• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 10 Ilmu sebelum Ucapan dan Perbuatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 10 Ilmu sebelum Ucapan dan Perbuatan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)             

(2)     10 Bab 10 Ilmu sebelum Ucapan dan Perbuatan Penjelasan : Judul bab ini sangat masyhur dikalangan ulama kita, karena pernyataan ini adalah salah satu kaedah prinsipil yang harus dipegang oleh setiap kaum Muslimin dalam menjalankan agamanya. Penyimpangan dan pelanggaran yang terjadi dalam penerapan syariat agama pada masingmasing individu dan masyarakat adalah karena tidak adanya ilmu, baik pelanggaran kecil sampai pelanggaran yang besar sekalipun. Ketika didapatkan seseorang melakukan perbuatan-perbuatan haram, maka penyebab utamanya adalah karena tidak adanya ilmu. Allah  berfirman :. 9

(3)   $;+<   ( 9

(4) :  6! 7  8 4 5 $23    ! 1 0  # 0    . /  , -  ( )+ (

(5) ! ) * ( &  "

(6) '   # $%  !"    4    8  ( 9

(7) :  ? @ 8 4 5 =- > “Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui” (QS. Al A’roof (7) : 33). Syaikhul Islam Ibnul Qoyyim Al Jauziyah dalam “I’lamul Muwaqi’iin” (1/38) berkata :. P@5 H K Q . I P IO H 9+( M!N FL5 H K J. I &"' H ) )>G 5F A8!( E%5 C(!D A8!B 91 @  < VH @ U 91 @  H 9 6 ST ,( M!N FL5 H K E% I 93> 9 R!7 H )+( M!N 9@!L 9+<[ W 9 B5 98'Z 9XY5 W @ U 93> “Keharaman diurutkan menjadi 4 urutan, dimulai dengan yang paling ringan yaitu perbuatan keji, kemudian yang kedua lebih keras pengharamannya dari yang pertama yaitu perbuatan dosa dan kedholiman. Lalu yang ketiga yang lebih besar pengharamannya dari dua sebelumnya yaitu menyekutukan Allah . Lalu yang keempat adalah yang paling dahsyat pengaharamannya dibanding sebelumnya yaitu ucapan tanpa ilmu. Ini adalah umum mencakup berkata tentang Allah  tanpa ilmu dalam Nama-Nama-Nya, Sifat-Sifat-Nya dan Perbuatan-Perbuatan-Nya begitu juga berkata tanpa ilmu dalam masalah agama dan syariatnya”..

(8) Apalah jadinya jika suatu kaum tempat rujukan mereka dalam beragama adalah orang-orang yang tidak memiliki dasar ilmu agama, tentu kesesatan akan menyebar luas dikalangan mereka. Nabi  bersabda :. =

(9) @ 2  <   T ?^" _ ba      ]     

(10)   ]   < , `

(11)  _ [

(12) 

(13)   , (

(14) 9 @ ; ^+ < _ =@;^

(15)  

(16)   ]   < \ 9 :  :4 k m  5 k l  B _ j @

(17) ! 1 0  ^B GB _  h

(18) i  B \f )g =>eb% d  + V c  8 _ “Sesungguhnya Allah  tidak mencabut ilmu sekaligus dari hamba-hamba-Nya, namun dicabut dengan diwafatkannya Ulama, hingga jika tidak tersisa lagi seorang Alim, manusia akan mengambil orang-orang bodoh sebagai pemimpin, mereka ditanya, lalu berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan” (Muttafaqun Alaih). Suatu hari dalam sebuah rombongan para sahabat ada orang yang terluka dikepalanya, kemudian pada malam harinya ia mimpi basah, maka keesokannya ia bertanya kepada sahabatnya yang lain, apakah ada baginya keringan untuk bertayamum saja, maka mereka menjawab tidak ada baginya keringan, ia harus tetap mandi. Akhirnya ia pun mandi dan qodarullah ia meninggal dunia karena mandinya tersebut, padahal ia dalam keadaan terluka, ketika kejadian ini diberitahukan kepada Rasulullah , maka Beliau  pun marah dan bersabda :.  opi $?

(19)   be 'L

(20) , ` <  5 9 :   )  ^ n  ^ “Mereka telah membunuhnya, semoga Allah  membunuh mereka. Bukankah obat dari kebodohan adalah bertanya”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Imam Al Albani). Allah  dan Rasul-Nya  telah memperingatkan kepada umatnya untuk senantiasa sebelum berucap dan berbuat ia harus memiliki ilmu tentangnya. Bahkan pernah Nabi  ditanya tentang suatu masalah yang Beliau  belum mendapatkan ilmu, maka Beliau  pun menanyakannya kepada Malaikat Jibril dan seterusnya, sebagaimana kisah berikut :. G>5 x" s%[5 \ » :  u !L t s5 _ > 91 @ r ? Z q+ G> Ug% 45 _ !@ , ,@ H!L _ Fgi~ t |} » : B b{B _ 1X`1( G>5 x" s%[5 \ : B _ <yg GiB _ « <yg « >€ “Dari Ibnu Umar bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi , ‘bagian bumi manakah yang paling jelek? Nabi  menjawab : “Aku tidak tahu, nanti aku tanyakan kepada Jibril ”. Lalu Beliau  bertanya kepada Jibril , ia menjawab : “Aku tidak tahu, nanti aku.

(21) tanyakan kepada Mikaail ”. Lalu Jibril  datang dan berkata : “Bagian bumi yang paling baik adalah masjid dan bagian yang paling jeleknya adalah Pasar” (HR. Ibnu Hibban dihasankan oleh Syaikh Syu’aib Arnauth). Disamping Rasulullah , makhluk Allah  terbaik lainnya seperti Malaikat juga pernah ditanya dan mereka mengatakan tidak tahu. Allah  berfirman :.  1

(22) `3     1

(23)      5 S   +^ : @ ( : +  @

(24)  S  3 >  “Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. Al Baqoroh (2) : 32). Terdapat suatu perkara yang pasti tidak ada yang memiliki ilmunya semua makhluk Allah , hanyalah Allah  saja yang mengetahuinya dan tidak pernah ditunjukan kepada salah seorang makhluk-Nya pun, yaitu tentang kapan terjadinya hari kiamat. Allah  berfirman :. (26) ‚ ‡ ( !‡ <

(25) V 5  9

(26) :  F + @

(27) 

(28)      (25) ‚  

(29) [

(30) Z  ^+ 6 4  F @    VH ?^( 4 < “Dan mereka berkata: "Kapankah datangnya ancaman itu jika kamu adalah orang-orang yang benar? Katakanlah: "Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan” (QS. Al Mulk (67) : 25-26). Bahkan pada dasarnya semua perkara yang ghoib tidak ada satupun makhluk Allah  yang mengetahuinya, kecuali yang telah Allah  ajarkan dan diberitahu yakni dari kalangan Rasulnya . Allah  berfirman :. (27) ...... j >% , (

(31) ?l8%  , ( : (26) =F" 5 9

(32) 1 ‰ ? @ ! ) P <  B A  1 0    

(33) @ “(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, …” (QS. Al Jin (72) : 26-28). Berkata Imam Bukhori :. , (  

(34)   .%  ba 1€Œ   .%   H bŒ      :45 _ 

(35)   5F B ( 9 :  :\ 9  \ 9 5   @ B ) ? 8 9

(36) :     

(37) ) n ! 6 T

(38) :g   . 

(39) +{    ? f<! 9  9 :   )> = @

(40) 9

(41)  A   - < f<! S   > , (  _ !j B

(42)  Ž3   V } 5 n V } 5 +6 (  

(43)    5 E  i   +6    ) ( 4 

(44)    :\ )  

(45)  < ( )   ( be      n

(46) [

(47) @

(48) , (

(49) 9 :  ?7c  <  91 @ r ? Z  p?+   . ( 4    < \ , <

(50) V: 4    < , <

(51) V: ‘^i  <  H )   . ( | 

(52) i   3Z  5 ?

(53) B.

(54)  ( ” ”  ^  m     “%T 5   . «  k  ^ 

(55)    _ , <$F ?

(56) B 9 ) ’' < =!1 } 9

(57)  9 :  [

(58) ! < , ( »  > 4 5     > 91 @ r ? Z  $?+ , (

(59) )^  

(60) > f 

(61) 6 V '

(62) 5 ?$5   + +*  .  n ' ? % L5 n

(63) V

(64) H ? @ d  + ?$! < ‘

(65) V: p?!  < . bŒ ) B bŒ ` " ( ‚  $1% 6 ) d j @ ,    . )8V ' €Œ ?  @ ;1{8 . n

(66) % 6

(67)    

(68)   % 0”

(69) . “Berdasarkan Firman Allah  : “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah” (QS. Muhammad (47) : 19). Maka dimulai dengan ilmu. Para ulama adalah pewaris para Nabi , mereka mewarisi ilmu, barangsiapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak. Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntutu ilmu, Allah  akan mudahkan jalannya ke Jannah. Allah  berfirman : “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir (35) : 28). Firman-Nya  : “dan tiada yang memahaminya kecuali orangorang yang berilmu” (QS. Al-Ankabuut (29) : 43). Firman-Nya  : “Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS. Al-Mulk (67) : 10). FirmanNya  : “Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az zumar (39) : 9). Nabi  bersabda : “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan Allah akan pahamkan agamanya”. Sabdanya  lagi : “ilmu itu dengan belajar”. Abu Dzar  berkata : “Sekiranya kalian meletakan pedang kesini –beliau  mengisyaratkan ke tengkuknya-, lalu kalian mengira bahwa aku akan berhenti menyampaikan sesuatu yang aku dengar dari Nabi  sebelum diperkenankan kepadaku, maka lakukanlah. Ibnu Abbas  berkata : ‘jadilah kalian Robaniy yakni hakim dan ahli fiqih’. Dikatakan makna Robaniy adalah orang yang mendidik manusia dari ilmu yang kecil-kecil sebelum ilmuilmu yang besar/berat’”. Penjelasan : Imam Bukhori menyebutkan beberapa dalil untuk menguatkan topik dalam pembahasan ini dengan Al Qur’an, Al Hadits dan ucapan para ulama salaf. Ini adalah metode baku yang seharusnya dilakukan setiap peneliti Muslim dalam mendalami perkara agamanya. Kami akan menjelaskan dalildalil yang dibawakan oleh Al Imam sebagai berikut : 1. QS. Muhammad ayat 19 Imam Al Baghowi dalam “Tafsirnya” menukil penafsiran Al Husain ibnul Fadhl kata beliau rohimahulloh : “S @ ? @ = @ [[•B” (tambahlah ilmu yang.

(70) telah engkau ilmui). Imam Ibnu Utsaimin dalam “Syarah Ushul Tsalasah” berkata :. 4iO 45 ? @ F< s!.5 1[ VH      ™bF g ? @ <˜ nV— r 9–% s%c F^>. \   5  4€ ST      45 ? @ F< s!P # @ 1[ R+H _f1.  < I \f 5 <  \  <!7 2B ? @ 9 @ 45 4iO < 45 ,`M \ _ <!7 2B ? @ 4`< x" \f ( f313Z 4`<. “Imam Bukhori berdalil dengan ayat ini tentang wajibnya memulai ilmu sebelum ucapan dan perbuatan. Ini adalah dalil Atsari/Naqli yang menunjukan bahwa manusia pertama harus berilmu keduanya baru beramal. Disana juga ada dalil Aqli Nadhori yang menunjukan bahwa ilmu sebelum ucapan dan perbuatan, karena ucapan dan perbuatan tidak dianggap benar dan diterima sampai ia bersesuaian dengan syariat, tidak mungkin seseorang mengetahui bahwa amalannya sesuai dengan syariat kecuali dengan ilmu”. 2. Ulama adalah pewaris Nabi Ini adalah cuplikan hadits dari Abu Darda  yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah dengan sanad yang dishahihkan oleh Imam Al Albani dan dihasankan oleh Syaikh Syu’aib Arnauth, bahwa Nabi  bersabda :. !j B

(71)  Ž3   V } 5 n V } 5 ,  B 

(72)   .% =H % [

(73) \  =%+<

(74) [ .$% <   bŒ 1€Œ  :4 ba 1€Œ   .%  bŒ      :4 “Ulama adalah pewaris para Nabi, para Nabi  tidak mewarisi Dinar dan Dirham, namun mereka mewarisi ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang banyak”. Imam Ibnu Utsaimin dalam awal-awal kitab “Ilmu” menulis :. ™U” )1 @  b1€B _n|‰ ›1  g ;@  r  <!L @ H š b1€ 9.% sV 45  ~ ,(. d+ Fg +<F~ F ‚" > 91 @ r ? Z >! 4  _— 2 ^< ( C@+” @ d+  .% ( Ui _ 1 ^ 6!8 _ 'B VH Ÿ g" \ 95 ž < =(U6 ) 8 ,( ‘5% ~    œ3 < s5  c+ 4!o<.  H VH 46  « 61[ 4o7 @5 ^5 » : > 91 @ r ? Z q+   I _FiB c+ ,`. ? Z q+ H    91 @ J¡< ,( !¡65 4€ ¢9 d+ @5 > 91 @ r ? Z >! 4` b+¡ 91 @ sV. 4`< 45 !`5 \ ST E( ž` _9 @' F£ 4`< b+¡ 91B 4`< sV H #@!7 B 4T . > 91 @ r _r [@ — E'^ r ,<[ !” ? @ r @ ? @ @5 4 : ,<F" CT ™FXB )+` _™FXB ‘!}€  . pF@

(75) 5 } :Ÿ 8 9 W U}[ ST 46 T 41"€ ]  W g ) 8 4`< F _3 ”( =|} ST 4`1B C@+” 8 45  H5 ,( |¡6 !6T F . (60:'€) {   1 c    ¦

(76) % , (

(77)  ™¥  , (

(78)  ^  - ^>  (  ) . ª T/B _— 4 '^+< © %(€ ,( ST |‰ _ — !7< _— c-< 45 ,(  F \ d+ 4€ ST ¢ <'6 ¨!B.

(79) r ^6 9B H sV #@!7  H5 ‚ Fg « T .<'6 ¨!B ) 8 %Z E”~ nV— < ,( Fg<. Ai¬ 9`" 4`1B _!L Ÿ  1> 5 |} Ÿ  1> 4`< 45 (/B ST F@ ( _ > 91 @ r ? Z 9>% +> .91  1> 4`< (. “Sudah diketahui bahwa warisan para Nabi  adalah ilmu syariat Allah  bukan yang lainnya. Para Nabi  tidak mewariskan kepada umatnya ilmu teknik dan yang berkaitan dengannya, bahkan ketika Rasulullah  datang ke Madinah dan menjumpai manusia mengawinkan kurma untuk penyerbukannya, maka Beliau  memberikan saran kepada mereka yakni agar tidak perlu melakukan penyerbukan dengan cara seperti itu, sehingga orang-orang pada waktu itu mengikuti saran Beliau , namun ternyata pohon kurma tersebut gagal panen, lalu Nabi  bersabda kepada mereka : “Kalian lebih mengetahui urusan keduniaan kalian masing-masing”. Sekiranya hal ini adalah ilmu yang dipuji atasnya, tentu Nabi  adalah manusia yang paling berilmu, karena orang yang paling banyak dipuji karena ilmu dan amalnya adalah Beliau . Sehingga ilmu syar’I adalah ilmu yang dipuji dan terpujilah juga pelakunya, namun kami tidak mengingkari dalam ilmu lainnya terdapat faedah. Namun faedahnya dibatasi kepada 2 hal : 1). Ilmu itu dapat membantu ketaatan kepada Allah  dan dapat membantu penyebaran agama Allah 2). serta bermanfaat bagi hamba-hamba Allah . Maka ini adalah kebaikan dan kemaslahatan. Terkadang mempelajarinya dapat menjadi wajib pada sebagian keadaan, jika masuk dalam firman Allah  : “”. Sebagian ulama menyebutkan bahwa mempelajari ilmu teknik adalah fardhu kifayah, karena manusia harus masak dengannya, minum dengannya dan selainnya yang digolongkan sebagai perkara yang bermanfaat. Jika tidak ada orang yang mempelajarinya maka dalam hal ini hukumnya fadhu kifayah. (Kesimpulannya), sesuatu yang menjadi pembahasan ulama syar’I adalah fiqih Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya  dan selain itu, maka jika sebagai sarana kebaikan atau kejelakan, dihukumi sesuai dengan wasilah tersebut. 3. Riwayat menempuh jalan menuntut ilmu Ini adalah potongan hadits dari Abu Huroiroh  yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Ahmad, Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah, bahwa Nabi  bersabda :. 

(80) +{    ? f<! 9

(81)  9  9 :   )> = @

(82) 9

(83) 1

(84) B ›  

(85) ^ < f<! S   > , (  “Barangsiapa yang berjalan untuk menuntut ilmu, Allah  akan mudahkan jalannya menuju Jannah-Nya”. Hadits ini secara jelas menunjukan bahwa menuntut ilmu dapat memudahkan seseorang mendapatkan jannahnya. Kaitannya hadits ini dengan judul bab adalah bahwa Allah  akan membalas dengan JannahNya dan memudahkan kaum Mukminin masuk kedalamnya yang telah.

(86) beramal sholih, sedangkan amalan dikatakan sholih jika ia sesuai dengan syariat Allah  yang diketahui dengan cara belajar/menuntut ilmu. Hadits ini menunjukan untuk mendahulukan ilmu sebelum berucap dan berbuat. Apalah gunanya amalan yang banyak namun tidak berdasarkan kepada syariat-Nya sehingga menjadi kesia-sian belaka. Allah  berfirman :. =%¡+ ( b­ H n +  {  B j  @ , (

(87)  

(88) @ ( ? +( F

(89)   “Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan” (QS. Al Furqoon (25) : 23). Dalam ayat lain, Allah Jalla Sya’nuhu berfirman :. 4 +i a3  <  ) 5 4 i 3  <  H  1pF ™

(90) 13    #

(91) B  ) 1  > :m  , <

(92) V: (103) f@ 5 , <!i  } G   ` h$+  H   (104) = + Z  “Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al Kahfi (18) : 103-104). Lagi pula bahwa menuntut ilmu sendiri adalah termasuk amalan yang berpahala besar sekalipun orang tersebut belum sempat beramal. Salah satu dalil yang masyhur adalah kisah taubatnya orang yang telah membunuh 100 jiwa, dimana ia disarankan oleh orang Alim yang terakhir ditemuinya agar untuk menjaga taubatnya ia diminta untuk pindah dari kampungnya menuju negeri yang penduduknya akan mengajari ilmu-ilmu agama, namun belum sempat ia tiba di negeri tersebut ajal telah mendahuluinya dan akhirnya ia dianggap telah beramal besar, sehingga mendapatkan ampunan dan dimasukan kedalam rahmat Allah . 4. QS. Fathir ayat 28 Kaitannya ayat ini dengan judul bab adalah karena semakin besar keilmuan seseorang kepada Allah , maka akan semakin besar juga amalan dan ucapannya yaitu berupa khosyah dan ketundukan kepada Rabbnya. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata :. ` C'” ±Z~ 1  !<F 1P  B! ~ 6  6 9€ ¢9 4B%  b  9^17} 2" n7° š .!¡65 P@5 9 17´ 6 _65 9  ²³5 9 B! ~ 6  6 Ji£ bY€ C +~. “Sesungguhnya orang yang khosyah dengan sebenar-benarnya khosyah adalah ulama yang mengenal Rabbnya, karena semakin besar pengenalan seseorang kepada Allah  yang Maha Agung, Maha Mengetahui yang disifati dengan sifat-sifat.

(93) Yang Sempurna dan memiliki Asmaul Husna, dengan kesempurnaan ilmunya, maka bertambah besar dan banyak rasa khosyahnya”. 5. QS. Al Ankabuut ayat 43 Kaitannya ayat ini dengan judul bab adalah bahwa dengan ilmunya seseorang dapat mengetahui kebenaran yang membuahkan amal perbuatan, dari pelajaran-pelajaran dan contoh-contoh yang diajarkan oleh Allah  kepada hamba-Nya. Imam Thobari berkata dalam “Tafsirnya” :. \)U¡( 9 !m 1B µ2£ ” )+( d+  —!l © ¡(€ nV— A1Z5 95  < ( :n!6T Ÿ 8 < .98<¶ r (4 

(94)   . “Allah  menyebutkan bahwa tidak ada yang memahami untuk mendapatkan kebenaran dari permisalan-permisalan ini yang telah kami berikan kepada manusia, diantara mereka ada yang mendapatkan kebenaran terhadap permisalan ini, melainkan para Ulama yang mengetahui Allah  dan ayat-ayat-Nya”. 6. QS Al Mulk ayat 10 Ayat ini menunjukan secara jelas penyesalan orang-orang yang tidak mau menggunakan panca inderanya untuk menuntut ilmu yang akan membuahkan ucapan dan amalan sholih yang akan menyelamatkannya dari siksa Neraka-Nya. Imam Baghowi dalam “Tafsirnya” menukil penafsiran Imamul Mufasirin Ibnu Abbas , kata beliau  :. 9  +B 9   5 ‘F Ei +6  “Sekiranya kami mendengar petunjuk atau memikirkannya, kami pasti akan beramal”. 7. QS. Az Zumar ayat 9 Ayat ini juga menjelaskan bahwa orang yang berilmu yang membuahkan pahala karena berucap dan beramal sholih selamanya tidak sama dengan orang yang tidak berilmu sehingga bergelimang dengan kesesatan dan kemaksiatan. Imam Thobari berkata dalam “Tafsirnya” :. W )1 @ ( _¡ ,( —! )^@ W  ( 4 < ,<V s^i< H :S( F« <  :n!6T Ÿ 8 <. 4B° \ _|} @5 ,i¬ 4g!< \ _b7@ W 4-° )B _ST 4 < \ ,<V _C ^ ,( n< )^1” (. .‚<i^K 4VH ( :< u!L )h1i. “Allah  berfirman kepada Nabi-Nya , katakan wahai Muhammad  kepada kaummu, ‘apakah sama orang yang berilmu sehingga ia melakukan ketaatan dan mendapatkan pahala dan ia menjauhi kemaksiatan sEhingga terhindar dari dosa dengan orang yang tidak berilmu sehingga ia berbuat maksiat sepuas-puasnya tidak.

(95) mengharapkan dari perbuatan baiknya pahala dan juga tidak takut dari perbuatan jeleknya dosa? Katakan, ‘apakah dua jenis orang ini sama?”. 8. Hadits yang dikehendaki Allah  kebaikan Hadits ini diriwayatkan dengan sanad bersambung oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dari sahabat Muawiyah bin Abi Sufyan  bahwa Nabi  bersabda :. , <$F ?

(96) B 9 ) ’' < =!1 } 9

(97)  9 :  [

(98) ! < , ( “Barangsiapa yang dikehendaki Allah  kebaikan akan dipahamkan dalam agamanya”. Kaitannya hadits ini dengan judul bab adalah orang yang diberikan oleh Allah  kepahaman dalam agama sehingga ia mengatahui mana yang diperintahkan dan yang dilarang, mana yang halal dan yang haram, dimana muaranya adalah ucapan dan amalan sholih. Imam Shon’ani dalam “Subulus Salam” menjelaskan hadits ini dengan ucapannya :. k F < |  `

(99) + ^ 9

(100) 1  F L

(101) ! < 6 =1

(102) P@ =!1 } 9

(103)  9 :  [ %5 , ( : n -  <  9 5 , <$F #

(104) B 9

(105) k ' ^ 4

(106) G L 

(107)  P @ ? @ · 1

(108) [ Q  <

(109) F3   .   , <$F #

(110) B 9 :' ^<   , ( :45 ¦

(111) ! 7  )' (   !3      3     B !  (    > /  F

(112) @

(113)   k  8 , <$F #

(114) B 9  '

(115)   .     9 . . =!1 } 9

(116)  9 :  [ ! <. “Hadits ini dalil besarnya perkara mendalami agama, hal ini tidak diberikan kecuali kepada orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah  sebagaimana ditunjukan (disini dengan lafadz) nakiroh (kata khoiron) dan menunjukan juga kedudukannya. Pemahaman agama adalah mengetahui qoidah-qoidah Islam dan mengenal halal dan haram. Pemahaman kebalikannya adalah orang yang tidak paham agama berarti orang yang tidak dikehendaki oleh Allah  kebaikan”. 9. Hadits Ilmu diperoleh dengan belajar Hadits ini diriwayatkan dengan sanad bersambung dari sahabat Muawiyah bin abu Sufyan  yang diriwayatkan oleh Imam Thabroni dalam “Mu’jam Kabiir” (no. 16296) bahwa Nabi  bersabda :. 9 :  ?7c  <  _,<$F #

(117) B 9 ) ’' < =!1 } 9

(118)  9 :  [

(119) ! < , (  _

(120) 9k ' ^ 9  '

(121)   _ k  ^ 

(122)    _d+ )p<5 < be      n

(123) [

(124) @

(125) , (

(126) “Wahai manusia sesungguhnya ilmu itu didapatkan dengan belajar dan fiqih dipahami dengan merenunginya. Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah  kebaikan ia akan dipahamkan agamanya. Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah  dari kalangan hambanya adalah para ulama”. Diriwayatkan juga dari Abu Darda  oleh Imam Thabrani dalam “Mu’jam Kabiir” (no. 1763), Imam Baihaqi dalam “Syu’abul Iman” (no. 10333),.

(127) Imam Ibnu Syahiin dalam “At Targiib fii fadoilul Amal” (no. 243), dengan lafadz bahwa Nabi  bersabda :.  k3  ^  3

(128)    _ k  ^ 

(129)    “sesungguhnya ilmu itu didapatkan dengan belajar dan sikap lembut didapatkan dengan latihan untuk lembut…”. Imam Ibnu Wahab dalam “Al Jaami’” (no. 439) meriwayatkan secara mursal dari Makhul –Tabi’I shoghir- dari Nabi  : “Ilmu dengan belajar…” Kesimpulannya hadits ini marfu kepada Nabi  dihasankan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar dalam “Al Fath” dan Imam Al Albani dalam “AshShohihah” (no. 342) serta para ulama lainnya. Kaitannya hadits ini dengan tema diatas adalah bahwa ilmu yang dimaksud sebagai pegangan dalam berucap dan beramal adalah ilmu syar’I yang didapatkan dengan cara belajar, karena manusia terlahir dalam keadaan bodoh tidak tahu apa-apa. Allah  berfirman :. “Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al ‘Alaq (96) : 5). Imam Ahmad dalam “Az Zuhud” (no. 908) dan Imam Ibnu Abi Syaibah dalam “Mushonafnya” (6/188) meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Abdullah bin Mas’ud  secara mauquf bahwa ia  berkata :. . ^  š _ ~@ F< \ g! 4 “Sesungguhnya seseorang tidak dilahirkan sebagai orang yang pandai, hanyalah ilmu didapatkan dengan belajar”. 10. Perkataan Abu Dzar  Perkataan beliau  diriwayatkan dengan sanad yang bersambung oleh Imam Darimi dalam “Sunannya” (no. 544) dan juga Imam Abu Nua’im dalam “Al Hilyah” dengan sanad yang dishahihkan oleh Al Hafidz dalam “Al Fath”. Hadits ini menunjukan kejujuran dan amanah para sahabat  yang dalam hal ini diwakili oleh Abu Dzar , yakni nyawa hilang tidak sebanding dengan mengucapkan suatu kalimat yang berbeda dengan yang didengar dari Nabi , yang berarti tidak adanya kehati-hatian dalam berucap tanpa ilmu. 11. Penafsiran Imam Ibnu Abbas  terhadap QS. Ali Imron ayat 79 Ibnu Abbas  menafsirkan firman Allah  yang menyuruh kita menjadi Robbaniy dengan menjadi penguasa dan ahli fiqih. Perkataan Ibnu Abbas  ini ditulis dengan sanad yang bersambung oleh Imam Thobari dalam “Tafsirnya”, dengan sanad shahih. Robaniy menurut Imam Bukhori.

(130) adalah orang yang mendidik manusia dari ilmu yang kecil-kecil sebelum ilmu-ilmu yang besar/berat..

(131)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis dengan uji chi square di dapatkan nilai ρ = 0,001 lebih kecil dari nilai α = 0,05, hal ini dapat di simpulkan bahwa hasil penelitian ini bermakna yaitu

M eteorologi mengenal sistem skala dalam melakukan sebuah analisis. Skala global merupakan skala meteorologi yang paling luas. Skala global dapat mempengaruhi fenomena meteorologi

Rekomendasi untuk melindungi tenaga kerja Rekomendasi untuk melindungi tenaga kerja anak tentu akan lebih baik dengan memenuhi anak tentu akan lebih baik dengan memenuhi

Dalam pra rancangan pabrik diperlukan analisa ekonomi untuk mendapatkan perkiraan (estimation) tentang kelayakan investasi modal dalam suatu kegiatan produksi suatu

Dari pihak internal berpendapat bahwa Sultan bertahta menginginkan GKR pembayun menjadi penerus Sultan dan akan menjadi Ratu Mataram, sesuai adat Jawa, penerus keturunan adalah

Dengan perkataan lain, jika tingkat layanan yang tinggi hanya dapat disediakan oleh satu atau sedikit rute saja, maka hal tersebut belum dapat secara efektif menarik masyarakat

Beberapa tempat wisata kuliner yang terkenal di Kota Cimahi di antaranya adalah: Bakso Hejo – Jalan Cihanjuang. Alam Wisata Cimahi

Fathansyah., Basis Data, Penerbit Informatika Bandung, edisi ke-5, 2004 Quis Mahasiswa memahami konsep denormalisasi data serta mampu mengimplementasikan dalam perancangan