• Tidak ada hasil yang ditemukan

FARIDA TESIS OLEH NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FARIDA TESIS OLEH NIM"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

i

MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) TINGKAT SMP DI KABUPATEN JENEPONTO

IMPOVEMENT OF PEDAGOGICAL COMPETENCE AND PROFESSIONAL COMPETENCE INDONESIAN LANGUAGE TEACHERS’ SUBJECT CONGRESS (MGMP) AT JUNIOR HIGH

SCHOOL IN JENEPONTO REGENCY

TESIS

OLEH

FARIDA

NIM 04.07.758.2012

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

ii

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BAHASA INDONESIA MELALUI

MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) TINGKAT SMP DI KABUPATEN JENEPONTO

TESIS

OLEH

FARIDA

NIM 04.07.758.2012

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(3)

iii

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BAHASA INDONESIA MELALUI

MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) TINGKAT SMP DI KABUPATEN JENEPONTO

FARIDA 04.07.753.2012

Telah diuji dan dipertahankan di depan Penguji pada Seminar Hasil, tanggal 7 Juni 2014 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa Indonesia pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar, Juni 2014 Tim Penguji :

1. Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. ………..

(Pembimbing I)

2. Dr. Munirah, M. Pd. ………...

(Pembimbing II)

3. Prof. Dr. H. M. Ide Said DM., M.Pd. ………..

(Penguji I)

4. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. ………

(Penguji II)

(4)

iv

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BAHASA INDONESIA MELALUI

MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) TINGKAT SMP DI KABUPATEN JENEPONTO

FARIDA 04.07.753.2012

Telah diuji dan dipertahankan di depan Penguji pada Seminar Hasil, tanggal 7 Juni 2014 dan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti proses ujian tutup, dengan beberapa perbaikan.

5. Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. ………..

(Pembimbing I)

6. Dr. Munirah, M. Pd. ………...

(Pembimbing II)

7. Prof. Dr. H. M. Ide Said DM., M.Pd. ………..

(Penguji I)

8. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. ………

(Penguji II)

Makassar, Juni 2014

Direktur Program Pascasarjana Univ. Muhammadiyah Makassar

Prof. Dr. H. M. Ide Said DM., M.Pd NBM. 988 463

(5)

v

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BAHASA INDONESIA MELALUI

MUSYAWARAH GURUMATA PELAJARAN (MGMP) TINGKAT SMP DI KABUPATEN JENEPONTO

Yang disusun dan diajukan oleh

FARIDA NIM 04.07.753.2012

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Tesis pada tanggal 7 Juni 2014

Makassar, Juni 2014 Menyetujui

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. Dr. Munirah, M. Pd.

NBM NBM

Mengetahui

Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Universitas Muhammadiyah Makassar

Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. Prof. Dr. H. M. Ide Said DM., M.Pd.

NBM. NBM. 988463

(6)

vi

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah swt. atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal tesis ini, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari berbagai kendala dan hambatan, tetapi berkat rahmat Allah swt. segala sesuatu dapat diatasi dengan baik. Semuanya tidak terlepas dari bantuan yang sangat berharga dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa syukur, terima kasih, serta penghargaan yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu penulis.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. sebagai pembimbing I sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Dr. Munirah, M. Pd. pembimbing II, atas segala arahan dan bimbingannya. Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada Prof.

Dr. H. M. Ide Said, DM., M.Pd. Direktur Program Pascasarjana Universitas

(7)

vii

Makassar, Dr. H. Irwan Akib, M.Pd atas segala arahan dan motivasi yang diberikan sejak masa perkuliahan sampai pada proses penyelesaian tesis ini.

Terima kasih kepada seluruh keluarga dan kerabat yang telah membantu, khususnya kepada suami tercinta, kepada anak-anakku tercinta yang tidak hentinya memberi motivasi, dan mendukung penulis selama menempuh pendidikan. Kepada kawan-kawan seperjuangan, mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa Indonesia Angkatan 2012 atas kerja sama dan perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih nan tulus.

Penulis menyadari bahwa meskipun tesis ini telah dibuat dengan usaha yang maksimal, tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk penyempurnaan tesis ini senantiasa penulis harapkan. Penulis mengharapkan tesis yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia. Amin.

Makassar, Juni 2014

Penulis

(8)

viii

Farida. 2014. Peningkatan Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto. (Dibimbing oleh Abd. Rahman Rahim dan Munirah).

Tujuan penelitian yaitu: 1) mengetahui perencanaan program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi

profesionalisme guru bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto, 2) mengetahui pelaksanaan program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam

meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme guru bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto, dan 3) mengetahui dampak pelaksanaan program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme guru bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan. Penelitian tindakan adalah merupakan suatu kegiatan penelitian yang didasarkan pada prinsip kolaboratif (kerja sama) dan reflektif (perenungan atau penilaian) yang dilakukan oleh pendidik atau guru yang bekerja sama dengan pihak-pihak lain yang terkait untuk memperbaiki praktik kependidikan, khususnya proses belajar mengajar di ruang kelas Penelitian ini dilaksanakan di MGMP Bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto.

Langkah-langkah dalam penelitian ini meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pemantauan (monitoring atau observing), dan penilaian (reflecting atau evaluating).

Hasil yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kompetesi pedagogik guru pada siklus 1 berada pada kategori baik, sebesar 66,67 dan kompetensi profesional sebesar 64,44% berada pada kategori baik, sedangkan pada siklus 2 kompetensi pedagogik sebesar 88,33% dan kompetensi profesional sebesar 91,11% berada pada kategori sangat baik. Dampak pelaksanaan MGMP dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru bahasa Indonesia pada siklus 1 sebesar 80,00% dan kompetensi profesional sebesar 66,67% berada pada kategori meningkat, sedangkan pada siklus 2 kompetensi pedagogik sebesar 93,33% dan kompetensi profesional sebesar 86,67% berada pada kategori sangat meningkat.

Kesimpulan hasil penelitian ini yaitu pembinaan guru melalui MGMP Bahasa Indonesia Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru bahasa Indonesia. Saran: 1) Penyusunan program MGMP hendaknya mempertimbangkan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, 2) Pelaksanaan MGMP hendaknya dijadikan sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru terutama pengembangan keprofesionalan guru, dan 3) MGMP hendaknya seiring dengan perkembangan dan tuntutan perubahan dunia pendidikan pada umumnya dan perbaikan kinerja guru khususnya.

(9)

ix

Farida. 2014. Impovement of Pedagogical Competence and Professional Competence Indonesian Language Teacher Subject Congress (MGMP) at Junior High School Level in Jeneponto Regency. (Supervised by Abd. Rahman Rahim and Munirah).

The purposes of these research were: 1) knowing the congress programme planning of the teacher subject (MGMP) in improving pedagogical competence and professionalism competence for Indonesia language teacher at junior high school level in Jeneponto Regency, 2) knowing the congress programme by of the teacher subject (MGMP) in improving pedagogical competence and professionalism competence for Indonesia language teacher at junior high school level in Jeneponto Regency, and 3) knowing the effect of the doing congress programme of the teacher subject (MGMP) in improving pedagogical competence and professionalism competence for Indonesia language teacher at junior high school level in Jeneponto Regency.

This research is an action classroom. The action research is a research activity that is based on the principle of collaborative (cooperative) and reflective (reflection or assessment) conducted by the educators or teachers who work together in fixing educational practiced, especially for teaching and learning in the classroom. This research was conducted in MGMP of Indonesian teachers at junior high school in Jeneponto Regency. The steps in this research include planning, doing (acting), monitoring, and reflection.

The result of this research is showed the improvement of the teacher pedagogical competence is about 66,67% and the professionalism competence is 64,44% and they were good for the first cycle. While the second cycle the teacher pedagogical competence is about 88,33% and professionalism competence is 91,11%

were good. The effect of doing MGMP for improving Indonesia 80,00% and professionalism competence was was 66,67% is become in creased for the first cycle.

While the second cycle, pedagogical competence become 93,33% and professionalism competence about 86,67 were incrased.

The conclusion of the research is educated teachers’ through Indonesian MGMP at junior high school in Jeneponto Regency can be improved by the pedagogical competence and professional competence of Indonesian language teachers.

Suggestions: 1) Arranging of MGMP programme should be considered by needed and

problems faced by the teachers in the implementation of learning in the classroom, 2) The of implementation MGMP should become a resource of the information and

discussing the matters relating the improvement of teachers’ professional competence development, and 3) MGMP should be coherence with the developments and changing demands of educational in general and specially for teachers in particular for improvement performance.

(10)

x

Halaman Sampul... i

Lembar Persetujuan Pembimbing... ii

Kata Pengantar... iii

Abstrak... v

Abstract... v

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan Penelitian... 11

D. Manfaat Penelitian... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kompetensi Guru... 13

1. Pengertian Kompetensi Guru... 13

2. Dimensi-dimensi Kompetensi Guru... 18

a. Kompetensi Pedagogik... 18

b. Kompetensi Kepribadian... 26

c. Kompetensi Sosial... 28

d. Kompetensi Profesional... 30

(11)

xi

Pelajaran (MGMP)... 33

1. Pengertian Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)... 33

2. Tujuan Pelaksanaan MGMP... 35

3. Kerangka Dasar dan Struktur Program MGMP... 37

a. Penyusunan Program... 37

b. Struktur Program MGMP... 38

D. Kerangka Pikir... 52

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 53

B. Subjek Penelitian... 54

C. Rancangan Penelitian... 54

D. Instrumen Penelitian... 56

E. Teknik Pengumpulan Data... 57

F. Teknik Analisis Data... 58

G. Indikator Keberhasilan... 58

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 60

1. Deskripsi Hasil Tindakan 1... 61

2. Deskripsi Hasil Tindakan 2... 76

B. Pembahasan... 92

(12)

xii

A. Kesimpulan... 95

B. Saran... 96

DAFTAR PUSTAKA... 98

Lampiran-Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis……….. 102

2. Lembar Observasi Penelitian………... 103

3. Lembar Angket Guru………. 105

4. Data Hasil Observasi Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru pada Kegiatan Siklus I……….. 108

5. Data Hasil Observasi Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru pada Kegiatan Siklus II……… 110

6. Data Hasil Angket Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru pada Kegiatan Siklus I………. 112

7. Data Hasil Angket Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru pada Kegiatan Siklus II……….. 114

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……… 116

9. Ijin Penelitian………..……… 117

10. Surat Keterangan Penelitian……… 118

(13)

xiii

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Kategori dan Skor Angket Guru……….. 58 Tabel 3.2 Kategori Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional

Guru………

59

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Mengembangkan Kurikulum yang Terkait dengan Mata Pelajaran yang Diampu pada Siklus I…….

63

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik pada Siklus I ………

64

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Berkomunikasi secara Efektif, Empatik, dan Santun dengan Peserta Didik pada Siklus I……….

65

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Menyelenggarakan Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil Belajar pada Siklus I ………

66

Tabel 4.5 Rekapitulasi frekuensi dan persentase tingkat kompetensi pedagogik Guru Bahasa Indonesia anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada siklus 1 ………...

67

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran yang Diampu pada Siklus I…

68

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Mengembangkan Materi Pembelajaran yang Diampu secara Kreatif pada Siklus I...

69

(14)

xiv

SMP Kabupaten Jeneponto Mengembangkan Keprofesionalan secara Berkelanjutan dengan Melakukan Tindakan Reflektif pada Siklus I...

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Angket Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus I……….

71

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Angket Tingkat Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus I………

72

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Angket guru Dampak Pelaksanaan MGMP dalam Mengembangkan Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus I………..

73

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Mengembangkan Kurikulum yang Terkait dengan Mata Pelajaran yang Diampu pada Siklus II….…

77

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik pada Siklus II………

78

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Berkomunikasi secara Efektif, Empatik, dan Santun dengan Peserta Didik pada Siklus II……...

79

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Menyelenggarakan Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil Belajar pada Siklus II……….

80

Tabel 4.16 Rekapitulasi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus II………...

81

(15)

xv

SMP Kabupaten Jeneponto Menguasai Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran yang Diampu pada Siklus II...

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Mengembangkan Materi Pembelajaran yang Diampu secara Kreatif pada Siklus II...

83

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Mengembangkan Keprofesionalan secara Berkelanjutan dengan Melakukan Tindakan reflektif pada siklus II...

84

Tabel 4.20 Rangkuman Tingkat Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus I dan Siklus II………

85

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Angket Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus II.….

86

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Angket Tingkat Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus II……

87

Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Angket Guru Dampak Pelaksanaan MGMP dalam Mengembangkan Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus II……

88

(16)

i

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah swt. atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal tesis ini, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari berbagai kendala dan hambatan, tetapi berkat rahmat Allah swt. segala sesuatu dapat diatasi dengan baik. Semuanya tidak terlepas dari bantuan yang sangat berharga dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa syukur, terima kasih, serta penghargaan yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu penulis.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. sebagai pembimbing I sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Dr. Munirah, M. Pd. pembimbing II, atas segala arahan dan bimbingannya. Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada Prof.

Dr. H. M. Ide Said, DM., M.Pd. Direktur Program Pascasarjana Universitas

(17)

ii

Makassar, Dr. H. Irwan Akib, M.Pd atas segala arahan dan motivasi yang diberikan sejak masa perkuliahan sampai pada proses penyelesaian tesis ini.

Terima kasih kepada seluruh keluarga dan kerabat yang telah membantu, khususnya kepada suami tercinta, kepada anak-anakku tercinta yang tidak hentinya memberi motivasi, dan mendukung penulis selama menempuh pendidikan. Kepada kawan-kawan seperjuangan, mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa Indonesia Angkatan 2012 atas kerja sama dan perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih nan tulus.

Penulis menyadari bahwa meskipun tesis ini telah dibuat dengan usaha yang maksimal, tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk penyempurnaan tesis ini senantiasa penulis harapkan. Penulis mengharapkan tesis yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia. Amin.

Makassar, Juni 2014

Penulis

(18)

i

Farida. 2014. Peningkatan Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto. (Dibimbing oleh Abd. Rahman Rahim dan Munirah).

Tujuan penelitian yaitu: 1) mengetahui perencanaan program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi

profesionalisme guru bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto, 2) mengetahui pelaksanaan program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam

meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme guru bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto, dan 3) mengetahui dampak pelaksanaan program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme guru bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan. Penelitian tindakan adalah merupakan suatu kegiatan penelitian yang didasarkan pada prinsip kolaboratif (kerja sama) dan reflektif (perenungan atau penilaian) yang dilakukan oleh pendidik atau guru yang bekerja sama dengan pihak-pihak lain yang terkait untuk memperbaiki praktik kependidikan, khususnya proses belajar mengajar di ruang kelas Penelitian ini dilaksanakan di MGMP Bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto.

Langkah-langkah dalam penelitian ini meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pemantauan (monitoring atau observing), dan penilaian (reflecting atau evaluating).

Hasil yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kompetesi pedagogik guru pada siklus 1 berada pada kategori baik, sebesar 66,67 dan kompetensi profesional sebesar 64,44% berada pada kategori baik, sedangkan pada siklus 2 kompetensi pedagogik sebesar 88,33% dan kompetensi profesional sebesar 91,11% berada pada kategori sangat baik. Dampak pelaksanaan MGMP dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru bahasa Indonesia pada siklus 1 sebesar 80,00% dan kompetensi profesional sebesar 66,67% berada pada kategori meningkat, sedangkan pada siklus 2 kompetensi pedagogik sebesar 93,33% dan kompetensi profesional sebesar 86,67% berada pada kategori sangat meningkat.

Kesimpulan hasil penelitian ini yaitu pembinaan guru melalui MGMP Bahasa Indonesia Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru bahasa Indonesia. Saran: 1) Penyusunan program MGMP hendaknya mempertimbangkan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, 2) Pelaksanaan MGMP hendaknya dijadikan sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru terutama pengembangan keprofesionalan guru, dan 3) MGMP hendaknya seiring dengan perkembangan dan tuntutan perubahan dunia pendidikan pada umumnya dan perbaikan kinerja guru khususnya.

(19)

ii

Farida. 2014. Impovement of Pedagogical Competence and Professional Competence Indonesian Language Teacher Subject Congress (MGMP) at Junior High School Level in Jeneponto Regency. (Supervised by Abd. Rahman Rahim and Munirah).

The purposes of these research were: 1) knowing the congress programme planning of the teacher subject (MGMP) in improving pedagogical competence and professionalism competence for Indonesia language teacher at junior high school level in Jeneponto Regency, 2) knowing the congress programme by of the teacher subject (MGMP) in improving pedagogical competence and professionalism competence for Indonesia language teacher at junior high school level in Jeneponto Regency, and 3) knowing the effect of the doing congress programme of the teacher subject (MGMP) in improving pedagogical competence and professionalism competence for Indonesia language teacher at junior high school level in Jeneponto Regency.

This research is an action classroom. The action research is a research activity that is based on the principle of collaborative (cooperative) and reflective (reflection or assessment) conducted by the educators or teachers who work together in fixing educational practiced, especially for teaching and learning in the classroom. This research was conducted in MGMP of Indonesian teachers at junior high school in Jeneponto Regency. The steps in this research include planning, doing (acting), monitoring, and reflection.

The result of this research is showed the improvement of the teacher pedagogical competence is about 66,67% and the professionalism competence is 64,44% and they were good for the first cycle. While the second cycle the teacher pedagogical competence is about 88,33% and professionalism competence is 91,11%

were good. The effect of doing MGMP for improving Indonesia 80,00% and professionalism competence was was 66,67% is become in creased for the first cycle.

While the second cycle, pedagogical competence become 93,33% and professionalism competence about 86,67 were incrased.

The conclusion of the research is educated teachers’ through Indonesian MGMP at junior high school in Jeneponto Regency can be improved by the pedagogical competence and professional competence of Indonesian language teachers.

Suggestions: 1) Arranging of MGMP programme should be considered by needed and

problems faced by the teachers in the implementation of learning in the classroom, 2) The of implementation MGMP should become a resource of the information and

discussing the matters relating the improvement of teachers’ professional competence development, and 3) MGMP should be coherence with the developments and changing demands of educational in general and specially for teachers in particular for improvement performance.

(20)

i

Halaman Sampul... i

Lembar Persetujuan Pembimbing... ii

Kata Pengantar... iii

Abstrak... v

Abstract... v

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan Penelitian... 11

D. Manfaat Penelitian... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kompetensi Guru... 13

1. Pengertian Kompetensi Guru... 13

2. Dimensi-dimensi Kompetensi Guru... 18

a. Kompetensi Pedagogik... 18

b. Kompetensi Kepribadian... 26

c. Kompetensi Sosial... 28

d. Kompetensi Profesional... 30

(21)

ii

Pelajaran (MGMP)... 33

1. Pengertian Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)... 33

2. Tujuan Pelaksanaan MGMP... 35

3. Kerangka Dasar dan Struktur Program MGMP... 37

a. Penyusunan Program... 37

b. Struktur Program MGMP... 38

D. Kerangka Pikir... 52

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 53

B. Subjek Penelitian... 54

C. Rancangan Penelitian... 54

D. Instrumen Penelitian... 56

E. Teknik Pengumpulan Data... 57

F. Teknik Analisis Data... 58

G. Indikator Keberhasilan... 58

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 60

1. Deskripsi Hasil Tindakan 1... 61

2. Deskripsi Hasil Tindakan 2... 76

B. Pembahasan... 92

(22)

iii

A. Kesimpulan... 95 B. Saran... 96 DAFTAR PUSTAKA... 98 Lampiran-Lampiran

1. Riwayat Hidup Penulis……….. 102 2. Lembar Observasi Penelitian………... 103

3. Lembar Angket Guru………. 105

4. Data Hasil Observasi Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru pada Kegiatan Siklus I……….. 108 5. Data Hasil Observasi Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi

Profesional Guru pada Kegiatan Siklus II……… 110 6. Data Hasil Angket Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional

Guru pada Kegiatan Siklus I………. 112 7. Data Hasil Angket Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional

Guru pada Kegiatan Siklus II……….. 114 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……… 116 9. Ijin Penelitian………..……… 117 10. Surat Keterangan Penelitian……… 118

(23)

i

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Kategori dan Skor Angket Guru……….. 58 Tabel 3.2 Kategori Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional

Guru………

59

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Mengembangkan Kurikulum yang Terkait dengan Mata Pelajaran yang Diampu pada Siklus I…….

63

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik pada Siklus I ………

64

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Berkomunikasi secara Efektif, Empatik, dan Santun dengan Peserta Didik pada Siklus I……….

65

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Menyelenggarakan Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil Belajar pada Siklus I ………

66

Tabel 4.5 Rekapitulasi frekuensi dan persentase tingkat kompetensi pedagogik Guru Bahasa Indonesia anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada siklus 1 ………...

67

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran yang Diampu pada Siklus I…

68

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Mengembangkan Materi Pembelajaran yang Diampu secara Kreatif pada Siklus I...

69

(24)

ii

SMP Kabupaten Jeneponto Mengembangkan Keprofesionalan secara Berkelanjutan dengan Melakukan Tindakan Reflektif pada Siklus I...

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Angket Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus I……….

71

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Angket Tingkat Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus I………

72

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Angket guru Dampak Pelaksanaan MGMP dalam Mengembangkan Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus I………..

73

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Mengembangkan Kurikulum yang Terkait dengan Mata Pelajaran yang Diampu pada Siklus II….…

77

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik pada Siklus II………

78

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Berkomunikasi secara Efektif, Empatik, dan Santun dengan Peserta Didik pada Siklus II……...

79

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Menyelenggarakan Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil Belajar pada Siklus II……….

80

Tabel 4.16 Rekapitulasi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus II………...

81

(25)

iii

SMP Kabupaten Jeneponto Menguasai Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran yang Diampu pada Siklus II...

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Mengembangkan Materi Pembelajaran yang Diampu secara Kreatif pada Siklus II...

83

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto Mengembangkan Keprofesionalan secara Berkelanjutan dengan Melakukan Tindakan reflektif pada siklus II...

84

Tabel 4.20 Rangkuman Tingkat Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus I dan Siklus II………

85

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Angket Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus II.….

86

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Angket Tingkat Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus II……

87

Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Angket Guru Dampak Pelaksanaan MGMP dalam Mengembangkan Kompetensi Profesional Guru Bahasa Indonesia Anggota MGMP Tingkat SMP Kabupaten Jeneponto pada Siklus II……

88

(26)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu sarana strategis bagi peningkatan mutu sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu tolak ukur bagi tingkat kemajuan suatu bangsa. Atas dasar itu pula, upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan akan senantiasa dilakukan. Pendidikan diharapkan menjadi parameter yang mampu memberikan perubahan bagi bangsa Indonesia sehingga mampu menjadi negara yang lebih maju, khususnya melalui pengelolaan pendidikan yang berkualitas.

Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Mengingat posisinya yang strategis itulah maka dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Pengembangan profesional guru harus diakui sebagai suatu hal yang sangat fundamental dan penting guna meningkatkan mutu pendidikan.

Keberhasilan dunia pendidikan pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan, dan kurikulum. Dari beberapa faktor tersebut, guru menempati kedudukan yang

1

(27)

sangat penting dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, karena guru berperan sebagai subyek pendidikan yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri (Depdikbud , 2009:7).

Komponen yang dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan adalah komponen guru. Hal ini memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya maka semuanya akan kurang bermakna. Oleh sebab itu, untuk mencapai standar proses pendidikan, sebaiknya dimulai dengan menganalisis komponen guru.

Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan anak didik dalam melakukan proses pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi serta internalisasi etika dan moral. Oleh karenanya guru harus senantiasa belajar seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dan keadaan zaman yang cepat berubah. Untuk itulah, diperlukan guru dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi profesional sebagai penentu utama keberhasilan pendidikan. Guru dan tenaga kependidikan tersebut dibina, dikembangkan, dan diberikan penghargaan yang layak sesuai dengan tuntutan visi, misi dan tugas yang diembannya.

Upaya peningkatan mutu pendidikan tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi membutuhkan kerja keras dari semua pihak, baik

(28)

pemerintah, guru, tenaga kependidikan, dan masyarakat. Dalam hal ini, guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan harapan tersebut.

Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan di lapangan harus benar- benar profesional dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian seorang guru perlu memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang yang bukan guru.

Cooper (dalam Sanjaya 2006: 15) mengatakan bahwa “A teacher is person charged with the responsbility of helping others to learn and to behave in new different ways”.

Kompetensi merupakan sebuah perwujudan atau aktualisasi potensi yang harus dikembangkan. Sebuah kenyataan yang harus dihadapi bahwa pengembangan pendidikan dengan segala konsep inovasinya menuntut kompetensi yang tinggi dari para pengelola dan pelaksananya. Guru sebagai ujung tombak penyelenggara pendidikan merupakan komponen utama yang harus memiliki sejumlah kompetensi handal yang mampu melahirkan anak didik yang memiliki kecakapan hidup baik secara general maupun specific (general life skills dan specific life skills). Kompetensi guru harus berkembang lebih maju dibandingkan dengan konsep-konsep pendidikan itu sendiri. Apalah artinya konsep, program, atau pendekatan yang digunakan dalam pendidikan apabila kompetensi guru tidak dikembangkan dan ditingkatkan. Karena hal itu akan mengakibatkan konsep dan program tersebut tidak akan mencapai keberhasilan yang optimal, bahkan cenderung hanya menumpang lewat begitu saja, padahal pemerintah dan para pakar pendidikan telah merancangnya sedemikian rupa dalam rangka peningkatan mutu.

(29)

Banyak guru di sekolah yang belum menyadari bahwa peningkatan kompetensi keguruannya adalah hal yang wajib dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Apabila guru tidak meningkatkan kompetensinya dan tidak menunjukkan kemampuannya dalam menampilkan dirinya sebagai guru yang berkompetensi, bukan tidak mungkin suatu saat guru yang demikian akan ditinggalkan oleh peserta didiknya, sekurang-kurangnya akan dilawan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sagala (2009:14) bahwa:

saat inipun sudah banyak guru yang merasa diabaikan atau ditinggalkan oleh peserta didiknya karena berbagai hal. Keadaan ini terus berlanjut, manakala seorang guru tidak segera menyadari dan mengambil langkah khusus untuk mengembalikan atau meningkatkan kompetensinya sebagai guru.

Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Dalam konteks ini, guru sebagai agen pembelajaran diharapkan berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Pendidikan banyak tergantung pada mutu guru dalam membimbing proses belajar mengajar. Sejak lama orang berusaha untuk mencari jalan peningkatan mutu metode dan strategi mengajar guru. Menurut Hamalik (2004:

118) karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi guru harus pula memenuhi persyaratan yang berat, antara lain; 1) harus memiliki bakat sebagai guru, 2) harus memiliki keahlian guru, 3) memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi, 4) memiliki mental yang sehat, 5) berbadan sehat, 6) memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, 7) guru adalah manusia berjiwa Pancasila, dan 8) guru adalah seorang warga negara yang baik.

(30)

Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab XI pasal 39 dinyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang harus merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Kompetensi merupakan suatu prilaku yang dilakukan secara sadar oleh guru untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang kafah membentuk kompetensi standar profesi guru yang telah mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan pribadi dan profesionalisme (Mulyasa, 2007:31).

Pengembangan dan peningkatan kualitas kompetensi guru selama ini diserahkan pada guru itu sendiri. Jika guru itu mau mengembangkan dirinya sendiri, maka guru itu akan berkualitas, karena ia senantiasa mencari peluang untuk meningkatkan kualitasnya sendiri. Idealnya pemerintah, asosiasi pendidikan dan guru, serta satuan pendidikan memfasilitasi guru untuk mengembangkan kemampuan bersifat kognitif berupa pengertian dan pengetahuan, afektif berupa sikap dan nilai, maupun performansi berupa perbuatan-perbuatan yang mencerminkan pemahaman keterampilan dan sikap.

Dukungan yang demikian itu penting, karena dengan cara itu akan meningkatkan kemampuan pedagogik dan kemampuan profesional bagi guru.

(31)

Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

Permasalahan yang dihadapi saat ini menyangkut kompetensi guru adalah masih rendahnya kompetensi yang dimiliki guru dalam melaksanakan proses pendidikan. Menurut Mulyasa (2008:9), terdapat beberapa hal yang menyebabkan lemahnya kinerja guru, antara lain, rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas (Classroom action research), rendahnya motivasi berprestasi, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi, serta rendahnya kemampuan manajemen waktu.

Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen mutu guru. Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru mengajar. Menurut Balitbang Depdiknas, guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%. Guru SMP negeri 54,12%, swasta 60,99%, guru SMA negeri 65,29%, swasta 64,73%, guru SMK negeri 55,91 %, swasta 58,26 %.

Rendahnya kualias pendidikan di Indonesia merupakan cerminan rendahnya kualitas sistem pendidikan nasional. Rendahnya kualitas dan kompetensi guru secara umum, semakin membuat laju perkembangan pendidikan belum maksimal. Guru kita dianggap belum memiliki profesionalitas yang baik untuk kemajuan pendidikan secara global. Guru sebagai faktor

(32)

menentukan mutu pendidikan untuk yang satu ini kita tentu setuju. Karena guru berhadapan langsung dengan para peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Di tangan guru mutu kepribadian mereka dibentuk. Karena itu, perlu sosok guru kompeten, tanggung jawab, terampil, dan berdedikasi tinggi.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Depdiknas terus menerus berupaya melakukan berbagai perubahan dan pembaruan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Lahirnya Undang- Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang di dalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan bahwa

“educational change depends on what teachers do and think…”. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaruan sistem pendidikan sangat bergantung pada “what teachers do and think “. atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru.

Jika diamati lebih jauh tentang realitas kompetensi guru saat ini agaknya masih beragam. Danim (2002:12) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh

(33)

karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru.

Data laporan hasil Evaluasi Diri Sekolah (EDS) tingkat Kabupaten Jeneponto Tahun 2013 yang dirilis oleh Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Jeneponto menunjukkan bahwa tingkat kompetensi guru berada pada kategori cukup dengan nilai rata-rata 53,66%. Sejalan dengan itu, laporan hasil capaian PDO MGMP tingkat Kabupaten Jeneponto Tahun 2013 yang dirilis oleh program BERMUTU menunjukkan bahwa kompetensi guru bahasa Indonesia tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto juga tergolong cukup, yakni rata-rata 51,78%.

Untuk memfasilitasi peningkatan kompetensi guru tersebut diperlukan suatu wadah yang dapat memberikan ruang yang cukup bagi guru untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Salah satu wadah yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kompetensi pedagogik dan kompetensi professional guru adalah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan Bab XIII, pasal 61 ayat (1) yang menyatakan bahwa tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat dan kesejahteraan tenaga kependidikan demi tercapainya tujuan pendidikan secara optimal.

Hal ini dilatarbelakangi bahwa Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai organisasi guru mata pelajaran sejenis merupakan organisasi profesi

(34)

yang memiliki potensi dan daya dukung dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional guru yang berujung kepada peningkatan kualitas pendidikan.

Mulyasa (2006:236) mengatakan bahwa MGMP merupakan organisasi atau wadah yang dapat meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru.

Hasil penelitian Dinawati (2000:9) menunjukkan bahwa secara umum kegiatan MGMP memberikan peningkatan dalam professional guru, tampak dari kualitas kemampuan mengajar yang sangat baik dari guru inti maupun peserta MGMP. Melalui kegiatan MGMP ini, maka para guru akan mampu meningkatkan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Segala bentuk kesulitan yang dihadapi di lapangan akan mudah mencari solusinya dari guru peserta MGMP dan para pengawas.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sukmana (2011:37) menunjukkan bahwa MGMP mampu memberi kontribusi dalam meningkatkan kompetensi professional guru PKn Tingkat SMA Kabupaten Bandung, yakni berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata 73,53%.

Lebih lanjut, Sutrisno (2007:5) yang meneliti tentang Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Profesional Guru SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap menunjukkan bahwa frekuensi keikutsertaan guru melalui pelatihan, seperti workshop, MGMP, dan diklat baik yang dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah memiliki korelasi yang signifikan dalam meningkatkan kompetensi profesional guru SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap.

(35)

Senada dengan hasil penelitian di atas, Sudarmiah (2013:62) telah meneliti tentang Peningkatan Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Guru IPA Tersertifikasi melalui Pendampingan Model Lesson Studi Tingkat SMPN di Kabupaten Jeneponto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendampingan model lesson studi mampu meningkatkan kompetensi professional dan kompetensi pedagogik guru IPA tersertifikasi dengan rekomendasi program lesson studi hendaknya disusun berdasarkan berbagai permasalahan nyata yang ditemukan guru dalam pembelajaran.

Namun demikian, disadari pula bahwa beberapa kegiatan MGMP yang dilakukan belum mampu memberikan hasil yang maksimal dalam meningkatkan kompetensi guru. Hasil penelitian Fatimah (2010:23) menyimpulkan bahwa terdapat dua hal yang menyebabkan MGMP kurang berdampak pada peningkatan mutu guru. Pertama, MGMP tidak berbasis pada permasalahan nyata di dalam kelas. Kedua, MGMP hanya menjadi pengetahuan saja, tidak diterapkan pada pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.

Untuk memberdayakan MGMP diperlukan kolaboratif anggota MGMP untuk mengidentifikasi dan memetakan sejumlah masalah yang ditemukan dalam pembelajaran. Menurut Surya (2000:4) bahwa dalam melaksanakan fungsinya, guru tidak berbuat sendirian akan tetapi harus berinteraksi dengan guru lain yang terkait melalui suasana kemitraan yang bersifat sistematik, sinergik dan simbiotik. Demikian pula antardisiplin ilmu seharusnya saling berinteraksi dan bekerjasama dalam menghadapi berbagai masalah yang

(36)

muncul. Pendekatan interdisipliner dalam bentuk tim kerja merupakan suatu yang mutlak dan harus dijadikan landasan dalam kinerja guru.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Peningkatan Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto".

B. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimakah perencanaan program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme guru bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto?

2. Bagaimakah pelaksanaan program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme guru bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto?

3. Bagaimakah dampak pelaksanaan program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme guru bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto?

(37)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perencanaan program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme guru bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme guru bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto.

3. Untuk mengetahui dampak pelaksanaan program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme guru bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kabupaten Jeneponto.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Praktis

a. Guru, dengan penelitian ini akan menambah pengetahuan, serta menjadi bahan renungan (refleksi) dalam upaya memperbaiki kompetensi profesionalisme dan kompetensi pedagogik guru.

(38)

b. Kepala Sekolah, dapat mengembangkan suasana kondusif bagi proses pembelajaran.

c. Menjadi referensi yang dapat dipakai untuk mengembangkan program- program pemberdayaan ke depan, baik yang dilaksanakan oleh MGMP, LPTK, LPMP, Dinas pendidikan, Kementrian Agama dan pihak-pihak terkait lainnya.

2. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian diharapkan menjadi :

a. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya yang relevan.

b. Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam merumuskan program kegiatan MGMP dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme dan kompetensi pedagogik guru.

.

(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kompetensi Guru

1. Pengertian Kompetensi Guru

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.

Menurut Johnson (dalam Usman; 1995:14); “competency as a rational performance wich satisfactorily meets the objective for a desired condition”.

Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti.

Sejalan dengan itu, Houston (dalam Usman; 1995:15), mengartikan kompetensi sebagai suatu tugas yang memadai, atau pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. Dalam pengertian ini kompetensi lebih dititik beratkan pada tugas guru dalam mengajar

Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

14

(40)

Sudjana (1989:18) berpendapat bahwa kompetensi guru dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:

a. Kompetensi dalam bidang kognitif; artinya kemampuan intelektual seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan mengenai cara menilai hasil belajar siswa, serta pengetahuan lainnya.

b. Kompetensi dalam bidang afektif, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya menghargai pekerjaannya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya, mencintai terhadap mata pelajaran yang dibinanya.

c. Kompetensi dalam bidang psikomotorik, artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau perilaku. Misalnya keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu mengajar, keterampilan menyusun persiapan atau perencanaan mengajar dan keterampilan lainnya.

Mulyasa (2003:38) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Kompetensi merupakan akumulasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Artinya, sesorang dikatakan berkompeten jika memiliki ketiga unsur tersebut. Sejalan dengan itu, Sofo (1999:123) mengemukakan “A competency is composed of skill, knowledge, and attitude, but in particular the consistent applications of those skill, knowledge, and attitude to the standard of

(41)

performance required in employment”. Kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan. Robbins (2001:37) menyebut kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.

Kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang di perlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan. Spencer & Spencer (1993:9) mengatakan “Competency is underlying characteristic of an individual that is causally related to criterion-reference effective and/or superior performance in a job or situation”.

McAhsan dalam Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi:

“…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik- baiknya.

(42)

Jadi, kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu. Selanjutnya Spencer & Spencer (1993:9) menjelaskan, kompetensi dikatakan underlying characteristic karena karakteristik merupakan bagian yang mendalam dan melekat pada kepribadian seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis pekerjaan. Dikatakan causally related, karena kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja.

Dikatakan criterion-referenced, karena kompetensi itu benar-benar memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik atau buruk, berdasarkan kriteria atau standar tertentu. Muhaimin (2004:151) menjelaskan kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika.

Depdiknas (2006:7) merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.Menurut Syah (2000:230), “kompetensi” adalah kemampuan, kecakapan, keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Menurut pendapat Spencer (dalam Somantri (2004:13), Kompetensi adalah karakteristik dasar manusia yang dari bukti-bukti pengalaman nyata ditemukan mempengaruhi, atau dapat dignakan untuk

(43)

memperkirakan prestasi kerja di tempat kerja atau kemampuan mengatasi persoalan pada suatu sitasi tertentu.

Pendapat lain tentang kompetensi dikemukakan oleh Djojonegoro (1996), kompetensi adalah kemampuan nyata yang diperlihatkan seseorang menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk memecahkan berbagai persoalan hidupnya secara kreatif, inovatif dan bertanggung jawab.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi mengandung paling tidak tiga makna yang paling esensial. Pertama, Kompetensi menggambarkan kemampuan actual manusia. Kedua, Kompetensi menggambarkan perilaku dan performasi seseorang. Ketiga, derajat kompetensi seseorang ditentukan oleh faktor bakat, minat, motivasi, sikap, pengetahuan, keterampilan, kematangan dan lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi di mana seseorang berada.

Broke dan Stone (dalam Mulyasa, 2008 : 25) mengemukakan Bahwa Kompetensi guru sebagai … descriptive of qualitative of nature of teacher appears to be entirely meaningful… Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang harkat perilaku guru yang penuh arti. Sementara Charles (1994) mengemukakan bahwa : competency as rational performance whinch satisfactorily meets the objective for a desired condition (kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk diharapkan).

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru adalah kemampuan

(44)

seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.

Sejalan dengan hal di atas, Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar.

Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Oleh karena itu, dalam menjalankan fungsinya sebagai pengajar guru dituntut untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.

Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.

Dari uraian tersebut, Nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, sedangkan kompetensi guru merujuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan.

Dengan demikian dapatlah disepakati bahwa standar kompetensi merupakan kesepakatan-kesepakatan tentang kompetensi yang diperlukan pada

(45)

suatu bidang pekerjaan oleh seluruh stakeholder di bidangnya. Dengan pernyataan lain yang dimaksud dengan standar kompetensi adalah perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai denan unjuk kerja yang dipersyaratkan. Yang secara umum memuat kompetensi kunci (keterampilan umum) yang diperlukan agar kriteria unjuk kerja tercapai pada tingkatan kinerja yang dipersyaratkan untuk peran/fungsi pada suatu pekerjaan.

2. Dimensi-dimensi Kompetensi Guru

Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1) dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

a. Kompetensi Pedagogik

Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.

(46)

Menurut Joni (1984:12), kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan: (1) merencanakan pengorganisasian bahan- bahan pengajaran, (2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, (3) merencanakan pengelolaan kelas, (4) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan (5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi: (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi, (3) mampu mengorganisir materi, (4) mampu menentukan metode/strategi pembelajaran, (5) mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, (6) mampu menyusun perangkat penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu mengalokasikan waktu.

Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.

1) Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar

Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar

(47)

sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa.

Yutmini (1992:13) mengemukakan, persyaratan kemampuan yang harus di miliki guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan: (1) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran, (2) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran, (3) berkomunikasi dengan siswa, (4) mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan (5) melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.

Hal serupa dikemukakan oleh Harahap (1982:32) yang menyatakan, kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan: (1) memotivasi siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran, (2) mengarahkan tujuan pengajaran, (3) menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan pengajaran, (4) melakukan pemantapan belajar, (5) menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik dan benar, (6) melaksanakan layanan bimbingan penyuluhan, (7) memperbaiki program belajar mengajar, dan (8) melaksanakan

Referensi

Dokumen terkait

Produktivitas kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai ( output ) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan ( input ). Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh pendekatan latihan dan bermain terhadap kemampuan passing bawah sepakbola pada mahasiswa putra Program Studi

Kesimpulan dari hasil analisis variabel dari faktor risiko infeksi E.coli O157:H7 menunjukkan bahwa sapi dengan jenis kelamin jantan yang mendapat sumber air non-PAM

mayoritas masih berupa daerah pedesaan sehingga masyarakatnya masih identik dengan minim pendidikan dan pengetahuan, kegiatan dalam Kebijakan KUM memiliki manfaat dan dampak yang

penyakit saluran pencernaan makanan seperti kolera, tifus, disentri, diare, dan penyakit cacing. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis perbedaan aktivitas daya

Berdasarkan hal di atas, maka peneliti melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniadin & Mardiono (2011), dengan menguji kelayakan minyak jelantah ditinjau penyerapan

Perencanaan strategis sistem informasi Klinik Bersalin Bunda bertujuan untuk menyusun kerangka kerja perencanaan strategi sistem informasi yang dapat membantu mengoptimalkan

Untuk itu diperlukan suatu sistem keamanan untuk memblokir spam dan bot- bot spam ini, yaitu bagaimana cara agar spammer dan bot-bot ini tidak bisa melakukan posting