Tujuan 5
Mencapai Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Kaum
Perempuan
Direktorat Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga Kementerian PPN/Bappenas
Daftar Isi
5.1 Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan di mana pun.
• Kebijakan yang menyangkut kehidupan pada umumnya
• Kebijakan tentang kekerasan terhadap perempuan
• Kebijakan tentang lapangan kerja dan ekonomi
• Kebijakan tentang lapangan kerja dan ekonomi
5.2 Menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan di ruang publik dan pribadi, termasuk perdagangan orang dan eksploitasi seksual, serta berbagai jenis eksploitasi lainnya.
• Diagram bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak oleh pasangan/ mantan pasangan dan anggota keluarga
• Grafik bentuk kekerasan terhadap perempuan di ranah rumah tangga/ ranah pribadi (pacaran)
• Grafik jenis kekerasan seksual di ranah
• rumah tangga/ ranah privat
• Grafik usia korban dan pelaku ranah rumah tangga/ ranah privat
• Grafik bentuk kekerasan terhadap anak perempuan
• Persentase kekerasan fisik dan/atau seksual berdasarkan tempat tinggal
• Grafik prevalensi kekerasan fisik dan/ atau seksual menurut pendidikan
• Grafik Angka Kekerasan Terhadap PerempuanBerdasarkan Data Provinsi 2019
• Diagram persentase jenis kekerasan terhadap perempuan dan anak oleh orang lain selain pasangan (ranah komunitas) 2019
• Grafik Usia Korban dan Pelaku Ranah Komunitas 2019
• Grafik Kekerasan terhadap perempuan dan anak oleh orang lain selain pasangan (ranah komunitas).
5.3 Menghapuskan semua praktik berbahaya, seperti perkawinan usia anak, perkawinan dini dan paksa, serta sunat perempuan.
• Grafik Persentase perkawinan anak menurut umur dan daerah tempat tinggal 2019
• Grafik Persentase Perempuan Usia diatas 10 Tahun yang Usia Perkawinan
`Pertamanya Kurang dari 16 Tahun menurut Provinsi, 2019.
5.4 Mengenali dan menghargai pekerjaan mengasuh dan pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar melalui penyediaan pelayanan publik, infrastruktur dan kebijakan perlindungan sosial, dan peningkatan tanggung jawab bersama dalam rumah tangga dan keluarga yang tepat secara nasional.
• Grafik Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang mengurus Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal dan Pengalaman Bekerja, 2017
• Persentase perempuan dan laki-laki yang mengurus rumah tangga
5.5 Menjamin partisipasi penuh dan efektif, dan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk memimpin di semua tingkat pengambilan keputusan dalam kehidupan politik, ekonomi, dan masyarakat.
• Diagram Persentase Anggota DPR RI 2019-2024 Berdasarkan Gender
• Grafik Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Menurut Jenis Kelamin, 1955 - 2019
• Tingkat Keterwakilan Perempuan di DPR RI Hasil Pemilu 2019 Berdasarkan Provinsi
• Grafik Data Gender Pendidikan Formal Anggota DPR RI Hasil Pemilu 2019
• Diagram Persentase Anggota DPD RI 2019 Berdasarkan Gender
• Grafik Pendidikan Formal Anggota DPD RI Perempuan Hasil
• Pemilu 2019
• Grafik Persentase Anggota DPD RI Periode 2019-2024 Berdasarkan Gender dan Provinsi
• Pola Keterwakilan Gender DPD RI Periode 2019-2024 Berdasarkan Provinsi
• Grafik Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja dengan Posisi Managerial
5.6.1 Proporsi perempuan usia reproduksi 15-49 tahun yang membuat keputusan sendiri terkait hubungan seksual, penggunaan
kontrasepsi, dan layanan kesehatan.
• Diagram Pengambilan keputusan tentang Keluarga Berencana
• Grafik Pengambilan keputusan tentang Keluarga Berencana berdasarkan daerah tempat tinggal
• Grafik Pengambilan keputusan tentang Keluarga Berencana berdasarkan pendidikan
• Grafik Pengambilan keputusan tentang Keluarga Berencana berdasarkan kuintil kekayaan
• Grafik Persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan berdasarkan daerah tempat tinggal
• Grafik Persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan berdasarkan kuintil kekayaan
• Grafik Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan daerah tempat tinggal
• Grafik Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan kuintil kekayaan
• Grafik Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan pendidikan ibu
• Grafik Sikap wanita terhadap negosiasi berhubungan seksual yang aman dengan suami berdasarkan daerah tempat tinggal
• Grafik Sikap wanita terhadap negosiasi berhubungan seksual yang aman dengan suami berdasarkan kuintil kekayaan
• Grafik Sikap wanita terhadap negosiasi berhubungan seksual yang aman dengan suami berdasarkan pendidikan ibu
Daftar Isi
5.6.2 Regulasi yang menjamin akses yang setara bagi perempuan dan laki-laki untuk mendapatkan pelayanan, informasi dan pendidikan terkait kesehatan seksual dan reproduksi.
• Grafik Persentase Pemakaian alat/cara KB
• Diagram Sumber pelayanan alat/cara KB
• Grafik Tren pemakaian alat/cara KB
• Grafik Pemilihan alat/cara KB berdasarkan informasi yang diterima
• Grafik Pengetahuan tentang kontrasepsi darurat
• Grafik Persentase HIV yang dilaporkan berdasarkan jenis kelamin
• Persentase Kelompok yang paling berisiko terpapar HIV/AIDS
• Grafik Trend Case Fatality Rate AIDS yang dilaporkan tahun 2000 – 2017
5.a Melakukan reformasi untuk memberi hak yang sama kepada perempuan terhadap sumber daya ekonomi, serta akses
terhadap kepemilikan dan kontrol atas tanah dan bentuk kepemilikan lain, jasa keuangan, warisan dan sumber daya alam, sesuai dengan hukum nasional.
• Persentase Petani Laki-laki dan Perempuan
• Persentase Petani Utama Laki-laki dan Perempuan
• Perlindungan hukum yang mengakui hak perempuan atas tanah
• Perlindungan hukum yang mengakui hak perempuan atas tanah
5.b Meningkatkan penggunaan teknologi yang
memampukan,khususnya teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan.
• Grafik Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Menggunakan Telepon Seluler Menurut Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2019
• Grafik Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Menggunakan Telepon Seluler menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2019
5.c.1 Ketersediaan sistem untuk melacak dan membuat alokasi umum untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
• Grafik Tren Anggaran Reresponsif Gender KL 2011 - 2020
Daftar Isi
5.1 Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap
kaum perempuan di mana pun.
Undang Undang RI Nomor 7 Tahun 1984
tentang Ratifikasi Konvensi PBB tentang Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (disingkat sebagai Konvensi Wanita).
UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
mengamanahkan pada parpol untuk menyertakan keterwakilan perempuan minimal 30 persen dalam pendirian maupun
kepengurusan di tingkat pusat.
Kebijakan yang menyangkut kehidupan pada umumnya
Pasal 26 UU Kewarganegaraan
Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal suaminya,
kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut. Hal ini juga berlaku sebaliknya, yaitu pada suami terhadap istri.
Equality by Law (EBL)
EBL merupakan salah satu konsep untuk melawan diskriminasi.
Bagi Indonesia, hal ini bisa dilihat dari pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang menyatakan bahwa ‘Negara Indonesia adalah Negara Hukum’. Kedua, hukum tersebut harus berlaku bagi setiap orang, bukan sekedar warga negara.
Undang Undang Dasar 1945
Pasal 28D menyebutkan bahwa ‘Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum’. Sedangkan pasal 27 (1) menegaskan semua warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia No. 6 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Data Gender dan Anak
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2013 Tentang Pencalonan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota
sanksi bagi parpol yang tidak memasukkan 30 persen calon perempuan. Sanksi yang diusulkan adalah penolakan daftar calon oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) atau KPU Daerah bila parpol tidak memenuhi ketentuan 30 persen calon perempuan.
Sumber Gambar: Freepik
UU-PKDRT no. 23 tahun 2004
Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Tindak pidana perkosaan diatur dalam Pasal 285 KUHP
Terbatas pada unsur perkosaan & pencabulan • Pengaturan tentang perkosaan masih belum menjamin perlindungan hak korban. RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Menguraikan unsur 9 (sembilan) tindak pidana kekerasan seksual
Pasal 1 angka 1 UU PKDRT
menegaskan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Kebijakan tentang kekerasan terhadap perempuan
Marital rape
baru mendapat perhatian setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (“UU PKDRT”).
Sumber Gambar: Freepik
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UUK”)
perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapununtuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.”
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 1957 Tentang Persetujuan Konpensi Organisasi
Perburuhan Internasional No. 100 Mengenai Pengupahan Yang Sama Bagi Buruh Laki-Laki Dan Wanita Untuk
Pekerjaan Yang Sama Nilainya
Convention on Elimination of All Forms of Discrimation Against Women (CEDAW)
adalah sebuah Kesepakatan Hak Asasi Internasional yang secara khusus mengatur hak-hak perempuan. Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan di Berbagai Bidang (Nilai-nilai sosial budaya, Kehidupan politik dan Publik, Kewarganegaraan, Partisipasi internasional, Pendidikan, Ketenagakerjaan, Kesehatan, Bidang sosial ekonomi, permpuan perdesaan dan perkawinan), Penghapusan trafiking
(perdagangan perempuan) dan ekploitasi prostitusi perempuan
Pasal 82 Undang-Undang (UU) Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan mengatur tentang cuti hamil atau cuti melahirkan. Dalam peraturan cuti melahirkan tersebut, cuti hamil diberikan selama 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan
setelah melahirkan. Dan pengusaha tetap berkewajiban membayar upah selama Anda menjalankan cuti melahirkan.
Kebijakan tentang lapangan kerja dan ekonomi
Sumber Gambar: Freepik
UU nomor 1 Tahun 1974 mengatur usia perkawinan laki-laki adalah 19 tahun sementara perempuan adalah 16 tahun.
Pemerintah resmi mengesahkan Undang-Undang No 16 Tahun 2019 sebagai Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan seperti yang diamanatkan Mahkamah Konstitusi (MK). UU Perkawinan yang baru mengubah batas minimal menikah laki-laki dan
perempuan yang akan menikah minimal di usia 19 tahun
Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam (“KHI”)
yang mengatakan anak yang belum berusia 12 tahun adalah hak ibunya.
Setelah anak tersebut berusia 12 tahun maka dia diberikan kebebasan memilih untuk diasuh oleh ayah atau ibunya.
Pasal 31 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan menyebutkan bahwa suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga. Perempuan yang ditinggal cerai atau mati oleh suaminya (janda) menjadi kepala keluarga.
Pasal 119 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tentang perjanjian perkawinan dimana terhitung sejak perkawinan terjadi, demi hukum terjadilah percampuran harta di antara keduanya.
Inilah yang disebut sebagai harta bersama. Terhadap harta bersama, jika terjadi perceraian, maka harus dibagi sama rata antara suami dan
istri. Pembagian terhadap harta bersama tersebut meliputi segala keuntungan dan kerugian yang didapatkan dari usaha maupun upaya yang dilakukan oleh pasangan suami/istri tersebut selama mereka masih terikat dalam perkawinan.
Kebijakan tentang perkawinan dan keluarga
Sumber Gambar: Freepik
5.2 Menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan di ruang publik dan pribadi,
termasuk perdagangan orang dan eksploitasi
seksual, serta berbagai jenis eksploitasi lainnya.
Jumlah dan bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak oleh pasangan/ mantan pasangan dan anggota keluarga
43%
25%
19%
13%
Fisik Seksual Psikis Ekonomi Kekerasan Terhadap Perempuan di Ranah Personal Secara
Keseluruhan 2020
6,555
1,81 5
*data tahun 2019
43%
25% 19%
13%
Fisik Seksual Psikis Ekonomi
Bentuk kekerasan terhadap perempuan di ranah rumah tangga/ ranah pribadi (pacaran)
kasus kekerasan dalam pacaran kasus kekerasan terhadap istri
Sumber: CATAHU, Komnas Perempuan 2020 SPHPN, BPS 2016
Sumber Gambar: Freepik
2 dari 11
perempuan
usia 15–64 tahun yang pernah/
sedang menikah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual yang dilakukan oleh pasangan.
Kekerasan fisik adalah jenis kekerasan
yang paling banyak dilakukan oleh suami/
pasangan pada istrinya, seperti
menampar, memukul, mendorong/ menjambak rambut, menendang dan menghajar.
822 792 503
206 192 137 100 35 18 1 1
Inses Perkosaan Persetubuhan Pencabulan Eksploitasi Seksual Pelecehan
Seksual Marital Rape
Cyber Crime Pemaksaan
Aborsi Percobaan Perkosaan Perbudakan
Seksual
Jumlah dan bentuk serta usia korban dan pelaku kekerasan terhadap perempuan dan anak oleh
pasangan/ mantan pasangan dan anggota keluarga
Kekerasan
Seksual di Ranah Rumah Tangga/
Ranah Privat
162 1966
3720 2213 2262 653
1…
400
3179
4556 2235
652 83
0
Tidak teridentif
ikasi
>40th 25-40th 19-24th 13-18th 6-12th
<5th
Korban Pelaku
Usia Korban dan Pelaku Ranah Rumah Tangga/ Ranah Privat
2,341
kasus kekerasan terhadap anak perempuan770
571 536
319 145
Inses Seksual Fisik Psikis Ekonomi
Bentuk kekerasan terhadap anakperempuan
Sumber: CATAHU, Komnas Perempuan 2020 SPHPN, BPS 2016
Sumber Gambar: Freepik
Pendidikan korban, daerah tempat tinggal dan angka kekerasan nasional terhadap perempuan dan anak oleh pasangan/ mantan pasangan dan anggota keluarga
9,30%
30,60%
10,50%
39,40%
12 Bulan Terakhir Selama Hidup
SD/SMP SMA Keatas
Prevalensi Kekerasan Fisik dan/
atau Seksual Menurut Pendidikan
Kekerasan fisik dan/atau seksual cenderung lebih tinggi dialami perempuan yang tinggal di daerah perkotaan dibandingkan yang tinggal di daerah pedesaan.
(36,3%) (29,8%)
2738 2525 2222 1121
868 682 563 456 379 298 284 275 268 249 202 201 171 164 161 110 104 104 102 95 91 81 75 62 36 26 5 1 0 0
JABAR JATENG DKI JATIM DIY NTB SUMUT BANTEN SUMSEL ACEH RIAU SULSEL JAMBI MALUKU BABEL KALTIM SUMBAR SULUT KEPPRI BENGKULU NTT KALBAR PAPUA PAPUA BARAT SULTRA BALI LAMPUNG KALSEL GORONTALO KALTENG SULBAR SULTENG KALTARA
MALUKU UTARA Angka
Kekerasan Terhadap Perempuan Berdasarkan Data Provinsi 2019
Perkotaan Pedesaan
Sumber: CATAHU, Komnas Perempuan 2020 Sumber Gambar: Freepik
1,87 1,93 17,03
21,36 57,81
psikis ekonomi Khusus fisik seksual
Proporsi perempuan dewasa dan anak perempuan mengalami kekerasan seksual oleh orang lain selain pasangan
551 715
6
520 176
91 11
356395 6
8 4
63 69
398 212
Pencabulan Perkosaan Percobaan PerkosaanPelecehan Seksual Persetubuhan Cyber Crime Eksploitasi Seksual Penganiayaan Pemukulan Pembunuhan Kekerasan Fisik Lain Pengancaman
Psikis Lain Eksploitasi Ekonomi Pekerja Migran Trafiking
SeksualFisik
Psikis Khusus Ekonomi
1 dari 4
perempuan
usia 15–64 tahun mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual oleh pasangan dan selain pasangan selama hidupnya.
Persentase jenis kekerasan
terhadap
perempuan dan anakoleh orang lain selain pasangan (ranah
komunitas) 2019
Kekerasan terhadap perempuan dan anak oleh orang lain selain pasangan (ranah komunitas).
9
635
837 845 963
289 85 24
857
1381
876
307
86 10
Tid ak
terid entifikasi >40th 25-40th 19-24th 13-18th 6-12th <5th
korban pelaku
Usia Korban dan Pelaku
Ranah Komunitas 2019
Sumber: CATAHU, Komnas Perempuan 2020 Sumber Gambar: Freepik
5.3 Menghapuskan semua praktik berbahaya, seperti
perkawinan usia anak, perkawinan dini dan paksa,
serta sunat perempuan.
Perkawinan dan praktik berbahaya terhadap anak
3,06 3,12 3,82
5,96 6
6,5 6,59
8,3 8,51
9,54 10,18 10,19
11,11 11,21 12,1 12,11
12,33 12,36 12,94
13,16 13,2 13,24
13,53 13,54 14,36
14,78 15,48
16,09 16,25 16,56
17,86 19,17
20,16 21,18
DI Yogyakarta DKI Jakarta Kepulauan Riau Sumatera Barat Banten Sumatera Utara Aceh Riau Nusa Tenggara Timur Maluku Bali Jawa Tengah Jawa Timur Papua Lampung Sulawesi Selatan Jawa Barat Kalimantan Timur Kalimantan Utara Gorontalo Papua Barat Bengkulu Sumatera Selatan Sulawesi Utara Maluku Utara Jambi Kepulauan Bangka…
Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Kalimantan Barat Sulawesi Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
Persentase Perempuan Usia diatas 10 Tahun yang Usia Perkawinan Pertamanya Kurang dari 16 Tahun
menurut Provinsi, 2019.
Angka persentase perempuan yang menikah di umur <15 tahun dan <18 tahun di daerah pedesaan lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan.
Persentase perkawinan anak menurut umur dan daerah tempat tinggal 2018.
0,95%
16,87%
0,28%
7,15%
<15 tahun <18 tahun
Pedesaan Perkotaan
Sumber: SUSENAS, 2010 – 2019
Statistical Profile On Female Genital Mutilation/Cutting, UNICEF 2016 Sumber Gambar: Freepik
Trend Persentase Perkawinan Anak 2008 - 2019
1,60% 1,38% 1,35% 1,38% 1,15% 1,05% 0,99% 0,60% 0,54% 0,48% 0,56% 0,57%
14,67% 14,08% 13,48% 13,97% 14,02% 13,59% 13,55%
12,14%
11,11% 11,54% 11,21% 10,82%
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
<15 tahun <18 tahun
5.4
Mengenali dan menghargai pekerjaan mengasuh dan pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar melalui penyediaan pelayanan publik, infrastruktur dan kebijakan perlindungan sosial, dan
peningkatan tanggung jawab bersama dalam rumah tangga dan
keluarga yang tepat secara nasional.
Tingginya angka perempuan yang saat ini berstatus hanya mengurus rumah tangga tidak lepas dari berbagai hal. Salah satu yang paling sering didengar adalah kodrat sebagai perempuan yang diciptakan untuk mengurus rumah tangga sedangkan laki-laki kodratnya adalah mencari nafkah.
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang mengurus Rumah Tangga
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang mengurus Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal dan Pengalaman Bekerja, 2017
60,40%
51,65%
38,97% 34,90%
39,60%
48,35%
61,03% 65,10%
Perempuan di Perkotaan Perempuan di Pedesaan Laki-laki di Perkotaan Laki-laki di Pedesaan
Pernah Bekerja Tidak Pernah Bekerja
Perempuan yang mengurus rumah
tangga, persentasenya jauh lebih besar dibanding laki-laki.
Sumber: Profil Perempuan Indonesia, KPPPA 2018
Perempuan 37,86%
Laki-laki 3,65%
Sumber Gambar: Freepik
5.5
Menjamin partisipasi penuh dan efektif, dan
kesempatan yang sama bagi perempuan untuk
memimpin di semua tingkat pengambilan keputusan
dalam kehidupan politik, ekonomi, dan masyarakat.
20,52%
79,48%
Perempuan Laki-laki
94,12 93,26 91,96 90,87 88,2 87,6 88,4 91,2 88,18 82,14 82,68 79,48
5,88 6,74 8,04 9,13 11,8 12,4 11,6 8,8 11,82 17,86 17,32 20,52
1955 1971 1977 1982 1987 1992 1997 1999 2004 2009 2014 2019
Laki-laki Perempuan
Persentase Anggota DPR RI 2019-2024
Berdasarkan Gender
Dalam perspektif pengarusutamaan gender, kuantitas ini belum
mencerminkan kesetaraan khususnya bagi anggota DPR RI perempuan.
Untuk mencapai angka kritis 30%
keterwakilan perempuan di parlemen (DPR RI) masih menyisakan deviasi sebesar 9,48%.
Sedangkan untuk memenuhi target agenda gender equality 50:50 di bidang politik dan pengambilan keputusan masih terdapat deviasi sebesar 29,48%.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Menurut Jenis Kelamin, 1955 - 2019
Tingkat
Keterwakilan Perempuan di DPR RI Hasil Pemilu 2019 Berdasarkan Provinsi
Rendah (1-19%)
AcehSumatera Utara Jambi
Lampung Banten DI Yogyakarta Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara
Sedang (20-29%)
Sumatera Barat Sumatera Selatan DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur
Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan Papua
Tinggi (>30%)
Bengkulu Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara
Tidak Ada Keterwakilan Perempuan (0%)
RiauBangka Belitung Kepulauan Riau BaliKalimantan Selatan Kalimantan Utara Papua Barat
80,39 83,33 78,9 78,75 83,33
19,61 16,67 21,1 21,25 16,67
SLTA D3 (Diploma) S1 (Sarjana) S2 (Magister) S3 (Doktor)
Laki-laki Perempuan
Sumber: Statistik Politik, BPS 2019
Data Gender Pendidikan
Formal Anggota DPR RI Hasil Pemilu 2019
Sumber Gambar: Freepik
100 75 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumatera Selatan Maluku Riau Jambi Bengkulu DKI Jakarta Jawa Tengah Jawa Timur Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Gorontalo Sumatera Utara Sumatera Barat Lampung Jawa Barat DI Yogyakarta Banten Nusa Tenggara Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Selatan Maluku Utara Papua Aceh Bangka Belitung Kepulauan Riau Bali Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Papua Barat
Perempuan Laki-laki
Persentase Anggota DPD RI Periode 2019-2024 Berdasarkan Gender dan Provinsi
Tidak Responsif Gender
Dominasi salah satu jenis kelamin
(pola keterwakilan 4:0 atau 0:4)
AcehSumatera Selatan Bangka Belitung Kepulauan Riau BaliKalimantan Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Papua Barat
Responsif Gender
Kesetaraan Gender (pola keterwakilan 2:2)
RiauJambi Bengkulu DKI Jakarta Jawa Tengah Jawa Timur
Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Gorontalo
Kurang Responsif Gender
Kesenjangan Gender
(pola keterwakilan 3:1 atau 1:3) Sumatera Barat
Lampung Jawa Barat DI Yogyakarta Banten
Nusa Tenggara Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Selatan Maluku Utara Papua
Pola
Keterwakilan Gender DPD RI Periode 2019-2024 Berdasarkan Provinsi
30,88%
79,48%
Perempuan Laki-laki
Persentase Anggota DPD RI 2019 Berdasarkan Gender
21,43
4,76
21,43
45,24
7,14
SLTA D3
(Diploma) S1 (Sarjana) S2
(Magister) S3 (Doktor)
Perempuan
Sumber: Statistik Politik, BPS 2019
Pendidikan Formal Anggota DPD RI Perempuan Hasil Pemilu 2019
79,48%
Sumber Gambar: Freepik
25%
1%
43%
28% 3%
SMA/ Sederajat Diploma Sarjana (S1) Magister (S2) Doktor (S3)
Latar Belakang Pendidikan Anggota DPRD Provinsi Hasil Pemilu 2019
15,30%
84,70%
Perempuan Laki-laki Data Pilah Anggota DPRD Kabupaten/Kota
Periode 2019 - 2024
Perolehan Kursi Laki-Laki dan Perempuan di DPRD Provinsi Periode 2019 - 2024
L a ki - l a k i
Perempuan Laki-laki
82,46%
17,54%
Persentase Kursi Perempuan dan Laki-laki DPRD Provinsi Periode 2019 - 2024
Sumber: Statistik Politik, BPS 2019
Jawa Barat Sulawesi Selatan DKI Jakarta Jawa Tengah Jawa Timur Lampung Sumatera Selatan Kalimantan Tengah Banten Sumatera Utara Nusa Tenggara Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Gorontalo Riau Kalimantan Selatan Maluku Utara D.I. Yogyakarta Maluku Aceh Bali Kalimantan Barat Kalimantan Timur Jambi Sulawesi Tenggara Papua Bengkulu Papua Barat Kep. Riau Sulawesi Barat Sumatera Barat Kalimantan Utara Bangka Belitung Nusa Tenggara Barat
Laki-Laki Perempuan
4%
24%
40%
27%
5% Nihil (0%)
Sangan Rendah (0,1% - 9,99%) Rendah (10% - 19,99%) Sedang (20% - 29,99%) Tinggi (≥30%)
Kategorisasi DPRD Kab/Kota Hasil Pemilu 2019 Berdasarkan Tingkat Keterwakilan Perempuan
Sumber Gambar: Freepik
14,71%
3,03% 1,62% 3,91%
Menteri Gubernur Bupati/Walikota Kepala Desa
Sumber: Laporan Studi Kualitatif Partisipasi Perempuan Dalam Politik, 2009
Proporsi perempuan yang berada di lembaga eksekutif dan yudikatif
Partisipasi Perempuan di Lembaga Eksekutif
9
60
7
1 5
1 Hakim Konstitusi Hakim Agung Komisioner Komisi
Yudisial Seluruhnya Perempuan
Jumlah Hakim Perempuan di Lembaga Yudikatif
Tenaga Kepemimpinan dan
Ketatalaksanaan/Administrative and Managerial Workers 2020
Proporsi perempuan yang berada di posisi managerial
Laki-laki
75,31% Perempuan 24,68%
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional BKN, 2019
Sumber Gambar: Freepik
1.163.791 1.164.557 1.266.988 1.423.487 1.549.467
238.438 261.360 354.813 391.764 507.722
2016 2017 2018 2019 2020
Laki-Laki Perempuan
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja dengan Posisi Managerial
Proporsi perempuan yang menempati posisi
managerial semakin meningkat dari 5 tahun terakhir. Namun, angkanya masih jauh berbeda jika dibandingkan dengan angka laki-laki.
81,92% 86,52%
75,90%
61,64% 69,55% 66,03%
57,25%
37,93%
18,08% 13,48% 24,10%
38,36%
30,45% 33,97% 42,75%
62,07%
Eselon I/ 1st Echelon Eselon II/ 2nd Echelon Eselon III/ 3rd Echelon Eselon IV/ 4th Echelon Eselon V/ 5th Echelon Struktural/ Structural Fungsional Umum/Staf/
General Functional Fungsional Tertentu/ Specific
Functional
Persentase Laki-laki Persentase Perempuan
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Jabatan dan Jenis Kelamin 2019
3.7 Pada tahun 2030, menjamin akses universal terhadap layanan
kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk keluarga berencana,
informasi dan pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke
dalam strategi dan program nasional.
40%
26%
24%
7%4% Terpenuhi, membatasi
kelahiran
Tidak ingin ber-KB
Terpenuhi,
menjarangkan kelahiran Belum terpenuhi, membatasi kelahiran Belum terpenuhi, menjarangkan kelahiran
Keluarga Berencana, ASFR dan TFR
0 0 3 4 5 5 12
29
57 64
MAL MOP Kondom MOW Susuk KB IUD Pil Suntik KB Alat/cara KB modern Suatu alat/cara KB
Persentase Perempuan Usia produktif yang
Pemakaian alat/cara KB
Distribusi persentase wanta kawin umur 15 - 49 berdasarkan kebutuhan ber-KB
67 61 62
51 51 48
36
SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002-
2003 SDKI 2007 SDKI 2012 SDKI 2017
Angka kelahiran pada perempuan umur 15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate/ ASFR)
3 2,9 2,8 2,6 2,6 2,6 2,4
SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002- 2003
SDKI 2007 SDKI 2012 SDKI 2017
Total Fertility Rate (TFR) kelahiran pada perempuan umur 15-49 tahun
Sumber: SDKI, BPS 2017 Sumber Gambar: Freepik
5.6
Menjamin akses universal terhadap kesehatan seksual dan
reproduksi, dan hak reproduksi seperti yang telah disepakati sesuai dengan Programme of Action of the International Conference on
Population and Development and the Beijing Platform serta
dokumen-dokumen hasil reviu dari konferensi-konferensi tersebut.
5.6.1
Proporsi perempuan usia reproduksi 15-49 tahun yang
membuat keputusan sendiri terkait hubungan seksual,
penggunaan kontrasepsi, dan layanan kesehatan.
57%
35%
7%
Suami-Istri Istri
Suami Pengambilan keputusan tentang Keluarga Berencana
49% 51,90% 54% 56,70% 58,50% 66,80%
41,80% 40,50% 38,60% 36,30% 33,40% 24,10%
7,70% 7,20% 7% 6,60% 7,40% 8,90%
1,60% 0,50% 0,30% 0,50% 0,60% 0,30%
Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tidak Tamat SLTA Tamat SLTA Perguruan Tinggi
Suami dan Istri Istri Suami Lainnya
Pengambilan keputusan tentang Keluarga Berencana berdasarkan pendidikan
57% 57,10%
35,10% 35,40%
7,20% 7,20%
Perkotaan Pedesaan
Suami dan Istri Istri Suami
57,90% 55,10% 56,30% 56,60% 59,80%
34,80% 37,40% 35,80% 35,70% 32,30%
7% 7% 7,30% 7,20% 7,50%
Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah Atas Teratas Suami dan Istri Istri Suami
Sumber: SDKI, BPS 2017
Pengambilan keputusan tentang Keluarga
Berencana berdasarkan daerah tempat tinggal Pengambilan keputusan tentang Keluarga Berencana berdasarkan kuintil kekayaan
Pengambilan keputusan tentang Keluarga Berencana
Sumber Gambar: Freepik
96%
86%
Perkotaan Pedesaan
75% 90% 95% 97% 99%
Terbawah Menengah
Bawah Menengah Menengah Atas Teratas
Kehadiran dukun bayi masih
berperan pada proses persalinan
khususnya pada kelahiran hidup dari wanita yang tidak pernah bersekolah (28%), wanita dengan kuintil kekayaan terendah (19%), wanita dengan urutan kelahiran tinggi (19%), dan wanita yang tinggal di pedesaan (11%).
Penolong persalinan yang paling banyak membantu persalinan pada wanita dengan pendidikan tertinggi dan kuintil kekayaan teratas adalah dokter kandungan, yakni masing-masing 54%.
Sumber: SDKI, BPS 2017
Persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan berdasarkan daerah tempat tinggal
Persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan berdasarkan kuintil kekayaan
Persentase persalinan yang ditolong tenaga kesehatan
Sumber Gambar: Freepik
88,10%
60%
Perkotaan Pedesaan
Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan daerah tempat tinggal
30,30%
48% 61,90… 72,10% 82,80% 87,90%
Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tidak Tamat SLTA Tamat SLTA Perguruan Tinggi
Permasalahan yang paling banyak dalam mengakses pelayanan kesehatan yaitu dikarenakantidak berani pergi sendiridan sulitnya memperoleh uang untuk berobat khususnya pada perempuan yang tidak sekolah (34,1%), tidak tamat sd (23,7%) dan kuintil kekayaan terbawah (27,6%)
Persalinan di fasilitas pelayanan
kesehatan berdasarkan kuintil kekayaan
Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan pendidikan ibu
Sumber: SDKI, BPS 2017
Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
45,40%
66,60% 79,30% 84,60% 93,90%
Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah Atas Teratas
Sumber Gambar: Freepik
81,60%
76,20%
80,30% 69,70%
Perkotaan Pedesaan
Menolak untuk melakukan hubungan seksual dengan suaminya jika dia tahu suaminya telah berhubungan seks dengan wanita lain
Meminta suaminya menggunakan kondom ketika berhubungan seksual jika tahu suaminya mengidap Infeksi Menular Seksual (IMS)
berdasarkan tempat tinggal
58,50%
70,20%
76,10%
77,40%
83,50%
85%
37,10%
53,90%
69,80%
73,20%
83,30%
87,10%
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD Tamat SD Tidak Tamat SLTA Tamat
SLTA Perguruan
Tinggi
Meminta suaminya menggunakan kondom ketika berhubungan seksual jika tahu suaminya mengidap Infeksi Menular Seksual (IMS)
Menolak untuk melakukan hubungan seksual dengan suaminya jika dia tahu suaminya telah berhubungan seks dengan wanita lain
73,40%
77,80%
79,70%
81%
82%
65,20%
72,70%
76,40%
77,50%
81,70%
Terbawah Menengah
bawah Menengah Menengah
atas Teratas
Meminta suaminya menggunakan kondom ketika
berhubungan seksual jika tahu suaminya mengidap Infeksi Menular Seksual (IMS)
Menolak untuk melakukan hubungan seksual dengan suaminya jika dia tahu suaminya telah berhubungan seks dengan wanita lain
Persentaseperempuan menyutujui hak wanita untuk bernegosiasi terhadap hubungan seksual yang aman dengan suami meningkat seiring meningkatnya pendidikan dan kekayaan.
Sebagai contoh, 59% wanita tidak sekolah dan 85% wanita berpendidikan tinggi meminta suaminya menggunakan kondom ketika berhubungan seksual jika tahu suaminya mengidap IMS.
berdasarkan tingkat pendidikan
berdasarkan kuintil kekayaan
Sumber: SDKI, BPS 2017
Sikap wanita terhadap negosiasi berhubungan seksual yang aman dengan suami