total pendapatan maupun total pengeluaran perekonomian untuk barang dan jasa. Jadi, GDP per orang (kapita) memberi tahu kita pendapatan dan pengeluaran dari rata – rata seseorang dalam perekonomian. Karena kebanyakan orang lebih memilih pendapatan dan pengeluaran yang lebih tinggi, GDP per orang (kapita) sepertinya merupakan ukuran kesejahteraan rata – rata perorangan yang cukup alamiah. GDP per kapita memberitahukan kita apa yang terjadi pada rata – rata penduduk, namun di belakang rata-rata tersebut terdapat perbedaan yang besar antara berbagai

(45)

32

pengalaman yang dialami orang-orang. Pada akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa GDP merupakan ukuran kesejahteraan yang baik untuk berbagai tujuan, namun tidak untuk semua tujuan (Mankiw, 2006).

2.5 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel

penelitian dan alat analisis

Hasil Penelitian

1 Septi

Khairunnisa (2009)

Analisis

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil

(TPT) Indonesia di Amerika Serikat

Variabel

Dependen adalah volume ekspor TPT

Indonesia terhadap AS, sedangkan variabel

independennya adalah

GDP riil negara tujuan

ekspor, harga ekspor, nilai tukar riil, dummy kuota,

dan dummy krisis global.

(metode OLS (Ordinary Least Square).

Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya Variabel yang berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor

yaitu GDP riil AS, dummy kuota dan dummy krisis global.

Variabel yang berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor adalah harga

ekspor dan nilai tukar riil.

(46)

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel penelitian dan alat analisis

Hasil Penelitian

2 Ari Mulianta Ginting (2013)

Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Ekspor Indonesia

Nilai Tukar, Ekspor.

(metode Error Collection Model).

Hasil analisis regresi jangka panjang ternyata nilai tukar memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ekspor Indonesia.

3 Angelita Van Hemert (2016)

Pengaruh Tingkat Kurs Terhadap Ekspor Di Provinsi Sulawesi Utara

Ekspor, Tingkat Kurs. (metode OLS (Ordinary Least Square).

Berdasarkan hasil Ordinary Least Square pada penelitian

mengenai analisis pengaruh tingkat kurs terhadap ekspor di Provinsi Sulawesi utara makapenulis menarik kesimpulan bahwa, tingkat kurs mempunyai pengaruh positif terhadap ekspor dan signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99%.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan apabila harga mata uang dalam negeri

terdepresiasi akan menyebabkan kenaikan pada jumlah ekspor.

(47)

34

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel penelitian dan alat analisis

Hasil Penelitian

4 Tumpal Butar- Butar

Analisis Pengaruh Tingkat Harga, Inflasi, dan Nilai Kurs Terhadap Ekspor Hasil

Industri Manufaktur Di Sumatera Utara Tahun 2000-2012

Tingkat Harga, Inflasi, Nilai kurs, Eskpor.

(metode OLS (Ordinary Least Square).

Harga ekspor mempengaruhi ekspor hasil industri, tingkat inflasi tidak nyata mempengaruhi ekspor hasil industri, hasil regresi disimpulkan bahwa H1

diterima. Variabel harga ekspor hasil industri

manufaktur, tingkat inflasi, dan nilai kurs secara bersama- sama nyata mempengaruhi ekspor hasil industri manufaktur Sumatera Utara.

5 Junaedy Angkow (2013)

Perubahan Nilai Tukar Rupiah Pengaruhnya Terhadap Ekspor Minyak Kelapa Kasar (CCO) Di Sulawesi Utara

Kurs, Ekspor CCO (metode analisis linier berganda).

Kurs berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ekspor minyak kelapa kasar (CCO).

(48)

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori dan berbagai penelitian sebelumnya, maka dapat dibentuk suatu kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Konsep Penelitian 2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan pernyataan yang kebenarannya belum teruji, oleh karena itu perlu didukung data dan uji inferensi dari data yang tersedia guna menerima ataukah menolak hipotesis yang diajukan. Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu, serta kerangka pemikiran yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis yang coba diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Nilai tukar rupiah terhadap dollar berpengaruh positif terhadap Ekspor di Indonesia.

Nilai Tukar Rupiah/ Kurs (X1)

Ekspor (Y) PDB (X2)

(49)

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini yakni data kuantitatif dan sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dalam bentuk data berkala (time series) yaitu data yang diperoleh langsung dari publikasi resmi yang bersumber dari Bank Indonesia (BI) kota Medan, Biro Pusat Statistik (BPS) dalam kurun waktu 1994-2013 (20 tahun).

3.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Utara.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional digunakan untuk mengarahkan penelitian agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian serta menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis pengaruh kenaikan Nilai Tukar Rupiah dan PDB perkapita ekspor Indonesia.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Data yang diteliti dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel independen adalah variabel yang bersifat menentukan atau mempengaruhi variabel dependen.

Sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen (terikat) dan dua variabel independen (bebas).

(50)

1. Variabel dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekspor di Indonesia periode 1994-2013.

2. Variabel independen

Variabel independen yang digunakan yaitu nilai tukar rupiah (kurs), dan PDB perkapita periode 1994-2013.

Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana variabel- variabel dalam penelitian diukur.

Berikut adalah definisi operasional dari variabel yang akan diteliti, yaitu:

1. Ekspor

Ekspor adalah nilai arus keluar sejumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dari Indonesia ke pasar internasional dalam jangka waktu tertentu. Diukur dalam satuan milyar rupiah (Rp).

2. PDB perkapita

PDB perkapita adalah keseluruhan nilai barang yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara (domestik) pada periode tertentu. Diukur dalam satuan milyar rupiah (Rp).

3. Kurs

Kurs yang digunakan adalah kurs tengah mata uang rupiah terhadap dollar AS di Bank Indonesia dengan kurun waktu 1994-2013. Diukur dalam satuan Rupiah/US$.

(51)

38

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan (Study Literature)

Studi kepustakaan (Study Literature) yaitu pengumpulan data dan informasi dari perpustakaan dengan membaca dan mempelajari buku- buku, referensi, bahan-bahan yang bersifat teoristis, pelajaran yang didapat di perkuliahan ataupun umum, serta sumber informasi lainnyayang berhubungan dengan objek yang diteliti.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk keperluan penelitian dilakukan penulis dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh pihak lain yang umumnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau diagram. Cara pengumpulan data yakni data yang sudah siap dipakai dan diperoleh dari Bank Indonesia kantor cabang Medan. Selain itu data juga diperoleh dari badan pusat statistik provinsi Indonesia.

3.6 Pengolahan Data

Pengolahan data menggunakan program komputer SPSS, untuk mengolah data dalam penelitian ini.

3.7 Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis informasi kuantitatif (data yang dapat diukur, diuji, dan diinformasikan dalam bentuk

(52)

persamaan, tabel dan sebagainya), teknik analisis yang digunakan dalam penelitian.

3.7.1 Metode Analisis Regresi

Untuk mengetahui sejauh mana nilai tukar rupiah, pdb perkapita dan ekspor di Indonesia yang akan dianalisis dengan menggunakan model uji statistik linear berganda. Uji statistik linear berganda digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya hubungan lebih dari dua variabel melalui metode regresi. Dimana regresi linear berganda yaitu regresi linear yang melibatkan lebih dari dua variabel, yaitu satu variabel terikat (Y) dan lebih dari dua variabel bebas (X1, X2, …Xn).

Uji analisis ini digunakan untuk menganalisa hubungan antar variabel-variabel bebas dalam hal ini nilai tukar rupiah (X1), pdb (X2), dengan variabel terikatnya dalam hal ini ekspor (Y). Semua variabel tersebut dapat dirangkum dalam fungsi berikut: Y= f(X1, X2).

Berikut ini merupakan rumus metode regresi linier berganda :

Dimana:

Y = Ekspor β0 = Konstanta

X1 = Nilai Tukar Rupiah/ Kurs X2 = PDB

= Error term 3.7.2 Uji Asumsi Klasik a. Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya lebih dari satu

(53)

40

model regresi (Gujarati, 1995). Salah satu asumsi model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan antara beberapa atau semua variabel dalam model regresi. Jika dalam model terdapat multikolinearitas, maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi. Salah satu metode untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas adalah menggunakan pengujian dengan metode Klein. Metode ini membandingkan nilai koefisien korelasi setiap variabel penjelas (r xi, xj) dengan nilai koefisien determinasi ( y,xi,xj,…xn). Jika y,xi,xj,…xn < r xi,

xj, maka terjadi masalah multikoliearitas dalam model, sedangkan jika nilai y,xi,xj,…xn > r xi, xj, maka tidak terjadi masalah multikolinearitas.

b. Heteroskedastisitas

Asumsi dari model regresi linier klasik adalah kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi heteroskedastisitas yaitu suatu keadaan dimana varians dari kesalahan pengganggu tidak sama untuk semua nilai variabel bebas. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas dalam model empiris yaitu uji Park, uji Glejser, uji White, dan uji Breusch- Pagan-Godfrey. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji white. Dalam uji white ditawarkan dua jenis pengujian, yaitu:

White Heteroscedasticity (no cross term) dan White Heteroscedasticity (cross term). Untuk penelitian ini digunakan pengujian White Heteroscedasticity (no cross term) disebabkan banyak menggunakan variabel bebas. Jika nilai

(54)

pada model tersebut tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Sebaliknya, Jika nilai probabilitas dari semua variabel kurang atau lebih kecil dari nilai taraf signifikansi 5%, maka pada model tersebut terdapat masalah heteroskedastisitas (Insukindro et al., 2003).

c. Autokorelasi

Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan variabel pengganggu pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu periode lain.

Asumsi ini untuk menegaskan bahwa nilai variabel dependen hanya diterangkan (secara sistematis) oleh variabel independen dan bukan oleh variabel gangguan (Gujarati, 1995).

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi yaitu, uji d Durbin-Watson, uji Lagrange Multiplier (LM Test), uji Breusch-Godfrey, uji ARCH. Dalam penelitian ini untuk menguji ada tidaknya autokerelasi adalah dengan Lagrange Multiplier Test yakni berupa regresi atas semua variabel bebas dalam persamaan regresi 2SLS tersebut dan variabel lag t dari nilai residual regresi 2SLS. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Melakukan regresi variabel independen dengan menempatkan nilai residual dari hasil regresi OLS sebagai variabel dependennya.

2) Memasukkan nilai R² hasil regresi OLS ke dalam rumus (n- 1)R², dimana n adalah jumlah observasi.

3) Membandingkan nilai dari hasil regresi tersebut dengan nilai X² dalam tabel statistik Chi Square. Kriterianya adalah, jika:

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  No  Nama Peneliti  Judul Penelitian  Variabel
Gambar 3.1   Daerah Kritis Uji F
Tabel 4.2 diatas menunjukkan PDB memiliki nilai mean sebesar 384,0625  yang artinya adalah nilai rata-rata PDB pada kurun waktu tahun 1994-2013 adalah  sebesar  Rp
Gambar 4.1  Uji Normalitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Srah Terima Barang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (6), yang pengadaannya selain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Pusat (APB-P), dilakukan atas dasar usulan

Materi pembelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB) dalam kurikulum (2013) diantaranya adalah mengenal bangun datar

Sumbangan sektor pertanian dalam arti sempit (subsektor tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan) terhadap PDB cenderung menurun dari 12,24% pada tahun 2000 menjadi 10,59%

membran dengan metode ini adalah polimer yang digunakan harus larut pada. pelarutnya atau

Perkembangan agama Budha pada masa kerajaan Sriwijaya dapat diketahui dari isi prasasti Talang Tuo yang menjelaskan raja Sriwijaya, Dapunta Hyang Sri Jayanasa adalah

dikemudian hari. Selain itu lembaga keuangan syariah juga memperhatikan kondisi amanah, kejujuran dan kepercayaan dari masing-masing calon anggota pemohon

Dari permasalahan di atas, dapat digaris bawahi bahwa akad simpanan berjangka pada BMT Amanah Weleri belum sesuai dengan Fatwa DSN MUI yang seharusnya dalam simpanan

Salah satu LKMS yang berkembang pesat saat ini adalah Baitul Mal wa tamwil (BMT). Secara legal formal, BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah berbentuk badan hukum