• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fighting Fraud. Pencegahan Fraud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Fighting Fraud. Pencegahan Fraud"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Fighting Fraud

Berbagai cara yang digunakan oleh Organisasi untuk memerangi Fraud

Ada 4 cara yang umumnya digunakan oleh Organisasi untuk dapat mengurangi tingkat kecurangan.

1. Pencegahan Fraud (Fraud prevention)

2. Pendeteksian awal Fraud (Early Fraud Detection) 3. Investigasi Fraud (Fraud Investigation)

4. Langkah selanjutnya / Pemecahan (Follow up legal action/resolution)

Kebanyakan dari organisasi hanya melaksanakan 2 cara terakhir untuk menemukan fraud, 2 langkah tersebut merupakan langkah yang paling tidak efektif dan memakan biaya yang sangat besar, selain itu apabila di dalam perusahaan telah ditemukan adanya fraud, kerugian yang telah disebabkan sudah terlalu besar.

Pencegahan Fraud

Mencegah terjadinya fraud adalah cara yang paling efektif dari segi biaya untuk meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh fraud. Organisasi dan individual yang memiliki pengukuran pencegahan fraud yang proaktif biasanya akan menemukan bahwa untuk melakukan pencegahan fraud membutuhkan usaha yang banyak. Disisi lain, Investigasi fraud akan memakan banyak biaya dalam pelaksanaannya.

Organisasi yang secara tegas mempertimbangkan resiko dari fraud, melakukan langkah proaktif untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan secara teratur mengurangi tingkat terjadinya fraud adalah organisasi yang paling sering dapat mencegah terjadinya fraud. Pencegahan fraud yang efektif terdiri dari 2 tindakan fundamental berikut:

(1) melakukan suatu tindakan untuk dapat menciptakan dan mempertahankan budaya yang jujur dan menjunjung tinggi nilai etika. (2) Menaksir resiko dari fraud dan mengembangkan respon yang konkrit untuk meminimalisasi dan menghilangkan peluang untuk dapat melakukan fraud.

1. Menciptakan dan mempertahankan budaya yang jujur dan menjunjung tinggi nilai etika

Organisasi menggunakan beberapa pendekatan untuk menciptakan budaya 5 elemen yang paling penting dan yang paling umum adalah

1) Memastikan bahwa top manajemen mencerminkan perilaku yang baik.

Riset pada pengembangan moral menyatakan dengan kuat bahwa kejujuran dapat diperkuat ketika ada contoh yang baik yang diterapkan – terkadang disebut sebagai the tone at the top. Manajemen harus memperkuat kejujuran

(2)

karyawannya melalui tindakan, bahwa ketidakjujuran, atau perilaku yang tidak etis, tidak akan ditolerir.

Penelitian tentang mengapa orang berbohong mengindikasikan bahwa ada 4 alasan besar yang menjadi penyebab orang berbohong.

 Alasan pertama adalah ketakutan akan hukuman dan konsekuensi

 Dari ketakutan akan hukuman tersebut, seorang individu akan menimbulkan kebiasaan untuk berbohong, dan hal tersebut merupakan alasan yang kedua

 Alasan ketiga adalah karena mereka sering melihat orang lain melakukan kebohongan, sehingga perilaku tersebut tumbuh dalam diri individu

 Dan alasan terakhir, karena jika mereka mengatakan kebenaran, maka mereka tidak akan mencapai apa yang mereka inginkan.

2) Memperkerjakan karyawan yang benar

Tidak semua orang memiliki kejujuran atau kode etik personal yang sama.

Pada kenyataanya, penelitian menunjukkan bahwa banyak orang, ketika berhadapan dengan tekanan dan peluang yang besar, orang akan lebih banyak melakukan tindakan yang tidak jujur daripada jujur untuk menghadapi ‘konsekuensi negatif’.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa model kedewasaan etika (EMM) dapat menjelaskan mengapa orang memutuskan untuk melakukan hal yang tidak etis.

Pondasi dari etika menunjukkan, Personal Ethical Understanding, merepresentasikan batas etika yang paling dasar dari sebuah tindakan personal. Hal tersebut melibatkan pembelajaran atas perbedaan antara baik dan benar, mengembangkan nilai fair play, belajar untuk peduli dan empati dengan orang lain, mengembangkan rasa hormat, belajar prinsip dasar dari

(3)

integritas dan kenyataan, dan melakukan tindakan secara konstan bagaimana seseorang bertindak dengan nilai yang benar.

Tingkat kedua dari EMM, Application of Ethics to Business Situations, adalah untuk dapat menerjemahkan pemahaman seseorang akan tindakan etika di dunia bisnis atau tempat dimana orang mendapatkan penghasilan (profesi medis, teknisi, dll). Penerjemahan seperti itu bukanlah hal yang mudah.

Tingkat ketiga dari EMM adalah Ethical Courage. Keberanian etika adalah sutu kekuatan dan keyakinan untuk dapat melakukan tindakan yang beretika dalam situasi yang sulit atau dipertanyakan. Seseorang dapat memiliki pemahaman etika personal dan dapat menerjemahkan hal tersebut dalam dunia bisnis, namun mungkin akan sulit bagi mereka untuk dapat menempatkan posisi mereka di tempat yang seharusnya ketika mereka dalam situasi yang sulit.

Tingkat tertinggi, Ethical Leadership, adalah penegasan kepada orang lain, keinginan untuk mengembangkan kesadaran akan etika dan juga keberanian untuk melakukan tindakan beretika. Bentuk tertinggi dari perilaku etika ini memerlukan seseorang untuk dapat menginspirasi orang lain melalui kata- kata, contoh, bujukan, dan manajemen yang baik. Perusahaan seharusnya dapat melakukan hal yang terbaik baik dengan memperkerjakan individu yang beretika dan memastikan bahwa mereka memiliki pemimpin yang pantas untuk dapat memimpin perusahaan mereka.

Penelitian pada kejujuran menunjukkan bahwa individual dibagi menjadi 3 kelompok besar, yakni (1) mereka yang akan selalu bersikap dengan jujur, 30% dari populasi. (2) mereka yang akan bersikap jujur atau tidak jujur, tergantung dengan situasi dan kondisi, 40% dari populasi. (3) dan mereka yang selalu bersikap tidak jujur, 30% dari populasi.

(4)

Model yang baik dan pencegahan fraud yang baik akan membatasi grup kedua untuk melakukan kebohongan, namun tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebohongan dari grup ketiga. Sebagai hasilnya, kebijakan untuk menyaring orang-orang yang jujur, memiliki integritas tinggi, dan pemimpin yang baik dapat menjadi sebuah cara yang baik untuk mencegah terjadinya fraud dalam suatu organisasi

3) Mengkomunikasikan Ekspektasi dari Kejujuran dan Integritas Mengkomunikasikan ekpektasi dari kejujuran dan integritas, terdiri dari

 Mengidentifikasi dan mengkodekan nilai yang baik dan beretika

 Pelatihan akan kesadaran fraud dapat membantu karyawan mengerti akan potensi dari permasalahan fraud dan memberikan solusi bagaimana untuk mengatasi dan melaporkannya

 Komunikasi yang konsisten akan hukuman pada mereka yang melakukan fraud.

Agar Code of Conduct dapat berjalan dengan efektif, Code of Conduct harus dibuat dalam bentuk tulisan dan dikomunikasikan kepada semua karyawan, vendor, dan pelanggan. Setelah dikomunikasikan, code of conduct diharapkan dapat mengembangkan sikap yang dapat membuat manajemen dan karyawan untuk dapat mengaplikasikannya. Karyawan dibutuhkan untuk dapat memahami secara tertulis bahwa mereka mengerti akan ekspektasi etika perusahaan, hal ini untuk dapat menciptakan budaya kejujuran di perusahaan. Dan pada kenyataanya, banyak organisasi yang sukses dalam laporan tahunannya bahwa konfirmasi yang tertulis seperti ini adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah dan mendeteksi fraud sebelum fraud menjadi lebih besar.

4) Menciptakan Lingkungan kerja yang Positif

Riset menunjukkan bahwa fraud jarang terjadi ketika karyawan memiliki perasaan yang positif mengenai organisasi dan mereka memiliki rasa kepemilikan dalam organisasi tersebut, daripada ketika mereka merasa diperlakukan dengan tidak seharusnya, diancam, atau diacuhkan. Faktor-

(5)

faktor yang dapat dihubungkan dengan fraud tingkat tinggi dan kurangnya lingkungan kerja yang positif, antara lain adalah sebagai berikut:

 Top manajemen yang tidak peduli atau memberikan perhatian pada perilaku karyawannya

 Feedback negatif atau kurangnya pengakuan atas suatu pekerjaan

 Merasa diperlakukan secara tidak adil oleh organisasi

 Manajemen yang otorisasi daripada partisipasi

 Kesetiaan pada organisasi yang rendah

 Ekspektasi budget yang tidak masuk akal

 Gaji yang terlalu rendah

 Pelatihan dan peluang akan naik jabatan yang buruk

 Kurangnya pemahaman akan tanggung jawab organisasi

 Lemahnya komunikasi dengan organisasi

5) Perlakuan akan Fraud dan Pelakunya yang benar ketika Fraud terjadi Elemen kelima dan yang terakhir dalam menciptakan budaya jujur dan beretika tinggi adalah memiliki kebijakan yang pantas dalam perlakuan untuk fraud ketika hal ini terjadi. Bagaimana sebuah organisasi bereaksi pada kejadian fraud mengirimkan sinyal kuat yang dapat mempengaruhi kejadian dimasa mendatang. Kebijakan yang efektif atas perlakuannya terhadap fraud dapat memastikan bahwa fraud diperiksa secara menyeluruh, kemudian pelaku diberikan sanksi yang berat dan konsisten, control akan resiko ditaksir dengan baik dan ditingkatkan, dan berjanjutnya program- program latihan dan komunikasi.

2. Menaksir dan Mengurangi Resiko terjadinya Fraud

Sebagai tambahan dari menciptakan budaya jujur dan beretika tinggi, pencegahan fraud yang efektif berhubungan dengan mengeliminasi peluang terjadinya fraud.

Organisasi dapat secara proaktif mengeliminasi peluang terjadinya fraud dengan

 Secara akurat mengidentifikasi sumber dan menilai resikonya.

Dalam mengidentifikasi resiko fraud, organisasi seharusnya memperhitungkan tentang industry, dan karakteristik spesifik sebuah Negara yang dapat mempengaruhi resiko fraud

 Mengimplementasikan pencegahan yang baik dan control deteksi akan pengurangan resiko tersebut

(6)

Memiliki pengertian bahwa sebuah organisasi seharusnya dapat memproses dengan baik dimana resiko fraud terbesar berada dan mengevaluasi sekaligus meningkatkan control untuk mengurangi resiko terjadinya fraud.

 Menciptakan monitoring yang luas oleh karyawan.

Penelitian menunjukkan bahwa karyawan dan manager, bukan auditor, yang mendeteksi sebagian besar terjadinya fraud. Karena mereka bekerja dengan pelaku dan dapat dengan mudah menyadari perubahan atas tingkah laku, lifestyle, catatan finansial, dan hal lain yang dapat mengindikasikan bahwa fraud sedang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, karyawan dan manajer harus diajarkan bagaimana melihat dan mengenali fraud. Cara yang paling efektif untuk melibatkan karyawn dalam memonitor prosesnya adalah dengan menyediakan protocol atas komunikasi kepada siapa karyawan ini harus melapor jika dia mencurigai adanya fraud. Organisasi yang serius dengan pencegahan fraud harus membuat mudah karyawannya untuk dapat bertindak secara terbuka, bahkan memberikan suatu reward jika mereka mau melakukannya.

 Memiliki auditor internal dan eksternal yang dapat menyediakan pemeriksaan secara independen.

Meskipun auditor internal dan eksternal tidak secara spesifik dilatih untuk mendeteksi fraud, kehadiran mereka memberikan sebuah efek penghindaran dan audit yang dilakukan oleh mereka seringkali menemukan fraud, terutama fraud dalam nilai yang tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa 20% fraud dideteksi oleh auditor.

Pendeteksian Kecurangan

Misalnya bahwa dalam kecurangan yang dilakukan oleh teller bank, jumlah berikut dapat dicatat, Tabel 68

Ketika tertangkap, teller menyampaikan pernyataan sebagai berikut: ‘Saya tidak dapat percaya saya mampu melakukan itu tanpa orang curiga, khususnya ketika saya mulai mengambil dalam jumlah lebih besar.’

Seperti yang anda lihat, kecurangan dimulai dari jumlah sangat kecil, dengan teller mencuri jumlah yang terus semakin besar kemudian. Ketika dia tidak tertangkap, kepercayaan terhadap skemanya meningkat, dan dia menjadi rakus. Sesungguhnya, anda akan mencatat setelah 23 Juli, terdapat periode dua minggu di mana pencurian berhenti. Alasan

(7)

mengapa dia melakukan itu ? r datang ke cabang ketika dia bekerja. Anda akan juga melihat bahwa ketika auditor pergi, teller melakukan penggelapan lagi tetapi jumlahnya kecil. Ini untuk sementara waktu, dia menguji sistem untuk memastikan bahwa auditor tidak mendeteksi atau menggunakan proses yang akan menunjukkan pencuriannya. Sekali lagi dia percaya bahwa dia tidak akan tertangkap, maka jumlah yang dicari meningkat menjadi ratusan dolar per hari

Walaupun jumlah yang terlibat dalam contoh kita adalah kecil, pola ini terlalu khusus.

Sebagian besar kecurangan dimulai dari jumlah kecil, jika tidak terdeteksi akan terus berlanjut pada jumlah lebih besar. Bahkan ketakutan atau ancaman dapat membuat pelaku tidak melanjutkan pencuriannya sesaat, di mana dia kemudian melakukan lagi ketika ancaman sudah berlalu. Karena mereka yang melakukan kecurangan meningkatkan jumlah yang dicuri, dalam sebagian besar kasus, jumlah yang diambil sebelum ditemukan adalah lebih besar daripada sebelumnya. Dalam satu kasus, jumlah tersebut menjadi empat kali lipat setiap bulan selama periode kecurangan! Sesungguhnya kecurangan kecil adalah kecurangan besar tetapi tertangkap lebih awal. Dan dalam kasus di mana manajemen puncak atau pemilik melakukan kecurangan, pencegahan sulit dilakukan, sehingga pendeteksian awal penting.

perhatikan kecurangan sebagai berikut:

Presiden dari perusahaan jasa New Hampshire secara sengaja melakukan klasifikasi salah pegawai sebagai kontraktor independen bukannya sebagai tenaga kerja sendiri.

Klasifikasi salah tersebut memungkinkan dia membayar pajak $211.201 dalam pembayaran pajak untuk periode tiga tahun. Selain itu, dia menyampaikan perusahaan asuransi informasi salah tentang jumlah orang-orang yang benar-benar bekerja, sehingga menghindari $426.463 dalam kompensasi premium pekerja.

Ketika kecurangan dilakukan oleh pemilik organisasi kecil, yang melakukan akuntansi sendiri, seperti pada kasus ini, maka kecurangan tidak dapat dicegah. Jika pemilik melakukan kecurangan, tidak ada orang lain yang dapat menghentikannya. Tetapi, penekanan dalam situasi ini pada pendeteksian kecurangan.

Karena sebagian besar kecurangan naik secara dramatis seiring waktu, sangat penting bahwa kecurangan, ketika terjadi, dideteksi lebih awal. Pendeteksian melibatkan langkah- langkah dan aksi yang digunakan untuk mengungkap kecurangan. Ini tidak memasukkan investigasi yang dilakukan untuk menentukan motif, seberapa besar, metode penggelapan, atau elemen-elemen pencurian lainnya. Seperti yang akan anda temukan dalam bab

(8)

selanjutnya, kecurangan berbeda dengan kejahatan lain di mana kejadian kejahatan dapat dikenali secara mudah. Karena kecurangan jarang jelas, satu tugas yang paling sulit adalah menentukan apakah ini benar-benar terjadi.

Pendeteksian biasanya dimulai ketika pegawai, manajer atau korban melihat ‘bendera merah’, symptom seperti gangguan dalam trend angka, atau aset hilang yang menunjukkan sesuatu mencurigakan. Sayangnya, bendera merah tidak selalu berarti kecurangan telah terjadi. Terdapat 3 cara utama untuk mendeteksi kecurangan : (1) karena kebetulan dan (2) secara proaktif mencari dan mendorong pengenalian symptom awal. (3) dengan memeriksa catatan dan dokumen transaksi untuk menentukan apakah ada anomali yang bisa mewakili penipuan. Di masa lalu, sebagian besar kecurangan dideteksi karena kecelakaan. Sayangnya, pada saat pendeteksian kecurangan terjadi, kecurangan sudah terjadi ketika kerugian cukup besar telah di alami. Dalam sebagian besar kasus, individual dalam organisasi korban kecurangan curiga bahwa kecurangan terjadi tetapi tidak sampai diangkat karena mereka tidak yakin, tidak ingin secara salah menuduh seseorang, tidak tahu bagaimana melaporkan kecurangan, dan ketakutan dijuluki whistleblower (pengadu).

Baru-baru ini, organisasi telah mengimplementasikan sejumlah inisiatif untuk lebih baik dalam mendeteksi kecurangan. Barangkali inisiatif pendeteksian paling umum adalah mengetahui hotline di mana pegawai, rekan kerja, dan orang lain dapat menelepon secara anonim. Beberapa hotline dipertahankan di dalam perusahaan, dan lainnya outsoured kepada organisasi independen. (Asosiasi pemeriksa kecurangan bersertifikat misalnya, memberikan pelayanan hotline berbasis fee). Organisasi yang memasang hotline sekarang mendeteksi banyak kecurangan yang sebelumnya tidak terdeteksi, tetapi juga membayar harga dalam melakukan itu. Tidak mengejutkan, banyak panggilan tidak melibatkan kecurangan. Beberapa adalah olok-olok, beberapa dimotivasi oleh dendam, marah, atau keinginan untuk membahayakan organisasi atau individual; dan beberapa bendera merah masuk akal yang disebabkan oleh faktor-faktor selain kecurangan.

Kecuali untuk hotline, organisasi baru-baru ini telah melakukan usaha pendeteksian proaktif serius. Kemajuan dalam teknologi sekarang memungkinkan organisasi menganalisis dan menggali database untuk mencari bendera merah. Bank misalnya, menggunakan software yang mengidentifikasi kecurigaan kiting. Program ini mengarahkan perhatian bank terhadap konsumen yang mempunyai volume transaksi tinggi dalam periode waktu pendek.

Perusahaan asuransi menggunakan program ini untuk mengkaji klaim di dalam periode

(9)

singkat setelah pembelian asuransi. Beberapa program secara sistematis mengidentifikasi bentuk kecurangan yang mungkin terjadi dengan mengkatalogkan bermacam-macam symptom yang dihasilkan kecurangan, dan kemudian membangun query real time ke dalam sistem komputer untuk mencari symptom ini. Penelitian pendeteksian kecurangan, sebagian besar teknik pencarian dengan menggunakan komputer, sekarang dilakukan oleh akademisi dan penyelidik lain. Seseorang yang benar-benar serius tertarik dalam memahami dan melawan kecurangan harus mengikuti penelitian ini.

Investigasi Kecurangan

Mark adalah CEO dari McDonald Incorporated, dan istrinya Jane adalah partner dalam perusahaan CPA dari Watkiss dan McCloy. Setelah bekerja keras seharian, mereka bertemu pada restoran lokal untuk makan malam. Mark menyampaikan pada Jane tentang insiden yang terjadi di tempat kerja dan menunjukkan padanya catatan anonim yang dia peroleh : “Kamu lebih baik memperhatikan hubungan antara John Beasley (manajer dari departemen pembelian) dengan Brigadeer Company (supplier) karena sesuatu mencurigakan sedang terjadi’. Mark tidak mempunyai ide siapa yang mengirimnya catatan dan tidak yakin tentang apa yang harus dilakukan. dia menyampaikan pada Jane bahwa dia memperhatikan kemungkinan kolusi dan menganggap harus melakukan itu terlebih dahulu. Jane tidak percaya terhadap apa yang dia dengar. ‘Kejadian kebetulan apa’, dia merenung. ‘Sesuatu sangat serupa terjadi pada saya sea’. Dia menjelaskan bagaimana auditor yunior mendekatinya, menyampaikan padanya bahwa dia perhatikan penjualan klien overstate.

Auditor menjelaskan bahwa dia telah menemukan beberapa kontrak penjualan tanpa dukungan (biasanya, dokumentasi signifikan dilaporkan dalam kontrak), semua ditandatangani pada akhir periode akuntansi. Dia memperhatikan bahwa klien tersebut secara sengaja menggelembungkan revenue untuk m memperbaiki kinerja keuangan perusahaan.

Kedua situasi tersebut perlu diselidiki. Jika Mark tidak menyelidiki petunjuk anonim, dia mungkin tidak pernah mengungkap kemungkinan kecurangan penyuapan dan penggelembungan biaya pembelian untuk perusahaan. Dengan cara yang sama, Jane perlu menindaklanjuti potensial revenue klien.

Setidaknya ada tiga alasan mengapa auditor harus menentukan apakah klien overstate revenue. Pertama, pemegang saham perusahaan akan menghadapi kerugian signifikan. Kedua

(10)

kegagalan auditor untuk mengungkap overstatement dapat mengarahkan mereka kepada aksi legal (dan konsekuensi menghasilkan kerugian). Terakhir, dan barangkali yang terpenting, sebuah overstatement terhadap revenue mengekspos integritas manajemen kepada keraguan serius bahwa perusahaan menjadi ‘tidak dapat diaudit’.

Kedua situasi tersebut menciptakan ‘predikasi kecurangan’. Predikasi merujuk pada lingkungan yang, bila digunakan secara keseluruhan, akan menghasilkan profesional hati- hati, profesional, percaya sebuah kecurangan sudah terjadi, sedang terjadi atau akan terjadi.

Investigasi kecurangan harus tidak dilakukan tanpa predikasi. Sebuah dugaan kecurangan terhadap pihak lain tidak perlu, tetapi harus ada dasar yang memadai memperhatikan bahwa kecurangan sedang terjadi. Ketika predikasi muncul, dalam kasus ini, investigasi biasanya dilakukan untuk menentukan apakah kecurangan terjadi ataukah tidak, sebagaimana halnya siapa, mengapa, bagaimana, kapan dan di mana elemen-elemen kecurangan terjadi. Tujuan dari investigasi adalah menemukan kebenaran – menentukan apakah symptom benar-benar menampilkan kecurangan atau apakah mereka menampilkan kesalahan tidak disengaja atau faktor-faktor lain. Investigasi kecurangan adalah sebuah masalah yang kompleks dan sangat sensitif. Jika investigasi awal dilakukan, reputasi individual tidak bersalah bisa tercoreng, pihak-pihak yang salah tidak terdeteksi dan bebas mengulangi aksinya, dan entitas yang dilanggar mungkin tidak mempunyai informasi untuk digunakan dalam mencegah dan mendeteksi insiden serupa atau memulihkan kerugian.

Pendekatan Terhadap Investigasi Kecurangan

Investigasi harus dengan persetujuan manajemen. Karena mereka mungkin agak mahal, investigasi harus dilakukan hanya ketika tidak alasan untuk percaya bahwa kecurangan sudah terjadi (ketika predikasi muncul). Pendekatan investigasi berbeda-beda, walaupun sebagian besar penyelidik menggunakan wawancara.

Investigasi kecurangan dapat diklasifikasikan menurut tipe bukti yang dihasilkan atau elemen-elemen kecurangan. Dengan menggunakan pendekatan pertama, bukti dalam kotak di bawah ini menumbuhkan empat klasifikasi bukti. Empat tipe bukti yang dikumpulkan dalam investigasi kecurangan adalah sebagai berikut:

(11)

1. Bukti Testimonial, di mana dikumpulkan dari individual. Teknik investigasi khusus yang digunakan untuk mengumpulkan bukti testimoni adalah wawancara, interogasi, dan pengujian kejujuran.

2. Bukti dokumenter, di mana dikumpulkan dari paper, komputer, dan sumber tertulis atau tercetak lainnya. Beberapa ekonomi yang paling umum untuk mengumpulkan bukti ii meliputi pengkajian dokumen, pencarian catatan publik, audit, pencarian komputer, perhitungan kekayaan bersih, dan analisis pernyataan keuangan.

3. Bukti fisik meliputi sidik jari, bekas ban, senjata, kekayaan yang dicuri, identifikasi angka atau tanda dari obyek yang dicuri, dan bukti nampak lain yang dapat dihubungkan dengan aksi. Pengumpulan bukti fisik seringkali melibatkan analisis forensik oleh ahli.

4. observasi pribadi melibatkan bukti yang dikumpulkan oleh penyelidik itu sendiri, termasuk invigilasi, pengawasan, operasi terbuka, dan lain-lain.

Banyak profesional lain merujuk kepada mengklasifikasikan pendekatan penyelidikan yang tepat didasarkan pada tiga elemen kecurangan, sebagaimana ditunjukkan oleh segitiga pada halaman selanjutnya. Tiga elemen Kecurangan :

 Tindakan Pencurian : metode investigasi melibatkan upaya untuk menangkap pelaku (s) dalam tindakan penggelapan atau untuk mengumpulkan informasi tentang aksi pencurian yang sebenarnya.

 Penyembunyian : metode investigasi melibatkan berfokus pada catatan, dokumen, program komputer dan server, dan tempat-tempat lain di mana pelaku mungkin mencoba untuk menyembunyikan atau menyembunyikan tindakan tidak jujur mereka.

 Konversi : metode investigasi melibatkan mencari cara di mana pelaku telah menghabiskan atau menggunakan aset mereka dicuri.

Investigasi pencurian melibatkan usaha untuk menangkap pelaku dalam aksinya dan usaha pengumpulan informasi. Investigasi penyembunyian berfokus kepada pencatatan, dokumen, program komputer dan server, dan tempat lain di mana pelaku mungkin mencoba menyembunyikan kekurangannya. Investigasi konversi melibatkan pencarian cara di mana pelaku telah membelanjakan aset yang dicuri. Sebuah teknik investigasi keempat melibatkan teknik investigative, metode penyelidikan, memperhatikan seluruh pendekatan ketika diaplikasikan pada seluruh elemen-elemen ini. demikian, pendekatan untuk mengklasifikasikan teknik penyelidikan disebut dengan segitiga kecurangan plus pendekatan

(12)

penyelidikan. Dalam bab 7, kami akan membahas metode investigasi yang jatuh dalam masing-masing keempat kategori ini.

Melakukan Investigasi Kecurangan

Untuk sekarang, penting untuk mengetahui bahwa penyelidik kecurangan membutuhkan beberapa cara untuk mengkoordinasi investigasi. Beberapa investigasi sangat besar dan pelaksanaan langkah-langkah investigasi dalam urutan salah atau melakukan secara tidak tepat dapat menghasilkan kegagalan investigasi dan problem lain. Sesungguhnya, sangat penting bahwa anda memahami resiko signifikan yang dihadapi investigasi.

Anda harus mengingat bahwa investigasi kecurangan adalah pengalaman traumatis bagi setiap orang yang terlibat, termasuk pelaku. Seperti disampaikan sebelumnya, sebagian besar pelaku adalah pelaku pertama kali yang mempunyai reputasi bagus di tempat kerja, dalam masyarakat, keluarga dan gereja. Kadang-kadang, mengakui bahwa mereka diselidiki untuk kecurangan atau melakukan kecurangan lebih menakutkan bagi mereka. Perhatikan berita kematian berikut.

Pelayanan memorial untuk John Nones akan digelar pada hari Kamis, 5 Mei 19xx, pada rumah pemakaman Springer-Wilson. John berusia 35 tahun pada saat kematiannya. Dia meninggalkan ibu, Jane Jones, dan seorang adik, Tom Jones. John hidup dengan istrinya, Rebecca, dan empat anak dengan usia 9,7,6 dan 4 tahun. Dia juga hidup dengan tiga saudara, seorang adik perempuan dan ayahnya. Dalam lingkungan berbunga, silahkan buat kontribusi terhadap Improvement memorial fund for children.

Berita kematian ini terjadi pada orang yang melakukan penggelapan $650.000 uang perusahaan. Selama periode tujuh tahun, dia menggelapkan hampir separuh uang yang diterima dari konsumen, ketika perusahaan akhirnya menentukan bahwa dia mencuri, dia dipanggil dan memintanya untuk bertemu pengacara perusahaan pada pagi berikutnya. John melakukan dua hal setelah menerima panggilan telepon. Pengacaranya diberitahu bahwa dia telah mencuri uang perusahaan selama tujuh tahun dan memintanya mewakili dia dalam pertemuan dengan pengacara perusahaan dalam pagi selanjutnya. Kemudian dua jam selanjutnya dia menjatuhkan diri dari gunung dan melakukan bunuh diri, demonstrasi tragis mengapa investigasi harus dilakukan secara hati-hati.

(13)

Mempertahankan etika tinggi dalam melakukan investigasi juga penting. setidaknya, investigasi kecurangan harus dilakukan sebagai berikut:

1. Mereka harus dilakukan hanya untuk ‘membangun kebenaran terhadap masalah yang dipertanyakan.

2. Individual yang melakukan investigasi harus berpengalaman dan obyektif. Jika individual tersebut tidak bekerja secara hati-hati untuk memilih kata-kata guna menjelaskan insiden atau tidak mempertahankan perspektif netral, obyektivitas mereka segera menjadi kecurigaan di mata manajemen dan pegawai. Investigator harus tidak pernah langsung melompat ke kesimpulan.

3. Beberapa hipotesis investigator tentang apakah seseorang melakukan kecurangan atau tidak harus dilindungi secara tepat ketika membahas kemajuan investigasi dari orang lain. Walaupun investigator bagus seringkali membentuk opini awal atau kesan, mereka harus secara obyektif menilai setiap bagian informasi didasarkan pada fakta yang diketahui dan bukti harus selalu dirahasiakan dalam investigasi.

4. investigator harus memastikan bahwa mereka yang perlu tahu (contohnya manajemen) diberitahukan aktivitas-aktivitas investigasi dan setuju terhadap teknik dan investigasi yang dilakukan.

5. investigator yang baik harus memastikan bahwa seluruh informasi yang dikumpulkan selama penyelidikan diperkuat secara independen dan ditentukan secara faktual benar. Kegagalan untuk memperkuat bukti adalah kesalahan umum dari investigasi tidak berpengalaman.

6. investigasi harus berhati-hati untuk menghindari teknik penyelidikan yang meragukan. Investigator berpengalaman memastikan bahwa teknik yang digunakan secara ilmiah dan legal kuat dan wajar. Kedalaman dan keuletan adalah teknik yang tidak diragukan lagi untuk menghasilkan kesimpulan sukses.

7. investigator harus melaporkan seluruh fakta secara adil dan obyektif. Komunikasi melalui bentuk investigasi, dari tahap awal sampai laporan akhir, harus dikontrol secara hati-hati untuk menghindari opini dan fakta tak jelas. komunikasi, termasuk laporan penyelidikan, harus tidak hanya memasukkan informasi yang diperoleh untuk menunjukkan kesalahan, tetapi juga memasukkan fakta dan informasi yang mungkin membebaskan dari tuduhan. Kelalaian dan kegagalan untuk mendokumentasikan informasi adalah cacat investigative yang serius, dengan potensial konsekuensi serius.

(14)

Tindak Lanjut Secara Hukum

Salah satu keputusan penting dimana perusahaan, pemegang saham, atau orang lain harus putuskan ketika penipuan sedang dijalankan adalah jenis tindak lanjut hukum dan lainnya apa yang harus diambil. Mengapa penipuan yang terjadi harus selalu ditetapkan, serta kontrol atau tindakan lain apa untuk mencegah atau menghalangi terulangnya tindakan tersebut yang harus dilaksanakan. Pelatihan orang yang tepat sehingga penipuan serupa tidak terulang kembali juga diperlukan. Pertanyaan yang lebih besar yang harus diatasi, bagaimanapun, adalah apa, jika ada, tindakan hukum harus diambil sehubungan dengan pelaku.

Kebanyakan organisasi dan korban penipuan lainnya biasanya membuat salah satu dari tiga pilihan: (1) mengambil tindakan hukum, (2) mengejar upaya hukum perdata, dan / atau (3) mengejar tindakan pidana terhadap pelaku, yang kadang-kadang dilakukan untuk perusahaan oleh lembaga penegak hukum. sementara kita telah membahas hukum perdata dan pidana di Bab 1 dan akan membahas tindak lanjut dalam bab-bab mendatang, kita secara singkat akan meninjau beberapa pro dan kontra dari setiap alternatif di sini.

Penelitian deskriptif mengenai kecurangan secara konsisten menunjukkan bahwa tindakan hukum yang diambil terhadap pelaku yang melakukan penipuan terhadap organisasi kurang dari setengah dari kasus penipuan. Manajemen seringkali hanya ingin mendapatkan penipuan di balik itu secepat mungkin. Ini menunjukkan bahwa memang mengikuti tindakan hukum mahal, memakan waktu, kadang-kadang memalukan, dan sering dianggap sebagai penggunaan waktu yang tidak produktif. Paling sering, manajemen memecat pelaku penipuan, tapi kadang-kadang bahkan tidak melakukan itu. Sayangnya, ketika organisasi tidak mengejar tindakan hukum, gosip biasanya menyebar dengan cepat di seluruh organisasi

"tidak ada hal yang serius akan terjadi jika Anda mencuri dari perusahaan." Karyawan yang mengerti pesan ini lebih mungkin untuk mencuri daripada karyawan organisasi yang memahami bahwa ada harapan sanksi tegas dan universal untuk tindakan yang tidak jujur.

Ketika salah satu perusahaan Fortune 500 berubah sikap pada penipuan dari "CEO akan diberitahu ketika seseorang dituntut untuk penipuan" menjadi "CEO akan diberitahu ketika seseorang yang melakukan penipuan tidak dituntut," jumlah penipuan di perusahaan menurun secara signifikan.

Civil Action

(15)

Seperti yang Anda pelajari dalam Bab 1, tujuan gugatan perdata adalah untuk memulihkan uang atau aset lainnya dari pelaku penipuan dan lain-lain yang terkait dengan penipuan. Kecuali pelaku memiliki aset yang cukup besar (misalnya, rumah, mobil mahal, dan aset lainnya), tindakan sipil cukup langka dalam kasus penipuan karyawan karena pelaku biasanya menghabiskan uang yang mereka curi. Namun, gugatan perdata jauh lebih umum ketika penipuan melibatkan organisasi lain. Vendor yang membayar suap kepada karyawan perusahaan yang sering menjadi sasaran tindakan sipil oleh perusahaan korban, terutama jika kerugian kepada perusahaan yang tinggi. Perhatikan contoh dalam kasus nyata berikut di mana nama telah diubah.

Mark L. adalah agen pembelian untuk sebuah perusahaan yang membeli dalam jumlah besar seragam bagi karyawannya. Mark biasanya digunakan tiga vendor yang berbeda tapi kemudian Mark mulai menerima suap dari vendor tertentu dari Korea. Setelah suap yang dibayar, kontrol transaksi pembelian bergeser dari pembeli ke pemasok, dengan pemasok menuntut bahwa perusahaan Markus membeli banyak seragam dengan harga yang lebih tinggi dan dengan kualitas yang lebih rendah. Setelah kualitas memburuk, seragam mulai berantakan, berubah warna saat dicuci, dan kancing mudah lepas. Sementara itu, perusahaan Korea menggeser produksi ke Negara dengan biaya yang lebih rendah dan menuntut perusahaan pembelian menaikkan jumlah pembelian seragam. Karena kualitas menurun, perusahaan Markus menggugat pemasok karena gagal memenuhi spesifikasi kontrak. Setelah menarik catatan pembelian, perusahaan Markus menemukan (formulir pajak yang menunjukkan pembayaran) 1099 untuk Mark. Melihat tanda merah bahwa agen pembelian mereka sendiri dibayar oleh pemasok, perusahaan Markus menyewa pemeriksa kecurangan yang mendeteksi dan menyelidiki penipuan. Perusahaan Markus menggugat produsen Korea secara perdata untuk 3 kerusakan menurut RICO statue. Tepat sebelum sidang dimulai, perusahaan Korea menyelesaikan kasus dengan perusahaan Markus dengan membayar sejumlah $ 46.000.000 untuk menutupi kerusakan tiga kali lipat dan biaya hukum yang dikeluarkan.

Demikian pula, pemegang saham dan kreditur yang menderita kerugian ketika penipuan manajemen terjadi hampir selalu menuntut tidak hanya pelaku tetapi juga biasanya auditor dan lain-lain yang terkait dengan perusahaan yang mungkin memiliki "kantong dalam." Pengacara penggugat biasanya lebih dari bersedia untuk mewakili pemegang saham di class action, gugatan biaya kontingen.

(16)

Criminal Action

Tindak pidana hanya bisa dibawa oleh penegak hukum atau badan hukum. Organisasi yang ingin mengejar tindakan pidana terhadap pelaku harus bekerja dengan negara, atau badan-badan federal setempat untuk mendapatkan karyawan mereka atau pelaku lainnya dituntut. Seperti yang Anda pelajari dalam Bab 1, hukuman pidana biasanya melibatkan denda, hukuman penjara, atau keduanya. Mereka juga dapat melibatkan pelaku masuk ke dalam perjanjian ganti rugi untuk membayar dana kembali dicuri selama periode waktu.

Mengejar hukuman pidana adalah menjadi lebih dan lebih umum dalam kasus penipuan.

Eksekutif perusahaan yang melakukan penipuan sering dihukum hingga 10 tahun penjara dan diperintahkan untuk membayar denda sebesar jumlah penggelapan mereka.

Sebagai contoh sanksi pidana yang dapat dikenakan, pertimbangkan kasus Bernie Ebbers, mantan CEO WorldCom.

Salah satu putusan kriminal terbesar yang pernah diberikan kepada pelaku penipuan diberikan kepada mantan CEO WorldCom Bernie Ebbers pada tahun 2005. Mr. Ebbers 63 tahun dijatuhi hukuman 25 tahun penjara atas perannya dalam mendalangi penipuan perusahaan terbesar dalam sejarah AS.

Mr. Ebbers dihukum pada Maret 2005 karena terlibat dalam penipuan $ 11 Trilliun manipulasi akuntansi di WorldCom yang merupakan terbesar dalam gelombang skandal perusahaan di Enron, Adelphia, dan perusahaan lainnya.

WorldCom, atau sekarang dikenal sebagai MCI, mengajukan kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS pada tahun 2002. runtuhnya perusahaan menyebabkan miliaran dolar kerugian bagi pemegang saham dan karyawan.

Mr. Ebbers sebelumnya telah sepakat untuk kehilangan sebagian besar aset-nya termasuk sebuah rumah Mississippi dan kepemilikan lainnya diperkirakan bernilai sebanyak $ 45 juta- untuk dibakar investor WorldCom dan MCI. Istrinya memiliki rumah sederhana di Jackson, Mississippi, dan sekitar $ 50.000.

Mr. Ebbers mengajukan putusan banding, tapi itu ditegaskan kembali oleh pengadilan yang lebih tinggi pada bulan September 2006.

Ingat, bagaimanapun, bahwa jauh lebih sulit untuk menerima hukuman pidana daripada mendapatkan penilaian dalam kasus perdata. Sedangkan bukti dominan (lebih dari 50 persen)

(17)

yang diperlukan untuk memenangkan kasus perdata, keyakinan hanya berhasil jika ada bukti

"tanpa keraguan" bahwa pelaku "sengaja" mencuri uang atau aset lainnya.

Review Pembelajaran

1. Terbiasa dengan cara perusahaan yang berbeda-beda dalam melawan penipuan.

Organisasi umumnya melawan penipuan dalam empat cara: (1) dengan mencoba untuk mencegah penipuan sebelum terjadi, (2) dengan menggunakan metode deteksi proaktif untuk penipuan yang terjadi, (3) dengan menyelidiki penipuan setelah ada kecurigaan (prediksi) bahwa penipuan sedang atau telah terjadi, dan (4) dengan mengikuti hukum dan cara-cara lainnya.

2. Memahami pentingnya pencegahan penipuan.

Pencegahan penipuan adalah kegiatan fraud fighting yang paling efektif. Setelah penipuan terjadi, semua orang akan rugi. Pencegahan penipuan melibatkan (1) mengambil langkah-langkah untuk menciptakan dan memelihara budaya kejujuran dan etika yang tinggi dan (2) menilai risiko untuk penipuan dan mengembangkan respon konkrit untuk mengurangi risiko dan menghilangkan kesempatan atau penipuan.

3. Memahami bagaimana menciptakan budaya kejujuran dan etika yang tinggi.

Organisasi yang mengambil langkah-langkah proaktif untuk menciptakan budaya kejujuran dan etika yang tinggi dapat berhasil menghilangkan banyak penipuan.

Menciptakan budaya kejujuran dan etika yang tinggi termasuk (1) memastikan model perilaku manajemen puncak yang tepat, (2) mempekerjakan karyawan yang tepat, (3) meyampaikan harapan pada seluruh bagian organisasi, (4) menciptakan lingkungan kerja yang positif, dan (5) mengembangkan dan mempertahankan kebijakan yang efektif untuk menangani penipuan ketika hal itu terjadi.

4. Memahami mengapa mempekerjakan karyawan yang tepat dapat sangat mengurangi risiko penipuan.

Sayangnya, tidak semua orang sama-sama jujur atau telah sama-sama berkembang dengan baik sesuai kode etik pribadi. Jika sebuah organisasi ingin sukses dalam mencegah penipuan, ia harus memiliki kebijakan perekrutan yang efektif yang membedakan antara individu marginal dan sangat etis, terutama ketika merekrut untuk posisi berisiko tinggi. Prosedur perekrutan proaktif mencakup hal-hal seperti melakukan investigasi latar belakang calon karyawan, benar-benar memeriksa referensi dan belajar bagaimana menafsirkan tanggapan terhadap pertanyaan ditanya tentang calon, dan pengujian untuk kejujuran dan atribut lainnya.

5. Memahami bagaimana menilai dan mengurangi risiko penipuan.

(18)

Menilai dan mengurangi risiko penipuan berarti bahwa organisasi harus memiliki proses di tempat yang baik mendefinisikan mana risiko penipuan terbesar adalah dan mengevaluasi dan tes kontrol yang mengurangi risiko tersebut. Dalam mengidentifikasi risiko penipuan, organisasi harus mempertimbangkan karakteristik organisasi, industri, dan negara tertentu yang mempengaruhi risiko penipuan.

6. Memahami pentingnya deteksi penipuan awal.

Tidak peduli seberapa baik kegiatan pencegahan penipuan perusahaan adalah, beberapa penipuan masih akan terjadi. Perusahaan harus menggunakan teknik deteksi penipuan proaktif, seperti sistem whistle-blower dan data mining tools, untuk mendeteksi penipuan sebelum mereka menjadi besar.

7. Memahami pendekatan yang berbeda untuk penyelidikan penipuan.

Penyelidikan penipuan melibatkan langkah-langkah yang diambil, setelah penipuan terdeteksi atau dicurigai, untuk menentukan siapa, mengapa, kapan, dan berapa banyak penipuan. Penyelidikan penipuan mengidentifikasi pelaku, jumlah yang diambil, dan kerusakan pada kontrol atau elemen lainnya yang memungkinkan penipuan terjadi. Penyelidikan penipuan akan mahal dan memakan waktu.

8. Jadilah akrab dengan pilihan yang berbeda untuk tindakan hukum yang dapat diambil setelah penipuan telah terjadi.

Setelah penipuan terjadi, perusahaan harus mengambil tindakan baik internal maupun eksternal. Tindakan internal melibatkan memastikan kontrol dan pelatihan di tempat untuk mencegah kejadian masa depan penipuan serupa. Tindakan eksternal meliputi tindakan sipil dan / atau tuntutan pidana.

(19)

Case 4

Asumsikan bahwa Anda adalah fraud expert untuk sebuah perusahaan besar Fortune 500 yang terletak di Miami, Florida. Pada pertemuan terakhir dengan komite eksekutif, salah satu petugas menjelaskan bahwa program pencegahan penipuan, yang mengajarkan manajer dan karyawan bagaimana mendeteksi dan laporan penipuan, membutuhkan biaya perusahaan sebesar $ 150.000 per tahun. Petugas kemudian menjelaskan bahwa itu adalah buang-buang waktu dan uang bagi perusahaan untuk mendidik karyawan dan manajer tentang penipuan.

"Apakah itu bukan tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan?" Ia mempertanyakan. Sebagai ahli penipuan perusahaan, presiden meminta Anda untuk menjelaskan mengapa manajer dan karyawan harus dididik dalam deteksi penipuan.

1. Apa yang akan Anda katakan pada komite tentang seberapa pentingnya melatih manajer dan karyawan dalam mendeteksi penipuan?

2. Setelah menjelaskan kepada komite mengenai pentingnya melatih manajemen dan karyawan, presiden meminta pendapat Anda tentang cara-cara yang efektif untuk melibatkan karyawan dan manajer dalam pencegahan dan deteksi penipuan. Apa yang akan Anda katakan pada presiden?

Jawaban

1. Manajer dan karyawan dapat menjadi posisi yang sangat penting dalam sebuah organisasi bia berhubungan dengan kecurangan atau penipuan. Menurut penelitian, fraud yang dilakukan oleh karyawan jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang dilakukan oleh top manajemen, dan pengungkapan kasus fraud lebih banyak dideteksi oleh karyawan dan manajer, hal ini dikarenakan mereka bekerja berdampingan dengan pelaku fraud tersebut, sehingga mereka dapat menyadari terjadinya perubahan pada perilaku, gaya hidup, dan finansial mereka. Dengan memberikan mereka pelatihan dan wawasan yang baik terhadap tindak kecurangan, maka berarti secara tidak langsung perusahaan telah bertindak proaktif dalam menangani kecurangan, baik yang masih akan terjadi maupun sedang terjadi. Dengan bertambahnya wawasan masing-masing manajer dan karyawan tentang tindak kecurangan, maka akan menaikkan prosentase whistle-blower dalam perusahaan ketika mulai muncul indikasi kecurangan secara tidak langsung. Hal ini dapat memperkuat pertahanan perusahaan dalam menangani kecurangan dan meminimalkan rasio kecurangan yang dapat terjadi didalam organisasi.

Selain itu jika tidak memberikan pelatihan yang cukup bagi manajer dan karyawan, perusahaan justru akan sangat mungkin menanggung biaya yang lebih besar seandainya terjadi kecurangan dalam perusahaan. Ingat bahwa fraud is costly, sehingga tindakan preventif seperti ini akan besar manfaatnya bagi keberlangsungan perusahaan.

(20)

2. Hal yang paling jelas harus dilakukan perusahaan ketika ingin melibatkan manajer dan karyawan dalam pencegahan maupun deteksi kecurangan ialah membentuk iklim usaha yang positif. Perusahaan harus menciptakan lingkungan usaha sekondusif mungkin dan menjunjung tinggi budaya serta etika dalam perusaan. Menyusun visi misi yang jelas dalam perusahaan sehingga ekspektasi perusahaan dapat sampai kepada masig-masing individu. Kemudian memberikan pelatihan dan perluasan wawasan mengenai fraud dan fraud prevention atau fraud examination bagi bagian-bagian perusahaan yang terkait seperti pihak manajemen. Sedangkan bagi karyawan diberikan pelatihan mengenai etika kerja dan etos kerja serta dasar dasar mengenai perilaku kecurangan. Untuk tindakan pencegahan, ada 2 hal yang umumnya dipakai oleh organisasi, yang pertama adalah dengan menciptakan budaya jujur dan beretika tinggi di lingkungan organisasi.

Dan yang kedua adalah dengan menaksir resiko fraud dan kemudian mengembangkan tindakan konkrit yang konsisten yang dapat mengurangi dan bahkan mengeliminasi peluang terjadinya fraud.

Untuk tindakan pendeteksian, ada 2 tindakan pendeteksian fraud yang baru-baru ini berkembang dan sering dilakukan oleh organisasi. Yang pertama adalah memasang hotlines atau sistem whistle-blower dan mendorong karyawan dan lainnya untuk melaporkan semua aktivitas yang mencurigakan. Dan yang kedua mencari berbagai databases untuk dapat menemukan trend, angka, hubungan atau anomali lainnya yang tidak biasa, yang dapat mengindikasikan terjadinya fraud.

(21)

Kasus Gayus

Profil Gayus Tambunan

Gayus Halomoan Partahanan Tambunan atau Gayus Tambunan (lahir di Jakarta, 9 Mei 1979; umur 34 tahun) adalah mantan pegawai negeri sipil di Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Indonesia.

Gayus dilahirkan dan dibesarkan di Warakas, Jakarta Utara. Dia adalah anak kedua dari 5 bersaudara, putra dari Amir Syarifuddin Tambunan. Setelah lulus dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) pada tahun 2000, Gayus ditempatkan di Balikpapan. Beberapa tahun kemudian Gayus yang diangkat menjadi PNS golongan IIIA di Bagian Penelaah Keberatan pada Seksi Banding dan Gugatan Wilayah Jakarta II Ditjen Pajak. Gayus terus berkarier di Direktorat Jenderal Pajak sampai diberhentikan karena tersandung kasus mafia kasus Pajak pada tahun 2010.

Gayus menikah dengan Milana Anggraeni pada tahun 2002 dan mempunyai lima orang anak.Milana sendiri diduga ikut menerima aliran dana dari rekening Gayus Tambunan sebesar Rp 3,6 miliar. Diketahui ada transfer dana ke rekening Milana dalam lima kali transfer, antara 4 Desember 2009 hingga 11 Januari 2010.

Kronologi kasus Pajak Gayus

Gayus Tambunan pertama kali dicurigai setelah namanya disebut oleh mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji atas kepemilikan uang sebesar Rp 25 miliar dalam rekening pribadinya. Hal tersebut sangat mencuri perhatian karena Gayus Tambunan hanyalah seorang PNS golongan III A yang mempunyai gaji berkisar antara 1,6-1,9 juta rupiah saja. Atas kecurigaan ini Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) melakukan pemeriksaan terhadap rekening milik Gayus H. Tambunan di Bank Panin. Polri kemudian melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. Dan pada tanggal 7 Oktober 2009 penyidik Bareskrim Mabes Polri menetapkan Gayus H. Tambunan sebagai tersangka dengan mengirimkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).

Dalam berkas yang dikirimkan penyidik Polri kepada kejaksaan, Gayus H. Tambunan dijerat dengan tiga pasal berlapis yakni pasal korupsi, pencucian uang, dan penggelapan

(22)

karena Gayus H. Tambunan adalah seorang pegawai negeri dan sangatlah tidak wajar untuk dapat memiliki dana sebesar Rp. 25 miliar di Bank Panin. Hasil penelitian jaksa menyebutkan bahwa hanya terdapat satu pasal yang terbukti terindikasi kejahatan dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu penggelapan. Namun hal ini tidak terkait dengan uang senilai Rp. 25 milliar yang diributkan PPATK dan Polri. Untuk korupsi terkait dana Rp.25 milliar ini tidak dapat dibuktikan karena dalam penelitian jaksa, ternyata uang tersebut merupakan produk perjanjian Gayus dengan Andi Kosasih.

Andi Kosasih adalah pengusaha garmen asal Batam yang mengaku pemilik uang senilai hampir Rp. 25 miliar di rekening Bank Panin milik Gayus H. Tambunan. Hal ini didukung dengan adanya perjanjian tertulis antara terdakwa (Gayus H. Tambunan) dan Andi Kosasih yang ditandatangani tanggal 25 Mei 2008. Menurut Cirrus Sinaga selaku anggota Tim Jaksa Peneliti kasus Gayus, Gayus H. Tambunan dan Andi Kosasih awalnya berkenalan di pesawat. Kemudian keduanya berteman karena merasa sama-sama besar, tinggal dan lahir di Jakarta Utara. Karena pertemanan keduanyalah Andi Kosasih meminta Gayus H.

Tambunan mencarikan tanah dua hektar untuk membangun ruko di kawasan Jakarta Utara.

Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah tersebut sebesar US$ 6 juta. Namun Andi Kosasih baru menyerahkan uang sebesar US$ 2.810.000. Andi menyerahkan uang tersebut kepada Gayus melalui transaksi tunai di rumah orang tua istri Gayus lengkap dengan kwitansinya, sebanyak enam kali yaitu pada tanggal 1 Juni 2008 sebesar US$ 900.000, tanggal 15 September 2008 sebesar US$ 650.000, tanggal 27 Oktober 2008 sebesar US$

260.000, tanggal 10 November 2008 sebesar US$ 200.000, tanggal 10 Desember 2008 sebesar US$ 500.000, dan terakhir pada tanggal 16 Februari 2009 sebesar US$ 300.000. Andi Kosasih menyerahkan uang tersebut karena dia percaya kepada Gayus H. Tambunan.

Menurut Cirrus Sinaga, dugaan money laundring hanya tetap menjadi dugaan karena Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK) sama sekali tidak dapat membuktikan uang senilai Rp. 25 milliar tersebut merupakan uang hasil kejahatan pencucian uang (money laundring). PPATK telah dihadirkan dalam kasus tersebut sebagai saksi.

Namun, dalam proses perkara, PPATK tidak bisa membuktikan transfer rekening yang diduga tindak pidana tersebut.

Dari perkembangan proses penyidikan kasus tersebut, ditemukan juga adanya aliran dana senilai Rp 370 juta di rekening Bank BCA milik Gayus H. Tambunan. Uang tersebut diketahui berasal dari dua transaksi milik PT.Mega Cipta Jaya Garmindo. PT. Mega Cipta Jaya Garmindo adalah perusahaan milik pengusaha Korea, Mr. Son yang bergerak di bidang garmen. Transaksi dilakukan dalam dua tahap yaitu pada tanggal 1 September 2007 sebesar

(23)

Rp. 170 juta dan 2 Agustus 2008 sebesar Rp. 200 juta. Setelah diteliti dan disidik, uang senilai Rp.370 juta tersebut diketahui bukan merupakan korupsi dan money laundring tetapi penggelapan pajak murni. Uang tersebut dimaksudkan untuk membantu pengurusan pajak pendirian pabrik garmen di Sukabumi. Namun demikian, setelah dicek, pemiliknya Mr Son, tidak diketahui dimana keberadaanya. Uang tersebut masuk ke rekening Gayus H. Tambunan, namun ternyata Gayus tidak mengurus pajaknya. Uang tersebut tidak digunakan oleh Gayus dan tidak dikembalikan kepada Mr. Son sehingga hanya diam di rekening Gayus. Berkas P- 19, dengan petujuk jaksa, memerintahkan untuk memblokir dan kemudian menyita uang senilai Rp 370 juta tersebut. Dalam petunjuknya, jaksa peneliti juga meminta penyidik Polri menguraikan di Berita Acara Pemeriksaan (BAP) keterangan dari hasil tersebut beserta keterangan dari tersangka (Gayus H. Tambunan).

Dugaan penggelapan yang dilakukan Gayus diungkapkan Cirrus Sinaga secara terpisah dan berbeda dasar penanganannya dengan penanganan kasus money laundring, penggelapan dan korupsi senilai Rp. 25 milliar yang semula dituduhkan kepada Gayus. Cirrus dan jaksa peneliti lain tidak menyinggung soal Rp 25. milliar lainnya dari transaksi Roberto Santonius, seorang konsultan pajak. Kejaksaan pun tak menyinggung apakah mereka pernah memerintahkan penyidik Polri untuk memblokir dan menyita uang dari Roberto ke rekening Gayus senilai Rp 25 milyar itu.

Sebelumnya, penyidik Polri melalui AKBP Margiani, dalam keterangan persnya mengungkapkan, bahwa jaksa peneliti dalam petunjuknya pada berkas (P-19) Gayus memerintahkan penyidik untuk menyita besaran tiga transaksi mencurigakan di rekening Gayus. Adapun tiga transaksi itu diketahui berasal dari dua pihak, yaitu Roberto Santonius dan PT. Mega Jaya Citra Termindo. Transaksi yang berasal dari Roberto, yang diketahui sebagai konsultan pajak bernilai Rp. 25 juta, sedangkan dari PT. Mega Jaya Citra Termindo senilai Rp. 370 juta. Transaksi itu terjadi pada tanggal 18 Maret, 16 Juni dan 14 Agustus 2009. Uang senilai Rp. 395 juta tersebut disita berdasarkan petunjuk dari jaksa peneliti kasus itu.

Setelah itu, berkas Gayus dilimpahkan ke pengadilan. Jaksa mengajukan tuntutan 1 (satu) tahun dan masa percobaan 1 (satu) tahun. Dari pemeriksaan atas pegawai Direktorat Jenderal Pajak itu sebelumnya, beredar kabar bahwa ada "guyuran" sejumlah uang kepada polisi, jaksa, hingga hakim masing-masing Rp 5 miliar. Diduga gara-gara ‘guyuran’ uang tersebut Gayus terbebas dari hukuman. Dalam sidang di Pengadilan Negeri Tangerang tanggal 12 Maret 2010, Gayus yang hanya dituntut satu tahun percobaan, dijatuhi vonis bebas.

(24)

Menurut Yunus Husein, Ketua PPATK, "Mengalirnya uang belum kelihatan kepada aparat negara atau kepada penegak hukum. Namun anehnya pada penggelapan ini tidak ada pihak pengadunya, pasalnya adalah karena perusahaan ini telah tutup. Sangkaan inilah yang kemudian diajukan ke persidangan Pengadilan Negeri Tangerang. Dan di Pengadilan Negeri Tangerang, Gayus tidak terbukti secara sah melakukan tindak pidana penggelapan. Hasilnya, Gayus divonis bebas.”

Kemudian, pada Rabu 24 Maret 2010 Gayus diketahui berada di Singapura. Dia meninggalkan Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta. Namun dia pernah memberikan keterangan kepada Satgas kalau praktek yang dia lakukan melibatkan sekurang-kurangnya 10 rekannya. Satgas Pemberantasan Mafia Hukum mengatakan bahwa kasus markus pajak dengan aktor utama Gayus H. Tambunan melibatkan sindikasi oknum polisi, jaksa, dan hakim. Satgas menjamin oknum-oknum tersebut akan ditindak tegas oleh masing-masing institusinya, koordinasi perkembangan ketiga lembaga tersebut terus dilakukan bersama Satgas. Ketiga lembaga tersebut sudah berjanji akan melakukan proses internal. Kasus ini merupakan sindikasi (jaringan) antar berbagai lembaga terkait.

Pada tanggal 31 Maret 2010, Tim Penyidik Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri memeriksa tiga orang sekaligus. Selain Gayus H. Tambunan dan Brigjen Edmond Ilyas, ternyata Brigjen Raja Erisman juga ikut diperiksa. Pemeriksaan dilakukan oleh tiga tim berbeda. Tim pertama memeriksa berkas lanjutan pemeriksaan Andi Kosasih, tim kedua memeriksa adanya keterlibatan anggota polri dalam pelanggaran kode etik profesi, dan tim ketiga menyelidiki keberadaan dan tindak lanjut aliran dana rekening Gayus.

Pada tanggal 7 April 2010, Komisi III DPR mengendus seorang jenderal bintang tiga di Kepolisian yang diduga terlibat dalam kasus Gayus H. Tambunan dan seseorang bernama Syahrial Johan ikut terlibat dalam kasus penggelapan pajak. Dari Rp. 24 milliar yang digelapkan Gayus, Rp. 11 milliar mengalir kepada pejabat kepolisian, Rp. 5 milliar kepada pejabat kejaksaan dan Rp. 4 milliar di lingkungan kehakiman, sedangkan sisanya mengalir kepada para pengacara.

Pada bulan Maret 2013, Mahkamah Agung (MA) menolak kasasi mafia pajak Gayus Halomoan P Tambunan dalam kasus pencucian uang dan penyuapan penjaga tahanan.

Dengan putusan itu, total hukuman yang diterima Gayus adalah 30 tahun pidana penjara. Ia juga harus membayar denda mencapai Rp 1 miliar.

Berikut rincian vonis Gayus :

1. Gayus mendapatkan vonis tujuh tahun penjara oleh majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tahun 2011 lalu. Hukuman bagi Gayus bertambah setelah

(25)

dalam tahap banding, majelis hakim Pengadilan Tinggi Jakarta menambah hukuman Gayus menjadi 10 tahun penjara. Sedangkan dalam tingkat kasasi di Mahkamah Agung, Gayus kembali mendapat tambahan hukuman menjadi 12 tahun penjara.

2. Majelis hakim pada Pengadilan Negeri Tangerang juga memvonis Gayus dengan hukuman 2 tahun bui. Hal itu karena dalam persidangan Oktober 2011 lalu, Gayus terbukti bersalah dalam kasus pemalsuan paspor yang dia gunakan untuk bepergian selama dalam masa hukuman.

3. Gayus juga dihukum dalam kasus penggelapan pajak PT Megah Citra Raya, divonis 8 tahun penjara.

4. Gayus divonis enam tahun penjara dan denda Rp 1 miliar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta. Gayus divonis atas empat perkara, yakni menerima gratifikasi terkait pengurusan pajak, kepemilikan uang 659.800 dollar AS dan 9,68 juta dollar Singapura yang diduga gratifikasi. Gayus juga didakwa terkait pencucian uang dan menyuap petugas Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta menambah hukuman terpidana kasus mafia pajak, Gayus Tambunan, menjadi 8 tahun penjara.

Sehingga apabila ditotal, hukuman penjara yang diterima oleh gayus adalah selama 30 tahun.

Pembahasan Analisis Kasus

Pada kasus ini, Gayus memanfaatkan posisi yang dimilikinya sebagai pegawai pajak untuk dapat melakukan penggelapan pajak, dan tidak tanggung-tanggung jumlah pajak yang digelapkan oleh Gayus mencapai Rp. 1,7 trilyun. Dan disinyalir potensi uang Negara yang hanyut ke kantong-kantong petugas pajak mencapai Rp. 300 trilyun. Berdasarkan kasus yang dilakukan oleh Gayus dan para petugas pajak tersebut, ada banyak cara yang seharusnya dapat dilakukan, untuk mencegah kejahatan tersebut sebelum menjadi besar dan merugikan pemerintah. Menurut Albrecht (2012) dalam bukunya Fraud Examination, salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah fraud adalah dengan menciptakan budaya jujur dan beretika tinggi. Dan untuk mencipatakan budaya tersebut, dibutuhkan 5 elemen dasar, yakni

1. Memastikan bahwa Top Manajemen mencerminkan perilaku yang baik.

Pada kasus gayus, pihak yang terlibat dengan penggelapan pajak, tidak serta merta hanya Gayus seorang, 10 atasan Gayus juga melakukan perbuatan yang sama. Hal tersebut dikarenakan, kejahatan seperti ini sudah merupakan budaya yang telah ada bahkan sebelum Gayus menjabat sebagai pegawai Ditjen pajak. Dengan kondisi

(26)

seperti ini, tidak heran jika banyak karyawan yang akan melakukan kejahatan penggelapan pajak, terutama apabila pimpinan mereka sendiri melakukan hal yang sama. Oleh karena itu, pada kasus Gayus ini, 10 atasan Gayus yang terlibat dibebastugaskan. Langkah yang seharusnya diambil oleh Ditjen Pajak adalah memilih kembali seseorang untuk menggantikan posisi Gayus dan atasannya dengan orang- orang yang memiliki latar belakang yang lebih baik. Dan sebelum menunjuk seseorang, sebaiknya dilakukan penelusuran yang menyeluruh mengenai latar belakang dari orang tersebut, untuk dapat mencegah terjadinya hal yang sama.

2. Memperkerjakan Karyawan yang baik

Kebanyakan pegawai yang bekerja di Ditjen Pajak adalah lulusan dari STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara), termasuk Gayus Tambunan dan atasan dari Gayus. STAN adalah sebuah perguruan tinggi dimana uang spp dan kebutuhan sekolah lainnya telah dibiayai oleh Negara, dengan harapan lulusan STAN ini dapat mengabdi kepada Negara setelah mereka lulus. Pendidikan gratis dan penempatan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil setelah lulus, tentunya merupakan tawaran menggiurkan bagi banyak orang. Seleksi ketatpun dilakukan oleh STAN untuk dapat menyaring orang- orang yang memiliki potensi tinggi, mulai dari tes tulis, tes kesehatan, dan juga tes wawancara. Namun, jika budaya kecurangan yang selama ini telah berakar di Ditjen Pajak dapat terjadi, maka yang menjadi pertanyaan adalah apakah seleksi pemilihan pegawai yang telah dilakukan cukup untuk dapat menjamin kebaikan moral dari pegawai tersebut?

3. Mengkomunikasikan Ekspektasi Kejujuran dan Integritas

Kasus yang terjadi pada Gayus juga dikarenakan kurangnya komunikasi dan juga praktek kerja yang dilandasi dengan kejujuran dan Integritas. Untuk menjawab dari pertanyaan di poin no 2 diatas, Menurut kelompok kami, sebelum seseorang dapat bekerja di suatu Instansi atau perusahaan, perlu dilakukan beberapa pelatihan atau seminar untuk dapat mengkomunikasikan dan menanamkan kode etik yang dimiliki oleh perusahaan. Sanksi atas pelanggaran kode etik tersebut juga harus diterapkan dengan tegas.

4. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif

Kenapa kasus seperti yang dilakukan oleh Gayus dapat terjadi, juga adalah karena kondisi lingkungan kerja yang negative. Dalam kasus gayus saja, ada 26 oknum yang terdiri dari pegawai pajak, penyidik, jaksa, hakim, pengacara, pegawai rutan, konsultan pajak, pengusaha, calo imigrasi dan perantara kasus yang terlibat atas kasus

(27)

penggelapan pajak beserta proses hukum yang mengikuti. Maka, untuk dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif, komponen perusahaan yang terdiri dari pimpinan, manajer, karyawan, bahkan customer dan supplier juga harus memiliki perilaku yang positif, dengan kata lain, tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum dan kode etika.

5. Perlakuan yang tegas pada pelaku Fraud

Gayus dan semua orang yang terlibat atas kasus penggelapan pajak dan gratifikasi, telah ditetapkan hukumannya baik oleh pengadilan maupun oleh instansi. Hal tersebut dapat digunakan sebagai ancaman kepada semua pihak-pihak yang memiliki niat untuk melakukan hal yang sama, atau dengan kata lain tindakan ini adalah pencegahan secara nyata dimana orang lain akan tahu apa konsekuensi yang akan didapat apabila mereka melanggar suatu hukum dan kode etik yang berlaku.

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan Listrik Desa RT.09 Sengeti (Pengadaan Gardu/ Trafo 50 Kva) - Pemb.. Jaringan

Apabila dalam waktu tersebut perusahaan Saudara tidak hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka perusahaan Saudara

Apabila ditinjau dari permasalahan di atas, maka dengan adanya Sistem Informasi Manajemen retribusi daerah, diharapkan pengolahan sistem manajemen retribusi daerah dapat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN PORTOFOLIO TERHADAP PENGUASAAN KONSEP ANGIOSPERMAE DAN SIKAP SISWA SMA TERHADAP SAINS.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Proses ini di desain untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan dengan efektif dan efesien dalam operasi, keandalan laporan keuangan,

[r]

Dengan sedikit kaget , aku menyadar i bahwa ini sangat dekat kepada dunia bahwa Edwar d akan per nah mengalami ket ika ia masih manusia, dunia ia dibesar kan